Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Skripsi
Jurnal Skripsi
(Cyprinus rubrofuscus)
ABSTRAK
Ikan koi disebut juga nishikigoi merupakan ikan hias yang banyak diminati oleh banyak orang.
Ikan koi memiliki warna yang dipengaruhi oleh jumlah serta letak sel pigmen. Dimana warna ikan koi
yang cerah ditimbulkan oleh ketersediaan karotenoid, namun karotenoid tidak dapat disintesa dalam tubuh
ikan secara alami, maka dari itu penambahan karotenoid kedalam pakan ikan perlu dilakukan. Penelitian
dilakukan di Durenan Kabupaten Trenggalek. Metode yang digunakan adalah menggunakan rancangan
acak lengkap (RAL). Menggunakan 4 perlakuan, 6 ulangan. Perlakuan A: Pellet +5% tepung kulit buah
naga tiap 100g pakan, B: Pellet + 10% tepung kulit buah naga tiap 100g pakan, C: Pellet + 15% tepung
kulit buah naga tiap 100g pakan, D : Pellet + 20% tepung kulit buah naga tiap 100g pakan. Data homogen
yang didapat selanjutnya diolah menggunakan IBM SPSS.
Penambahan tepung kulit buah naga terhadap kecerahan warna ikan koi (Cyprinus rubrofuscus)
dengan dosis yang berbeda diperoleh hasil sebagai berikut perlakuan A = 11,17, perlakuan B = 12,
perlakuan C = 12,67 dan perlakuan D = 14. Sedangkan tingkat pertambahan panjang mutlak sebagai
berikut perlakuan A = 0,7 cm, perlakuan B = 0,95 cm, perlakuan C = 1,17 cm dan perlakuan D = 1,3 cm.
Dan tingkat pertambahan berat mutlak sebagai berikut perlakuan A = 0,11 gram, perlakuan B = 0,07 gram,
perlakuan C = 0,16 gram dan perlakuan D = 1,46 gram. Dapat disimpulkan perlakuan D memberikan hasil
tertinggi dengan tingkat kecerahan sebesar 14, pertambahan panjang mutlak bertambah 1,3 cm, dan
pertambahan berat mutlak sebesar 1,46 gram.
Kata kunci : Tepung Kulit Buah Naga, Kecerahan, Panjang Mutlak, Berat Mutlak
PENDAHULUAN
Indonesia sebagai negara yang terletak ditengah dua benua besar terkenal memiliki
keanekaragaman hayati yang tinggi. Diantara keanekaragaman tersebut, salah satu yang dapat
dibanggakan adalah keragaman ikan hias air tawar. Ikan hias selalu menjadi primadona karena
cenderung mudah didapatkan dan dibeli oleh seluruh masyarakat dari berbagai latar belakang
ekonomi. Ikan hias air tawar diperkirakan sebanyak 400 spesies dari 1.100 spesies ikan hias yang
ada di seluruh dunia. Selain spesienya yang sangat beragam, ikan hias air tawar punya memiliki
peluang dan potensi untuk dikembangkan dengan optimal untuk perekonomian masyarakat
terutama untuk masyarakat di daerah non migas. Hal ini dikarenakan perbedaan penetapan harga
antara ikan hias dan ikan konsumsi, apabila ikan konsumsi ditentukan oleh bobot serta rasa dari
daging ikannya, pada ikan hias kenampakan ikan lebih menentukan harga jual ikan yang ada
(Widinata, 2016). Salah satu ikan hias air tawar yang memiliki harga stabil adalah ikan koi, selain
karena loyalitas pembeli, popularitas ikan koi juga diakibatkan oleh keindahan dan kecantikan
tampilannya yang disukai oleh banyak orang sehingga menjadi masuk ke selera pasar berbagai
kalangan.
Ikan koi disebut juga nishikigoi adalah salah satu ikan hias yang banyak diminati karena
warna yang indah, selain itu memelihara ikan koi juga dipercaya membawa keberuntungan.
