You are on page 1of 5

TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 1 : Februari 2016

KECERDASAN EMOSIONAL PENDIDIK

Muh. Arif
Institut Agama Islam Negeri Sultan Amai Gorontalo

Abstrak
Kecerdasan emosional pendidik memerlukan latihan dan pelatihan, yakni melatih dan dilatih
bagaimana membuka hati, dilatih untuk menahan emosi, dan cara mengambil tanggungjawab, dengan
strategi pelatihan dengan memfokuskan pada: bagaimana mengetahui apa yang diinginkan dan
dirasakan yakni bagaimana merasakan emosi-emosi dengan benar, serta bagaimana mengelola emosi
dengan kreatif; kapan menahan dan kapan mengekspresikan perasaan, serta bagaimana
mengaplikasikan pengetahuan tentang emosi ketika bekerja, ketika di rumah, di sekolah, di dalam
kelompok-kelompok sosial, untuk meningkatkan hubungan dengan orang lain, dan membangun
hubungan yang tulus dengan mereka terutama kepada peserta didik.
Kata Kunci: Kecerdasan Emosional, Pendidik.
motivasi terjadi hubungan interaktif2. Crow and
Crow, mendefinisikan emosi dengan suatu
A. PENDAHULUAN
keadaan yang mempengaruhi dan menyertai
Kecerdasan emosi semula penyesuaian di dalam diri secara umum,
diperkenalkan oleh Peter Salovery dari keadaan yang merupakan penggerak mental
Universitas Harvard dan John Mayer dari dan fisik bagi individu dan yang dapat dilihat
Universitas New Hampshire. Istilah itu melalui tingkah laku luar3.
kemudian dipopulerkan oleh Daniel Goleman Dalam khazanah pemikiran para ahli
dalam karya monumentalnya Emotional kepemimpinan yang paling mutakhir yang
Intelligence; Why it Can Matter More Than IQ membahas tentang kepemimpinan yang
tahun 1995. mempertimbangkan pentingnya kecerdasan
Goleman mendefinisikan emosi emosi (EQ), antara lain digagas oleh Stephen
dengan perasaan dan pikiran-pikiran khasnya, R. Covey (1990) dan juga oleh Robert K.
suatu keadaan biologis dan psikologis dan Cooper (1998) sebagaimana yang dirangkum
serangkaian kecenderungan untuk bertindak1. oleh Agustian, menunjukkan bahwa, adanya
Emosi juga merupakan reaksi kompleks yang keunggulan EQ dalam mencapai prestasi,
mengait satu tingkat tinggi kegiatan dan sehingga banyak orang-orang hasil
perubahan-perubahan secara mendalam serta “penggodokan” pemikiran dan teori Barat
dibarengi dengan perasaan (feeling) yang kuat tersebut menjadi terkenal dan mencapai
atau disertai keadaan efektif. Perasaan kesuksesan di atas rata-rata.
merupakan pengalaman disadari yang Pendidik dengan EQ yang tinggi,
diaktifkan baik oleh perangsang eksternal menurut Hawari, sejak dini telah memiliki
maupun oleh bermacam-macam keadaan karakter atau sifat-sifat sebagai berikut: 1)
jasmani. Emosi kadang-kadang dibangkitkan
oleh motivasi, sehingga antara emosi dan 2
J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi,
diterjemahkan oleh Kartini Kartono, dengan judul
asli “Dictionary of Psikology”, (Jakarta: Rajawali
Press, 1999), h. 414-421.
3
Lester D. Crow dan Alice Crow,
1
Daniel Goleman, Emotional Psikologi Pendidikan, diterjemahkan oleh Z.
Intellegence, diterjemahkan oleh T. Hermaya, Kasijan, dengan judul asli “Educational Psikology”,
(Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1999), h. 411. (Surabaya: Bina Ilmu, 1984), h. 116.
1
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 1 : Februari 2016

