Professional Documents
Culture Documents
Strategi Promosi Kesehatan Masyarakat Upaya Pencegahan DBD Di Tambak Lorok
Strategi Promosi Kesehatan Masyarakat Upaya Pencegahan DBD Di Tambak Lorok
Tambak Lorok
TUGAS
Disusun oleh :
SEMESTER V
TAHUN 2019
i
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmaanirrahim
Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat yang
diberikan kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah
yang berjudul “Strategi Promosi Kesehatan Masyarakat Upaya Pencegahan DBD di
Tambak Lorok” untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Perencanaan Evaluasi Kesehatan.
Makalah ini berisikan tentang program promosi kesehatan masyarakat tentang DBD.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu sehingga
makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Namun, kami menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
kami mengharap kritik dan saran yang membangun dan dapat menjadikan makalah ini
jauh lebih baik. Kami mohon maaf atas kesalahan maupun kekurangan dalam penyusunan
makalah ini. Semoga makalah ini bermanfat bagi kita semua.
Kelompok 7
ii
Daftar Isi
KATA PENGANTAR......................................................................................................ii
Daftar Isi..........................................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................1
1.2 Tujuan Program.....................................................................................................2
1.2.1 Tujuan Umum.................................................................................................2
1.2.2 Tujuan Khusus................................................................................................2
1.3 Ruang Lingkup.......................................................................................................2
1.3.1 Permasalahan..................................................................................................2
1.3.2 Lokasi...............................................................................................................2
1.3.3 Waktu...............................................................................................................3
BAB 2 GAMBARAN UMUM LOKASI.........................................................................4
2.1 Keadaan Geografis.................................................................................................4
2.2 Keadaan Demografis..............................................................................................4
2.3 Data Masalah Kesehatan.......................................................................................5
BAB 3 TINJAUAN TEORI.............................................................................................6
3.1 Teori PRECEDE....................................................................................................6
3.2 Bagan Teori PRECEDE.........................................................................................9
BAB 4 PEMBAHASAN.................................................................................................10
4.1 Tahap Diagnosa Sosial.........................................................................................10
4.2 Tahap Diagnosa Epidemiologi.............................................................................11
4.3 Tahap Diagnosa Perilaku dan Lingkungan........................................................14
4.4 Tahap Diagnosa Pendidikan................................................................................16
4.5 Seleksi Strategi Pendidikan.................................................................................16
4.6 Tahap Diagnosa Administrasi.............................................................................16
4.7 Rencana Evaluasi.................................................................................................17
4.8 Jadwal Intervensi.................................................................................................18
BAB 5 PENUTUP...........................................................................................................20
5.1 Kesimpulan...........................................................................................................20
iii
5.2 Saran.....................................................................................................................20
Daftar Pustaka...............................................................................................................21
iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Demam Berdarah Dengue adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus
Dengue manifestasi klinis demam, nyeri otot dan atau nyeri sendi yang disertai
lekopenia (turunya sel darah putih), ruam, limfadenopati, trombositopenia. Pada
DBD terjadi perembesan plasma yang ditandai oleh hemokonsentrasi (peningkatan
hematokrit) atau penumpukan cairan dirongga tubuh. (Depkes 2006).
Jumlah kasus demam berdarah yang dilaporkan oleh World Health Organization
(WHO) terlihat dalam beberapa dekade pertama pada tahun 1996- 2005 sebanyak 1,3
juta kasus meningkat menjadi 5,4 juta kasus pada dekade kedua tahun 2006-2015.
Berdasarkan pemodelan matematis, kejadian tahunan di seluruh dunia telah
diperkirakan dalam beberapa tahun terakhir sebanyak 50- 100 juta gejala kasus DBD
terutama di Asia, Amerika latin dan Afrika (WHO, 2016).
1
Pengetahuan masyarakat tentang DBD sangat penting dalam pencegahan DBD
itu sendiri. Pengetahuan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk tindakan
seseorang yang terjadi melalui panca atau alat indra (penglihatan, pendengaran,
penciuman rasa dan raba) dan di pengaruhi oleh perhatian dan persepsi terhadap
suatu objek (Dosantos & Budi, 2019). Untuk menanggulangi dan mencegah
mewabahnya bahaya penyakit DBD diperlukan peran serta dari masyarakat dan
kader kesehatan (Adhytia Bagus Adnan, 2019).
