You are on page 1of 22

GERAKAN

LITERASI SEKOLAH
BUKU PANDUAN

INDAH ELISTRA FADILLAH


KATA PENGANTAR

Membaca merupakan jantungnya pendidikan. Semakin tinggi


budaya membaca sebuah bangsa, maka semakin baik pula tatanan
nilai kehidupan bangsa. Dengan membaca pula akan menambah
wawasan, informasi-informasi penting yang terjadi dibelahan dunia
dan masih banyak lagi.
Sebagai upaya untuk mengembangkan sekolah sebagai organisasi
pembelajaran, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
mengembangkan program Gerakan Literasi Sekolah.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk menumbuhkan minat baca
peserta didik serta meningkatkan keterampilan nilai-nilai budi pekerti,
berupa kearifan lokal, nasional, dan global yang disampaikan sesuai
tahap perkembangan peserta didik
DAFTAR ISI

Kegiatan Berbasis Literasi


Kegiatan 15 Menit Membaca
Buku yang Dibaca
Strategi yang digunakan
Tahap-tahap Pelaksanaan
Penilaian
Membuat Pojok Literasi
Buku untuk Pojok Literasi
Strategi yang digunakan
Tahap-tahap Pelaksanaan
Penilaian
Penutup
Referensi
KEGIATAN BERBASIS LITERASI

1. Kegiatan intrakurikuler/pembelajaran menggunakan


strategi literasi melalui penumbuhan budaya literasi
dan minat baca di sekolah
2. Pembuatan sarana/prasarana berbasis literasi di
kelas
KEGIATAN INTRAKURIKULER/PEMBELAJARAN
MENGGUNAKAN STRATEGI LITERASI
MELALUI PENUMBUHAN BUDAYA LITERASI
DAN MINAT BACA DI SEKOLAH
Kegiatan 15 Menit Membaca

Mungkin ada yang bertanya, mengapa waktu membaca ditetapkan 15


menit, tidak 10, 20, 30 menit, atau 1 jam? Adakah landasan ilmiahnya?
Alokasi 15 menit untuk membaca sebagaimana tertera dalam
Permendikbud Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti,
tidak perlu juga dimaknai sebagai durasi ideal untuk membaca. Lima
belas menit adalah waktu minimal untuk membaca.
Kegiatan membaca secara reguler bertujuan untuk menanamkan
kebiasaan membaca dalam diri siswa. Sehingga tidak relevan anggapan
bahwa membaca cukup dilakukan sekian kali dalam seminggu asal jumlah
waktu membacanya panjang. Lebih baik durasi membaca pendek namun
sering dan berkala daripada durasi panjang tetapi jarang dilakukan.
Buku yang Dibaca
Buku yang dibaca siswa ketika program 15 menit membaca berjalan
adalah buku nonteks pelajaran (berupa buku referensi atau buku
pengayaan), bukan buku pelajaran. Kenapa? Sebab siswa pasti membaca
buku pelajaran sepanjang kegiatan belajar-mengajar di kelas. Harus ada
waktu yang diberikan kepada mereka untuk membaca buku selain buku
pelajaran.
Kesukaan pada sesuatu yang imajinatif, mengasah kreativitas,
membangkitkan emosi, dan berbagai hal abstrak lainnya, tidak akan
tersalurkan jika hanya menekuri buku pelajaran. Siswa harus membaca
buku fiksi jika ingin merasakan dan mengalami sesuatu di luar pikiran
kognitifnya. Buku fiksi, antara lain berbentuk novel, cerita pendek
(cerpen), puisi, dan naskah drama.
Dengan membaca buku fiksi yang ditulis oleh sastrawan dunia, pikiran
siswa dapat berkelana ke berbagai belahan benua. Belajar tentang
budaya, bahasa, gaya hidup, dan filosofi kehidupan manusia.
Strategi yang Digunakan
Membaca nyaring, yaitu guru membacakan buku dengan
suara lantang sementara siswa menyimak. Di tengah
kegiatan membaca, ia bisa mengajak siswa untuk menerka isi
cerita. Usai membacakan buku, ia bisa melontarkan
pertanyaan kepada siswa tentang isi buku; tokoh-tokohnya,
pesan cerita, dan lain-lain.
Membaca bersama, di mana guru membacakan kata atau
kalimat dalam buku dengan suara nyaring. Kemudian, guru
dan siswa membaca bersama-sama kalimat yang tadi
dibacakan. Melalui metode ini, guru dapat mencontohkan
bagaimana membaca buku secara baik dan menyenangkan,
yaitu dengan mengatur tempo dan irama suara. Sementara
siswa dapat meniru pelafalan kata/kalimat dan memahami
maknanya melalui tempo dan irama suara serta ekspresi
guru.
Membaca mandiri, yaitu masing-masing anak membaca
sendiri buku pilihannya. Mereka bisa membaca dalam hati,
bisa pula membaca dengan bersuara. Perlu diperhatikan,
guru perlu menyepakati lebih dulu dengan siswa, apakah
akan membaca dalam hati atau bersuara.
Tahap-tahap Pelaksanaan

