Professional Documents
Culture Documents
DISMINORE
DISMINORE
OLEH
FRANSISKA Y
1420122161
2022
DISMINORE
A. PENGERTIAN
Dismenorea adalah rasa sakit atau nyeri pada bagian bawah perut yang terjadi saat wanita
mengalami siklus menstruasi (Ratnawati, 2017). Biasanya nyeri yang dirasakan mencapai puncaknya
dalam waktu 24 jam dan setelah 2 hari akan menghilang. Dismenorea juga sering disertai dengan
pegal-pegal, lemas, mual, diare dan kadang sampai muntah (Nugroho dan Indra, 2014).
Vagina
Vagina dikenal sebagai jalan lahir. Ini merupakan saluran yang menghubungkan organ
reproduksi internal dan eksternal. Lokasinya berada di belakang kandung kemih dan di depan saluran
cerna. Adanya vagina memungkinkan cairan tubuh seperti darah menstruasi dan keputihan keluar.
Organ ini juga memungkinkan cairan sperma masuk ke dalam tubuh.
Liang vagina berbentuk tabung dan dindingnya dibangun oleh sel-sel otot elastis sehingga dapat
memendek dan memanjang. Dalam kondisi normal, panjang liang vagina sekitar 5-7 cm. Dengan
stimulasi seksual, liang vagina dapat memanjang hingga 13 cm pada wanita dewasa. Saat orgasme,
otot-otot dinding vagina berkontraksi secara berirama tanpa disadari.
Bagian dalam vagina dilapisi oleh selaput lendir, yang dihasilkan oleh sel-sel pada dinding vagina dan
kelenjar pada serviks (leher rahim). Sebagian kecil dari cairan ini dapat keluar dan tampak sebagai
keputihan normal yang bening atau putih susu. Selama usia reproduksi, liang vagina wanita memiliki
tekstur yang berlipat dan berkerut. Sedangkan sebelum pubertas dan setelah menopause, liang vagina
bertekstur halus.
Serviks
Serviks adalah struktur sempit pada bagian bawah rahim. Lokasinya tepat di atas vagina.
Seperti vagina, serviks dilapisi oleh selaput lendir, namun lebih halus. Serviks memiliki beberapa
fungsi:
Memproduksi lendir serviks, yang berfungsi menghambat sperma memasuki rahim ketika
seorang wanita sedang tidak subur atau sedang hamil.
Melindungi dari kuman berbahaya. Lendir serviks juga menghentikan bakteri atau kuman
berbahaya memasuki rahim dan menjaga vagina tetap sehat.
Jalur keluarnya darah menstruasi.
Uterus (rahim)
Rahim merupakan organ yang bentuk dan ukurannya kurang lebih seperti buah pir. Organ ini
berada di bagian tengah rongga panggul, di belakang kandung kemih, dan di depan rektum. Rahim
dipertahankan pada posisinya oleh beberapa ligamen. Fungsi utama rahim yakni untuk menjaga
kelangsungan hidup janin yang sedang berkembang.
Rahim dibagi menjadi dua bagian, yakni serviks dan korpus. Serviks adalah bagian bawah yang
bersambungan dengan vagina, sedangkan korpus adalah bagian utama rahim tempat janin
berkembang. Bagian korpus ini sangat berotot, dapat meregang untuk mengakomodasi janin yang
sedang bertumbuh. Ketika waktunya bersalin, dinding otot rahim akan berkontraksi untuk mendorong
bayi keluar melalui serviks dan liang vagina. Selama usia reproduksi, korpus rahim berukuran dua
kali lebih panjang daripada serviks. Sedangkan setelah menopause, yang terjadi adalah kebalikannya.
Dinding dalam korpus rahim, yang disebut endometrium, dapat menebal dan menipis sesuai siklus
menstruasi. Bila wanita tidak hamil, dinding endometrium akan meluruh dan keluar sebagai darah
menstruasi.
