You are on page 1of 228
Update materi berdasarkan pengalaman ujian PPPK Perawat tahun 2021 LIST materi Update !! Persiapan PPPK PERAWAT (S1 & D3) -BIMBEL PERAWAT CPNS/PPPK - WA 0851-6266-6811 MESES Program Imunisasi 1. Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan atau_meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat terpajan dengan penyakit tersebut, tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan, 2. Vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu. 3. Imunisasi Program adalah imunisasi yang diwajibkan kepada seseorang sebagai bagian dari masyarakat dalam rangka melindungi yang bersangkutan dan masyarakat sekitarnya dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi 4, Imunisasi Pilihan adalah imunisasi yang dapat diberikan kepada seseorang sesuai dengan kebutuhannya dalam rangka melindungi yang bersangkutan dari penyakit tertentu. Imunisasi terdiri atas: aImunisasi rutin; b.munisasi tambahan; dan Imunisasi khusus. A.Imunisasi rutin; Imunisasi rutin dilaksanakan secara terus menerus dan berkesinambungan. Imunisasi rutin terdiri atas 1. Imunisasi dasar 2. Imunisasi lanjutan 1. Imunisasi dasar Imunisasi dasar diberikan pada bay Imunisasi terhadap penyakit: ebelum berusia 1 tahun. Imunisasi dasar terdiri atas a. hepatitis B; . poliomyelitis; ¢. tuberkulosis; 4. difteri; ©. pertusis; f. tetanus; g.Pneumoniameningitis _h, campak. Tmunisasi Rutin a, Imunisasi Dasar Tabel 1. Jadwal Pemberian Imunisasi Interval Minimal untuk jenis Imunisasi yang sama Hepatitis B BCG, Polio 1 DPT-HB-Hib 1, Polio 2 DPT-HB-Hib 2, Polio 3 DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV ‘Campak Catatan = Pemberian Hepatitis B paling optimal diberikan pada bayi <24 jam pasca persalinan, dengan didahului suntikan vitamin K1 2-3 jam sebelumnya, khusus daecrah dengan akses sulit, pemberian Hepatitis B masih diperkenankan sampai <7 hari. Bayi lahir di Institusi Rumah Sakit, Klinik dan Bidan Praktik Swasta, Imunisasi BCG dan Polio 1 diberikan sebelum dipulangkan. Pemberian BCG optimal diberikan sampai usia 2 bulan, dapat diberikan sampai usia <1 tahun tanpa_ perlu melakukan tes mantoux. Bayi yang telah mendapatkan Imunisasi dasar DPT-HB- Hib 1, DPT-HB-Hib 2, dan DPT-HB-Hib 3 dengan jadwal dan interval sebagaimana Tabel 1, maka dinyatakan mempunyai status Imunisasi T2. IPV mulai iberikan secara nasional pada tahun 2016 Pada kondisi tertentu, semua jenis vaksin kecuali HB 0 dapat diberikan sebelum bayi berusia 1 tahun. . Imunisasi lanjutan Imunisasi lanjutan merupakan ulangan Imunisasi dasar untuk mempertahankan tingkat kekebalan dan untuk memperpanjang masa perlindungan anak yang sudah mendapatkan Imunisasi dasar. Imunisasi lanjutan diberikan pada: a. anak usia bawah dua tahun (Baduta); Tabel 2. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Bawah Dua Tahun Jenis Interval minimal setelah Imunisasi Umur a. Imunisasi dasar DPT-HB-Hib | 12 bulan dari DPT-HB-Hib 3 18 bulan Campak 6 bulan dari Campak dosis pertama Catatan: + Pemberian Imunisasi lanjutan pada baduta DPT-HB-Hib dan Campak dapat diberikan dalam rentang usia 18-24 bulan + Baduta yang telah lengkap Imunisasi dasar dan mendapatkan Imunisasi lanjutan DPT-HB-Hib dinyatakan mempunyai status Imunisasi T3, b. anak usia sekolah dasar; dan Tabel 3. Jadwal Imunisasi Lanjutan pada Anak Usia Sekolah Dasar Sasaran | Imunisasi Waktu Pelaksanaan Campak ‘Agustus Kelas 1 SD — pr November Kelas 2 SD Td November Kelas 5 SD Td November Catatan + Anak usia sekolah dasar yang telah lengkap Imunisasi dasar dan Imunisasi lanjutan DPT-HB- Hib serta mendapatkan Imunisasi DTT dan Td dinyatakan mempunyai status Imunisasi TS. ¢. wanita usia subur (WUS). Tabel 4. Imunisasi Lanjutan pada Wanita Usia Subur (WUS) Status Interval Minimal iterite taal Seniberian: Masa Perlindungan TL “ “ T2 4 minggu setelah T1 3 tahun T3 6 bulan setelah T2 S tahun T4 1 tahun setelah T3 10 tahun TS 1 tahun setelah T4 Lebih dari 25 tahun Catatan: + Sebelum Imunisasi, dilakukan penentuan status Imunisasi T (screening) terlebih dabulu, terutama pada saat pelayanan antenatal + Pemberian Imunisasi Td tidak perlu diberikan, apabila status T sudah mencapai TS, yang harus dibuktikan dengan buku Kesehatan Ibu dan Anak, kohort dan/atau rekam medis. Tabel 14. Dosis, Cara dan Tempat Pemberian Imunisasi Baan luaeely oye Intra Muskuler Intra Kutan Intra Muskuler Paha untuk bayi, Intra Muskuler Lengan kanan untuk batita Intra Muskuler Intra Muskuler B. Imunisasi tambahan Imunisasi tambahan merupakan jenis Imunisasi tertentu yang diberikan pada kelompok umur tertentu yang paling berisiko terkena penyakit sesuai dengan kajian epidemiologis pada periode waktu tertentu a. Backlog fighting Crash program Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Cath Up Campaign (Kampanye) ‘SUB PIN f. Imunisasi dalam Penanggulangan Penjelasan Imunisasi tambahan 1. Backlog fighting merupakan upaya aktif di tingkat Puskesmas untuk melengkapi Imunisasi_dasar_pada_anak_yang_berumur_di_bawah tiga tahun. Kegiatan ini diprioritaskan untuk dilaksanakan di desa yang selama dua tahun berturut-turut tidak ‘mencapai UCI. 2. Crash program Kegiatan ini dilaksanakan di tingkat Puskesmas yang ditujukan untuk wilayah yang. memerlukan intervensi secara cepat untuk mencegah terjadinya KLB Kriteria pemilihan daerah yang akan dilakukan crash program adalah: + Angka kematian bayi akibat PD3I tinggi; + Infrastruktur (tenaga, sarana, dana) kurang; dan + Desa yang selama tiga tahun berturut-turut tidak meneapai UCI Crash program bisa dilakukan untuk satu atau lebih jenis Imunisasi, misalnya campak, atau ‘campak terpadu dengan polio 3. Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Merupakan kegiatan Imunisasi massal yang dilaksanakan secara serentak di suatu negara dalam waktu yang singkat, PIN bertujuan untuk memutuskan mata rantai penyebaran swat penyakit dan meningkatkan herd immunity (misalnya polio,campak, atau Imunisasi lainnya). Imunisasi yang diberikan pada PIN. diberikan tanpa memandang status Imunisasi sebelumnya, 4. Cath Up Campaign (Kampanye) Merupakan kegiatan Imunisasi Tambahan massal yang dilaksanakan serentak pada sasaran kelompok umur dan wilayah tertentu dalam upaya memutuskan transmisi penularan agent (virus atau bakteri) penyebab PD3I. Kegiatan ini biasa dilaksanakan pada awal pelaksanaan kebijakan pemberian Imunisasi, seperti pelaksanaan jadwal pemberian Imunisasi baru. 5, Sub PIN Merupakan kegiatan serupa dengan PIN tetapi dilaksanakan pada wilayah terbatas (beberapa provinsi atau kabupaten/kota). 6. Imunisasi dalam Penanggulangan KLB (Outbreak Response Immunization/ORI) Pedoman pelaksanaan Imunisasi dalam penanganan KLB disesuaikan dengan situasi epidemiologis penyakit masing- masing. C Amunisasi khusus. a. Imunisasi Meningitis Meningokokus b. Imunisasi Yellow Fever (Demam Kuning) c. Imunisasi Rabies 4. Imunisasi Polio D. IMUNISASI PILIHAN a pneumonia dan meningitis yang disebabkan oleh pneumokokus; b, diare yang disebabkan oleh rotavirus; «. influenza; 4. cacar air (varisela); e. gondongan (mumps); £. campak jerman (rubela); g. demam tifoid; h hepatitis A; i. Kanker Ieher rahim yang disebabkan oleh Human Papillomavirus; j. Japanese Enchephalitis; k, herpes zoster; |. hepatitis B pada dewasa; dan 1m, demam berdarah. YANG PERLU DI HAFAL! JADWAL IMUNISASI & RUTE PEMBERIAN abel 14. Dosis, Cara dan Tempat Pemberian Imunisasi O5ml Intra Muskuler 0,05 ml__Intra Kutan our eis 0-8 Jam [Repatis B "balan B06, Polo 2halan |DPFABD Plo? ‘Shalan |DPFHBHD 2, Pld ‘alan |DPT-HB HD 3, Pl, IV alan [Camp TATALAKSANA & MANAGEMENT COVID 19 ANGGOTA GROUP PAKET MATERI BETA NERS ONLY Sejarah Singkat — Covid 19 Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). (coronavirus) Middle East Respiratory Syndrome (MERS) : 2012 (Jordan & Arab Saudi) — 2015 (Korea Selatan) Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). (2002) Tanda dan gejala umum infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14 hari. Pada kasus COVID- 19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian. Pada tanggal 31)Desémber 2019, WHO China Country Office melaporkan kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, Cina. Pada tanggal 7WahUari/2020, China mengidentifikasi kasus tersebut sebagai jenis baru coronavirus Pada tanggal 80UaAUati2020WHO menetapkan kejadian tersebut sebagai Kedaruratan Kesehatan Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health Emergency of International Concern (PHEIC) dan Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2)Maret2020 Pada tanggal 14) Maret 2020, WHO sudah menetapkan COVID-19 sebagai pandemi. UU, PP, Keputusan Menteri terkait Covid-19 . Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular . Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penangulangan Wabah Penyakit Menular, . Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangan . Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang Penetapan Infeksi Novel Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) sebagai Jenis Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya . _Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Sebagai Bencana Nasional. . Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) . Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman Pembatasan Sosial Berskala Besar COVID-19 |B) ES Epidemiologi : Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh Coronavirus jenis baru. Virus ini berasal dari famili yang sama dengan virus penyebab SARS dan MERS. Meskipun berasal dari famili yang sama, namun SARS-CoV-2 lebih menular dibandingkan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV (CDC China, 2020). Etiologi : Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family coronavirus. Terdapat 4 genus yaitu alphacoronavirus, betacoronavirus, gammacoronavirus, dan deltacoronavirus. Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus betacoronavirus. Penularan : Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia). Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-6 hari, dengan range antara 1 dan 14 hari namun dapat mencapai 14 hari. DROPLET. Manifestasi Klinis : Gejala COVID-19 yang paling umum adalah demam, rasa lelah, dan batuk kering. Beberapa pasien mungkin mengalami rasa nyeri dan sakit, hidung tersumbat, pilek, nyeri kepala, konjungtivitis, sakit tenggorokan, diare, hilang penciuman dan pembauan atau ruam kulit. Diagnosis : Metode yang dianjurkan adalah metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleic Acid Amplification Test) seperti pemeriksaan RT- PCR. DEFENIS!] OPERASIONAL COVID - 19 Definisi operasional kasus COVID-19 yaitu Kasus Suspek, Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat, Pelaku Perjalanan, Discarded, Selesai |solasi, dan Kematian. Untuk Kasus Suspek, Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat, istilah yang digunakan pada pedoman sebelumnya adalah Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Tanpa Gejala (OTG). Kasus Suspek Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut: a.Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)* DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah Indonesia yang melaporkan transmisi lokal**. b.Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA* DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable COVID-19. c.Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat*** yang membutuhkan perawatan di rumah sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan. DEFENIS!] OPERASIONAL COVID - 19 Definisi operasional kasus COVID-19 yaitu Kasus Suspek, Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat, Pelaku Perjalanan, Discarded, Selesai |solasi, dan Kematian. Untuk Kasus Suspek, Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat, istilah yang digunakan pada pedoman sebelumnya adalah Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Tanpa Gejala (OTG). ee Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS***/meninggal dengan gambaran klinis yang meyakinkan COVID-19 DAN belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR. Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium RT-PCR. Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2: a.Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) b.Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) DEFENIS!] OPERASIONAL COVID - 19 Definisi operasional kasus COVID-19 yaitu Kasus Suspek, Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat, Pelaku Perjalanan, Discarded, Selesai |solasi, dan Kematian. Untuk Kasus Suspek, Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat, istilah yang digunakan pada pedoman sebelumnya adalah Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Tanpa Gejala (OTG). ot Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi COVID-19. Riwayat kontak yang dimaksud antara lain: a.Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus konfirmasi dalam radius 1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih. b.Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi (seperti bersalaman, berpegangan tangan, dan lain-lain). c.Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probable atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai standar. d.Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko lokal yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat DEFENIS!] OPERASIONAL COVID - 19 Definisi operasional kasus COVID-19 yaitu Kasus Suspek, Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat, Pelaku Perjalanan, Discarded, Selesai |solasi, dan Kematian. Untuk Kasus Suspek, Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat, istilah yang digunakan pada pedoman sebelumnya adalah Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Tanpa Gejala (OTG). Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri (domestik) maupun luar negeri pada 14 hari terakhir. Discarded apabila memenuhi salah satu kriteria berikut: a.Seseorang dengan status kasus suspek dengan hasil pemeriksaan RT- PCR 2 kali negatif selama 2 hari berturut-turut dengan selang waktu >24 jam. b.Seseorang dengan status kontak erat yang telah menyelesaikan masa karantina selama 14 hari. DEFENIS!] OPERASIONAL COVID - 19 Definisi operasional kasus COVID-19 yaitu Kasus Suspek, Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat, Pelaku Perjalanan, Discarded, Selesai |solasi, dan Kematian. Untuk Kasus Suspek, Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat, istilah yang digunakan pada pedoman sebelumnya adalah Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Tanpa Gejala (OTG). Selesai isolasi apabila memenuhi salah satu kriteria berikut: a.Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dengan ditambah 10 hari isolasi mandiri sejak pengambilan spesimen diagnosis konfirmasi. b.Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10 hari sejak tanggal onset dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan. c.Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang mendapatkan hasil pemeriksaan follow up RT- PCR 1 kali negatif, dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan. DEFENIS!] OPERASIONAL COVID - 19 Definisi operasional kasus COVID-19 yaitu Kasus Suspek, Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat, Pelaku Perjalanan, Discarded, Selesai |solasi, dan Kematian. Untuk Kasus Suspek, Kasus Probable, Kasus Konfirmasi, Kontak Erat, istilah yang digunakan pada pedoman sebelumnya adalah Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dalam Pengawasan (PDP), Orang Tanpa Gejala (OTG). Kematian WAS Kematian COVID-19 untuk kepentingan surveilans adalah kasus konfirmasi/probable COVID-19 yang meninggal. TINGKAT APD — COVID 19 1. Tingkat pertama untuk tenaga kesehatan yang bekerja di tempat praktik umum dimana kegiatannya tidak menimbulkan risiko tinggi, tidak menimbulkan aerosol. APD yang dipakai terdiri dari masker bedah, gaun, dan sarung tangan pemeriksaan. 2. Tingkat kedua dimana tenaga kesehatan, dokter, perawat, dan petugas laboratorium yang bekerja di ruang perawatan pasien, di ruang itu juga dilakukan pengambilan sampel non pernapasan atau di laboratorium, maka APD yang dibutuhkan adalah penutup kepala, google, masker bedah, gaun, dan sarung tangan sekali pakai. 3. Tingkat ketiga bagi tenaga kesehatan yang bekerja kontak langsung dengan pasien yang dicurigai atau sudah konfirmasi Covid-19 dan melakukan tindakan bedah yang menimbulkan aerosol, maka APD yang dipakai harus lebih lengkap yaitu penutup kepala, pengaman muka, pengaman mata atau google, masker N95, cover all, sarung tangan bedah dan sepatu boots anti air. Note : Masker N95 wajib untuk Tindakan aerosol : Tenaga kesehatan yang melakukan tindakan bedah, nebulisasi, atau dokter gigi TATALAKSANA COVID - 19 KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR HK.01.07/MENKES/5671/2021 TENTANG MANAJEMEN KLINIS TATA LAKSANA CORONA VIRUS DISEASE 2019 (COVID-19) DI FASILITAS PELAYANAN KESEHATAN Bee ay see me Ai TSBs a4) eeu enc aur cy Cec Pere Cane rE ay mi Juni ou Juni Juli are Bly seey ‘Sumber Data SIRS Pi Yankes 27 Jul 2021 JUMLAH PASIEN MENINGGAL 1 MEI — 21 JULI 2021 NERS = Mei mJuni Juli ‘Sumber Data SIRS Pl Yankes 27 Jul 2021 olan aoe Xe PV ah ge Ue ONE Kasus COVID-19 diklasifikasikan menjadi kasus suspek, kasus probabel, dan kasus konfirmasi. WHO merekomendasikan Pemeriksaan molekuler untuk pasien yang terduga terinfeksi COVID-19 melalui metode deteksi molekuler/NAAT (Nucleid Acid Amplification Test) diantaranya pemeriksaan Real Time Polymerase Chain Reaction (RT-PCR). Pemeriksaan Laboratorium NAAT dilakukan melalui tahapan: 1 Pemeriksaan RT-PCR dilakukan melalui Pengambilan swab nasofaring dan orofaring. Swab diambil di hari ke-1 dan ke-2 untuk penegakan diagnosis. Bila pemeriksaan di hari ke-1 sudah positif, tidak perlu lagi pemeriksaan di hari ke-2, Apabila pemeriksaan di hari ke-1 negatif, maka diperlukan pemeriksaan di hari berikutnya (hari ke-2). 2, Pada pasien rawat inap, pemeriksaan RT-PCR dilakukan evaluasi secara berkala. 3 Untuk kasus tanpa gejala, ringan, dan sedang tidak perlu dilakukan pemeriksaan RT-PCR untuk follow-up. Pemeriksaan follow-up hanya dilakukan pada pasien yang berat dan kritis. PEMERIKSAAN LABORATORIUM NUCLEID ACID AMPLIFICATION TEST (NAAT) 4.Untuk RT-PCR follow-up pada kasus berat dan kritis, dapat dilakukan setelah sepuluh hari dari 5.Bila diperlukan, pemeriksaan RT-PCR tambahan dapat dilakukan dengan disesuaikan kondisi pengambilan swab yang positif. kasus sesuai pertimbangan DPJP dan kapasitas di fasilitas pelayanan kesehatan masing-masing. 6.Untuk kasus berat dan kritis termasuk imunocompromised, bila setelah klinis membaik, bebas demam selama tiga hari namun pada follow-up RT-PCR menunjukkan hasil yang positif, kemungkinan terjadi kondisi positif persisten yang disebabkan oleh terdeteksinya fragmen atau partikel virus yang sudah tidak aktif. 7.Pada kasus berat dan kritis, nilai Cycle Threshold (CT) value dapat menjadi salah satu pertimbangan untuk transfer pasien dari rawat intensif ke rawat inap biasa dengan berdiskusi antara DPJP dan laboratorium pemeriksa RT-PCR karena nilai cutt off berbeda-beda sesuai dengan reagen dan alat yang digunakan. Derajat Gejala COVID-19 dapat diklasifikasikan ke dalam 1. tanpa gejala/ asimtomatis, 2.gejala ringan, gejala sedang, 3.gejala berat, dan 4.kritis. (asimptomatik) Gejala Sedang Gejala Berat Kritis Derajat Gejala Tanpa Gejala Gejala ‘tidak ada keluhan dan gejala Klinis. Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia. Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue, anoreksia, napas_pendek, mialgia. Gejala tidak spesifik lainnya seperti sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah, hilang penciuman (anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia) ‘yang muncul sebelum onset gejala pernapasan juga sering dilaporkan Anamnesis dan pemeriksaan fisik. Satus oksigenasi : SpO2 > 95% dengan udara ruangan, pasien dengan tanda Klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) tanpa tanda pneumonia berat, Status oksigenasi : SpO2 93 - 05 % dengan udara ruangan, pasien dengan tanda Klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dati: frekuensi napas > 30 x/menit, distres pernapasan berat. Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok sepsis. Perm et Penatalaksanaan klinis dilakukan pada pasien COVID-19 a. tanpa gejala, 2, sakit ringan, 3. sakit sedang, 4. sakit berat, kondisi kritis, dan pada kondisi tertentu. Roneneernny a. Tsolasidan Pemantauan Isolasi dapat dilakukan secara mandiri atau terpusat di fasiitas publik yang disediakan, Pemantauan dilakukan oleh tenaga kesehatan 4i fasiltas pelayanan Kesehatan. Pelaksanaan isolasi mandiri dan isolasi terpusat sesuai dengan prosedur dan ketentuan peraturan perundang-undangan. a Tanpa Gejala . Non-farmakologis, ‘Berikan edukasi terkait tindakan yang perlu dikerjakan (leaflet untuk dibawa ke rumah): 1) Pasien: a) Selalu menggunakan maskerjika keluar kamar dan saat berinteraksi dengan anggota keluarga. }) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer sesering mungkin. ©) Jaga jarak dengan keluarga (physico! distancing). 4d) Upayakan kamar tidur senditi/terpisah, ) Menerapkan etika batuk (Diajarkan oleh tenaga medis) ) Gunakan alat-alatpribadi secara tersendiri (lat akan dan alat mandi, 8) Alat makan-minum segera dicuei dengan air/sabun, 1h) Berjemur matahari minimal sekitar 10-15 menit setiap harinya (antara jam 10 pagi sampai jam 3 sore). i). Pakaian yg telah dipakai sebaiknya dimasukan dalam kantong plastik/wadah tertutup yang terpisah dengan pakaian kotor keluarga yang lainnya sebelum dicuci dan segera dimasukkan mesin cuci, i). Ukur dan eatat suhu tubuh serta saturasi oksigen 2 (dua) kal sehari (pagi dan malam hari). k) Segera beri informasi ke petugas pemantau/FKTP atau keluarga jika terjadi peningkatan suhu tubuh > 38°C. a) Perhatikan ventilasi,cahaya dan udara. NERS 0) Mental ur ea ©) Bila memungkinkan menggunakan APD saat membersihkan kamar (setidaknya masker, dan bila memungkinkan sarung tangan dan ‘goage). 4) Cuci tangan dengan air mengalir dan sabun atau hand sanitizer sesering mungkin, ©) Bersibkan kamar setiap hari, bisa dengan air sabun atau bahan desinfektan lainnya 2) Lingkungan/kamar: 3) Keluarga: a) Bagi anggota keluarga yang berkontak erat dengan pasien sebaiknya meme ) Anggota keluarga senantiasa pakai masker. ©) Jaga jarak minimal 1 meter dari pasien. 4), Senantiasa mencuet tangan. ©) Jangan sentuh daerah wajah kalau tidak yakin tangan bersib. ) Ingat senantiasa —membuka jendela rumah —_agarsirkulasi udara tertukar. ) Bersibkan sesering mungkin “daerah yg _ mungkin tersentuh pasien misalnya gagang pintu dan lain-lain, ssakan diri ke FKTP/Rumah Sakit. . Farmakologi 1) Bila terdapat penyakit penyerta/komorbid, dianjurkan untuk tetap melanjutkan pengobatan yang rutin dikonsumsi, Apabila pasien rutin num terapi obat antihipertensi dengan golongan obat ACE-inhibitor dan Angiotensin Reseptor Blocker perlu berkonsultasi ke Dokter Spesialis| Penyaikit Dalam atau Dokter SpesialisJantung. 