Professional Documents
Culture Documents
LAPORAN Praktikum TBB
LAPORAN Praktikum TBB
Laporan praktikum
Teknologi bahan bangunan
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 6
KETUA LABORATORIUM
TEKNOLOGIBAHAN BANGUNAN PEMBIMBING
FAKULTAS TEKNIK PRAKTIKUM TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ALMUSLIM ACEH BAHAN BANGUNAN
Penulis
DAFTAR ISI
Hal
LEMBAR PENILAIAN.................................................................................... i
KATA PENGANTAR....................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................... 1
2.1. Material.................................................................................................. 3
2.2. Benda Uji............................................................................................... 5
2.3. Metode Pengujian Beton ....................................................................... 6
2.4. Metode Pengujian Baja.......................................................................... 7
BAB V PENUTUP...................................................................................... 22
A. Kesimpulan............................................................................................. 22
B. Saran........................................................................................................ 23
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 24
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 MATERIAL
Material utama yang digunakan dalam pembentukan beton adalah agregat,
semen, dan air. Agregat terdiri dari coarse agregate yang berupa kerikil dengan
butiran > 5 mm dan pasir halus ( fine sand ).
Semen yang digunakan adalah portland cement tipe 1 padang, air yang digunakan
adalah air bersih dengan ketentuan Ph ± 7 dan berasal dari PDAM yang tersedia di
LAB. Konstruksi dan Ilmu Bahan Bangunan Fakultas Teknik AL-Muslim Aceh.
2.1.1 Agregat
Agregat untuk beton adalah butiran mineral keras yang terbentuknya
mendekati bulat dengan ukuran butiran antara 0,075 – 40 mm. Agregate yang
digunakan adalah agregate alam yang berupa Coarse Agregatte ( Kerikil ), Coarse
Sand ( Pasir Kasar ), dan Fine Sand ( Pasir Halus ). Dalam campuran beton,
agregat merupakan bahan penguat dan pengisi, dan menempati sekitar 75 % dari
volume total beton :
A. Agregat Halus
Agregat halus untuk beton dapat berupa pasir alam sebagai hasil
desintegrasi alami dari batuan – batuan atau berupa pasir buatan yang dihasilkan
oleh pemecah batu. Agregat ini yang dihasilkan oleh alat pemecah batu. Agregat
ini berukuran 0,075 – 5 mm, dan meliputi pasir kasar ( Coarse Sand ) dan pasir
halus ( fine sand ). Menurut PBI agregat halus harus memenuhi syarat sebagai
berikut :
Agregat halus harus terdiri butiran – butiran tajam, keras, dan bersifat
kekal artinya tidak hancur oleh pengaruh cuaca dan temperatur.
Agregat halus tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 5 % ( ditentukan
terhadap berat kerin ). Bila lebih 5 % harus dicuci.
Agregat halus tidak boleh mengandung bahan organis terlalu banyak dan
harus dibuktikan dengan percobaan warna dari ABRAMS – HARDER
dengan larutan NaOH 3 %
Angka kehalusan ( fineness modulus ) antara 2 – 3,2
Agregat harus terdiri dari butiran yang beraneka ragam besarnya.
B. Agregat kasar
Agregat kasar biasa juga disebut kerikil sebagai hasil desintegrasi alami
dari batuan atau berupa batu pecah yang diperoleh dari industri pemecah batu,
dengan butirannya berukuran antara 5 – 40 mm. Ketentuan agregat kasar antara
lain :
Agregat kasar harus terdiri dari butiran yang keras dan tidak berpori.
Agregat kasar yang butirannya pipih hanya dapat dipakai jika jumlah butir
– butir pipihnya tidak melampaui 20 % berat agregat seluruhnya dan
memiliki batas panjang tertentu.
Agregat kasar tidak boleh mengandung lumpur 1 % dalam berat
keringnya. Bila melampaui harus dicuci.
Agregat kasar untuk beton dapat berupa kerikil alam dari batuan pecah.
Dala praktikum ini, semen portland yang kami gunakan adalah semen
portland Tipe I Padang dengan Specific Gravity 3,15
2.1.3 Air
Air yang digunakan sebagai bahan perteaksi dalam campuran beton dan
perawatannya harus bebas dari minyak, asam alkali, garam – garam, bahan –
bahan organis, bahan – bahan yang dapat merusak beton dan zat – zat reaktif
lainnya ( Ph 6.8 – 7 ). Dalam hal ini sebaiknya di gunakan air yang dapat di
minimum. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adonan/ cetakan harus tepat
dengan perbandingan berat atau isi sesuai dengan yang telah direncanakan.