Tahap pembiasaan, yaitu guru tidak perlu bertanya apapun tentang isi buku
yang dibaca siswa alias tanpa tagihan. Fase ini bertujuan membiasakan
siswa untuk membaca. Jika siswa yang tidak terbiasa membaca diharuskan
membaca lalu ditanya ini-itu tentang isi buku, dikhawatirkan hal demikian
membuatnya tertekan.
Tahap pengembangan, di mana siswa didorong untuk menuliskan ringkasan
cerita/buku dan respon mereka dalam sebuah buku khusus. Buku khusus itu
bisa dinamakan jurnal yang berisi tabel dengan isian kolom berupa tanggal,
judul, penulis, jumlah halaman selesai baca, dan ringkasan. Guru dapat
memeriksa jurnal dalam periode waktu tertentu.
Tahap pembelajaran, yaitu ketika siswa sudah terbiasa dengan rutinitas 15
menit membaca, guru mengajak siswa mengulas isi buku yang mereka baca.
Suasana dialog dan diskusi terbuka dibangun. Siswa dipersilakan
mengeksplorasi hasil bacaannya untuk didiskusikan bersama. Guru dapat
menggunakan situasi pembelajaran ini ke dalam penilaian akademik.
Penilaian
Penilaian Lanjutan
PEMBUATAN SARANA/PRASARANA
BERBASIS LITERASI DI KELAS
Membuat Pojok Literasi

Pojok literasi yang diterapkan disetiap sudut kelas dinilai cukup


membangkitkan motivasi siswa untuk seringkali membaca buku pada saat
istirahat atau menunggu pergantian jam pelajaran. Selain itu dukungan
lingkungan yang kaya teks pun terlihat disetiap kelas seperti karya siswa
yang dipampang, jadwal piket dan jadwal pelajaran. Pojok literasi ini berupa
sudut baca yang terletak dipojok kelas, terdiri dari rak buku, alas tempat
siswa duduk, susunan buku-buku bacaan, serta alat peraga pendidikan.
Pojok literasi dibuat bukan untuk menyaingi perpustakaan sekolah, namun
justru membantu perpustakaan sekolah dalam menciptakan gemar membaca
dan rutinitas membaca bagi siswa. Sehingga buku-buku yang disediakan di
Pojok Baca diupayakan berbeda dengan yang tersedia di perpustakaan
sekolah.
Buku untuk Pojok Literasi

