You are on page 1of 25

Strategi Promosi Kesehatan Masyarakat Upaya Pencegahan DBD di

Tambak Lorok

TUGAS

PERENCANAAN EVALUASI KESEHATAN

Disusun oleh :

1. Shalsabiela Destika (A2A017010)


2. Jihan Mutiara Azizah (A2A017013)
3. Nurullita Laili Hidayah (A2A017017)
4. Muhammad Alfian Wicaksono (A2A017033)
5. Manik Kusumaningrum (A2A017053)
6. Diky Maulana A (A2A017067)
7. George Rizky Firmansyah (A2A017069)

SEMESTER V

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG

TAHUN 2019

i
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrahim
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat yang
diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah
yang berjudul “Strategi Promosi Kesehatan Masyarakat Upaya Pencegahan DBD di
Tambak Lorok” untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Perencanaan Evaluasi Kesehatan.
Makalah ini berisikan tentang program promosi kesehatan masyarakat tentang DBD.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.

Namun, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharap kritik dan saran yang membangun dan dapat menjadikan makalah ini
jauh lebih baik. Kami mohon maaf atas kesalahan maupun kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfat bagi kita semua.

Billahi fii sabili haq

Semarang, 20 Desember 2019

Kelompok 7

ii
Daftar Isi

KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Tujuan Program.....................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum.................................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus................................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup.......................................................................................................2
1.3.1 Permasalahan..................................................................................................2
1.3.2 Lokasi...............................................................................................................2
1.3.3 Waktu...............................................................................................................3
BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI.........................................................................4
2.1 Keadaan Geografis.................................................................................................4
2.2 Keadaan Demografis..............................................................................................4
2.3 Data Masalah Kesehatan.......................................................................................5
BAB 3 TINJAUAN TEORI.............................................................................................6
3.1 Teori PRECEDE....................................................................................................6
3.2 Bagan Teori PRECEDE.........................................................................................9
BAB 4 PEMBAHASAN.................................................................................................10
4.1 Tahap Diagnosa Sosial.........................................................................................10
4.2 Tahap Diagnosa Epidemiologi.............................................................................11
4.3 Tahap Diagnosa Perilaku dan Lingkungan........................................................14
4.4 Tahap Diagnosa Pendidikan................................................................................16
4.5 Seleksi Strategi Pendidikan.................................................................................16
4.6 Tahap Diagnosa Administrasi.............................................................................16
4.7 Rencana Evaluasi.................................................................................................17
4.8 Jadwal Intervensi.................................................................................................18
BAB 5 PENUTUP...........................................................................................................20
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................20

iii
5.2 Saran.....................................................................................................................20
Daftar Pustaka...............................................................................................................21

iv
BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
Dengue manifestasi klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai
lekopenia (turunya sel darah putih), ruam, limfadenopati, trombositopenia. Pada
DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. (Depkes 2006).

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan masalah kesehatan masyarakat


yang muncul kebanyakan di daerah tropis dan subtropis di dunia Penyakit DBD
termasuk penyakit akut yang disebabkan oleh infeksi virus yang dibawa oleh nyamuk
Aedes aegypti dan Aedes albopictus betina yang umumnya menyerang pada
manusia. Virus itu menyebabkan gangguan pada pembuluh darah kapiler dan sistem
pembekuan darah, sehingga mengakibatkan perdarahan- perdarahan. Manifestasi
klinis dari infeksi virus dengue dapat berupa demam dengue dan DBD dengue
(Akbar & Syaputra, 2019).

Jumlah kasus demam berdarah yang dilaporkan oleh World Health Organization
(WHO) terlihat dalam beberapa dekade pertama pada tahun 1996- 2005 sebanyak 1,3
juta kasus meningkat menjadi 5,4 juta kasus pada dekade kedua tahun 2006-2015.
Berdasarkan pemodelan matematis, kejadian tahunan di seluruh dunia telah
diperkirakan dalam beberapa tahun terakhir sebanyak 50- 100 juta gejala kasus DBD
terutama di Asia, Amerika latin dan Afrika (WHO, 2016).

