You are on page 1of 21

KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL

Dosen Pembimbing:
Evrina Solvia Soleh, M.Keb

OLEH :
FITRIA MAWARDI
NIM: PO71241220170

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAMBI


PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN ALIH JENJANG
2022/2023
ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN KEGAWATDARURATAN
MATERNAL NEONATAL PADA NY. F G3P2A0 USIA KEHAMILAN 32
MINGGU DENGAN PREEKLAMPSIA RINGAN

I. Pengkajian

1. Data Subjektif

a. Biodata atau Identitas

Nama : Ny. F

Umur : 37 Tahun

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : IRT

Alamat : XXX

b. Alasan Datang

Ibu datang ke PMB ingin memeriksakan kehamilannya

c. Keluhan Utama

Ibu mengatakan pusing dan tegang pada tengkuk sejak 2 minggu yang

lalu

d. Riwayat Menstruasi

Tanggal Kunjungan : 21-12-2022

HPHT : 07-05-2022

TP : 14-02-2023

Umur Kehamilan : 32 Minggu

2
Keadaan Haid : Normal, teratur setiap bulan, lamanya 6-7 hari,

darah merah segar, 2-3 kali ganti pembalut setiap

hari, disminore tidak ada.

e. Riwayat Perkawinan:

1) Perkawinan ke :1

2) Usia saat kawin : 30 Tahun

f. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas yang lalu

NO Tgl/ Tahun Tempat Umur Jenis Penolong Penyulit Anak Keadaan

Partus Partus Hamil Persalinan Persalina Ket/BB Sekarang

1. 25-11-2017 BPM Aterm Normal Bidan Tidak 3000 Hidup

ada gram

2. 04-01-2021 BPM Aterm Normal Bidan Tidak 3100 Hidup

ada gram

3. Ini

g. Riwayat Kehamilan saat ini : G3P2A0

1) Pertama kali periksa kehamilan pada UK : 6 Minggu

2) DI : PKM

3) Oleh : Bidan

h. Pemeriksaan saat ini yang ke : 6 kali

i. Masalah yang pernah dialami

1) Hamil muda :

1) Mual : Tidak ada

3
2) Muntah : Tidak ada

3) Pendarahan : Tidak ada

4) DLL : Tidak ada

2) Hamil muda :

