You are on page 1of 36

LEMBARAN PENILAIAN

Laporan praktikum
Teknologi bahan bangunan

RENCANA CAMPURAN BETON


DENGAN FAS 0,6

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6

RIZKI MAULIZA RUSTIANDA AGUSTI HENDRA MAULANA


1303010016 1303010017 1303010018

ILHAM SAPUTRA M IQBAL


1303010019 1303010020

KEPADA YANG BERSANGKUTAN MASING – MASING


DIBERIKAN NILAI

1. RIZKI MAULIZA ( .............. )


2. RUSTIANDA AGUSTI ( .............. )
3. HENDRA MAULANA ( .............. )
4. ILHAM SAPUTRA ( .............. )
5. M IQBAL ( .............. )

MATANGGLUMPANGDUA, 22 NOVEMBER 2014

KETUA LABORATORIUM
TEKNOLOGIBAHAN BANGUNAN PEMBIMBING
FAKULTAS TEKNIK PRAKTIKUM TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ALMUSLIM ACEH BAHAN BANGUNAN

R. DEDI IMAN KURNIA, ST, MT YASRIZANUR, ST


KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah dengan rahmat Allah SWT, yang telah memberikan


kita waktu dan kemudahan bagi Penulis, sehingga dapat menyelesaikan tugas ini
sebagai salah satu program wajib dalam mata kuliah ilmu bahan bangunan.
Shalawat serta salam kami sampaikan kepangkuan Nabi Muhammad SAW.
Karena atas rahmatnya kita dapat merasakan nikmatnya didunia yang penuh
dengan ilmu pengetahuan.
Laporan ini Penulis susun sebagai perwujudan dari praktikum yang telah
penulis laksanakan. Berdasarkan hal tersebut laporan ini penulis susun dengan
judul “ RENCANA CAMPURAN BETON DENGAN FAS 0,6 “ .
Penyelesaian praktikum dan laporan ini dapat terwujud atas bantuan,
bimbingan, dorongan, serta partisipasi dari berbagai pihak, untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih sebesar – besarnya kepada :
1. Bapak Agustiar, ST,.MT selaku Ketua LAB. Konstruksi dan bahan
bangunan Fakultas Teknik AL-Muslim Aceh.
2. Saifullah, selaku pembimbing dalam pelaksananaan praktikum ilmu bahan
bangunan.
3. Seluruh Staf dan Karyawan LAB. Konstruksi dan bahan bangunan
Fakultas Teknik AL-Muslim Aceh.
4. Seluruh rekan – rekan mahasiswa yang telah bekerja sama dengan baik
selama berlangsungnya praktikum.
Akhirnya, Penulis sangat menyadari bahwa laporan ini banyak terdapat
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan baik dalam teknik penulisan maupun
penyajian. Untuk itu masukan dari berbagai responsi sangat penulis harapkan
demi perbaikan dimasa mendatang.
Demikian laporan hasil praktikum ini Penulis susun, semoga dapat
berguna bagi semua pihak.

Matangglumpangdua, 22 November 2012

Penulis
DAFTAR ISI

Hal

LEMBAR PENILAIAN.................................................................................... i

KATA PENGANTAR....................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1

BAB II MATERIAL, BENDA UJI, DAN METODE PENGUJIAN...... 3

2.1. Material.................................................................................................. 3
2.2. Benda Uji............................................................................................... 5
2.3. Metode Pengujian Beton ....................................................................... 6
2.4. Metode Pengujian Baja.......................................................................... 7

BAB III PEMERIKSAAN MATERIAL, PERHITUNGAN


KOMPOSISI CAMPURAN DAN PEMBUATAN BENDA
UJI.................................................................................................. 10

3.1. Pemeriksaan Material............................................................................. 10


3.2. Perhitungan Komposisi Campuran Beton.............................................. 11
3.3. Pembuatan Benda Uji............................................................................ 12

BAB IV HASIL PENELITIAN................................................................... 16

4.1. Hasil Pemeriksaan Material................................................................... 16


4.2. Hasil Pembebanan.................................................................................. 11
4.3. Pembahasan............................................................................................ 12

BAB V PENUTUP...................................................................................... 22

A. Kesimpulan............................................................................................. 22
B. Saran........................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 24

LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam suatu konstruksi bangunan, beton merupakan bagian yang penting,


berdasarkan hal ini maka analisa dan penelitian terhadap materi dan proses
terbentuknya beton sangat dibutuhkan, sebagai program wajib dalam ilmu bahan
bangunan, maka penerapan dasar dan aplikasinya wajib dikuasai oleh setiap
mahasiswa teknik sipil. Hal ini diacukan agar kedepan seorang sarjana dapat
menguasai konsep dan analisa kerja saat terjun ke dunia konstruksi.
Beton ( concrete ) sendiri adalah bahan bangunan / konstruksi berupa batu
buatan (Artifisial Stone ) yang homogen yang diperoleh dari pencampuran tiga
bahan dasar yaitu semen portland sebagai bahan pengisi ( Filler ) dan penguat
(strengter ) yang meliputi agregat kasar ( coarse aggregate ) dan agregat halus
( Fine Aggregate ). Dalam hal – hal tertentu campuran diberi bahan tambahan
(Additive) atau bahan campuran ( Admixture ) yang tidak menurun mutu beton
sesuai dengan keperluan konstruksi.
Praktikum ini bertujuan untuk memperoleh pengetahuan mengenai
perencanaan campuran beton serta ketrampilan dalam pelaksanaannya. Untuk
mendapatkan beton yan bermutu baik dan memiliki daya kuat tekan yang besar,
perlu adanya suatu analisa laboratorium terhadap beberapa faktor penyusun
terbentuknya beton, yang meliputi sifat – sifat berupa :
 Susunan Butiran ( Sieve Analysis )
 Berat Volume ( Bulk Density )
 Berat Jenis ( Specific Gravity )
 Penyerapan (Absorption )
 Kelembaban (Moisture Contain)
 Modulus Kehalusan ( Fineness Modulus )
 Kandungan Lumpur ( Clay Lumps )
Pada air dan semen tidak dilakukan suatu analisa khusus karena dianggap
telah memenuhi standar syarat dalam PBI 1971 NI-2.
Setelah dilakukan pemeriksaan terhadap terhadap agregat baru
dilaksanakan mix design atau rencana campuran beton berdasarkan pada
ketentuan SK.SNI.T-15-1990-03 yang dikombinasikan dengan ketentuan
peraturan beton bertulang indonesia ( PBI 1971 ).
Perencanaan dan pengadukan beton dilakukan dengan menggunakan
mesin pengaduk mollen dengan nilai slump yang direncanakan yaitu 25,4 – 101,6
mm. Benda yang digunakan adalah cetakan baja berbentuk silinder dengan tinggi
30 cm dan berdiameter 15 cm sebanyak 8 buah, dengan mutu beton yang
diinginkan adalah mutu beton dengan nilai FAS 0,6 .
BAB II
MATERIAL, BENDA UJI DAN METODE PENGUJIAN

