You are on page 1of 61

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KULIT BUAH NAGA

MERAH (Hylocereus polyrhizus) PADA CAMPURAN PAKAN


TERHADAP PENINGKATAN WARNA PADA IKAN KOI
(Cyprinus rubrofuscus)

SKRIPSI

TRIANA NOVITASARI
NIM. 202042120019

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS DR. SOETOMO
SURABAYA
2022
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KULIT BUAH NAGA
MERAH (Hylocereus polyrhizus) PADA CAMPURAN PAKAN
TERHADAP PENINGKATAN WARNA PADA IKAN KOI
(Cyprinus rubrofuscus)

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Perikanan Pada Fakultas Pertanian Jurusan Perikanan Program Studi
Budidaya Perairan Universitas Dr. Soetomo Surabaya

Oleh :
TRIANA NOVITASARI
NIM . 202042120019

Menyetujui,
Dosen Pembimbing 1,

Ir. Nurul Hayati, M.Kes


Tanggal :

Dosen Pembimbing 2,

Ir. Achmad Kusyairi, M.Si


Tanggal :

ii
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KULIT BUAH NAGA MERAH
(Hylocereus polyrhizus) PADA CAMPURAN PAKAN TERHADAP
PENINGKATAN WARNA PADA IKAN KOI (Cyprinus rubrofuscus)

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana


Perikanan Pada Fakultas Pertanian Jurusan Perikanan Program Studi
Budidaya Perairan Universitas Dr. Soetomo Surabaya

Oleh :
TRIANA NOVITASARI
NIM . 202042120019

TELAH DIUJI PADA TANGGAL : ...................................................

Mengetahui, Menyetujui,
Dekan Fakultas Pertanian Penguji 1,
Universitas Dr. Soetomo Surabaya

Ir. Achmad Kusyairi, M.Si Ir. Nurul Hayati, M.Kes


Tanggal : ............................ Tanggal : ........................

Penguji 2,

Ir. Achmad Kusyairi, M.Si


Tanggal : .......................

iii
SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini saya :

NAMA : TRIANA NOVITASARI

NIM : 202042120019

PRODI : BUDIDAYA PERAIRAN

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa naskah skripsi saya berjudul:

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KULIT BUAH NAGA MERAH

(Hylocereus polyrhizus) PADA CAMPURAN PAKAN TERHADAP

PENINGKATAN WARNA PADA IKAN KOI (Cyprinus rubrofuscus) adalah

benar - benar asli dari hasil penelitian yang saya lakukan, bukan saduran naskah

lain. Apabila di kemudian hari ada yang mengklaim, saya sanggup

mempertanggung jawabkannya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Surabaya, 2022

Pembuat Pernyataan

TRIANA NOVITASARI
NIM. 202042120019

iv
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG KULIT BUAH NAGA MERAH
(Hylocereus polyrhizus) PADA CAMPURAN PAKAN TERHADAP
PENINGKATAN WARNA PADA IKAN KOI (Cyprinus rubrofuscus)

Oleh: Triana Novitasari

ABSTRAK

Salah satu ikan hias air tawar yang memiliki harga stabil adalah ikan koi,
Ikan koi disebut juga nishikigoi adalah salah satu ikan hias yang banyak diminati
karena warna yang indah, selain itu memelihara ikan koi juga dipercaya
membawa keberuntungan. Warna yang nampak pada ikan koi dipengaruhi oleh
jumlah serta letak sel pigmen. Warna ikan koi yang cerah ditimbulkan oleh
ketersediaan karotenoid, namun karotenoid tidak dapat disintesa dalam tubuh ikan
secara alami, maka dari itu penambahan karotenoid kedalam pakan ikan perlu
dilakukan.
Penelitian dilakukan di Durenan Kabupaten Trenggalek. Metode yang
digunakan adalah menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Menggunakan
4 perlakuan, 6 ulangan. Perlakuan A : Pellet +5% tepung kulit buah naga tiap
100g pakan, B : Pellet + 10% tepung kulit buah naga tiap 100g pakan, C : Pellet +
15% tepung kulit buah naga tiap 100g pakan, D : Pellet + 20% tepung kulit buah
naga tiap 100g pakan. Data homogen yang didapat selanjutnya diolah
menggunakan IBM SPSS.
Penambahan tepung kulit buah naga terhadap kecerahan warna ikan koi
(Cyprinus rubrofuscus) dengan dosis yang berbeda diperoleh hasil sebagai berikut
perlakuan A = 11,17, perlakuan B = 12, perlakuan C = 12,67 dan perlakuan D =
14. Sedangkan tingkat pertambahan panjang mutlak sebagai berikut perlakuan A
= 0,7 cm, perlakuan B = 0,95 cm, perlakuan C = 1,17 cm dan perlakuan D = 1,3
cm. Dan tingkat pertambahan berat mutlak sebagai berikut perlakuan A = 0,11
gram, perlakuan B = 0,07 gram, perlakuan C = 0,16 gram dan perlakuan D = 1,46
gram. Dapat disimpulkan perlakuan D memberikan hasil tertinggi dengan tingkat
kecerahan sebesar 14, pertambahan panjang mutlak bertambah 1,3 cm, dan
pertambahan berat mutlak sebesar 1,46 gram.
Kata kunci : Tepung Kulit Buah Naga, Kecerahan, Panjang Mutlak, Berat Mutlak

v
THE EFFECT OF ADDING RED DRAGON FRUIT FLOUR (Hylocereus
polyrhizus) ON MIXED FEED TO INCREASING COLORS IN KOI FISH
(Cyprinus rubrofuscus).

By : Triana Novitasari

ABSTRACT

One of the freshwater ornamental fish that has a stable price is koi fish, koi
fish also called nishikigoi is one of the ornamental fish that is in great demand
because of its beautiful color, besides keeping koi fish is also believed to bring
good luck. The color that appears in koi fish is influenced by the number and
location of pigment cells. The bright color of koi fish is caused by the availability
of carotenoids, but carotenoids cannot be synthesized in the fish's body naturally,
therefore the addition of carotenoids to fish feed needs to be done.

The research was conducted in Durenan, Trenggalek Regency. The


method used is a completely randomized design (CRD). Using 4 treatments, 6
replications. Treatment A : Pellets +5% dragon fruit skin flour per 100g of feed, B
: Pellets + 10% dragon fruit peel flour per 100g of feed, C: Pellets + 15% dragon
fruit peel flour per 100g of feed, D: Pellets + 20% flour dragon fruit skin per 100g
of feed. The homogeneous data obtained were then processed using IBM SPSS.

The addition of dragon fruit peel flour to the color brightness of koi fish
(Cyprinus rubrofuscus) with different doses obtained the following results:
treatment A = 11.17, treatment B = 12, treatment C = 12.67 and treatment D = 14.
While the rate of increase in length absolute value as follows: treatment A = 0.7
cm, treatment B = 0.95 cm, treatment C = 1.17 cm and treatment D = 1.3 cm. And
the rate of absolute weight gain was as follows: treatment A = 0.11 grams,
treatment B = 0.07 grams, treatment C = 0.16 grams and treatment D = 1.46
grams. It can be concluded that treatment D gave the highest results with a
brightness level of 14, an absolute increase in length of 1.3 cm, and an absolute
weight gain of 1.46 grams.

Keywords : Dragon Fruit Peel Flour, Brightness, Absolute Length, Absolute


Weight

vi
RINGKASAN

TRIANA NOVITASARI, NIM : 202042120019, PENGARUH


PENAMBAHAN TEPUNG KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus
polyrhizus) PADA CAMPURAN PAKAN TERHADAP PENINGKATAN
WARNA PADA IKAN KOI (Cyprinus rubrofuscus). (Dibawah bimbingan Ir.
Nurul Hayati, M. Kes dan Ir. Achmad Kusyairi, M. Si)

Penelitian dilakukan di Durenan Kabupaten Trenggalek. Waktu penelitian


selama 30 hari, dimulai tanggal 15 November – 17 Desember 2021. Metode yang
digunakan adalah menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL). Menggunakan
4 perlakuan, 6 ulangan. Perlakuan A : Pellet +5% tepung kulit buah naga tiap
100g pakan, B : Pellet + 10% tepung kulit buah naga tiap 100g pakan, C : Pellet +
15% tepung kulit buah naga tiap 100g pakan, D : Pellet + 20% tepung kulit buah
naga tiap 100g pakan. Data homogen yang didapat selanjutnya diolah
menggunakan IBM SPSS.
Penambahan tepung kulit buah naga terhadap kecerahan warna ikan koi
(Cyprinus rubrofuscus) dengan dosis yang berbeda diperoleh hasil sebagai berikut
perlakuan A = 11,17, perlakuan B = 12, perlakuan C = 12,67 dan perlakuan D =
14. Sedangkan tingkat pertambahan panjang mutlak sebagai berikut perlakuan A
= 0,7 cm, perlakuan B = 0,95 cm, perlakuan C = 1,17 cm dan perlakuan D = 1,3
cm. Dan tingkat pertambahan berat mutlak sebagai berikut perlakuan A = 0,11
gram, perlakuan B = 0,07 gram, perlakuan C = 0,16 gram dan perlakuan D = 1,46
gram. Dapat disimpulkan perlakuan D memberikan hasil tertinggi dengan tingkat
kecerahan sebesar 14, pertambahan panjang mutlak bertambah 1,3 cm, dan
pertambahan berat mutlak sebesar 1,46 gram.
Data kualitas air selama penelitian diperoleh suhu air berkisar 26,13OC –
31,36OC. Derajat keasaman berkisar 7,2 – 7,47 dan oksigen terlarut berkisar 6,4 –
6,8 ppm. Ketiga parameter kualitas air tersebut bersifat homogen, artinya tidak
berpengaruh terhadap kecerahan warna ikan koi.

vii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-
Nya sehingga penelitian skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam
penelitian ini adalah ‘Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Buah Naga Merah
(Hylocereus polyrhizus) Pada Campuran Pakan Terhadap Peningkatan Warna
Pada Ikan Koi (Cyprinus rubrofuscus)”.
Terima kasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam persiapan hingga selesainya penelitian skripsi ini. Antara lain, terima kasih
penulis sampaikan kepada :
1. Bapak Ir. Achmad Kusyairi, M. Si, selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Dr. Soetomo Surabaya.
2. Bapak Ir. Didik Budiyanto, MP, selaku Ketua Program Studi Budidaya
Perairan.
3. Ibu Ir. Nurul Hayati, M. Kes dan Bapak Ir. Achmad Kusyairi, M. Si , selaku
Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahannya dalam
penyusunan skripsi.
4. Kedua orang tua yang telah memberikan motivasi dan do’a dengan sasaran
akhir tercapainya gelar kesarjanaan
5. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam
penyusunan skripsi ini. Untuk itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangun untuk menyempurnakan skripsi ini..

