You are on page 1of 21

Pengertian dan peranan Kepribadian serta sikap dan usaha guru dalam

membentuk dan mengembangkan kepribadian peserta didik

Makalah
Disusun untuk memenuhi salah satu tugas:
Mata Kuliah Psikologi Pendidikan

Dosen Pengampu:
Dina Amalia, S.Psi.,M.Sc.

Disusun oleh:
Kelompok 3

Annisa Zuhra 2006104210071


Fatimah 2006104210050
Putri Maulida 2006104210009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita marilah kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan kita Rahmat dan Hidayah. Shalawat beriringan dengan salam Marilah kita
sanjungkan kepada ruh junjungan alam yakni Nabiullah Nabi Muhammad SAW. Yang telah
membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti
yang kita rasakan pada saat ini.

Penulis juga ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada Ibu Dina Amalia sebagai
dosen pengampu. Semoga nasihat, bimbingan, dan motivasi dari Ibu serta teman-teman menjadi
kebaikan dan diridhai Allah Swt.

Dengan rahmat Allah SWT yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan kepada
penulis untuk melakukan dan menyelesaikan tugas makalah dengan judul “Pengertian dan
peranan Kepribadian serta sikap dan usaha guru dalam membentuk dan mengembangkan
kepribadian peserta didik” Dalam penulisan makalah ini, penulis berharap bahwasanya
makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan bagi penulis sendiri dalam rangka menambah
wawasan dan pengetahuan.

Dalam hal penyusunan makalah ini penulis menyadari banyak kekurangan dan
ketidaksempurnaan dari isi makalah ini. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik serta saran
yang bersifat membangun dalam rangka proses perbaikan kedepannya.

Subulussalam, 12 September 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................i

DAFTAR ISI..................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................1

1.1 Latar belakang masalah.................................................................................................1

1.2 Rumusan masalah..........................................................................................................2

1.3 Tujuan pembahasan.......................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................3

2.1 Pengertian kepribadian......................................................................................................3

2.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian................................................................4

2.3 Ciri-ciri kepribadian individu yang mempengaruhi proses dan hasil belajar...................6

2.4 Pengukuran Kepribadian...................................................................................................8

2.5 Peranan guru dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian peserta didik yang
menunjang keberhasilan belajarnya...........................................................................................12

BAB III PENUTUP......................................................................................................................16

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................17

ii
BAB I
PENDAHULUAN
3.1 Latar belakang masalah
Manusia lahir di dunia dalam keadaan fitrah bagaikan kertas putih. Untuk memberikan warna
dan coretan dibutuhkan campur tangan dari lingkungannya, seperti orangtua (keluarga),
masyarakat dan lingkungan alam. Salah satu kebutuhan manusia yang fundamental adalah
pendidikan. Pendidikan merupakan pilar yang sangat urgen bagi setiap manusia, tidak ada
dikotomi apakah itu pendidikan formal, non formal atau informal. Pendidikan menempati posisi
pertama dan sangat strategis untuk menumbuhkan berbagai potensi yang dimiliki.

Eksistensi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan hal teramat penting dalam
pengembangan kepribadian anak, terutama pada saat dirinya melewati masa-masa keemasannya
(fase golden age). Pada masa ini terjadi kematangan fungsi fisik dan psikis yang siap merespon
stimulasi yang diberikan oleh lingkungan. Masa ini juga merupakan masa peletak dasar untuk
mengembangkan kemampuan kognitif, motorik, bahasa, sosio emosional, agama dan moral.
Selain itu, pada masa keemasan dalam diri anak dapat dibentuk/dikembangkan karakter
kepribadiannya, aktivitas bermainnya dan sebagainya.

Kepribadian anak yang dibentuk dan dikembangkan sejak dini akan membentuk karakter
anak nantinya, kalau kepribadian anak buruk maka buruk pula lah karakter anak tersebut, dan
begitu pula sebaliknya. Baik buruknya kepribadian anak akan menentukan bagaimana
kepribadian anak ketika anak tersebut dewasa. Hal ini diperkuat dengan perkataan Goleman
(2003) yang dimana beliau mencatat bahwa “kegagalan penanaman karakter pada masa dini akan
membentuk pribadi masalah di masa dewasa kelak”.

Saat ini kondisi perilaku moral dan kepribadian di masyarakat sangat memprihatinkan dan
menyayat hati, hal ini ditandai dengan adanya berbagai kasus-kasus asusila dan amoral yang
dilakukan oleh orang dewasa, remaja, bahkan anak-anak. Kondisi ini bisa terjadi dikarenakan
kegagalan dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian yang baik pada anak oleh karena
itu ketika dewasa mereka memiliki kepribadian yang bermasalah.

