RUMAH SAKIT
-Carolus
SUMMARECON SERPONG
PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ST. CAROLUS SUMMARECON SERPONG
Nomor : 002/RS-CSS/PerDir/FAR/XI/2022
Tentang :
PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
DIREKTUR RUMAH SAKIT ST. CAROLUS SUMMARECON SERPONG,
MENIMBANG : 1.
MENGINGAT : 1,
4.
Bahwa angka peningkatan kejadian terhadap penyebaran mikroba yang
resisten terhadap antimikroba di rumah sakit disebabkan oleh penggunaan
antibiotik yang tidak bijak dan rendahnya ketaatan pengunaan antibiotik;
Bahwa pengendalikan bakteri yang resisten di rumah sakit, diperlukan
perkembangan program pengendalian resistensi antibiotik di rumah sakit;
Bahwa berdasarkan pertimbangan butir 1 dan 2 tersebut di atas, perlu
disusun garis besar penggunaan antibiotik di Rumah Sakit St. Carolus
Summarecon Serpong.
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
Undang-Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2004 tentang Rumah
Sakit.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 08 tahun 2015
tentang Program Pengendalian Resistensi Mikroba di Rumah Sakit.
MEMUTUSKAN;:
MENETAPKAN : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT ST CAROLUS SUMMARECON SERPONG
TENTANG PENGGUNAAN ANTIBIOTIK
BABI
KEBUAKAN UMUM
Pasal 1
Penggunaan antibiotik secara bijak dan rasional adalah penggunaan antibiotik yang sesuai dengan
penyebab infeksi dengan rejimen dosis dan lama pemberian yang optimal, dengan efek samping
yang minimal serta dampak yang minimal terhadap munculnya mikroba resisten.
Ji. Gading Golf Boulevard Kav. 08, Gading Serpong, Tangerang 15810 Telp. +62 21 64220811 Fax. +62 21 422 0810RUMAH SAKIT
“Be St.Carolus
SUMMARECON SERPONG
Pasal 2
RS St Carolus Summarecon Serpong melaksanakan program Antimicrobial Stewardship (AMS) yaitu
Program yang terkoodinasi untuk memperbaiki dan mengukur penggunaan preparat antibiotik
dengan cara menerapkan secara benar seleksi regimen antibiotik, termasuk dosis, durasi terapi,
serta rute pemberian.
Pasal 3
1) __Antibiotik dibagi menjadi tiga golongan yaitu (a) antibiotik yang bebas diberikan oleh semua
Klinisi (access), (b) antibiotik yang boleh diresepkan pada kondisi tertentu (watch) dan (c)
antibiotik yang penggunaannya memerlukan persetujuan tim PPRA (reserve).
2) Ketentuan mengenai pembagian antibiotik di atas tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Direktur ini.
Pasal 4
Penggunaan antibiotik diharapkan memenuhi kriteria 6 tepat yaitu tepat indikasi pemberian, tepat
pemilihan antibiotik, tepat lama pemberian, tepat dosis, tepat interval dan tepat cara pemberian
antibiotik.
Pasal 5
1) _Terapi antibiotik hanya dapat diberikan pada kasus infeksi bakteri berdasarkan data klinis,
pemeriksaan laboratorium, serta pemeriksaan penunjang lainnya dan diagnosis infeksi
tersebut harus terdokumentasi di dalam rekam medis pasien.
2) Antibiotik tidak dapat diberikan pada penyakit non infeksi dan penyakit yang dapat sembuh
sendiri seperti infeksi virus.
Pasal 6
Pemilihan penggunaan antibiotik harus berdasarkan hasil pemeriksaan mikrobiologi atau berdasa
pola mikroba dan pola kepekaan antibiotik dan diarahkan pada antibiotik berspektrum sempit untuk
‘mengurangi tekanan seleksi (selection pressure).
Pasal 7
Penggunaan antibiotik berspektrum luas masih dibenarkan pada keadaan tertentu, selanjutnya
dilakukan penyesuaian dan evaluasi setelah ada hasil pemeriksaan mikrobiologi.
Pasal 8
Tujuan penggunaan antibiotik dibedakan menjadi tiga yaitu terapi empiris, terapi definitif, dan
terapi profilaksis (bedah dan non bedah) dan harus terdokumentasi pada rekam medis pasien.
Pasal 9
Persetujuan pemberian antibiotik dari tim PPRA diperlukan pada penggunaan antibiotik kategori
reserved dan penggunaan antibiotik kategori access dan watch yang lebih dari 2 minggu.