Peningkatan dan penyebaran kasus DBD kemungkinan disebabkan oleh mobilitas


penduduk yang tinggi, perkembangan wilayah perkotaan, perubahan iklim,
perubahan kepadatan dan distribusi penduduk serta faktor epidemiologi lainnya yang
masih memerlukan penelitian lebih lanjut. Selain itu, terjadinya peningkatan kasus
DBD setiap tahunnya berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang banyak
tersedianya tempat perindukan bagi nyamuk betina yaitu bejana yang berisi air jernih
(bak mandi, kaleng bekas dan tempat penampungan air lainnya). Kondisi ini
diperburuk dengan pemahaman masyarakat yang kurang tentang DBD
(Windaningsih et al., 2019).

1
Pengetahuan masyarakat tentang DBD sangat penting dalam pencegahan DBD
itu sendiri. Pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk tindakan
seseorang yang terjadi melalui panca atau alat indra (penglihatan, pendengaran,
penciuman rasa dan raba) dan di pengaruhi oleh perhatian dan persepsi terhadap
suatu objek (Dosantos & Budi, 2019). Untuk menanggulangi dan mencegah
mewabahnya bahaya penyakit DBD diperlukan peran serta dari masyarakat dan
kader kesehatan (Adhytia Bagus Adnan, 2019).

Kota Semarang merupakan daerah yang selalu terjadi penyakit Demam Berdarah
Dengue (daerah endemis) yang kasusnya cenderung meningkat dari tahun ke tahun
dan berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa. Oleh karena itu, sangat penting
bagi pemerintah untuk melakukan pengendalian terhadap penyakit DBD ini.
Pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue menurut Peraturan Daerah Kota
Semarang nomor 5 tahun 2010 adalah kegiatan pencegahan dan penanggulangan
untuk memutus mata rantai penularan penyakit DBD dengan cara melakukan
pemberantasan nyamuk dan jentik nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
(Lestari & Dra. Margaretha Suryaningsih, 2019).

1.2 Tujuan Program


1.2.1 Tujuan Umum
Untuk membuat progam pengembangan promosi kesehatan dalam upaya
pencegahan DBD di wilayah Tambak Lorok Semarang.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Untuk menganalisis diagnosa epidemiologi di Tambak Lorok.
2. Untuk menganalisis diagnosa perilaku di wilayah Tambak Lorok.
3. Untuk menganalisis diagnosa pendidikan di Tambak Lorok.
4. Untuk menganalisis diagnosa administrasi di Tambak Lorok.
5. Untuk mengetahui monitoring dan evaluasi program kegiatan kesehatan.

1.3 Ruang Lingkup


1.3.1 Permasalahan
Permasalahan sosial yang ada di Tambak lorok yaitu kemiskinan, kejahataan dan
kepadatan penduduk sedangkan permasalahan epidemiologi/penyakit yaitu diare,
pneumonia dan DBD.

2
1.3.2 Lokasi
Tambak Lorok kelurahan Tanjung Mas Kecamatan Semarang Utara.

1.3.3 Waktu
Waktu untuk melaksanakan program penanggulangan DBD selama 1 tahun.

3
BAB 2

GAMBARAN UMUM LOKASI


2.1 Keadaan Geografis
Tambak Lorok terletak di Kelurahan Tanjung Mas Kecamatan Semarang Utara.
Desa ini berlokasi di pesisir laut pelabuhan Tanjung Mas, tidak terlalu jauh dari pusat
kota Semarang. Desa ini terkenal sebagai pemukiman nelayan semenjak tahun 1950
karena letaknya yang berdekatan dengan laut dan selanjutnya budaya itu turun temurun
hingga sekarang. Kondisi disekitar perkampungan nelayan ini tergolong kurang bersih
karena terdapat limbah limbah dari pengupasan kerang hijau yang cangkangnya dibuang
atau dibiarkan berceceran disekitar rumah masyarakatnya, limbah konveksi bekas-bekas
kain dan juga sampah-sampah dari kegiatan rumah tangga masyarakat. Kondisi alam di
pesisir pelabuhan Tanjung Mas juga sudah mulai tercemar, air laut yang sudah mulai
keruh yang disebabkan oleh kapal-kapal bermesin yang menggunakan bahan bakar solar
mulai mengotori air laut. Kondisi jalan yang mulai rusak dan udara yang gersang
sehingga menyebabkan debu-debu berterbangan membuat akses jalan menuju
perkampungan ini sedikit tidak nyaman. Diperkampungan ini terdapat pasar sebagai
tempat jual beli masyarakatnya, karena masuk sebagai kampung nelayan barang-barang
yang dijual dipasar juga tidak jauh dari hasil tangkapan nelayan berupa udang, rajungan
maupun ikan-ikan laut lainnya.  Luas perkampungan Tambak Lorok adalah ± 45,29 Ha
dengan daerah tambak ikan sebesar 10,89 Ha dan pemukiman 34,4 Ha. Batas wilayah
Tambak Lorok sebelah utara yaitu Laut Jawa selatan, sebelah Selatan Jalan arteri utara,
sebelah barat PLTUG, sebelah timur yaitu Kalibanger.

