You are on page 1of 51

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/

BADAN PERTANAHAN NASIONAL

FGD 3

KLHS RDTR
WP 3
IKN SELATAN
JAKARTA, 01 DESEMBER 2022

ikn.go.id @Ditjen Tata Ruang tataruang.atrbpn.go.id


OUTLINE
ALTERNATIF
PEMBAHASAN PENYEMPURNAAN
KRP

01 02 03 04
PENDAHULUAN
 Latar Belakang
 Maksud, Tujuan & Sasaran REKOMENDASI
 Integrasi Penyelenggaraan PERBAIKAN UNTUK
KLHS dalam Penyusunan RTR
PENGKAJIAN PENGAMBILAN
PENGARUH KRP KEPUTUSAN KRP
TERHADAP KONDISI
LINGKUNGAN HIDUP
a. Hasil Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan
b. Identifikasi Materi Muatan KRP yang Berdampak
terhadap Lingkungan Hidup
c. Analisis Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan
(Isu Strategis)
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/
BADAN PERTANAHAN NASIONAL

01
PENDAHULUAN
• UU NO 3/2022 TENTANG IBU KOTA NEGARA
Penyusunan rencana tata ruang yang mempertimbangkan
aspek spasial maupun non spasial, merupakan dasar
pemanfaatan ruang kawasan untuk mencapai
pembangunan yang AMAN, NYAMAN, PRODUKTIF DAN

01
BERKELANJUTAN merujuk pada UU No 26/2007 tentang

01.a
Penataan Ruang.

• PERPRES NO 64/2022 TENTANG RTR KSN IKN


Memberikan arahan mengenai perlu disusunnya rencana
detail Tata Ruang, sesuai arahan dan fungsi utama yang
LATAR BELAKANG ditetapkan di dalam RTR KSN Ibu Kota Nusantara.
LATAR
BELAKANG Penyusunan RDTR WP 3 IKN
sebagai penjabaran danSelatan
operasionalisasi Perpres No 64/2022 tentang RTR KSN Ibu Kota Nusantara Tahun
2022-2042

“KLHS wajib dilaksanakan dalam proses


penyusunan atau evaluasi RTRW beserta rencana
rincinya”

4
Sumber: UU No. 32/2009, PP No. 46/2016, PP No 22/2021, Permen LHK P.69/2017, PerMen ATR/BPN No. 5/2022
TUJUAN
 Tersusunnya Dokumen Kajian
Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) RDTR
WP 3 IKN Selatan
 Tersusunnya RDTR WP 3 IKN Selatan
yang sudah didasarkan pada prinsip-
prinsip pembangunan berkelanjutan

01
01.b MAKSUD
Memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah
menjadi dasar dan terintegrasi

MAKSUD,
dalam pembangunan suatu wilayah
melalui penyusunan KLHS RDTR
WP 3 IKN Selatan
TUJUAN, DAN SASARAN
 Terlaksananya analisis pengaruh RDTR WP

SASARAN
3 IKN Selatan terhadap kondisi lingkungan
hidup
 Terumuskannya alternatif penyempurnaan
materi muatan RDTR WP 3 IKN Selatan
 Tersusunnya rekomendasi perbaikan
materi muatan RDTR WP 3 IKN Selatan
yang mengintegrasikan prinsip-prinsip
pembangunan berkelanjutan

5
Integrasi
01.c Penyelenggaraan KLHS
dalam Penyusunan RTR

TAHAPAN Pengumpulan Pengolahan Penyusunan Rancangan


PENYUSUNAN Persiapan Data dan Data dan Perumusan Konsepsi RTR (Materi Teknis RTR) Peraturan Perundang-
RDTR Informasi Analisis undangan tentang RTR

Konsultasi Konsultasi
Publik 1 Publik 2

Identifikasi Isu Identifikasi Materi Muatan Perumusan Penyusunan


TAHAPAN PB
RTR yang berpotensi Analisis Alternatif Rekomendasi
PENYELENGGARAAN Persiapan
KLHS Identifikasi Isu PB menimbulkan pengaruh Pengaruh Penyempurnaan Perbaikan Materi
Paling Strategis terhadap Lingkungan Hidup Materi Muatan RTR Muatan RTR

Penjaminan Kualitas
KLHS*)

Pendokumentasian
KLHS *)

Keterangan: Validasi KLHS *)


*) Dapat dilakukan secara bertahap atau sekaligus sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

dilakukan secara terintegrasi dan timbal balik

Sumber: PerMen ATR/BPN No. 5/2022


6
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/
BADAN PERTANAHAN NASIONAL

02
PENGKAJIAN PENGARUH
KRP TERHADAP KONDISI
LINGKUNGAN HIDUP
02.a
HASIL
IDENTIFIKASI ISU
PEMBANGUNAN
BERKELANJUTAN

Konsultasi Publik I
7 November 2022
a.1 Diagram Fish Bone Isu PB KLHS RDTR WP 3 IKN SELATAN

Degradasi Lahan Hutan Potensi Sumber Air

Potensi alih fungsi hutan menjadi lahan terbangun


atau terbuka Potensi sumber air terbatas
Berpotensi menurunnya jasa-jasa ekosistem
Ketersediaan air tanah rendah
Penurunan kemampuan wilayah dalam penyerapan
CO2 dan polusi udara
Peningkatan kebutuhan sumberdaya air secara masif
Potensi menurunnya keanekaragaman hayati

Ancaman terhadap spesies dilindungi di wilayah IKN


Berukurangnya luasan resapan air
Potensi fragmentasi koridor satwa

Isu PB Paling
Strategis
Isu PB
Potensi meningkatnya jenis, kejadian, luasan, dan
Keterlibatan masyarakat dalam perencanaan intensitas bencana
Potensi hilangnya mata pencaharian masyarakat yang bersumber Sebagian wilayah perencanaan berada pada bahaya
dari kegiatan perkebunan masyarakat di wilayah konsesi longsor tinggi
Potensi peningkatan beban pencemaran akibat peningkatan
Peningkatan populasi yang signifikan akibat adanya penduduk dan kegiatan di WP 3 IKN Selatan
rencana wilayah pertahanan (pangkalan militer/daerah
Potensi peningkatan limbah B3
latihan militer) dan Pembangkit Listrik EBT
Kurangnya sarana dan prasarana pengelolaan sampah
Potensi konflik sosial budaya
Tekanan terhadap Habitat Buaya Menimbulkan Risiko
Potensi Konflik Pemanfaatan Lahan Konflik yang membahayakan manusia

Pencemaran dan Kerusakan


Dinamika Sosial Budaya
Lingkungan Hidup
9
a.2 Hasil Identifikasi dan Kesepakatan Isu
PB Paling Strategis

Degradasi
Lahan Hutan
Potensi Sumber
• Luas lahan hutan di dalam WP adalah 6.173,79 Ha, yang Air
terdiri dari Hutan lahan rendah sekunder dan hutan
tanaman
• Perbukitan Struktural Komplek Meratus (99,45%)) yang • Peta geohidrologi menunjukkan dominasi Celah/Sarang
mempunyai potensi tinggi pada jasa lingkungan penyedia Langka dengan tingkat keterusan rendah (97,6%), sehingga
energi, jasa lingkungan pengatur perlindungan bencana, air tanah sangat sulit diperoleh
jasa lingkungan budaya ekoturisme, dan jasa lingkungan • Sebagian WP 3 IKN Selatan telah berada pada status daya
pendukung biodiversitas. dukung air terlampaui
• Berada pada NKT 3 (keberadaan ekosistem yang rentan
dan terancam kepunahan) dengan luas 173,08 Ha (2,57%)
terdiri dari Hutan di atas Batu Pasir Dataran Rendah dan
Hutan Riparian/Aluvium Dataran Rendah