Surabaya, Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................... iii


KATA PENGANTAR ............................................................................................ viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................... 4
1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................... 4
1.4 Manfaat Penelitian ..................................................................................... 4
1.5 Hipotesis Penelitian .................................................................................... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5
2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Koi ........................................................ 5
2.2. Warna Pada Ikan Koi ............................................................................... 7
2.3. Buah Naga Merah ...................................................................................... 8
2.4. Beta-Karoten............................................................................................. 10
BAB 3 METODE PENELITIAN .......................................................................... 11
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................... 11
3.2. Alat dan Bahan Penelitian ...................................................................... 11
3.3. Metode Penelitian ..................................................................................... 11
3.4. Prosedur Penelitian .................................................................................. 13
3.5. Perubahan yang Diamati ........................................................................ 15
3.6. Analisis Data ............................................................................................. 17
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. 11
4.1. Hasil dan Pembahasan Penelitian ......................................................... 11
4.1.1. Pertumbuhan Panjang Mutlak Benih Koi ................................... 11
4.1.2. Pertumbuhan Berat Mutlak Benih Koi ........................................ 14

ix
4.1.3. Sintasan Benih................................................................................... 17
4.1.4. Peningkatan Kecerahan Ikan Koi ................................................. 19
4.1.5. Kualitas Air ....................................................................................... 21
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .................................................................. 29
5.1. Kesimpulan ............................................................................................... 29
5.2. Saran .......................................................................................................... 29
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 30
LAMPIRAN – LAMPIRAN .................................................................................. 35

x
DAFTAR TABEL

Tabel Keterangan Halaman

Tabel 1. Alat Penelitian ............................................................................................ 11


Tabel 2. Panjang Mutlak Benih Koi ........................................................................ 11
Tabel 3. Uji ANOVA Panjang Mutlak Benih Koi.................................................. 12
Tabel 4. Uji BNT 5% Panjang Mutlak Benih Koi .................................................. 12
Tabel 5. Pertumbuhan Berat Mutlak Benih Koi ..................................................... 14
Tabel 6. Uji ANOVA Berat Mutlak Benih Koi ...................................................... 15
Tabel 7. Uji BNT Berat Mutlak Benih Koi ............................................................. 15
Tabel 8. Sintasan Benih ............................................................................................ 17
Tabel 9. Uji ANOVA Berat Mutlak Benih Koi ...................................................... 17
Tabel 10. Peningkatan Kecerahan Ikan Koi............................................................ 19
Tabel 11. Uji ANOVA Peningkatan Kecerahan Ikan Koi ..................................... 19
Tabel 12. Uji BNT Peningkatan Kecerahan Ikan Koi ............................................ 20
Tabel 13. Data Suhu Air Yang Diperoleh Selama Penelitian ................................ 22
Tabel 14. Uji ANOVA Suhu Air Benih Koi ........................................................... 22
Tabel 15. Kadar Oksigen Terlarut Setiap Perlakuan. ............................................. 24
Tabel 16. Uji ANOVA Kadar Oksigen Terlarut ..................................................... 25
Tabel 17. Hasil Pengamatan Derajat Keasaman ..................................................... 26
Tabel 18. Uji ANOVA Derajat Keasaman Benih Koi ........................................... 27

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 1. Morfologi Ikan Koi ................................................................... 17
Gambar 2. Kulit Buah Naga Merah ............................................................ 19
Gambar 3. Layout Penelitian....................................................................... 22
Gambar 4. Toca Colour Finder .................................................................. 25

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
Lampiran 1. Alat Penelitian ........................................................................ 49
Lampiran 2. Bahan Penelitian .................................................................... 51
Lampiran 3. Pengamatan Warna Ikan Koi................................................ 52
Lampiran 4. Kegiatan Penelitian ................................................................ 53

xiii
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara yang terletak ditengah dua benua besar terkenal
memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, mulai dari tanaman langka sampai
dengan hewan prasejarah yang hanya tersisa di Indonesia. Diantara
keanekaragaman tersebut, salah satu yang dapat dibanggakan adalah keragaman
ikan hias air tawar. Ikan hias selalu menjadi primadona bagi para penyukanya, hal
ini dikarenakan kepemilikan ikan hias yang cenderung mudah didapatkan dan
dibeli oleh seluruh masyarakat dari berbagai latar belakang ekonomi. Ikan hias air
tawar diperkirakan sebanyak 400 spesies dari 1.100 spesies ikan hias yang ada di
seluruh dunia. Selain spesienya yang sangat beragam, ikan hias air tawar,
terutama di Indonesia memiliki peluang dan potensi untuk dikembangkan dengan
optimal untuk perekonomian masyarakat terutama untuk masyarakat di daerah
non migas. Hal ini dikarenakan perbedaan penetapan harga antara ikan hias dan
ikan konsumsi, apabila ikan konsumsi ditentukan oleh bobot serta rasa dari daging
ikannya, pada ikan hias kenampakan ikan lebih menentukan harga jual ikan yang
ada (Widinata, 2016). Salah satu ikan hias air tawar yang memiliki harga stabil
adalah ikan koi, selain karena loyalitas pembeli, popularitas ikan koi juga
diakibatkan oleh keindahan dan kecantikan tampilannya yang disukai oleh banyak
orang sehingga menjadi masuk ke selera pasar berbagai kalangan. Selain itu
produksi ikan koi yang menarik juga akan membangun perekonomian masyarakat
sekitar untuk dapat terus berinovasi, karena potensi pemasaran ikan koi bukan
hanya berpotensi secara lokal, namun juga berpotensi sebagai pengembangan
bisnis internasional dengan mutu yang terjaga.

Ikan koi disebut juga nishikigoi adalah salah satu ikan hias yang banyak
diminati karena warna yang indah, selain itu memelihara ikan koi juga dipercaya
membawa keberuntungan. Kusrini et al., (2015) mengatakan bahwa beberapa
jenis koi yang yang memiliki harga cukup baik dan stabil di pasar dunia yaitu
kohaku, taisho, sanshoku, showa, shiro, utsuri, shusui, asagi, goromo, goshiki,
bekko, tancho, kinginrin, dan kawarimono. Telah disebutkan bahwa budidaya ikan
hias koi dapat menjadi salah satu alternatif bagi meningktakan taraf perekonomian
2

masyarakat, hal ini dibuktikan dengan pesatnya perkembangan budidaya ikan koi
di beberapa daerah di Indonesia seperti, Sukabumi, Cianjur, Jakarta Barat, Blitar,
dan Makassar. Selain itu faktor pendukung dari pesatnya perkembangan minat
akan ikan hias air tawar ini adalah karena negara Jepang yang menyandang status
sebagai negara pembudidaya ikan Koi terbesar di dunia mulai bermasalah pada
tingkat luasan lahannya, sehingga potensi pengembangan budidaya ikan koi di
Indonesia masih dapat dikembangkan lebih jauh lagi.

Ikan koi memiliki kenampakan yang menarik mata dengan corak tubuh yang
berwarna warni dengan pola yang beragam, terdapat beberapa indikator pemilihan
ikan koi yang baik yakni bentuk tubuhnya ideal dan tidak melebar, bentuk tulang
punggung normal, warnanya yang cemerlang serta tidak terdapat gradasi warna
atau bayangan pada coraknya, gerakan ikan koi cenderung tenang namun gesit.
Daya tarik ikan hias air tawar ini juga berada pada ragam pola serta kombinasi
warna yang berada di punggungnya. Terdapat jenis koi yang bersisik dan juga
terdapat jenis ikan koi yang memiliki sisik metalik. Purba, et al., (2020)
menjelaskan bahwa ada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai indikator
kualitas seekor koi, yakni bentuk kepala yang sempurna dan bentuk tubuh yang
proporsional. Lebih lanjut, Twigg (2013) juga menjelaskan bahwa kulit koi terus
berkilau dengan corak kilap tertentu yag menonjolkan corak warna di
punggungnya sehingga menjadi tidak datar. Menurut Putriana et al., (2015) faktor
yang dapat mempengaruhi intensitas warna dari ikan koi adalah faktor genetik,
keadaan lingkungan serta pakan yang diberikan.

Seperti yang sudah dijelaskan, salah satu daya tarik yang dimiliki oleh ikan
koi dan ikan hias air tawar pada umumya adalah warna kulit. Warna dan corak
yang indah pada ikan hias dapat timbul akibat dari jumlah serta letak sel pigmen,
yang disebut kromatofor, pada lapisan epidermis kulit (Sari et al., 2012). Warna
dan corak yang menarik dapat meningkatkan daya jual ikan hias karena semakin
menarik dan cerah warnanya maka calon pembeli akan semakin tertarik (Malide et
al., 2018). Warna yang nampak pada ikan koi dipengaruhi oleh jumlah serta letak
sel pigmen yang bernama kromatofor yang berada pada lapisan dermis kulit ikan.
Warna ikan koi yang cerah ditimbulkan oleh ketersediaan karotenoid, namun
karotenoid tidak dapat disintesa dalam tubuh ikan secara alami, maka dari itu
3

penambahan karotenoid kedalam pakan ikan perlu dilakukan (Nurhadizah &


Puspitasari, 2021). Selain daripada penambahan pakan, kecerahan corak ikan koi
juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti peneliharaan, cahaya matahari
kualitas air serta kandungan pigmen dalam pakan (Widinata et al., 2016; Malini et
al., 2018).

Menurut Sari et al., (2012) kromatofor memiliki kemampuan berubah untuk


menyesuaikan dengan lingkungan dan aktifitas seksual. Perubahan warna karena
adanya stress lingkungan seperti cahaya matahari, kualitas air dan kandungan
pigmen dalam pakan. Komponen utama pembentuk pigmen warna adalah
karatenoid yang merupakan komponen pigmen alami yang memberikan kontribusi
cukup baik pada warna merah dan oranye. Salah satu sumber pigmen alami yang
dapat digunakan untuk meningkatkan warna corak dari ikan hias adalah kulit buah
naga merah (Hylocereus polyrhizus). Kulit buah naga merah merupakan buangan
limbah organik yang mempunyai berat 30%-35% dari berat buah dan belum
dimanfaatkan dan dijadikan sebagai sampah (Matusyukriyah dan Swasono, 2019).
Bagian dari buah naga yang dibuang tersebut memiliki potensi sebagai pewarna
alami di berbagai industri, termasuk salah satunya adalah untuk memperbaiki
kualitas pakan ikan koi sebagai upaya untuk mencerahkan corak kulitnya. Kulit
buah naga merah mengandung zat karotenoid yang bisa dimanfaatkan bagi ikan
budidaya (Kalidupa et al., 2018). Karotenoid merupakan kelompok pigmen yang
larut dalam lemak dan berwarna kuning hingga merah oranye. Sehingga
kandungan karotenoid yang berada dalam buah naga untuk menjadi bahan
tambahan bagi pakan ikan untuk meningkatkan kualitasnya. Hammado dan
Widiarnu (2013) mengatakan bahwa dalam 100-gram buah naga mengandung
0.0005-0,01 mg beta-karoten. Lebih lanjut, penelitian Nurrahman dan Widiarnu
(2013) menemukan bahwa kandungan beta-karoten yang berada di kulit buah
naga bagian dalam sebanyak 224,2 ppm. Hal ini menunjukkan bahwa, kulit buah
naga yang umumnya menjadi bagian yang dibuang dari buah naga dapat
dimanfaatkan untuk perbaikan nutrisi pakan ikan koi. Sejauh ini belum diketahui
dosis optimal dari penggunaan kulit buah naga merah untuk meningkatkan warna
dari ikan koi (Cyprinus rubrofuscus). Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik
untuk melakukan penelitian tentang “Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Buah
4

Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) Pada Campuran Pakan Terhadap


Peningkatan Warna Pada Ikan Koi (Cyprinus rubrofuscus)”.

1.2 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah pengaruh tepung kulit buah naga (Hylocereus polyrhizus)
pada pakan terhadap perubahan warna pada ikan koi (Cyprinus
rubrofuscus)?
2. Berapakah dosis tepung kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus)
yang tepat untuk memperoleh perubahan warna terbaik pada ikan koi
(Cyprinus rubrofuscus)?

1.3 Tujuan Penelitian


Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui pengaruh pemberian tepung kulit buah naga merah
(Hylocereus polyrhizus) pada pakan terhadap perubahan warna ikan koi
(Cyprinus rubrofuscus).
2. Menentukan dosis tepung kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus)
yang tepat untuk memperoleh perubahan warna yang baik pada ikan koi
(Cyprinus rubrofuscus).

1.4 Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat memberikan hasil yang menunjukkan
pengaruh serta dosis penambahan tepung kulit buah naga merah (Hylocereus
polyrhizus) pada pakan terhadap perubahan warna ikan koi (Cyprinus
rubrofuscus).