Kusrini mengatakan bahwa beberapa jenis koi yang yang memiliki harga cukup baik dan stabil di
pasar dunia yaitu kohaku, taisho, sanshoku, showa, shiro, utsuri, shusui, asagi, goromo, goshiki,
bekko, tancho, kinginrin, dan kawarimono. Daya tarik ikan hias air tawar ini juga berada pada
ragam pola serta kombinasi warna yang berada di punggungnya. Terdapat jenis koi yang bersisik
dan juga terdapat jenis ikan koi yang memiliki sisik metalik. Purba, et al., (2020) menjelaskan
bahwa ada beberapa kriteria yang dapat digunakan sebagai indikator kualitas seekor koi, yakni
bentuk kepala yang sempurna dan bentuk tubuh yang proporsional. Lebih lanjut, Twigg (2013)
juga menjelaskan bahwa kulit koi terus berkilau dengan corak kilap tertentu yag menonjolkan
corak warna di punggungnya sehingga menjadi tidak datar. Menurut Putriana et al., (2015) faktor
yang dapat mempengaruhi intensitas warna dari ikan koi adalah faktor genetik, keadaan
Seperti yang sudah dijelaskan, salah satu daya tarik yang dimiliki oleh ikan koi dan ikan
hias air tawar pada umumya adalah warna kulit. Warna dan corak yang indah pada ikan hias
dapat timbul akibat dari jumlah serta letak sel pigmen, yang disebut kromatofor, pada lapisan
epidermis kulit (Sari et al., 2012). Warna dan corak yang menarik dapat meningkatkan daya jual
ikan hias karena semakin menarik dan cerah warnanya maka calon pembeli akan semakin tertarik
(Malide et al., 2018). Warna yang nampak pada ikan koi dipengaruhi oleh jumlah serta letak sel
pigmen yang bernama kromatofor yang berada pada lapisan dermis kulit ikan. Warna ikan koi
yang cerah ditimbulkan oleh ketersediaan karotenoid, namun karotenoid tidak dapat disintesa
dalam tubuh ikan secara alami, maka dari itu penambahan karotenoid kedalam pakan ikan perlu
menyesuaikan dengan lingkungan dan aktifitas seksual. Perubahan warna karena adanya stress
lingkungan seperti cahaya matahari, kualitas air dan kandungan pigmen dalam pakan. Komponen
utama pembentuk pigmen warna adalah karatenoid yang merupakan komponen pigmen alami
yang memberikan kontribusi cukup baik pada warna merah dan oranye. Salah satu sumber
pigmen alami yang dapat digunakan untuk meningkatkan warna corak dari ikan hias adalah kulit
buah naga merah (Hylocereus polyrhizus). Kulit buah naga merah merupakan buangan limbah
organik yang mempunyai berat 30%-35% dari berat buah dan belum dimanfaatkan dan dijadikan
sebagai sampah (Matusyukriyah dan Swasono, 2019). Bagian dari buah naga yang dibuang
tersebut memiliki potensi sebagai pewarna alami di berbagai industri, termasuk salah satunya
adalah untuk memperbaiki kualitas pakan ikan koi sebagai upaya untuk mencerahkan corak
kulitnya. Kulit buah naga merah mengandung zat karotenoid yang bisa dimanfaatkan bagi ikan
budidaya
Karotenoid merupakan kelompok pigmen yang larut dalam lemak dan berwarna kuning
hingga merah oranye. Sehingga kandungan karotenoid yang berada dalam buah naga untuk
menjadi bahan tambahan bagi pakan ikan untuk meningkatkan kualitasnya. Hammado dan
Widiarnu (2013) mengatakan bahwa dalam 100-gram buah naga mengandung 0.0005-0,01 mg
beta-karoten. Lebih lanjut, penelitian Nurrahman dan Widiarnu (2013) menemukan bahwa
kandungan beta-karoten yang berada di kulit buah naga bagian dalam sebanyak 224,2 ppm. Hal
ini menunjukkan bahwa, kulit buah naga yang umumnya menjadi bagian yang dibuang dari buah
naga dapat dimanfaatkan untuk perbaikan nutrisi pakan ikan koi. Sejauh ini belum diketahui
dosis optimal dari penggunaan kulit buah naga merah untuk meningkatkan warna dari ikan koi
(Cyprinus rubrofuscus). Berdasarkan hal tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian
tentang “Pengaruh Penambahan Tepung Kulit Buah Naga Merah (Hylocereus polyrhizus) Pada
Campuran Pakan Terhadap Peningkatan Warna Pada Ikan Koi (Cyprinus rubrofuscus)”.