2.2 Keadaan Demografis


Pada tahun 2016 jumlah penduduk masyarakat di Tambak Lorok sebesar 30,678
jiwa. Kelurahan Tanjung Mas memiliki 16 RW namun kawasan kampung Tambak Lorok
terdiri dari 5 RW yaitu RW 12-16.

Desa Tambak Lorok ini mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai nelayan selain
nelayan ada juga yang bekerja sebagai buruh pabrik  yang terletak tidak jauh dari
perkampungan mereka, penjahit dan pengupas kijing (kerang hijau). Pengupas kijing
(kerang hijau) disini biasanya dilakukan oleh para perempuan. Nelayan desa Tambak
lorok biasanya melaut pada musim-musim tertentu.

4
Seperti pada masyarakat nelayan didaerah-daerah lain, pendidikan pada
masyarakat desa Tambak Lorok masuk dalam kategori menengah kebawah. Sebagian
besar masyarakatnya hanya mengenyam bangku pendidikan sampai sekolah dasar
ataupun sekolah menengah pertama, lulusan sekolah menengah atas juga ada namun itu
sudah maksimal. Ada juga yang meneruskan ke jenjang perguruan tinggi namun hanya
satu dua orang saja yang mampu. Hal ini dikarenakan kondisi sosial ekonomi masyarakat
desa Tambak Lorok yang tergolong menegah kebawah, terkait dengan mata pencaharian
masyarakatnya yang sebagian besar adalah nelayan.

2.3 Data Masalah Kesehatan

5
BAB 3

TINJAUAN TEORI
3.1 Teori PRECEDE
Perencanaan Promosi Kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab
masalah, penetapan prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan (Notoatmodjo 2005). Oleh sebab itu, dalam membuat perencanaan promosi
kesehatan, keterlibatan dan peran serta peserta FGD sangat dibutuhkan dengan tujuan
supaya menghasilkan program yang dapat mengintervensi masalah kesehatan yang sesuai
dengan kondisi yang ada, sesuai kebutuhan masyarakat, efektif dalam biaya (cost
effective) dan berkesinambungan. Kerangka kerja PRECEDE – PROCEED adalah
pendekatan yang digunakan untuk kegiatan Perencanaan Promosi Kesehatan yang
mengarah pada perubahan perilaku baik individu, keluarga dan masyarakat. Pada
kerangka PRECEDE (Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in Educational
Diagnosis and Evaluation) digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas
masalah dan tujuan program. Kerangka PRECEDE terdiri dari lima fase, yaitu :
1. Diagnosa Sosial
Diagnosis sosial pada fase ini adalah proses mendapatkan karakteristik
masyarakat, persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya atau terhadap kualitas
hidupnya secara subjektif. Aspirasi masyarakat sangat dibutuhkan sebagai dasar
untuk meningkatkan kualitas hidup, sehingga melalui aspirasi tersebut dapat
terwujud partisipasi masyarakat. Salah satu metode yang digunakan untuk
mengukur persepsi masyarakat yaitu NGP (Nominal Group Process).
2. Diagnosa Epidemiologi
Melalui diagnosa epidemiologi dapat diketahui masalah kesehatan mana
yang berhubungan dengan kualitas hidup dan masalah kesehatan mana yang
dianggap penting untuk segera ditangani. Masalah kesehatan merupakan hal yang
sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang dan berdampak positif
maupun negatif. Fokus pada fase ini adalah mencari faktor kesehatan yang
mempengaruhi kualitas hidup individu, keluarga dan masyarakat. Pada kajian ini
yang mendapatkan dampak dari masalah tersebut adalah anggota keluarga pada
tingkat rumah tangga.

