Professional Documents
Culture Documents
NIM : 172170050
Kelas : Transfer
Mata Kuliah : Manajemen Pendidikan
Menurut Kustini Hardi dalam Sri Minarti (2011:69), ada tiga tujuan diterapkannya
manajemen berbasis sekolah (MBS) yaitu:
A. Mengembangkan kemampuan kepala sekolah bersama guru dan unsur komite sekolah
dalam aspek Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) untuk meningkatkan mutu sekolah
“peningkatan efisiensi antara lain diperoleh melalui keleluasaan mengelola sumber daya
partisipasi masyarakat dan penyederhanaan birokrasi, peningkatan mutu pendidikan dapat
diperoleh melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah
dan kelas, berlakunya sistem insentif dan disensitif, peningkatan pemerataan pendidikan
antara lain diperoleh melalui peningkatan partisipasi masyarakat yang memungkinkan
pemerintah lebih berkonsentrasi pada kelompok tertentu. Hal ini dimungkinkan karena pada
sebagian masyarakat tumbuh rasa kepemilikan yang tinggi terhadap sekolah.
Sebagian orang tidak menginginkan kerja tambahan selain pekerjaan yang sekarang
mereka lakukan. Mereka tidak berminat untuk ikut serta dalam kegiatan yang menurut mereka
hanya menambah beban. Anggota dewan sekolah harus lebih banyak menggunakan waktunya
dalam hal-hal yang menyangkut perencanaan dan anggaran. Akibatnya kepala sekolah dan
guru tidak memiliki banyak waktu lagi yang tersisa untuk memikirkan aspek-aspek lain dari
pekerjaan mereka. Tidak semua guru akan berminat dalam proses penyusunan anggaran atau
tidak ingin menyediakan waktunya untuk urusan itu.
2) Tidak Efisien
4) Memerlukan Pelatihan
Pihak-pihak yang berkepentingan kemungkinan besar sama sekali tidak atau belum
berpengalaman menerapkan model yang rumit dan partisipatif ini. Mereka kemungkinan
besar tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan tentang hakikat MBS sebenarnya dan
bagaimana cara kerjanya, pengambilan keputusan, komunikasi, dan sebagainya.
6) Kesulitan Koordinasi
Setiap penerapan model yang rumit dan mencakup kegiatan yang beragam
mengharuskan adanya koordinasi yang efektif dan efisien. Tanpa itu, kegiatan yang
beragam akan berjalan sendiri ke tujuannya masing-masing yang kemungkinan
besar sama sekali menjauh dari tujuan sekolah.
Apabila pihak-pihak yang berkepentingan telah dilibatkan sejak awal, mereka dapat
memastikan bahwa setiap hambatan telah ditangani sebelum penerapan MBS. Dua unsur
penting adalah pelatihan yang cukup tentang MBS dan klarifikasi peran dan tanggung
jawab serta hasil yang diharapkan kepada semua pihak yang berkepentingan. Selain itu,
semua yang terlibat harus memahami apa saja tanggung jawab pengambilan
keputusan yang dapat dibagi, oleh siapa, dan pada level mana dalam organisasi.
Anggota masyarakat sekolah harus menyadari bahwa adakalanya harapan yang
dibebankan kepada sekolah terlalu tinggi. Pengalaman penerapannya di tempat lain
menunjukkan bahwa daerah yang paling berhasil menerapkan MBS telah
memfokuskan harapan mereka pada dua maslahat: meningkatkan keterlibatan
dalam pengambilan keputusan dan menghasilkan keputusan lebih baik.
2. PENGERTIAN VISI
Visi adalah serangkaian kata yang menunjukkan impian, cita-cita atau nilai inti sebuah
organisasi, perusahaan, atau instansi. Visi merupakan tujuan masa depan sebuah instansi,
organisasi, atau perusahaan. Visi juga adalah pikiran-pikiran yang ada di dalam benak para
pendiri. Pikiran-pikiran tersebut adalah gambaran tentang masa depan yang ingin dicapai.
PENGERTIAN MISI
Adalah tahapan-tahapan yang harus dilalui untuk mencapai visi tersebut. Selain itu,
misi juga merupakan deskripsi atau tujuan mengapa perusaahaan, organisasi, atau
instansi tersebut berada di tengah-tengah masyarakat.
Menurut Depdiknas tahun 2002, sasaran ialah penjabaran tujuan. Sasaran harus
mengandung peningkatan baik mutu, produktivitas, efektivitas, maupun efisiensi.
Sasaran sebaiknya dibuat satu tahun ajaran.