2) Vitamin C, dengan pilihan; a) Tablet Vitamin C non acidie 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari); }) Tabletisap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama go hari) atau ©) Multivitamin yang mengandung vitamin C_1-2tablet/24 am (selama go hari). 3) Vitamin D Dosis 400 TU-1000 TU/hari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup) sselama 14 hari, 4) Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat dipertimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan perkembangan kondisiklinis pasien. 5) Obat-obatan yang memilikisifat antioksidan dapat diberikan. a. Isol lan Pemantauan Pasien gefala ringan dilakukan isolasi dan pemantauan sesuai dengan prosedur pada peraturan yang berlaku, b.Non Farmakologis ‘Edukasi terkait tindakan yang harus dilakukan (sama dengan edukasi tanpa gejala). ) Tablet Vitamin C non acidic 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hari); >) Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 3o hari); atau ©) Multivitamin yang mengandung vitamin C_1-2tablet/24 am (selama 30 hari), 2) Vitamin D . Farmakologis 4) Vitamin C dengan pila Dosis 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 TU dan tablet kunyah 5000 TU) selama 14 hari 1) Antivirus: Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/ 12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hati ke 2- 5). 1) Pengobatan simptomatis seperti parasetamol bila demam. 2) Obatobatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern Asli Indonesia (OMAT) yang teregistrasi di BPOM dapat 50% di ketesibatan area paru- paru pada pencitraan thoraks dalam 24-48 jam. ©) Limfopenia progresit 4) Peningkatan CRP progresf. 8) Asidosis aktat progresif. 5) Monitor keadaan kritis a) Gagal napas yg membutuhkan ventilasi mekanik, syok atau gagal multiorgan yang memerlukan perawatan ICU. b) Bila terjadi gagal napas disertai ARDS pertimbangkan penggunaan ventilator mekanik (alur gambar 1). ©) 3 langlah yang penting dalam pencegahan perburukan penyakit, yaitu sebagai berikut: (@) Bila alattersedia dan memenuhi syarat Klinis,gunakan High Flow Nosa! Cannulo (HENC) atau Non-lovesive Mechanic! Ventilation (STV) pada pasien dengan ARDS atau efusi paru luas, HFNC lebih disarankan dibandingkan NIV (2) Pembatasan resustascairan, terutama pada pasien dengan edema para (3) Posisikan pasien sadar dalam posisi tengkurap (awake prone position). ELCCMEBP RIC ore Onley NERS 1) Inisiasiterapi oksigen jika ditemukan $02 94%). ) Tingkatkan terapi oksigen dengan menggunakan alat HENC jika tidak terjadi perbaikan Klinis dalam 1 jam atau terjadi perburukan si terapioksigen dengan alat HIFNC; flow 30 L/menit, FiOz 40% sesuai dengan kenyamanan pasien dan dapat mempertahankan target SpO2 92 -96% ‘Q) Tenaga keschatan harus menggunakan respirator (PAPR, N95) (2)Titrasiflow secara bertahap 5 ~ 10 L/menit, diikuti peningkatan fraksi oksigen, jika: (@) Frekuensi nafas masih tinggi (>35x/menit) (©) Target Sp02 belum tercapai (92 ~ 96%) {¢) Work of breathing yang masih meningkat (dyspnea, otot bantu nafas aktif) (3) Kombinasi woke Prone Position + HENC selama 2 jam 2 kali sehari dapat memperbaiki oksigenasi dan mengurangi kebutuhan akan intubasi pada ARDS ringan hingga sedang. (4) Evaluasi pemberian HNC setiap 1-2 jam dengan menggunakan indeks ROX. ()sika pasien mengalami perbaikan dan mencapai kriteria ventilasi aman (indeks ROX >4.88) pada jam ke-2, 6, dan 32 menandakan ahwa pasien tidak membutubkan ventlasi invasif, sementara ROX <3.85 menandakan risiko tinggi untuk ebutuhan intubasi (6)sika pada evaluasi (1-2 jam pertama), parameter keberhasilan terapi oksigen dengan HFNC tidak tereapai atau terjadi perburukan Kini pada pasien, pertimbangkan untuk menggunakan metode ventilasiinvasif atau trial NIV. (7) De-eskalasi bertahap pada penyapian dengan perangkat HFNC, dimulai dengan menurunkan FiO2 5-10%/1-2 jam hingga ‘mencapaifraksi 30%, selanjutnya flow seeara bertahap 5-10 L/1-2 jam) hingga meneapai 25 L. (8) Pertimbangkan untuk menggunakan terapi oksigen konvensional ketika flow 25 L/menit dan Fi02 < 40%. (9) Perlu dipertimbangkan bahwa penggunaan alat HENC membutuhkan ketersediaan suplai oksigen yang sangat tinggi Indeks ROX = (SpO2 / FiO2) / laju_napas ELCCMEBP RIC ore Onley 7) NIV (Non Invasive Ventilation) NaS ©) Inisiasi terapi oksigen dengan menggunakan NIV: mode BiPAP atau NIV + PSV, tekanan inspirasi 12-14 emHa0, PEEP 6-12 emH20. Fi02 40-60%. 4) Titrasi tekanan inspirasi untuk mencapai_ target volume tidal 6-8 ml/Kg; jika pada inisiasi penggunaan NIV, dibutuhkan total tekanan inspirasi >20 emH20 untuk mencapai tidal volume yg ditargetkan, pertimbangkan untuk segera melakukan metode ventilasi invasif. (tambahkan penilaian alternatif parameter). a) Tenaga keschatan harus menggunakan respirator (PAPR, Nos). }) Trial NTV selama 1-2 jam sebagai bagian dari transisiterapi oksigen. ¢) Titrasi PEEP dan FiO2 untuk mempertahankan target SpO2 92-96%. ) Bvaluasi penggunaan NIV dalam 1-2 jam dengan target parameter (a) Subjektif: keluhan dyspnea mengalami perbaikan, pasien tidak gelisah. (2) Fisiologis: laju pernafasan <3ox/menit. Work of breathing menurun, stabilitas hemodniamik. (3) Objektif: SpO2 92-96%, pH >7,25, PaCO2; 30 — 55mmlHg, PaO2 >60 mmHg, rasio PF > 200, TV 6- 8 ml/kgBB. a) Pada kasus ARDS berat, gagal organ ganda dan syok disarankan untuk segera melakukan ventilasi invasif. ’) Jika pada evaluasi (1~2 jam pertama), parameter keberhasilan dengan NIV tidak tercapai atau terjadi perburukan klinis pada pasien, lakukan metode ventilasi invasif. ©) Kombinasi Awake Prone Position + NIV 2 jam 2 kali sehari dapat memperbaiki oksigenasi dan mengurangi kebutuhan akan intubasi pada ARDS ringan hingga sedang. NIV dan HENC memiliki risiko terbentuknya aerosol, sehingga jika hendak diaplikasikan, sebaiknya di ruangan yang bertekanan negatif (atau di ruangan dengan tekanan normal, namun pasien terisolasi dari pasien yang lain) dengan standar APD vang lengkap. Bila pasien masih belum mengalami perbaikan Klinis maupun oksigenasi setelah dilakukan terapi oksigen ataupun ventilasi mekanik non invasif, maka harus dilakukan penilaian lebih lanjut. EH E See eee Seue 8) Intubasi endotrakeal dan Ventilasi Mekanik invasif (Ventilator) a) Intubasi endotrakeal berisiko terbentuknya aerosol, sebaiknya di ruangan yang bertekanan negatif (atau di ruangan dengan tekanan normal, namun pasien terisolasi dari pasien yang lain) dengan standar APD yang lengkap. ») Tenaga keschatan harus menggunakan respirator (PAPR, Nos) ©) Prosedur intubasi lebih disarankan menggunakan video laringoskop (bila tersedi , dan dilakukan oleh tenaga medis yang paling berpengalaman untuk mencegah percobaan yang berulang, 4) Target ventilasi mekanik: volume tidal yang rendah (4-8 ml/kgBB), plateau pressure <30 emH20 dan driving pressure <15 emH120. RR: 18 ~ 25 x/menit ©) Pada ARDS sedang ~ berat yang mengalami kondisi; dis-sinkroni antar pasien dan ventilator yang persisten, plateau pressure yang tinggi secara_persisten dan ventilasi pada posisi prone yang membutubkan sedasi yang dalam, pemberian pelumpuh otot secara kontinyu selama 48 jam dapat dipertimbangkan. ) Penerapan strategiterapi cairan konservatif pada kondisi ARDS. ) Penggunaan mode APRV (Airwoy Pressure Release Ventilation) dapat dipertimbangkan pada pemakaian ventilator. Khusus penggunaan mode APRVini harus di bawah pengawasan intensivis atau dokter spesialis anestesi