Tuba Falopi
Tuba falopi adalah tabung sempit yang menempel pada bagian atas rahim dan berfungsi sebagai
jalur bagi ovum (sel telur) untuk bergerak dari ovarium ke rahim. Panjangnya sekitar 10 hingga 13
cm. Di saluran inilah terjadi pembuahan sel telur oleh sel sperma. Sel telur yang telah dibuahi
(embrio) kemudian bergerak ke rahim, di mana nantinya akan berimplantasi ke dalam dinding rahim.
Tuba falopi memiliki beberapa bagian, yakni:
Infundibulum, yakni lubang berbentuk corong di dekat ovarium
Fimbria, yakni tonjolan seperti jari yang mengelilingi bukaan tuba falopi ke ovarium
Silia, yakni struktur seperti rambut di dalam tuba falopi.
Ketika ovarium melepaskan sel telur, cairan dan fimbria mendorongnya menuju lubang tuba falopi.
Saat sudah di dalam, silia akan menggerakkan sel telur ke arah rahim. Perjalanan ini memakan waktu
sekitar 7 hari dan di waktu-waktu ini, sperma dapat membuahi sel telur bila wanita melakukan
hubungan intim.
Ovarium
Ini adalah kelenjar kecil seukuran buah kenari dan berbentuk oval, yang terletak di kedua sisi
rahim. Ovarium menghasilkan sel telur dan hormon reproduksi wanita, yaitu estrogen dan
progesteron.
Saat lahir, kedua ovarium mengandung kurang lebih 700.000 sel telur yang belum matang. Saat
mencapai usia pubertas, sel-sel telur ini mulai berkembang dan matang di dalam folikel sel telur.
Sejak saat itu, sekitar sebulan sekali, ovarium melepaskan satu sel telur yang matang. Proses ini
dikenal sebagai ovulasi dan merupakan bagian dari siklus menstruasi. Proses ini pula yang
memungkinkan terjadinya kehamilan.
Hormon-hormon yang diproduksi ovarium berfungsi mengatur siklus menstruasi. Hormon-hormon ini
juga:
Berperan dalam perkembangan organ seks dan karakteristik seksual wanita
Memfasilitasi proses kehamilan, persalinan, dan produksi Air Susu Ibu (ASI)
Menjaga kesehatan tulang, jantung, hati, otak, dan jaringan lainnya
Memengaruhi suasana hati, kualitas tidur, dan gairah seksual
C. ETIOLOGI
D. FATOFISIOLOGI
Dismenore primer
Mekanisme terjadinya nyeri pada dismenore primer diterangkan sebagai berikut. Bila tidak
terjadi kehamilan, maka korpus luteum akan mengalami regresi dan hal ini akan mengakibatkan
penurunan kadar progesteron. Penurunan ini akan mengakibatkan labilisasi membran lisosom,
sehingga mudah pecah dan melepaskan enzim fosfolipase A2. Enzim ini akan menghidrolisis senyawa
fosfolipid yang ada di membran sel endometrium; menghasilkan asam arakhidonat. Adanya asam
arakhidonat bersama dengan kerusakan endometrium akan merangsang kaskade asam arakhidonat
yang akan menghasilkan prostaglandin, antara lain PGE2 dan PGF2 alfa. Wanita dengan dismenore
primer didapatkan adanya peningkatan kadar PGE dan PGF2 alfa di dalam darahnya, yang akan
merangsang miometrium dengan akibat terjadinya peningkatan kontraksi dan disritmi uterus.
Akibatnya akan terjadi penurunan aliran darah ke uterus dan ini akan mengakibatkan iskemia.
Prostaglandin sendiri dan endoperoksid juga menyebabkan sensitisasi dan selanjutnya menurunkan
ambang rasa sakit pada ujung – ujung saraf aferen nervus pelvicus terhadap rangsang fisik dan kimia
(Aspiani, 2017).