2.1 MATERIAL
Material utama yang digunakan dalam pembentukan beton adalah agregat,
semen, dan air. Agregat terdiri dari coarse agregate yang berupa kerikil dengan
butiran > 5 mm dan pasir halus ( fine sand ).
Semen yang digunakan adalah portland cement tipe 1 padang, air yang digunakan
adalah air bersih dengan ketentuan Ph ± 7 dan berasal dari PDAM yang tersedia di
LAB. Konstruksi dan Ilmu Bahan Bangunan Fakultas Teknik AL-Muslim Aceh.

2.1.1 Agregat
Agregat untuk beton adalah butiran mineral keras yang terbentuknya
mendekati bulat dengan ukuran butiran antara 0,075 – 40 mm. Agregate yang
digunakan adalah agregate alam yang berupa Coarse Agregatte ( Kerikil ), Coarse
Sand ( Pasir Kasar ), dan Fine Sand ( Pasir Halus ). Dalam campuran beton,
agregat merupakan bahan penguat dan pengisi, dan menempati sekitar 75 % dari
volume total beton :

Keutamaan agregat dalam peranan nya di dalam beton :


 Menghemat penggunaan semen portland
 Menghasilkan kekuatan besar pada beton
 Mengurangi penyusutan pada pengerasan beton
 Dengan gradasi agregat yang baik dapat tercapai beton yang beton

A. Agregat Halus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan – batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan
oleh pemecah batu. Agregat ini yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Agregat
ini berukuran 0,075 – 5 mm, dan meliputi pasir kasar ( Coarse Sand ) dan pasir
halus ( fine sand ). Menurut PBI agregat halus harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
 Agregat halus harus terdiri butiran – butiran tajam, keras, dan bersifat
kekal artinya tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan temperatur.
 Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % ( ditentukan
terhadap berat kerin ). Bila lebih 5 % harus dicuci.
 Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organis terlalu banyak dan
harus dibuktikan dengan percobaan warna dari ABRAMS – HARDER
dengan larutan NaOH 3 %
 Angka kehalusan ( fineness modulus ) antara 2 – 3,2
 Agregat harus terdiri dari butiran yang beraneka ragam besarnya.

B. Agregat kasar
Agregat kasar biasa juga disebut kerikil sebagai hasil desintegrasi alami
dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu,
dengan butirannya berukuran antara 5 – 40 mm. Ketentuan agregat kasar antara
lain :
 Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak berpori.
Agregat kasar yang butirannya pipih hanya dapat dipakai jika jumlah butir
– butir pipihnya tidak melampaui 20 % berat agregat seluruhnya dan
memiliki batas panjang tertentu.
 Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur 1 % dalam berat
keringnya. Bila melampaui harus dicuci.
 Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batuan pecah.

2.1.2 Semen Portland (Portland Cement )


Bahan pengikat hidrolis yang paling utama adalah semen portland. Di
sebut pengikat hidrolis karena semen portland akan mengikat ( sifat adesi dan
kohesi ) apabila diberi air dan kemudian terjadi reaksi kimia ( proses hidrasi )
yang bermula dari pasta semen yang plastis kemudian menjadi kaku dan keras.
Semen portland hidrolis dihasilkan dengan cara menggiling halus klingker
( mineral pembentuk semen ), terutama dari silikat – silikat kalsium yang bersifat
hidrolis dan gips sebagai bahan pembentuk.
Sesuai dengan ketentuan pemakaiannya, semen portland terbagi dalamm 5 jenis
yaitu :
 Tipe I, yaitu untuk konstruksi secara umum.
 Tipe II, yaitu untuk konstruksi secara umum terutam sekali bila
disyaratkan agak tahan terhadap sulfat dan panas hidrasi yang sedang.
 Tipe III, yaitu untuk konstruksi yang menuntut persyaratan kekuatan awal
yang tinggi.
 Tipe IV, yaitu menuntut persyaratan panas hidrasi yang rendah.
 Tipe V, yaitu untuk konstruksi yang menuntut persyaratan sangat tahan
terhadap sulfat.

Dala praktikum ini, semen portland yang kami gunakan adalah semen
portland Tipe I Padang dengan Specific Gravity 3,15

2.1.3 Air
Air yang digunakan sebagai bahan perteaksi dalam campuran beton dan
perawatannya harus bebas dari minyak, asam alkali, garam – garam, bahan –
bahan organis, bahan – bahan yang dapat merusak beton dan zat – zat reaktif
lainnya ( Ph 6.8 – 7 ). Dalam hal ini sebaiknya di gunakan air yang dapat di
minimum. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adonan/ cetakan harus tepat
dengan perbandingan berat atau isi sesuai dengan yang telah direncanakan.
Dalam percobaan ini, air yang digunakan adalah air bersih dengan ketentuan ph
normal dan bersal dari PDAM di LAB> konstruksi dan ilmu bahan bangunan
Fakultas Teknik Almuslim.

2.2 BENDA UJI


Kekuatan karakteristik beton diperoleh dari hasil pengetesan sejumlah
benda uji beton. Benda uji beton dapat berbentuk kubus 15 x 15 x 15 cm 3, kubus
20 x 20 x 20 cm3 dan silinder berdiameter 10 cm dan tinggi 20 cm. Berdasarkan
PBI 1971, benda uji standar ialah kubus 15 x 15 x 15 cm3 sedangkan menurut aci
211.1-77 adalah silinder berdiameter 10 cm dengan tinggi 20 cm.
Pada percobaan ini mutu beton yang direncanakan adalah K – 250, dengan nilai
slump yang direncanakan antara 7,5 cm sampai dengan 12 cm (kekentalan
campuran)..