Metode
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen dengan Rancangan Acak
tepung kulit buah naga tiap 100 g pakan Perlakuan D: Pellet + 20% tepung kulit buah naga tiap
100 g pakan Sedangkan untuk mencari banyaknya ulangan menggunakan rumus Kusriningrum
(2008), yaitu:
(𝑡 − 1)(𝑛 − 1) ≥ 15
Keterangan:
t = banyaknya perlakuan
n = banyaknya ulangan
Jumlah perlakuan (t) = 4 maka dari itu berikut adalah perhitungan jumlah ulangan.
Toples Gelas
pH meter DO meter
digunakan sebagai ikan uji, air sumur yang digunakan sebagai media pemeliharaan, Pakan
komersil PF-1000 dan tepung kulit buah naga sebagai pakan ikan uji.
Prosedur Penelitian
Menyiapkan wadah penelitian yaitu ember plastik yang berjumlah 24 unit yang memiliki
diameter 36 cm dengan volume 17 liter. Ember plastik yang akan digunakan dibersihkan dan
dikeringkan terlebih dahulu kemudian menggunakan air yang berasal dari sumur galian yang
dinaikkan menggunakan pompa. Air diendapkan ± 48 jam atau dua hari sampai kadar keasaman
air mencapai 7 (tujuh) hal ini bertujuan untuk menghindari kematian ikan dan menghindari zat-
zat berbahaya. Selanjutnya, air diisi kedalam ember sebanyak 12 liter sehingga menyisakan 5 cm
dari tinggi ember. Selanjutnya air diaerasi selama 4 (empat) hari untuk meningkatkan kadar
oksigen terlarut. Setelah itu air dapat digunakan untuk pemeliharaan ikan
Ikan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan koi yang memiliki ukuran ± 6 cm dan
bobot ikan ± 4 gram. Jumlah total ikan koi yang digunakan dalam penelitian ini adalah 96 ekor.
Menggunakan kulit buah naga yang telah menjadi tepung diperoleh dari toko online sebanyak 50
gram. Sebelum memberi makan pada ikan 14 koi, tepung kulit buah naga merah terlebih dahulu
ditimbang sesuai dengan dosis yang ditentukan kemudian dimasukkan dalam bak pencampuran,
pakan dicampur secara dikit demi sedikit sehingga pakan bisa tercampur secara merata. siap,
Ikan koi ditebarkan sebanyak 4 ekor kedalam ember plastik berisikan air sebanyak 10
liter. Setelah proses aklimatisasi ikan dipuasakan selama 24 jam dengan tujuan untuk
menghilangkan pengaruh sisa pakan yang ada dalam tubuh ikan. Pemeliharaan dan pengamatan
terhadap ikan uji dilakukan selama 30 hari dengan pemberian pakan sebanyak dua kali sehari
yaitu pada pukul 9.00 WIB dan pukul 16.00 WIB pada masing-masing perlakuan.
Air merupakan media hidup ikan yang berperan dalam mendukung kelangsungan hidup ikan.
Parameter kualitas air yang diukur dalam penelitian adalah suhu, pH, dan DO. Pengukuran
dilakukan setiap hari, kualitas air yang diukur langsung ditempat (insitu) adalah oksigen terlarut
yang diukur dengan DO meter, pH air dengan pH meter dan suhu dengan thermometer.
Pengamatan perubahan warna ikan koi dilakukan per minggu. Pengamatan terhadap intensitas
warna ikan koi menggunakan alat pengukur kertas standar warna Toca Colour Finder (TCF).
