You are on page 1of 12

ETIKA PROFESI KEGURUAN

PERAN GURU DALAM PEMBELAJARAN

Disusun oleh:
Kelompok VI

Irmawati 105191115719
Fathul Janna 105191118119
Rasyid Ridha 105191118219

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan
hidayah-Nya, serta shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad dan para sahabat
dan orang yang setia meneladaninya. Alhamdulillah dengan rasa syukur, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah Etika Profesi Keguruan ini dengan baik. Semoga
dengan makalah yang kami buat ini dapat manambah wawasan dan pemahaman kita
mengenai “Peran Guru dalam Pembelajaran”.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan agar makalah selanjutnya
dapat menjadi lebih baik lagi. Semoga makalah ini dapat berguna bagi kita semua dan
bermanfaat dalam kehidupan kita sehari-hari.

Makassar, 14 Juni 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seorang guru adalah pekerjaan atau profesi yang membutuhkan
keterampilan khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh
seseorang tanpa keahlian untuk melakukan kegiatan atau bekerja sebagai guru.
Orang yang pandai berbicara di bidang tertentu tidak selalu disebut guru. Menjadi
seorang guru membutuhkan persyaratan khusus. Secara khusus, sebagai guru
profesional yang perlu menguasai dan keluar dari pendidikan dan mengajar di
berbagai ilmu lain yang perlu dipelihara dan dikembangkan selama periode
pendidikan tertentu. Pemahaman lain tentang guru adalah elemen kunci dalam
sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, peran dan posisi guru
dalam meningkatkan kualitas dan kualitas siswa perlu ditanggapi dengan serius.
Pemahaman dan definisi guru tidak terbatas pada karyawan yang hanya melakukan
tugas tanpa rasa tanggung jawab di bidang tanggung jawab mereka. Dalam
pendidikan, guru memiliki tiga tugas utama yang dapat dilakukan: tugas
profesional, tugas sosial, dan tugas manusia.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah bagaimana peran guru
dalam pembelajaran?

C. Tujuan
Adapan tujuan dalam penulisan makalah ini adalah mengetahui peran guru
dalam pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Guru sebagai Pengajar
Peran guru sebagai pengajar, kadang diartikan sebagai menyampaikan
materi pelajaran kepada siswa. Dalam posisi ini, guru aktif menempatkan dirinya
sebagai pelaku imposisi yaitu menuangkan materi ajar kepada siswa. Sedangkan
di lain pihak, siswa secara pasif menerima materi pelajaran yang diberikan
tersebut sehingga proses pengajaran bersifat monoton. Padahal, peran guru
sebagai pengajar bukan hanya menyampaikan informasi, tetapi masih banyak
kegiatan lain yang harus dilakukan guru agar proses pengajaran mencapai tujuan
dengan efektif dan efisien.
Mengajar merupakan kegiatan yang dilakukan secara sengaja dalam
upaya memberikan kemungkinan bagi siswa melakukan proses belajar sesuai
dengan rencana yang telah ditentukan untuk mencapai tujuan pengajaran. Jadi
tugas guru sebagai pengajar adalah bagaimana caranya agar siswa belajar. Untuk
itu, beberapa hal yang harus dilakukan guru agar siswa belajar sebagaimana
disebutkan oleh E Mulyasa (2007), adalah sebagai berikut.
1. Membuat ilustrasi: pada dasarnya ilustrasi menghubungkan sesuatu yang
sedang dipelajari peserta didik dengan sesuatu yang telah diketahuinya, dan
pada waktu yang sama memberikan tambahan pengalaman kepada mereka.
2. Mendefinisikan: meletakkan sesuatu yang dipelajari secara jelas dan
sederhana dengan menggunakan latihan dan pengalaman serta pengertian
yang dimiliki oleh peserta didik.
3. Menganalisis: membahas masalah yang telah dipelajari bagian demi bagian,
sebagaimana orang mengatakan: ? Cuts the learning into chewable bites?
4. Mensintesis: mengembalikan bagian-bagian yang telah dibahas ke dalam
suatu konsep yang utuh sehingga memiliki arti, hubungan antara bagian yang
satu dengan yang lain nampak jelas dan setiap masalah itu tetap berhubungan
dengan keseluruhan yang lebih besar.
5. Bertanya: mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan tajam agar
apa yang telah dipelajari menjadi lebih jelas.
6. Merespon: mereaksi atau menanggapi pertanyaan peserta didik. Pembelajaran
akan lebih efektif jika guru dapat merespon setiap pertanyaan peserta didik.
7. Mendengarkan: memahami peserta didik dan berusaha menyederhanakan
setiap masalah, serta membuat kesulitan nampak jelas baik bagi guru maupun
bagi siswa.
8. Menciptakan kepercayaan: peserta didik akan memberikan kepercayaan
terhadap keberhasilan guru dalam pembelajaran dan pembentukkan
kompetensi dasar.
9. Memberikan pandangan yang bervariasi: melihat bahan yang dipelajari dari
berbagai sudut pandang dan melihat masalah dalam kombinasi yang
bervariasi.Menyediakan media untuk mengkaji materi standar: memberikan
pengalaman yang bervariasi melalui media pembelajaran dan sumber belajar
yang berhubungan dengan materi standar. Menyesuaikan metode
pembelajaran dengan kemampuan dan tingkat perkembangan peserta didik
serta menghubungkan materi baru dengan sesuatu yang telah dipelajari.
10. Memberikan nada perasaan: membuat pembelajaran lebih bermakna dan
hidup melalui antusias dan semangat.Dari zaman ke zaman peran guru dalam
proses pembelajaran sangat penting. Begitu pula dalam Era Globalisasi,
dimana teknologi komputer yang berkembang dengan pesat menggantikan
sebagian pekerjaan manusia. Namun kedudukan guru tidak dapat digantikan
dengan media lain. Hal ini menunjukkan bahwa peran guru tetap diperlukan
dalam keadaan apapun.Proses Pembelajaran akan terjadi manakala terdapat
interaksi atau hubungan timbal balik antara siswa dengan lingkungannya
dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Hubungan timbal balik ini merupakan syarat terjadinya proses pembelajaran
yang di dalamnya tidak hanya menitikberatkan pada transfer of knowledge,
akan juga transfer of value. Transfer of knowledge dapat diperoleh siswa dari
media-media belajar, seperti buku, majalah, museum, internet, guru, dan
sumber-sumber lain yang dapat menambah pengetahuan siswa. Akan tetapi
Ttransfer of value hanya akan diperoleh siswa melalui guru yang
menanamkan sikap dan nilai suatu materi dengan melibatkan segi-segi
psikologis dari guru dan siswa. Penanaman sikap dan nilai yang melibatkan
aspek-aspek psikologis inilah yang tidak dapat digantikan oleh media
manapun. Dengan demikian guru adalah media yang mutlak adanya dalam
proses pembelajaran siswa.