1.5 Hipotesis Penelitian


H0: Diduga penambahan tepung kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus)
tidak berpengaruh terhadap perubahan warna ikan koi (Cyprinus rubrofuscus).

H1: Diduga air penambahan tepung kulit buah naga merah (Hylocereus
polyrhizus) berpengaruh terhadap perubahan warna ikan koi (Cyprinus
rubrofuscus)
5

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Klasifikasi dan Morfologi Ikan Koi


Menurut Kottelat S(2001) ikan Koi memiliki klasifikasi sebagai berikut:

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Osteichtyes

Ordo : Cypriniformei

Family : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus rubrofuscus

Menurut Deriyanti (2016), dilihat dari morfologi atau bentuk tubuhnya ikan koi
memiliki ciri-ciri sebagai berikut bentuk badan memanjang dan sedikit pipih ke
samping, mulut terletak di ujung tengah (terminal) dan dapat disembulkan (protektil)
serta dihiasi dua pasang sungut. Tubuh ikan koi berbentuk torpedo dengan alat gerak
berupa sirip. Sirip-sirip yang melengkapi morfologi ikan koi adalah sirip punggung,
sepasang sirip dada, sepasang sirip perut, sirip anus, dan sirip ekor. Sirip pada ikan
Koi terdiri atas jari-jari keras, jari-jari lunak, dan selaput sirip yang berfungsi sebagai
alat gerak. Sirip punggung memiliki 3 jari-jari keras dan 20 jari-jari lunak. Sirip perut
hanya memiliki jari-jari lunak sebanyak 9 buah. Sirip anus memiliki 3 jari-jari keras
dan 5 jari-jari lunak. Pada sisi badan dari pertengahan batang sapai batang ekor
terdapat gurat sisi yang berguna sebagai penerima getaran suara. Garis ini terbentuk
dari urat-urat yang ada disebelah dalam sisik yang membayang hingga keluar. Selain
itu di dalam mulut terdapat gigi kerongkongan, dua pasang sungut ikan koi terletak di
bibir bagian atas tetapi kadang-kadang satu pasang sungut rudimentee atau tidak
berfungsi, gigi kerongkongan (pharyngeal teeth) terdiri atas tiga baris yang berbentuk
6

geraham, memiliki sirip punggung (dorsal) berbentuk memanjang dan terletak di


bagian permukaan tubuh, berseberangan dengan permukaan sirip perut (ventral)
bagian belakang sirip punggung memiliki jari-jari keras sedangkan bagian akhir
berbentuk gerigi, sirip dubur (anal) bagian belakang juga memiliki jari-jari keras
dengan bagian akhir berbentuk gerigi seperti halnya sirip punggung. Hailkal dan
Mulyana (2008) menyebutkan bahwa morfologi ikan koi tidak berbeda jauh dengan
ikan lainnya. Tubuh ikan koi dibalut oleh dua lapisan kulit, yaitu kulit luar
(epidermis) dan kulit dalam (dermis).

Epidermis memiliki fungsi untuk melindungi tubuh dari lingkungan sekitar


yang dapat membahayakan tubuh contohnya ada;ah hama atau parasit ikan. Dermis
merupakan lapisan kulit yang mengandung pigmen warna. Sehingga lapisan dermis
adalah area yang mengeluarkan pigmen tertentu, dimana bagian ini berarti
mempengaruhi kenampakan ikan koi secara estetika. Ikan koi merupakan hewan
pemakan segala (omnivora), ikan koi juga mampu mencari makanannya sampai
dengan ke dasar kolam berkat kedua alat bantu penciumannya yang berada di dekat
mulut. Pakan yang diberikan pada ikan koi sangat mempengaruhi kualitas warna dan
corak yang ditampilkan di epidermis dan diproduksi di bagian dermis kulit. Pakan
buatan untuk pembesaran koi dapat diberikan dalam bentuk butiran (pellet). Sumber
protein utama adalah formulasi kombinasi antara bahan nabati (misalnya tepung
kedelai, tepung jagung, tepung gandum, tepung daun) dan bahan hewani (seperti;
tepung ikan, tepung kepala udang, tepung cumi,kekerangan) serta multivitamin dan
mineral seperti Ca, Mg, Zn, Fe, Co sebagai pelengkap pakan. Berikut merupakan
gambar ikan koi serta morfologi tubuhnya
7

Gambar 1. Morfologi ikan koi

2.2. Warna Pada Ikan Koi


Ikan hias, seperti namanya merupakan ikan yang diminati karena estetika yang
mampu diberikan secara visual, yang umumnya diminati karena keunikan dan
keindahan warna tubuh ikan. Salah satu ikan yang perkembangannya memiliki
potensi untuk meningkatkan daya perekonomian lokal di Indonesia adalah ikan koi,
ikan yang di negara asalnya, Jepang banyak diminati karena dianggap dapat
membawa keberuntungan ini memiliki keunikan yang terletak pada corak
punggungnya yang memiliki berbagai macam warna yang cerah. Sehingga, semakin
cerah warna ikan maka harganya juga semakin mahal. Kecerahan warna yang timbul
pada tubuh ikan hias ini semata-mata dipengaruhi oleh faktor internal seperti
kandungan pakan dan juga faktor eksternal seperti kualitas air dan juga tempat
pertumbuhan ikan.

Lokasi pigmen yang dapat menimbulkan warna-warna ini terletak pada dermis
yang kemudian ditampilkan pada epidermis. Kenampakan warna pada ikan koi
memiliki hubungan dengan jumlah serta letak kromatofor, yaitu sel yang mengatur
pigmen pada lapisan dermis dan juga letak kedalaman sel tersebut di dalam kulit.
Letak kromatofor secara rinci pada ruang diantara sisik dan mengandung butiran
pigmen yang bertindak sebagai sumber warna sebenarnya. Kromatofor bergerak
dalam sitoplasma atau dapat juga berlapis diatas permukaan kulit. Iridosit yang
merupakan sel pembentuk warna, sama seperti kromatofor, merupakan sel cermin
yang memiliki materi pemantul sehingga tubuh ikan mampu memantulkan warna
8

yang berasal dari lingkungan hidup sekitar ikan (Yahyadi et al., 2004). Kromatofor
diklasifikasikan menjadi 5 warna dasar yakni hitam (melanofor), kuning (xanthofor),
merah atau oranye (erythrofor), sel refleksi kemilau (iridofor), dan putih (leukofor)
(Taufik et al., 2015). Beragamnya warna pada ikan koi merupakan gabungan dari
warna-warna tersebut yang dikontrol oleh sistem saraf dan hormonal. Warna ikan koi
yang cerah ditimbulkan oleh ketersediaan karotenoid, namun karotenoid tidak dapat
disintesa dalam tubuh ikan secara alami, maka dari itu penambahan karotenoid
kedalam pakan ikan perlu dilakukan (Nurhadizah & Puspitasari, 2021). Selain
daripada penambahan pakan, kecerahan corak ikan koi juga dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti peneliharaan, cahaya matahari kualitas air serta kandungan
pigmen dalam pakan (Widinata et al., 2016; Malini et al., 2018) Kualitas pakan
sangat menentukan tampilan warna sebagai daya tarik ikan koi sendiri, sehingga
banyak upaya telah dilakukan dengan menggunakan bahan pakan yang mengandung
zat pigmen seperti karotin (warna jingga), rutin (kuning) dan astasantin (merah). Zat-
zat tersebut terkandung pada tubuh hewan dan tumbuhan tertentu seperti wortel
mengandung zat karotin; sedangkan ganggang, chlorella, kubis, cabai hijau
mengandung rutin; spirulina, kepiting, udang mengandung astasantin.

2.3. Buah Naga Merah


Buah naga (Dragon fruit) merupakan buah tropis yang banyak digemari oleh
masyarakat karena memiliki khasiat dan manfaat serta nilai gizi cukup tinggi. Sejak
dahulu, buah naga sudah sangat umum di negara asalnya di mana buah naga
dikonsumsi oleh masyarakat umum (Waladi et al., 2015). Baru-baru ini buah naga
diperdagangkan di pasar internasional dan menjadi buah ekspor dari Vietnam (Crane,
2005). Buah naga sekarang menyebar di banyak negara Asia, seperti Thailand, Laos,
Indonesia, Kamboja, Taiwan, dan Jepang, dengan menggunakan perbanyakan dari
Vietnam (Nerd et al, 2002). Di Indonesia, buah ini relatif baru dan sudah
mendapatkan tempat dan harga yang baik di pasaran. Buah yang bentuknya unik ini
memiliki kandungan zat bioaktif yang bermanfaat bagi tubuh diantaranya antioksidan
(asam askorbat, betakaroten, dan anthosianin), serta mengandung serat pangan dalam
9

bentuk pektin. Selain itu, dalam buah naga terkandung beberapa mineral seperti
kalsium, phospor, besi, dan lain-lain. Vitamin yang terdapat di dalam buah naga
antara lain vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3, dan vitamin C (Wisesa et al., 2014).

Gambar 2. Kulit Buah Naga Merah (sumber: Unair News, 2020)

Bagian dari buah naga merah 30-35% merupakan kulit buah naga merah namun
seringkali hanya dibuang sebagai sampah. Sangat disayangkan karena kulit buah naga
merah yang memiliki manfaat tidak digunakan sebagai bahan tambahan makanan
seperti pewarna makanan. Kulit buah naga merah memiliki kandungan pigmen alami
yang dapat digunakan sebagai pewarna alami pangan. Kulit buah naga merah
memiliki kandungan nutrisi seperti karbohidrat, lemak, protein dan serat pangan.
Kandungan serat pangan yang terdapat dalam kulit buah naga merah sekitar 46,7%
(Saneto, 2005). Kandungan serat kulit buah naga merah lebih tinggi dibandingkan
dengan buah pear, buah jeruk dan buah persik (Saneto, 2005). Kulit dari buah naga
merah merupakan limbah yang masih sangat jarang dimanfaatkan (Simanjuntak et al.,
2014). Padahal, kulit buah naga masih mengandung senyawa antioksidan yang cukup
tinggi. senyawa antioksidan mampu melawan oksidasi dalam tubuh. Jika tingkat
oksidasi dalam tubuh meningkat akan menyebabkan kerusakan DNA, sehingga risiko
terjadinya kanker juga akan meningkat. Pemanfaatan yang dapat dilakukan pada kulit
buah naga salah satunya adalah dengan mengekstraknya sehingga dapat dimanfaatkan
sebagai bahan dasar campuran berbagai bahan, salah satunya adalah pakan ikan koi
yang dapat meningkatkan kecerahan warna ikan koi.
10

2.4. Beta-Karoten
Kandungan beta-karoten dapat ditemukan di berbagai buah, sayur dan beberapa
algae. Dalam industri pangan, beta-karoten digunakan untuk mewarnai mentega, es
krim, minyak, jus buah dan minuman ringan lainnya. Beta-karoten berwarna oranye
kekuningan, dapat larut dalam minyak namun dapat juga dibuat menjadi bentuk
emulsi yang dapat terdispersi di dalam air. Wortel salah satunya adalah sumber alami
dari beta-karoten, namun dalam industri yang lebih besar, sumber beta-karoten yang
digunakan berasal dari alga. Minyak kelapa, jeruk, buah apricot, manga berkontribusi
banyak dalam kandungan beta-karoten yang dikonsumsi oleh manusia. Beta karoten
merupakan pigmen alami yang terkandung di berbagai tumbuhan dan organisme yang
mampu melakukan fotosintesis (Nurrahmah dan Widiarnnu, 2012). Beta-karoten,
seperti namanya merupakan salah satu karetonoid dengan rumus molekul C40H56,
sehingga apabila dipecah, senyawa ini teridiri dari delapan unit isoprena (C5H8) atau
2-metil-1,3-butadiena dimana isoprena berikatan secara “kepala-ekor” kecuali pada
pusat molekul berikatan secara “ekor-ekor” sehingga menjadikan bentuk molekul
simetris. Beta-karoten berwujud kristal berwarna merah kecoklatan hingga ungu.
Beta-karoten agak larut dalam kloroform dan benzen, sangat larut dalam eter dan
aseton, dan tidak larut dalam air. Beta-karoten sudah dikenal sejak lama sebagai salah
satu agen pewarna alami yang digunakan untuk memunculkan warna kuning sampai
dengan oranye (Bora et al., 2019). Selain digunakan sebagai pewarna alami, beta-
karoten juga bermanfaat untuk nutrisi harian dalam konsumsi makanan sehari-hari.
11

BAB 3
METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan pada tanggal 15 November – 17 Desember 2021 di Desa
Durenan Kecamatan Durenan Kabupaten Trenggalek Provinsi Jawa Timur.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian


Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Tabel 1. Alat Penelitian

Ember berdiameter 36 cm dan tinggi 17


Bak ukur
cm
Timbangan analitik Sendok
Saringan Batu aerasi
Toples Gelas
Aerator Mangkuk kecil
Selang aerator Termometer
pH meter DO meter
Alat sipon TCF (Toca Color Finder)

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah benih ikan koi dengan ukuran panjang
6 cm yang digunakan sebagai ikan uji, air sumur yang digunakan sebagai media
pemeliharaan, Pakan komersil PF-1000 dan tepung kulit buah naga sebagai pakan
ikan uji.

