You are on page 1of 11

Nama : Adi Al Ma’ruf

NIM : 172170050
Kelas : Transfer
Mata Kuliah : Manajemen Pendidikan

1. Tujuan Utama Penerapan MBS

Menurut Kustini Hardi dalam Sri Minarti (2011:69), ada tiga tujuan diterapkannya
manajemen berbasis sekolah (MBS) yaitu:
A. Mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama guru dan unsur komite sekolah
dalam aspek Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) untuk meningkatkan mutu sekolah

B. Mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama guru dan unsur komite


sekolah dalam pelaksanaan pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, baik
disekolah maupun dilingkungan masyarakat setempat.
C. Mengembangkan peran serta masyarakat yang lebih aktif dalam masalah umum
persekolahan dan unsur komite sekolah dalam membantu peningkatan mutu sekolah

Adapun menurut E. Mulyasa dalam Sri Minarti (2011:69), Implementasi Manajemen


Berbasis sekolah (MBS) ini bertujuan:

“peningkatan efisiensi antara lain diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya
partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi, peningkatan mutu pendidikan dapat
diperoleh melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah
dan kelas, berlakunya sistem insentif dan disensitif, peningkatan pemerataan pendidikan
antara lain diperoleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan
pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan karena pada
sebagian masyarakat tumbuh rasa kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah.

PERMASALAHAN PELAKSANAAN MBS DI SMK

1) Tidak Berminat Untuk Terlibat

Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan yang sekarang
mereka lakukan. Mereka tidak berminat untuk ikut serta dalam kegiatan yang menurut mereka
hanya menambah beban. Anggota dewan sekolah harus lebih banyak menggunakan waktunya
dalam hal-hal yang menyangkut perencanaan dan anggaran. Akibatnya kepala sekolah dan
guru tidak memiliki banyak waktu lagi yang tersisa untuk memikirkan aspek-aspek lain dari
pekerjaan mereka. Tidak semua guru akan berminat dalam proses penyusunan anggaran atau
tidak ingin menyediakan waktunya untuk urusan itu.

2) Tidak Efisien

Pengambilan keputusan yang dilakukan secara partisipatif adakalanya


menimbulkan frustrasi dan seringkali lebih lamban dibandingkan dengan cara-cara
yang otokratis. Para anggota dewan sekolah harus dapat bekerja sama dan
memusatkan perhatian pada tugas, bukan pada hal-hal lain di luar itu.
3) Pikiran Kelompok

Setelah beberapa saat bersama, para anggota dewan sekolah kemungkinan


besar akan semakin kohesif. Di satu sisi hal ini berdampak positif karena mereka akan
saling mendukung satu sama lain. Di sisi lain, kohesivitas itu menyebabkan anggota
terlalu kompromis hanya karena tidak merasa enak berlainan pendapat dengan
anggota lainnya. Pada saat inilah dewan sekolah mulai terjangkit “pikiran kelompok.” Ini
berbahaya karena keputusan yang diambil kemungkinan besar tidak lagi realistis.

4) Memerlukan Pelatihan

Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak atau belum
berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka kemungkinan
besar tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang hakikat MBS sebenarnya dan
bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi, dan sebagainya.

5) Kebingungan Atas Peran dan Tanggung Jawab Baru

Pihak-pihak yang terlibat kemungkinan besar telah sangat terkondisi dengan


iklim kerja yang selama ini mereka geluti. Penerapan MBS mengubah peran dan
tanggung jawab pihak-pihak yang berkepentingan. Perubahan yang mendadak
kemungkinan besar akan menimbulkan kejutan dan kebingungan sehingga mereka
ragu untuk memikul tanggung jawab pengambilan keputusan.

6) Kesulitan Koordinasi

Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam
mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang
beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan
besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah.