Pencemaran dan
Kerusakan
Dinamika Sosial
Lingkungan Hidup Budaya

• WP 3 IKN Selatan berada pada bahaya longsor tinggi • Penambahan penduduk yang signifikan pada WP 3 IKN
seluas 3.977,35 Ha (58,95%) Selatan akibat adanya rencana wilayah pertahanan
• WP 3 IKN Selatan berada pada bahaya kekeringan tinggi (pangkalan militer/daerah latihan militer) dan Pembangkit
seluas 5.188,49 Ha (76,90%) Listrik EBT
• Sebagian besar WP 3 berada pada kelas erosi Berat dengan • Penggunaan lahan berupa kebun sawit, kebun karet, dan
luas sebesar 2.893,11 Ha dan kelas Sangat Berat dengan kebun campuran milik masyarakat, serta pemukiman warga
luas 3.841,17 Ha, dengan total kelas Berat-Sangat Berat berada pada rencana pola ruang Rimba Kota
seluas 6.734,28 Ha atau 99,82% dari luas WP (NKT 4.2)
• Kurangnya sarana dan prasarana pengelolaan sampah
• Potensi peningkatan beban pencemaran dari peningkatan 10
penduduk dan berbagai kegiatan di WP 3 IKN Selatan
1. Penurunan atau terlampauinya kapasitas daya
dukung dan daya tampung lingkungan hidup
untuk pembangunan
2. Penurunan kinerja layanan jasa ekosistem
3. Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah
bencana banjir, longsor, kekeringan, atau
kebakaran hutan dan lahan
4. Penurunan mutu dan ketersediaan sumber daya
alam
5. Penurunan ketahanan dan potensi
keanekaragaman hayati
6. Peningkatan kerentanan dan kapasitas adaptasi
terhadap perubahan iklim
7. Peningkatan jumlah penduduk miskin atau

02.b
terancamnya keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat
8. Peningkatan risiko terhadap kesehatan dan
keselamatan manusia
9. Ancaman terhadap perlindungan terhadap
kawasan tertentu secara tradisional yang
IDENTIFIKASI MATERI dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat
hukum adat
MUATAN KRP YANG
BERDAMPAK
Tidak Berpotensi TIDAK BERPOTENSI menimbulkan pengaruh
TERHADAP terhadap kondisi LH dan TIDAK PERLU dikaji lebih
lanjut dalam analisis pengaruh
LINGKUNGAN HIDUP Berpotensi BERPOTENSI menimbulkan pengaruh terhadap
kondisi LH dan PERLU dikaji lebih lanjut dalam
analisis pengaruh
Sumber: Pasal 22 dan Lampiran IV B Permen LHK No.
P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017
b.2 Materi Muatan KRP yang Diperkirakan Menimbulkan
Dampak/ Risiko Lingkungan Hidup

Rencana Struktur Ruang Berdampak

Rencana Pola Ruang Berdampak


Analisis pengaruh dilakukan dengan memperhatikan
hubungan keterkaitan materi muatan Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program dengan isu strategis
Pembangunan Berkelanjutan hasil konsultasi publik

02.c
D3TLH
Dampak &
Jasa
Risiko LH
Lingkungan/
Ekosistem

ANALISIS PENGARUH Ketahanan


Adaptasi PI Efisiensi KRP
Isu PB
Strategis
KRP TERHADAP Pemanfaatan Berpengaruh
SDA
KONDISI LINGKUNGAN Ketahanan
(ISU STRATEGIS) Kehati

14
Sumber: Pasal 11 (2) PP 46/2016
c.1 Degradasi Lahan Hutan
Analisis Pengaruh KRP Berdampak terhadap JL Pendukung Produksi Primer

Berdasarkan hasil analisis pengaruh KRP berdampak thd kelas JL Pendukung Produksi
Primer, sebagian besar KRP berdampak berada pada kelas Tinggi dan Sangat Tinggi
• Zona PTL berada pada area dengan JL pendukung produksi primer kelas Sangat Tinggi-
Tinggi terluas yaitu 2.598,31 Ha (98,94%).
• Rencana pembangunan KRP berdampak berada pada lahan yang telah mengalami
penurunan kinerja. Luas penurunan kinerja Pendukung Produksi Primer terluas berada
pada rencana KRP pola ruang Zona HK dengan luas 126,79 Ha.
Kelas JL Pendukung Produksi Primer
KRP Berdampak Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Rendah
Pola Ruang (Ha)
Pembangkitan Tenaga Listrik 2.057,58 540,73 22,57 1,80 3,53
Pertahanan dan Keamanan 769,31 165,43 13,20 8,09
Perumahan Kepadatan Rendah 0,85 10,20 0,67 3,11 5,96
Struktur Ruang (Km)
Jalan Arteri Primer 4,09
Jalan Khusus 9,19 2,15 0,13
Jalan Kolektor Primer 2,48 1,12 2,02 10,37
100% 100%
90% 90%
80% 80%
70% 70%
60% 60%
50%
40% 50%
30% 40%
20% 30%
10% 20%
0% 10%
Perumahan 0%
Pembangkitan Pertahanan
Kepadatan Jalan Arteri Jalan Kolektor
Tenaga Listrik dan Keamanan Jalan Khusus
Rendah Primer Primer
Kecenderungan Perubahan Kecenderungan Perubahan
Indeks JL Pendukung 38,16 126,79 19,94 Indeks JL Pendukung 3,61 5,08
Produksi Primer Menurun Produksi Primer Menurun
Kecenderungan Perubahan Kecenderungan Perubahan
Indeks JL Pendukung 615,09 48,70 Indeks JL Pendukung 0,48 7,50
Produksi Primer Tetap Produksi Primer Tetap
Kecenderungan Perubahan Kecenderungan Perubahan
Indeks JL Pendukung 1.972,96 780,54 0,85 Indeks JL Pendukung 11,48 3,39
Produksi Primer Meningkat Produksi Primer Meningkat

Sumber: KLHK, diolah, 2022 Peta Analisis Pengaruh KRP Berdampak thd Kelas JL Pendukung Produksi Primer
c.1 Degradasi Lahan Hutan
Analisis Pengaruh KRP Berdampak terhadap JL Pendukung Biodiversitas