2.3 METODE PENGUJIAN BETON

2.3.1 sifat – sifat fisis agregat


Untuk menentukan sifat – sifat agregat, digunakan Metode British Standar
(BS) dan American Sociaty For Testing For Material (ASTM)
Berat penyelidikan berat volume ( bulk density ) agregat adalah
perbandingan sejumlah sama. Specivic gravity dibedakan dalam dua keadaan
yaitu keadaan jenuh permukaan ( Saturated Surface Dry ) dan kering ( Oven Dry )
berdasarkan metode bs 812. Pengukuran dilaksanakan dengan dua cara, yaitu
penimbangan di luar dan didalam air untuk kerikil, dan untuk pasir berdasarkan
Metode Thawlow’s.
Analisa saringan ( Sieve Analysis ) bertujuan menguraikan susunan butiran
agregat yang diperoleh dari hasil penyaringan benda uji dengan menggunakan
beberapa fraksi jaringan. Dalam hal ini saringan standar yang digunakan
berdasarkan Metode ASTM.

2.3.2 Kandungan Organisme Dalam Pasir


Jika agregat campuran beton mengandung bahan organik akan
mengakibatkan proses hidrasi terganggu, sehingga dapat mengurangi kekuatan
beton. Untuk itu pasir harus diperiksa kandungan organiknya dengan
menggunakan Metode Abraham’s Harder ASTM, C- 40-73.

2.3.3 Komposisi Campuran Beton ( Concrete Mix Design )


Setelah bahan – bahan yang digunakan dalam campuran beton di teliti
sifatnya, kemudian perencanaan komposisi campuran berdasarkan SK.SNI.T-15-
1990-03.
2.4 METODE PENGUJIAN BAJA

2.4.1 Material
Seperti yang kita ketahui logam adalah bahan yang mempunyai kekuatan
yang tinggi terhadap daya tekan, dengan menggunakan kombinasi beton dan baja
sebagai bahan terhadap daya tekan. Maka tegangan – tegangan tekan di dalam
penampang dipikul terhadap beton, sedangkan tegangan tarik dipikul terhadap
baja.
Material yang digunakan dalam suatu percobaan ini adalah baja dari
konstruksi beton yang merupakan paduan besi yang mengandung karbon 0 - 1,5
%. Dengan panjang baja 10 cm, dan diameter 10 mm. Maka baja tersebut tidak
boleh mengandung sepihan , lipatan –lipatan pada permukaan nya.
Baja adalah bahan yang kadarnya tinggi yang terdiri atas Fe dalam bentuk kristal
dan C. Sifat –sifat umum dari baja adalah istimewa dalam berbagai macam
pembebanan / muatan terutama dari :
 Cara meleburnya
 Macam dan banyak logam campuran
 Cara yang digunakan waktu pembuatannya.
Dalam merencanakan suatu konstruksi beton bertulang kita harus dapat memilih
bahan yang tepat untuk konstruksi tersebut. Maka dia akan bertahan semaksimal
mungkin tanpa mengalami kerusakan yang dapat memperpendek masa
pemakainya.
Dalam suatu bangunan yang sangat sederhan,a, logam tidak terlalu banyak
pemakainya, tidak sama dengan bangunan yang mewah dan bertingkat dan juga
seperti pabrik –pabrik yang sangat diperlukan bahan logam. Logam memegang
peranan yang sangat penting dalam suatu konstruksi, pada dasarnya beton
mempunyai kuat tekan yang tinggi, tetapi kuat tariknya yang sangat rendah,
sedangkan baja mempunyai kuat tekan yang sangat tinggi dan kuat tekan rendah
sehingga kombinasi dan komposisi yang tepat pada kedua bahan tersebut akan
memilih kekuatan yang baik terhadap gaya geser maupun gaya tarik.
Dari adanya praktikum yang dilakukan maka kita akan mengetahui hasil yang
akan di dapatkan dan juga digunakan dalam membuat suatu laporan, maka untuk
mengetahui tegangan yang diizinkan pada suatu baja, dilakukan percobaan tarik
baja agar mengetahui ukuran dari baja tersebut.

2.4.2 Metodelogi dan Benda Uji


Benda uji digunakan dalam percobaan ini adalah beja tulangan ataupun
batang baja polos yang sering digunakan pada konstruksi suatu bangunan, batang
baja yang digunakan sebanyak satu batang.
Penelitian yang sering dilakukan adalah percobaan tarik dan kekenyalan logam
yang akan dilakukan dengan penarikan benda uji harus pada ambang putus nya
dan hasil dari semua itu dicatat berapa kuat tarik dari pergerakan elastis, beban
lurus tertinggi dan perpanjang perenggangan patah.
Benda uji akan memanjang elastis artinya beban yang diberi dihilangkan, maka
panjang ulurt akan kembali kepanjang semula. Jika dibebani dengan beton yang
tidak begitu berat besar, sebaliknya benda uji akan memanjang plastis jika beban
diteruskan hingga tinggi dan kenaikan beban itu dihilangkan. Ini penting untuk
diketahui batas pembebanan, dan dimana perubahan itu terjadi.
Diagram beban akan condong melengkung kekanan. Jika pembebanan diteruskan
hingga melampaui batas regangan. Hal ini terjadi karena adanya pengurangan luas
penampang dari benda uji.
Untuk rumus tarik dapat ditentukan dengan rumus :

beban maksimal ( p )
Kuat Tarik =
luas

Beban akan naik lagi jika pembebanan diteruskan sampai batas tertentu,
selanjutnya beban akan naik terus dan kemudian batang akan naik dan akhirnya
akan berada pada ambang putus dan disebut titik putus.
Untuk itu perlu ditinjau pada perpanjangan elastis yang kebanyakan
sebanding dengan penambahan beban. Perbandingan adalah kuat tarik dibagi
dengan regangan elastis.
Perbandingan ini disebut modulus elastisitas yang diperpanjangkan dengan
hukum hooke, yaitu:

P/ A=P. L O
E=
L/ L O=A . L
Dimana : L/LO adalah regangan elastisitas.
Keterangan : E = Modulus Elastis
0 = Tegangan (Kg/Cm)
ε = Regangan (kg/cm)
P = beban maksimum (Kg)
A = Luas Penampang (cm)
L = Panjang batang setelah dibebani (Cm)
Lo= panjang batang mula – mula (Cm)

Hubungan antara tegangan dengan regangan dapat dilihat pada grafik berikut:

Keterangan grafik :
- Batas OA atau daerah I disebut elastis, daerah ini masih berlaku hukum
Hooke
- Batas AB atau daerah II disebut daerah konstan, daerah ini hukum hooke
tidak berlaku lagi dan disebut dengan daerah plastik.
- Titik A merupakan titik regangan maksimum
- Titik B merupakan titik regangan plastik
- Titik C merupakan titik terjadi tegangan maksimum
- Titik D merupakan titik putus atau batas putus
- Titik BD merupakan daerah luluh
BAB III
PEMERIKSAAN MATERIAL
PERHITUNGAN KOMPOSISI CAMPURAN DAN
PEMBUATAN BENDA UJI BETON

3.1 PEMERIKSAAN MATERIAL

3.1.1 Berat Volume ( Bulk Density )

Tujuan : untuk menentukan berat volume pada agregat

Langkah :

Benda uji yang telah di keringkan dalam oven di keluarkan dan di biarkan dingin,
kemudian agregat di isi ke dalam container yang terdiri dari tiga lapisan. Setiap
lapisan di padatkan dengan tongkat sebanyak 25 kali tumbukan. Terakhir diisi
hingga penuh dan diratakan, lalu di hitung beratnya. Hal ini dilakukan sebanyak 3
kali.

3.1.2 Analisa Saringan ( Sieve Analysis )

Tujuan: Sebagai tolak ukur klasifikasi pemeriksaan persyaratan perencanaan c


ampuran agregat untuk beton

Langkah :

Benda uji diisi ke dalam saringan yang berukuran 37,5, 19, 9,5 4,75, 2,36, 1,18,
0,6, 0,3, 0,15, serta sisa. Saringan di goyangkan dengan tangan beberapa menit.
Kemudian masing –masing fraksi benda uji yang tertahan di atas saringan di
timbang beratnya.

3.1.3 Berat Jenis ( Specific gravity )


Tujuan : Untuk mengetahui volume agregat dalam beton.

Langkah kerja :

Benda uji di rendam di dalam air selama 24 jam dan di keringkan dengan cara di
angin anginkan hingga mencapai kondisi SSD. Kemudian di masukkan ke dalam
cekatan kerucut pasir yang terdiri dari tiga lapis ( di isi sepertiga sepertiga bagian
cetakan ), setiap lapisan di tusuk 25 kali dengan tongkat pemadat. Setelah
permukaan di ratakan, cetakan di angkat vertikal. Bila pasir yang di uji tersebut
tidak mengikuti bentuk cetakan berarti telah dalam keadaan SSD. Benda uji yang
telah SSD tersebut di isi ke dalam gelas beserta tutup kaca dan di timbang
beratnya. Gelas di isi penuh dengan air guna menghilangkan udara yang di
kandung benda uji, benda uji yang di isi dalam container, di oven hingga kondisi
OD dan di timbang beratnya.

3.1.4 Absorbsi ( Absorption )

Tujuan : Menentukan persentase berat air yang tereserap. Absorbsi merupakan


Perbandingan agregat dalam keadaan SSD dengan OD.
Langkah kerja :
Merupakan langkah lanjutanpada penentuan pada berat jenis benda uji. Dari hasil
perhitungan berat jenis benda uji dalam keadaan SSD dan OD, kita dapat mencari
persentase absorbsi air.

3.1.5 Kandungan Organik dalam pasir ( Organic inpurties )

Benda uji dimasukkan dalam gelas ukur volume 500 cc sebanyak 130 cc.
Lalu di tuangkan 70 cc larutan NaOH 3% dan 300 cc Aquades kemudian di
kocok. Diamkan selama 24 jam ( gelas ukur ). Setelah itu perhatikan perubahan
warna yang terjadi pada larutan di atas pasir.

Kemungkinan warna yang terjadi :

 Jernih, menunjukkan pasir bebas dari bahan organik.


 Kuning muda, menunjukkan pasir dapat di gunakan.
 Kuning tua, menunjukkan pasir terdapat bahan organik.
Jika pada percobaan yang di lakukan cairan berwarna jernih, menunjukkan pasir
dapat di gunakan.

3.2 PERHITUNGAN KOMPOSISI CAMPURAN BETON

Dari perhitungan campuran beton yang di lampirkan, jumlah air yangv di


butuhkan adalah 175 liter (di dapat secara interpolasi linear).

Diketahui bahwa sesuai dengan Perhitungan Campuran Beton yang di


lampirkan, maka nilai FAS adalah 0,54 sehingga jumlah semen yang di butuhkan :

Jumlah air 175


= = 292 kg/m3
FAS 0,54

Berat 1 m beton di perkirakan 2240 Kg. Berat masing masing bahan yang telah di
hitung:

Air = 175 liter

Semen = 325 kg

Pasir = 748,2 kg/cm3

Kerikil = 991,8 kg/cm3 +

Jumlah = 2240 kg

Untuk Volume Silinder


Tabel 3.2.1 Komposisi Campuran Beton

Material Berat 1m3 Hasil Hasil 30% Total


beton (kg) untuk 1 untuk 8 tambahan
benda uji benda uji campuran
Air 175 0,91 7,28 2,184 9,464
Semen 325 1,69 13,52 4,056 17,57
Pasir 748,2 3,89 31,12 9,33 40,45
Kerikil 991,8 5,15 41,52 12,37 53,62
Jumlah 2240 11,64 93,44 27,94 121,104

3.3 PEMBUATAN BENDA UJI

Setelah di lakukan mix design, kemudian dilaksanan pembuatan benda uji


dengan mengaduk campuran beton secara berurutan dari Coarse Aggregate,
Coarse Sand, dan air ke dalam Mollen. Kemudian molle dip putar selama 5 menit.