Oleh karena itu sejak usia dini kita harus menanamkan, membentuk serta mengembangkan
kepribadian yang baik pada anak.
1
3.2 Rumusan masalah
1. Apa itu kepribadian?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian?
3. Apa ciri-ciri kepribadian individu yang mempengaruhi proses dan hasil belajar?
4. Bagaimana pengukuran kepribadian?
5. Apa peranan guru dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian peserta
didik yang menunjang keberhasilan belajarnya?

3.3 Tujuan pembahasan


Agar mengetahui dan memahami tentang kepribadian, faktor-faktor yang mempengaruhinya,
pengukurannya serta ciri-ciri kepribadian individu yang mempengaruhi proses dan hasil belajar.
Dan juga untuk mengetahui dan memahami peranan guru dalam membentuk dan
mengembangkan kepribadian peserta didik yang menunjang keberhasilan belajarnya.

2
BAB II
PEMBAHASAN
3.4 Pengertian kepribadian
Pada dasarnya kepribadian berasal dari kata pribadi yang bermakna manusia sebagai
perseorangan diri manusia atau diri sendiri. Pribadi juga bisa bermakna keadaan manusia secara
perseorangan, keseluruhan sifat-sifat yang merupakan watak orang. Pribadi secara perseorangan
merupakan bagian dari seluruh manusia dimana setiap pribadi mempunyai sifat yang merupakan
wataknya. Adapun kepribadian merupakan sifat hakiki yang tercermin pada sikap seseorang atau
bangsa yang membedakannya dari orang atau bangsa lain.

Kepribadian dalam bahasa Arab, diberi makna sebagai Syakhhiah yaitu: Al-‘aqliah
wannafsiah ma’a wahdatul hayah yaitu prilaku yang merupakan hasil perpaduan akal dan badan.
Berdasarkan pemikiran ini maka dapat kita ketahui bahwa kepribadian merupakan bentuk
tingkah laku hasil gabungan antar aspek jasmani dan jiwa (rohani)

Pengertian kepribadian (Schermerhorn, Hunt, Osborn, 2005: 74) adalah merepresentasikan


keseluruhan profil atau kombinasi karakteristik serta menangkap keunikan secara alami dari
seseorang sebagai reaksi dari interaksi dengan orang lain.

Hal senada dikatakan oleh kinicki and Kreitner (2003:102), kepribadian didefinisikan sebagai
kombinasi antara fisik dan karakteristik mental secara seimbang yang menjadikan identitas bagi
individu.

Mc Shane dan Von Glinow (2000:187) menyatakan bahwa kepribadian mengacu pada pola
perilaku teladan, relatif seimbang dan konsisten dengan keadaan internal yang menjelaskan
kecenderungan tingkah laku.

Selanjutnya pengertian kepribadian menurut disiplin ilmu psikologi bisa diambil dari
rumusan beberapa teori kepribadian terkemuka. George Kelly, misalnya, memandang
kepribadian sebagai cara yang unik dari individu dalam mengartikan pengalaman-pengalaman
hidupnya. Teoritis yang lain, Gordon Allport, merumuskan kepribadian sebagai “sesuatu” yang
terdapat dari dalam diri individu yang membimbing arah kepada seluruh tingkah laku individu
yang bersangkutan. “Kepribadian adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik

3
individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas”. Allport
menggunakan istilah “Sistem psikofisik” dengan maksud menunjukkan bahwa “jiwa” dan “raga”
manusia adalah suatu sistem yang terpadu dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain, seperti
diantara keduanya selalu menjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku. Sedangkan istilah
“khas” dalam batasan kepribadian Allport memiliki arti bahwa setiap individu bertingkah laku
dengan caranya sendiri karena setiap individu memiliki kepribadiannya sendiri.

Dari berbagai pendapat tentang kepribadian, maka secara singkat kita dapat menyimpulkan
bahwa kepribadian adalah pemikiran, emosi dan perilaku tertentu yang menjadi ciri orang
menghadapi dunianya.

3.5 Faktor-faktor yang mempengaruhi kepribadian


Menurut Yusuf dan Nurihsan (2008), ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan
kepribadian yaitu:

1) Faktor genetik (pembawaan)


Faktor genetik (Pembawaan) merupakan faktor yang berhubungan dengan keadaan
jasmani, atau seringkali pula disebut faktor fisiologis seperti keadaan pencernaan,
pernafasan, peredaran darah, kelenjar-kelenjar, saraf, tinggi badan, berat badan, dan
sebagainya. Kita mengetahui bahwa keadaan jasmani setiap orang sejak dilahirkan telah
menunjukkan adanya perbedaan-perbedaan. Hal ini dapat kita lihat pada setiap bayi yang
baru lahir. Ini menunjukkan bahwa sifat-sifat jasmani yang ada pada setiap orang ada
yang diperoleh dari keturunan, dan ada pula yang merupakan pembawaan anak/orang itu
masing-masing. Keadaan fisik tersebut memainkan peranan yang penting pada
kepribadian seseorang.
2) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan ini dibagi menjadi 3:
 Keluarga
Keluarga dipandang sebagai penentu utama pembentukan kepribadian anak.
Alasannya adalah keluarga merupakan kelompok sosial pertama yang menjadi
pusat identifikasi anak, anak banyak menghabiskan waktunya di lingkungan
keluarga dan keluarga merupakan orang yang penting bagi pembentukan
kepribadian anak. Disamping itu keluarga juga dipandang dapat memenuhi