NaS EH E See eee Seue ‘9) ECMO (Extra Corporea! Membrane Oxygenation) Pasien COVID-19 dapat menerima terapi ECMO di RS Kelas A yang memiliki layanan dan sumber daya sendiri untuk melakukan ECMO. Pasien COVID-19 hritis dapat menerima terapi ECMO bila memenuhi indikasi ECMO setelah pasien tersebut menerima terapi posisi prone (Kecualidikontraindikasikan) dan terapi ventilator ARDS yang maksimal menurut Kinsi. Indikasi ECMO: a) PaQ2/Fi02 6 jam b) PaQ2/Fi02 3 jam ©) pH <7,25+ PaCO2 >GommHgselama >6 jam Kontraindikasi relatif: a)” Usia2 65 tahun b) Obesitas BMI> 40 ©) Status imunokompromis NaS 4) Tidakada iin informed consent yang sah ©) Penyakit gagal jantung sistolik kronik {)_Terdapat penyebab yang berpotensi reversibel (edema paru, sumbatan mucus bronkus, abdominal compartment syndrome) Kontraindikasi absolut: (a) Clinical Frailty Seale Kategori > 3 (2) Ventilasi mekanik > 10 hari Gagal organ multipel berat D) _ Injuri neurologik akut berat ©) Perdarahan tidak terkontrol Kontraindikasi pemakaian antikoagulan Dalam proses Resusitasi Jantung Paru (3) Adanya penyakit komorbid yang bermakna: (a). Gagal ginjal kronik stage IIT (2) Sirosis hepatis, () Demensia aaah - = G) Penyakit neurologiskronisyang tidakmemungkinkan rehabittasi. Komplikasi berat sering terjadi pada (G) Kepinasan metastase terapi ECMO seperti perdarahan, stroke, (0) Diabetes ia terontol dengan disfngs organ kronik pneumonia, infeksi septikemi, gangguan (8) Penyakit vaskular perifer berat metabolik hingga mati otak. EH E See eee Seue ¢. Farmakologis| 1) Vitamin C200 400 mg/8 jam dalam 100 ce NaCl 0,9% habis dalam 1 jam diberikan secara drip Intravena (IV) selama perawatan 2) Vitamin B11 ampul/2g jam/intravena 3) Vitamin D Dosis 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 TU dan tablet kunyah 5000 TU) 4)Bila terdapat kondisi sepsis yang diduga kuat oleh karena ko-infeksi bakteri, pemilihan antibiotik disesuaikan dengan terapi empiris pneumonia Komunitas atau dapat disesuaikan dengan kondisi Kinis, fokus infeksi dan faktor risiko yang ada pada pasien. Pemeriksaan Kultur darah sebaiknya dikerjakan dan pemeriksaan kultur sputum (dengan kehati-hatian khusus) patut dipertimbangkan 5) Antivirus Favipiravir (sediaan 200 mg) loading dose 1600 mg/12 jam/oral hari ke-1 dan selanjutnya 2 x 600 mg (hari ke 2-7 dan dapat diperpanjang sampai hari ke 10); atau a) Remdesivir200 mg IV drip (hari ke-1) dilanjutkan 1x10 mg IV drip (hari ke 2-5 atau hari ke 2-10) 6) Deksametason dengan dosis 6 mg/24 jam selama 10 hari atau kortikosteroid lain yang setara seperti metilprednisolon, hidrokortison 160 mg pada kasus berat yang mendapat terapi oksigen atau kasus berat dengan ventilator. jaksana Derajat Berat atau Kritis 7) Anti interleukin-6 (IL-6) ‘Tocilizumab atau sarilumab merupakan obat kelompok anti IL-6, Sarilumab belum tersedia di Indonesia, sehingga yang dipakai adalah Tocilizumab. Tocilizumab diberikan dengan dosis 8 mg/kgBB single dose atau dapat diberikan 1 kali lagi dosis tambahan apabila gejala memburuk atau tidak ada perbaikan dengan dosis yang sama. Jarak pemberian dosis pertama dan kedua minimal 12 jam. Maksimal pemberian 800 mg per dosis. Tocilizumab dapat diberikan di awal pasien memasuki keadaan COVID-19 berat, yang umumnya terjadi setelah sakit 2 x minggu, dan jumlah vvirus_mencapai puneaknya, atau dengan kata lain jumlah virus berpotensi tidak akan bertambah lagi. Penanda peradangan COVID-19 mulai berat tetapi belum kritis dapat dilihat dari skor SOFA masih kurang dari 3, sementara terdapat skor CURB- 65 >2, atau saturasi ‘oksigen <93% namun dapat dikoreksi dengan oksigen fraksi < 50% (setara dengan O2 tak lebih dari 6 L/m dengan nasal kanul atau simple mask), atau laju pernapasan >30 per menit, atau foto toraks terdapat infiltrat multilobus bilateral, dengan salah satu penanda biologis di bawabt ink NER a) D-dimer 0,7 ng/mL b) IL-6 go pg/mL ©) Limfosit < 800 x 10 /L. ) Ferritin 2 700 ng/L. ©) Fibrinogen > 700 mg/dL. 1) CRP > 75 mg/L ‘Tocilizumab juga perlu dipertimbangkan akan sia-sia bila sudah terdapat beberapa dari tanda berikut: a) SkorSOFA> 3 b) Komorbidlebih > 2 ©) Rasio trombosit: D dimer < 200 4) Rasio Netrofil: Limfosit 2 2,6 e)_Laki-laki Pemberian tocilizumab, perlu perhatian karena: a) Dapat menyebabkan neutropenia, penurunan trombosit, peningkatan transaminase hati, dan peningkatan parameter lipid. Evaluasi neutrofil,trombosit, lipid, dan tes fungsi hati setiap 4-8 minggu. D)Anafilaksis atau reaksi hipersensitivitas, ©) Perhatian jika peningkatan risiko perforasi GI; _perforasi gastrointestinal dilaporkan, terutama sebagai komplikasi Aivertikulitis; segera mengevaluasi pasien dengan gejala perut onset baru untuk identifikasi awal perforasi gastrointestinal. 4) _Infeksi Bakterial. Jangan diberikan pada pasien dengan infeksi bakterial aktif, termasuk infeksi lokal. e) Pertimbangkan risiko versus manfaat sebelum memulai pada pasien dengan infeksi kronis atau berulang, pajanan ‘uberkulosis, riwayat infeksi serius atau oportunistik, telah tinggal atau bepergian di daerah endemik tuberkulosis atau mikosis endemik, atau yang memiliki kondisi dasar yang mempengaruhi mereka untuk infeksi jaksana Derajat Berat atau Kritis 8) Pengobatan komorbid dan komplikasi penyakit penyerta/ko insiden yang ada, 9) Apabila terjadi syok, lakukan tatalaksana syok sesuai pedoman Tatalaksana syok yang sudah ada yaitu: ) Inisiasi resusitasicairan dan pemberian vasopressor untuk mengatasi hipotensi dalam 1 jam pertama. ) Resusitasi cairan dengan bolus cepat kristaloid 250- {500 ml. (15-30 menit) sambil menilai respon Minis. Respon Klinis dan perbaikan target perfusi (MAP >65 mmHg, produksi urine >0,5 ml/kg/jam, perbaikan capillary refill time, laju nad, Kesadaran dan kadar laktat). ) Penilaian tanda overload eairan setiap melakukan bolus eairan, >) Hindari penggunaan krstaloid hipotonik, gelatin dan starches untuk resusitasi inisiasi ©) Pertimbangkan untuk menggunakan indeks dinamis terkait volume responsiveness dalam memandu resusitasi cairan (passive leg rising, lid challenges dengan pengukuran stroke volume secara serial atau varias tekanan sistolik, puse pressure, ukuran vena cava inferior, atau stroke volume dalam hubungannya dengan perubahan tekanan intratorakal pada penggunaan ventilasi mekanik). 4) Penggunaan vasopressor bersamaan atau setelah resusitasi cairan, untuk mencapai target MAP (Mean Arterial Pressure) >65 mmlig dan NERS perbaikan perfusi- Norepinefrin sebagai fst-line vasopressor. ©) Pada hipotensi refrakter tambahkan vasopressin (0,01- 0,03 iu/menit) atau epinephrine. 1) Penambalian vasopressin (0,01-0,03 iu menit) dapat mengurangi dosis norepinephrine. 8) Pada pasien COVID-19 dengan disfungsi jantung dan hipotensi persisten, tambahkan dobutamin. 1h) Jika memungkinkan gunakan monitor parameter dinamis hemodinamik. Baik invasif, seperti PiCCO2, EV1000, Mosteare, maupun non- invasif, seperti ekokardiografi, {CON, dan NICO2. a. Antibiotik Antibodi Monoklonal Janus Kinase Inhibitor Mesenchymal Stem Cell (MSCs)/ Sel Punca Intravenous Immunoglobulin (IVIG) Terapi Plasma Konvalesen Oseltamivir Ivermectin N-Asetilsi: Kolkisin k. Spironolakton Anti IL-1 (Anakinra) m. Bronkoskopi ». Therapeutic Plasma Exchange (TPE) Creo Kouconatuer 1. Tanpa gejala a, Kasus kontak erat yang belum terkonfirmasi dan tidak memiliki gej kontak terakhir dengan kasus probable atau konfirmasi COVID-19. . Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke rumah). . Vitamin C dengan pilihan: hharus melakukan karantina mandiri di rumah selama maksimal 14 hari sejak 1) Tablet Vi ie 500 mg/6- 2) Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 0 hari); atau 8) Multivitamin yang mengandung vitamin C1-2 tablet /24 jam (selama 30 hari). nC non: jam oral (untuk 14 hari); 4) Vitamin D 1) Dosis 400 IU-1000 IU/bari (tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, tablet effervescent, tablet kunyah, tablet hisap, kapsul lunak, serbuk, sirup) selama 14 hari. 2) Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern Asli Indonesia (OMAN yang teregistrasi di BPOM dapat stimbangkan untuk diberikan namun dengan tetap memperhatikan perkembangan kondisi klinis pasien. ‘a, Khusus petugas Kesehatan yang kontak erat, segera dilakukan pemeriksaan RT-PCR sejak kasus dinyatakan sebagai kasus probable atau Konfirmasi, ‘atalaksana Pasien Belum nfirmasi 2, Derajat Ringan, a. Isolasi dan Pemantauan: Isolasi dan pemantauan sesuai dengan prosedur yang berlaku. b. Non Farmakologis 1) Pemeriksaan Hematologi lengkap di FKTP, contohnya Puskesmas 2) Pemeriksaan yang disarankan terdiri dari hematologi rutin, hitung jenis leukosit, dan laju endap darah 3) Foto toraks 4) Diberi edukasi apa yang harus dilakukan (leaflet untuk dibawa ke rumah) . Farmakologis, 1) Vitamin C dengan pilihan: NERS 8) Tablet Vitamin Cnon acidie 500 mg/6-8 jam oral (untuk 14 hi }) Tablet isap vitamin C 500 mg/12 jam oral (selama 3o hari); atau ©) Multivitamin yang mengandung vitamin C__1-2tablet/24 jam (selama3o hari). 2) Vitamin D Dosis 1000-5000 IU/hari (tersedia dalam bentuk tablet 1000 IU dan tablet kunyah 5000 IU) selama 14 bari, 1) Obat-obatan suportif baik tradisional (Fitofarmaka) maupun Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang teregistrasi di BPOM dapat 12 tahun | Genital Genital ‘Membangun hubungan | -— ‘dengan lawan jenis Bie] LON ARTA) Teori Tumbuh Kembang Erik Erikson Lima fase pertama adalah saat anak tumbuh dan berkembang. b. Masa Balita Kemandirian vs ragu dan malu. Masa balita dari Erikson ini kira-kira sejajar dengan fase anal. Pada masa ini anak sedang belajar untuk menegakkan kemandiriannya namun ia belum dapat berfikir, oleh karena itu masih perlu mebdapat bimbingan yang tegas. Psikopatologi yang banyak ditemukan sebagai akibat kekurangan fase ini adalah sifat obsesif-kompulsif dan yang lebih berat lagi adalah sifat atau keadaan paranoid. d. Masa Sekolah Berkarya vs rasa rendah diri. Masa usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai memasuki sekolah yang lebih formal. la sekarang berusaha merebut perhatian dan penghargaan atas karyanya. la belajar untuk menyelesaikan tugas yang diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai timbul, dan ia mulai senang untuk belajar bersama. Tambahan : NER Erikson’s Stage Theory in its Final Version Basic trust vs, mistrust ‘Appreciation of interdependence and relatedness (0-1 year) Early childhood | Autonomy vs. shame wit ‘Acceptance of the cycle of lfe, from integration to (1-3 years) disintegration Play age Initiative vs. guilt Purpose (3-6 years) Humor; empathy; reslience | School age Industry vs. Inferiority Competence Humility; acceptance of the course of one’s life and (6-12 years) unfulfilled hopes ‘Adolescence Identity vs. Confusion idel Sense of complexity of life; merging of sensory, (12-19 years) logical and aesthetic perception Early adulthood Intimacy vs. Isolation love Sense of the complexity of relationships; value of (20-25 years) tenderness and loving freely ‘Adulthood Generativity vs. stagnation | Care (26-64 years) Caritas, caring for others, and agape, empathy and concern Integrity vs. Despair Existential identity; a sense of integrity strong Old age enough to withstand physical disintegration (65-death) Tambahan : TAHAP-TAHAP PERKEMBANGAN SOSIAL MENURUT ERIKSON Basictrustvs — [0-12/18 | feeding Bayi mengembangkan perasaan percaya terhadap dir basic mistrust | bulan dan lingkungannya jika kebutuhan-kebutuhannya dlpenuhjka tidak maka akan berkembang peraszan tidak percaya terhadap ari dan ingkunganya. ‘Autonomy Vs [18 bin-3 | Toilet training | saat untuk mengembangkan otonomi dimana energi Shame/doubt | tahun ‘anak banyak digunakan untuk mengeksplore kemampuannya dan bereksperimen untuk menguj kemampuan dan keterbatasannya. Apabila orang tua mmenciptakan Kondisi etergantungan maka otonomi si ‘anak menjadi terhambat. Intiatif Vs Guit [3-6 tahun | independen | Tugas pada tahap ini adalah mendapatian rasa memiliki kompetensi dan prakrasa. Apabila anak-anak liberi kebebasan, tanpa dicampuri, memilh aktivitas yang bermakna, mereka cenderung untuk mengembangkan pandangan yang postif terhadap dirinya dan mengikuti projecnya dengan berbekal ada pandangan itu. Apabila anak-anak tidak dijinkan tuntuk mengambil keputusannya sendiri maka ia akan, mengembangkan persaan bersalah apabila ia mengambil prakarsa. Sehingga ia akan menghindar engambilan tindakan yang aktif dan membiarkan ‘orang lain untuk memilihkan untuknya. NER c. Fase Operasional Konkrit (7-11 tahun) Pengalaman dan kemampuan yang Piaget membagi perkembangan menjadi empat fase: diperoleh pada fase sebelumnya menjadi a. Fase sensori-motor mantap. la mulai belajar untuk b. Fase praoperasional menyesuaikan diri dengan c. Fase operasional konkrit temantemannyadan belajar menerima d. Fase operasional formal pendapat yang berbeda dari pendapatnya sendiri. a. Fase Sensori-motor (0-2 tahun) Seorang anak mempunyai sifat yang sangat egosentrik dan sangat d. Fase Operasional Formal (11-16 tahun) Pada fase akhir ini terpusat pada diri sendiri. Oleh karena itu kebutuhan kemampuan berfikir anak akan mencapai taraf kemampuan pada fase ini bersifat fisik, fungsi ini menyebabkan si berfikir orang dewasa. Tercapainya kemampuan ini anak cepat menguasainya dan dibekali dengan memungkinkan remaja untuk masuk ke dalam dunia keterampilan tersebut melangkah ke fase berikutnya. pendidikan yang lebih kompleks, yaitu dunia pendidikan tinggi. b. Fase Pra-operasional (2-7 tahun) Fase ini dibagi menjadi dua, yaitu fase para konseptual dan fase intuitif. Q Fase pra konseptual (2-4 tahun). Disini anak mulai mengembangkan kemampuan bahasa yang memungkinkan untuk berkomunikasi dan be-masyarakat dengan dunia kecilnya. O Fase intuitif (4-7 tahun) anak makin mampu bermasyarakat namun ia belum dapat berfikir secara timbal balik. la banyak memperhatikan dan meniru perilaku orang dewasa. Tambahan : ‘Sensorimotor Operational Flt tohin Dewosa aT r7y ie ‘0-2 tahun Prey ula menagunakan imitesi, memo, dan pikiran| \ulai mengenali abject permanence eerawal dori aksirefieks ke kegicton terarah pada lengembangkan bahasa dan Kemampuon untuk berpikir secara simbolik \enggunckan one-way lagic lBerpikir secara egocentrism dan centration lenyelescikan problem konkrit dengan care yang ogi lemahomi hukum conservation dan menggurakan Berpikir lebih ibmiah |Mampu menyelescikon masalah abstrok melalui Jpercobean yarg sistematis |Mengembangkan perhatian tentang masalah sosie, Tahap-tahap perkembangan menurut Piaget erry noo Pu Sensorimotor 0-2 Pembentukan konsep objek dan kemajuan bertahap dari prilaku refieks ke prilaku yang diarahkan oleh tujuan Praoperasi 2-7 Perkembangan kemampuan menggunakan simbol untuk melambangken objek dunia ini. emi ‘masih terus bersifat egosentris dan terpusat Operasi 7-11 Perbaikan kemampuan berpikir logis. Kemampuan konkret baru meliputi penggunaan pengoperasian yang dapat dibalik. Pemikiran tidakterpusat dan, pemecahan masalah kurang dibatasi oleh ‘egosentrisme. Pemikiran abstrak tidak mungkin. Operasi Like atas Pemikiran abstrak dan semata-mata simbolik formal dimungkinkan. Masalah dapatdipecahkan melalui penggunaan eksperimentasisistemik. Faktor-faktor Yang mpengaruhi Kualitas Tumbuh Kemb: Anak 1). Faktor dalam (internal) yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak. a. Ras/etnik atau bangsa. Anak yang dilahirkan dari ras/bangsa Amerika, maka ia tidak memiliki faktor herediter ras/bangsa Indonesia atau sebaliknya. b. Keluarga. Ada kecenderungan keluarga yang memi postur tubuh tinggi, pendek, gemuk atau kurus. c. Umur. Kecepatan pertumbuhan yang pesat adalah pada masa prenatal, tahun pertama kehidupan dan masa remaja. d. Jenis kelamin. Fungsi reproduksi pada anak perempuan berkembang lebih cepat daripada laki laki. Tetapi setelah melewati masa pubertas, pertumbuhan anak laki-laki akan lebih cepat. e. Genetik. Genetik (heredokonstitusional) adalah bawaan anak yaitu potensi anak yang akan menjadi ciri khasnya. Ada beberapa kelainan genetik yang berpengaruh pada tumbuh kembang anak seperti kerdil. 