Berdasarkan hasil analisis pengaruh KRP berdampak thd kelas JL Pendukung Biodiversitas,
sebagian besar KRP berdampak berada pada kelas Tinggi.
• Zona PTL berada pada area dengan JL pendukung Biodiversitas kelas Sangat Tinggi-
Tinggi terluas yaitu 2.192,96 Ha (83,50%).
• Rencana pembangunan KRP berdampak berada pada lahan yang telah mengalami
penurunan kinerja. Luas penurunan kinerja Pendukung Biodiversitas terluas berada
pada rencana KRP pola ruang Zona PTL dengan luas 1.344,98 Ha (51,21%).
Kelas JL Pendukung Biodiversitas
KRP Berdampak Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Rendah
Pola Ruang (Ha)
Pembangkitan Tenaga Listrik 113,51 2.079,45 411,76 17,96 3,53
Pertahanan dan Keamanan 77,60 785,26 75,62 17,55
Perumahan Kepadatan Rendah 0,85 10,20 3,78 5,96
Struktur Ruang (Km)
Jalan Arteri Primer 4,09
Jalan Khusus 1,84 9,50 0,13
Jalan Kolektor Primer 0,39 2,50 2,71 10,37
100% 100%
90% 90%
80% 80%
70% 70%
60% 60%
50%
40% 50%
30% 40%
20% 30%
10% 20%
0% 10%
Perumahan 0%
Pembangkitan Pertahanan dan
Kepadatan Jalan Arteri Jalan Kolektor
Tenaga Listrik Keamanan Jalan Khusus
Rendah Primer Primer
Kecenderungan Perubahan Kecenderungan Perubahan
Indeks JL Pendukung 1.344,98 590,80 19,94 Indeks JL Pendukung 3,61 5,74 8,22
Biodiversitas Menurun Biodiversitas Menurun
Kecenderungan Perubahan Kecenderungan Perubahan
Indeks JL Pendukung 615,09 48,70 Indeks JL Pendukung 0,48 7,50
Biodiversitas Tetap Biodiversitas Tetap
Kecenderungan Perubahan Kecenderungan Perubahan
Indeks JL Pendukung 666,14 316,53 0,85 Indeks JL Pendukung 5,73 0,25
Biodiversitas Meningkat Biodiversitas Meningkat

Sumber: KLHK, diolah, 2022 Peta Analisis Pengaruh KRP Berdampak thd Kelas JL Pendukung Biodiversitas
c.1 Degradasi Lahan Hutan
Analisis Pengaruh KRP Berdampak terhadap Sumber Daya Hutan

Berdasarkan hasil analisis pengaruh KRP berdampak, sumber daya


alam terbesar yang digunakan untuk pembangunan adalah Hutan
Tanaman.

• Zona PTL berada pada lahan hutan terluas, yaitu di hutan lahan
kering sekunder / bekas tebangan seluas 121,58 Ha (4,63%) dan
hutan tanaman seluas 2.456,99 Ha (93,56%)
• Zona Kolektor Primer melintasi lahan hutan lahan kering
sekunder / bekas tebangan sepanjang 3,00 Km (18,75%) dan hutan
tanaman lain sepanjang 8,69 Km (54,37%)

Penutupan Lahan Hutan


KRP Berdampak Hutan lahan kering sekunder Hutan Tanaman
/ bekas tebangan Lain
Pola Ruang (Ha)
Pembangkitan Tenaga Listrik 121,58 2.456,99
Pertahanan dan Keamanan 123,67 767,90
Perumahan Kepadatan Rendah 1,68 0,85
Struktur Ruang (Km)
Jalan Arteri Primer 1,32
Jalan Khusus 1,89 9,16
Jalan Kolektor Primer 3,00 8,69

Sumber: BIG 1 : 5.000, 2019 Peta Analisis Pengaruh KRP Berdampak thd Penutupan Lahan Hutan
c.1 Degradasi Lahan Hutan
Analisis Pengaruh KRP Berdampak terhadap Arahan Indeks JL FoLU Net Sink 2030

1. Arahan Produksi yaitu area yang tidak memiliki NKT, tetapi kualitas hutan
baik dan Jasa lingkungan ekosistem Tinggi;
2. Arahan Rehabilitasi yaitu area yang memiliki NKT, kualitas hutan rendah
dan Jasa lingkungan ekosistem Tinggi. Area dalam kawasan yang walaupun
kondisi hutan sudah rusak, tidak produktif dan/atau sudah diokupasi oleh
masyarakat tetap harus dipertahankan sebagai kawasan hutan;
3. Arahan Konversi yaitu area yang tidak memiliki NKT, kualitas hutan rendah
dan Jasa lingkungan ekosistem Tinggi. Arahan konversi umumnya sudah
dalam bentuk area terbangun dan diokupasi oleh masyarakat.

Arahan Indeks Jasa lingkungan


KRP Berdampak Areal Penggunaan
Konversi Produksi Rehabilitasi
Lainnya
Pola Ruang (Ha)
Pembangkitan Tenaga Listrik 0,02 439,02 1.114,42 1.072,74
Pertahanan dan Keamanan 102,88 97,71 551,78 203,66
Perumahan Kepadatan Rendah 11,15 0,85 8,80
Struktur Ruang (Km)
Jalan Arteri Primer 4,09
Jalan Khusus 8,72 2,75
Jalan Kolektor Primer 1,25 5,70 1,73 7,30

Sebagian wilayah KRP struktur dan pola ruang berdampak berada


pada wilayah dengan arahan indeks JL dari FoLU Net Sink 2030,
yang ditujukan untuk meningkatkan cadangan karbon.

Sumber: Kepmen LHK No. 168/MenLHK/PKTL/PLA.1/2/2022 Peta Analisis Pengaruh KRP Berdampak thd Arahan Indeks JL FoLU Net Sink 2030
c.1 Degradasi Lahan Hutan
Analisis Pengaruh KRP Berdampak terhadap Arahan Aksi Mitigasi FoLU Net Sink 2030

Arahan Aksi Mitigasi FoLU Net Sink


Peningkatan Cadangan Karbon dengan
KRP Berdampak
Rotasi
Di Luar RO7 RO7-1 RO7-3
Pola Ruang (Ha)
Pembangkitan Tenaga Listrik 2.601,88 14,71 9,62
Pertahanan dan Keamanan 946,92 6,43 2,68
Perumahan Kepadatan Rendah 20,79

Arahan Aksi Mitigasi FoLU Net Sink


Peningkatan Cadangan Karbon tanpa
KRP Berdampak
Rotasi
Di Luar RO8 RO8-1 RO8-6
Pola Ruang (Ha)
Pembangkitan Tenaga Listrik 2.612,43 13,77
Pertahanan dan Keamanan 954,33 1,70
Perumahan Kepadatan Rendah 12,30 8,49
Struktur Ruang (Km)
Jalan Arteri Primer 4,09
Jalan Khusus 11,48
Jalan Kolektor Primer 15,36 0,61
Peningkatan Cadangan
Arahan Aksi Mitigasi FoLU Net Karbon tanpa Rotasi
Sink Perlindungan areal
KRP Berdampak
Konservasi Tinggi
Di Luar RO11 RO11
Pola Ruang (Ha)
Pembangkitan Tenaga Listrik 23,06 2.603,15
Pertahanan dan Keamanan 4,38 951,65
Perumahan Kepadatan Rendah 8,49 12,30
Struktur Ruang (Km) Perlindungan areal
Jalan Arteri Primer 4,09 Konservasi Tinggi
Jalan Khusus 11,48 Peningkatan Cadangan
Jalan Kolektor Primer 0,61 15,36 Karbon dengan Rotasi