4
kebutuhan manusiawi, terutama bagi pengembangan kepribadiannya dan
pengembangan ras manusia. Apabila anak dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan
dasarnya maka anak cenderung berkembang menjadi pribadi yang sehat. Suasana
keluarga sangat penting bagi perkembangan kepribadian anak. Seorang anak yang
dibesarkan dalam lingkungan keluarga harmonis dan agamis maka perkembangan
anak tersebut cenderung positif.
 Faktor kebudayaan
Kebudayaan suatu masyarakat memberikan pengaruh terhadap setiap warganya,
baik yang menyangkut cara berpikir, cara bersikap atau cara berperilaku.
Pengaruh kebudayaan terhadap kepribadian dapat dilihat dari perbedaan
masyarakat modern yang budayanya maju dengan masyarakat primitif yang
budayanya masih sederhana. Perbedaan itu tampak dalam gaya hidupnya seperti
dalam cara makan, berpakaian, memelihara kesehatan, berinteraksi, pencaharian,
dan cara berpikir. Linton (1945, cit. Yusuf dan Nurihsan, 2008) mengemukakan
ada tiga prinsip tipe dasar kepribadian yaitu pengalaman awal kehidupan dalam
keluarga, pola asuh orangtua terhadap anak dan pengalaman awal kehidupan anak
dalam masyarakat.
 Sekolah
Faktor-faktor yang dipandang berpengaruh dalam pembentukan kepribadian anak
diantaranya sebagai berikut:
 Iklim emosional kelas Ruang kelas dengan guru yang bersikap ramah dan
respek terhadap siswa memberikan dampak yang positif bagi
perkembangan psikis anak, seperti merasa nyaman, bahagia, mau
bekerjasama, termotivasi untuk belajar, dan mau menaati peraturan.
Sedangkan ruang kelas dengan guru yang bersikap otoriter dan tidak
menghargai siswa berdampak kurang baik bagi anak, seperti merasa
tegang, sangat kritis, mudah marah, malas untuk belajar dan berperilaku
yang mengganggu ketertiban.
 Disiplin, Disiplin yang otoriter cenderung mengembangkan sifat-sifat
pribadi siswa yang tegang, cemas dan antagonistik. Disiplin yang permisif,
cenderung membentuk sifat siswa yang kurang bertanggungjawab, kurang

5
menghargai otoritas dan egosentris. Sementara disiplin yang demokratis,
cenderung mengembangkan perasaan berharga, merasa bahagia, perasaan
tenang dan sikap bekerjasama.
 Prestasi belajar Perolehan prestasi belajar atau peringkat kelas dapat
mempengaruhi peningkatan harga diri dan sikap percaya diri siswa.
 Penerimaan teman sebaya Siswa yang diterima oleh teman-temannya, dia
akan mengembangkan sikap positif terhadap dirinya dan juga orang lain.
Dia merasa menjadi orang yang berharga.

3.6 Ciri-ciri kepribadian individu yang mempengaruhi proses dan hasil belajar
Ciri-ciri kepribadian seseorang dapat dinilai melalui Myers-Briggs Type Indicator (MBTI),
dimana seseorang mempelajari dan memahami jenis perilakunya sendiri dengan cara mereka
berinteraksi dengan orang lain. Pilihan atau dimensi dikotomi dari Myers-Briggs, sebagai
berikut:

1. Extraversion(E)-Introversion (I), (EI)

Dimensi ini memperlihatkan sejauh mana perilaku kita ditentukan oleh sikap kita terhadap
dunia. Seorang ekstrovert dapat bekerja dengan nyaman jika berinteraksi dengan hal-hal di luar
diri mereka, mengklarifikasi pikiran dan idenya dengan cara berbicara dan berbuat. Sementara
introvert sebaliknya, ia lebih tertarik dengan dunia di dalam pikiran, hati, dan jiwa mereka
sendiri, seka merumuskan ide sehingga ia selalu lambat dalam bertindak karena mereka
memerlukan waktu untuk menafsirkan pikiran internal ke dunia eksternal. Maka dapat
disimpulkan seseorang yang memiliki kepribadian ekstrovert atau introvert dapat dilihat dari
interaksinya dengan lingkungannya.