Kota Semarang merupakan daerah yang selalu terjadi penyakit Demam Berdarah
Dengue (daerah endemis) yang kasusnya cenderung meningkat dari tahun ke tahun
dan berpotensi menimbulkan kejadian luar biasa. Oleh karena itu, sangat penting
bagi pemerintah untuk melakukan pengendalian terhadap penyakit DBD ini.
Pengendalian penyakit Demam Berdarah Dengue menurut Peraturan Daerah Kota
Semarang nomor 5 tahun 2010 adalah kegiatan pencegahan dan penanggulangan
untuk memutus mata rantai penularan penyakit DBD dengan cara melakukan
pemberantasan nyamuk dan jentik nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus.
(Lestari & Dra. Margaretha Suryaningsih, 2019).
2
1.3.2 Lokasi
Tambak Lorok kelurahan Tanjung Mas Kecamatan Semarang Utara.
1.3.3 Waktu
Waktu untuk melaksanakan program penanggulangan DBD selama 1 tahun.
3
BAB 2
Desa Tambak Lorok ini mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai nelayan selain
nelayan ada juga yang bekerja sebagai buruh pabrik yang terletak tidak jauh dari
perkampungan mereka, penjahit dan pengupas kijing (kerang hijau). Pengupas kijing
(kerang hijau) disini biasanya dilakukan oleh para perempuan. Nelayan desa Tambak
lorok biasanya melaut pada musim-musim tertentu.
4
Seperti pada masyarakat nelayan didaerah-daerah lain, pendidikan pada
masyarakat desa Tambak Lorok masuk dalam kategori menengah kebawah. Sebagian
besar masyarakatnya hanya mengenyam bangku pendidikan sampai sekolah dasar
ataupun sekolah menengah pertama, lulusan sekolah menengah atas juga ada namun itu
sudah maksimal. Ada juga yang meneruskan ke jenjang perguruan tinggi namun hanya
satu dua orang saja yang mampu. Hal ini dikarenakan kondisi sosial ekonomi masyarakat
desa Tambak Lorok yang tergolong menegah kebawah, terkait dengan mata pencaharian
masyarakatnya yang sebagian besar adalah nelayan.
5
BAB 3
TINJAUAN TEORI
3.1 Teori PRECEDE
Perencanaan Promosi Kesehatan adalah suatu proses diagnosis penyebab
masalah, penetapan prioritas masalah dan alokasi sumber daya yang ada untuk mencapai
tujuan (Notoatmodjo 2005). Oleh sebab itu, dalam membuat perencanaan promosi
kesehatan, keterlibatan dan peran serta peserta FGD sangat dibutuhkan dengan tujuan
supaya menghasilkan program yang dapat mengintervensi masalah kesehatan yang sesuai
dengan kondisi yang ada, sesuai kebutuhan masyarakat, efektif dalam biaya (cost
effective) dan berkesinambungan. Kerangka kerja PRECEDE – PROCEED adalah
pendekatan yang digunakan untuk kegiatan Perencanaan Promosi Kesehatan yang
mengarah pada perubahan perilaku baik individu, keluarga dan masyarakat. Pada
kerangka PRECEDE (Predisposing, Reinforcing and Enabling Causes in Educational
Diagnosis and Evaluation) digunakan pada fase diagnosis masalah, penetapan prioritas
masalah dan tujuan program. Kerangka PRECEDE terdiri dari lima fase, yaitu :
1. Diagnosa Sosial
Diagnosis sosial pada fase ini adalah proses mendapatkan karakteristik
masyarakat, persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya atau terhadap kualitas
hidupnya secara subjektif. Aspirasi masyarakat sangat dibutuhkan sebagai dasar
untuk meningkatkan kualitas hidup, sehingga melalui aspirasi tersebut dapat
terwujud partisipasi masyarakat. Salah satu metode yang digunakan untuk
mengukur persepsi masyarakat yaitu NGP (Nominal Group Process).