Sumber: Kepmen LHK No. 168/MenLHK/PKTL/PLA.1/2/2022 Peta Analisis Pengaruh KRP Berdampak thd Arahan Aksi Mitigasi FoLU Net Sink 2030
c.1 Degradasi Lahan Hutan
Analisis Pengaruh KRP Berdampak terhadap Emisi Karbon
POTENSI EMISI CO2e AKIBAT PERUBAHAN TUTUPAN LAHAN
Perubahan Lahan Tahun 2022-2043 Perubahan tutupan lahan 2022-2043 mengasumsikan alih fungsi lahan hutan tanaman dan hutan lahan
kering sekunder sebesar 50%, pada Zona PTL dan HK dengan skenario Business as Usual (BAU) tanpa
adanya upaya Reforestasi / Aforestasi
Tanah terbuka 0,16

Semak belukar
-32,39 Skenario BAU
-0,01
Sawah menunjukkan
Pertanian lahan kering campur semak / kebun bahwa antara tahun
campur -3,57 2022-2043, hutan
Permukiman / Lahan terbangun 1.793,71 di WP 3 berpotensi
-9,09 melepaskan 120 KT
Perkebunan/Kebun
CO₂e/tahun, tanpa
-1.616,02 Hutan Tanaman Lain adanya
penyimpanan
Hutan lahan kering sekunder / bekas tebangan
-132,80 karbon.
-2.000,00 -1.500,00 -1.000,00 -500,00 - 500,00 1.000,00 1.500,00 2.000,00

Antara tahun 1990 dan


2021, hutan di WP 3
melepaskan 362,53 KT
CO₂e/tahun dan
menyimpan -32,33 KT
CO₂e/tahun, dengan
total fluks karbon
sebesar 330,21 KT
CO₂e/tahun.
Catatan:
• Salah satu sektor utama penyumbang emisi GRK adalah perubahan penggunaan lahan. Di dalam
konteks perubahan iklim, perubahan penggunaan lahan dapat berkontribusi sebagai sumber
(sources) dan serapan (sink) karbon tergantung pada tipe penggunaannya.
• Metode yang digunakan untuk menghitung emisi yang berasal dari biomassa tumbuhan akibat
perubahan tutupan lahan adalah metode perubahan cadangan karbon (stock difference method).
c.1 Degradasi Lahan Hutan
Analisis Pengaruh KRP Berdampak terhadap Nilai Konservasi Tinggi (NKT) 3

NKT 3 merujuk pada kawasan-kawasan yang merupakan ekosistem yang


langka (misalnya ekosistem karst, gambut) serta terancam (misalnya hutan
dipterokarpa dataran rendah, hutan kerangas, hutan rawa atau mangrove)
akibat cepatnya perubahan tutupan lahan dan konversi hutan untuk
mendukung program pembangunan.
Di WP 3, ekosistem Hutan di atas Batu Pasir Dataran Rendah yang
merupakan kategori langka dan terancam berada pada wilayah dengan luas
173,08 Ha atau 2,57% dari luas WP
Beberapa KRP Berdampak berada atau melintasi wilayah NKT 3 ini antara
lain:
• Jalan Khusus melintasi NKT 3 sepanjang 0,13 Km (1,12%)
• Zona Pembangkitan Tenaga Listrik berada pada NKT 3 seluas 86,44 Ha
(3,29%)
• Zona Pertahanan dan Keamanan berada pada NKT 3 seluas 19,84 Ha
(2,08%)

KRP Berdampak Di Luar NKT 3 NKT 3


Pola Ruang (Ha)
Pembangkitan Tenaga Listrik 2.539,77 86,44
Pertahanan dan Keamanan 936,19 19,84
Perumahan Kepadatan
Rendah 20,79
Struktur Ruang (Km)
Jalan Arteri Primer 4,09
Jalan Khusus 11,35 0,13
Jalan Kolektor Primer 15,98

Sumber: Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT) pada Skala Bentang Lahan di Provinsi Kalimantan
Timur, Fakultas Kehutanan dan Pusat Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial (PPIIG-LP2M)
Universitas Mulawarman (2017); Rencana Induk Pengelolaan Keanekaragaman Hayati, DLH Kaltim (2020) Peta Analisis Pengaruh KRP Berdampak thd Areal Nilai Konservasi Tinggi (NKT) 3
c.1 Degradasi Lahan Hutan
Analisis Pengaruh KRP Berdampak terhadap Nilai Konservasi Tinggi (NKT) 4.2

NKT 4.2 merujuk pada Kawasan Penting untuk Pencegahan Erosi


dan Sedimentasi. Sebagian besar WP 3 berada pada kelas erosi Berat
dengan luas sebesar 2.893,11 Ha dan kelas Sangat Berat dengan luas
3.841,17 Ha, dengan total kelas Berat-Sangat Berat seluas 6.734,28 Ha
atau 99,82% dari luas WP. Beberapa KRP Berdampak berada atau
melintasi wilayah NKT 4.2 ini antara lain:
• Jalan Arteri Primer melintasi NKT 4.2 sepanjang 0,49 Km (11,98%)
• Jalan Kolektor Primer melintasi NKT 4.2 sepanjang 2,79 Km (17,46%)
• Jalan Khusus melintasi NKT 4.2 sepanjang 10,69 Km (93,12%)
• Zona PTL berada pada NKT 4.2 seluas 1.700,56 Ha (64,75%)
• Sub Zona Perumahan Kepadatan Rendah berada pada NKT 4.2
seluas 0,71 Ha (3,39%)
• Zona Pertahanan dan Keamanan berada pada NKT 4.2 seluas 871,76
Ha (91,19%)

KRP Berdampak Di Luar NKT 4.2 NKT 4.2


Pola Ruang (Ha)
Pembangkitan Tenaga Listrik 925,65 1.700,56
Pertahanan dan Keamanan 84,27 871,76
Perumahan Kepadatan
Rendah 20,09 0,71
Struktur Ruang (Km)
Jalan Arteri Primer 3,60 0,49
Jalan Khusus 0,79 10,69
Jalan Kolektor Primer 13,19 2,79

Sumber: Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi (KBKT) pada Skala Bentang Lahan di Provinsi Kalimantan Timur,
Fakultas Kehutanan dan Pusat Pengembangan Infrastruktur Informasi Geospasial (PPIIG-LP2M) Universitas
Mulawarman (2017); Rencana Induk Pengelolaan Keanekaragaman Hayati, DLH Kaltim (2020) Peta Analisis Pengaruh KRP Berdampak thd Areal Nilai Konservasi Tinggi (NKT) 4.2
c.2 Analisis
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup
Pengaruh KRP Berdampak terhadap Daya Dukung Lahan

• Jalan Arteri Primer melintasi kawasan limitasi atau non developable land sepanjang
1,6 Km (berada di dalam pengaruh rawa pasang surut)
• Jalan Kolektor Primer melintasi kawasan limitasi atau non developable land
sepanjang 4,27 Km (berada di dalam pengaruh rawa pasang surut)
• Jalan Khusus melintasi kawasan limitasi atau non developable land sepanjang 0,32
Km (Berada pada Kemiringan lereng > 40%)
• Zona Pembangkitan Tenaga Listrik (PTL) berada pada kawasan limitasi atau non
developable land seluas 380,07 Ha (Berada pada lereng rawan longsor dan
Kemiringan lereng > 40%)
• Sub Zona Perumahan Kepadatan Rendah berada pada kawasan limitasi atau non
developable land seluas 17,67 Ha (berada di dalam pengaruh rawa pasang surut)
• Zona Pertahanan dan Keamanan berada pada kawasan limitasi atau non
developable land seluas 37,54 Ha (Berada pada lereng rawan longsor dan
Kemiringan lereng > 40%)