Apabila pihak-pihak yang berkepentingan telah dilibatkan sejak awal, mereka dapat
memastikan bahwa setiap hambatan telah ditangani sebelum penerapan MBS. Dua unsur
penting adalah pelatihan yang cukup tentang MBS dan klarifikasi peran dan tanggung
jawab serta hasil yang diharapkan kepada semua pihak yang berkepentingan. Selain itu,
semua yang terlibat harus memahami apa saja tanggung jawab pengambilan

keputusan yang dapat dibagi, oleh siapa, dan pada level mana dalam organisasi.
Anggota masyarakat sekolah harus menyadari bahwa adakalanya harapan yang
dibebankan kepada sekolah terlalu tinggi. Pengalaman penerapannya di tempat lain
menunjukkan bahwa daerah yang paling berhasil menerapkan MBS telah
memfokuskan harapan mereka pada dua maslahat: meningkatkan keterlibatan
dalam pengambilan keputusan dan menghasilkan keputusan lebih baik.
2. PENGERTIAN VISI
Visi adalah serangkaian kata yang menunjukkan impian, cita-cita atau nilai inti sebuah
organisasi, perusahaan, atau instansi. Visi merupakan tujuan masa depan sebuah instansi,
organisasi, atau perusahaan. Visi juga adalah pikiran-pikiran yang ada di dalam benak para
pendiri. Pikiran-pikiran tersebut adalah gambaran tentang masa depan yang ingin dicapai.

PENGERTIAN MISI

Adalah tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk mencapai visi tersebut. Selain itu,
misi juga merupakan deskripsi atau tujuan mengapa perusaahaan, organisasi, atau
instansi tersebut berada di tengah-tengah masyarakat.

PENGERTIAN TUJUAN SEKOLAH

Sedangkan, tujuan sekolah adalah hasil penyelenggaraan pendidikan yang akan


dicapai, yang dapat dijelaskan sebagai berikut, bahwasannya tujuan sekolah :
a. Menggambarkan tingkat kualitas yang perlu dicapai dalam jangka menengah
(empat tahunan);
b. Mengacu pada visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional serta relevan dengan
kebutuhan masyarakat;
c. Mengacu pada standar kompetensi lulusan yang sudah ditetapkan oleh sekolah
dan pemerintah;
d. Mengakomodasi masukan dari berbagai pihak yang berkepentingan termasuk
komite sekolah/madrasah dan diputuskan oleh rapat dewan pendidik yang
dipimpin oleh kepala sekolah;
e. Disosialisasikan kepada warga sekolah dan segenap pihak yang berkepentingan.

PENGERTIAN SASARAN SEKOLAH

Menurut Mohammad Syaifuddin, sasaran (tujuan situasional) adalah tujuan yang


dirumuskan dengan memperhitungkan tantangan yang dihadapi sekolah. Sasaran
dapat disebut juga juga tujuan jangka pendek (misalnya satu tahun).
Menurut KBBI, sasaran sesuatu yang menjadi tujuan.

Menurut Depdiknas tahun 2002, sasaran ialah penjabaran tujuan. Sasaran harus
mengandung peningkatan baik mutu, produktivitas, efektivitas, maupun efisiensi.
Sasaran sebaiknya dibuat satu tahun ajaran.

CONTOH VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

VISI

Unggul dalam 18 nilai pendidikan karakter bangsa yaitu: religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat /komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.
MISI

Melaksanakan pembiasaan berperilaku sesuai dengan nilai luhur bangsa yang berasal dari
ajaran agama yang dianut dan nilai sosial budaya.

1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif, sehingga setiap


siswa berkembang secara optimal, sesuai dengan potensi yang dimiliki.
2. Menumbuhkan semangat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah.

3. Menyelenggarakan pembelajaran untuk menumbuhkembangkan


kemampuan berpikir kritis, kreatif dan aktif dalam memecahkan masalah.
4. Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya,
sehingga dapat dikembangkan secara optimal.
5. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah
dan kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah (stakeholders).
6. Menyelengarakan pembelajaran berbasis IT

TUJUAN

1. Pada tahun 2014 tercipta lingkungan sekolah yang kondusif bagi pembelajaran.
2. Pada tahun 2014 semua siswa mampu menjalankan hak dan kewajiban di
sekolah, rumah, dan masyarakat.
3. Pada tahun 2014 rata-rata UASB N mencapai nilai minimal 7,0
4. Pada tahun 2014 memiliki tim olahraga minimal 3 cabang dan mampu
menjadi finalis tingkat nasional.
5. Pada tahun 2014 memiliki tim kesenian yang mampu tampil pada acara
berskala nasional.
6. Pada tahun 2014 partisipasi stakeholder tinggi dalam penyelenggaraan pendidikan.
7. Pada tahun 2014 proporsi lulusan yang melanjutkan ke sekolah unggul minimal 50%.
8. Pada tahun 2014 proporsi penggunaan IT dalam pembelajaran minimal 75%.