Setelah campuran beton teraduk rata, diadakan beberapa pengujian sbb :

A. Slump Test

Tujuan : Menentukan kekentalan (konsisten) adukan beton.

Langkah :

Campuran beton (fresh concrete) di isi ke dalam kerucut Abrams yang di


tempatkan diatas plat baja, dimana pengisiannya atas 3 lapisan yang setiap lapisan
di tumbuk sebanyak 25x dengan tongkat panjang 60 cm. Saat pengisian kaki
kerucut diinjak sampai cetakan tepat terisi. Lalu kerucut di angkat vertikal dan di
ukur jarak turun permukaan terhadap tinggi semula.

B. Airmeter
Tujuan : menentukan berat volume beton dan kandungan udara di dalam suatu
campuran beton.

Langkah kerja :

Campuran beton diisi ke dalam Air meter atas 3 lapisan dan setiap lapisan
di tumbuk 25x dengan tongkat pemadat. Kemudian sekeliling dindingnya di ketuk
dengan martil karet, agar butiran muncul ke permukaan. Ratakan permukaan
adukan dan Airmeter ditutup serta di kunci. Airmeter + benda uji di timbang,
untuk mengetahui berat volume udara. Dengan menggunakan pompa pada
Airmeter, jarum skala pada manometer di gerakkan hingga terletak pada 0 (nol).
Tekan klepnya agar jarum menunjukkan pada angka skal tertentu. Angka ini
menyatakan kandungan udara dalam 1m3 beton.

Hasil

Slump test : 7,5 cm

Berat Beton : 22 Kg

Suhu Beton : 30ºC

Kandungan Udara : 0,8%

Setelah di lakukan pemeriksaan di atas, benda uji diisi kedalam silinder,.


Pengisisan atas 3 lapisan, setiap lapisan di tusuk 25 kali. Sekeliling dinding di
ketuk dengan martil karet agar beton benar-benar padat.

Selang 4 jam dari saat pengecoran setiap benda uji di beri Capping yang
terbuat dari campuran semen dan 29 % air dari banyaknya semen yg di pakai,
pasta semem tersebut di oleskan di atas cetakan setebal 1 cm dan ditekan dengan
plat kaca. Capping ini digunakan untuk meneruskan tekanan pada campuran beton
di dalam cetakan. Kemudian di biarkan 24 jam agar mengeras. Setelah itu di buka
dan di rawat di ruang perawatan dalam bak perendam ( Curring)

3.3.1 Pembebanan Benda Uji


Setelah beton berumur 7 hari, tiga benda uji dikeluarkan dari bak
perendaman untuk dikeringkan kemudian dilakukan pengujian kuat tekan beton.
Pada umur 14 hari dilakukan lagi uji tekan 5 benda uji. Sebelum diuji, semua
benda uji ditimbang beratnya serta diukur dimensinya.

Kuat tekan beton/benda uji dapat dihitung dengan rumus :

P
σ, bi =
A

Keterangan :

σ, bi = Kuat tekan beton P = Beban hancur (ton)

1 1
A = Luas penampang ¿ π d2 = (3,14) (15)2
4 4
= 176,625 cm2

3.3.2 Pengujian

Pengujian benda uji dilakukan pada umur 7 hari berturut – turut sebanyak
3 benda uji, 5 benda uji. Dari hasil pengujian padat menentukan kuat tekan beton
pada masing – masing umur tersebut.

Langkah pertama, benda uji dikeluarkan dari bak perendaman dan


dihasilkan dengan kain lap, setelah itu dibiarkan selama lebih kurang 3 jam untuk
pengeringan. Langkah terakhir dilakukan dengan menggunakan penguji portable
compressor dengan 200 ton.
Kuat tekan beton/benda uji dapat dihitung dengan rumus :
P
σ, bi =
A

Keterangan :

σ, bi = Kuat tekan beton P = Beban hancur (ton)

A = Luas penampang
1 1
π d2 = (3,14) (15)2 = 176,625 cm2
4 4

BAB IV
HASIL PENELITIAN

4.1 Hasil Pemeriksa Material

Dari hasil pemeriksaan sifat – sifat material yang dilaksanakan untuk


kedua jenis material agregat yaitu agregat halus dan agregat kasar, maka hasil
penyelidikan tertara pada table berikut :

Hasil Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir Sungai)

Lubang Berat Persentasi Persentasi Persentasi


yakan Tertahan Berat komulatif berat komulatif lewat
(mm) (gram) tertahan Tertahan Ayakan
(%) (%) (%)
3/8 0 0 0 0
4 123.6 12 12 88
8 171.4 17 30 70
16 134 13 43 57
30 201.3 20 63 37
50 197.8 20 83 17
100 150.2 15 98 2
Sisa 18.2 2 100 0
Jumlah 996.5 100 430 270

430
Modulus Halus Butir = =4.30
100

Pemeriksaan I
Berat piknometer + pasir = air , B1 (gram) 938.8
Berat pasir setelah kering, B2 (gram) 472.6
Berat piknometer + air, B3 (gram) 669.8
Berat pasir kering muka jenuh, SSd, Bo (gram) 500

B₂ 2.04
Berat jenis ¿
( B₃+ B ₀−B ₁)

B₀ 2.16
Berat jenis¿
(B₃+ B ₀−B ₁)

(B₀−B ₂) 6%
Penyerapan ¿
B₂

Hasil pemeriksaan Gradasi Agregat Kasar

Lubang Berat Persentasi Persentasi Persentasi


yakan Tertahan Berat komulatif berat komulatif lewat
(mm) (gram) tertahan Tertahan Ayakan
(%) (%) (%)
37.5 513.9 20.58 12.04 87.96
19 1542.3 61.78 73.82 26.18
9.5 346.9 13.90 87.71 12.29
4.75 78.4 3.14 90.85 9.15
2.36 8.6 0.34 91.20 8.80
1.18 8.6 0.02 91.22 8.78
0.6 0.5 0.01 91.23 8.77
0.3 0.3 0.02 91.25 8.75
0.15 0.4 0.01 91.25 8.75
Sisa 0.2 0.20 91.46 8.54
Jumlah 2496.5 100.00 812.03 187.97
812.03
Modulus halus butir = =8,1203
100