Pengamatan dilakukan secara visual dengan cara mendekatkan tubuh ikan pada kertas pengukur
warna Toca Colour Finder (TCF). kemudian membandingkan warna asli ikan pada kertas
Pengukuran Panjang
Pengukuran panjang ikan koi dilakukan setiap 7 hari sekali. Pengukuran dilakukan dengan cara
ikan diletakkan diatas kertas millimeter kemudian di catat panjang ikan. Pengukuran panjang ikan
menggunakan rumusan pertumbuhan panjang menurut (Fadri et al., 2016), sebagai berikut:
L= Lt - L0
Keterangan:
Peningkatan Bobot
Pengukuran bobot ikan menggunakan timbangan analitik. Bobot ikan yang telah ditimbang
kemudian dicatat. Pengukuran dilakukan setiap 7 hari sekali. Pertumbuhan bobot ikan koi
W= Wt – W0
Keterangan:
Analisis Data
Untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap parameter yang diamati dilakukan perhitungan
ANOVA
1. Jika signifikansi uji F < 1%, maka antara perlakuan terhadap perbedaan yang sangat
nyata.
2. Jika signifikansi uji F < 5%, maka antara perlakuan terdapat perbedaan yang nyata.
3. Jika signifikansi uji F > 5 %, maka antara perlakuan tidak terdapat perbedaan
Jika hasil analisis sidik ragam ANOVA ternyata menunjukan hasil yang berbeda nyata
(significant) atau berbeda sangat nyata (hight significant), maka dilanjutkan dengan uji Beda
Nyata Terkecil (BNT). Untuk mengetahui adanya perbedaan yang nyata atau sangat nyata antara
perlakuan, dilakukan dengan membandingkan selisih nilai tengah antara perlakuan. Untuk
mempermudah kesimpulan dibuat notasi (dengan huruf kecil) pada rata-rata perlakuan tersebut
Dari penelitian yang telah dilakukan, diketahui bahwa panjang mutlak paling rendah terdapat
pada perlakuan A dengan jumlah total panjang mutlak objek penelitian sebesar 4.2. Sementara
untuk panjang mutlak paling besar dimiliki oleh perlakuan D dengan total panjang mutlak sebesar
8. Perlakuan A merupakan perlakuan Pellet + 5% tepung kulit buah naga tiap 100 g pakan
sementara perlakuan D adalah Pellet + 20% tepung kulit buah naga tiap 100 g pakan. Secara
relative, dilihat dari data mentah hasil pengamatan selama penelitian, terlihat perbedaan diantara
keempat perlakuan dimana jumlah panjang mutlak benih koi semakin memanjang seiring dengan
meningkatnya presentase tepung kulit buah naga merah yang ditambahkan. Perlakuan A memiliki
rerata penambahan panjang sebesar 0.7 cm, perlakuan B memiliki rerata penambahan panjang
0.95 cm, perlakuan C memiliki rerata penambahan panjang 1.17 dan perlakuan D memiliki rerata
penambahan panjang sebesar 1.3 cm. Hasil ini kemudian diolah kembali untuk mengetahui
signifikansi pengaruh penambahan tepung kulit buah naga merah pada pertumbuhan benih koi.
Berikut merupakan tabel ANOVA untuk mengamati signifikansi penambahan tepung buah naga
Pada tabel di atas perhatikan nilai signifikansi perlakuan yang mana nilai Sig. Perlakuan
adalah sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti perlakuan berpengaruh secara signifikan.
Hal ini berarti perlakuan penambahan tepung buah naga merah yang ditambahkan pada
objek penelitian berpengaruh nyata. Dari hasil penelitian kita dapat melihat bahwa
penambahan tepung kulit buah naga merah kedalam pakan benih koi memiliki pengaruh
nyata pada pertumbuhan panjang benih ikan koi selama penelitian. ak benih koi antara
perlakuan A, B, C dan D siginifikan perbedaannya.