Buku yang diletakkan di rak buku adalah buku nonteks pelajaran, yaitu buku
referensi dan pengayaan. Bentuknya bisa fiksi (novel, cerpen, puisi, dll)
ataupun nonfiksi (ensiklopedia, esai, jurnal, dll). Harus dipastikan bahwa buku
yang berada di sana diminati dan disukai siswa. Sehingga bisa saja komik
menjadi koleksi terbanyak di rak buku karena rata-rata siswa menyukai komik
atau cerita bergambar.
Buku untuk pojok literasi bisa didapatkan dari sekolah maupun sumbangan
wali murid dan masyarakat. Buku yang masuk ke sekolah diatur sedemikian
rupa. Jika siswa di satu kelas telah tuntas membaca semua judul buku di
pojok literasi, buku-buku itu di keluarkan dan ditukar dengan kelas lain.
Dalam kurun waktu tertentu, buku akan menjadi koleksi di Perpustakaan
Sekolah
Strategi yang Digunakan
Pojok literasi dibuat oleh guru bersama-sama siswa. Tujuannya,
agar siswa juga merasakan memiliki pojok literasi tersebut, dan
menatanya sesuai dengan suasana kelas.
Kadang, dalam rentang kegiatan belajar-mengajar di kelas,
ada jeda di mana guru dan siswa tidak bertemu. Misalnya saat
pergantian jam pelajaran, guru absen (sakit, dll), atau rapat
guru. Jeda waktu ini dapat digunakan siswa untuk membaca
buku yang disukai.Tidak hanya membaca, siswa bisa
menggambar dan mewarnai di pojok literasi.
Kegiatan ini selalu disosialisasikan guru di sela-sela
pembelajaran. Guru mengingatkan siswa jika saat pergantian
jam pelajaran, guru absen atau rapat guru, siswa bisa
memanfaatkan pojok literasi sebaik mungkin. Guru juga
mencatat nama-nama siswa yang rajin dan memberi apresiasi.
Tahap-tahap Pelaksanaan

Tahap pembuatan, di mana gur bersama-sama dengan siswa membuat rak


buku. Pojok literasi di desain semenarik mungkin mengikuti suasana kelas.
Setelah itu, guru dan siswa bersama-sama mengumpulkan buku untuk ditata
di pojok literasi. Guru dan siswa sama-sama berfoto di pojok yang telah
dibuat dan menempekan foto di pojok tersebut.
Tahap pembiasaan, yaitu guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mmbaca dan menggambar di pojok literasi. Kegiatan dilakukan di saat
pergantian jam pelajaran, rapat guru, maupun saat ada guru yang absen.
Guru mengapresiasi siswa yang rajin berada di pojok literasi.
Penilaian
Penutup

Panduan Gerakan Literasi Sekolah di Sekolah Dasar ini disusun guna


memandu pelaksanaan kegiatan literasi sekolah di SD yang efektif dan
berkelanjutan. Penumbuhan budaya literasi dalam diri peserta didik
memang bukan hanya tugas sekolah semata, namun juga merupakan
tanggung jawab keluarga, pelaku bisnis dan media, pemangku
kepentingan, dan elemen masyarakat lain. Dalam fungsinya sebagai
lembaga kependidikan yang berperan penting dalam kehidupan peserta
didik, sekolah dapat menghimpun sinergi antara pendidikan formal,
pendidikan keluarga di rumah, dan pendidikan literasi di masyarakat
agar upaya penumbuhan budaya literasi dapat terjalin dengan lebih
optimal. Oleh karena itu, panduan ini dilengkapi dengan produk-produk
sosialisasi dalam bentuk infografis dan video tutorial untuk memandu
sekolah dalam mewujudkan sinergi tersebut. Tentunya panduan,
infografis, dan video tutorial ini tidak dimaksudkan untuk diterapkan
dengan kaku, melainkan menginspirasi upaya kreatif dan inovatif untuk
menumbuhkan budaya literasi sekolah dengan lebih sistematis dan
efektif.
Referensi
Indah Elistra Fadillah
Pendidikan Profesi Guru
Program Studi PGSD
Universitas Pattimura

You might also like