Hasil Pemeriksaan Berat jenis Agregat Kasar


Pemeriksaan I
Berat kerikil setelah dikeringkan, B1 (gram) 3750
Berat kerikil kering muka jenuh, SSD, B2 (gram) 3808.2
Berat kerikil di bawah air, B3 (gram) 2398
Berat Jenis = B1 / (B2 – B3) 2.65
Berat jenis SSD = B2 / (B2 – B3) 2.7
Penyerapan = {(B2-B1)/B1)} x 100% 1.552%

Hasil Ujia Kadar Lumpur Agregat Halus (Pasir Sungai)


No Uraian Satuan Contoh
1. Berat pasir kering (B1) gram 938.8
2. Berat pasir kering tanpa lampu + gram 1077.8
cawan
3. Berat cawan gram 139
4. Berat pasir kering tanpa Lumpur gram 472.6
(B2)
5. Kadar lumpus % 0.49
*Kadar Lumpur = B1 – B2 / B1

4.2 Hasil Pembebanan

Hasil pembebanan diperhatikan pada table 4.2.1 :

Tabel 4.2.1 Hasil Kuat Tekan Benda Uji


a. Kubus
N Benda Berat Beban tekan τ 7 hari
O uji (kg) (KN) (kg/cm²)
1. Benda Uji I 12,6 20 113,23
2. Benda Uji II 12,6 18 101,91
3. Benda Uji III 12,6 18 101,91
Jumlah 317,05

b. Silinder
N Benda Berat Beban tekan τ 14 hari
O uji (kg) (KN) (kg/cm²)
1. Benda Uji IV 12,5 25 141,54
2. Benda Uji V 12,25 25 141,54
3. Benda Uji VI 12,3 18 101,91
4. Benda Uji VII 12,4 26 147,20
5. Benda uji VIII 12,5 24 135,88
Jumlah 668,07
Keterangan :

 Selinder yang digunakan sebagai benda uji adalah selinder dengan


diameter 10 cm dan tinggi 20 cm.
 Luas permukaan untuk menghitung beban teka adalah luas selinder, yaitu :
¼ πd ²=7 8 , 5 cm ²
 Pelaksanaan pengujian kuat tekan diambil pada benda uji dengan umur 14
hari.
 Faktor umur 7 hari = 0,65
 Faktor umur 14 hari = 0,88

4.3 Pembahasan

Perhitungan kuat tekan karakteristik benda uji meliputi :


A. Kuat Tekan Beton Rata-Rata
∑σ ´ bi
σ ´ bm=
n
985,12
= =123,14 kg /cm²
8

Tabel 4.3.1 Devisi standar

No τb ¿ ) τ ´ bm ¿²) (τb−τb ´ bm)²


1. 113,23 123,14 98,2081
2. 101,91 123,14 450,7129
3. 101,91 123,14 450,7129
4. 141,54 123,14 338,56
5. 141,54 123,14 338,56
6. 101,91 123,14 450,7129
7. 147,20 123,14 578,8836
8. 135,88 123,14 162,3076
Jumlah 2868,658

Devisi standar merupakan tolak ukur dari mutu pelaksanaa pekerja


pembetonan. Berdasarkan PBI 1971 Devisi standar (S) diperoleh dari rumus :

S=
√ ∑ (τb−τbm)²
n−1
S = 20,243 kg/cm²

B. Kuat tekan Karakteristik


Sesuai dengan rekomendasi Internasional untuk perencanaan serta
pelaksanaan bangunan beton, memulai Pereturan Beton Bertulang Indonesia
1971 NI-2, menentukan minimum 20 benda uji dengan persentasi defektif 5 %
harga k yang diambil 1,64. Apabila jumlah benda uji diambil/dipilih lain maka
harga k dievaluasi menurut dalil matematika statistika. Maka harga k untuk 8
benda dan persentasi defektif sebesar 5% adalah 0,656.

Kuat tekan karakteristik :


τ bk =τ ´ bm k . S
= 123,14 – 0,656 . 20,243 kg/cm² = 123,14 – 13,279
= 109,861 kg/cm²
Keterangan :
σ ´ bk =kuat tekan karakteristik
σ ´ bm=kuat tekanrata−rata
K = 0,656 (Ketetapan Standar)
Berdasarkan hasil kuat tekan diatas, maka dapat dilihat bahwa persentase
kekuatan beton terhadap mutu beton yang direncanakan adalah:
Mutu beton campuran x 100 %
¿
Mutu beton campuran
109,861 x 100 %
¿
305,1
= 36,00 %

4.4 Pembahasan
Dari hasil percobaan kuat tekan beton karakteristik, penelitian secara
menyeluruh dan mengamati segala kemungkinan selama praktikum dapat diambil
suatu pernyataan bahwa kuat tekan beton karakteristik sangat dipengaruhi oleh
kualitas bahan pembentuknya dan proses perawatan beton tersebut. Disamping itu
terdapat pula faktor-faktor tambahan lainnya, antara lain: Faktor Air Semen
(FAS), proses pencampuran, proses pemadatan, proses perawatan dan umur benda
uji, dimana pengaruh perawatan juga berpengaruh terhadap kekuatan beton
karakterististik. Berdasar table diatas diketahui bahwa kekuatan beton
karakteristik sebesar 109,861 kg/cm² (36,00)% dari mutu beton yang
direncanakan. Mutu beton yang tidak sesuai dengan yang telah direncanakan
dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Adapun hal-hal yang menyebabkan kuat tekan beton karakteristik tidak
mencapai 100% adalah adanya kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi
diantaranya:

 Kotoran organik pada aggregate

Bahan organic yang dikandung aggregate dapat mempengaruhi kekuatan


beton. Bila pada pencucian aggregate tidak sempurna, akan menyebabkan
kandungan kotoran organic dalam aggregate cukup tinggi, sehingga dapat
merusak beton melalui proses-proses kimia yang berlansung.