ZPK-1 ZPK-2 ZPK-3 ZPK-4


ZPK 3 Lahan
KRP Berdampak Lahan Cukup Lahan Tidak
Lahan Sesuai Kurang
Sesuai Sesuai
(Potensial) Sesuai
(Bersyarat) (Limitasi)
(Terbatas)
Pola Ruang (Ha)
Pembangkitan Tenaga Listrik 543,74 857,46 844,94 380,07
Pertahanan dan Keamanan 54,55 580,99 282,95 37,54
Perumahan Kepadatan Rendah 0,02 2,25 0,85 17,67
Struktur Ruang (Km)
Jalan Arteri Primer 2,14 0,24 0,11 1,60
Jalan Khusus 0,55 4,96 5,65 0,32
Jalan Kolektor Primer 7,95 3,16 0,60 4,27

Sumber: MCA oleh KLHK & ATR/BPN Peta Analisis Pengaruh KRP Berdampak thd Daya Dukung Lahan (ZPK)
c.2 Analisis
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup
Pengaruh KRP Berdampak terhadap Bahaya Bencana Longsor

Sebagian besar WP memiliki potensi bahaya longsor tinggi dengan


luas 3.977,35 Ha atau 58,95% dari luas WP.
• Rencana Jalan Kolektor Primer melintasi area dengan kelas bahaya
bencana longsor tinggi sepanjang 8,13 Km (50,89%)
• Rencana Jalan Khusus melintasi area dengan kelas bahaya bencana
longsor tinggi sepanjang 8,13 Km (50,89%)
• Pembangkitan Tenaga Listrik berada di area dengan kelas bahaya
bencana longsor tinggi dengan luas 1.845,76 Ha (70,28%)
• Perumahan Kepadatan Rendah berada di area dengan kelas
bahaya bencana longsor tinggi dengan luas 0,85 Ha (4,09%)
• Pertahanan dan Keamanan berada di area dengan kelas bahaya
bencana longsor tinggi dengan luas 567,19 Ha (59,33%)

Kelas Bahaya Bencana Longsor


KRP Berdampak
Rendah Sedang Tinggi Tidak Ada
Pola Ruang (Ha)
Pembangkitan Tenaga Listrik 774,04 1.845,76 6,40
Pertahanan dan Keamanan 87,53 301,29 567,19 0,02
Perumahan Kepadatan Rendah 13,51 2,01 0,85 4,42
Struktur Ruang (Km)
Jalan Arteri Primer 2,20 1,78 0,11
Jalan Khusus 6,46 5,02
Jalan Kolektor Primer 3,98 3,43 8,13 0,44

Sumber: KRB IKN 1: 50.000, BNPB (2020) Peta Analisis Pengaruh KRP Berdampak thd Bahaya Bencana Longsor
c.2 Analisis
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup
Pengaruh KRP Berdampak terhadap Bahaya Bencana Kekeringan

Sebagian besar WP memiliki potensi bahaya kekeringan Tinggi


dengan luas 5.188,49 Ha atau 76,90% dari luas WP.
• Jalan Arteri Primer melintasi area dengan kelas bahaya bencana
kekeringan tinggi sepanjang 3,26 Km (79,53%)
• Jalan Kolektor Primer melintasi area dengan kelas bahaya
bencana kekeringan tinggi sepanjang 6,47 Km (40,49%)
• Jalan Khusus melintasi area dengan kelas bahaya bencana
kekeringan tinggi sepanjang 10,01 Km (87,20%)
• Zona Pembangkitan Tenaga Listrik berada di area dengan kelas
bahaya bencana kekeringan tinggi dengan luas 1920,18 Ha
(73,12%)
• Perumahan Kepadatan Rendah berada di area dengan kelas
bahaya bencana kekeringan tinggi dengan luas 20,79 Ha (100%)
• Zona Pertahanan dan Keamanan berada di area dengan kelas
bahaya bencana longsor tinggi dengan luas 567,19 Ha (59,33%)

Kelas Bahaya Bencana Kekeringan


KRP Berdampak
Sedang Tinggi
Pola Ruang (Ha)
Pembangkitan Tenaga Listrik 706,03 1.920,18
Pertahanan dan Keamanan 9,14 946,89
Perumahan Kepadatan Rendah 20,79
Struktur Ruang (Km)
Jalan Arteri Primer 0,84 3,26
Jalan Khusus 1,47 10,01
Jalan Kolektor Primer 9,51 6,47

Sumber: KRB IKN 1: 50.000, BNPB (2020) Peta Analisis Pengaruh KRP Berdampak thd Bahaya Bencana Kekeringan
c.2 Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup
Analisis Pengaruh KRP Berdampak terhadap JL Pengaturan Tata Aliran dan Pengendali Banjir

Berdasarkan hasil analisis pengaruh KRP berdampak thd kelas JL Pengaturan Tata Aliran dan
Pengendali Banjir, sebagian besar KRP berdampak berada pada kelas Sedang.

• Zona PTL berada pada area dengan JL Pengaturan Tata Aliran dan Pengendali Banjir kelas
Sangat Tinggi-Tinggi terluas yaitu 127,70 Ha (4,86%).
• Rencana pembangunan KRP berdampak berada pada lahan yang telah mengalami penurunan
kinerja. Luas penurunan kinerja Pengaturan Tata Aliran dan Pengendali Banjir terluas berada
pada rencana KRP pola ruang Zona PTL dengan luas 1.331,12 Ha (50,69%).
Kelas JL Pengaturan Tata Aliran dan Pengendali Banjir
KRP Berdampak Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Rendah
Pola Ruang (Ha)
Pembangkitan Tenaga Listrik 7,82 119,87 2.494,98 3,53
Pertahanan dan Keamanan 0,87 123,30 831,87
Perumahan Kepadatan Rendah 0,41 2,93 8,80 8,12 0,53
Struktur Ruang (Km)
Jalan Arteri Primer 3,23 0,86
Jalan Khusus 0,05 1,84 9,58
Jalan Kolektor Primer 0,01 0,39 14,99 0,59

100% 100%
90% 90%
80% 80%
70% 70%
60%
50% 60%
40% 50%
30% 40%
20% 30%
10%
0% 20%
Perumahan 10%
Pembangkitan Pertahanan 0%
Kepadatan Jalan Arteri Jalan Kolektor
Tenaga Listrik dan Keamanan Jalan Khusus
Rendah Primer Primer
Kecenderungan Perubahan Kecenderungan Perubahan
Indeks JL Pengaturan Tata Indeks JL Pengaturan Tata
1.331,12 499,79 0,31 5,74 3,14
Aliran dan Pengendali Aliran dan Pengendali Banjir
Banjir Menurun Menurun
Kecenderungan Perubahan Kecenderungan Perubahan
Indeks JL Pengaturan Tata Indeks JL Pengaturan Tata
628,95 139,71 19,94 3,79 12,58
Aliran dan Pengendali Aliran dan Pengendali Banjir
Banjir Tetap Tetap
Kecenderungan Perubahan Kecenderungan Perubahan
Indeks JL Pengaturan Tata Indeks JL Pengaturan Tata
666,14 316,53 0,85 5,73 0,25
Aliran dan Pengendali Aliran dan Pengendali Banjir
Banjir Meningkat Meningkat
Peta Analisis Pengaruh KRP Berdampak thd Kelas JL Pengaturan Tata Aliran dan
Sumber: KLHK, diolah, 2022 Pengendali Banjir
c.2 Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup
Analisis Pengaruh KRP Berdampak terhadap JL Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana

Berdasarkan hasil analisis pengaruh KRP berdampak thd kelas JL Pengaturan Pencegahan dan
Perlindungan dari Bencana, sebagian besar KRP berdampak berada pada kelas Sedang.
• Zona PTL berada pada area dengan JL Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan dari
Bencana kelas Sangat Tinggi-Tinggi terluas yaitu 165,73 Ha (6,31%).
• Rencana pembangunan KRP berdampak berada pada lahan yang telah mengalami penurunan
kinerja. Luas penurunan kinerja Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana
terluas berada pada rencana KRP pola ruang Zona PTL dengan luas 1.331,12 Ha (50,69%).
Kelas JL Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan dari
KRP Berdampak Bencana
Sangat Tinggi Tinggi Sedang Rendah
Pola Ruang (Ha)
Pembangkitan Tenaga Listrik 122,04 43,68 2.450,95 9,53
Pertahanan dan Keamanan 123,83 25,73 795,17 11,29
Perumahan Kepadatan Rendah 5,67 0,67 6,21 8,24
Struktur Ruang (Km)
Jalan Arteri Primer 4,09
Jalan Khusus 1,89 0,31 9,19 0,08
Jalan Kolektor Primer 0,40 0,03 3,17 12,38

100% 100%
90% 90%
80% 80%
70% 70%
60%
50% 60%
40% 50%
30% 40%
20% 30%
10% 20%
0%
Perumahan 10%
Pembangkitan Pertahanan dan 0%
Kepadatan Jalan Arteri Jalan Kolektor
Tenaga Listrik Keamanan Jalan Khusus
Rendah Primer Primer
Kecenderungan Perubahan Kecenderungan Perubahan
Indeks JL Pengaturan Indeks JL Pengaturan
1.331,12 499,79 0,31 5,74 3,14
Pencegahan dan Perlindungan Pencegahan dan Perlindungan
dari Bencana Menurun dari Bencana Menurun
Kecenderungan Perubahan Kecenderungan Perubahan
Indeks JL Pengaturan Indeks JL Pengaturan
666,17 311,77 0,85 0,48 5,37 0,25
Pencegahan dan Perlindungan Pencegahan dan Perlindungan
dari Bencana Tetap dari Bencana Tetap
Kecenderungan Perubahan Kecenderungan Perubahan
Indeks JL Pengaturan Indeks JL Pengaturan
628,92 144,48 19,94 3,30 0,36 12,58
Pencegahan dan Perlindungan Pencegahan dan Perlindungan
dari Bencana Meningkat dari Bencana Meningkat
Peta Analisis Pengaruh KRP Berdampak thd Kelas JL Pengaturan Pencegahan dan Perlindungan
Sumber: KLHK, diolah, 2022
dari Bencana
c.2 Analisis
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup
Pengaruh KRP Berdampak terhadap Kerentanan Perubahan Iklim

Seluruh WP 3 berada pada kerentanan perubahan iklim kelas Cukup


Rentan.
• Jalan Arteri Primer melintasi area dengan kelas kerentanan perubahan
iklim Cukup Rentan sepanjang 4,09 Km (100%)
• Jalan Kolektor Primer melintasi area dengan kelas kerentanan
perubahan iklim Cukup Rentan sepanjang 9,22 Km (100%)
• Jalan Khusus melintasi area dengan kelas kerentanan perubahan iklim
Cukup Rentan sepanjang 11,48 Km (100%)
• Zona Pembangkitan Tenaga Listrik berada di area dengan kelas
kerentanan perubahan iklim Cukup Rentan dengan luas 2.625,13 Ha
(100%)
• Perumahan Kepadatan Rendah berada di area dengan kelas
kerentanan perubahan iklim Cukup Rentan dengan luas 25 Ha (100%)
• Zona Pertahanan dan Keamanan berada di area dengan kelas
kerentanan perubahan iklim Cukup Rentan dengan luas 956,03 Ha
(100%)
• Perubahan lahan hutan menjadi terbangun/terbuka berpotensi
menurunkan kelas kerentanan perubahan iklim menjadi rentan, bahkan
sangat rentan.
• Peningkatan kerentanan terhadap perubahan iklim dapat
meningkatkan besaran, laju, frekuensi, dan peluang kejadian bencana
banjir, kekeringan, karhutla, dan bencana turunan lainnya, sehingga
diperlukannya upaya adaptasi dan mitigasi dari dampak perubahan
iklim

DIPERLUKANNYA UPAYA ADAPTASI DAN MITIGASI DARI DAMPAK


PERUBAHAN IKLIM
Sumber: SIDIK, KLHK Peta Analisis Pengaruh KRP Berdampak thd Kelas Kerentanan Perubahan Iklim
c.3 Analisis
Potensi Sumber Air
Pengaruh KRP Berdampak terhadap Daya Dukung Air

 Secara umum, seluas 6.525,24 Ha atau 96,72% dari


luas WP 3 IKN Selatan memiliki DD air yang
belum terlampaui.
 Status ambang air pada tahun 2021 menunjukkan
bahwa dengan kondisi penutupan lahan saat ini,
ketersediaan air DAS di WP 3 mampu memenuhi
kebutuhan air penduduk sampai dengan 39.662
jiwa.

• Pada rencana pola ruang, status DD Air terlampaui terluas berada pada rencana KRP
pola ruang HK dengan luas 12,31 Ha (1,29%).
• Pada rencana struktur ruang, rencana jalan arteri primer melintasi wilayah dengan
status DD Air terlampaui sepanjang 1,08 Km dan jalan kolektor primer sepanjang
0,94 Km
• Rencana pengembangan/pembangunan KRP berdampak berpotensi menurunkan
DD Air WP 3, di sisi lain terdapat rencana penambahan penduduk sebesar 32.576
Jiwa
• Diperlukan alternatif pemenuhan kebutuhan air
Peta Analisis Pengaruh KRP Berdampak thd Status Daya Dukung Air
c.3 Analisis
Potensi Sumber Air
Pengaruh KRP Berdampak terhadap Jasa Lingkungan Penyediaan Air

Berdasarkan hasil analisis pengaruh KRP berdampak thd kelas JL Penyediaan Air, sebagian
besar KRP berdampak berada pada kelas Rendah.
• Zona PTL berada pada area dengan JL Penyediaan Air kelas Rendah-Sangat Rendah
terluas yaitu 2.498,41 Ha (95,14%).
• Rencana pembangunan KRP berdampak berada pada lahan yang telah mengalami
penurunan kinerja. Luas penurunan kinerja Penyediaan Air terluas berada pada rencana
KRP pola ruang Zona PTL dengan luas 1.331,12 Ha (50,69%).