SASARAN

Pada akhir tahun ajaran 2013/ 2014 sekolah dapat;

a. Membekali sekurang-kurangnya 95% peserta didik mampu mengamalkan


ajaran agama yang dianut.
b. Membekali 100% peserta didik mampu mengakses informasi yang positif dari internet.

c. Membiasakan sekurang-kurangnya 95% peserta didik terbiasa sholat


berjamaah bagi yang beragama islam.
d. Membiasakan sekurang-kurangnya 95% semua warga sekolah bertindak
sesuai dengan 18 nilai pendidikan karakter.
e. Memperoleh nilai UN rata-rata 7,0.
f. Mengoptimalkan proses pembelajaran dengan pendekatan yang bervariasi, inovatif,
dan bermakna, di antaranya CTL dan inkuiri serta layanan bimbingan dan konseling.

g. Meningkatkan aktivitas dan kreativitas peserta didik melalui pelaksanaan


kegiatan intra dan ekstrakurikuler

h. Mengembangkan kedisiplinan dariseluruh komponen madrasah (stake


holder) untuk membentuk kepribadian yang tangguh dan kokoh sebagai
dasar dalam setiap aktivitas serta sebagai aset madrasah.
i. Meningkatkan jumlah peserta didik yang diterima di sekolah favorit/ unggul
sekurang-kurangnya 75% dari jumlah yang lulus.
j. Mampu menempatkan diri sebagai sekolah yang mengembangkan perdidikan
berbasis ICT.

3. IMPLEMENTASI PENINGKTAN MUTU


Mutu tidak terjadi begitu saja, namun perlu suatu proses perencanaan. Mutu
menjadi bagian penting dari strategi institusi dan harus didekati secara sistematis dengan
menggunakan proses perencanaan strategis. Tanpa arahan jangka panjang yang jelas,
sekolah sebagai sebuah institusi pendidikan tidak dapat merencanakan peningkatan mutu
(Rozari, 2011). Oleh sebab itu rencana strategis peningkatan mutu mutlak dilakukan oleh
institusi pendidikan untuk mempertahankan sekolah dari persaingan yang semakin ketat.
Rencana strategis merupakan rencana komprehensif dengan melibatkan semua sumber
dan kemampuan untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar, mencapai sasaran
sekolah, dan juga memenangkan persaingan yang ada.

Rencana strategis peningkatan mutu sekolah dalam implementasinya tidak lepas dari
manajemen peningkatan mutu sekolah. Berkaitan dengan hal ini, Usman (2002)
menyatakan bahwa manajemen peningkatan mutu memiliki prinsip (1) peningkatan mutu harus
dijalankan di sekolah, (2) peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya
kepemimpinan yang baik, (3) peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik
bersifat kualitatif maupun kuantitatif, (4) peningkatan mutu harus memberdayakan dan
melibatkan semua unsur yang ada di sekolah, (5) peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa
sekolah dapat memberikan kepuasan kepada peserta didik, orang tua dan masyarakat.

IMPLEMENTASI PENJAMIN MUTU

Sekolah yang ditunjuk menjadi sekolah model dibimbing secara tekhnis oleh LPMP untuk
melaksanakan penjaminan mutu secara internal dan selanjutnya di tahun ke 2 Sekolah
model harus mengimbaskan pelaksanaan SPMI ke 5 sekolah imbas di sekitarnya. Apa saja
yang harus dilakukan sekolah model dalam pelaksanaan SPMI di tahun pertama ini? Tugas
utama sekolah model SPMI tahun pertama adalah melaksanakan siklus penjaminan mutu
dimulai dari pemetaan mutu pendidikan, perencanaan pemenuhan mutu, pelaksanaan
pemenuhan mutu, audit mutu dan perencanaan strategi peningkatan mutu sekolah.
A. Pemetaan Mutu Pendidikan
B. Perencanaan Pemenuhan Mutu
C. Pemenuhan Mutu Pendidikan
D. Monitoring dan evaluasi