3.3. Metode Penelitian


Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen
dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan perlakuan sebagai berikut:

Perlakuan A: Pellet + 5% tepung kulit buah naga tiap 100 g pakan


12

Perlakuan B: Pellet + 10% tepung kulit buah naga tiap 100 g pakan

Perlakuan C: Pellet + 15% tepung kulit buah naga tiap 100 g pakan

Perlakuan D: Pellet + 20% tepung kulit buah naga tiap 100 g pakan

Sedangkan untuk mencari banyaknya ulangan menggunakan rumus


Kusriningrum (2008), yaitu:

(𝑡 − 1)(𝑛 − 1) ≥ 15

Keterangan:

t = banyaknya perlakuan
n = banyaknya ulangan
Jumlah perlakuan (t) = 4 maka dari itu berikut adalah perhitungan jumlah ulangan.
(4-1)( n – 1 ) ≥ 15
3n-3 ≥ 15
3n = 15 + 3
n = 18 :3= 6
Berdasarkan jumlah 4 perlakuan dan 6 kali ulangan maka didapatkan 24 unit
percobaan. Tata letak wadah penelitian dapat dilihat pada layout Gambar 3 berikut:

A1 C4 D1 B1 D6 B5

C3 A2 B2 C2 A5 C6

D2 B3 A3 D4 B6 D5

B4 C1 D3 A4 C5 A6

Gambar 3. Layout penelitian


13

3.4. Prosedur Penelitian


3.4.1. Menyiapkan Wadah Penelitian

Wadah media uji atau tempat pemeliharaan ikan koi yang digunakan adalah
ember plastik yang berjumlah 24 unit yang memiliki diameter 36 cm dengan volume
17 liter. Ember plastik yang akan digunakan dibersihkan dan dikeringkan terlebih
dahulu.

3.4.2. Menyiapkan Air Media

Air sebagai media hidup dalam pemeliharaan ikan, sehingga diperlukan


persiapan air media yang baik sebelum dilakukan penelitian. Air yang digunakan
dalam penelitian ini adalah air yang berasal dari sumur galian yang dinaikkan
menggunakan pompa. Air diendapkan ± 48 jam atau dua hari sampai kadar keasaman
air mencapai 7 (tujuh) hal ini bertujuan untuk menghindari kematian ikan dan
menghindari zat-zat berbahaya. Selanjutnya, air diisi kedalam ember sebanyak 12
liter sehingga menyisakan 5 cm dari tinggi ember. Selanjutnya air diaerasi selama 4
(empat) hari untuk meningkatkan kadar oksigen terlarut. Setelah itu air dapat
digunakan untuk pemeliharaan ikan.

3.4.3. Menyiapkan Ikan Uji

Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan koi yang memiliki
ukuran ± 6 cm dan bobot ikan ± 4 gram. Jumlah total ikan koi yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 96 ekor. Ikan koi yang digunakan berasal dari tempat
pembudidayaan ikan hias di Kecamatan Sumbergempol Kabupaten Tulungagung,
ikan diletakkan ke dalam wadah sementara dan sebelum dimasukkan ke dalam media
pemeliharaan, ikan di aklimatisasi selama 24 jam sehingga ikan dapat beradaptasi
dengan lingkungan baru dan tidak mengalami stress.

3.4.4. Menyiapkan Pakan Uji

Kulit buah naga merah yang telah menjadi tepung diperoleh dari toko online
“Ommah Tepung Organik” sebanyak 50 gram. Sebelum memberi makan pada ikan
14

koi, tepung kulit buah naga merah terlebih dahulu ditimbang sesuai dengan dosis
yang ditentukan kemudian dimasukkan dalam bak pencampuran, pakan dicampur
secara dikit demi sedikit sehingga pakan bisa tercampur secara merata. siap, pakan
dimasukkan ke dalam toples kemudian ditutup hingga rapat.

3.4.5. Memelihara Ikan Uji

Ikan koi ditebarkan kedalam ember plastik berisikan air sebanyak 10 liter
dengan penebaran masing masing sebanyak 4 ekor. Setelah proses aklimatisasi ikan
dipuasakan selama 24 jam dengan tujuan untuk menghilangkan pengaruh sisa pakan
yang ada dalam tubuh ikan. Selanjutnya, pengukuran panjang, bobot ikan sebagai
data awal serta pengamatan warna yang dilakukan sebelum ikan dimasukkan pada
ember penelitian. Kualitas air juga diukur pada tiap ember penelitian sebelum ikan
dimasukkan. Pemeliharaan dan pengamatan terhadap ikan uji dilakukan selama 30
hari dengan pemberian pakan sebanyak dua kali sehari yaitu pada pukul 9.00 WIB
dan pukul 16.00 WIB pada masing-masing perlakuan. Jumlah pakan yang diberikan
per perlakuan yaitu sebanyak 6% dari bobot ikan.

Pada proses pemeliharaan ikan, pengontrolan kualitas air harus terjaga agar
ikan uji sehat dan tumbuh dengan baik serta memperhatikan tinggi air didalam ember.
Setiap hari ikan uji akan mengeluarkan kotoran atau sisa pakan yang menyebabkan
air menjadi kotor, oleh sebab itu dilakuan penyiponan setiap 3 hari sekali.
Penyiponan air dilakukan setelah aerator dimatikan, ini bertujuan untuk kotoran dan
sisa makanan ikan turun kedasar wadah pemeliharaan. Jumlah volume air yang akan
tersipon ± 10 % dari volume awal. Kemudian, air yang terbuang akan diganti kembali
dengan air bersih sebanyak jumlah volume air yang terbuang saat proses penyiponan

3.4.6. Pengukuran Kualitas Air

Air merupakan media hidup ikan yang berperan dalam mendukung


kelangsungan hidup ikan. Parameter kualitas air yang diukur dalam penelitian adalah
suhu, pH, dan DO. Pengukuran dilakukan setiap hari, kualitas air yang diukur
langsung ditempat (insitu) adalah oksigen terlarut yang diukur dengan DO meter, pH
15

air dengan pH meter dan suhu dengan thermometer. Ketika pengambilan air, aerator
dimatikan sehingga sisa-sisa metabolisme dalam air mengendap.

3.5. Perubahan yang Diamati


Perubahan yang diamati pada penelitian ini adalah tingkat kecerahan warna,
pertambahan panjang, peningkatan bobot, dan kelangsungan hidup

3.5.1. Pengamatan Warna Ikan

Pengamatan perubahan warna ikan koi dilakukan per minggu. Pengamatan


terhadap intensitas warna ikan koi menggunakan alat pengukur kertas standar warna
Toca Colour Finder (TCF). Pengamatan dilakukan secara visual dengan cara
mendekatkan tubuh ikan pada kertas pengukur warna Toca Colour Finder (TCF).
kemudian membandingkan warna asli ikan pada kertas pengukur warna Toca Colour
Finder (TCF). Alat Toca Colour Finder (TCF) dapat dilihat pada Gambar 4 berikut:

Gambar 4. Toca Colour Finder (TCF)

3.5.2. Pengukuran Panjang

Pengukuran panjang ikan koi dilakukan setiap 7 hari sekali. Pengukuran


dilakukan dengan cara ikan diletakkan diatas kertas millimeter kemudian di catat
panjang ikan. Pengukuran panjang ikan menggunakan rumusan pertumbuhan panjang
menurut (Fadri et al., 2016), sebagai berikut:
16

L= Lt - L0

Keterangan:

L = Pertumbuhan mutlak (cm)

Lt = Panjang akhir (cm)

L0 = Panjang awal ikan (cm)

3.5.3. Peningkatan Bobot

Pengukuran bobot ikan menggunakan timbangan analitik. Bobot ikan yang


telah ditimbang kemudian dicatat. Pengukuran dilakukan setiap 7 hari sekali.
Pertumbuhan bobot ikan koi dihitung dengan rumus pertumbuhan menurut (Fadri et
al., 2016) yaitu:

W= Wt – W0

Keterangan:

W = Pertambahan bobot (g)


Wt = Bobot akhir (g)

Wo = Bobot awal (g)

3.5.4. Kelangsungan Hidup

Kelangsungan hidup adalah dengan membedakan jumlah ikan yang hidup


pada akhir periode dengan jumlah ikan yang mati pada akhir periode tertentu. Derajat
kelangsungan hidup (SR) ikan koi dihitung berdasarkan rumus persamaan menurut
(Fadri et al., 2016) yaitu:

SR = (N 0-Nt)/N0 × 100

Keterangan:

SR = Kelangsungan hidup (%)


Nt = Jumlah ikan yang mati selama penelitian

N0 = Jumlah individu pada awal penelitian


17

3.6. Analisis Data


Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati dilakukan
perhitungan analisis Sidik Ragam atau ANOVA:

a. Jika signifikansi uji F < 1%, maka antara perlakuan terhadap perbedaan yang
sangat nyata.
b. Jika signifikansi uji F < 5%, maka antara perlakuan terdapat perbedaan yang
nyata.
c. Jika signifikansi uji F > 5 %, maka antara perlakuan tidak terdapat perbedaan.