Jl. Gading Golf Boulevard Kav. 08, Gading Serpong, Tangerang 15810 Telp. +62 21 $422 0811 Fax. +62 21 5422 0810,RUMAH SAKIT
= St.Carolus
SUMMARECON SERPONG
Pasal 10
Penggunaan kombinasi anti dapat diberikan untuk tujuan sebagai berikut : (a) pengobatan
awal pad logi yang belum jelas (b) pengobatan infeksi campuran (c) untuk
mencapai efek sinergis, dan (d) untuk memperlambat resistensi antibiotik.
BABII
KEBUAKAN KHUSUS
Pasal 11
1) Antibiotik profilaksis bedah hanya diberikan pada operasi bersih terkontaminasi dan oper:
bersih
2) Pilihan antibiotik profilaksis bedah adalah antibiotik golongan sefalosporin generasi I-ll,
kecuali untuk kasus tertentu dicurigai melibatkan bakteri anaerob dapat ditambahkan
metronidazol.
3) Antibiotik profilaksis bedah diberikan paling lambat satu jam sebelum insisi kulit dengan
dosis tunggal secara intravena. Pemberian antibiotik profilaksis lebih dari 24 jam tidak
dibenarkan.
4) Dosis ulangan antibiotik profilaksis bedah durante operasi hanya dapat diberikan atas
indikasi perdarahan lebih dari 1500 ml atau operasi yang berlangsung lebih dari 3 jam,
Pasal 12
1) __Antibiotik profilaksis medik (non bedah) hanya dapat diberikan jika terdapat salah satu
indikasi berikut : (a) Demam reumatik, (b) Endokarditis bakterialis, (c) Meningitis close
contact, (d) Selulitis rekurens, (e) Infeksi saluran kemih berulang, (f) Fraktur terbuka, (2)
Perdarahan saluran cerna, (h) Traveler's diarrhea.
2) Antibiotik profilaksis medik yang diberikan termasuk kelompok antibiotik access atau watch
dengan dosis, cara pemberian, dan durasi pemberian yang tepat sesuai dengan panduan
yang telah ditetapkan
Pasal 13
1) Pasien rawat inap yang akan diberikan antibiotik empiris harus dilakukan pengambilan
spesimen sesuai sumber/lokasi infeksi untuk pemeriksaan kultur dan resistensi bakteri
sebelum antibiotik diberikan. Pengambilan jenis spesimen untuk pemeriksaan kultur dan
resistensi disesuaikan dengan sumber/lokasi infeksi yaitu : (a) Infeksi saluran nafas melalui
sputum, (b) Infeksi saluran kemih melalui urin, (c) Infeksi saluran cerna melalui feses, (d)
Ulkus diabetik melalui swab ulkus, (d) Sepsis melalui darah, (e) Sumber infeksi yang tidak
diketahui melalui darah.
2) Terapi empiris dengan antibiotik golongan reserve hanya diperbolehkan pada kasus sepsis.
3) _Terapi empiris dengan penggunaan antibiotik golongan reserve dapat diberikan maksimal
selama 5 hari sesuai dengan hasil kultur dan resistensi patogen penyebab infeksi.
4) Pemilihan terapi empiris antibiotik mengacu pada hasil laboratorium dan gejala atau
diagnosa pasien.
Jl. Gading Golf Boulevard Kav. 08, Gading Serpong, Tangerang 15810 Telp. +62 21 5422 0811 Fax. +62 21 5422 0810WM RUMAH SAKIT
= St.Carolus
SUMMARECON SERPONG
Pasal 14
1) __Terapi definitif antibiotik diberikan sesuai dengan hasil kultur dan resistensi bakteri dengan
memprioritaskan penggunaan antibiotik dari golongan yang lebih rendah
2) __Antibiotik golongan reserve hanya dapat diberikan untuk indikasi sebagai berikut : (a) Terapi
definitif dengan melampirkan hasil kultur dan resistensi bakteri, (b) Terapi empiris pada
sepsis dan sebelum pemberian antibiotik wajib melakukan pengambilan spesimen untuk
pemeriksaan kultur.
3) Penggunaan antibiotik golongan reserve pada sepsis harus dilkuti dengan terapi de-eskalasi
setelah hasil kultur dan resistensi tersedia dengan mempertimbangkan hal-hal berikut : (a)
Kondisi pasien, (b) Antibiotik spektrum lebih sempit, (c) Antibiotik yang lebih aman, (d)
‘Antibiotik yang lebih murah
Pasal 15
Pembatasan Jenis Antibiotik dan Praotorisasi bertujuan untuk
1) Mengurangiinisiasi antibiotik yang tidak diperlukan/tidak sesuai
2) Mengoptimalkan pilihan empiris berdasarkan formularium dan panduan rumah sakit
3) Mengontro! penggunaan antibiotik secara langsung,
4) Mengurangi penggunaan antibiotik berbiaya tinggi.