6
3. Diagnosa Perilaku
Menelusuri masalah perilaku yang dapat menjadi penyebab timbulnya
masalah kesehatan yang telah diprioritaskan pada diagnosa epidemiologi.
Langkah – langkah diagnosa perilaku :
a. mencari semua faktor yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang
telah diprioritaskan pada diagnosa epidemiologi. Faktor – faktor tersebut bisa
berupa faktor perilaku maupun faktor non perilaku.
b. Pengembangan daftar perilaku. Memilih faktor perilaku mana yang lebih ke
arah preventif untuk terjadinya masalah kesehatan yang diprioritaskan.
c. Menyusun peringkat perilaku berdasarkan pentingnya (Importance).
d. Menyusun peringkat perilaku yang mudah diubah.
e. Berdasarkan urutan penting dan kemudahan untuk diubah, kemudian dipilih
satu perilaku sasaran.
f. Tahap terakhir dari diagnosa perilaku adalah pengembangan objective goal
dari prioritas perilaku yang sudah ditetapkan.
4. Diagnosa Pendidikan
Menelusuri masalah yang menjadi penyebab terjadinya masalah perilaku
yang telah diprioritaskan pada fase diagnosa perilaku. Ada tiga kelompok
masalah yang dapat berpengaruh yaitu :
a. Presdiposing
Faktor yang mendasari/mempermudah terjadinya perilaku :
1) Pengetahuan
2) Sikap
3) Nilai
4) Kepercayaan
5) Budaya
6) Karakteristik individu
b. Enabling
Faktor yang memungkinkan/memberi kesempatan terjadinya perilaku :
1) Ketersediaan pelayanan kesehatan
2) Ketercapaian pelayanan kesehatan
3) Peraturan yang ada
4) Ketrampilan yang berkaitan dengan kesehatan

7
c. Reinforcing
Faktor yang memperkuat timbulnya perilaku :
1) Dukungan keluarga
2) Peer group
3) Petugas kesehatan
4) Guru
5. Diagnosa Administrasi
Pada fase ini ditelusuri ada tidaknya dukungan kebijakan administrasi,
ketersediaan sarana, prasarana, waktu untuk melakukan program serta ada
tidaknya dukungan dana.
Dalam diagnosa administrasi dilakukan penilaian terhadap :
a. Sumber daya pelaksanaan program.
b. Sumber daya yang ada di organisasi dan masyarakat.
c. Hambatan pelaksanaan kerja.
Dalam diagnosa kebijakan dilakukan :
a. Identifikasi dukungan dan hambatan politis.
b. Identifikasi peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program.
c. Pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang
kondusif bagi kesehatan.

8
3.2 Bagan Teori PRECEDE

9
BAB 4

PEMBAHASAN
4.1 Tahap Diagnosa Sosial
Prioritas Masalah

Problem Variabel yang dipertimbangkan dan Nilai Total


Berat/Ringan Prevalence Kenaikan Keinginan Social Public Teknologi SDM Dukungan
masalah angka masy benefit concern yang politik
penykit tersedia

Kepadatan 7,4 7,4 8 7,5 8 7,2 6,1 7,4 6,2 65,2/9 =


Penduduk 7,24

Kejahatan 5,9 6 5,6 7,2 5,7 5,5 5,6 5,2 5,7 52,4/9 =
5,82

Berdasarkan hasil scoring pada prioritas masalah, kepadatan penduduk memiliki skor yang paling tinggi dibandingkan dengan kejahatan.
Maka kepadatan penduduk merupakan masalah sosial di Tambak Lorok.

10
4.2 Tahap Diagnosa Epidemiologi
Penyebab masalah kualitas hidup

 Diare
 DBD
Health  Pneumonia
Problem
 Gatal- gatal

Masalah kualitas
hidup
Enviromental
Problem
 Rendahnya
pendidikan
 Kepadatan
penduduk
 Yankes
 Penyediaan air
bersih

11
Prioritas masalah Epidemiologi

Problem Variabel yang dipertimbangkan dan Nilai Total


Dampak terhadap Kelmpk terkena Cara mengatasi Belum/pernah Daya ungkit tinggi Dukungan dana
kesehatan dampak masalah ditangani

Diare 7,4 5,9 5,7 6,2 6,2 5,7 37,1/6 =


6,18

DBD 8 7,1 7,2 7,2 7,4 5,9 42,8/6 =


7,13

Berdasarkan hasil scoring pada prioritas masalah, DBD memiliki skor yang paling tinggi dibandingkan dengan Diare. Maka kepadatan penduduk
merupakan masalah epidemiologi di Tambak Lorok.