2). Faktor luar (ekstemal).. A. Faker Preetal SES a. Gizi Nutrisi ibu hamil terutama dalam trimester akhir kehamilan akan mempengaruhi pertumbuhan janin. b. Mekanis Posisi fetus yang abnormal bisa menyebabkan kelainan kongenital seperti club foot. c. Toksin/zat kimia Beberapa obat-obatan seperti Amlnopterin, Thalldomid dapat menyebabkan kelainan kongenital seperti palatoskisis. d. Endokrin Diabetes melitus dapat menyebabkan makrosomia, kardiomegali, hiperplasia adrenal. e. Radiasi Paparan radium dan sinar Rontgen dapat mengakibatkan kelainan pada janin seperti mikrosefali, spina bifida, retardasi mental dan deformitas anggota gerak, kelainan kongential mata, kelainan jantung. f. Infeksi Infeksi pada trimester pertama dan kedua oleh TORCH (Toksoplasma, Rubella, Sitomegalo virus, Herpes simpleks) dapat menyebabkan kelainan pada janin: katarak, bisu tuli, mikros efali, retardasi mental dan kelainanjantung kongenital. g. Kelainan imunologi Eritobaltosis fetalis timbul atas dasar perbedaan golongan darah antara janin dan ibu sehingga ibu membentuk antibodi terhadap sel darah merah janin, kemudian melalui plasenta masuk dalam peredaran darah janin dan akan menyebabkan hemolisis yang selanjutnya mengakibatkan hiperbilirubinemia dan Kem icterus yang akan menyebabkan kerusakan jaringan otak. h. Anoksia embrio Anoksia embrio yang disebabkan oleh gangguan fungsi plasenta menyebabkan pertumbuhan terganggu. i. Psikologi ibu Kehamilan yang tidak diinginkan, perlakuan salah/kekerasan mental pada ibu hamil dan lain-lain. B. Faktor Persalinan Komplikasi persalinan pada bayi seperti trauma kepala, asfiksia dapat menyebabkan kerusakan jaringan otak. C. Faktor Pasca Persalinan a. Gizi Untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat makanan yang adekuat. b. Penyakit kronis/ kelainan kongenital, Tuberkulosis, anemia, kelainan jantung bawaan mengakibatkan retardasi pertumbuhan jasmani. . _Lingkungan fisis dan kimia. Lingkungan sering disebut melieu adalah tempat anak tersebut hidup yang berfungsi sebagai penyedia kebutuhan dasar anak (provider). Sanitasi lingkungan yang kurang baik, kurangnya sinar matahari, paparan sinar radioaktif, zat kimia tertentu (Pb, Mercuti, rokok, dil) mempunyai dampak yang negatif terhadap pertumbuhan anak. d.Psikologis Hubungan anak dengan orang sekitarnya. Seorang anak yang tidak dikehendaki oleh orang tuanya atau anak yang selalu merasa tertekan, akan mengalami hambatan di dalam pertumbuhan dan perkembangannya. e. Endokrin Gangguan hormon, misalnya pada penyakit hipotiroid akan menyebabkan anak mengalami hambatan pertumbuhan. f.Sosio-ekonomi Kemiskinan selalu berkaitan dengan kekurangan makanan, kesehatan lingkungan yang jelek dan ketidaktahuan, akan menghambat pertumbuhan anak. Lingkungan pengasuhan Pada lingkungan pengasuhan, interaksi ibu-anak sangat mempengaruhi tumbuh kembang anak. Stimulasi Perkembangan memerlukan rangsangan/stimulasi khususnya dalam keluarga, misalnya penyediaan alat mainan, sosialisasi anak, keterlibatan ibu dan anggota keluarga lain terhadap kegiatan anak. i. Obat-obatan Pemakaian kortikosteroid jangka lama akan menghambat pertumbuhan, demikian halnya dengan pemakaian obat perangsang terhadap susunan saraf yang menyebabkan terhambatnya produksi hormon pertumbuhan. Tahapan perkembangan anak menurut umur * Mengangkat kepala setinggi 45" * Menggerakkan kepala dari kri/kanan ke tengah. * Melinat dan menatap wajah anda. * Mengoceh spontan atau bereaksi dengan mengoceh. * Suka tertawa keras. * Beraksiterkejut terhadap suara keras. + Membalas tersenyum ketita dijak bicara/tersenyum. * Mengenal bu dengan pengihatanm penciuman, pendengaran, kontak. Umur 3-6 Bulan * Berballk dari telungkup ke terlentang. * Mengangkat kepala setinggi 90° * Mempertahankan posisi kepala tetap tegak dan stabil * Menggenggam pensil * Meraih benda yang ada dalam jangkauannya. * Memegang tangannya sendiri * Berusaha memperiuas pandangan. * Mengarahkan matanya pada benda-benda ket * Mengeluarkan suara gembira bernada tinggi atau memekik. * Tersenyum ketika melihat mainan/gambar yang menarik saat bermain sendii. “Umur 6-9 bulan * Duduk (sikap tripoid - sendiri) * Belajar berdiri, kedua kakinya menyangga sebagian berat badan. * Merangkak merain mainan atau mendekat seseorang. + Memindahikan benda dari tangan satu ke tangan yang lain ‘* Memungut 2 benda, masing-masing lengan pegang 1 benda pada saat yang bersamaan. + Memungut benda sebesar kacang dengan cara meroup * Bersuara tanpa arti, mamama, bababa, dadada, tatata. * Mencari mainan/benda yang dijatuhkan. + Bermain tepuk tangan/ciluk baa. + Bergembira dengan melempar bends. * Makan kue sendin * Mengangkat benda ke posisi berdiri. * Belajar berdiri selama 30 detik atau berpegangan di kursi. * Dapat berjalan dengan dituntun. * Mengulurkan lengan/badan untuk meraih mainan yang diinginkan. * Mengenggam erat pensil. * Memasukkan benda ke mulut. * Mengulang menirukan bunyi yang didengarkan. * Menyebut 2-3 suku kata yang sama tanpa arti. * Mengeksplorasi sekitar, ingin tau, ingin menyentuh apa saja. Beraksi terhadap suara yang perlahan atau bisikan. * Senang diajak bermain “CILUK BAA”. * Mengenal anggota keluarga, takut pada orang yang belum dikenali. * Berdiri sendiri tanpa berpegangan. ‘* Membungkung memungut mainan kemudian berdiri kemball. * Berjalan mundur S langkah. ‘* Memanggil ayah dengan kata “papa”. Memanggil ibu dengan kata “mama” * Menumpuk 2 kubus. * Memasukkan kubus di kotak. * Menunjuk apa yang diinginkan tanpa menangis/merengek, anak bisa mengeluarkan suara yang menyenangkannatau menarik tangan ibu. * Memperlihatkan rasa cemburu / bersaing. * Berdiri sendiri tanpa berpegangan selama 30 detik. * Berjalan tanpa terhuyung-huyung. * Bertepuk tangan, melambai-lambal. * Menumpuk 4 buah kubus. * Memungut benda kecil dengan ibu jari dan jari telunjuk. * Menggelindingkan bola kearah sasaran. + Menyebut 3-6 kata yang mempunyai arti. * Membantu/menirukan pekerjaan rumah tangga. * Memegang cangkir senditi, belajar makan - minum sendiri. * Jalan naik tangga sendiri. * Dapat bermain dengan sendal kecil. * Mencoret-coret pensil pada kertas. * Bicara dengan baik menggunakan 2 kata. * Dapat menunjukkan 1 atau lebih bagian tubuhnya ketika diminta. * Melihat gambar dan dapat menyebut dengan benar nama 2 benda atau lebih. * Membantu memungut mainannya sendiri atau membantu mengangkat piring Jjika diminta. * Makan nasi sendiri tanpa banyak tumpah. * Melepas pakiannya sendiri. * Berd 3 kaki 2 detk * Melompat kedua kaki diangkat. * Mengayuh sepeda roda tiga * Menggambar garislurus. * Menumpuk 8 buah kubus. * Mengenal 2-4 warnah. * Menyebut nama, umur, tempat. * Mengerti arti kata di atas, divawah, di depan. * Mendengarkan cerita, * Mencuci dan mengeringkan tangan