1) Pusing : Ada

2) Sakit kepala : Tidak ada

3) Pendarahan : Tidak ada

4) DLL : Tegang pada tengkuk

j. Riwayat Penyakit yang lalu : Tidak ada

1) Hipertensi : Tidak ada

2) Asma : Tidak ada

3) Hepatitis : Tidak ada

4) DM : Tidak ada

5) Jantung : Tidak ada

6) SC : Tidak ada

k. Riwayat Penyakit Keluarga

1) Hipertensi : Tidak ada

2) Jantung : Tidak ada

3) Asma : Tidak ada

4) Diabetes : Tidak ada

5) Hamil kembar/gemeli : Tidak ada

l. Riwayat yang berhubungan dengan masalah Kesehatan reproduksi

4
1) Infentilitas : Tidak ada

2) Myoma : Tidak ada

3) PMS : Tidak ada

4) Servisitis kronis : Tidak ada

5) Endrometriosis : Tidak ada

6) Polip servix : Tidak ada

7) Kanker kandungan : Tidak ada

8) Infeksi virus : Tidak ada

9) DLL : Tidak ada

m. Riwayat keluarga berencana

1) Metode KB yang pernah dipakai : KB Pil

2) Lama : 1 Tahun

3) Komplikasi/masalah : Tidak ada

n. Pola makan, minum, eliminasi, dan istirahat

1) Pola makan dan minum

a) Makan : 3 kali sehari

b) Minum : 8 gelas sehari

c) Jenis makanan, minuman yang sering dikonsumsi: Nasi, lauk pauk,

sayur, buah-buahan dan air mineral

2) Pola eliminasi

a) BAK : 5 kali sehari

b) BAB : 1 kali sehari

3) Pola istirahat

5
a) Tidur : 8 jam sehari

b) Tidur terakhir jam : 21.00 WIB

o. Riwayat Psikososial

1) Penerimaan klien terhadap kehamilan ini : Diharapkan

2) Social support dari : Suami, orang tua, mertua, dll

p. Perilaku Kesehatan

1) Penggunaan miras : Tidak ada

2) Penggunaan zat adiktif : Tidak ada

3) Merokok : Tidak ada

2. Pemeriksaan Fisik

a. Status Present

1) Keadaan Umum : Baik

2) Kesadaran : Compos mentis

3) TD : 150/100 mmHg

4) Nadi : 84 x/m

5) Respirasi : 24 x/i

6) Suhu : 37 C

7) Lila : 25 cm

8) Turgo : Baik

9) Tinggi Badan : 165 cm

10) Berat Badan Sesuai Indikasi : 66 kg

11) Berat Badan Sebelum Hamil : 57 kg

6
12) Penambahan Berat Badan : 9 kg

13) Rambut : Bersih

14) Sklera : Tidak Ikterus

15) Konjungtiva : Tidak pucat

16) Penglihatan : Jelas

17) Muka : Tidak Tampak Kelainan

18) Gigi : Tidak Tampak Kelainan

19) Telinga : Tidak Tampak Kelainan

20) Leher : Tidak Tampak Kelainan

21) Payudara : Simestris

22) Putting Susu : Menonjol

23) Areola Mamae : Bersih

24) Pengeluaran ASI : Tidak Tampak Kolostrum

b. Status Obstetri

1) Abdomen

a) Hepar/lien : Tidak ada

b) Bekas Operasi : Tidak ada

c) Striae : Livide

d) Linia : Nigra

e) Palpasi :

 TFU : Pertengahan Pusat dan Procesus Xiphoideus

 Letak Punggung : Puka

 Presentasi : Kepala

7
 DJJ : 140 x/m

 Punctum Maksimum : 3 cm sebelah kiri

f) Ekstremitas : Tidak tampak kelainan

g) Refleks Patella : Positif kanan kiri

h) Akral : Normal

i) Anolgenetalia :

 Pengeluaran Per vulva : Tidak ada

 Palpasi Pembengkakan Kelenjer : Tidak ada

 Pengeluaran Per vulva : Tidak ada

 DLL : Tidak ada

3. Pemeriksaan Penunjang

a. HB : 11,5 gr%

b. Protein Urine: (+)

II. Interpretasi Data

1. Diagnosa :

Ny. F G3P2A0 hamil 32 minggu, janin tunggal hidup, inta uteri presentasi

kepala dengan Preeklampsia Ringan

2. Keadaan Umum : Baik

a. Kesadaran : Compos mentis

b. TD : 150/100 mmHg

c. Nadi : 84 x/m

8
d. Respirasi : 24 x/i

e. Suhu : 37 C

f. Tinggi Badan : 165 cm

g. Berat Badan Sesuai Indikasi : 66 kg

h. Berat Badan Sebelum Hamil : 57 kg

i. Lila : 25 cm

III. Identifikasi Diagnosa Potensial dan Masalah Potensial

Preeklampsia Berat dan Eklamsia

IV. Identifikasi Kebutuhan Tindakan Segera

Memantau tekanan darah dan keluhan yang dialami ibu

V. Perencanaan

1. Jelaskan pada ibu hasil pemeriksaan

2. Jelaskan pada ibu bahwa keluhan yang dirasakan ibu berisiko tinggi pada

kehamilan trimester III

3. Berikan KIE kepada ibu tentang risiko tinggi kehamilan dengan

Preeklampsia Ringan

4. Anjurkan ibu mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung anti

oksidan tinggi dan asam folat dapat membantu menurunkan

risiko preeklampsia, Selain anti oksidan dan asam folat, kalium bagi ibu

hamil juga penting, seperti brokoli, pisang, alpukat, semangka, asparagus,

delima, air kelapa, wortel, bayam, tomat, dll.

9
5. Anjurkan kurangi konsumsi makanan tinggi garam

6. Beritahu ibu tanda bahaya kehamilan trimester III

7. Dokumentasi

VI. Pelaksanaan

1. Memberitahu pada ibu mengenai hasil pemeriksaan yang telah dilakukan,

bahwa keadaan umum ibu baik-baik saja dengan hasil pemeriksaan tanda-

tanda vital seperti TD 150/100, Respirasi 24 x/menit, Nadi 84 x/menit, dan

Suhu 37 C serta BB 66 Kg, HB: 11,5 gram/dl Keadaan janin baik dengan

DJJ (+) terdengar jelas frekuensi 140 x/menit, protein urine (+) dan

memberitahu ibu bahwa dari hasil pemeriksaan ibu mengalami

Preeklampsia Ringan.