Dalam percobaan ini, air yang digunakan adalah air bersih dengan ketentuan ph
normal dan bersal dari PDAM di LAB> konstruksi dan ilmu bahan bangunan
Fakultas Teknik Almuslim.
2.4.1 Material
Seperti yang kita ketahui logam adalah bahan yang mempunyai kekuatan
yang tinggi terhadap daya tekan, dengan menggunakan kombinasi beton dan baja
sebagai bahan terhadap daya tekan. Maka tegangan – tegangan tekan di dalam
penampang dipikul terhadap beton, sedangkan tegangan tarik dipikul terhadap
baja.
Material yang digunakan dalam suatu percobaan ini adalah baja dari
konstruksi beton yang merupakan paduan besi yang mengandung karbon 0 - 1,5
%. Dengan panjang baja 10 cm, dan diameter 10 mm. Maka baja tersebut tidak
boleh mengandung sepihan , lipatan –lipatan pada permukaan nya.
Baja adalah bahan yang kadarnya tinggi yang terdiri atas Fe dalam bentuk kristal
dan C. Sifat –sifat umum dari baja adalah istimewa dalam berbagai macam
pembebanan / muatan terutama dari :
Cara meleburnya
Macam dan banyak logam campuran
Cara yang digunakan waktu pembuatannya.
Dalam merencanakan suatu konstruksi beton bertulang kita harus dapat memilih
bahan yang tepat untuk konstruksi tersebut. Maka dia akan bertahan semaksimal
mungkin tanpa mengalami kerusakan yang dapat memperpendek masa
pemakainya.
Dalam suatu bangunan yang sangat sederhan,a, logam tidak terlalu banyak
pemakainya, tidak sama dengan bangunan yang mewah dan bertingkat dan juga
seperti pabrik –pabrik yang sangat diperlukan bahan logam. Logam memegang
peranan yang sangat penting dalam suatu konstruksi, pada dasarnya beton
mempunyai kuat tekan yang tinggi, tetapi kuat tariknya yang sangat rendah,
sedangkan baja mempunyai kuat tekan yang sangat tinggi dan kuat tekan rendah
sehingga kombinasi dan komposisi yang tepat pada kedua bahan tersebut akan
memilih kekuatan yang baik terhadap gaya geser maupun gaya tarik.
Dari adanya praktikum yang dilakukan maka kita akan mengetahui hasil yang
akan di dapatkan dan juga digunakan dalam membuat suatu laporan, maka untuk
mengetahui tegangan yang diizinkan pada suatu baja, dilakukan percobaan tarik
baja agar mengetahui ukuran dari baja tersebut.
beban maksimal ( p )
Kuat Tarik =
luas
Beban akan naik lagi jika pembebanan diteruskan sampai batas tertentu,
selanjutnya beban akan naik terus dan kemudian batang akan naik dan akhirnya
akan berada pada ambang putus dan disebut titik putus.
Untuk itu perlu ditinjau pada perpanjangan elastis yang kebanyakan
sebanding dengan penambahan beban. Perbandingan adalah kuat tarik dibagi
dengan regangan elastis.
Perbandingan ini disebut modulus elastisitas yang diperpanjangkan dengan
hukum hooke, yaitu:
P/ A=P. L O
E=
L/ L O=A . L
Dimana : L/LO adalah regangan elastisitas.
Keterangan : E = Modulus Elastis
0 = Tegangan (Kg/Cm)
ε = Regangan (kg/cm)
P = beban maksimum (Kg)
A = Luas Penampang (cm)
L = Panjang batang setelah dibebani (Cm)
Lo= panjang batang mula – mula (Cm)
Hubungan antara tegangan dengan regangan dapat dilihat pada grafik berikut:
Keterangan grafik :
- Batas OA atau daerah I disebut elastis, daerah ini masih berlaku hukum
Hooke
- Batas AB atau daerah II disebut daerah konstan, daerah ini hukum hooke
tidak berlaku lagi dan disebut dengan daerah plastik.