mampu mengendalikan diri, 2) sabar, 3) tekun, Selanjutnya Segal, mengemukakan


4) tidak emosional, 5) tidak reaktif, serta 6) bahwa: emosi berasal dari bahasa Latin motere
fositive thinking. Pendidik yang demikian ini (bergerak). Emosi merangsang ingatan dengan
kelak akan menampakkan performancenya sangat baik tentang berbagai kejadian dan
sebagai pendidik yang: 1) tidak tergesa-gesa memotivasi diri untuk melakukan sesuatu
dalam mengambil keputusan, 2) lebih secara emosional. Dengan berpegang pada
mengutamakan rasio daripada emosi, 3) tidak sumber motivasi, maka emotional intelegence
reaktif bila mendapat kritik, 4) tidak merasa dapat memperteguh tekad untuk bersungguh-
dirinya paling pandai; serta 5) tawadhu’ sungguh.6 Senada dengan itu, Wittig dan
(rendah hati) atau low profile. Pada gilirannya Williams berpendapat bahwa emosi berasal
di hadapan peserta didiknya tampak sebagai dari bahasa Latin yang berarti memindahkan
sosok yang: 1) memiliki sifat terbuka, 2) (to move out) atau merangsang (to excite).7
transparan, 3) akomodatif, 4) istiqamah Emosi adalah suatu perasaan dan
(konsisten), 5) satu kata dengan perbuatan, 6) pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan bilogis
menepati janji, 7) jujur, 8) adil, dan 9) dan psikologis, serta serangkaian
8
berwibawa. Kewibawaannya ditegakkan kecenderungan untuk bertindak.
dengan arif bijaksana, bukan dengan power
Aspek Emosi Multidimensional
(kekuatan/kekuasaan).4
Dengan demikian, pendidik yang Aspek Pengaruh Unit Analisis
berorientasi pada EQ ini akan tampak lebih Emosi Terhadap
mengutamakan kepentingan umum daripada Emosi
Kognitif- Perasaan Laporan Diri
kepentingan dirinya, ia berkorban demi
Subjektif
kepentingan umum serta tidak mementingkan Fisiologis Rangsangan Struktur otak,
kepentingan dirinya sendiri (tidak egois), persiapan fisik sistem urat saraf,
peduli terhadap peserta didiknya. Ia juga dan sistem
endokrin
memiliki budi pekerti yang luhur serta
Fungsional Tujuan yang Seleksi untuk
berkarakter yang baik, sehingga dapat menjadi ditetapkan respons yang
tokoh panutan (teladan). pantas terhadap
situasi
B. PARADIGMA KECERDASAN Ekspresif Komunikasi Ekspresi wajah,
EMOSIONAL PENDIDIK Sosial bahasa tubuh,
1. Hakikat Emosi vokalisasi, dan
hukum sosial.9
Emosi merupakan aspek yang sangat
penting dalam eksistensi kepribadian manusia
untuk mampu mengerjakan sesuatu secara
cerdas. Menurut Cooper dan Sawaf, emosi
adalah sumber energi, pengaruh, dan informasi
Alex Tri K.W. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
yang bersifat batiniah. Emosi yang baik atau 1998), h.19.
6
buruk telah ada sejak lahir. Perbedaan hasilnya Jeanne Segal, Melejitkan Kepekaan
adalah sesuatu yang diperbuat dengan Emosional, terjemahan Ary Nilandari, (Bandung:
Kaifa Mizan, 2000), h. 32-33.
menggunakan informasi dan energi tersebut.5 7
Mukhtar dan Ervin A. Priambodo,
Mengukir Prestasi Panduan Menjadi Guru
4
Hariadi, Evolusi Pesantren Studi Profesional, (Jakarta: Misaka Galiza, 2002), h. 57.
8
Kepemimpinan Kiai Berbasis Orientasi ESQ, (Cet. Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan
1; Yogyakarta: LKiS, 2015), h. 108. Abad 21, h. 176.
5 9
Lihat Robert K. Cooper dan Ayman Mukhtar dan Ervin A. Priambodo,
Sawaf, Executive EQ: Kecerdasan Emosional Mengukir Prestasi Panduan Menjadi Guru
dalam Kepemimpinan dan Organisasi, terjemahan Profesional, h. 59.