2. Menjelaskan pada ibu bahwa keluhan yang dirasakan ibu tentang pusing,

dan tegang pada tengkuk. Pusing yang dialami pada ibu hamil bisa menjadi

tanda preeklampsia kondisi ini dapat mengganggu perkembangan janin,

gejalanya adalah tekanan darah yang tinggi, pusing, sakit kepala, protein

urine positif merupakan gejala umum pada preeklampsia.

3. Memberikan KIE kepada ibu tentang risiko tinggi kehamilan dengan

Preeklampsia yaitu Ibu hamil dapat mengalami kejang. Dan jika dibiarkan

akan mengakibatkan masalah kesehatan yang serius. Fungsi plasenta, ginjal,

hati, otak, sistem darah dan organ Bunda lainnya akan terganggu dan

berujung pada gangguan kehamilan dan gangguan kesehatan pada janin.

Dampak utamanya adalah janin kekurangan nutrisi karena tidak

10
memadainya aliran darah rahim ke plasenta. Hal ini berakhir pada

keterlambatan pertumbuhan bayi dalam kandungan, kelahiran prematur,

hingga bayi lahir mati. Lebih parah lagi, preeklamsia juga bisa

meningkatkan risiko masalah jangka panjang yang berhubungan dengan

kelahiran prematur, seperti gangguan belajar, epilepsy, tuli, celebral palsi,

dan kebutaan.

4. Menganjurkan ibu mengonsumsi makanan-makanan yang mengandung

antioksidan yang tinggi dan mengandung asam folat sehingga akan dapat

membantu menurunkan risiko preeklampsia, Selain antioksidan dan asam

folat, kalium bagi ibu hamil juga penting, seperti brokoli, pisang, alpukat,

semangka, asparagus, delima, air kelapa, wortel, bayam, tomat, dll.

5. Menganjurkan ibu untuk Membatasi konsumsi makanan tinggi garam,

penting untuk membatasi porsinya. Konsumsi garam berlebih juga dapat

memicu tekanan darah tinggi. Kondisi ini dapat membuat pembuluh darah

di uterus mengecil, sehingga menghambat pemberian oksigen dan nutrisi ke

janin. Akibatnya, petumbuhan janin pun jadi terhambat.

6. Menjelaskan pada ibu tentang tanda-tanda bahaya kehamilan TM III, yaitu

Keluar darah pervaginam, Sakit kepala yang hebat, Penglihatan kabur,

Bengkak di wajah, tangan, kaki, Keluar cairan pevaginam, Gerakan janin

tidak terasa/ gerakan janin berkurang, dan Nyeri perut yang hebat.

7. Melakukan dokumentasi

11
VII. Evaluasi

1. Ibu mengetahui hasil pemeriksaan

2. Ibu mengerti apa yang telah dijelaskan oleh bidan dan bersedia melakukan

dan menerapkan di kehidupan sehari-sehari selama kehamilan

3. Ibu mengerti tentang KIE risiko tinggi kehamilan dengan Preeklampsia

Ringan

4. Ibu bersedia mengurangi konsumsi makanan tinggi garam

5. Ibu mengerti tentang tanda bahaya kehamilan trimester III

6. Ibu bersedia melakukan kunjungan ulang

7. Pendokumentasian telah dilaksanakan

12
Pembahasan

Pada Pembahasan ini penulis mengambil kasus kehamilan di PMB pada

tanggal 21 Desember 2022 Pada Ny. F Usia 37 Tahun G3P2A0 Hamil 32

minggu datang dengan Keluhan ibu mengatakan pusing dan tegang pada

tengkuk sejak 2 minggu yang lalu, dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital,

TD: 150/100 mmHg, N: 84 x/m, RR: 24x/m, S: 37 C, Protein Urine: (+), dapat

disimpulkan bahwa ibu mengalami Preeklampsia Ringan.

Berdasarkan kasus Preeklampsi Ringan pada kehamilan tersebut terdapat

jurnal-jurnal untuk mendukung literature yang dibuat sehingga didapatkan dari

beberapa jurnal. Kasus ini mengambil beberapa faktor yang berhubungan

terjadinya Preeklampsia Ringan pada kehamilan (Evidance Based)

diantaranya:

A. Faktor terjadinya Preeklampsia Ringan

1. Usia

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Desi, dkk

(2017) dengan judul Hubungan Antara Usia Dengan Preeklampsia Pada

Ibu Hamil Di Poli Kia Rsud Kefamenanu kabupaten Timor Tengah

Utara.