- Titik A merupakan titik regangan maksimum
- Titik B merupakan titik regangan plastik
- Titik C merupakan titik terjadi tegangan maksimum
- Titik D merupakan titik putus atau batas putus
- Titik BD merupakan daerah luluh
BAB III
PEMERIKSAAN MATERIAL
PERHITUNGAN KOMPOSISI CAMPURAN DAN
PEMBUATAN BENDA UJI BETON
Langkah :
Benda uji yang telah di keringkan dalam oven di keluarkan dan di biarkan dingin,
kemudian agregat di isi ke dalam container yang terdiri dari tiga lapisan. Setiap
lapisan di padatkan dengan tongkat sebanyak 25 kali tumbukan. Terakhir diisi
hingga penuh dan diratakan, lalu di hitung beratnya. Hal ini dilakukan sebanyak 3
kali.
Langkah :
Benda uji diisi ke dalam saringan yang berukuran 37,5, 19, 9,5 4,75, 2,36, 1,18,
0,6, 0,3, 0,15, serta sisa. Saringan di goyangkan dengan tangan beberapa menit.
Kemudian masing –masing fraksi benda uji yang tertahan di atas saringan di
timbang beratnya.
Langkah kerja :
Benda uji di rendam di dalam air selama 24 jam dan di keringkan dengan cara di
angin anginkan hingga mencapai kondisi SSD. Kemudian di masukkan ke dalam
cekatan kerucut pasir yang terdiri dari tiga lapis ( di isi sepertiga sepertiga bagian
cetakan ), setiap lapisan di tusuk 25 kali dengan tongkat pemadat. Setelah
permukaan di ratakan, cetakan di angkat vertikal. Bila pasir yang di uji tersebut
tidak mengikuti bentuk cetakan berarti telah dalam keadaan SSD. Benda uji yang
telah SSD tersebut di isi ke dalam gelas beserta tutup kaca dan di timbang
beratnya. Gelas di isi penuh dengan air guna menghilangkan udara yang di
kandung benda uji, benda uji yang di isi dalam container, di oven hingga kondisi
OD dan di timbang beratnya.
Benda uji dimasukkan dalam gelas ukur volume 500 cc sebanyak 130 cc.
Lalu di tuangkan 70 cc larutan NaOH 3% dan 300 cc Aquades kemudian di
kocok. Diamkan selama 24 jam ( gelas ukur ). Setelah itu perhatikan perubahan
warna yang terjadi pada larutan di atas pasir.
Berat 1 m beton di perkirakan 2240 Kg. Berat masing masing bahan yang telah di
hitung:
Semen = 325 kg
Jumlah = 2240 kg
A. Slump Test
Langkah :
B. Airmeter
Tujuan : menentukan berat volume beton dan kandungan udara di dalam suatu
campuran beton.
Langkah kerja :
Campuran beton diisi ke dalam Air meter atas 3 lapisan dan setiap lapisan
di tumbuk 25x dengan tongkat pemadat. Kemudian sekeliling dindingnya di ketuk
dengan martil karet, agar butiran muncul ke permukaan. Ratakan permukaan
adukan dan Airmeter ditutup serta di kunci. Airmeter + benda uji di timbang,
untuk mengetahui berat volume udara. Dengan menggunakan pompa pada
Airmeter, jarum skala pada manometer di gerakkan hingga terletak pada 0 (nol).
Tekan klepnya agar jarum menunjukkan pada angka skal tertentu. Angka ini
menyatakan kandungan udara dalam 1m3 beton.
Hasil
Berat Beton : 22 Kg
Selang 4 jam dari saat pengecoran setiap benda uji di beri Capping yang
terbuat dari campuran semen dan 29 % air dari banyaknya semen yg di pakai,
pasta semem tersebut di oleskan di atas cetakan setebal 1 cm dan ditekan dengan
plat kaca. Capping ini digunakan untuk meneruskan tekanan pada campuran beton
di dalam cetakan. Kemudian di biarkan 24 jam agar mengeras. Setelah itu di buka
dan di rawat di ruang perawatan dalam bak perendam ( Curring)
P
σ, bi =
A
Keterangan :
1 1
A = Luas penampang ¿ π d2 = (3,14) (15)2
4 4
= 176,625 cm2
3.3.2 Pengujian
Pengujian benda uji dilakukan pada umur 7 hari berturut – turut sebanyak
3 benda uji, 5 benda uji. Dari hasil pengujian padat menentukan kuat tekan beton
pada masing – masing umur tersebut.