Dismenore sekunder
Dismenore sekunder dapat terjadi kapan saja setelah haid pertama, tetapi yang paling sering
mucul di usia 20 – 30 tahunan, setelah tahun – tahun normal dengan siklus tanpa nyeri. Peningkatan
prostaglandin dapat berperan pada dismenore sekunder. Namun, penyakit pelvis yang menyertai
haruslah ada. 14 Penyebab yang umum, di antaranya termasuk endometriosis (kejadian di mana
jaringan endometrium berada di luar rahim, dapat ditandai dengan nyeri haid), adenomyosis (bentuk
endometriosis yang invasive), polip endometrium (tumor jinak di endometrium), chronic pelvic
inflammatory disease (penyakit radang panggul menahun), dan penggunaan peralatan kontrasepsi atau
IU(C)D [intrauterine (contraceptive) device]. Hampir semua proses apapun yang memengaruhi pelvic
viscera (bagian organ panggul yang lunak) dapat mengakibatkan nyeri pelvis siklik (Anurogo &
Wulandari, 2011
1. Dismenore primer Dismenore primer hampir selalu terjadi saat siklus ovulasi (ovulatory cycles)
dan biasanya muncul dalam setahun setelah haid pertama. Pada dismenore primer klasik, nyeri
dimulai bersamaan dengan onset haid atau hanya sesaat sebelum haid dan bertahan atau menetap
selama 1 – 2 hari. Nyeri dideskripsikan sebagai spasmodik dan menyebar ke bagian belakang
(punggung) atau paha atas atau tengah. Berhubungan dengan gejala – gejala umumnya yaitu seperti
berikut : 1) Malaise (rasa tidak enak badan), 2) Fatigue (lelah), 3) Nausea (mual) dan vomiting
(muntah), 4) Diare, 5) Nyeri punggung bawah, 6) Sakit kepala, 7) Terkadang dapat juga disertai
vertigo atau sensasi jatuh, perasaan cemas, gelisah, hingga jatuh pingsan, 8) Gejala klinis dismenore
primer termasuk onset segera setelah haid pertama dan biasanya berlangsung sekitar 48 – 72 jam,
sering mulai beberapa jam sebelum atau sesaat setelah haid. Selain itu juga terjadi nyeri perut atau
nyeri seperti saat melahirkan dan hal ini sering ditemukan pada pemeriksaan pelvis yang biasa atau
pada rektum (Anurogo & Wulandari, 2011)
2. Dismenore sekunder Nyeri dengan pola yang berbeda didapatkan pada dismenore sekunder yang
terbatas pada onset haid. Ini biasanya berhubungan dengan perut besar atau kembung, pelvis terasa
berat, dan nyeri punggung. Secara klinis, nyeri meningkat secara progresif selama fase luteal dan akan
memuncak sekitar onset haid. Berikut adalah gejala klinis dismenore secara umum : 1) Dismenore
terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah haid pertama, 2) Dismenore dimulai setelah usia 25
tahun, 3) Terdapat ketidaknormalan pelvis dengan pemeriksaan fisik, pertimbangkan kemudian
endometriosis, pelvic inflammatory disease (penyakit radang panggul), dan pelvic adhesion
(perlengketan pelvis), 4) Sedikit atau tidak ada respons terhadap obat golongan NSAID (nonsteroidal
anti-inflammatory drug) atau obat anti – inflamasi non – steroid, kontrasepsi oral, atau keduanya
F. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan dismenore atau dysmenorrhea bertujuan untuk mengatasi nyeri dan mengatasi
penyebab utama pada dismenore sekunder. Modalitas penatalaksanaan meliputi terapi farmakologi,
terapi nonfarmakologi, dan tindakan bedah. Terapi farmakologi mencakup pemberian analgesik
nonsteroid (OAINS) ataupun kontrasepsi hormonal. Terapi nonfarmakologi contohnya perubahan
gaya hidup, akupuntur, dan terapi panas. Pada kasus dismenore sekunder, misalnya akibat
endometriosis, tata laksana dilakukan sesuai pedoman klinis penyakit dasar.[11,12]
Terapi Farmakologi
Terapi pilihan awal untuk dismenore adalah obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Hingga kini
belum ada jenis OAINS tertentu yang terbukti lebih unggul untuk mengatasi nyeri pada pasien
dismenore.