Hal ini karena saat masa pertumbuhan benih koi membutuhkan berbagai macam nutrisi
untuk proses pertumbuhannya, terutama dengan berbagai macam kandungan yang terdapat
dalam kulit buah naga merah. Dengan banyaknya kandungan nutrisi di dalam kulit buah
naga merah, maka hal ini juga mempengaruhi kualitas pakan, semakin baik kualitas pakan
maka zat-zat yang diserap oleh ikan koi selama masa pertumbuhannya juga akan semakin
beragam. hasil penelitian ini bahwa penambahan tepung kulit buat naga merah
berpengaruh nyata dalam penambahan panjang mutlak benih koi. Dengan diberikannya
suplemen tambahan dalam pakan yang diberikan maka nutrisi yang diserap oleh sel-sel
organisme juga akan semakin beragam yang mempengaruhi pertumbuhannya
ANOVA
Nilai
Squares Square
Between Groups 8,294 3 2,765 210,438 ,000
Within Groups ,263 20 ,013
Total 8,557 23
Pada tabel di atas perhatikan nilai signifikansi perlakuan yang mana nilai Sig. Perlakuan
adalah sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti perlakuan berpengaruh secara signifikan. Maka
dari itu dilakukan uji lanjut BNT sebagai berikut.
Nilai
a
Tukey HSD
Kelompok N Subset for alpha = 0.05
1 2
B 6 ,0683
A 6 ,1050
C 6 ,1600
D 6 1,4667
Sig. ,523 1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
Dengan artian penambahan tepung kulit buah naga merah pada ikan koi memiliki pengaruh
nyata pada berat mutlak ikan koi seperti yang sudah dibuktikan oleh perhitungan diatas.
Pada pembahasan sebelumnya, telah diketahui bahwa penambahan tepung kulit buah naga
merah berpengaruh nyata pada penambahan panjang mutlak benih koi. Penambahan tepung
kulit buah naga merah pada penelitian kali ini dapat juga disebut sebagai penambahan pakan
additive yang memiliki pengaruh pada saluran pencernaan ikan, yang sejalan dengan laju
usus dengan meningkatnya penyerapan nutrisi pada biota akuatik yang dipelihara
Sintasan Benih
Kelangsungan hidup atau yang biasa disebut Survival Rate (SR) adalah perbandingan antara
jumlah individu yang hidup pada akhir pemeliharaan dengan jumlah individu yang hidup
pada awal pemeliharaan. Tingkat kelangsungan hidup ikan merupakan ikan bertahan hidup
dari awal pemeliharaan sampai panen telihat bahwa Survival Rate paling tinggi dimiliki oleh
perlakuan D dengan nilai 100%. Sementara itu perlakuan dengan SR paling rendah terdapat
sebesar 100%. SR yang tinggi dikarenakan lingkungan media pemeliharaan ikan mendukung
keberlangsungan hidup ikan Dari hasil penelitian didapatkan bahwa penambahan tepung
kulit buah naga merah dalam penelitian ini tidak berpengaruh nyata pada angka SR benih
ikan koi. Hal ini bisa saja disebabkan oleh faktor lain yang lebih berperan dalam peningkatan
Di dalam plot percobaan, kualitas air yang ada selama percobaan berlangsung sudah
memenuhi SNI yang diterapkan oleh pemerintah, dan juga keadaan air di dalam wadah
percobaan yang baik. Namun apabila dilihat dari data yang belum diuji menggunakan
ANOVA dapat terlihat bahwa dari perlakuan A sampai dengan D nilai SRnya terus
konsentrasi paling rendah hanya memiliki nilai SR 83% sementara perlakuan D yang
memiliki penambahan tepung kulit buah naga merah sebanyak 20% dari total pakan
paling besar terlihat pada perlakuan D dimana selisih antara kecerahan awal dan kecerahan
akhirnya sebesar 14. Sementara untuk perlakuan A selisihnya sebesar 11,17. Perlakuan B
sebesar 12 dan perlakuan C sebesar 12,67. Peningkatan kecerahan yang ada pada masing-
masing perlakuan dipengaruhi oleh pakan yang ditambahkan, peningkatan kecerahan pada
perlakuan D seimbang dengan jumlah tepung buah naga yang ditambahkan kedalam pakan
Penelitian yang telah dilakukan dengan melakukan penambahan tepung kulit buah
naga ke dalam pakan benih koi menghasilkan angka akhir dimana menurut data penelitian
yang belum diolah kembali menggunakan ANOVA bahwa dengan ditambahkannya tepung
kulit buah naga merah kedalam pellet pakan benih ikan koi mempengaruhi kecerahan akhir
benih ikan koi. Uji BNT menggambarkan bahwa seiring dengan banyaknya dosis suplemen
makanan. Uji ANOVA membuktikan bahwa penambahan tepung kulit buah naga merah
berpengaruh nyata tingkat kecerahan benih ikan koi. Warna mempunyai peranan yang
sangat penting dalam menentukan harga ikan hias.. Warna disebabkan karena adanya sel
kromatofora yang terdapat pada kulit bagian dermis. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa
kandungan karotenoid pada suplemen pakan yang ditambahkan dapat mempengaruhi warna
benih ikan koi atas dasar bertambahnya asupan karotenoid yang dikonsumsi oleh ikan.