CONTOH IMPLEMENTASI PENJAMIN DAN PENINGKATAN MUTU

a. Standar Kompetensi Lulusan


b. Standar isi
c. Standar prses
d. Standar penilaian
e. Standar pendidik dan tenaga kependidikan
f. Standar penglolaan
g. Standar pembiyaayaan
h. Standar sarana dan prasarana

4. Peran manager
Leader secara bahasa artinya adalah pemimpin. Kepala sekolah adalah
pemimpin bagi lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Sebagai leader, kemampuan
yang harus dimiliki kepala sekolah adalah :
Pertama,
kemampuan membangun visi, misi, dan strategi lembaga. Visi adalah pandangan ke
depan lembaga pendidikan itu mau dibawa kearah mana. Misi adalah alasan mengapa
lembaga tersebut ada, biasanya berdasar pada nilai-nilai tertentu yang melekat dalam
organisasi. Sedangkan strategi adalah bagaimana kepala sekolah mampu mengelola
sumberdaya yang dimiliki dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah ditentukan
tersebut. Visi kepala sekolah akan sangat menentukan kearah mana lembaga pendidikan
itu dibawa. Kepala sekolah yang tidak mempunyai visi jauh ke depan hanya akan bertugas
sesuai dengan rutinitas dan tugas sehari-harinya tanpa tahu kemajuan apa yang harus ia
capai dalam kurun waktu tertentu. Kiranya, visi ini harus dibangun terlebih dahulu agar
tercipta jalan dan panduan perjalanan lembaga ke depan.
Kedua,
sebagai leader, kepala sekolah harus mampu berperan sebagai innovator, yaitu
orang yang terus-menerus membangun dan mengembangkan berbagai inovasi
untuk memajukan lembaga pendidikan. Salah satu yang menandai pergerakan dan
kemajuan lembaga pendidikan adalah sebesar dan sebanyak apa
inovasi yang dilakukan lembaga pendidikan tersebut setiap tahunnya. Jika banyak
inovasi dan pembaruan yang dilakukan, maka berarti terdapat kemajuan yang cukup
signifikan. Tetapi sebaiknya, jika tidak banyak inovasi yang dilakukan, maka lembaga
pendidikan itu lebih banyak jalan di tempat dan tidak mengalami banyak kemajuan.
Ketiga,
kepala sekolah harus mampu membangun motivasi kerja yang baik bagi seluruh
guru, karyawan, dan berbagai pihak yang terlibat di sekolah. Kemampuan dalam
membangun motivasi yang baik akan membangun produktivitas organisasi dan
meningkatkan efisiensi kerja. Dengan motivasi yang tinggi, didukung dengan
kemampuan guru dan keryawan yang memadai, akan memacu kenerja lembaga
secara keseluruhan. Karenanya, kemampuan membangun motivasi menjadi salah
satu kunci untuk meningkatkan performa dan produktivitas kerja.
Keempat,
kepala sekolah harus mempunyai keterampilan melakukan komunikasi, menangani konflik,
dan membangun iklim kerja yang yang positif di lingkungan lembaga pendidikan. Iklim kerja
yang positif akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan kerja secara keseluruhan. Jika
komunikasi tidak terbangun dengan baik misalnya, akan banyak terjadi kesalah pahaman
baik di antara bawahan atasan maupun di antara bawahan itu sendiri. Akibatnya, lembaga
pendidikan tidak lagi bisa menjadi tempat yang nyaman untuk bekerja. Masing-masing
orang tidak lagi memperhatikan antara satu dengan yang lain, masing-masing bekerja
secara individual sehingga membuat suasana kerja tidak nyaman. Jika hal ini terjadi, akan
sulit mengharapkan mereka untuk bekerja lebih keras atau lebih produktif. Lingkungan dan
suasana kerja yang baik akan mendorong guru dan karyawan bekerja lebih senang dan
meningkatkan tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan secara lebih baik.
Kelima,
kepala sekolah harus mampu melakukan proses pengambilan keputusan, dan bisa melakukan
proses delegasi wewenang secara baik. Pengambilan keputusan membutuhkan ketrampilan
mulai dari proses pengumpulan informasi, pencarian alternative keputusan, memilih keputusan,
hingga mengelola akibat ataupun konsekuensi dari peputusan yang telah diambil. Kepala
sekolah harus mempunyai ketrampilan pengambilan keputusan secara cepat dan tepat
disesuaikan dengan dinamika dan perkembangan yang terjadi. Jika setiap permasalahan bisa
segera diputuskan dan dicarikan jalan keluar, maka akan memudahkan organisasi untuk
berjalan dengan dinamika yang cepat. Tatapi sebalik nya, jika kepala sekolah sering ragu dalam
mengambil keputusan, maka organisasi di lembaga tersebut akan