Pilihan terapi farmakologi lain untuk pasien dismenore adalah terapi hormonal (kontrasepsi).
Meskipun bukti yang mendukung efikasi terapi hormonal (kontrasepsi) pada dismenore masih
terbatas, obat kontrasepsi oral dapat dipertimbangkan pada pasien dengan dismenore primer
atau endometriosis. Obat kontrasepsi tidak disarankan jika pasien ingin hamil.[11,12]
Terapi Nonhormonal
Secara umum, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) adalah pilihan pertama dalam mengatasi nyeri
akibat dismenore. Pemilihan OAINS didasarkan pada respon dan tolerabilitas masing-masing pasien
karena belum ada bukti yang adekuat yang menunjukkan satu jenis OAINS lebih superior
dibandingkan jenis lainnya dalam mengatasi dismenore
Kontrasepsi hormonal oral, intravaginal, dan intrauterin telah direkomendasikan untuk pengelolaan
dismenore primer, namun bukti yang mendukung efikasinya masih sangat terbatas. Uji klinis
berkualitas tinggi yang menunjukkan perbaikan nyeri dengan penggunaan kontrasepsi oral masih
belum tersedia, tetapi uji klinis dalam skala lebih kecil melaporkan efikasi hingga 80%. Jangan
tawarkan terapi ini pada pasien yang ingin hamil.
Sementara itu, pada kasus endometriosis, kontrasepsi oral kombinasi adalah pengobatan lini pertama
untuk dismenore. Sebuah uji klinis dengan penyamaran ganda mendukung penggunaan kombinasi
estrogen-progestin oral dalam pengobatan dismenore terkait endometriosis. Selain itu, ada pula studi
yang menunjukan efikasi medroxyprogesterone, implan etonogestrel, dan levonorgestrel
intrauterin untuk dismenore sekunder terkait endometriosis.
Terapi Nonfarmakologi
5. Mengonsumsi suplemen yang mengandung vitamin E, vitamin B6, omega 3, dan magnesium.
Tindakan Bedah
Tindakan bedah digunakan pada dismenore sekunder sesuai indikasi. Laparoskopi dapat dilakukan
untuk mengatasi endometriosis yang merupakan penyebab tersering dismenore sekunder. Teknik yang
dapat dipilih adalah laparoscopic uterine nerve ablation (LUNA) atau laparoscopic presacral
neurectomy (PSN).
Apabila secara anatomi tampak normal dan tidak terdapat bukti adanya endometriosis pada MRI,
beberapa pilihan tindakan bedah seperti histerektomi baik total atau subtotal dapat dilakukan, tentunya
dengan mempertimbangkan usia dan kondisi klinis masing-masing pasien. Dalam pemilihan terapi,
dokter perlu melibatkan pasien dan menyampaikan untung-rugi dari tindakan, termasuk aspek
fertilitas.
DATA FOKUS
A.Identitas
Nama : Ny.W
Umur :30
Agama :Katolik
B.Keluhan utama
Nyeri hari pertama haid sampai hari kedua haid.lama haid 5hari.
C.Riwayat kesehatan
Nyeri dirasakan sejak pertama datang bulan pada umur 11tahun sampai sekarang.
F. Genogram
Ayah Ibu
Anak Anak
Anak 1 2 3
Keterangan :
: Pasien
G. Riwayat kehamilan:
H. Riwayat Imunisasi:TT
-Menarche:umur 11 tahun
K .Riwayat Pernikahan:Menikah 1 kali pada usia 23 tahun dengan suami umur 26 tahun.lama
pernikahan 7 tahun, anak 1 orang
M. Riwayat psiko,social,ekonomi,spiritual
-Riwayat Sosial:Pasien merupakan ibu rumah tangga biasa,punya hubungan baik dengan tetangga
N. Pemeriksaan fisik:
-Rambut:bersih
-Muka :simetris
-Mulut :simetris
-Lidah :bersih
-Leher : tidak ada kelainan(pembesaran thyroid,bendungan vena jugularis,kaku kuduk)
P. Therapy nonfarmakoligi
Pengobatan Dismenore
5. Mengonsumsi suplemen yang mengandung vitamin E, vitamin B6, omega 3, dan magnesium.
Q. Analisa data
1.Nyeri akut
2.Ansietas
3.Defisit pengetahuan.