Jika hasil analisis sidik ragam ANOVA ternyata menunjukan hasil yang berbeda
nyata (significant) atau berbeda sangat nyata (hight significant), maka dilanjutkan
dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT). Menurut Suhaemi (2011), uji BNT adalah
prosedur perbandingan dengan nilai tengah perlakuan (rata-rata perlakuan) dengan
menggunakan gabungan kuadrat tengah sisa (KTG/S) dari hasil sidik ragam. Nilai uji
menggunakan nilai-nilai pada tabel t, rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

2( MS ∈)
BNTα = tα, dfe√
𝑟
Untuk mengetahui adanya perbedaan yang nyata atau sangat nyata antara perlakuan,
dilakukan dengan membandingkan selisih nilai tengah antara perlakuan. Untuk
mempermudah kesimpulan dibuat notasi (dengan huruf kecil) pada rata-rata
perlakuan tersebut dengan menyusun kembali rata-rata pengamatan tersebut secara
mendatar. Nilai-nilai yang tidak berbeda nyata ditandai dengan huruf yang sama,
sedangkan yang berbeda nyata atau sangat nyata ditandai dengan huruf kecil yang
tidak sama. Sebagai alat bantu untu menganalisis dan statistiknya, digunakan program
IBM SPSS.
11

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil dan Pembahasan Penelitian

4.1.1. Pertumbuhan Panjang Mutlak Benih Koi

Tabel 2. Panjang Mutlak Benih Koi

Panjang Mutlak Benih Koi


Ulangan A B C D
1 0.6 0.8 1.2 1.2
2 0.7 0.8 1 1.4
3 0.5 1 1.3 1.3
4 0.9 1 1.2 1.3
5 1 0.9 1.1 1.4
6 0.5 1.2 1.2 1.4
Jumlah 4.2 5.7 7 8
Rerata 0.70 0.95 1.17 1.3
Dari penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa panjang mutlak paling
rendah terdapat pada perlakuan A dengan jumlah total panjang mutlak objek
penelitian sebesar 4.2. Sementara untuk panjang mutlak paling besar dimiliki oleh
perlakuan D dengan total panjang mutlak sebesar 8. Perlakuan A merupakan
perlakuan Pellet + 5% tepung kulit buah naga tiap 100 g pakan sementara perlakuan
D adalah Pellet + 20% tepung kulit buah naga tiap 100 g pakan. Secara relative,
dilihat dari data mentah hasil pengamatan selama penelitian, terlihat perbedaan
diantara keempat perlakuan dimana jumlah panjang mutlak benih koi semakin
memanjang seiring dengan meningkatnya presentase tepung kulit buah naga merah
yang ditambahkan. Perlakuan A memiliki rerata penambahan panjang sebesar 0.7 cm,
perlakuan B memiliki rerata penambahan panjang 0.95 cm, perlakuan C memiliki
rerata penambahan panjang 1.17 dan perlakuan D memiliki rerata penambahan
panjang sebesar 1.3 cm. Hasil ini kemudian diolah kembali untuk mengetahui
signifikansi pengaruh penambahan tepung kulit buah naga merah pada pertumbuhan
12

benih koi. Berikut merupakan tabel ANOVA untuk mengamati signifikansi


penambahan tepung buah naga merah pada panjang mutlak benih koi.

Tabel 3. Uji ANOVA Panjang Mutlak Benih Koi

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares
Corrected Model 1.355a 3 .452 21.416 .000
Intercept 25.834 1 25.834 1225.316 .000
Perlakuan 1.355 3 .452 21.416 0.000
Error .422 20 .021
Total 27.610 24
Corrected Total 1.776 23
a. R Squared = .763 (Adjusted R Squared = .727)
Pada tabel di atas perhatikan nilai signifikansi perlakuan yang mana nilai Sig.
Perlakuan adalah sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti perlakuan berpengaruh secara
signifikan. Maka dari itu dilakukan uji lanjut BNT sebagai berikut.

Tabel 4. Uji BNT 5% Panjang Mutlak Benih Koi

Panjang Mutlak
a
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3
A 6 .700
B 6 .950
C 6 1.167 1.167
D 6 1.333
Sig. 1.000 .077 .225
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6.000.

Hal ini berarti perlakuan penambahan tepung buah naga merah yang
ditambahkan pada objek penelitian berpengaruh nyata. Dari hasil penelitian kita dapat
melihat bahwa penambahan tepung kulit buah naga merah kedalam pakan benih koi
memiliki pengaruh nyata pada pertumbuhan panjang benih ikan koi selama
13

penelitian. Buah Naga Merah memiliki kandungan zat bioaktif yang bermanfaat bagi
tubuh diantaranya antioksidan (asam askorbat, betakaroten, dan anthosianin), serta
mengandung serat pangan dalam bentuk pektin. Selain itu, dalam buah naga
terkandung beberapa mineral seperti kalsium, phospor, besi, dan lain-lain. Vitamin
yang terdapat di dalam buah naga antara lain vitamin B1, vitamin B2, vitamin B3,
dan vitamin C (Wisesa et al., 2014). Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa
perbedaan panjang mutlak benih koi antara perlakuan A, B, C dan D siginifikan
perbedaannya.

Hal ini karena saat masa pertumbuhan benih koi membutuhkan berbagai
macam nutrisi untuk proses pertumbuhannya, terutama dengan berbagai macam
kandungan yang terdapat dalam kulit buah naga merah. Dengan banyaknya
kandungan nutrisi di dalam kulit buah naga merah, maka hal ini juga mempengaruhi
kualitas pakan, semakin baik kualitas pakan maka zat-zat yang diserap oleh ikan koi
selama masa pertumbuhannya juga akan semakin beragam. Penambahan kulit buah
naga merah dapat juga difungsikan sebagai suplemen tambahan makanan dalam
praktik budidaya ikan koi karena didapatkan dari hasil penelitian ini bahwa
penambahan tepung kulit buat naga merah berpengaruh nyata dalam penambahan
panjang mutlak benih koi, hal ini sejalan dengan pendapat Efianda et al., (2018)
menyebutkan pemberian suplementasi dalam pakan secara optimal dapat
meningkatkan kinerja produksi dan sistem imun pada ikan dan udang.

Dengan diberikannya suplemen tambahan dalam pakan yang diberikan maka


nutrisi yang diserap oleh sel-sel organisme juga akan semakin beragam yang
mempengaruhi pertumbuhannya. Monoarfa et al., (2020) didalam penelitiannya
menemukan bahwa tidak seluruh tambahan zat makanan dapat berpengaruh secara
signifikan terhadap pertumbuhan panjang mutlak, pada penelitiannya suplemen yang
digunakan adalah temulawak sehingga tidak memiliki pengaruh nyata terhadap
karakter yang diamati. Namun dalam penelitian yang dilakukan peneliti, terbukti
bahwa penambahan tepung kulit buah naga merah dapat berpengaruh nyata dalam
penambahan panjang ikan koi, sehingga penambahan tepung kulit buah naga merah
14

dapat dijadikan salah satu suplemen untuk mendukung pertumbuhan benih ikan koi
secara panjang mutlak.

4.1.2. Pertumbuhan Berat Mutlak Benih Koi

Tabel 5. Pertumbuhan Berat Mutlak Benih Koi

Pertumbuhan Berat Mutlak Benih Koi


Ulangan A B C D
1 0.1 0.1 0.1 1,4
2 0.12 0 0.3 1,5
3 0.05 0.01 0.09 1,4
4 0.05 0.08 0.22 1,2
5 0.11 0.07 0.08 1,8
6 0.2 0.15 0.17 1,5
Jumlah 0.63 0,41 0,96 8,8
Rerata 0.11 0.07 0.16 1,466667

Pada tabel merupakan data pengamatan pertumbuhan berat mutlak benih koi
yang telah diamati selama masa penelitian. Dapat dilihat dari tabel bahwa perlakuan
B memiliki rerata akhir pertumbuhan berat mutlak benih koi yang paling kecil
sementara perlakuan D memiliki rerata akhir yang paling besar. Penambahan rerata
pertumbuhan berat mutlak benih koi ini meningkat bersamaan dengan penambahan
tepung kulit buah naga merah yang menjadi perlakuan utama dalam penelitian.
Perlakuan B dengan penambahan 10% tepung kulit buah naga merah menghasilkan
rerata pertumbuhan berat mutlak sebesar 0,07gr sementara untuk perlakuan D yang
menambahkan 20% tepung kulit buah naga merah dari total pakan menghasilkan
1,46gr rerata akhir penumbuhan berat mutlak benih koi. Untuk mengetahui
signifikansi perlakuan maka data yang dimiliki kemudian diuji ANOVA. Berikut
merupakan tabel hasil uji ANOVA yang dilakukan.
15

Tabel 6. Uji ANOVA Berat Mutlak Benih Koi

ANOVA
Nilai
Sum of df Mean F Sig.
Squares Square
Between Groups 8,294 3 2,765 210,438 ,000
Within Groups ,263 20 ,013

Total 8,557 23

Pada tabel di atas perhatikan nilai signifikansi perlakuan yang mana nilai Sig.
Perlakuan adalah sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti perlakuan berpengaruh secara
signifikan. Maka dari itu dilakukan uji lanjut BNT sebagai berikut.
Tabel 7. Uji BNT Berat Mutlak Benih Koi

Nilai
Tukey HSDa
Kelompok N Subset for alpha = 0.05
1 2
B 6 ,0683
A 6 ,1050
C 6 ,1600
D 6 1,4667
Sig. ,523 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.

Dengan artian penambahan tepung kulit buah naga merah pada ikan koi
memiliki pengaruh nyata pada berat mutlak ikan koi seperti yang sudah dibuktikan
oleh perhitungan diatas. Pada pembahasan sebelumnya, telah diketahui bahwa
penambahan tepung kulit buah naga merah berpengaruh nyata pada penambahan
panjang mutlak benih koi. Panjang tubuh ikan mas koi merupakan fungsi dari berat
tubuh ikan mas koi, hal ini berarti dengan penambahan panjang tubuh akan
menyebabkan pertambahan bobot tubuh ikan secara otomatis. Pertumbuhan bobot
16

merupakan suatu aspek terpenting didalam kegiatan budidaya. Pertumbuhan


dipengaruhi oleh pemberian pakan selama pemeliharaan. Hasil ini menunjukkan
bahwa selama masa pemeliharaan ikan mengalami pertambahan bobot normal sesuai
dengan umurnya (Simbolon, 2021). Pertumbuhan yang normal tersebut menunjukkan
bahwa ikan dalam kondisi kesehatan yang baik. Pertumbuhan juga dipengaruhi oleh
pemberian pakan yang tepat, tidak hanya cukup pemberian waktu yang tepat tetapi
komponen yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bobot seperti kandungan lemak juga
harus seimbang (Febri, 2016).
Penambahan tepung kulit buah naga merah pada penelitian kali ini dapat juga
disebut sebagai penambahan pakan additive yang memiliki pengaruh pada saluran
pencernaan ikan, yang sejalan dengan laju pertumbuhan ikan selama pemeliharaan.
Wahjuningrum et al., (2016) menyebutkan pemberian suplementasi pada biota
akuatik mampu mempengaruhi permukaan mikrovili usus dengan meningkatnya
penyerapan nutrisi pada biota akuatik yang dipelihara. Pakan yang dicerna dan
diserap oleh ikan dengan baik merupakan indikator pertumbuhan tubuh ikan yang
baik dan sehat. Pertumbuhan ikan yang dibudidaya diepngaruhi antara lain oleh
jumlah dan kualitas pakan, waktu pemberian, dan sejauh mana kandungan nutrien
sesuai dengan kebutuhan ikan. Nutrien tersebut meliputi protein, lemak, karbohidrat,
vitamin dan mineral. Sehingga perbedaan nyata yang terjadi pada keempat perlakuan
sudah sejalan dengan argument tersebut, dimana nutrient tambahan yang didapatkan
oleh benih ikan koi selama masa pertumbuhannya didapatkan dari penambahan
tepung kulit buah naga merah kedalam pakannya, dari hasil penelitian kita dapat
melihat bahwa bobot benih ikan mulai dari perlakuan A sampai denga D meningkat
secara linear bersamaan dengan penambahan tepung kulit buah naga merah ke dalam
pakannya. Sumber nutrien dapat berasal dari pakan alami dan buatan. Monoarfa et
al., (2020) menyatakan bahwa pakan buatan atau pakan tambahan merupakan pakan
yang digunakan untuk melengkapi kebutuhan ikan selain pakan alami. Kemudian,
beberapa faktor yang harus diperhatikan pada pakan tambahan atau pakan buatan
yang akan diberikan pada ikan mas koi adalah tingkat kadar air, bentuk, tekstur, daya
apung dan daya tahan dalam air.
17