12
4.3 Tahap Diagnosa Perilaku dan Lingkungan

Faktor yang dapat menyebabkan timbulnya DBD :

1. Faktor perilaku :
a. kebiasaan menggantung baju
b. Tidak menguras bak atau penampung air secara rutin.
c. Tidak melaksanakan PSN secara rutin.
2. Faktor non perilaku :
a. rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Tambak Lorok.
b. Sosial ekonomi yang rendah.
c. Kepadatan penduduk.
d. Umur
e. Curah hujan yang tinggi.

Setelah mengetahui faktor perilaku maupun non perilaku penyebab timbulnya penyakit
DBD kemudian menyusun perilaku berdasarkan pentingnya (Importance) dan perilaku
yang mudah diubah (Changebility).

1. Diagnosa Lingkungan

Penting Kurang/ Tidak Penting


Dapat 1. Rendanya Tidak ada
Berubah pendidikan
2. Sosial ekonomi
rendah

Tidak 1. Kepadatan Tidak ada


(kurang) penduduk
dapat di 2. Umur
rubah 3. Musim hujan
yang lama

2. Diagnosa Perilaku

13
Penting Kurang/ Tidak
Penting
Dapat 1. Kebiasaan Tidak ada
Berubah menggantung baju

Tidak 1. Tidak Tidak ada


(kurang) melaksanakan PSN
dapat di 2. Tidak menguras
rubah bak mandi secara
rutin

Berdasarkan urutan penting dan kemudahan untuk diubah maka sasaran untuk rancangan
program promosi kesehatan adalah sebagai berikut :

1. Sasaran primer : Semua masyarakat Tambak Lorok dari yang kecil sampai
yang tua
2. Sasaran sekunder : Tokoh masyarakat yang ada di Tambak Lorok dan karang
taruna
3. Sasaran tersier : Petugas kesehatan puskesmas atau kader kesehatan.

Selanjutnya tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin dicapai dalam program
promosi kesehatan adalah

1. Tujuan Umum (Goal) :


Prevalensi DBD di Tambak Lorok menurun 85% setelah program berjalan 1
tahun.
2. Tujuan Khusus (Objective) :
a. Pengetahuan dan sikap masyarakat tentang DBD dan cara pencegahan serta
penanggulanganya meningkat 70% setelah program berjalan 6 bulan.
b. Kebiasaan masyarkat mengantung baju berkurang 80% setelah program
berjalan 1 tahun.
c. Melaksanakan PSN dan menguras bak mandi 1 minggu sekali.

14
4.4 Tahap Diagnosa Pendidikan
a. Presdisposing
1. Masyarakat tidak mengetahui apa itu PSN.
2. Masyarakat tidak memiliki ketrampilan 3M.
3. Masyarakat menganggap hal biasa mengantung atau menumpuk pakaian.
b. Enabling
1. Fasilitas pos pelayanan kurang memadai.
2. Jarak puskesmas dengan tambak lorok cukup jauh.
c. Reinforcing
1. Kurangnya dukungan ketua RT untuk melaksanakan kegiatan PSN.

Dari ketiga faktor yang paling dominan/berperan dan perlu dibenahi terlebih dahulu yaitu
presdiposing.

Objective Goal :

1. Diharapkan pada tahun 2021, 90% masyarakat Tambak Lorok mengetahui


pentingnya PSN.
2. Diharapkan pada tahun 2021 90% masyarakat Tambak Lorok dapat melakukan
3M .

4.5 Seleksi Strategi Pendidikan


1. Memberikan pengetahuan tentang penyakit DBD menggunakan metode
presentasi dengan media powerpoint.
2. Penayangan film tentang penyakit DBD, cara penyebaranya, cara
penanggulangan DBD dan mengenali penyakitnya.
3. Memberikan penyuluhan serta pelatihan tentang PSN dan 3M dengan metode
demonstrasi dan eksperimen.

4.6 Tahap Diagnosa Administrasi


Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap kebijakan, sumber daya dan peraturan
yang berlaku nantinya dapat memfasilitasi atau menghambat pelaksanaan program
promosi kesehatan.
Pada diagnosis administratif dilakukan penilaian, sebagai berikut :
1. Sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan program promosi kesehatan
adalah Masyarakat, Tokoh masyarakat, Tokoh agama, tenaga kesehatan.

15
2. Sumber daya yang ada di organisasi yaitu ibu PKK dan karang taruna.
3. Hambatan dari pelaksanaan program adalah Komitmen terhadap
keberlangsungan program dan hambatan dari masyarakat adalah tingkat
pengetahuan yang rendah.