2
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 1 : Februari 2016

2. Paradigma Kecerdasan Emosional memancing kemarahan guru (pendidik)nya.


Salovey dan Mayer menggunakan Maka pendidik yang tidak mampu mengontrol
istilah kecerdasan emosi untuk emosinya dengan baik, dia terpancing untuk
menggambarkan sejumlah kemampuan memarahi peserta didiknya. Apalagi sebelum
mengenali emosi diri sendiri, mengelola dan berangkat untuk mengajar ia sudah ada
mengekspressikan emosi diri sendiri dengan ketidaknyamanan atau masalah dari rumahnya,
tepat, memotivasi diri sendiri, mengenali orang seorang pendidik terkadang memberikan
lain, dan membina hubungan dengan orang hukuman yang bahkan melebihi dari perbuatan
lain10. Ciri utama pikiran emosional adalah peserta didiknya yang dianggap salah oleh guru
respons yang cepat tetapi ceroboh, (pendidik) tersebut.13
mendahulukan perasaan dari pada pemikiran, Berbeda dengan seorang pendidik
realitas simbolik yang seperti kanak-kanak, yang dapat mengontrol emosinya dengan baik.
masa lampau diposisikan sebagai masa Jika diantara peserta didiknya yang melakukan
sekarang, dan realitas yang ditentukan oleh perbuatan yang melanggar dari aturan atau
keadaan.11 kepatutan yang sedang berlaku, ia mencoba
Daniel Goleman, mendefinisikan untuk memahami mengapa anak (peserta didik)
kecerdasan emosional dengan: “kemampuan tersebut melakukan perbuatan itu. Sang
mengenali perasaan diri kita sendiri dan pendidik akan dengan lembut memanggil
perasaan orang lain, kemampuan memotivasi peserta didiknya lantas menanyainya dengan
diri sendiri, dan kemampuan mengelola emosi baik-baik. Dalam banyak kasus, justru
dengan baik pada diri sendiri dan dalam perhatian seorang pendidik yang bertanya
hubungannya dengan orang lain.12 dengan baik-baik kepada anak yang
Mengacu pada definisi kecerdasan bermasalah menjadikan mereka berhenti dari
emosional di atas, maka dapat disimpulkan perbuatan tidak baiknya.
bahwa kecerdasan emosional adalah jenis Mengedepankan sikap yang lembut
kecerdasan yang fokusnya memahami, jauh lebih bermanfaat daripada memberikan
mengenali, meningkatkan, mengelola dan reaksi spontan dan kemarahan kepada peserta
memimpin motivasi diri sendiri dan orang lain didik yang melakukan kesalahan. Anak yang
untuk mengoptimalkan fungsi energi, didekati dengan kemarahan biasanya akan sulit
informasi, hubungan dan pengaruh bagi benar-benar berhenti dari perbuatan tidak
pencapaian-pencapaian tujuan yang baiknya. Jika memang berhenti, biasanya tidak
dikehendaki dan ditetapkan. berangkat dari kesadarannya, melainkan karena
3. Pendidik yang Memiliki Kecerdasan dimarahi oleh guru (pendidik)nya. Padahal
Emosional sudah menjadi sifat dasar setiap manusia jika
Menjadi seorang pendidik tidak diperhatikan akan merasa senang hatinya. Di
selalu menghadapi peserta didik yang baik, sinilah sesungguhnya menjadi penting bagi
penurut, atau tidak pernah iseng. Ada saja pendidik untuk dapat mengontrol emosi dengan
peserta didik yang justru sikapnya dapat baik agar para peserta didiknya merasa senang,
sehingga proses pembelajaranpun dapat
10
Aprilia Fajar Petiwi, dkk., berjalan dengan baik.
Mengembangkan Kecerdasan Emosi, Seri
Ayahbunda, (Jakarta: Yayasan Aspirasi Pemuda,
1997), h.16.
11
Daniel Goleman, Emotional
Intellegence, diterjemahkan oleh T. Hermaya, h.
13
411. Hariadi, Evolusi Pesantren Studi
12
Agus Efendi, Revolusi Kecerdasan Kepemimpinan Kiai Berbasis Orientasi ESQ, h.
Abad 21, (Bandung: Alfabeta, 2005), h. 171. 104-105.