2. Sensing (S)-instuition (N), (SN)

Dimensi ini menjelaskan bagaimana orang memahami apa yang sedang dialami. Seseorang
yang masuk dalam kategori penginderaan mengobservasi apa yang nyata, apa yang faktual dan
apa yang sebenarnya terjadi. Sedangkan seseorang yang masuk dalam kategori intuitif
memandang dunia berdasarkan kemungkinan dan hubungan dan sadar akan seluk beluk bahasa
tubuh dan nada suara. Maka disimpulkan bagaimana cara pandang seseorang tergantung
dominasi seinsing dan intuitifnya.

6
3. Thinking (T)- Feeling (F), (TF)

Dimensi ini menjelaskan bagaimana pendekatan yang dilakukan oleh seseorang untuk
mendapatkan keputusan. Seorang pemikir menganalisis informasi, data, dan membuat keputusan
berdasarkan logika. Sedangkan seorang yang perasa mencari-cari pengaruh dari suatu keputusan
atas diri mereka dan orang lain. Maka dapat disimpulkan seorang yang domain pemikir adalah
orang yang cenderung memandang dan memutuskan sesuatu berdasarkan logika, objektif dan
rasional, semenara orang yang perasa memandang dan memutuskan sesuatu berdasarkan
subjektif, perspeptif, empatik, dan emosional.

4. Judgment (J),-Perception (P), (JP)

Seseorang yang bertipe judging adalah orang yang selalu bertumpu pada rencana yang
sistematis, serta senantiasa berpikir dan bertindak secara sekuensial (tidak melompat-lompat).
Sementara tipe perceiving adalah mereka yang bersikap fleksibel, adaktif, dan bertindak secara
random untuk melihat beragam peluang yang muncul. Sehingga dapat disimpulkan apakah
seseorang berkepribadian judging atau perceiving dilihat dari bagaimana tingkat fleksibilitas
dalam melakukan sesuatu.

Kemudian, dalam pengembangan ilmu psikologi (teori psikologi modern) terdapat lima bentuk
ciri kepribadian yang dikembangkan oleh Mccrae dan Cst yang dikenal dengan Big Five
Personality. Jika dilihat lebih dalam sebenarnya pemilihan nama Big Five itu bukan berarti
kepribadian itu hanya ada lima. Tetapi kelima itu adalah sebuah pengelompokan (baca; dalam
garis besar) dari ribuan ciri kepribadian yang kemudian dikelompokkan menjadi lima.

Dalam teori tersebut terdapat lima bentuk kepribadian yang mendasari perilaku individu, yaitu:

 Neuroticism, yang menyangkut kestabilan emosi dan identik dengan segala bentuk emosi
yang negatif, seperti munculnya perasaan cemas, sedih, tegang, dan gugup.
menggambarkan seseorang yang memiliki masalah dengan emosi yang negatif seperti
rasa khawatir dan rasa tidak aman
 Extraversion yang merupakan perilaku individu terhadap dunia luarnya (orang lain) baik
tertutup (introvert) maupun terbuka (ekstrovert). Penuh semangat, antusias, dominan,
ramah, hangat, asertif, masyarakat komunikatif,

7
 Openness merupakan bentuk pribadi yang menyenangkan, kreatif, tenang, dan santai.
Imajinatif, estetis, toleran, menyenangkan, kreatif, tenang, santai, Mengacu pada
bagaimana seseorang bersedia melakukan penyesuaian pada suatu ide atau situasi yang
baru
 Agreeableness merupakan pribadi yang berorientasi pada keterusterangan, rendah hati,
kesabaran dan suka menolong. Kooperatif, mudah percaya, hangat, keterusterangan,
pasrah, rendah hati, kesabaran dan suka menolong.
 Conscientiousness mengidentifikasikan sejauh mana individu memiliki sikap yang hati-
hati dalam mencapai suatu tujuan tertentu yang termanifestasikan dalam sikap dan
perilaku mereka. Berhati-hatian,tekun, teratur, bertanggungjawab, mematuhi ajaran
agama, serius, gigih, waspada, menunda kepuasan, mengikuti peraturan dan norma,
terencana, terorganisir, dan memprioritaskan tugas.

3.7 Pengukuran Kepribadian


Salah satu hal yang paling sentral dalam psikologi kepribadian bahkan dalam ilmu psikologi
itu sendiri adalah mengenai pengukuran kepribadian. Pengukuran kepribadian adalah salah satu
metode untuk melihat dan mendeskripsikan kepribadian seseorang. Pengukuran kepribadian
selama ini ada beberapa metode yang sering digunakan.

Sifat kepribadian biasa diukur melalui angka rata-rata pelaporan dari (self-report) kuesioner
kepribadian (untuk sifat khusus) atau penelusuran kepribadian seutuhnya (personality inventory,
serangkaian instrumen yang menyingkap sejumlah sifat). Ada beberapa macam cara untuk
mengukur atau menyelidiki kepribadian. Berikut ini ada beberapa metode pengukuran
kepribadian:

 Observasi Direct
Observasi direct berbeda dengan observasi biasa. Observasi direct mempunyai sasaran
yang khusus, sedangkan observasi biasa mengamati seluruh tingkah laku subjek.
Observasi direct memilih situasi tertentu, yaitu saat dapat diperkirakan munculnya
indikator dari ciri-ciri yang hendak diteliti, sedangkan observasi biasa mungkin tidak
merencanakan untuk memilih waktu.

