Professional Documents
Culture Documents
Cerpen Dia Bukan Aku
Cerpen Dia Bukan Aku
Oleh : Fitriani*
Pagi ini, hari ke – 30 aku mengenalnya. Ya, sudah hampir 1 bulan aku mengenal
dia via telepon. Berawal dari sms nyasar, aku mulai berkenalan , sering teleponan, dan
sekarang sudah ke tahap yang lebih serius. Aku sekarang sudah “ pacaran “ dengan
dia.
Mungkin bisa di bilang ini hal terbodoh yang aku lakukan sepanjang hidupku.
Bayangkan saja, aku sama sekali belum pernah melihatnya dan bertemu dengannya.
Tapi, perhatian dia yang membuatku secepat kilat bilang kata “ ya “ saat dia meminta
Hari – hariku yang dulu sepi, sunyi, dan hampa , sekarang sudah tidak ada lagi
dalam hidupku. Hidupku kini terasa lebih indah dan bahagia, tentu saja karena
kehadiran dia yang tiba – tiba. Ya , tiba – tiba buat aku senang, selalu mikirin dia, dan
selalu tersenyum. Huft, pokoknya cinta ini luar binasa deh, eh salah maksudnya luar
biasa. Hehehe...
..........
“ Maya, besok malam kita ketemu ya. Aku ingin sekali bertemu dengan kamu
sayang !. Aku ingin melihat wajah cantikmu. Aku tunggu kamu jam 7 malam di Kafe
terkejut setengah mati . tiba- tiaba saja Anton SMS aku seperti itu. Aku tak tahu
apa yang harus aku lakukan . aku bingung dan takut, bagaimana kalau Anton tahu kalau
aku......... ah, dengan perasaan gundah aku langsung membalas sms Anton.
“ iya Anton, aku pasti datang untuk menemuimu. Aku memakai gaun hitam
panjang. “
Aku tidak siap untuk bertemu langsung dengan Anton . tanpa pikir panjang aku
meminta bantuan dengan sahabat karibku Nia. Aku langsung ceritakan apa yang
terjadi selama ini antara aku dan Anton. Dan akhirnya Nia bersedia untuk
membantuku. Nia akan berpura – pura menjadi aku besok malam, Nia yang akan
bertemu dengan Anton dan Nia juga yang akan memakai gaun hitam panjang itu besok
malam. Dan aku ? Aku tetap di rumah, menunggu Nia datang ke rumahku untuk
memberi tahu bagaimana pertemuannya dengan Anton malam itu. Aku berharap semua
..........
Malam yang dinanti pun tiba. Nia pamit padaku dan langsung pergi ke tempat
Kafe Kemang Jakarta pada malam hari memang sangat indah dan romantis. Apalagi
untuk setiap pasangan muda yang sedang kasmaran seperti aku ( sangat berharap ).
..........
pikiranku, pasti Nia sudah bertemu dengan Anton. Seharusnya aku senang akan hal
itu. Tapi, kenapa hatiku malah cemas, sedih, gundah dan binggung tak karuan seperti
ini.
Akhirnya aku putuskan untuk menyusul Nia ke kafe itu. Aku hanya ingin
memastikan semuannya berjalan lancar atau tidak. Tapi, sebenarnya lebih dari itu,
aku juga ingin melihat Anton, aku ingin melihat wajah pria yang selama 1 bulan ini aku
cinta.
Aku pun tiba di kafe Kemang Jakarta. Aku langsung masuk dan mencari
dimana tempat duduk Nia dan Anton. ‘Brrukk...’, tanpa sadar aku telah terjatuh dan...
“ Mbak gapapa ? Ada yang terluka ? Lain kali hati – hati ya mbak, bahaya. Suara itu
membuatku diam tak berarti. Suara pria yang membantuku berdiri itu seperti suara
Anton. Tapi, belum sempat aku mengucapkan terima kasih, dia sudah hilang dari
hadapanku. Hanya wajah dan baju saja yang aku ingat dari pria itu. Ahh..., lupakan dia,
Aku telusuri satu demi satu meja di kafe ini. Dan akhirnya aku menemukan
dimana tempat duduk Anton dan Nia berada, di pojok kanan kafe aku melihat Nia
sedang berhadapan dengan seorang pria, itu pasti Anton. Dan betapa terkejutnya aku
saat menyadari bahwa Anton itu adalah pria yang menolongku tadi. Bukan hanya itu,
terlihat jelas dengan mata kepalaku sendiri Anton dengan Nia saling bermesraan dan
berkecupan bibir.
Hatiku sakit, sedih, dan kecewa atas kejadian semua ini. Air mataku tiba –
tiba mengalir begitu saja dan tak berhenti untuk mengalir. Nia memang gadis cantik,
putih, tinggi dan pintar. Tak mungkin ada pria yang tidak langsung menyukainya.
Begitu pula dengan Anton, dia seorang pria tampan, putih, tinggi, dan seorang Dokter
Sangat jauh berbeda denganku. Aku hanya seorang wanita yang biasa saja,
tidak putih, tidak tinggi, dan aku hanya mempunyai 1 kaki yang berfungsi untuk
berjalan. Ya, aku memang cacat. Kakiku pincang, sama seperti hatiku yang sekarang
Dalam hatiku aku berkata “ Dia bukan aku, Anton ! “. Dia bukan Maya yang
yang selama 31 hari ini kamu kenal , kamu sayangi, dan kamu cintai. Akulah Maya yang
sebenarnya. Maya yang selama ini mencintaimu dan yang kau cintai.
Dengan bercucuran air mata, aku langsung berlari keluar dan ... ‘
Brruukk... ‘, aku terjatuh, aku kesakitan . Hanya ada satu kalimat di pikiranku saat itu,
“ CINTA ITU MENYAKITKAN “. ( Maya tertabrak mobil dan meninggal dunia saat itu
juga ).
SUKA Yogyakarta.