Kelas JL Penyediaan Air


KRP Berdampak Sangat Sangat
Tinggi Sedang Rendah
Tinggi Rendah
Pola Ruang (Ha)
Pembangkitan Tenaga Listrik 2,17 5,65 119,87 2.494,98 3,53
Pertahanan dan Keamanan 0,54 0,33 123,30 831,87
Perumahan Kepadatan Rendah 0,39 0,02 3,35 8,38 8,65
Struktur Ruang (Km)
Jalan Arteri Primer 3,23 0,86
Jalan Khusus 0,05 1,84 9,58
Jalan Kolektor Primer 0,01 0,39 14,99 0,59
100% 100%
90% 90%
80% 80%
70% 70%
60% 60%
50% 50%
40% 40%
30% 30%
20% 20%
10% 10%
0% 0%
Perumahan Jalan Arteri Jalan Kolektor
Pembangkitan Pertahanan dan Jalan Khusus
Kepadatan Primer Primer
Tenaga Listrik Keamanan
Rendah Kecenderungan Perubahan
Kecenderungan Perubahan Indeks JL Penyediaan Air 0,31 5,74 3,14
Indeks JL Penyediaan Air 1.331,12 496,56 Menurun
Menurun Kecenderungan Perubahan
Kecenderungan Perubahan Indeks JL Penyediaan Air 0,48 5,73 7,75
1.281,23 368,46 0,85
Indeks JL Penyediaan Air Tetap Tetap
Kecenderungan Perubahan Kecenderungan Perubahan
Indeks JL Penyediaan Air 13,86 91,01 19,94 Indeks JL Penyediaan Air 3,30 5,08
Meningkat Meningkat

Sumber: KLHK, diolah, 2022 Peta Analisis Pengaruh KRP Berdampak thd Kelas JL Penyediaan Air
c.4 Analisis
Dinamika Sosial Budaya
Pengaruh KRP Berdampak terhadap Lahan Aktivitas Sosial Ekonomi Masyarakat

• Rencana Jalan Arteri Primer melintasi lahan kebun masyarakat sepanjang 0,09
Km
• Rencana Jalan Kolektor Primer melintasi lahan kebun dan permukiman
masyarakat, sepanjang 0,04 Km
• Pembangkitan Tenaga Listrik berada pada lahan kebun dan pertanian lahan
kering masyarakat seluas 23,76 Ha
• Pertahanan dan Keamanan berada pada lahan kebun dan permukiman
masyarakat seluas 30,81 Ha

Bukan Pemilik
KRP Berdampak Lahan Aktivitas Masyarakat
(Penggarap)
Pola Ruang (Ha)
Pembangkitan Tenaga Perkebunan/Kebun 23,60
Listrik Pertanian lahan kering campur semak / kebun campur 0,16
Pembangkitan Tenaga Listrik Total 23,76
Pertahanan dan Perkebunan/Kebun 30,08
Keamanan Permukiman / Lahan terbangun 0,72
Pertahanan dan Keamanan Total 30,80
Struktur Ruang (Km)
Jalan Arteri Primer Bangunan Permukiman Desa 0,00
Perkebunan kelapa sawit 0,08
Jalan Arteri Primer Total 0,09
Jalan Kolektor Primer Perkebunan/Kebun 0,04
Jalan Kolektor Primer Total 0,04

Sumber: Peta Pemilikan Penguasaan Penggunaan dan Pemanfaatan Tanah (P4T) Peta Analisis Pengaruh KRP Berdampak terhadap Lahan Aktivitas Sosial Ekonomi Masyarakat
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/
BADAN PERTANAHAN NASIONAL

03
ALTERNATIF
PENYEMPURNAAN
KRP
Pengembangan Berbagai Bentuk Mitigasi Dampak/Pengaruh Negatif dan
Meningkatan Benefits KRP (Best Practices)

03.a
PERUMUSAN
ALTERNATIF
PENYEMPURNAAN
KRP

Sumber: Pasal 26 Ayat (1) Permen LHK No. P.69/MENLHK/


SETJEN/KUM.1/12/2017
03.b Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
Rencana Jalan Arteri Primer
Alternatif Penyempurnaan KRP

Degradasi Lahan Hutan Perubahan atau penyesuaian proses, metode, dan


adaptasi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan
• Melintasi area dengan kecenderungan penurunan kinerja JL pendukung dan teknologi yang lebih memenuhi pertimbangan
produksi primer sepanjang 3,61 Km (88,20%) Pembangunan Berkelanjutan
• Melintasi area dengan kecenderungan penurunan kinerja JL pendukung
biodiversitas sepanjang 3,61 Km (88,20%) a. Rencana peningkatan jalan arteri harus mempertimbangkan
• Melintasi lahan hutan lahan kering sekunder / bekas tebangan sepanjang sistem hidrologi sekitar sehingga tidak terjadi pemutusan
1,32 Km (32,30%) aliran dan menurunkan daya dukung air
• Berada pada Arahan Aksi Mitigasi FoLU Net Sink Perlindungan areal b. Menggunakan teknologi ramah lingkungan dalam Rekayasa
Konservasi Tinggi seluas 4,09 Km (100%) teknis saluran di bawah trase jalan perlu diperhatikan agar
• Melintasi NKT 4.2 sepanjang 0,49 Km (11,98%) koneksi antar saluran hidrologi alami tetap terhubung Pemberian arahan atau rambu-rambu
mitigasi dampak dan risiko Lingkungan
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup Hidup
• Melintasi kawasan limitasi atau non developable land sepanjang 1,6 Km Pemberian arahan atau rambu-rambu untuk
(berada di dalam pengaruh rawa pasang surut) mempertahankan atau meningkatkan fungsi a. Investigasi geoteknik terhadap rencana
• melintasi area dengan kelas bahaya bencana cuaca ekstrem Sedang ekosistem jalan, rekayasa fondasi dan lereng untuk
sepanjang 1,80 Km (44%) mengurangi kerusakan infrastruktur yang
• Berpotensi meningkatkan sampah jalan sebesar 614,15 liter/per hari a. Pengembangan konsep eco-road yang menitikberatkan dibangun
• Melintasi area dengan kecenderungan penurunan kinerja JL pengaturan pada perencanaan desain dan konstruksi jalan yang b. Penanaman pohon pada area dengan
iklim sepanjang 0,31 Km (7,49%) ramah lingkungan untuk menyeimbangkan dengan kelerengan tinggi
• Melintasi area dengan kecenderungan penurunan kinerja JL pengaturan kondisi di sekitarnya (Area konstruksi jalan yang kedap air c. Kajian GRK dampak pembangunan jalan
Tata Aliran dan Pengendali Banjir sepanjang 0,31 Km (7,49%) dalam rumija, Fasilitas peresap air (bioswales, bio d. Penyediaan rambu rawan bencana
• Melintasi area dengan kecenderungan penurunan kinerja JL pengaturan retention, detention, retention, taman), Jumlah pohon e. Rencana pembangunan/peningkatan jalan
Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana sepanjang 0,31 Km (7,49%) yang ditebang dan ditanam, Material reuse perkerasan diikuti dengan upaya agresif pemulihan
• Melintasi wilayah dengan kelas kerentanan iklim Cukup Rentan sepanjang jalan lama, Material daur ulang (recycling)), dst kualitas lingkungan hidup untuk
4,09 Km (100%) b. Dilengkapi perencanaan lansekap yang mengurangi risiko meningkatkan kemampuan penyerapan
konflik satwa dan manusia karbon
Potensi Sumber Air f. Penyediaan prasarana dan sarana
c. Rencana jalan dapat disesuaikan dengan regulasi Permen
• Melintasi wilayah dengan status DD air sudah terlampaui sepanjang LHK 23 tahun 2019 yang dikuatkan dengan kaidah-kaidah persampahan
1,08 Km dan belum terlampaui sepanjang 3,01 Km g. Sosialisasi kepada masyarakat terhadap
konservasi
• Melintasi wilayah dengan status DD air rentan sepanjang 1,39 Km rencana peningkatan jalan
d. Trase jalan yang berada pada JL pengaturan kelas tinggi-
• Melintasi area dengan JL penyediaan air kelas Rendah-Sangat
sangat tinggi diiringi dengan pengembangan jalur hijau
Rendah dengan panjang 4,09 Km (100%). Melintasi area dengan
kecenderungan penurunan kinerja JL penyediaan air sepanjang 0,31
atau RTH sepanjang jalan
Km (7,29%) e. Penyediaan area penyangga (buffer)