8
Observasi direct diadakan dalam situasi terkontrol, dapat diulang atau dapat dibuat
replikasinya. Misalnya, pada saat berpidato, sibuk bekerja, dan sebagainya.Ada tiga tipe
metode dalam observasi direct yaitu:
o Time sampling method, Dalam time sampling method, tiap-tiap subjek diselidiki
pada periode waktu tertentu. Hal yang diobservasi mungkin sekadar muncul
tidaknya respons, atau aspek tertentu.
o Incident sampling method, Dalam incident sampling method, sampling dipilih dari
berbagai tingkah laku dalam berbagai situasi. Laporan observasinya mungkin
berupa catatan-catatan dari Ibu tentang anaknya, khusus pada waktu menangis,
pada waktu mogok makan, dan sebagainya. Dalam pencatatan tersebut hal-hal
yang menjadi perhatian adalah tentang intensitasnya, lamanya, juga tentang efek-
efek berikut setelah respons.
o Metode buku harian terkontrol, Metode ini dilakukan dengan cara mencatat dalam
buku harian tentang tingkah laku yang khusus hendak diselidiki oleh yang
bersangkutan sendiri. Misalnya mengadakan observasi sendiri pada waktu sedang
marah. Syarat penggunaan metode ini, antara lain, bahwa peneliti adalah orang
dewasa yang cukup intelijen dan lebih jauh lagi adalah benar-benar ada
pengabdian pada perkembangan ilmu pengetahuan.
 Wawancara (Interview)
Menilai kepribadian dengan wawancara (interview) berarti mengadakan tatap muka dan
berbicara dari hati ke hati dengan orang yang dinilai. Dalam psikologi kepribadian, orang
mulai mengembangkan dua jenis wawancara, yakni:
o Stress interview, stress interview digunakan untuk mengetahui sejauh mana
seseorang dapat bertahan terhadap hal-hal yang dapat mengganggu emosinya dan
juga untuk mengetahui seberapa lama seseorang dapat kembali menyeimbangkan
emosinya setelah tekanan-tekanan ditiadakan. Interviewer ditugaskan untuk
mengerjakan sesuatu yang mudah, kemudian dilanjutkan dengan sesuatu yang
lebih sukar.
o Exhaustive Interview, exhaustive Interview merupakan cara interview yang
berlangsung sangat lama; diselenggarakan non-stop. Cara ini biasa digunakan

9
untuk meneliti para tersangka di bidang kriminal dan sebagai pemeriksaan taraf
ketiga.
 Tes proyektif
Cara lain untuk mengatur atau menilai kepribadian adalah dengan menggunakan tes
proyektif. Orang yang dinilai akan memprediksikan dirinya melalui gambar atau hal-hal
lain yang dilakukannya. Tes proyektif pada dasarnya memberi peluang kepada testee
(orang yang dites) untuk memberikan makna atau arti atas hal yang disajikan; tidak ada
pemaknaan yang dianggap benar atau salah.
Jika kepada subjek diberikan tugas yang menuntut penggunaan imajinasi, kita dapat
menganalisis hasil fantasinya untuk mengukur cara dia merasa dan berpikir. Jika
melakukan kegiatan yang bebas, orang cenderung menunjukkan dirinya, memantulkan
(proyeksi) kepribadiannya untuk melakukan tugas yang kreatif. Jenis yang termasuk tes
proyektif adalah:
o Tes Rorschach, Tes yang dikembangkan oleh seorang dokter psikiatrik Swiss,
Hermann Rorschach, pada tahun 1920-an, terdiri atas sepuluh kartu yang masing-
masing menampilkan bercak tinta yang agak kompleks. Sebagian bercak itu
berwarna; sebagian lagi hitam putih. Kartu-kartu tersebut diperlihatkan kepada
mereka yang mengalami percobaan dalam urutan yang sama. Mereka ditugaskan
untuk menceritakan hal apa yang dilihatnya tergambar dalam noda-noda tinta itu.
Meskipun noda-noda itu secara objektif sama bagi semua peserta, jawaban yang
mereka berikan berbeda satu sama lain. Ini menunjukkan bahwa mereka yang
mengalami percobaan itu memproyeksikan sesuatu dalam noda-noda itu. Analisis
dari sifat jawaban yang diberikan peserta itu memberikan petunjuk mengenai
susunan kepribadiannya.
o Tes Apersepsi Tematik (Thematic Apperception Test/TAT), Tes apersepsi tematik
atau Thematic Apperception Test (TAT), dikembangkan di Harvard University
oleh Hendry Murray pada tahun 1930-an. TAT mempergunakan suatu seri
gambar-gambar. Sebagian adalah reproduksi lukisan-lukisan, sebagian lagi
kelihatan sebagai ilustrasi buku atau majalah. Para peserta diminta mengarang
sebuah cerita mengenai tiap-tiap gambar yang diperlihatkan kepadanya. Mereka
diminta membuat sebuah cerita mengenai latar belakang dari kejadian yang