Keterangan :
A = Luas penampang
1 1
π d2 = (3,14) (15)2 = 176,625 cm2
4 4
BAB IV
HASIL PENELITIAN
430
Modulus Halus Butir = =4.30
100
Pemeriksaan I
Berat piknometer + pasir = air , B1 (gram) 938.8
Berat pasir setelah kering, B2 (gram) 472.6
Berat piknometer + air, B3 (gram) 669.8
Berat pasir kering muka jenuh, SSd, Bo (gram) 500
B₂ 2.04
Berat jenis ¿
( B₃+ B ₀−B ₁)
B₀ 2.16
Berat jenis¿
(B₃+ B ₀−B ₁)
(B₀−B ₂) 6%
Penyerapan ¿
B₂
b. Silinder
N Benda Berat Beban tekan τ 14 hari
O uji (kg) (KN) (kg/cm²)
1. Benda Uji IV 12,5 25 141,54
2. Benda Uji V 12,25 25 141,54
3. Benda Uji VI 12,3 18 101,91
4. Benda Uji VII 12,4 26 147,20
5. Benda uji VIII 12,5 24 135,88
Jumlah 668,07
Keterangan :
4.3 Pembahasan
S=
√ ∑ (τb−τbm)²
n−1
S = 20,243 kg/cm²
4.4 Pembahasan
Dari hasil percobaan kuat tekan beton karakteristik, penelitian secara
menyeluruh dan mengamati segala kemungkinan selama praktikum dapat diambil
suatu pernyataan bahwa kuat tekan beton karakteristik sangat dipengaruhi oleh
kualitas bahan pembentuknya dan proses perawatan beton tersebut. Disamping itu
terdapat pula faktor-faktor tambahan lainnya, antara lain: Faktor Air Semen
(FAS), proses pencampuran, proses pemadatan, proses perawatan dan umur benda
uji, dimana pengaruh perawatan juga berpengaruh terhadap kekuatan beton
karakterististik. Berdasar table diatas diketahui bahwa kekuatan beton
karakteristik sebesar 109,861 kg/cm² (36,00)% dari mutu beton yang
direncanakan. Mutu beton yang tidak sesuai dengan yang telah direncanakan
dapat disebabkan oleh beberapa faktor.
Adapun hal-hal yang menyebabkan kuat tekan beton karakteristik tidak
mencapai 100% adalah adanya kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi
diantaranya:
Kekerasan aggregate
Kadar lumpur
Bila kadar lumpur yang dikandung aggregate melebihi batas toleransi,
maka dapat meyebabkan tidak baiknya terjadi ikatan pasta semen sehingga kuat
tekan beton berkurang dan menyebabkan beton akan luruh atau hancur.
Kandungan lumpur yang dibolehkan untuk fine aggregate adalah tidak
lebih dari 5% dan untuk coarse aggregate tidak lebih dari 1%.
Dalam pelaksanaan perencanaan campuran beton harus diperhatikan
kekurangan dan kelebihan yang terdapat pada bahan-bahan dasar pembentuk
beton. Oleh sebab itu diperlukan ketelitian yang tinggi sehingga didapat
komposisi yang tepat dan seimbang sesuai dengan perbandingan kadar bahan
yang telah diizinkan yang pada akhirnya didapat mutu beton yang diinginkan.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang telah dilaksanakan maka diperoleh kuat tekan
beton karakteristik (σ´bk) sebesar 109,861 kg/cm2. Kuat tekan beton rata – rata (σ
´bm) 123,14 dengan nilai devisi standar (S) sebesar 20,243 kg/cm 2. Persentase
mutu betonnya adalah 36,00 % dari mutu yang direncanakan. Tinggi slump yang
diperoleh 7,5 cm, memenuhi syarat tinggi slump yang direncanakan yaitu 25,4-
101,6 mm.
Hasil penelitian sifat – sifat fisis aggregate yang digunakan telah
memenuhi syarat yang ditetapkan oleh SK.SNI T-15-1990-03 dan PBI (Peratutan
Beton Indonesi 1971).
Kesalahan – kesalahn pada hasil penelitian kuat tekan beton ini disebabkan
antara lain :
Kekeliruan dalam perhitungan bahan – bahan pencampur yang digunakan,
kurangnnya ketelitian saat menimbang, mencampur dan mengaduk beton sehingga
mempengaruhi komposisi campuran beton.
Pada pembuatan benda uji pemadatannya kurang dan terlalu
berkumpulnya material yang halus atau material kasar saat memasukkan
campuran beton kedalam cetakan. Hal ini menyebabkan kekuatan beton tidak
merata pada setiap begian benda uji.