4.1.3. Sintasan Benih

Tabel 8. Sintasan Benih

Ulangan
Perlakuan Jumlah SR %
1 2 3 4 5 6
A 4 3 4 2 4 3 20 83%
B 4 4 3 4 2 4 21 88%
C 3 4 4 4 4 4 23 96%
D 4 4 4 4 4 4 24 100%
Kelangsungan hidup atau yang biasa disebut Survival Rate (SR) adalah
perbandingan antara jumlah individu yang hidup pada akhir pemeliharaan dengan
jumlah individu yang hidup pada awal pemeliharaan. Tingkat kelangsungan hidup
ikan merupakan ikan bertahan hidup dari awal pemeliharaan sampai panen. Dari tabel
yang telah tersedia, telihat bahwa Survival Rate paling tinggi dimiliki oleh perlakuan
D dengan nilai 100%. Sementara itu perlakuan dengan SR paling rendah terdapat
pada perlakuan A dan B dengan nilai SR masing-masing 83% selanjutnya perlakuan
C dengan SR 96%. Kemudian untuk menghitung signifikansi perlakuan pada
kelangsungan hidup benih ikan koi, dilakukan perhitungan lanjutan menggunakan
ANOVA sebagai berikut.
Tabel 9. Uji ANOVA Berat Mutlak Benih Koi

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares
Corrected Model 1.000a 3 .333 .952 .434
Intercept 294.000 1 294.000 840.000 .000
Perlakuan 1.000 3 .333 .952 .434
Error 7.000 20 .350
Total 302.000 24
Corrected Total 8.000 23
a. R Squared = .125 (Adjusted R Squared = -.006)

Pada tabel di atas perhatikan nilai signifikansi perlakuan yang mana nilai Sig.
Perlakuan adalah sebesar 0,434 > 0,05 yang berarti perlakuan tidak berpengaruh
18

secara signifikan. Hal ini dapat juga diartikan sebagai penambahan tepung kulit buah
naga merah pada pakan ikan koi tidak berpengaruh secara nyata pada kelangsungan
hidup benih ikan koi.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa nilai SR tertinggi terdapat pada
perlakuan D sebesar 100%. SR yang tinggi dikarenakan lingkungan media
pemeliharaan ikan mendukung keberlangsungan hidup ikan. Kelulushidupan yang
tinggi juga didukung oleh adanya sistem resirkulasi. Sistem resirkulasi ini dapat
menjaga kestabilan kualitas air media pemeliharaan dalam kondisi yang layak untuk
kultivan. Sistem resirkulasi juga mampu menaikkan nilai oksigen terlarut yang ada
dalam media pemeliharaan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penambahan
tepung kulit buah naga merah dalam penelitian ini tidak berpengaruh nyata pada
angka SR benih ikan koi. Hal ini bisa saja disebabkan oleh faktor lain yang lebih
berperan dalam peningkatan nilai sintasan benih seperti keadaan kualitas air. Di
dalam plot percobaan, kualitas air yang ada selama percobaan berlangsung sudah
memenuhi SNI yang diterapkan oleh pemerintah, dan juga keadaan air di dalam
wadah percobaan yang baik. Namun apabila dilihat dari data yang belum diuji
menggunakan ANOVA dapat terlihat bahwa dari perlakuan A sampai dengan D nilai
SRnya terus meningkat dimana perlakuan A yang memiliki penambahan suplemen
makanan dengan konsentrasi paling rendah hanya memiliki nilai SR 83% sementara
perlakuan D yang memiliki penambahan tepung kulit buah naga merah sebanyak 20%
dari total pakan memiliki nilai sintasan benih paling tinggi yaitu 100%. Seperti yang
dikatakan oleh Karimah et al., (2018) bahwa nilai sintasan benih atau survival rate
benih ikan tidak sepenuhnya ditentukan oleh pakan, namun keadaan lingkungan
budidaya lebih menentukan tercapainya nilai SR yang tinggi. Faktor yang paling
mempengaruhi kematian benih ikan sebagian besar adalah stress dan ketahanan tubuh
ikan yang berbeda-beda. Sehingga suplemen pakan ikan, dalam penelitian ini adalah
penambahan tepung kulit buah naga merah kedalam pakan ikan memang memiliki
pengaruh pada nilai SR benih ikan, namun bukan merupakan faktor utama yang
membuat perbedaan nyata untuk mencapai angka SR yang maksimal.
19

4.1.4. Peningkatan Kecerahan Ikan Koi

Tabel 10. Peningkatan Kecerahan Ikan Koi

Rata-rata kecerahan awal Benih Rata-rata kecerahan akhir benih


Ulangan Ikan Koi ikan koi
A B C D A B C D
1 16 14 15 12 28 27 28 27
2 15 16 14 14 26 26 26 27
3 16 14 14 12 26 26 27 28
4 15 15 15 14 26 27 27 28
5 15 16 12 12 27 28 27 27
6 15 15 16 15 26 28 27 26
Jumlah 92 90 86 79 159 162 162 163
Rata-rata 15,3 15 14,3 13,1 26,50 27.00 27.00 27.1
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan didapatkan hasil bahwa perbedaan
kecerahan yang paling besar terlihat pada perlakuan D dimana selisih antara
kecerahan awal dan kecerahan akhirnya sebesar 14. Sementara untuk perlakuan A
selisihnya sebesar 11,17. Perlakuan B sebesar 12 dan perlakuan C sebesar 12,67.
Peningkatan kecerahan yang ada pada masing-masing perlakuan dipengaruhi oleh
pakan yang ditambahkan, peningkatan kecerahan pada perlakuan D seimbang dengan
jumlah tepung buah naga yang ditambahkan kedalam pakan. Namun untuk melihat
signifikansi penambahan perlakuan, data yang ada kemudian diolah kembali dan
disajikan kedalam tabel ANOVA dibawah ini.

Tabel 11. Uji ANOVA Peningkatan Kecerahan Ikan Koi

Source Type III Sum of Df Mean Square F Sig.


Squares
Corrected Model 1.667a 3 .556 .629 .000
Intercept 3266.667 1 3266.667 3698.113 .000
Perlakuan 1.667 3 .556 .629 .000
Error 17.667 20 .883
Total 3286.000 24
Corrected Total 19.333 23
a. R Squared = .086 (Adjusted R Squared = -.051)
20

Pada tabel di atas perhatikan nilai signifikansi perlakuan yang mana nilai Sig.
perlakuan adalah sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti perlakuan berpengaruh secara
signifikan. Yang dapat juga diartikan bahwa penambahan tepung kulit buah naga
merah berpengaruh nyata pada kecerahan warna benih ikan koi.

Tabel 12. Uji BNT Peningkatan Kecerahan Ikan Koi

Nilai
Tukey HSDa
Subset for alpha = 0.05
Kelompok N 1 2
A 6 11,17
B 6 12,00
C 6 12,67 12,67
D 6 14,17
Sig. ,213 ,213
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 6,000.

Penelitian yang telah dilakukan dengan melakukan penambahan tepung kulit


buah naga ke dalam pakan benih koi menghasilkan angka akhir dimana menurut data
penelitian yang belum diolah kembali menggunakan ANOVA bahwa dengan
ditambahkannya tepung kulit buah naga merah kedalam pellet pakan benih ikan koi
mempengaruhi kecerahan akhir benih ikan koi. Uji BNT menggambarkan bahwa
seiring dengan banyaknya dosis suplemen makanan. Uji ANOVA membuktikan
bahwa penambahan tepung kulit buah naga merah berpengaruh nyata tingkat
kecerahan benih ikan koi. Warna mempunyai peranan yang sangat penting dalam
menentukan harga ikan hias. Warna adalah salah satu alasan ikan hias diminati oleh
banyak masyarakat. Warna disebabkan karena adanya sel kromatofora yang terdapat
pada kulit bagian dermis. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa kandungan karotenoid
pada suplemen pakan yang ditambahkan dapat mempengaruhi warna benih ikan koi
atas dasar bertambahnya asupan karotenoid yang dikonsumsi oleh ikan. Dalam
21

penelitian yang dilakukan oleh Nurhadizah & Puspitasari (2021) membuktikan bahwa
dengan meningkatkan penambahan pakan dengan konsentrasi pigmen semakin tinggi
maka warna ikan akan semakin cerah. Hal ini menunjukkan bahwa pigmen
karotenoid yang dapat dengan mudah larut dalam lemak dapat mendukung kecerahan
warna ikan koi sebagai objek penelitian. Penelitian lain juga menunjukkan buah naga
sebagai salah satu agen suplemen makanan yang baik untuk ikan, dinyatakan dalam
penelitian yang dilakukan oleh Wijaya et al., (2021) bahwa penambahan ekstrak yang
diambil dari buah naga dapat membantu meningkatkan kecerahan warna ikan cupang
yang pakannya diberi tambahan bahan tersebut.

4.1.5. Kualitas Air

Kualitas parameter air dapat menyebabkan stress yang memengaruhi


kesehatan dan produksi budidaya apabila nilai dari kualitas parameter air tersebut
melebihi dari toleransi ikan (Arifin, 2018). Parameter kualitas air yang umumnya
berpengaruh terhadap ikan di lingkungan budidaya antara lain yaitu suhu, pH, dan
oksigen terlarut (Ayala, et al., 2016). Indikator kualitas air merupakan hal penting
yang perlu diperhatikan, terlebih pada kolam ikan hias seperti ikan koi. Ikan koi salah
satu ikan hias yang banyak diminati dan memiliki harga yang cukup tinggi, dalam
memelihara ikan koi kualitas air kolam memegang peranan penting dalam
keberhasilan pemeliharaan (Fakhriza et al., 2021)

4.1.5.1. Suhu
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penambahan tepung buah naga
kedalam pakan ikan koi tidak memiliki pengaruh nyata pada suhu air. Data suhu air
diambil dua kali dalam satu hari pada saat pagi dan sore, hal ini dilakukan untuk
mengetahui kisaran suhu harian air pada wadah yang diisi oleh subjek penelitian.
Adapun kisaran nilai serta rerata dari kadar suhu air harian yang diamati selama
penelitian akan dihadirkan pada tabel di bawah.
22

Tabel 13. Data Suhu Air Yang Diperoleh Selama Penelitian

Perlakuan Kisaran Suhu Air (OC) Rerata Suhu Air ( OC)


A 26.13 – 31.25 28,7
B 26.11 – 31.26 28,7
C 26.11 – 31.35 28,7
D 26.14 - 31.36 28,7

Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa kisaran suhu masing-masing perlakuan
tidak memiliki perbedaan yang signifikan yang dapat menunjukkan bahwa
penambahan tepung buah naga tidak berpengaruh pada suhu air. Dari keempat
perlakuan, pengukuran suhu air dilakukan pada pagi dan siang hari, hal ini dilakukan
guna mendapatkan kisaran suhu air dan juga rerata suhu air harian.. Suhu air yang
paling rendah terdapat pada perlakuan B dan C yang berada di angka 26.110C.
Dengan masing-masing rerata suhu air per perlakuan berkisar di angka 28,70C Hal ini
dibuktikan lebih lanjut dalam analisis tambahan dalam perhitungan ANOVA.

Tabel 14. Uji ANOVA Suhu Air Benih Koi

Source Type III Sum of Df Mean Square F Sig.