10
menghasilkan adegan pada setiap gambar, mengenai pikiran dan perasaan yang
dialami oleh orang-orang di dalam gambar itu, dan bagaimana episode itu akan
berakhir. Dalam menganalisis respon terhadap kartu TAT, ahli psikologi melihat
tema yang berulang yang bisa mengungkapkan kebutuhan, motif, atau
karakteristik cara seseorang melakukan hubungan antarpribadinya.
 Inventori kepribadian
Inventori kepribadian adalah kuesioner yang mendorong individu untuk melaporkan
reaksi atau perasaannya dalam situasi tertentu. Kuesioner ini mirip wawancara terstruktur
dan Ia menanyakan pertanyaan yang sama untuk setiap orang, dan jawaban biasanya
diberikan dalam bentuk yang mudah dinilai, seringkali dengan bantuan komputer.
Menurut Atkinson dan kawan-kawan, inventori kepribadian mungkin dirancang untuk
menilai dimensi tunggal kepribadian (misalnya, tingkat kecemasan) atau beberapa sifat
kepribadian secara keseluruhan. Inventori kepribadian yang terkenal dan banyak
digunakan untuk menilai kepribadian seseorang ialah: (a) Minnesota Multiphasic
Personality Inventory (MMPI), (b) forced-Choice Inventories, dan (c) Humm-Wadsworth
Temperament Scale (H-W Temperament Scale).
o Minnesota Multiphasic Personality Inventory (MMPI), MMPI terdiri atas kira-
kira 550 pernyataan tentang sikap, reaksi emosional, gejala fisik dan psikologis,
serta pengalaman masa lalu. Subjek menjawab tiap pertanyaan dengan menjawab
“benar”, “salah”, atau “tidak dapat mengatakan”. Pada prinsipnya, jawaban
mendapat nilai menurut kesesuaiannya dengan jawaban yang diberikan oleh
orang-orang yang memiliki berbagai macam masalah psikologi. MMPI
dikembangkan guna membantu klinis dalam mendiagnosis gangguan kepribadian.
Para perancang tes tidak menentukan sifat mengukurnya, tetapi memberikan
ratusan pertanyaan tes untuk mengelompokkan individu. Tiap kelompok diketahui
berbeda dari normalnya menurut kriteria tertentu. Kelompok kriteria terdiri atas
individu yang telah dirawat dengan diagnosis gangguan paranoid. Kelompok
kontrol terdiri atas orang yang belum pernah didiagnosis menderita masalah
psikiatrik, tetapi mirip dengan kelompok kriteria adalah hal usia, jenis kelamin,
status sosioekonomi, dan variabel penting lain.

11
o forced-Choice Inventories, forced-Choice Inventories atau Inventori Pilihan-
Paksa termasuk klasifikasi tes yang volunter. Suatu tes dikatakan volunter bila
subjek dapat memilih pilihan yang lebih disukai, dan tahu bahwa semua pilihan
itu benar, tidak ada yang salah (Muhadjir,1992). Subjek, dalam hal ini, diminta
memilih pilihan yang lebih disukai, lebih sesuai, lebih cocok dengan minatnya,
sikapnya, atau pandangan hidupnya.
o Humm-Wadsworth Temperament Scale (H-W Temperament Scale), H-W
Temperament Scale dikembangkan dari teori kepribadian Rosanoff (Muhadjir,
1992). Menurut teori ini, kepribadian memiliki enam komponen, yang lebih
banyak bertolak dari keragaman abnomal, yaitu:
 Schizoid Autistik, mempunyai tendensi tak konsisten, berpikirnya lebih
mengarah pada khayalan.
 Schizoid Paranoid, mempunyai tendensi tak konsisten, dengan angan
bahwa dirinya penting.
 Cycloid Manik, emosinya tidak stabil dengan semangat berkobar.
 Cycloid Depress, emosinya tak stabil dengan retardasi dan pesimisme.
 Hysteroid, ketunaan watak berbatasan dengan tendensi kriminal.
 Epileptoid, dengan antusiasme dan aspirasi yang bergerak terus.

H-W Temperament Scale tersusun dalam sejumlah item yang berfungsi untuk
memilahkan kelompok yang patologik dari kelompok penderita hysteroid,
misalnya, diasumsikan memiliki mental kriminal.

Masih banyak metode dan alat-alat lain dalam mengukur kepribadian. Penjelasan
di atas hanya sekian dari beberapa metode dan alat yang sering digunakan.
Metode pengukuran kepribadian juga akan semakin berkembang dengan semakin
berkembangnya penelitian tentang kepribadian.