Melakukan pengujian pada waktu kurang dari toleransi yang diperoleh
setelah benda uji dikeluarkan dari bak perendaman pada setian pembebanan
sehingga mutu beton menjadi tidak maksimal.
5.2 Saran
Dalam pelaksanaan praktikum ini penulis menyadari agak kurang teliti.
Untuk itu, masih banyak hal yang harus diperbaiki dan ditingkatkan guna
berhasilnya pelaksanaan praktikum dimasa mendatang.
Perencanaan untuk menentukan kekuatan beton diperlukan ketelitian dan
kesungguhan yang tinggi. Oleh karena itu, diperlukannya sikap saling
membutuhkan antara pembimbing dengan pelaksana praktikum dimasa
mendatang, diharapkan dapat memahami materi kuliah sebelum melakukan
praktikum. Ketelitian dan kehatia – hatian dalam melaksanakan praktikum harus
ditingkatkan, serta dituntut pula kekompakan antara sesame praktikan agar hasil
kerja maksimal.
Kepada karyawan dan staff laboratorium, hendaklah bimbingan lebih
ditingkatkan, sehingga ketidaktelitian dalam menimbang dan menguji dapat
dikurangi.
DAFTAR PUSTAKA
Murdock L.J : Brook K.M ; Ir Hidarko S : 1999, Bahan Dan Praktek Beton,
Erlangga, Jakarta.
UNIVERSITAS ALMUSLIM ACEH
FAKULTAS TEKNIK
LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN BANGUNAN
Hasil Pemeriksaan Berat Agregat halus (Pasir Sungai) ( * Pakai saja ini jika
tidak ada data )
Pemeriksaan I
Berat piknometer + pasir = air , B1 (gram) 938.8
Berat pasir setelah kering, B2 (gram) 472.6
Berat piknometer + air, B3 (gram) 669.8
Berat pasir kering muka jenuh, SSd, Bo 500
(gram)
B₂ 2.04
Berat jenis ¿
( B₃+ B ₀−B ₁)
B₀ 2.16
Berat jenis¿
(B₃+ B ₀−B ₁)
(B₀−B ₂) 6%
Penyerapan ¿
B₂
UNIVERSITAS ALMUSLIM ACEH
FAKULTAS TEKNIK
LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN BANGUNAN
812.03
Modulus halus butir = =8,1203
100
Hasil Pemeriksaan berat jenis Agregat Kasar( * Pakai saja ini jika tidak ada
data )
Pemeriksaan I
Berat kerikil setelah dikeringkan, B1 (gram) 3750
Berat kerikil kering muka jenuh, SSD, B2 (gram) 3808.2
Berat kerikil di bawah air, B3 (gram) 2398
Berat Jenis = B1 / (B2 – B3) 2.65
Berat jenis SSD = B2 / (B2 – B3) 2.7
Penyerapan = {(B2-B1)/B1)} x 100% 1.552%
Hasil Ujia Kadar Lumpur Agregat Halus (Pasir Sungai) ( * Pakai saja ini
jika tidak ada data )
No Uraian Satuan Contoh
1. Berat pasir kering (B1) gram 938.8
2. Berat pasir kering tanpa lampu + gram 1077.8
cawan
3. Berat cawan gram 139
4. Berat pasir kering tanpa Lumpur gram 472.6
(B2)
5. Kadar lumpus % 0.49
*Kadar Lumpur = B1 – B2 / B1
UNIVERSITAS ALMUSLIM ACEH
FAKULTAS TEKNIK
LABORATORIUM TEKNOLOGI BAHAN BANGUNAN
Perhitungan campuran beton ini didasarkan pada data bahan penyusun beton
sebagai berikut :
Kesimpulan :
Untuk 1m3 beton (berat betonnya 2240 Kg) dibutuhkan :
a. Air : 175 liter
b. Semen : 325 kg
c. Pasir : 748,2 kg/cm3
d. Kerikil : 991,8 kg/cm3
Rumus :
0,0016 x 8 x material yang dibutuhkan / 1m3 Beton =….
Total campuran : 8 buah benda uji =
Air = 7,28 + 2,148 = 9,464 liter
Semen = 13,52 + 4,056 = 17,57 kg
Pasir = 31,12 + 9,33 = 40,45 kg/cm3
Kerikil = 41,25 = 12,37 = 53,62 kg/cm3