Pada diagnosa kebijakan yang dilakukan adalah mengidentifikasi dukungan dan


hambatan politis, peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program. Dalam
mewujudkan penanggulangan DBD di masyarakat telah diatur oleh kebijakan :
1. Kepmenkes No. 581 tahun 1992 tentang pemberantasan DBD.
2. PP No. 40 th 1991 tentang Penanggulangan Wabah penyakit Menular.
3. Perda No. 5 tahun 2010 tentang pengendalian DBD.
4.7 Rencana Evaluasi
a. Evaluasi Proses
1. Pengawasan terhadap program G1R1J
2. Pengontrolan kader jumantik
3. Program Gemas Darling dilakukan setiap minggunya
4. Menggunakan media yang dapat dipahami dengan mudah oleh masyarakat.
5. Minimnya perlengkapan untuk menyampaikan sosialisasi
b. Evaluasi Dampak
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penanggulangan DBD.
2. Meningkatkan ketrampilan masyarakat tentang PSN dan 3M
c. Evaluasi Outcome
Setelah program dilaksanakan selama 1 tahun, diharapkan terjadi penurunan
prevalensi DBD.

16
4.8 Jadwal Intervensi
Jenis Kegiatan Waktu Metode Penanggung Tempat Sarana & Budget Indikator
Prasarana
pelaksanaan Jawab Kegiatan Kegiatan Keberhasilan

Observasi Januari ketua program Kelurahan Alat tulis - Mengetahui


tambak lorok masalah
kesehatan dan
non kesehatan

Pendekatan Februari-Maret Diskusi Pak lurah balai desa konsumsi Rp. 1.000.000 Hadir dan setuju
masyarakat Ketua program

Sosialisasi April-Mei presentasi Ketua program Balai desa - Konsumsi Rp. 1.500.000 Pengetahuan
tentang DBD masyarakat
puskesmas - Peralatan
bertambah
presentasi

Pelatihan kader Juni-juli Demonstrasi Ketua program Balai desa - Konsumsi Rp. 2.500.000 Kader terampil
jumantik dan eksperimen
puskesmas - Peralatan
pelatihan

Pelatihan Agustus- Demonstrasi Ketua Program Rumah warga - Peralatan Rp. 3.000.000 Terciptanya
September dan eksperimen pelatihan rumah bebas
G1R1J
jentik

Gemas Darling Oktober Demonstrasi Ketua program Balai desa - Konsumsi Rp. 2.500.000 Terciptanya
dan eksperimen masyarakat yang
Pak lurah - Peralatan peduli
kebersiha

17
n lingkungan
- sound

Evaluasi November- Ketua program Banyak


Desember masyarakat yang
berubah
perilakunya

18
19
BAB 5

PENUTUP
5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

20
Daftar Pustaka

Adhytia Bagus Adnan, S. S. (2019). Peran Kader Jumantik Terhadap Perilaku


Masyarakat Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
di Wilayah Kerja Kelurahan Tebet Timur Tahun 2019. Jukmas, 3(204–2018).
Akbar, H., & Syaputra, E. M. (2019). Faktor Risiko Kejadian Demam Berdarah Dengue
(DBD) di Kabupaten Indramayu. 2(3), 159–164. Retrieved from
http://www.lib.cam.ac.uk/open_access/
Dosantos, I. R., & Budi, L. (2019). HUBUNGAN PENGETAHUAN KELUARGA
DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN DEMAM BERDARAH DENGUE ( DBD )
DI RW 9 KELURAHAN SOROSUTAN KECAMATAN The correlation between
family ’ s knowledge and dengue hemorrhagic fever ( dhf ) prevention. 14(3).
Lestari, E., & Dra. Margaretha Suryaningsih, M. . (2019). IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 5 TAHUN
2010 TENTANG PENGENDALIAN PENYAKIT DEMAM BERDARAH
DENGUE (DBD) DI KECAMATAN TEMBALANG (PUSKESMAS
KEDUNGMUNDU). Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–
1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Windaningsih, N., Senjaya, S., Keperawatan, F., Padjadjaran, U., Keperawatan, F.,
Padjadjaran, U., … Padjadjaran, U. (2019). Perilaku Masyarakat Dalam Upaya
Pencegahan Penyakit Demam Berdarah ( Dbd ) Melalui Metode Pemberantasan
Sarang Nyamuk ( Psn ) Di Desa Karyalaksana Community Behaviour in Dengue
Prevention Using Mosquito Net Eradication Method in Karyalaksana Village Ibun .
19.

21

You might also like