2. Diagnosa Epidemiologi
Melalui diagnosa epidemiologi dapat diketahui masalah kesehatan mana
yang berhubungan dengan kualitas hidup dan masalah kesehatan mana yang
dianggap penting untuk segera ditangani. Masalah kesehatan merupakan hal yang
sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang dan berdampak positif
maupun negatif. Fokus pada fase ini adalah mencari faktor kesehatan yang
mempengaruhi kualitas hidup individu, keluarga dan masyarakat. Pada kajian ini
yang mendapatkan dampak dari masalah tersebut adalah anggota keluarga pada
tingkat rumah tangga.
6
3. Diagnosa Perilaku
Menelusuri masalah perilaku yang dapat menjadi penyebab timbulnya
masalah kesehatan yang telah diprioritaskan pada diagnosa epidemiologi.
Langkah – langkah diagnosa perilaku :
a. mencari semua faktor yang dapat menyebabkan masalah kesehatan yang
telah diprioritaskan pada diagnosa epidemiologi. Faktor – faktor tersebut bisa
berupa faktor perilaku maupun faktor non perilaku.
b. Pengembangan daftar perilaku. Memilih faktor perilaku mana yang lebih ke
arah preventif untuk terjadinya masalah kesehatan yang diprioritaskan.
c. Menyusun peringkat perilaku berdasarkan pentingnya (Importance).
d. Menyusun peringkat perilaku yang mudah diubah.
e. Berdasarkan urutan penting dan kemudahan untuk diubah, kemudian dipilih
satu perilaku sasaran.
f. Tahap terakhir dari diagnosa perilaku adalah pengembangan objective goal
dari prioritas perilaku yang sudah ditetapkan.
4. Diagnosa Pendidikan
Menelusuri masalah yang menjadi penyebab terjadinya masalah perilaku
yang telah diprioritaskan pada fase diagnosa perilaku. Ada tiga kelompok
masalah yang dapat berpengaruh yaitu :
a. Presdiposing
Faktor yang mendasari/mempermudah terjadinya perilaku :
1) Pengetahuan
2) Sikap
3) Nilai
4) Kepercayaan
5) Budaya
6) Karakteristik individu
b. Enabling
Faktor yang memungkinkan/memberi kesempatan terjadinya perilaku :
1) Ketersediaan pelayanan kesehatan
2) Ketercapaian pelayanan kesehatan
3) Peraturan yang ada
4) Ketrampilan yang berkaitan dengan kesehatan
7
c. Reinforcing
Faktor yang memperkuat timbulnya perilaku :
1) Dukungan keluarga
2) Peer group
3) Petugas kesehatan
4) Guru
5. Diagnosa Administrasi
Pada fase ini ditelusuri ada tidaknya dukungan kebijakan administrasi,
ketersediaan sarana, prasarana, waktu untuk melakukan program serta ada
tidaknya dukungan dana.
Dalam diagnosa administrasi dilakukan penilaian terhadap :
a. Sumber daya pelaksanaan program.
b. Sumber daya yang ada di organisasi dan masyarakat.
c. Hambatan pelaksanaan kerja.
Dalam diagnosa kebijakan dilakukan :
a. Identifikasi dukungan dan hambatan politis.
b. Identifikasi peraturan dan organisasional yang memfasilitasi program.
c. Pengembangan lingkungan yang dapat mendukung kegiatan masyarakat yang
kondusif bagi kesehatan.
8
3.2 Bagan Teori PRECEDE
9
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Tahap Diagnosa Sosial
Prioritas Masalah
Kejahatan 5,9 6 5,6 7,2 5,7 5,5 5,6 5,2 5,7 52,4/9 =
5,82
Berdasarkan hasil scoring pada prioritas masalah, kepadatan penduduk memiliki skor yang paling tinggi dibandingkan dengan kejahatan.
Maka kepadatan penduduk merupakan masalah sosial di Tambak Lorok.