terganggu dengan banyaknya masalah yang masih menggantung dan membutuhkan jalan
keluar. Selain pengambilan keputusan, kepala sekolah juga mempunyai keterampilan
mendelegasikan tugas dan wewenangnya kepada para bawahan. Delegasi wewenang ini
di satu sisi akan memudahkan tugas-tugas kepala sekolah sehingga ia bisa berkonsentrasi
untuk menjalankan tugas-tugas yang strategis dan mendelegasikan tugas-tugas
operasional sehari-hari kepada bawahannya. Di sisi lain, delegasi wewenang akan
membuat bawahan merasa dihargai sekaligus menjadi proses pembelajaran kepemimpinan
bagi mereka. Sehingga proses operasional organisasi bisa berjalan dengan lancar.
a. Sosok atau figure
b. Pemimpin atau leader
c. Penghubung atau liaison
Peran Leader

Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mempunyai empat kompetensi dan
ketrampilan utama dalam menajerial organisasi, yaitu ketrampilan membuat
perencanaan, keterampilan mengorganisasi sumberdaya, keterampilan melaksanakan
kegiatan, dan keterampilan melakukan pengendalian dan evaluasi. Empat keterampilan
manajerial kepala sekolah akan dibahas secara detail berikut ini.

Pertama,

keterampilan melakukan perencanaan. Kepala sekolah harus mampu melakukan proses


perencanaan, baik perencanaan jangka pendek, menengah, maupun perencanaan jangka
panjang. Perencanaan jangka pendek adalah perencanaan yang dibuat untuk kepentingan
jangka pendek, misalnya untuk satu bulan hingga satu tahun ajaran. Perencanaan jangka
menengah adalah perencanaan untuk pekerjaan yang memerlukan waktu 2-5 tahun,
sedangkan perencanaan jangka panjang meliputi perencanaan sekitar 5-10 tahun. Proses
perencanaan menjadi salahsatu keterampilan yang penting mengingat perencanaan yang baik
merupan setengah dari kesuksesan suatu pekerjaan. Prinsip perencanaan yang baik, akan
selalu mengacu pada: pertanyaan: “Apa yang dilakukan (what), siapa yang melakukan (who),
kapan dilakukan (when). Di mana dilakukan (where), dan bagaimana sesuatu dilakukan (how)”,
Detail perencanaan inilah yang akan menjadi kunci kesuksesan pekerjaan.

Kedua,

keterampilan melakukan pengorganisasian. Lembaga pendidikan mempunyai


sumberdaya yang cukup besar mulai sumberdaya manusia yang terdiri dari guru,
karyawan, dan siswa, sumberdaya keuangan, hingga fisik mulai dari gedung serta
sarana dan prasarana yang dimiliki. Salah satu masalah yang sering melanda lembaga
pendidikan adalah keterbatasan sumberdaya. Kepala sekolah harus mampu
menggunakan dan memanfaatkan sumberdaya yang tersedia dengan sebaik-baiknya.
Walaupun terbatas, namun sumberdaya yang dimiliki adalah modal awal

dalam melakukan pekerjaan. Karena itulah, seni mengola sumberdaya menjadi


ketrerampilan manajerial yang tidak bisa ditinggalkan.

Ketiga,

adalah kemampuan melaksanakan pekerjaan sesuai dengan perencanaan yang


telah ditetapkan. Tahapan ini mengisyaratkan kepala sekolah membangun prosedur
operasional lembaga pendidikan, memberi contoh bagaimana bekerja, membangun
motivasi dan kerjasama, serta selalu melakukan koordinasi dengan ber bagai
elemen pendidikan. Tidak ada gunanyua perencanaan yang baik jika dalam
implementasinya tidak dilakukan secara sungguh-sungguh dan professional.