3.8 Peranan guru dalam membentuk dan mengembangkan kepribadian peserta didik yang
menunjang keberhasilan belajarnya
Adapun peran guru dalam pembelajaran, yaitu:

 Guru sebagai pendidik

12
Guru adalah pendidikan yang menjadi tokoh panutan bagi peserta didik serta
lingkungannya. Oleh karena itu guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu
yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Peserta didik bisa
meningkatkan intelektualnya melalui media teknologi. Tetapi tidak dapat membangun
karakternya hanya dengan teknologi, karena teknologi hanya benda mati yang dapat
memberikan contoh atau arahan mengenai bimbingan moral. Justru terkadang lepas
kontrol maka teknologi bisa membawa peserta didik menjadi anak yang moralnya rendah.
Sebagai seorang pendidik guru juga harus bisa membangun anak didiknya menjadi
manusia yang berkarakter tinggi. Karena karakter menjadi awal keberhasilan peserta
didik. sepandai apapun peserta didik jika moralnya rendah maka mereka akan menjadi
peserta didik yang arogan. Menjadikan peserta didik pandai itu mudah, tetapi mencetak
peserta didik berkarakter baik itu tidak mudah.
 Guru sebagai pengajar
Kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai berbagai faktor, seperti
motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat
kebebasan, rasa aman, dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor di
atas dipenuhi, maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru
harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam
memecahkan masalah. ada beberapa hal yang harus dilakukan oleh guru dalam
pembelajaran, yaitu; membuat ilustrasi, mendefinisikan, menganalisis, bertanya,
merespon, mendengarkan, menciptakan kepercayaan, memberikan pandangan yang
bervariasi, menyediakan media untuk mengkaji materi standar, menyesuaikan metode
pembelajaran, memberikan nada perasaan. Agar pembelajaran memiliki kekuatan yang
maksimal guru-guru harus senantiasa berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan
semangat yang telah dimilikinya ketika mempelajari materi.
 Guru sebagai pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan d
an pengalamannya bertanggungjawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini,
istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi jua perjalanan mentall, emosional,
kreativitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks. Sebagai pembimbing
perjalanan guru memerlukan kompetensi yang tinggi melaksanakan empat hal berikut:

13
o Guru harus merencanakan tujuan dan mengidentifikasi kompetensi yang hendak
dicapai.
o Guru harus melihat keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran, dan yang
paling penting bahwa peserta didik melaksanakan kegiatan belajar tidak hanya
jasmaniah, tetapi harus terlibat secara psikologis.
o Guru harus memaknai kegiatan belajar
o Guru harus melaksanakan penilaian
 guru sebagai pelatih
Proses pendidikan dan pembelajaran memerlukan latihan keterampilan, baik intelektual
maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai menuntut guru untuk
bertindak sebagai pelatih. Hal ini lebih ditekankan lagi dalam kurikulum 2013 yang
berbasis kompetensi, karena tanpa latihan tidak akan mampu menunjukkan penguasaan
kompetensi dasar dan tidak akan mahir dalam berbagai keterampilan yang dikembangkan
sesuai dengan materi standar.
 Guru sebagai penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orangtua, meskipun mereka
tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dari dalam beberapa hal tidak dapat
berharap untuk menasehati orang. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan
untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Agar guru
dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayan dan penasehat secara lebih
mendalam, ia harus mendalami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan.
 Guru sebagai pembaharuan (inovator)
Guru menerjemahkan pengalaman yang telah lalu ke dalam kehidupan yang bermakna
bagi peserta didik. Dalam hal ini, terdapat jurang yang dalam dan luas antar generasi
yang satu dengan yang lain, demikian halnya pengalaman orang tua memiliki arti lebih
banyak dari pada nenek kita. Seorang peserta didik yang belajar sekarang, secara
psikologis berada jauh dari pengalaman manusia yang harus dipahami, dicerna, dan
diwujudkan dalam pendidikan. Tugas guru adalah menerjemahkan kebijakan dan
pengalaman yang berharga ini kedalam istilah atau bahasa modern yang akan diterima
oleh peserta didik. Sebagai jembatan antara generasi tua dan musa, yang juga penerjemah
pengalaman, guru harus menjadi pribadi yang terdidik.