10
4.2 Tahap Diagnosa Epidemiologi
Penyebab masalah kualitas hidup
Diare
DBD
Health Pneumonia
Problem
Gatal- gatal
Masalah kualitas
hidup
Enviromental
Problem
Rendahnya
pendidikan
Kepadatan
penduduk
Yankes
Penyediaan air
bersih
11
Prioritas masalah Epidemiologi
Berdasarkan hasil scoring pada prioritas masalah, DBD memiliki skor yang paling tinggi dibandingkan dengan Diare. Maka kepadatan penduduk
merupakan masalah epidemiologi di Tambak Lorok.
12
4.3 Tahap Diagnosa Perilaku dan Lingkungan
1. Faktor perilaku :
a. kebiasaan menggantung baju
b. Tidak menguras bak atau penampung air secara rutin.
c. Tidak melaksanakan PSN secara rutin.
2. Faktor non perilaku :
a. rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Tambak Lorok.
b. Sosial ekonomi yang rendah.
c. Kepadatan penduduk.
d. Umur
e. Curah hujan yang tinggi.
Setelah mengetahui faktor perilaku maupun non perilaku penyebab timbulnya penyakit
DBD kemudian menyusun perilaku berdasarkan pentingnya (Importance) dan perilaku
yang mudah diubah (Changebility).
1. Diagnosa Lingkungan
2. Diagnosa Perilaku
13
Penting Kurang/ Tidak
Penting
Dapat 1. Kebiasaan Tidak ada
Berubah menggantung baju
Berdasarkan urutan penting dan kemudahan untuk diubah maka sasaran untuk rancangan
program promosi kesehatan adalah sebagai berikut :
1. Sasaran primer : Semua masyarakat Tambak Lorok dari yang kecil sampai
yang tua
2. Sasaran sekunder : Tokoh masyarakat yang ada di Tambak Lorok dan karang
taruna
3. Sasaran tersier : Petugas kesehatan puskesmas atau kader kesehatan.
Selanjutnya tujuan perubahan perilaku dan lingkungan yang ingin dicapai dalam program
promosi kesehatan adalah
14
4.4 Tahap Diagnosa Pendidikan
a. Presdisposing
1. Masyarakat tidak mengetahui apa itu PSN.
2. Masyarakat tidak memiliki ketrampilan 3M.
3. Masyarakat menganggap hal biasa mengantung atau menumpuk pakaian.
b. Enabling
1. Fasilitas pos pelayanan kurang memadai.
2. Jarak puskesmas dengan tambak lorok cukup jauh.
c. Reinforcing
1. Kurangnya dukungan ketua RT untuk melaksanakan kegiatan PSN.
Dari ketiga faktor yang paling dominan/berperan dan perlu dibenahi terlebih dahulu yaitu
presdiposing.
Objective Goal :
15
2. Sumber daya yang ada di organisasi yaitu ibu PKK dan karang taruna.
3. Hambatan dari pelaksanaan program adalah Komitmen terhadap
keberlangsungan program dan hambatan dari masyarakat adalah tingkat
pengetahuan yang rendah.
16
4.8 Jadwal Intervensi
Jenis Kegiatan Waktu Metode Penanggung Tempat Sarana & Budget Indikator
Prasarana
pelaksanaan Jawab Kegiatan Kegiatan Keberhasilan
Pendekatan Februari-Maret Diskusi Pak lurah balai desa konsumsi Rp. 1.000.000 Hadir dan setuju
masyarakat Ketua program
Sosialisasi April-Mei presentasi Ketua program Balai desa - Konsumsi Rp. 1.500.000 Pengetahuan
tentang DBD masyarakat
puskesmas - Peralatan
bertambah
presentasi
Pelatihan kader Juni-juli Demonstrasi Ketua program Balai desa - Konsumsi Rp. 2.500.000 Kader terampil
jumantik dan eksperimen
puskesmas - Peralatan
pelatihan
Pelatihan Agustus- Demonstrasi Ketua Program Rumah warga - Peralatan Rp. 3.000.000 Terciptanya
September dan eksperimen pelatihan rumah bebas
G1R1J
jentik
Gemas Darling Oktober Demonstrasi Ketua program Balai desa - Konsumsi Rp. 2.500.000 Terciptanya
dan eksperimen masyarakat yang
Pak lurah - Peralatan peduli
kebersiha
17
n lingkungan
- sound
18
19
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
20
Daftar Pustaka
21