 Persentase air yang dikandung

Persentase air yang dikandung dalam aggregate sangat mempengaruhi


terhadap FAS. Bila kita mengetahui kadar air yang terkandung maka kita dapat
menentukan FAS yang tepat, sehingga mutu beton yang diinginkan dapat kita
peroleh.

 Kekerasan aggregate

Kekerasan aggregate dapat pula mempengaruhi mutu beton yang ingin


diperoleh. Secara logis dapat dikatakan bahwa semakin kuat aggregate semakin
kuat pula daya dukung aggregate tersebut sehingga akan lebih besar tekanan yang
mampu ditahan oleh beton yang kita buat.

 Kadar lumpur
Bila kadar lumpur yang dikandung aggregate melebihi batas toleransi,
maka dapat meyebabkan tidak baiknya terjadi ikatan pasta semen sehingga kuat
tekan beton berkurang dan menyebabkan beton akan luruh atau hancur.
Kandungan lumpur yang dibolehkan untuk fine aggregate adalah tidak
lebih dari 5% dan untuk coarse aggregate tidak lebih dari 1%.
Dalam pelaksanaan perencanaan campuran beton harus diperhatikan
kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada bahan-bahan dasar pembentuk
beton. Oleh sebab itu diperlukan ketelitian yang tinggi sehingga didapat
komposisi yang tepat dan seimbang sesuai dengan perbandingan kadar bahan
yang telah diizinkan yang pada akhirnya didapat mutu beton yang diinginkan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh kuat tekan
beton karakteristik (σ´bk) sebesar 109,861 kg/cm2. Kuat tekan beton rata – rata (σ
´bm) 123,14 dengan nilai devisi standar (S) sebesar 20,243 kg/cm 2. Persentase
mutu betonnya adalah 36,00 % dari mutu yang direncanakan. Tinggi slump yang
diperoleh 7,5 cm, memenuhi syarat tinggi slump yang direncanakan yaitu 25,4-
101,6 mm.
Hasil penelitian sifat – sifat fisis aggregate yang digunakan telah
memenuhi syarat yang ditetapkan oleh SK.SNI T-15-1990-03 dan PBI (Peratutan
Beton Indonesi 1971).
Kesalahan – kesalahn pada hasil penelitian kuat tekan beton ini disebabkan
antara lain :
Kekeliruan dalam perhitungan bahan – bahan pencampur yang digunakan,
kurangnnya ketelitian saat menimbang, mencampur dan mengaduk beton sehingga
mempengaruhi komposisi campuran beton.
Pada pembuatan benda uji pemadatannya kurang dan terlalu
berkumpulnya material yang halus atau material kasar saat memasukkan
campuran beton kedalam cetakan. Hal ini menyebabkan kekuatan beton tidak
merata pada setiap begian benda uji.
Melakukan pengujian pada waktu kurang dari toleransi yang diperoleh
setelah benda uji dikeluarkan dari bak perendaman pada setian pembebanan
sehingga mutu beton menjadi tidak maksimal.

5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum ini penulis menyadari agak kurang teliti.
Untuk itu, masih banyak hal yang harus diperbaiki dan ditingkatkan guna
berhasilnya pelaksanaan praktikum dimasa mendatang.
Perencanaan untuk menentukan kekuatan beton diperlukan ketelitian dan
kesungguhan yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukannya sikap saling
membutuhkan antara pembimbing dengan pelaksana praktikum dimasa
mendatang, diharapkan dapat memahami materi kuliah sebelum melakukan
praktikum. Ketelitian dan kehatia – hatian dalam melaksanakan praktikum harus
ditingkatkan, serta dituntut pula kekompakan antara sesame praktikan agar hasil
kerja maksimal.
Kepada karyawan dan staff laboratorium, hendaklah bimbingan lebih
ditingkatkan, sehingga ketidaktelitian dalam menimbang dan menguji dapat
dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah M.A : 1995, Panduan Praktikum Merencanakan Komposisi Campuran


Beton

Struktral, Laboratorium Konstruksi FT Unsyiah, Banda Aceh.

Ir. Mochtar R : 1982, PUBI – 1982, Departemen Pekerjaan Umum Direktorat


Jenderal

Cipta Karya, Bandung

Murdock L.J : Brook K.M ; Ir Hidarko S : 1999, Bahan Dan Praktek Beton,
Erlangga, Jakarta.
UNIVERSITAS ALMUSLIM ACEH
FAKULTAS TEKNIK
LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN BANGUNAN

Hasil Pemeriksaan Gradasi Agregat Halus (Pasir Sungai)

Lubang Berat Persentasi Persentasi Persentasi


yakan Tertahan Berat komulatif berat komulatif lewat
(mm) (gram) tertahan Tertahan Ayakan
(%) (%) (%)
3/8 0 0 0 0
4 123.6 12 12 88
8 171.4 17 30 70
16 134 13 43 57
30 201.3 20 63 37
50 197.8 20 83 17
100 150.2 15 98 2
Sisa 18.2 2 100 0
Jumlah 996.5 100 430 270
430
Modulus Hasil Butir = =4,30
100

Termasik Daerah II (pasir agak kasar)

Hasil Pemeriksaan Berat Agregat halus (Pasir Sungai) ( * Pakai saja ini jika
tidak ada data )

Pemeriksaan I
Berat piknometer + pasir = air , B1 (gram) 938.8
Berat pasir setelah kering, B2 (gram) 472.6
Berat piknometer + air, B3 (gram) 669.8
Berat pasir kering muka jenuh, SSd, Bo 500
(gram)

B₂ 2.04
Berat jenis ¿
( B₃+ B ₀−B ₁)

B₀ 2.16
Berat jenis¿
(B₃+ B ₀−B ₁)

(B₀−B ₂) 6%
Penyerapan ¿
B₂
UNIVERSITAS ALMUSLIM ACEH
FAKULTAS TEKNIK
LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN BANGUNAN