Kesimpulan
Penelitian ini memiliki kesimpulan bahwa penambahan tepung kulit buah naga merah dalam
pakan berpengaruh nyata terhadap peningkatan kecerahan ikan koi. Dari data penelitian yang
didapatkan kita dapat melihat bahwa penambahan tepung kulit buah naga merah pada pakan
benih koi berpengaruh siginifikan pada kecerahan benih koi akibat dari kandungan karotenoid
yang terdapat pada kulit buah naga. Selanjutnya, metabolisme tubuh ikan koi juga menggunakan
tepung kulit buah naganya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan tubuh seperti
dilihat pada bobot mutlak dan panjang mutlak ikan koi. Dosisterbaik dari penelitian ini adalah
perlakuan D dengan 20% setiap 100gr pellet yang dapat meningkatkan kecerahan sebesar
14,17%. 5.2.
Saran
Saran yang dapat penulis sampaikan untuk penelitian ini yaitu dalam pakan ikan koi sebaiknya
ditambahkan 20% tepung kulit buah naga merah untuk menghasilkan kecerahan pada ikan koi.
Perlu penelitian lebih lanjut mengenai kombinasi tepung kulit buah naga merah dengan sumber
pewarna lainnya baik pada ikan koi ataupun pada ikan hias lainnya untuk mengetahui pengaruh
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, O. Z., Prakoso, V. A., & Pantjara, B. (2018). Ketahanan ikan tambakan (Helostoma
temminkii) terhadap beberapa parameter kualitas air dalam lingkungan budidaya.
Jurnal Riset Akuakultur, 12(3), 241-251.
Ayala, M. D., Martínez, J. M., Hernández-Urcera, J., & Cal, R. (2016). Effect of the early
temperature on the growth of larvae and postlarvae turbot, Scophthalmus maximus
L.: muscle structural and ultrastructural study. Fish Physiology and Biochemistry,
42(3), 1027-1042.
Bora, P., Das, P., Bhattacharyya, R., & Saikia, M. (2019). Biocolour: the natural way of
colouring food. Journal of Pharmacognosy and Phytochemistry, 8(3), 3663-3668.
Crane, Jonathan and Balerdi, Carlos. (2005). The Pitaya (Hylocereus undatus and other
spp.) In Florida. IFAS Extention - University of Florida and Miami- Dade County.
Deriyanti A. (2016). Korelasi Kualitas Air dengan Prevalansi Myxobulus pada Ikan Koi
(Cyprinus carpio) di Sentra Budidaya Ikan Koi Kabupaten Blitar Jawa Timur.
Skripsi. Fakultas Perikanan dan Kelautan. Universitas Airlangga.
Emaliana, E., Usman, S., & Lesmana, I. (2016). Pengaruh Perbedaan Suhu Terhadap
Pertumbuhan Benih Ikan Mas Koi (Cyprinus carpio). Aquacoastmarine, 13(3), 16-
25.