Squares
Corrected Model 1.000a 3 .333 .952 .434
Intercept 294.000 1 294.000 840.000 .000
Perlakuan 1.000 3 .333 .952 .434
Error 7.000 20 .350
Total 302.000 24
Corrected Total 8.000 23
a. R Squared = .125 (Adjusted R Squared = -.006)

Tabel ANOVA tersebut menunjukkan bahwa penambahan tepung buah naga


merah sebagai pakan ikan koi tidak berpengaruh pada suhu air objek penelitian. Pada
tabel di atas perhatikan nilai signifikansi perlakuan yang mana nilai Sig. Perlakuan
adalah sebesar 0,434 > 0,05 yang berarti perlakuan tidak berpengaruh secara
signifikan.
23

Suhu merupakan salah satu faktor fisika yang sangat penting di dalam air
karena bersama-sama dengan zat/unsur yang terkandung didalamnya akan
menentukan massa jenis air, densitas air, kejenuhan air,mempercepat reaksi kimia air,
dan memengaruhi jumlah oksigen terlarut di dalam air. Suhu tinggi yang masih dapat
ditoleransi oleh ikan tidak selalu berakibat mematikan pada ikan tetapi dapat
menyebabkan gangguan status kesehatan untuk jangka panjang, misalnya stres yang
menyebabkan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku abnormal. Dari hasil penelitian
didapatkan data bahwa suhu air objek penelitian berkisar pada angka 26.11 – 31.350C
dengan rerata suhu keempat perlakuan berada di suhu 28,7 0C. rentang suhu tersebut
merupakan rentang suhu yang normal untuk benih ikan koi dimana suhu yang terlalu
tinggi dan panas memperbesar kemungkinan berkurangnya survival rate dari benih
ikan koi. Hal ini didukung oleh pernyataan Ghosh et al., (2012) bahwa suhu optimal
untuk kelanjutan ikan koi berada di angka 26–290C. Perubahan suhu sebesar 5° C di
atas normal dapat menyebabkan stres pada ikan bahkan kerusakan jaringan dan
kematian.

Selanjutnya dijelaskan juga bahwa suhu yang dimiliki oleh media


pertumbuhan benih ikan koi mempengaruhi daya tahan tubuh ikan koi sehingga
beberapa mikroba tidak dapat tumbuh di dalam media percobaan (Deriyanti, 2016).
Kemudian dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa perhitungan ANOVA dari
suhu keempat perlakuan tidak dipengaruhi oleh penambahan tepung kulit buah naga
merah pada pakan benih ikan koi. Hal ini karena, kenaikan suhu pada media hidup
benih dipengaruhi oleh suhu sekitar wadah. Lebih lanjut, Emaliana et al., (2016)
mengatakan bahwa adanya perubahan suhu yang terlalu drastis akan menghambat
proses pertumbuhan benih ikan koi, sebab suhu berperan penting dalam metabolisme
ikan. Saade dan Trijuno (2014) juga mengatakan bahwa keadaan suhu dalam wadah
penelitian mempengaruhi penyerapan nutrisi pakan yang diberikan.
24

4.1.5.2. Oksigen Terlarut

Oksigen terlarut atau disebut juga Dissolved Oxygen diukur dalam dua kali
kesempatan di tiap perlakukannya yaitu pada pagi dan malam hari untuk melihat ada
atau tidak adanya pengaruh dari penambahan pakan tepung buah naga merah.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penambahan tepung buah naga kedalam
pakan ikan koi tidak memiliki pengaruh nyata pada jumlah oksigen terlarut. Adapun
kisaran nilai dan rata-rata kadar oksigen terlarut terhadap pertumbuhan berat mutlak
benih ikan koi setiap perlakuan diketahui pada tabel di bawah ini.
Tabel 15. Kadar Oksigen Terlarut Setiap Perlakuan.

Kisaran Oksigen Rerata Oksigen


Perlakuan Terlarut Terlarut
A 6,4 – 6,8 6,6
B 6,5 – 6,8 6,6
C 6,5 – 6,8 6,6
D 6,5 – 6,8 6,6

Dapat dilihat pada tabel diatas bahwa jumlah oksigen terlarut masing-masing
perlakuan tidak memiliki perbedaan yang signifikan yang dapat menunjukkan bahwa
penambahan tepung buah naga tidak berpengaruh pada keadaan jumlah oksigen di
wadah percobaan. Dari keempat perlakuan, pengukuran kadar oksigen terlarut
dilakukan pada pagi dan siang hari, hal ini dilakukan guna mendapatkan kisaran
jumlah oksigen terlarut dan juga rerata jumlah oksigen terlarut. Jumlah oksigen
terlarut yang paling rendah terdapat pada perlakuan A di pengamatan pada pagi hari
dengan jumlah 6,4. Namun perbedaan ini tidak terlihat signifikan pada penghitungan
jumlah rerata oksigen terlarut yang terdapat pada masing-masing wadah perlakuan.
Hal ini dibuktikan lebih lanjut dalam analisis tambahan dalam perhitungan ANOVA
sebagai berikut.
25

Tabel 16. Uji ANOVA Kadar Oksigen Terlarut

Tests of Between-Subjects Effects

Source Type III Sum of df Mean Square F Sig.


Squares

Corrected Model .008a 2 .004 .376 .693


Intercept 798.667 1 798.667 77290.376 .000
Perlakuan .008 2 .004 .376 .693
Error .155 15 .010
Total 798.830 18
Corrected Total .163 17

Tabel ANOVA tersebut menunjukkan bahwa penambahan tepung buah naga


merah sebagai pakan ikan koi tidak berpengaruh pada jumlah oksigen terlarut di
dalem wadah penelitian. Pada tabel di atas perhatikan nilai signifikansi perlakuan
yang mana nilai Sig. perlakuan adalah sebesar 0,693 > 0,05 yang berarti perlakuan
tidak berpengaruh secara signifikan.
Oksigen terlarut (DO) adalah parameter kualitas air yang paling penting dan
kritis untuk keberhasilan suatu operasi budidaya (Zahroh, 2018). Oksigen terlarut
atau Dissolved Oxygen (DO) atau sering juga disebut dengan kebutuhan oksigen
(Oxygen demand) merupakan sejumlah oksigen yang terlarut dalam suatu perairan.
Nilai oksigen terlarut biasanya dapat diukur dalam bentuk konsentrasi. Kadar oksigen
diukur menurut satuan ppm (part per million). Semakin besar nilai DO pada air,
mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas air sangat yang bagus. Sebaliknya jika
nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut sudah tercemar. Pengukuran DO
juga bertujuan untuk melihat sampai sejauh mana suatu perairan yang mampu
menampung seberapa banyak biota air seperti mikroorganisme dan ikan. Selain itu
kemampuan air untuk membersihkan dari pencemaran juga ditentukan oleh
banyaknya kadar oksigen terlarut dalam air. Organisme akuatik secara konstan
membutuhkan DO untuk bertahan hidup dan tumbuh. Atmosfer adalah reservoir
utama oksigen (21%) tetapi karena oksigen sedikit larut dalam air dan karenanya laju
difusi langsung sangat lambat. Oksigen larut dalam air terutama melalui difusi dari
26

atmosfer dan diproduksi selama fotosintesis oleh tanaman air dan ganggang. Di
perairan alami DO yang diproduksi biasanya melebihi jumlah yang dibutuhkan oleh
respirasi dan dekomposisi. Namun, di kolam akuakultur total biomassa dalam bentuk
ikan, tanaman, mikroba dan bahan organik jauh lebih tinggi daripada di air alami dan
oksigen habis lebih cepat daripada yang dihasilkannya.

Terlepas dari penjelasan sebelumnya, faktor lingkungan seperti tekanan,


salinitas dan suhu juga memainkan peran penting dalam disolusi DO dalam air
(Kamal et al., 2018). Pada hasil penelitian didapatkan bahwa jumlah oksigen terlarut
yang berada di dalam media penelitian berada pada rerata angka 6,6 hal ini sejalan
dengan pendapat Zahroh, (2018) yaitu suhu dari media berpengaruh secara fisik pada
tingkat kelarutan oksigen di dalam air dimana semakin rendah suhu maka konsentrasi
oksigen yang terlarut akan semakin tinggi, rerata angka DO 6,6 sudah memenuhi
standard minimal SNI yang ditetapkan pemerintah dalam parameter Standar Nasional
Indonesia mengenai kualitas air ikan hias koi (Cyprinus rubrofuscus) berdasarkan
SNI:7734 (2011).

4.1.5.3. Derajat Keasaman

Derajat keasaman (pH) diukur dua kali dalam satu hari yakni pada siang dan sore
guna mengamati ada atau tidak adanya pengaruh dari penambahan pakan tepung buah
naga merah. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, penambahan tepung buah
naga kedalam pakan ikan koi tidak memiliki pengaruh nyata pada derajat keasaman
yang terlarut dalam air objek penelitian. Dibawah ini merupakan tabel yang
menunjukan kisaran pH dan rerata pH air yang diteliti.

Tabel 17. Hasil Pengamatan Derajat Keasaman

Kisaran Derajat Rerata Derajat


Perlakuan Keasaman Keasaman
A 7.02 – 7.42 7.22
B 7.02 – 7.40 7.21
C 7.02 – 7.46 7.24
D 7.04 – 7.47 7.25
27

Tabel diatas menunjukkan bahwa nilai pH dari empat perlakuan terdapat dalam
kisaran 7.02 – 7.47 dengan rerata paling tinggi 7.25. Perbedaan kisaran dan rerata
derajat keasaan antara empat perlakuan yang tidak terlalu jauh ini menunjukkan
bahwa tidak ada signifikansi antara perlakuan dan keadaan pH air dalam wadah
penelitian. Dengan masing-masing rerata suhu air per perlakuan berkisar di angka
7.23. Hal ini dibuktikan lebih lanjut dalam analisis tambahan dalam perhitungan
ANOVA.

Tabel 18. Uji ANOVA Derajat Keasaman Benih Koi

Source Type III Sum of Df Mean Square F Sig.


Squares
Corrected Model .022a 3 .007 2.041 0.141
Intercept 1258.457 1 1258.457 345809.069 .000
Perlakuan .022 3 .007 2.041 .141
Error .073 20 .004
Total 1258.552 24
Corrected Total .095 23
a. R Squared = .234 (Adjusted R Squared = .120)

Pada tabel di atas perhatikan nilai signifikansi perlakuan yang mana nilai Sig.
perlakuan adalah sebesar 0,141 > 0,05 yang berarti perlakuan tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap derajat keasaman.

Nilai pH merupakan indikator untuk menunjukkan derajat keasaman dalam


suatukondisi termasuk dalam perairan. Derajat keasaman dipengaruhi oleh garam-
garam karbonat dan bikarbonat dalam perairan (Sutiana et al., 2017) keadaan derajat
keasaman memiliki peran sebagao penyangga kesimbangan senyawa kimia yang ada
di dalam air. Hal ini juga berlaku dalam pembudidayaan ikan, agar ikan yang
dibudidaya dapat tumbuh dengan kualitas yang baik serta sehat. Derajat keasaman
yang terlalu rendah akan memberikan pengaruh negative pada keberadaan biota
didalamnya, karena seperti yang kita ketahui, sifat asam dapat bersifat korosif atau
merusak maka dari itu sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan pH
28

dan menyukai nilai pH sekitar 7- 8,5. Nilai pH sangat mempengaruhi proses


biokimiawi perairan, misal proses nitrifikasi akan berakhir jika pH rendah. Pada pH
rendah akan menghambat pergerakan pada ikan (Nasrullah et al., 2021). Pada hasil
penelitian derajat keasaman media tumbuh berkisar pada angka 7.21-7.25 yang
masuh kedalam pH normal untuk pertumbuhan ikan, berdasarkan uji ANOVA yang
dilakukan, penambahan tepung kulit buah naga merah tidak memiliki pengaruh
signifikan pada derajat keasaman media tumbuh benih ikan koi.
29

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini memiliki kesimpulan bahwa penambahan tepung kulit buah


naga merah dalam pakan berpengaruh nyata terhadap peningkatan kecerahan ikan
koi. Dari data penelitian yang didapatkan kita dapat melihat bahwa penambahan
tepung kulit buah naga merah pada pakan benih koi berpengaruh siginifikan pada
kecerahan benih koi akibat dari kandungan karotenoid yang terdapat pada kulit
buah naga. Selanjutnya, metabolisme tubuh ikan koi juga menggunakan tepung
kulit buah naganya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tubuh
seperti dilihat pada bobot mutlak dan panjang mutlak ikan koi. Dosisterbaik dari
penelitian ini adalah perlakuan D dengan 20% setiap 100gr pellet yang dapat
meningkatkan kecerahan sebesar 14,17%.