Hasil Pemeriksaan Gradasi Agregat Kasar


Lubang Berat Persentasi Persentasi Persentasi
yakan Tertahan Berat komulatif berat komulatif lewat
(mm) (gram) tertahan Tertahan Ayakan
(%) (%) (%)
37.5 513.9 20.58 12.04 87.96
19 1542.3 61.78 73.82 26.18
9.5 346.9 13.90 87.71 12.29
4.75 78.4 3.14 90.85 9.15
2.36 8.6 0.34 91.20 8.80
1.18 8.6 0.02 91.22 8.78
0.6 0.5 0.01 91.23 8.77
0.3 0.3 0.02 91.25 8.75
0.15 0.4 0.01 91.25 8.75
Sisa 0.2 0.20 91.46 8.54
Jumlah 2496.5 100.00 812.03 187.97

812.03
Modulus halus butir = =8,1203
100

Hasil Pemeriksaan berat jenis Agregat Kasar( * Pakai saja ini jika tidak ada
data )
Pemeriksaan I
Berat kerikil setelah dikeringkan, B1 (gram) 3750
Berat kerikil kering muka jenuh, SSD, B2 (gram) 3808.2
Berat kerikil di bawah air, B3 (gram) 2398
Berat Jenis = B1 / (B2 – B3) 2.65
Berat jenis SSD = B2 / (B2 – B3) 2.7
Penyerapan = {(B2-B1)/B1)} x 100% 1.552%

Hasil Ujia Kadar Lumpur Agregat Halus (Pasir Sungai) ( * Pakai saja ini
jika tidak ada data )
No Uraian Satuan Contoh
1. Berat pasir kering (B1) gram 938.8
2. Berat pasir kering tanpa lampu + gram 1077.8
cawan
3. Berat cawan gram 139
4. Berat pasir kering tanpa Lumpur gram 472.6
(B2)
5. Kadar lumpus % 0.49
*Kadar Lumpur = B1 – B2 / B1
UNIVERSITAS ALMUSLIM ACEH
FAKULTAS TEKNIK
LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN BANGUNAN

PERHITUNGAN CAMPURAN BETON

( * Pakai saja ini jika tidak ada data )

Perhitungan campuran beton ini didasarkan pada data bahan penyusun beton
sebagai berikut :

1. Diameter maksimum agregat kasar : 40 mm


2. Modulus halus butir (mhb) pasir : 4,30
3. Berat jenis pasir (SSD) : 2,16
4. Berat jenis kerikil : 2,65

Perhitungan beton dengan metode DOE sebagai berikut :


1. Kuat tekan beton yang disyaratkan pada umur 28 hari : 20 Mpa
2. Defisi Standar : 12 Mpa
3. Kuat tekan rata – rata yang di rencanakan, (f’c) : 20 + 7 = 27 x
11,3 = 305,1 Mpa
4. Jenis semen : Padang
5. Jenis Agregat Halus (pasir) : Pasir sungai
6. Jenis agregat kasar (kerikil) : Batu kerikil
7. Faktor air semen bebas : 0,54
8. Faktor air semen minimum : 0,6
Dipakai FAS yang rendah : 0,54
9. Nilai slump : 60 – 180 mm
10. Ukuran agregat : 40 mm
11. Kebetuhan ir : 175 liter
12. Kebutuhan semen : 325 kg

Dipakai kebutuhan semen sebesar : 325


Penyelesaian jumlah air dan factor air semen
Karena pada langkah ke 13 tidah merubah jumlah kebutuhan semen yang di
hitung pada langkah 11 maka tidak perlu ada penyesuaian jumlah air semen .
13. Gradasi pasir masuk dalam daerah : no. 2
14. Persentasi pasir terhadap campuran : 43 %
15. Berat jenis campuran pasir dan kerikil : (0,43 x 2,16) = (0,57
x 2,16) = 2,4
16. Berat jenis campuran : 2240 kg/m3
17. Kebutuhan berat pasir dan kerikil dihitung dengan rumus :
W psr + W krk = W btn – A –S
= 2240 – 175 – 325
= 1740 Kg
18. Kebutuhan pasir dihitung dengan rumus :
W psr = (P/100) x W psr + krk
= (43/100) x 1740 kg
= 748,2 Kg
19. Kebutuhan kerikil dihitung dengan rumus :
W krk = W psr + krk – W psr
= 1740 – 748,2
= 991,8 Kg/m3

Kesimpulan :
Untuk 1m3 beton (berat betonnya 2240 Kg) dibutuhkan :
a. Air : 175 liter
b. Semen : 325 kg
c. Pasir : 748,2 kg/cm3
d. Kerikil : 991,8 kg/cm3

Untuk Membuat satu adukan beton terdiri dari 3 selinder dibutuhkan :


Volume 1 silinder = 0,0016 m3

 a. Air : 7,28 liter


L = π r2
 b. Semen : 13,52 kg
 c. Pasir : 31,12 kg/cm3 = 3,14 (5)2

 d. Kerikil : 41,25 kg/cm3 = 78,5cm2


30% tanmbahan campuran V =2 π r2
 a. Air : 2,184 liter
V = 2 x 78,5
 b. Semen : 4,056 kg
V = 157 cm3
 c. Pasir : 9,33 kg/cm3
 d. Kerikil : 12,37 kg/cm3 1575
= = 0,0016 m3
1000000
 Rubah jika ukuran benda uji tidak sesuai

Rumus :
0,0016 x 8 x material yang dibutuhkan / 1m3 Beton =….
Total campuran : 8 buah benda uji =
 Air = 7,28 + 2,148 = 9,464 liter
 Semen = 13,52 + 4,056 = 17,57 kg
 Pasir = 31,12 + 9,33 = 40,45 kg/cm3
 Kerikil = 41,25 = 12,37 = 53,62 kg/cm3

Untuk Membuat satu adukan beton terdiri dari 5 Kubus dibutuhkan :


Volume 1 Kubus = 0,0034 m3

 a. Air : 7,28 liter


 b. Semen : 13,52 kg
L= sxs
 c. Pasir : 31,12 kg/cm3
 d. Kerikil : 41,25 kg/cm3 = 15 x 15

30% tanmbahan campuran = 225 cm2


 a. Air : 2,184 liter V= sxsxs
 b. Semen : 4,056 kg
= 15 x 15 x 15
 c. Pasir : 9,33 kg/cm3
= 3375 cm3
 d. Kerikil : 12,37 kg/cm3
3375
= = 0,0034 m3
1000000
 Rubah jika ukuran benda uji tidak sesuai

You might also like