B. Guru sebagai Evaluator


Sebagai evaluator guru berperan untuk mengumpulkan data atau infor-masi
tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Terdapat dua fungsi
dalam memerankan perannya sebagai evaluator. Pertama, untuk menentukan
keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan atau menentukan
keberhasilan siswa dalam menyerap materi kurikulum. Kedua, untuk menentukan
keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.
1. Evaluasi untuk Menentukan Keberhasilan Siswa
sebagai kegiatan yang bertujuan untuk menilai keberhasilan siswa,
evaluasi memegang peranan yang sangat penting. Sebab melalui evaluasi guru
dapat menentukan apakah siswa yang diajarnya sudah memiliki kompetensi
yang telah ditetapkan, sehingga mereka layak diberikan program pembelajar-an
baru, atau malah sebaliknya siswa belum dapat mencapai standar minimal
sehingga mereka perlu diberikan program remidial. Sering guru beranggapan
bahwa evaluasi sama dengan melakukan tes, artinya guru telah melakukan
evaluasi manakala ia telah melaksanakan tes. Hal ini tentu kurang tepat, sebab
evaluasi adalah suatu proses untuk menentukan nilai atau makna tertentu pada
sesuatu yang dievaluasi.
Dengan demikian tes hanya salah satu cara yang dapat dilakukan untuk
menentukan makna tersebut. Misalnya Si ”A” dikatakan menguasai seluruh
program pembelajaran berdasarkan hasil rangkaian evaluasi misalnya,
berdasarkan hasil tes, ia memperoleh skor yang bagus, ber-dasarkan hasil
observasi ia telah dapat menerapkan ilmunya dalam kehidupan sehari-hari,
berdasarkan hasil wawancara ia benar-benar tidak mengalami ke-sulitan tentang
bahan pelajaran yang telah dipelajarinya. Berdasarkan rangkaian proses
evaluasi akhirnya guru dapat menentukan bahwa Si ”A” pantas diberi program
pembelajaran baru. Sebaliknya, walaupun berdasarkan hasil tes Si ”B” telah
dapat menguasai kompetensi seperti yang diharapkan, akan tetapi berdasarkan
hasil wawancara dan observasi, ia tidak menunjukkan perubahan perilaku yang
signifikan misalnya dalam kemampuan berpikir, maka dapat saja guru
menentukan bahwa proses pembelajaran dianggap belum berhasil.
Kelemahan yang sering terjadi sehubungan dengan pelaksanaan evaluasi
selama ini adalah guru dalam menentukan keberhasilan siswa terbatas pada
hasil tes yang biasa dilakukan secara tertulis, akibatnya sasaran pembelajaran
hanya terbatas pada kemampuan siswa untuk mengisi soal-soal yang biasa
keluar dalam tes. Disamping itu untuk meningkatkan kualitas pembelajaran,
evaluasi itu juga sebaiknya dilakukan bukan hanya terhadap hasil belajar akan
tetapi juga proses belajar. Hal ini sangat penting sebab evaluasi terhadap proses
belajar pada dasarnya evaluasi terhadap keterampilan intelektual secara nyata.
2) Evaluasi untuk Menentukan Keberhasilan Guru
Evaluasi dilakukan bukan hanya untuk siswa akan tetapi dapat
digunakan untuk menilai kinerja guru itu sendiri. Berdasarkan hasil evaluasi
apakah guru telah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan
perencanaan atau belum, apa sajakah yang perlu diperbaiki. Evaluasi untuk
menentukan keberhasilan guru, tentu saja tidak sekomplek untuk menilai
keberhasilan siswa baik dilihat dari aspek waktu pelaksanaan maupun dilihat
dari aspek pelaksanaan. Biasanya evaluasi ini dilakukan setelah proses
pembelajaran berakhir atau yang biasa disebut dengan post tes.