Dari hasil uji statistik untuk menganalisa hubungan antara usia

terhadap preeklampsia dengan bantuan computer menggunakan uji

Koefisien Kontingensi diperoleh nilai propability (p)=0,039≤ ɑ (0,05),

yang berarti ada hubungan antara usia dengan preeklampsia.

13
Dari hasil uji Koefisien Kontingensi (KK), diperoleh nilai

Koefisien Kontingensi=0,330 yang berarti hubungan atau korelasi antara

usia terhadap preeklampsia mempunyai tingkatan rendah.

Hal tersebut sesuai dengan Gunawan S (2010), bahwa usia yang

baik untuk hamil dan bersalin adalah antara 20-35 tahun, pada usia

tersebut alat reproduksi wanita telah berkembang dan berfungsi secara

maksimal. Sebaliknya pada wanita dengan usia < 20 tahun atau >35

tahun kurang baik untuk hamil maupun melahirkan karena kehamilan

pada usia ini memiliki resiko tinggi terjadinya keguguran, atau kegagalan

persalinan, bahkan bisa menyebabkan kematian. Pada wanita dengan usia

< 20 tahun perkembangan organ-organ reproduksi dan fungsi

fisiologisnya belum optimal serta belum tercapainya emosi dan kejiwaan

yang cukup matang dan akhirnya akan mempengaruhi janin yang

dikandungnya hal ini akan meningkatkan terjadinya gangguan kehamilan

dalam bentuk preeklampsia dan eklampsia akibat adanya gangguan sel

endotel, selain itu preeklampsia juga terjadi pada usia > 35 tahun diduga

akibat hipertensi yang diperberat oleh kehamilan. Oleh karena itu insiden

hipertensi meningkat diatas 35 tahun hal ini menurut Rochjati,P (2003),

disebabkan terjadinya perubahan pada jaringan alat-alat kandungan dan

jalan lahir tidak lentur lagi, selain itu menurut Potter,PA (2005), juga

diakibatkan karena tekanan darah yang meningkat seiring dengan

pertumbuhan usia sehingga pada usia> 35 tahun atau lebih rentan

terjadinya berbagai penyakit dalam bentuk hipertensi dan eklampsia.

14
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan

opini bahwa preeklamsia sering terjadi terjadi pada usia tua atau diatas 35

tahun karena pada usia tersebut selain terjadi kelemahan fisik dan terjadi

perubahan pada jaringan dan alat kandungan serta jalan lahir tidak lentur

lagi. Pada usia tersebut cenderung didapatkan penyakit lain dalam tubuh

ibu salah satunya hipertensi, hal ini mungkin dikarenakan tekanan darah

tinggi yang meningkat seiring dengan penambahan usia oleh karena itu

kita sebagai bidan perlu tingkatkan dalam pelayanan kebidanan

khususnya untuk pencegahan preeklamsia yaitu memberikan penyuluhan

kepada ibuibu hamil untuk meemeriksakan kehamilan secara teratur,

sehingga lebih awal terdeteksi dan mendapat penanganan secara dini,

tetapi preeklamsia juga bisa terjadi pada usia reproduksi yang sehat

antara 20-35 tahun, kesenjangan ini mungkin terjadi karena preeklamsia

dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya faktor genetik, paritas,

kehamilan ganda dan lain-lain.

2. Gravida

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Ulpawati, dkk (2022)

dengan judul Asuhan Kebidanan Terhadap Ibu Hamil Dengan Kejadian

Preeklampsia.

Gravida adalah jumlah total kehamilan, termasuk kehamilan

intrauterin normal dan abnormal, abortus, kehamilan ektopik, dan mola

15
hidatidosa. Kehamilan multipel dihitung sebagai satu kali kehamilan.

Jumlah kehamilan dapat dikategorikan dalam 3 jenis antara lain (a)

Primigravida adalah wanita yang pertama kali hamil; (b) Multigravida

yaitu wanita yang hamil kedua kalinya atau untuk setiap kehamilan

berikutnya, (c) Grande multigravida yaitu wanita yang pernah hamil

untuk ke lima kalinya atau lebih.