3
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 1 : Februari 2016

peserta didik. Emosi memiliki arti penting


dalam mempengaruhi peserta didik belajar.
Menjadi seorang pendidik tidak
4. Sintesis Kecerdasan Emosional selalu menghadapi peserta didik yang baik,
penurut dan tidak pernah iseng. Ada saja
Dimensi Indikator peserta didik yang justru sikapnya dapat
1. Sadar a. Konstan memancing kemarahan pendidiknya. Maka
Diri b. Penerimaan pendidik yang tidak dapat mengontrol
c. Berpikir Abstrak emosinya dengan baik, dia terpancing untuk
d. Belajar dari Kesalahan
memarahi peserta didiknya.
e. Memiliki Kehidupan
Berbeda dengan seorang pendidik
Spiritual
2. Mengatur a. Dapat Diatur
yang dapat mengontrol emosinya dengan baik.
Diri b. Kontrol Jika ada diantara peserta didiknya yang
Emosi/Pengendalian melakukan perbuatan yang melanggar dari
Diri aturan atau kepatutan yang sedang berlaku, ia
c. Mengetahui Emosi berusaha untuyk memahami mengapa anak
Sendiri tersebut melakukan perbuatan itu. Pendidik
d. Percaya Diri akan dengan lembut memanggil anak tersebut
e. Simpatik kemudian menanyainya dengan baik-baik.
3. Memotiv a. Dinamis Dalam banyak kasus, justru perhatian seorang
asi Diri b. Tekad yang Kuat
pendidik yang bertanya dengan baik-baik
c. Mengkreasikan Pola
kepada peserta didik yang bermasalah
Pikir Baru (Kreatif)
d. Tekun menjadikan mereka berhenti dari perbuatan
4. Empati a. Responsif tidak baiknya.14
b. Reaktif Dalam menghadapi peserta didik
c. Rasa Cinta masa kini seorang pendidik dituntut untuk
d. Kesedihan memiliki keserdasan emosi dan sosial, suatu
e. Senang kemampuan untuk mengenali, mengolah dan
f. Romantis mengontrol emosi agar dapat merespon secara
g. Perhatian positif setiap kondisi yang muncul dari peserta
h. Rasa Ingin Tahu
didik. Emosi memiliki arti penting dalam
5. Kecakap a. Kemampuan
mempengaruhi peserta didik belajar.
an Sosial Penyesuaian Diri
b. Kemampuan C. KESIMPULAN
Berhubungan Interaktif
c. Antisipatif
Emosi sangat menentukan perilaku
d. Kejutan peserta didik, termasuk mempengaruhi
e. Menjaga Persahabatan semangat dalam belajarnya. Emosi yang
f. Mampu Memimpin menimbulkan perasaan peserta didik nyaman
g. Menentukan Tujuan dan aman dalam belajar bersama pendidiknya
Dalam menghadapi anak (peserta sekaligus dapat meningkatkan harga diri.
didik) masa kini seorang pendidik dituntut Dengan demikian begitu pentingnya
untuk memiliki kecerdasan emosi dan sosial, pendidikan untuk mempelajari kecakapan
suatu kemampuan untuk mengenali, mengolah emosional untuk diajarkan dan dilatihkan,
dan mengontrol emosi agar dapat merespon
14
secara positif setiap kondisi yang muncul dari Aris Shoimin, Guru Berkarakter untuk
Implementasi Pendidikan Karakter, (Yogyakarta:
Gava Media, 2014), h. 104-105.