C. Guru Sebagai Model dan Contoh


Guru sebagai Model dalam PembelajaranGuru mempunyai tugas dan
kewajiban, tidak hanya mengajar, mendidik dan membimbing siswa tetapi juga
patut sebagai model dalam pembelajaran sehingga mampu menciptakan suasana
belajar yang aktif dan menyenangkan. Disini, guru sangat berperan untuk
menjadi contoh sekaligus motivator dan inspirator sehingga peserta didik akan
lebih tertarik dan antusias dalam belajar, sehingga hasil belajar yang didapat
berdaya guna dan berhasil.Sebagai model atau contoh bagi anak tidaklah mudah
bagi seorang guru karena kita tahu bahwa setiap anak mengharapkan guru
mereka dapat menjadi contoh atau model baginya. Oleh karena itu tingkah laku
pendidik baik guru, orang tua atau tokoh-tokoh masyarakat harus sesuai dengan
norma-norma yang dianut oleh masyarakat, bangsa dan negara. Karena nilai nilai
dasar negara dan bangsa Indonesia adalah Pancasila, maka tingkah laku pendidik
harus selalu diresapi oleh nilainilai Pancasila.Guru sebagaimana orang tua sudah
seharusnya bisa menjadi model bagi anak-anak. Perilaku keseharian bisa menjadi
tauladan bagi anak-anak didik.
Guru bisa menjadi figur sentral dalam pembentukan kepribadian anak.
Jujur, saat ini banyak anak kehilangan figur sentral. Banyak anak yang lebih
cenderung untuk menjadikan tontonan sebagai model. Bisa saja hal ini terjadi
karena orang tua yang mestinya bisa sebagai model jarang ditemui karena sibuk.
Sehingga anak-anak mencari figur lainnya. Misalnya saja model itu bisa
ditemukan pada diri pembantu, pada tokoh sinetron yang dikagumi, atau
mungkin sahabatnya yang dijadikan figur.Di sinilah guru dituntut untuk menjadi
model. Berikan yang terbaik buat anak-anak kita. Banyak anak-anak yang sukses
karena melihat figur gurunya yang bersahaja, tegas, dan berwibawa.Anak-anak
adalah mata rantai pewaris perjuangan dalam menegakkan nilai-nilai kebenaran.
Anak-anak adalah pengawal negeri tercinta. Dialah yang akan menjaga dan
melestarikan nilai-nilai budaya yang telah dibangun dengan susah payah.Dalam
proses transfering values and knowladge guru senantiasa mengajar dan
berkomunikasi.
Guru tidak bisa meninggalkan nilai-nilai dalam mendidik putra-putrinya.
Sekali lagi, sebagai agen perubahan, guru bukan hanya transfer knowledge, tetapi
transfer nilai-nilai. Hal-hal yang tidak baik segera diganti dengan nilai-nilai yang
baik. Berbagai teori telah menyebutkan bahwa apa yang sudah diterima anak di
masa tanam akan masuk dalam memori jangka panjang atau tersimpan pada alam
bawah sadar. Namun demikian, kita tidak boleh berputus asa, tidak boleh hawatir
untuk melakukan perubahan. Masa model bisa untuk memperbaiki kondisi yang
pernah terjadi di masa tanam. Kita bisa melihat cara kerja komputer. Ketika
masih baru dan mulai diisi kemudian disimpan, maka itulah yang akan tersimpan
terus. Namun suatu saat apa yang tersimpan itu harus kita delet untuk diganti
dengan yang lebih baik, maka yang sudah didelet itu akan hilang. Berbeda jika
ada file baru yang masuh dan tersimpan, maka sejauh mana file yang tersimpan
itu terbuka kembali. Disinilah peran guru sebagai agen perubahan. Guru berperan
sebagi model yang bisa diteladani oleh anak-anak. Banyak model yang dilihat
oleh anak-anak di luar sekolah. Namun di sekolahlah yang diharapkan model itu
bisa ditemukan oleh anak. Sekolah setidaknya mampu menjadi filter terhadap
pengaruh yang terjadi di luar rumah.