Keempat,

kepala sekolah harus mampu melakukan tugas-tgas pengawasan dan pengendalian.


Pengawasan (supervisi) ini meliputi supervise manajemen dan juga supervisi dalam bidang
pengajaran. Sepervisi manajemen artinya melakukan pengawasan dalam bidang
pengembangan keterampilan dan kompetensi adminstrasi dan kelembagaan, sementara
supervisi pengajaran adalah melakukan pengawasan dan kendali terhadal tugas-tugas
serta kemampuan tenaga pendidik sebagai seorang guru. Karenanya kepala sekolah juga
harus mempunyai kompetensi dan keterampilan professional sebagai guru, sehingga ia
mampu memberikan supervisi yang baik kepada bawahannya.

a. Menyusun kebijakan tim


b. Mengkondisikan anggota
c. Mengkoordinasi semua elemen
d. Mengevaluasi secara berkala

5. Strategi pengembanagn SMK


Pertama; Penajaman Manajemen Sekolah Menggunakan Pendekatan Bisnis
Untuk mewujudkan program ini akan dilakukan dalam lima langkah diantaranya:
a. Re-strukturisasi organisasi Sekolah
b. Penerapan SMM ISO 9001-2008
c. Penataan dan pengembangan sistim EMIS dan FMIS berbasis IT. Pada tahun pelajaran
2012-2013 difokuskan pada pengadaan peralatan EMIS dan FMIS, yaitu pengadaan
server yang terkoneksi dengan jaringan internet dan mobile komunikasi, pengadaan
figer print untuk system absensi siswa serta pendidik dan tenaga kependidikan.

d. Re-Engenering Program Keahlian Re-engenering program keahlian dilaksanakan dalam


rangka penajaman mutu lulusan, dengan tujuan pengembangan SMK akan lebih fokus pada
beberapa kompetensi keahlian yang mengalami perkembangan cukup pesat.

Faktor-faktor yang perlu di tangani dalam pengelolaan sekolah menengah


kejuruan. a. Visi dan Misinya,

Visi dan Misi sekolah harus dirumuskan sesuai dengan perkembangan


kebutuhan dunia kerja dan dunia industri.
b. Kurikulumnya,
Kurikulum yang digunakan dalam sekolah seharusnya adalah kurikulum yang
berbasis industri. Dimana kurikulum di buat dan disusun tidak hanya oleh pihak
sekolah tetapi juga melibatkan dunia kerja dan dunia industri yang berkaitan. Serta
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
c. Manajemen kepala sekolahnya,
Manajemen Berbasis Sekolah yaitu prinsip transparansi dan akuntabilitas.
Tranparansi yang dimaksudkan disini adalah adanya kemudahan akses bagi semua stake
holder dan publik untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan
penyelenggaraan sekolah mulai dari Rencana Kerja Sekolah (RKS) dan laporan
pelaksanaannya, informasi tentang perkembangan kemajuan belajar peserta didik dan
sebagainya. Sedangkan akuntabilitas dimaksudkan bahwa semua rencana kerja dan
pelaksanaannya dapat dipertanggungjawabkan kepada semua stakeholder.
d. Penyelenggaraan kegiatan belajar mengajarnya,
Penyelengaraan kegiatan belajar mengajar itu harus berjalan dengan
efektif.kompetensi yang harus dimiliki oleh guru agar pelaksanaan proses
belajar mengajar dapat berjalan dengan efektif, yaitu :
1) Menguasai kurikulum dan perangkat penjabarannya
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai peranan yang sangat
penting dalam keseluruhan kegiatan pendidikan. Kurikulum adalah pemandu program
belajar mengajar, pelaksanaan, dan hasil belajar yang hendak dicapai. Tanpa
berpegang pada kurikulum, proses belajar mengajar tidak memiliki arah dan tujuan.
Karena itu, guru yang profesional memiliki penguasaan yang sangat mendalam
terhadap kurikulum. Mereka mengetahui cakupan materi-nya, mengetahui tujuan yang
hendak dicapai, tata urutan penyajian, dan porsi waktu yang diperlukan. Selain itu,
guru pun hendaknya mengetahui bagai-mana cara mengimplementasikan kurikulum
dalam program tahunan, program caturwulan/semester dan persiapan mengajar serta
aktivitas belajar mengajar yang efektif untuk menyerap kurikulum. Kurikulum juga
diikuti dengan perangkat pedoman pelaksanaan, antara lain meliputi: pedoman proses
belajar mengajar, pedoman penggunaan alat peraga dan media, pedoman penilaian,
dan pedoman-pedoman lainnya. Pedoman-pedoman tersebut dilandasi oleh dasar-
dasar didaktik dan metodik. Guru yang profesional selain menguasai pedoman
tersebut juga memiliki kreativitas untuk mengembangkannya. Guru yang berhasil
dalam pengajaran adalah guru yang mampu mempersiapkan siswa mencapai tujuan
yang telah dirumuskan dalam kurikulum.