14
 Guru sebagai model dan teladan
Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik dan semua orang yang
menganggap dia seorang guru. Terdapat kecenderungan besar untuk menganggap bahwa
peran ini tidak mudah untuk ditentang apalagi ditolak. Sebagai teladan tentu saja guru
akan mendapat sorotan peserta diik serta orang sekitar ingkungannya yang menganggap
dan mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan oleh guru,
yaitu: sikap dasar, bicara, gaya bicara, kebiasaan kerja, sikap melalui pengalaman, dan
kesalahan, pakaian, hubungan, kemanusiaan, proses berpikir, perilaku, selera, keputusan,
kesehatan dan gaya hidup.
 Guru sebagai pribadi
Guru harus memiliki kepribadian yang mencerminkan seorang pendidik, ungkapan yang
sering dikemukakan adalah bahwa : “ guru itu digugu lan ditiru” digugu maksudnya
bahwa pesan-pesan yang disampaikan guru bisa dipercaya untuk dilaksanakan dan pola
hidupnya bisa ditiru atau diteladani. Keluwesan bergaul harus dimiliki, sebab kalau tidak,
pergaulannya akan menjadi kaku dan berakibat kurang bisa diterima dimasyarakat.
 Guru sebagai peneliti
Pembelajaran merupakan seni, yang dalam pelaksanaannya memerlukan penyesuaian-
penyesuaian dengan kondisi-kondisi lingkungannya. Untuk itu diperlukan berbagai
peneliti yang ada didalamnya melibatkan guru. Oleh karena itu, guru adalah seorang
pencari atau peneliti. Menyadari akan kekurangan guru berusaha mencari apa yang belum
diketahui untuk meningkatkan kemampuannya dalam melaksanakan tugas. Sebagai orang
yang mengenal metodologi tentunya ia pun tahu apa pula yang harus dikerjakan, yakni
penelitian.
 Guru sebagai pendorong kreativitas
Kreativitas merupakan hal yang penting dalam pembelajaran. Guru dituntut untuk
mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativits tersebut.
kreatifitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek dunia
kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan menciptakan sesuatu
yang sebelumnya tidak ada dan tidak dilakukan oleh seseorang atau adanya
kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Akibat dari fungsi ini, guru senantiasa
berusaha menemukan cara yang lebih baik dalam melayani peserta didik, sehingga

15
peserta didik akan menilai bahwa ia memang kreatif dan tidak melakukan segala sesuatu
secara rutin saja. Kreatifitas menunjukkan bahwa apa yang dikerjakan oleh guru sekarang
lebih baik dari yang dikerjakan sebelumnya.

Semua peran guru dalam pembelajaran ini selain dapat menunjang keberhasilan belajar peserta
didik, peranan guru dalam pembelajaran ini juga akan dapat mengembangkan dan membentuk
kepribadian peserta didik.

16
BAB III
PENUTUP
3.9 Kesimpulan
1. Kepribadian adalah pemikiran, emosi dan perilaku tertentu yang menjadi ciri orang
menghadapi dunianya.
2. Menurut Yusuf dan Nurihsan (2008), ada dua faktor yang mempengaruhi
perkembangan kepribadian yaitu faktor genetik (bawaan) dan lingkungan.
3. Ciri-ciri kepribadian individu yang mempengaruhi hasil belajar dapat dinilai melalui
teori Myers-Briggs Type Indicator (MBTI) dan komponen Big Five Personality.
4. Sifat kepribadian biasa diukur melalui angka rata-rata pelaporan dari (self-report)
kuesioner kepribadian (untuk sifat khusus) atau penelusuran kepribadian seutuhnya
(personality inventory, serangkaian instrumen yang menyingkap sejumlah sifat).
5. Adapun peranan guru dalam pembelajaran yang menunjang keberhasilan belajar dan
mengembangkan serta membentuk kepribadian adalah:
 Guru sebagai pendidik
 Guru sebagai pengajar
 Guru sebagai pembimbing
 Guru sebagai pelatih
 Guru sebagai penasehat
 Guru sebagai pembaharuan (inovator)
 Guru sebagai model dan teladan
 Guru sebagai pribadi
 Guru sebagai peneliti
 Guru sebagai pendorong kreativitas
6.

17
DAFTAR PUSTAKA

Ayun, Q. (2017). Pola Asuh Orang Tua dan Metode Pengasuhan Dalam Membentuk
Kepribadian Anak. inferensi.iainsalatiga.ac.id.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kepribadian. (n.d.). SILABUS.WEB.ID.

Machmud, H. (2014). Urgensi Pendidikan Moral Dalam Membentuk Kepribadian Anak. Jurnal
Al-Ta'dib.

http://eprints.walisongo.ac.id/id/eprint/6125/3/BAB%20II.pdf

Metode Pengukuran Kepribadian. (n.d.). Psikologymania.

Nuraini, F. (n.d.). Peran Guru Terhadap Keberhasilan Prestasi dan Pembentukan Karakter
Peserta Didik. Academia.edu.

Sibarani, S. N. (2017). Perbedaan Kepribadian dalam Proses dan Hasil Belajar Siswa .
Academia.edu.

Siswanta, J. (2017). Pengembangan Karakter Kepribadian Anak Usia Dini (Studi Pada PAUD
Islam Terpadu di Kabupaten Magelang Tahun 2015). Inferensi.iainsalatiga.ac.iid.

18

You might also like