D. Peran Guru Sebagai Pendorong Kreativitas


Kreativitas merupakan hal yang sangat penting dalam pembelajaran, guru
dituntut untuk mendemonstrasikan dan menunjukkan proses kreativitas tersebut.
Kreativitas merupakan sesuatu yang bersifat universal dan merupakan ciri aspek
dunia kehidupan di sekitar kita. Kreativitas ditandai oleh adanya kegiatan
seseorang atau adanya kecenderungan untuk menciptakan sesuatu. Sebagai orang
yang kreatif, guru menyadari bahwa kreativitas merupakan yang universal dan
oleh karenanya semua kegiatan ditopang, dibimbing, dan dibangkitkan oleh
kesadaran itu. Guru adalah seorang creator dan motivator, yang berada di pusat
proses pendidikan. Kreativitas menunjukkan bahwa apa yang akan dikerjakan
guru sekarang lebih baik dari apa yang telah dikerjakan sebelumnya dan apa
yang dikerjakan dimasa mendatang lebih baik dari sekarang.
Untuk mendongkrak kreativitas pembelajaran. Widodo 2005
mengemukakan bahwa di samping penyediaan lingkungan yang kreatif, guru
dapat menggunakan pendekatan sebagai berikut :
a. Self esteem approach. Dalam pendekatan ini guru dituntut untuk lebih
mencurahkan perhatiannya pada pengembangan self esteem kesadaran akan
harga diri, guru tidak hanya mengarahkan peserta didik untuk mempelajari materi
ilmiah saja, tetapi pengembangan sikap harus mendapat perhatian secara
proporsional.
b. Creative approach. Beberapa saran untuk pendekatan ini adalah
dikembangkan problem solving, brain storning, inquiry, dan role playing.
c.Value clarivication and moral development approach. Dalam pendekatan ini
pengembangan pribadi menjadi sasaran utama, pendekatan holistik dan
humanistik menjadi ciri utama dalam mengembangkan potensi manusia menuju
self actualitation. Dalam situasi yang demikian pengembangan yang intelektual
akan mengiringi pengembangan pribadi peserta didik.
d. Multiple talent approach. Pendekatan ini mementingkan upaya pengembangan
seluruh potensi peserta didik, karena manifestasi pengembangan potensi akan
membangun self concept yang menunjang kesehatan mental.
e. Inquiry approach. Melalui pendekatan ini peserta didik diberi kesempatan
untuk menggunakan proses mental dalam menemukan konsep atau prinsip ilmiah,
serta meningkatkan potensi intelektualnya.
f. Pictorial riddle approach. Pendekatan ini merupakan metode untuk
mengembangkan motivasi dan minat peserta didik dalam diskusi kelompok kecil.
Pendekatan ini sangat membantu meningkatkan kemampuan berfikir dan kreatif.
g. Synetics approach. Pada hakekatnya pendekatan ini memusatkan perhatian
pada kompetensi peserta didik untuk mengembangkan berbagai bentuk
methapora untuk membuka intelegensinya dan mengembangkan kreativitasnya.
Kegiatan dimulai dengan kegiatan kelompok yang tidak rasional, kemudian
berkembang menuju pada penemuan dan pemecahan masalah secara rasional.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Seorang guru adalah pekerjaan atau profesi yang membutuhkan
keterampilan khusus sebagai guru. Pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh
seseorang tanpa keahlian untuk melakukan kegiatan atau bekerja sebagai guru.
Berbagai peran guru dalam pembelajaran yakni guru sebagai pengajar, guru
evaluator, guru sebagai contoh atau model, guru sebagai pendorong kreativitas.

B. Saran
Kritik dan saran membangun bagi pembaca sangat dibutuhkan untuk
memperbaiki makalah kami kedepannya. Oleh karena itu kami sangat
mengharapkan masukan konstruktif untuk perbaikan makalah kami kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA

Idi, A. 2015. Etika Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.


Mudlofir, A. 2003. Pendidik Profesional. Jakarta: Rajawali Pers.
Yuwono, I.D. 2011. Memahami Berbagai Etika Profesi dan Pekerjaan. Yogyakarta:
Pustaka Yustisia.

You might also like