VISI
Unggul dalam 18 nilai pendidikan karakter bangsa yaitu: religius, jujur, toleransi,
disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
kebangsaan, cinta tanah air, menghargai prestasi, bersahabat /komunikatif, cinta
damai, gemar membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, tanggung jawab.
MISI
Melaksanakan pembiasaan berperilaku sesuai dengan nilai luhur bangsa yang berasal dari
ajaran agama yang dianut dan nilai sosial budaya.
TUJUAN
1. Pada tahun 2014 tercipta lingkungan sekolah yang kondusif bagi pembelajaran.
2. Pada tahun 2014 semua siswa mampu menjalankan hak dan kewajiban di
sekolah, rumah, dan masyarakat.
3. Pada tahun 2014 rata-rata UASB N mencapai nilai minimal 7,0
4. Pada tahun 2014 memiliki tim olahraga minimal 3 cabang dan mampu
menjadi finalis tingkat nasional.
5. Pada tahun 2014 memiliki tim kesenian yang mampu tampil pada acara
berskala nasional.
6. Pada tahun 2014 partisipasi stakeholder tinggi dalam penyelenggaraan pendidikan.
7. Pada tahun 2014 proporsi lulusan yang melanjutkan ke sekolah unggul minimal 50%.
8. Pada tahun 2014 proporsi penggunaan IT dalam pembelajaran minimal 75%.
SASARAN
Rencana strategis peningkatan mutu sekolah dalam implementasinya tidak lepas dari
manajemen peningkatan mutu sekolah. Berkaitan dengan hal ini, Usman (2002)
menyatakan bahwa manajemen peningkatan mutu memiliki prinsip (1) peningkatan mutu harus
dijalankan di sekolah, (2) peningkatan mutu hanya dapat dilaksanakan dengan adanya
kepemimpinan yang baik, (3) peningkatan mutu harus didasarkan pada data dan fakta baik
bersifat kualitatif maupun kuantitatif, (4) peningkatan mutu harus memberdayakan dan
melibatkan semua unsur yang ada di sekolah, (5) peningkatan mutu memiliki tujuan bahwa
sekolah dapat memberikan kepuasan kepada peserta didik, orang tua dan masyarakat.
Sekolah yang ditunjuk menjadi sekolah model dibimbing secara tekhnis oleh LPMP untuk
melaksanakan penjaminan mutu secara internal dan selanjutnya di tahun ke 2 Sekolah
model harus mengimbaskan pelaksanaan SPMI ke 5 sekolah imbas di sekitarnya. Apa saja
yang harus dilakukan sekolah model dalam pelaksanaan SPMI di tahun pertama ini? Tugas
utama sekolah model SPMI tahun pertama adalah melaksanakan siklus penjaminan mutu
dimulai dari pemetaan mutu pendidikan, perencanaan pemenuhan mutu, pelaksanaan
pemenuhan mutu, audit mutu dan perencanaan strategi peningkatan mutu sekolah.
A. Pemetaan Mutu Pendidikan
B. Perencanaan Pemenuhan Mutu
C. Pemenuhan Mutu Pendidikan
D. Monitoring dan evaluasi
4. Peran manager
Leader secara bahasa artinya adalah pemimpin. Kepala sekolah adalah
pemimpin bagi lembaga pendidikan yang dipimpinnya. Sebagai leader, kemampuan
yang harus dimiliki kepala sekolah adalah :
Pertama,
kemampuan membangun visi, misi, dan strategi lembaga. Visi adalah pandangan ke
depan lembaga pendidikan itu mau dibawa kearah mana. Misi adalah alasan mengapa
lembaga tersebut ada, biasanya berdasar pada nilai-nilai tertentu yang melekat dalam
organisasi. Sedangkan strategi adalah bagaimana kepala sekolah mampu mengelola
sumberdaya yang dimiliki dalam upaya mencapai visi dan misi yang telah ditentukan
tersebut. Visi kepala sekolah akan sangat menentukan kearah mana lembaga pendidikan
itu dibawa. Kepala sekolah yang tidak mempunyai visi jauh ke depan hanya akan bertugas
sesuai dengan rutinitas dan tugas sehari-harinya tanpa tahu kemajuan apa yang harus ia
capai dalam kurun waktu tertentu. Kiranya, visi ini harus dibangun terlebih dahulu agar
tercipta jalan dan panduan perjalanan lembaga ke depan.