Anurogo, D., & Wulandari, A. (2011).Cara Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta: CV. Andi Armin, I.A.
(2018). Efektivitas Teknik Relaksasi Nafas Dalam Dan Aromaterapi Lavender Terhadap Nyeri Haid
Pada Siswi Madrasah Aliyah Di Pondok Pesantren Darul A’mal Metro. Program Studi DIV
Kebidanan Metro. Lampung Bain,C, Burton, K, Gavigan, C 2015, Ilustrasi Ginekologi, trans. BI
Santoso, Elsevir, Singapore. Bajalan, Z., Moafi, F., MoradiBaglooei, M., & Alimoradi, Z. (2019).
Mental health and primary dysmenorrhea: a systematic review. Journal of Psychosomatic Obstetrics
& Gynecology, 40(3), 185-194. DOI: 10.1080/0167482X.2018.1470619
Hari/ Tanggal :Senin 09-Januari 2023
Waktu : 17.00-17.30
Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan ini ibu dan remaja putri dapat menjelaskan kembali :
2. Penyebab
E.Metode penyuluhan
1.ceramah
F. Media penyuluhan:SAP
G.Evaluasi,Struktur,Proses,Hasil
ESSAY Pertanyaan :
1. Jelaskan pengertian Nyeri haid!
2. Sebutkan penyebab terjadinya nyeri haid ?
Nyeri haid atau disminore itu sendiri dapat diklasifikasikan menjadi 2. Berdasarkan
ada tidaknya kelainan ginekologis dan berdasarkan dengan intensitas nyerinya.
b. Disminorrea sekunder
Pada disminorrea sekunder etiologi yang mungkin terjadi adalah :
1). Faktor konstitusi seperti anemia, pemakaian kontrasepsi IUD, benjolan yang
menyebabkan perdarahan, tumor atau fibroid
2). Anomali uterus konginental, seperti : rahim yang terbalik, peradangan selaput lendir
rahim,
3). Endometriosis
4. Pengobatan
Pengobatan atau penatalaksanaan dari diminorrea ini dapat dilakukan dengan medis dan
non medis.
1). Terapi medis untuk perempuan yang mengalami dissminorrea adalah :
· Pemberian obat analgetik digunakan untuk menghilangkan rasa nyeri. dapat
menggunakan aspirin, asetaminofen, propofiksen (untuk Nyeri ringan), Promrtazin,
oksikodon, butalbitat ( untuk Nyeri berat)
· Terapi Hormonal
Pengobatan hormonal untuk meredakan dismenore, dan lebih tepat diberikan pada wanita
yang ingin menggunakan alat KB berupa pil. Jenis hormon yang diberikan progestin, pil
kontrasepsi (estrogen rendah dan progesteron tinggi). Pemberian pil dari hari 5-25 siklus
haid dengan dosis 5-10 mg/hari. Progesteron diberikan pada hari ke 16 sampai ke 25 siklus
haid, setelah keluhan nyeri berkurang.
· Terapi dengan obat non steroid antiprostlagandin
Non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs) yang menghambat produksi dan kerja
prostaglandin digunakan untuk mengatasi dismenore primer. NSAIDs tidak boleh diberikan
pada wanita hamil, penderita dengan gangguan saluran pencernaan, asma dan alergi
terhadap jenis obat anti prostaglandin
2). Terapi non Medis dapat dilakukan :
· Hangatkan bagian perut, dapat menyebabkan vasodilatasi dan mengurangi spasmodik
uterus
· Masase daerah perut yang tersa nyeri, mengurangi nyeri karena ada stimulus
sentuhan terapeutik
· Lakukan latihan ringan, dapat memeprbaiki aliran uterus dan tonus otot