5.2. Saran

Saran yang dapat penulis sampaikan untuk penelitian ini yaitu dalam
pakan ikan koi sebaiknya ditambahkan 20% tepung kulit buah naga merah untuk
menghasilkan kecerahan pada ikan koi. Perlu penelitian lebih lanjut mengenai
kombinasi tepung kulit buah naga merah dengan sumber pewarna lainnya baik
pada ikan koi ataupun pada ikan hias lainnya untuk mengetahui pengaruh tingkat
kecerahan warnanya.
30

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, O. Z., Prakoso, V. A., & Pantjara, B. (2018). Ketahanan ikan tambakan
(Helostoma temminkii) terhadap beberapa parameter kualitas air dalam
lingkungan budidaya. Jurnal Riset Akuakultur, 12(3), 241-251.

Ayala, M. D., Martínez, J. M., Hernández-Urcera, J., & Cal, R. (2016). Effect of
the early temperature on the growth of larvae and postlarvae turbot,
Scophthalmus maximus L.: muscle structural and ultrastructural study. Fish
Physiology and Biochemistry, 42(3), 1027-1042.

Bora, P., Das, P., Bhattacharyya, R., & Saikia, M. (2019). Biocolour: the natural
way of colouring food. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 8(3),
3663-3668.

Crane, Jonathan and Balerdi, Carlos. (2005). The Pitaya (Hylocereus undatus and
other spp.) In Florida. IFAS Extention - University of Florida and Miami-
Dade County.

Deriyanti A. (2016). Korelasi Kualitas Air dengan Prevalansi Myxobulus pada


Ikan Koi (Cyprinus carpio) di Sentra Budidaya Ikan Koi Kabupaten Blitar
Jawa Timur. Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas
Airlangga.

Emaliana, E., Usman, S., & Lesmana, I. (2016). Pengaruh Perbedaan Suhu
Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio).
Aquacoastmarine, 13(3), 16-25.

Efianda, T. R., Yusnita, Y., Najmi, N., Ananda, K. R., & Saputra, F. (2020).
Pengaruh kulit buah naga (Hylocereus polyhizus) dalam pakan terhadap
kinerja produksi ikan koi (Cyprinus carpio). Jurnal Perikanan Tropis, 7(2),
107-113.

Fakhriza, R., Rahmat, B., & Astuti, S. (2021). Perancangan Dan Implementasi
Alat Monitoring dan Controlling Kualitas Air Pada Kolam Ikan
Koi. eProceedings of Engineering, 8(5).
31

Febri, S.P. (2016). Strategi Suplemen Pakan dan Waktu Adaptasi Pada
Penyesuaian Ikan Nila Merah (Oreochromis sp.). Jurnal Samudra 3: 123-
134.

Ghosh, A.K., Biswas, S., Sarder L., Sabbir W., Rahaman, S.M.B. (2012). Induced
breeding, embryonic and larval development of Koi carp Cyprinus carpio in
Khulna, Bangladesh. Mesopotamian Journal of Marine Science. 27: 1−14.

Haikal F. L. dan Muyana. 2008. Koi. Penebar Swadaya. Jakarta. 184 hal.

Hammado, N., & Widiarnu, W. (2015). Analisis Kadar Beta-Karoten Kulit Buah
Naga Menggunakan Spektrofotometer UV-VIS. Dinamika, 4(1).

Kalidupa, N., A. Kurnia, dan I. Nur. 2018. Studi Pemanfaatan Tepung Kulit Buah
Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) dalam Pakan Terhadap Pewarnaan
Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio L.). Media Akuatika 3(1):590-597

Karimah, U., & Samidjan, I., Pinandoyo. (2018). Performa Pertumbuhan dan
Kelulushidupan Ikan Nila Gift (Oreochromis niloticus) yang Diberi Jumlah
Pakan yang Berbeda. Journal of Aquaculture Management and Technology,
7(1), 128-135.

Kottelat, M., 2001. Fishes of Laos. WHT Publications Ltd., Colombo 5, Sri
Lanka. 198 p. (Ref. 43281)

Kusrini, E., Cindelaras, S., & Prasetio, A. B. (2015). Pengembangan Budidaya


Ikan Hias Koi (Cyprinus carpio) Lokal di Balai Penelitian dan
Pengembangan Budidaya Ikan Hias Depok. Media Akuakultur, 10(2), 71-78.

Malide, S.M., A. Hendri, & Budiman. 2018. Penambahan Wortel dan Tubifex
Sebagai Sumber Betakaroten Alami Dalam Pakan Buatan Terhadap
Kualitas Warna Ikan Koi Kohaku. Jurnal Akuakultura. 2(2):63-71

Malini, D. M., & Agustin, R. (2018). Pengaruh Penambahan Tepung Spirulina


fusiformis Pada Pakan Terhadap Tingkat Kecerahan Warna Ikan Koi
(Cyprinus carpio L.). Jurnal Pro-Life: Jurnal Pendidikan Biologi, Biologi,
dan Ilmu Serumpun, 5(2), 579-588.
32

Matusyukriyah, & Swasono, M.A.H. 2019. Pengaruh Fortifikasi Ekstrak Kulit


Buah Naga Super Merah (Hylocereus costaricencis) Terhadap Kandungan
Antioksidan Tape Singkong Kuning (Manihot utilissima Pohl). Teknologi
Pangan. 11(1):52-65.

Monoarfa, V. D., Mansyur, K., Tis' in, M., & Ndobe, S. (2020). Penambahan
Tepung Temulawak (Curcuma Xanthorhiza Roxb) Pada Pakan Terhadap
Pertumbuhan Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio). KAUDERNI: Journal of
Fisheries, Marine and Aquatic Science, 2(1), 96-105.

Nasrullah, M., Ramadan, D. N., & Hartaman, A. (2021). Kontrol Ketinggian Air
Dan Ph Air Pada Budidaya Ikan Koi. eProceedings of Applied Science,
7(6).

Nerd, A., Tel-Zur, N., and Mizrahi, Y. 2002. Fruits of Vine and Columnar Cacti.
Dalam: Nobel, Park S. 2002. Cacti: Biology and Uses. University of
California Press, Berkeley

Nurhadizah, N., & Puspitasari, D. (2021). Pengaruh Pemberian Infusa Kulit Buah
Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) Pada Pakan Buatan Terhadap
Kecerahan Warna Ikan Koi Kohaku (Cyprinus rubrofuscus). TOR: Jurnal
Budidaya Perairan, 1(2).

Purba, M., Putriningtias, A., & Komariyah, S. (2021). Penambahan Tepung


Sumber Β-Karoten Alami Dalam Pakan Terhadap Peningkatan Kecerahan
Warna Dan Pertumbuhan Ikan Koi (Cyprinus carpio). Jurnal Akuakultura
Universitas Teuku Umar, 4(2), 10-20.

Saade, E., & Trijuno, D. D. (2014). Growth response of koi fish fed on the diet
containing Euchema cottoni. Jurnal Akuakultur Indonesia, 13(2), 140-145.

Sari N.P., L. Santoso, S. Hudaidah. (2012). Pengaruh Penambahan Tepung Kepala


Udang Dalam Pakan Terhadap Pigmentasi Ikan Koi (Cyprinus carpio) Jenis
Kohaku. e-Jurnal Rekayasa dan Teknologi Budidaya Perairan. I(1):31-38.
33

Simanjuntak, L., & Chairina Sinaga, F. (2014). Ekstraksi pigmen antosianin dari
kulit buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Jurnal Teknik Kimia
USU, 3(2).

Simbolon, S. M., Mulyani, C., & Febri, S. P. (2021). Efektivitas penambahan


ekstrak buah pepaya pada pakan terhadap peningkatan kecerahan warna
ikan mas Koi (Cyprinus carpio). Jurnal Kelautan dan Perikanan Indonesia,
1(1).

Taufik, D. T. W., Zaelani, K., & Andayani, S. (2015). Effects of zeaxanthin


extract of red paprika (Capsicum annum. L.) to the red skin color in kohaku
koi fish (Cyprinus carpio). International Journal of Biosciences (IJB), 6(6),
78-84.

Tjahjaningsih, W., Alamsjah, M. A., & Putriana, N. (2015). Pengaruh


Penambahan Perasan Paprika Merah (Capsicum annuum) dalam Pakan
Terhadap Tingkat Kecerahan Warna Ikan Koi (Cyprinus carpio L.). Jurnal
Ilmiah Perikanan dan Kelautan, 7(2), 189-194.

Twigg, D. (2013). Buku Pintar Koi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Wahjuningrum D, Tarman K, Effendi I. 2016. Feeding duration of dietary


Nodulisporium sp. KT29 to prevent the infection of Vibrio harveyi on
Pacific white shrimp (Litopenaeus vannamei). AACL Bioflux. 9 (6): 1265-
1277.

Waladi, W., Johan, V. S., & Hamzah, F. (2015). Pemanfaatan kulit buah naga
merah (Hylocereus polyrhizus.) Sebagai bahan tambahan dalam pembuatan
es krim (Doctoral dissertation, Riau University).

Widinata, E. (2016). Pengaruh Pemberian Kombinasi Ekstrak Bunga Marigold


(Tagetas erecta) dan Udang Rebon pada Pakan Terhadap Kecerahan Warna
Ikan Koi (Cyprinus carpio carpio). Akuatik: Jurnal Sumberdaya
Perairan, 10(2), 62-71.

Wisesa, T. B., & Widjanarko, S. B. (2013). PENENTUAN NILAI MAKSIMUM


PROSES EKSTRAKSI KULIT BUAH NAGA MERAH (Hylocereus
34

polyrhizus)[IN PRESS JULI 2014]. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2(3),


88-97.

Yahyadi, Y., R.S. Aliah, M. Murdjani dan K. Sumantadinata. (2004). Korelasi


Antara Jumlah Totol Hitam Dengan Panjang Total Pada Ikan Kerapu Bebek
Cromileptes altivelis. Jurnal Akuakultur Indonesia, 3(2): 1-4

Zahroh, U. A. (2018). Uji Pengaruh Perlakuan Kenaikan dan Penurunan Suhu


Pada Ikan Koi Terhadap Oksigen Terlarut Dalam Air. Laporan Praktikum
Fisiologi Hewan. Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Jember
35

LAMPIRAN – LAMPIRAN

Lampiran 1. Alat Penelitian

Bak Kertas TCF

Saringan Aerator

Bak Pengukuran Pompa Sifon air


36

Lampiran (Lanjutan) Alat Penelitian

pH Meter Timbangan

Termometer DO Meter
37

Lampiran 2. Bahan Penelitian

PF-1000 Tepung Kulit Buah Naga

Ikan Koi
38

Lampiran 3. Dokumentasi Pengamatan Warna Ikan Koi

Awal Pengamatan Hari ke 15 Hari ke 30

P1

\\

P2

P3

P4
39

Lampiran 4. Kegiatan Penelitian

Media Pemeliharaan Penyifonan Air

Penimbangan Pakan Penimbangan Kulit Buah Naga

Pengeringan Pakan
Pengukuran Kualitas Air
40

Penimbangan Berat Ikan

Lampiran Kegiatan Penelitian

Penilaian Warna Pemberian Pakan

Pengukuran Panjang Ikan Koi


41

You might also like