Hal ini terjadi karena pada wanita tersebut mekanisme imunologik

pembentukan blocking antibody yang dilakukan oleh HLA-G, terhadap

antigen plasenta belum terbentuk secara sempurna, sehingga proses

implantasi trofoblas ke jaringan desidual ibu menjadi terganggu.

Primigravida juga rentan mengalami stres dalam menghadapi persalinan

yang akan menstimulasi tubuh untuk mengeluarkan kortisol. Efek

kortisol adalah meningkatkan respon simpatis, sehingga curah jantung

dan tekanan darah juga akan meningkat.

Preeklampsi banyak terjadi pada ibu primigravida, preeklampsia

umumnya dianggap sebagai penyakit pada kehamilan pertama, yang

disebabkan oleh ketidakmampuan imunologis yang terlihat pada

kehamilan pertama antara jaringan fetoplasenta dan maternal (Fatmawati,

2017). Hal ini disebabkan karena pada kehamilan pertama pembentukan

blocking antibodies terhadap antigen plasenta tidak sempurna, yang

semakin sempurna pada kehamilan berikutnya. Secara teori, primigravida

lebih berisiko untuk mengalami preeklampsia daripada multigravida

karena preeklampsia biasanya timbul pada wanita yang pertama kali

16
terpapar virus korion.

Preeklampsia terjadi pada 3,9% dari semua wanita hamil di seluruh

dunia. Angka kejadiannya di beberapa rumah sakit di Indonesia juga

cenderung meningkat.

3. IMT (Indeks Massa Tubuh)

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Patonah, dkk (2020)

dengan judul Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) Dengan Kejadian

Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Balen Kecamatan Balen

Kabupaten Bojonegoro Tahun 2020.

Berdasarkan tabel 4.7 dari 74 responden didapatkan bahwa bahwa

kurang dari sebagian responden obesitas yaitu sebanyak 36 responden

(48,6%).

IMT (Indeks Massa Tubuh) merupakan rumus matematis yang

dinyatakan sebagai berat badan (dalam kilogram) dibagi dengan kuadrat

tinggi badan (dalam meter). Beberapa faktor yang diketahui dapat

mempengaruhi IMT, antara lain : umur, jenis kelamin, genetik, pola

makan dan aktivitas fisik. Penelitian yang dilakukan oleh

Kantachuvessiri (2005) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang

signifikan antara usia yang lebih tua dengan IMT kategori obesitas.

Subjek penelitian pada kelompok usia 40-49 dan 50-59 tahun memiliki

risiko lebih tinggi mengalami obesitas dibandingkan kelompok usia

kurang dari 40 tahun. Keadaan ini dicurigai oleh karena lambatnya proses

metabolisme, berkurangnya aktivitas fisik, dan frekuensi konsumsi

17
pangan yang lebih sering.

Antara fakta dan teori ada kesesuaian bahwa umur mempengaruhi

IMT. Lebih dari sebagian responden dalam penelitian ini berusia 20-34

tahun mengalami obesitas. Hal ini menunjukkan bahwa umur

pertengahan berpengaruh terhadap kejadian obesitas. Selain usia, obesitas

juga dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang kurang.

Ibu hamil di Puskesmas Balen sebagian besar mengalami obesitas karena

kebiasaan makan dalam porsi yang banyak dan kurang aktivitas fisik.

Kebanyakan ibu hamil berfikir makan untuk 2 orang sehingga setiap kali

lapar langsung makan dan seringkali memperbanyak nasi (karbohidrat)

ketika makan, padahal nutrisi untuk ibu hamil itu tidak hanya karbohidrat

tapi harus menu seimbang ibu hamil. Jika sebelum hamil, berat badan ibu

sudah berlebih dan obesitas maka pola makan juga harus diperhatikan

agar kenaikan berat badan sesuai dengan aturan, karena ibu hamil yang

obesitas dapat menjadikan anak lahir dengan berat badan berlebih (giant

baby). Selain itu, kurangnya aktivitas fisik juga menyebabkan obesitas

dimana kalori yang dimakan tidak terbakar menjadi energi untuk

melakukan aktivitas sehingga terjadi penumpukan yang akhirnya

membuat berat badan terus mengalami kenaikan.

4. Riwayat Hipertensi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Kathalina dan lit

(2016) dengan judul Hubungan Karakteristik Ibu Hamil Dengan

Kejadian Preeklamsia Di Rumah Sakit Bhayangkara Pontianak.