2) Penguasaan materi setiap bidang studi


Bahan atau materi pelajaran yang akan diajarkan hendaknya dikuasai
oleh guru sehingga pelaksanaannya akan berjalan dengan lancar dengan baik.
Selain menguasai materi pelajaran, guru juga senantiasa dapat mengembang-
kan dan meningkatkan kemampuannya. Karena itulah sebenarnya guru sendiri
adalah seorang pelajar yang belajar secara terus menerus.Sebagai pengajar,
guru harus membantu perkembangan anak didiknya untuk memahami dan
menguasai ilmu pengetahuan. Untuk itu, guru hendaknya mampu memotivasi
siswa untuk senantiasa belajar pada berbagai kesempatan.
3) Penguasaan metode dan teknik penilaian
Guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik bila ia menguasai dan
mampu melaksanakan keterampilan mengajar dengan menggunakan berbagai
metode yang sesuai dengan pelajaran, tujuan, dan pokok bahasan yang diajarkannya.
Bahan belajar yang telah dikuasainya belum tentu dapat dicerna oleh siswa dengan
baik bila tidak disampaikan dengan baik pula. Proses penyampaian ini tentu saja
memerlukan kecakapan khusus dalam memilih dan menggunakan metode
mengajarnya. Dengan demikian, guru perlu menguasai terhadap metode penyampaian
agar para siswa tidak pasif, melainkan terlibat secara aktif dalam interaksi belajar
mengajar.Selain penguasaan metode pengajaran, guru juga hendaknya memiliki
pengetahuan dan pengalaman yang cukup tentang alat-alat dan media pembelajaran
sebagai alat bantu komunikasi guna lebih mengefektifkan proses belajar mengajar.
Tidak setiap media/alat sesuai dengan setiap kondisi belajar mengajar sehingga
diperlukan pula keterampilan untuk memilih dan menggu-nakan serta mengusahakan
media dengan baik. memilih media pendidikan harus disesuaikan dengan tujuan,
materi, metode serta kemampuan guru dan minat siswa. Hal ini penting untuk
diketahui karena metode mengajar bersifat individual. Artinya, seorang guru mungkin
dapat menggunakan suatu metode dengan baik, sementara guru yang lain belum
tentu demikian.Penilaian merupakan komponen atau bagian yang tak terpisahkan dari
proses belajar mengajar. Penilaian bertujuan untuk memberikan umpan balik bagi guru
dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar maupun bagi
siswa sendiri dan orang tua siswa untuk mengetahui kemajuan belajar. Kesalahan
atau kelemahan dalam penyusunan alat-alat penilaian dapat memberikan dampak
yang negatif terhadap proses belajar mengajar
4) Komitmen terhadap tugas
Komitmen yang mendalam terhadap tugas merupakan ciri pokok
profesionalisme seorang guru. kecintaan terhadap tugas diwu-judkan dalam
bentuk curahan tenaga, waktu, dan pikiran. bila guru menginginkan hasil
belajar yang lebih baik dan bermakna antara lain dapat dilakukan dengan
kecintaan terhadap siswa dan tugasnya.
5) Disiplin kerja
Penerapan disiplin yang baik dan kuat dalam proses pendidikan
akan menghasilkan mental, watak, dan kepribadian yang kuat.
d. Fasilitaspendukung yaitu saran dan prasarannya,
e. Pelaksanaan praktek kerjaindustrinya,
f. Pemberdayaan unit produksinya,
g. Pemasaran lulusanya agar terserap pada dunia kerja.

You might also like