Kedua,
sebagai leader, kepala sekolah harus mampu berperan sebagai innovator, yaitu
orang yang terus-menerus membangun dan mengembangkan berbagai inovasi
untuk memajukan lembaga pendidikan. Salah satu yang menandai pergerakan dan
kemajuan lembaga pendidikan adalah sebesar dan sebanyak apa
inovasi yang dilakukan lembaga pendidikan tersebut setiap tahunnya. Jika banyak
inovasi dan pembaruan yang dilakukan, maka berarti terdapat kemajuan yang cukup
signifikan. Tetapi sebaiknya, jika tidak banyak inovasi yang dilakukan, maka lembaga
pendidikan itu lebih banyak jalan di tempat dan tidak mengalami banyak kemajuan.
Ketiga,
kepala sekolah harus mampu membangun motivasi kerja yang baik bagi seluruh
guru, karyawan, dan berbagai pihak yang terlibat di sekolah. Kemampuan dalam
membangun motivasi yang baik akan membangun produktivitas organisasi dan
meningkatkan efisiensi kerja. Dengan motivasi yang tinggi, didukung dengan
kemampuan guru dan keryawan yang memadai, akan memacu kenerja lembaga
secara keseluruhan. Karenanya, kemampuan membangun motivasi menjadi salah
satu kunci untuk meningkatkan performa dan produktivitas kerja.
Keempat,
kepala sekolah harus mempunyai keterampilan melakukan komunikasi, menangani konflik,
dan membangun iklim kerja yang yang positif di lingkungan lembaga pendidikan. Iklim kerja
yang positif akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan kerja secara keseluruhan. Jika
komunikasi tidak terbangun dengan baik misalnya, akan banyak terjadi kesalah pahaman
baik di antara bawahan atasan maupun di antara bawahan itu sendiri. Akibatnya, lembaga
pendidikan tidak lagi bisa menjadi tempat yang nyaman untuk bekerja. Masing-masing
orang tidak lagi memperhatikan antara satu dengan yang lain, masing-masing bekerja
secara individual sehingga membuat suasana kerja tidak nyaman. Jika hal ini terjadi, akan
sulit mengharapkan mereka untuk bekerja lebih keras atau lebih produktif. Lingkungan dan
suasana kerja yang baik akan mendorong guru dan karyawan bekerja lebih senang dan
meningkatkan tanggung jawab untuk melakukan pekerjaan secara lebih baik.
Kelima,
kepala sekolah harus mampu melakukan proses pengambilan keputusan, dan bisa melakukan
proses delegasi wewenang secara baik. Pengambilan keputusan membutuhkan ketrampilan
mulai dari proses pengumpulan informasi, pencarian alternative keputusan, memilih keputusan,
hingga mengelola akibat ataupun konsekuensi dari peputusan yang telah diambil. Kepala
sekolah harus mempunyai ketrampilan pengambilan keputusan secara cepat dan tepat
disesuaikan dengan dinamika dan perkembangan yang terjadi. Jika setiap permasalahan bisa
segera diputuskan dan dicarikan jalan keluar, maka akan memudahkan organisasi untuk
berjalan dengan dinamika yang cepat. Tatapi sebalik nya, jika kepala sekolah sering ragu dalam
mengambil keputusan, maka organisasi di lembaga tersebut akan
terganggu dengan banyaknya masalah yang masih menggantung dan membutuhkan jalan
keluar. Selain pengambilan keputusan, kepala sekolah juga mempunyai keterampilan
mendelegasikan tugas dan wewenangnya kepada para bawahan. Delegasi wewenang ini
di satu sisi akan memudahkan tugas-tugas kepala sekolah sehingga ia bisa berkonsentrasi
untuk menjalankan tugas-tugas yang strategis dan mendelegasikan tugas-tugas
operasional sehari-hari kepada bawahannya. Di sisi lain, delegasi wewenang akan
membuat bawahan merasa dihargai sekaligus menjadi proses pembelajaran kepemimpinan
bagi mereka. Sehingga proses operasional organisasi bisa berjalan dengan lancar.
a. Sosok atau figure
b. Pemimpin atau leader
c. Penghubung atau liaison
Peran Leader
Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus mempunyai empat kompetensi dan
ketrampilan utama dalam menajerial organisasi, yaitu ketrampilan membuat
perencanaan, keterampilan mengorganisasi sumberdaya, keterampilan melaksanakan
kegiatan, dan keterampilan melakukan pengendalian dan evaluasi. Empat keterampilan
manajerial kepala sekolah akan dibahas secara detail berikut ini.
Pertama,
Kedua,
Ketiga,
Keempat,