18
Hasil penelitian didapatkan dari 32 orang responden yang memiliki

1 orang anak terdapat 8 orang (25%) responden mengalami preeklamsia

ringan,24 orang (75%) mengalami preeklamsia berat, dan dari 7 orang

responden yang memiliki anak > 1 terdapat 1 orang (14,3%) mengalami

preeklamsia ringan, 6 orang (85,7%) mengalami preeklamsia berat. Dari

hasil uji chi square dinyatakan tidak ada hubungan antara paritas dengan

kejadian preeklamsia. Hal ini ditunjukkan dengan nilai X2 = 0,3535 lebih

kecil dari X2 tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.

Walaupun secara statistik tidak ada hubungan paritas dengan

kejadian preeklamsia. Namun data memperlihatkan bahwa kejadian

preeklamsia banyak terjadi pada ibu hamil primigravida. Hal ini

sependapat dengan Prawirohardjo (2007) yang menyatakan Paritas

merupakan faktor penting yang menunjang keberhasilan kehamilan dan

persalinan. Pada primigravida pada pembentukan antibodi meningkatkan

(blocking antibodies) atau penghambat pembentukan antibodi, belum

sempurna sehingga meningkatkan resiko pada preeklamsia

perkembangan preeklamsia semakin meningkatkan pada kehamilan

pertama.

Pada primigravida frekuensi preeklamsia lebih tinggi bila

dibandingkan dengan multigravida, terutama primigravida muda. Dari

data yang diperoleh peneliti menunjukkan bahwa pada ibu yang hamil

primigravida (82,05%) memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan yang

19
memiliki > 1 anak.

Dari data yang diperoleh peneliti menunjukkan kejadian

preeklamsia lebih banyak pada ibu yang memiliki 1 anak yaitu sebanyak

32 orang (82%). Secara statistik tidak ada hubungan antara umur ibu

dengan kejadian preeklamsia, pernyatan ini sependapat dengan penelitian

Dewi Wahyuni (2014) yang menyatakan tidak ada hubungan antara

paritas dengan kejadian preeklamsia. Hal ini dikarenakan sebagian besar

ibu hamil primigravida.

5. Riwayat Keluarga Preeklampsia

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Yuniarti, dkk (2018)

dengan judul Analisis Perilaku Kesehatan Dan Faktor Resiko Kejadian

Preeklampsia Pada Ibu Hamil Di Poliklinik Obstetri Gynekologi RSUD

Kabupaten Kediri.

Hasil penelitian ini menunjukkan ada hubungan yang tidak

signifikan antara riwayat keluarga menderita preeklampsia dengan

kejadian preeklampsia. Riwayat keluarga preeklampsia berkontribusi

terjadinya preeklampsia (OR 2,3-2,6) artinya riwayat keluarga

preeklampsia mempunyai resiko mengalami preeklampsia 2,3-2,6 kali

dibandingkan dengan ibu hamil yang tidak memiliki riwayat keluarga

dengan preeklampsia20. Preeklampsia memiliki komponen genetik yang

jelas.

20
Dalam sebuah studi antargenerasi tentang kontribusi ayah dan ibu

terhadap preeklampsia, wanita yang ibunya memiliki preeklampsia lebih

mungkin untuk mengalami preeklampsia pada kehamilannya. Pria yang

dilahirkan karena preeklampsia cenderung menjadi ayah dengan

preeklampsia. Baik wanita maupun pria, yang memiliki riwayat keluarga

dengan preeklamsia dikaitkan dengan preeklampsia yang lebih parah

pada indeks kehamilan21. Hasil pemindaian genom keluarga Icelandic,

yang mencakup 124 silsilah dari 343 wanita yang terkena dampak

preeklamsia, diterbitkan oleh Arngr'ımsson et al mengungkapkan lokus

kerentanan ibu untuk preeklampsia terdapat pada kromosom 2p13.

Hubungan genetik dengan kromosom 2q, 5q, dan 13q ditunjukkan di

kelompok preeklampsia Australian.

Adanya hubungan yang tidak signifikan antara riwayat keluarga

preeklampsia dengan kejadian preeklampsia pada hasil penelitian ini

disebabkan karena sebagian besar responden tidak ada yang memiliki

riwayat keluarga dengan preeklampsia. Sehingga tidak memberikan

resiko terhadap kejadian preeklampsia.

21

You might also like