4
TADBIR : Jurnal Manajemen Pendidikan Islam Volume 4, Nomor 1 : Februari 2016

termasuk di sekolah. Karena untuk terampil Lester D. Crow dan Alice Crow, Psikologi
secara emosional memerlukan latihan dan Pendidikan, diterjemahkan oleh Z.
pelatihan. Kasijan, dengan judul asli
“Educational Psikology”, Surabaya:
DAFTAR PUSTAKA
Bina Ilmu, 1984.
Chaplin, J.P. Kamus Lengkap Psikologi,
Magnis-Suseno, Frans. Etika Jawa: Sebuah
diterjemahkan oleh Kartini Kartono,
Analisa Falsafi tentang
dengan judul asli “Dictionary of
Kebijaksanaan Hidup Jawa Jakarta:
Psikology”, Jakarta: Rajawali Press,
Gramedia, 1999.
1999.
Massaong, Abd. Kadim. Kepemimpinan
Coles, Robert. Menumbuhkan Kecerdasan
Berbasis Multiple Intelligence,
Moral pada Anak, terj. T. Hermaya,
Bandung: Alfabeta, 2011.
judul asli, “The Moral Intelligence of
Children: How to Raise a Moral Muhammad, Muslih. Kecerdasan Emosi
Child”, Jakarta: Gramedia, Pustaka Menurut al-Qur’an (Emotional
Utama, 2000. Intelligence of al-Qur’an), Cet. 1;
Jakarta: Zaituna, 2010.
Cooper, Robert K. dan Ayman Sawaf,
Executive EQ: Kecerdasan Emosional Mujib, Abdul. dan Jusuf Mudzakir. Nuansa-
dalam Kepemimpinan dan nuansa Psikologi Islam, Jakarta: Raja
Organisasi, terjemahan Alex Tri Grafindo Persada, 2002.
K.W. (: Gramedia Pustaka Utama,
Mukhtar dan Ervin A. Priambodo, Mengukir
1998.
Prestasi Panduan Menjadi Guru
DePorter, Bobbi. dan Mike Hemacki, Quantum Profesional, Jakarta: Misaka Galiza,
Learning; Membiasakan Belajar 2002.
Nyaman dan Menyenangkan,
Murad, Yusuf. Mabadi’ ‘Ilm al-Nafs al-‘Am,
Bandung: Kaifa, 1999.
Mesir: Dar al-Ma’arif, t.th.
Efendi, Agus. Revolusi Kecerdasan Abad 21,
Petiwi, Aprilia Fajar. dkk., Mengembangkan
Bandung: Alfabeta, 2005.
Kecerdasan Emosi, Seri Ayahbunda,
Goleman, Daniel. Emotional Intellegence, Jakarta: Yayasan Aspirasi Pemuda,
diterjemahkan oleh T. Hermaya, 1997.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
Segal, Jeanne. Melejitkan Kepekaan
1999.
Emosional, terjemahan Ary
Hariadi, Evolusi Pesantren Studi Nilandari, Bandung: Kaifa Mizan,
Kepemimpinan Kiai Berbasis 2000.
Orientasi ESQ, Cet. 1; Yogyakarta:
Shoimin, Aris. Guru Berkarakter untuk
LKiS, 2015.
Implementasi Pendidikan Karakter,
Johannesen, Richard L. Etika Komunikasi, terj. Cet. 1; Yogyakarta: Gava Media,
Dedy Jamaluddin Malik, Bandung: 2014.
Remaja Rosdakarya, 1996. Vemon J.
Zohar, Danah. and Ian Marshall, SQ: Spiritual
Bourke, Ethics: A Texbook in Moral
Intelligence the Ultimate Intelligence,
Philosophy New York: The
Soho Square, London: Vloomsbury
Macmillan Company, 1966.
Publishing, 2000.

You might also like