Pasal 16
1) Audit prospektif penggunaan antibiotik ditujukan untuk meninjau resep antibiotik dalam 48
Jam setelah dimutainya terapi empiris.
2) _Resep yang mengandung antibiotik ditinjau oleh Apoteker setelah terapi antibiotik empiris
dimulai, diikuti dengan umpan balik dan rekomendasi untuk melanjutkan, menyesuaikan,
mengubah, atau menghentikan terapi antibiotik.
3) Hal-hal yang ditinjau meliputi: (a) Kesesuaian terapi, (b) Optimalisasi dosis, (c) Penggantian
rute IV ke oral, (d) De-eskalasi atau menghindari penggunaan terapi antibiotik yang tidak
diperlukan, (e) Stop order antibiotik, misalnya antibiotik profilaksis bedah
Pasal 17
1) _De-eskalasi adalah suatu prosedur yang dapat dilakukan ketika efektivitas terapi antibiotik
sudah tercapai, yang bertujuan untuk menghindari penggunaan antibiotik yang tidak
diperlukan.
2) Komponen utama de-eskalasi yaitu : (a) Mempersempit spektrum antibiotik yang digunakan
sesegera mungkin, tergantung pada respon klinis, hasil kultur (hasil uji sensitivitas patogen
yang teridentifikasi), (b) Komitmen untuk menghentikan pengobatan antibiotik jika tidak ada
infeksi yang terja
3) _Terapi empiris perlu diganti ke antibiotik lain yang paling aktif dengan spektrum yang sempit
sesuai dengan hasil biakan dan pemeriksaan sensitivitas.
4) Apabila pemeriksaan mikrobiologi tidak ada hasil atau negatif, maka de-eskalasi dapat
dilakukan denga kriteria berikut : (a) Suhu < 38 C selama 24 jam, (b) Tekanan darah sistolik
> 100 mmHg, (c) Frekuensi nadi < 90-100 x/menit, (d) Frekuensi nafas <25 x/menit, (e)
Saturasi oksigen >92%, (f) Status mental normal, (g) Perbaikan tanda klinis atau lokasi infeksi
tertentu,
Ji. Gading Golf Boulevard Kav. 08, Gading Serpong, Tangerang 15810 Telp. +62 21 8422 0811 Fax. +62 21 5422 0810RUMAH SAKIT
Be St.Carolus
SUMMARECON SERPONG
5) Jika_panduan antibiotik empiris RS tidak diikuti tanpa alasan yang jelas, Apoteker
memberikan rekomendasi pada dokter untuk melakukan de-eskalasi melalui kegiatan
farmasi rutin, yaitu : (a) Mempersempit spektrum antibiotik yang digunakan, (b) Memi
antibiotik yang efektif dengan lini lebih rendah, (c) Menghentikan pemberian antibiotik jika
hasil kultur steril atau durasi pengobatan sudah cukup
Pasal 18
Optimalisasi dosis merupakan prosedur untuk memberikan rekomendasi guna mengoptimalkan
dosis berdasarkan karakteristik pasien, mikroorganisme, tempat infeksi dan prinsip
farmakokinetik/farmakodinamik antibi
1) Kegiatan ini bertujuan untuk : yang lebih mudah diberikan, (b)
Memberikan biaya yang relatif lebih murah, (c) Menurunkan resiko efek samping pemberian
intravena, (d) Mempersingkat durasi rawat inap, (e) Mengurangi resiko terpapar patogen
resisten,
2) Kriteria penggantian rute terapi parenteral yaitu : (a) Stabil secara klinis seperti demam
semakin menurun, leukosit normal, tanda vital stabil, (b) Dapat mentoleransi obat oral misal
tidak muntah/diare, tidak ada gejala malabsorpsi, (c) Antibiotik oral yang akan diberikan
memenuhi syarat yaitu antibiotik dari kelas yang sama/berbeda, efikasi sebanding dengan
antibiotik yang digantikan, bioavailibilitas baik
Pasal 20
Peraturan Direktur ini berlaku pada saat ditetapkan.
Ditetapkan di: Tangerang
Pada tanggal_: 30 November 2022
Direktur
RS St. Carolus Summarecon Serpong
a
Dr. Indra, MARS.
Tembusan Vth
1. Ka. Divisi Pelayanan
2. 16D
3. RawatJalan
4. ‘Theresia
5. Maria
6. Kamar Bedah
7. Kamar Bersalin
8. ICU
9. Unit Farmasi
Jl. Gading Golf Boulevard Kav. 08, Gading Serpong, Tangerang 15810 Telp. +62 21 6422 0811 Fax. +62 21 5422 0810