sendi * Mengenakan celana panjang, kemeja baju Berdin 1 ah 6 Genk. * Melompatlompat 1 kaki * Menari + Menggambar tanda slang, ‘* Menggambarlingkaran. * Menggambar orang dengan 3 agian tubuh. ‘* Mengancing baju atau pakian boneka. * Menyebut nama lengkap tanpa di bantu. + Senang menyebut kata-kata baru. * Senang bertanya tentang sesuatu. * Menjawab pertanyaan dengan kata-kata yang benar. * bicara mudah dimengert * bisa membandingkan/membedakan sesuatu dar ukuran dan bentukmya, * Menyebut angka, menghitung jai * Menyebut nama-nama han. * Berpakian send tanpa i bantu * Breaks tenang dan tidak rewel kta ditinggal ib * Berjalan lurus. * Berdiri dengan 1 kaki selama 11 detik. * Menggambar dengan 6 bagian, menggambar orang lengkap * Menangkap bola kecil dengan kedua tangan. ‘+ Menggambar segi empat. ‘+ Mengerti arti lawan kata. (( ( * Mengerti pembicaraan yang menggunakan 7 kata atau lebih. + Menjawab pertanyaan tentang benda terbuat dari apa dan kegunaannya. GES * Mengenal angka, bisa menghitung angka 5-10 *+ Mengenal warna-warni * Mengungkapkan simpati * Mengikuti aturan permainan. * Berpakaian sendiri tanpa di bantu. Beberapa gangguan tumbuh-kembang yang sering ditemukan. 1). Gangguan bicara dan bahasa. Kemampuan berbahasa merupakan indikator seluruh perkembangan anak. Karena kemampuan berbahasa sensitif terhadap keterlambatan atau kerusakan pada sistem lainnya, sebab melibatkan kemampuan kognitif, motor, psikologis, emosi dan lingkungan sekitar anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan gangguan bicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap. 2). Cerebral palsy. Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak progresif, yang disebabkan oleh karena suatu kerusakan/gangguan pada sel-sel motorik pada susunan saraf pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya. 3). Sindrom Down. Anak dengan Sindrom Down adalah individu yang dapat dikenal dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang terjadi akibat adanya jumlah kromosom 21 yang berlebih. Perkembangannya lebih lambat dari anak yang normal.Beberapa faktor seperti kelainan jantung kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk menolong diri sendiri. 4). Perawakan Pendek. Short stature atau Perawakan Pendek merupakan suatu terminologi mengenai tinggi badan yang berada di bawah persentil 3 atau -2 SD pada kurva pertumbuhan yang berlaku pada populasi tersebut. Penyebabnya dapat karena varisasi normal,gangguan gizi, kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin. 5). Gangguan Autisme. Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku. 6). Retardasi Mental. Merupakan suatu kondisi yang ditandal oleh intelegensia yang rendah (IQ < 70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal. 7). Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH) Merupakan gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian yang seringkali disertai dengan hiperaktivitas. NaS BERAT BADAN & Tinggi Badan (Bayi & Anak) Berikut rumus untuk memperkirakan berat badan dan tinggi badan normal pac bay dan ana Berat Badan (Kilogram) ‘ahi 325 3:12 balan Uda (bulan) +92 16 tahun Use (hun) x2 +6. tahun Us (tahun) «7-52 ‘Tinggi Badan (Centimeter) Lahir 50 1 tahun 75 2-12 tahun ‘Usia (tahun) x 6 + 77 Beberapa ukuran yang perlu diketahui sebagal patokan: Berat badan (BB) Rote-rata lahir normal 3.000-3.500 gr Umur 5 bulan 2x berat badan lahir Umur 1 tahun 3x berat badan lahir Umur 2 tahun 4x berat badan labir Kenaikan berat badan pada tahun pertama kehidupan: '& 700-1000 gramvbulan pada triwulan | b. 500-600 gram/bulan pada triwulan Il © 350-450 grarrvbulan pada triwulan II 250-350 grarrvbulan pada triwulan IV NERS Pada masa pra sekolah Kenaikan 8B ratarata 2 kg/tahun. Tinga badan (TB) Rata-rata lien 50cm Umur 1 tabun 15x TB lahie Umur 4 tabun 2x TB lai Umur 6 tahun 1,5 x TB setahun Umur 13 tahun 3x TB lai Dewase 3,5 x TB lahir (2 x TB setahun) Laki-Laki Perempuan a Berat Badan | Tinggi Badan | Berat Badan “Tiras! Badan 6 tahun 2ike 116.cm 20hg 115 cm T tahun 23 kg 12cm 23 kg 122 om 8 tahun 26 kg 128 cm 26 kg 128 cm 9 tahun ke | 134m | 29 kg 133 om 10 tahun aig | 139 em | 3akg 138 em 1 tahun 36 kg 144 em a7 ke 144.em hun | atkg ! 149 em ! akg | sem NER PLEASE DON’T SHARE ONLY FOR ANGGOTA PAKET BELAJAR BETANERS MATERI INDEKS MASA TUBUH ANGGOTA GROUP PAKET MATERI BETA NERS ONLY Pengertian IMT Indeks massa tubuh (IMT) adalah proksi heuristik untuk lemak tubuh manusia berdasarkan berat badan seseorang dan tinggi. 1. Rumus IMT Bayi dan Balita Untuk menghitung Berat Badan Ideal (BB!) pada bayi, balita dan Anak a. Usia 1-6 bulan menggunakan rumus : BBL (gr) +(usia x 600 gram) b. Usia 7-12 bulan menggunakan rumus : BBL (gr) + (usia x 500 gram ) (usia/2) +3 Keterangan : BBL yaitu Berat Badan Lahir Usia dinyatakan dalam bulan. 2. Rumus IMT Anak Berat Badan Ideal Balita (0-5 tahun) bisa juga digunakan sampai dg usia 10 tahun : BBI anak = 2n +8 Contoh 1: Anak balita memiliki usia 14 bulan. Karena n ialah usia dalam tahun dan bulan maka 1 tahun 2 bulan ditulis dengan 1,2 ( dibaca 1 tahun 2 bulan). kemudian masukan kedalam rumus yaitu : BBI anak = 2n+8 (2x 1,2)+8= 2,4+8= 10,4 kg Contoh 2: Anak balita usia 2 tahun 10 bulan, seperti diatas ditulis dengan n =2,10 = (2x 2,10) +8 = (4,20) +8 catatan : Hasil ini jangan langsung ditambah dengan 8, karena 4,20 = diartikan 4 tahun 20 bulan, 20 bulan artinya 1 tahun 8 bulan, jadi 4,20 diubah jadi 5,8 = (4 tahun, 20 bin) 20 bulan diubah jadi, 1 tahun 8 bulan = 4 thn+ 1,8 bin = 5 tahun, 8 bin =5,8+8 = 13,8 kg. 3. Rumus IMT Orang Dewasa Untuk mencari Berat Badan Ideal (BBI) Orang Dewasa (berusia diatas 15 tahun keatas) : BBI = (TB — 100) + 10% (TB-100)) ‘Atau menggunakan Rumus Indeks Massa Tubuh (IMT) keluaran Depkes Republik Indonesia yaitu : IMT = BB (Kg) / TB (m) Inteprestasi Status gizi berdasarkan IMT yaitu : Q Sangat kurus jika nilai IMT <17.0 1 Kurus tingkat Ringan Jika nilai IMT berada diantara 17.0- 18.4 Q Ideal jika nilai IMT berada diantara 18,5 — 25.0 Q Gemuk Jika IMT berada 25,1 -27.0 Q Gemuk tingkat berat jika nilai IMT berada >27 IMT = Berat badan (kg) Tinggi badan (m) x tinggi badan (m) 18,4 ke bawah Berat Badan Kurang 185-249 Berat Badan Ideal 25-299 Berat Badan Lebih 30-399 Gemuk 40 ke atas Sangat Gemuk adalah indeks sederhana dari berat badan ‘terhadap tinggi badan yang digunakan untok ‘mengklasfikasikan kelebihan berat badan ddan Obesitas pada orang dewasa. IMT didefinisikan sebagai berat badan seseorang dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi bbadan dalam meter (kg/m) Rumus Penentuan Indeks Massa Tubuh (IMT) = kas ‘Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m) Ceci Berat badan kurang (Underweight) eet Pom ede er Ls dengan risiko Ces Cea Cr rer ed cae) re Cd oa To ar) cece cheered Pera) PLEASE DON’T SHARE ONLY FOR ANGGOTA PAKET BELAJAR BETANERS MATERI SOP - E.K.G ANGGOTA GROUP PAKET MATERI BETA NERS ONLY Pengertian ECG Pemeriksaan Elektrokardiografi (EKG) adalah tindakan untuk merekam aktivitas listrik jantung dari Nodus Sinoatrial yang dikonduksi dalam jantung yang mengakibatkan jantung berkontraksi sehingga dapat direkam melalui elektroda yang dilekatkan pada kulit Tujuan ECG Untuk mengetahui ada tidaknya abnormalitas fungsi maupun struktur organ jantung Prosedur Pemasangan ECG Persiapan Alat 1. Alat monitor EKG lengkap siap pakai & kondisi baik 2. Kapas Alkohol 3. Jelly khusus EKG 4. Tissu Persiapan Pasien 1. Pasien dan keluarga diberi penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan 2. Pastikan kondisi pasien tenang, kooperatif dan dapat dipasang elektroda

You might also like