Dinamika Sosial Budaya


• Melintasi lahan penguasaan masyarakat (kebun) sepanjang 0,09 Km
03.b Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP Alternatif Penyempurnaan KRP
Rencana Jalan Kolektor Primer
Perubahan atau penyesuaian ukuran, skala dan lokasi yang
lebih memenuhi pertimbangan pembangunan berkelanjutan Penundaan, perbaikan urutan,
Degradasi Lahan Hutan atau perubahan prioritas
Dikembangkan di luar kawasan limitasi atau non developable pelaksanaan
• Melintasi area dengan JL pendukung produksi primer kelas Sangat Tinggi-Tinggi land. Pemindahan trase jalan sepanjang 4,27 Km a. Menyesuaikan rencana jalan yang
sepanjang 3,59 Km (22,49%). akan dibangun untuk mengikuti
• Melintasi area dengan JL pendukung biodiversitas kelas Sangat Tinggi-Tinggi Perubahan atau penyesuaian proses, metode, dan adaptasi jalan eksisting melalui konsep
sepanjang 2,90 Km (18,14%). terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi perluasan horizontal maupun vertikal
• Melintasi lahan hutan lahan kering sekunder / bekas tebangan sepanjang 3,00 Km yang lebih memenuhi pertimbangan Pembangunan dengan tujuan efektivitas dan efisiensi
(18,75%) dan hutan tanaman lain sepanjang 8,69 Km (54,,37%) Berkelanjutan alih fungsi lahan hutan.
• Melintasi area rencana rehabilitasi hutan berdasarkan arahan Indeks Jasa lingkungan
FoLU Net Sink 2030 KLHK sepanjang 7,30 Km (45,68%) a. Rencana pembangunan jalan kolektor harus mempertimbangkan
Pemberian arahan atau rambu-
• Melintasi rencana Arahan Aksi Mitigasi FoLU Net Sink Peningkatan Cadangan Karbon sistem hidrologi sekitar sehingga tidak terjadi pemutusan aliran
rambu mitigasi dampak dan
tanpa Rotasi FoLU Net Sink 2030 KLHK seluas 0,61 Km (3,83%) dan menurunkan daya dukung air
risiko Lingkungan Hidup
• Berada pada Arahan Aksi Mitigasi FoLU Net Sink Perlindungan areal Konservasi Tinggi b. Rekayasa teknis saluran di bawah trase jalan perlu diperhatikan
seluas 15,36 Km (96,17%) agar koneksi antar saluran hidrologi alami tetap terhubung a. Investigasi geoteknik terhadap
• Melintasi NKT 4.2 sepanjang 2,79 Km (17,46%) rencana jalan, rekayasa fondasi dan
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup Pemberian arahan atau rambu-rambu untuk lereng untuk mengurangi kerusakan
mempertahankan atau meningkatkan fungsi infrastruktur yang dibangun
• Melintasi kawasan limitasi atau non developable land sepanjang 4,27 Km (berada di dalam b. Pembangunan jaringan jalan harus
pengaruh rawa pasang surut) ekosistem
menggunakan konstruksi bronjong
• melintasi area dengan kelas bahaya bencana longsor tinggi sepanjang 8,13 Km (50,89%) a. Membatasi alih fungsi lahan dari lahan hutan menjadi wilayah atau gabion yang berupa tanggul
• melintasi area dengan kelas bahaya bencana cuaca ekstrem Sedang sepanjang 0,48 Km terbangun/terbuka untuk menghindari longsor
(2,98%) b. Pengembangan konsep eco-road yang menitikberatkan pada
• Berpotensi meningkatkan sampah jalan sebesar 1.556,96 liter/per hari c. Penanaman pohon pada area dengan
perencanaan desain dan konstruksi jalan yang ramah lingkungan kelerengan tinggi
• Melintasi area dengan JL pengaturan iklim kelas Tinggi dengan panjang 3,60 Km (22,53%).
• Melintasi area dengan JL pengaturan Tata Aliran dan Pengendali Banjir kelas Sangat
untuk menyeimbangkan dengan kondisi di sekitarnya (Area d. Penyediaan rambu rawan bencana
Tinggi-Tinggi dengan panjang 0,4 Km (2,51%). konstruksi jalan yang kedap air dalam rumija, Fasilitas peresap air e. Kajian GRK dampak pembangunan
• Melintasi area dengan JL pengaturan Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana kelas (bioswales, bio retention, detention, retention, taman), Jumlah jalan
Sangat Tinggi-Tinggi dengan panjang 0,43 Km (2,68%). pohon yang ditebang dan ditanam, Material reuse perkerasan f. Rencana pembangunan/peningkatan
• Melintasi wilayah dengan kelas kerentanan iklim Cukup Rentan sepanjang 15,98 Km jalan lama, Material daur ulang (recycling)) jalan diikuti dengan upaya agresif
(100%) c. Dilengkapi perencanaan lansekap yang mengurangi risiko konflik pemulihan kualitas lingkungan hidup
Potensi Sumber Air satwa dan manusia untuk meningkatkan kemampuan
d. Rencana jalan dapat disesuaikan dengan regulasi Permen LHK 23 penyerapan karbon
• Melintasi wilayah dengan status DD air sudah terlampaui dengan panjang g. Penyediaan prasarana dan sarana
0,94 Km dan belum terlampaui dengan panjang 15,03 Km tahun 2019 yang dikuatkan dengan kaidah-kaidah konservasi
e. Trase jalan yang berada pada JL pengaturan kelas tinggi-sangat persampahan
• Melintasi wilayah dengan status DD air rentan sepanjang 4,09 Km h. Sosialisasi kepada masyarakat terhadap
• Melintasi area dengan JL penyediaan air kelas Rendah-Sangat Rendah tinggi diiringi dengan pengembangan jalur hijau atau RTH
rencana pembangunan/peningkatan
dengan panjang 15,57 Km (97,49%). Melintasi area dengan kecenderungan sepanjang jalan
i. Melibatkan masyarakat dalam
penurunan kinerja JL penyediaan air sepanjang 3,14 Km (19,68%) f. Penyediaan area penyangga (buffer)
perencanaan
Dinamika Sosial Budaya j. Meminimalisasi relokasi permukiman
eksisting
• Melintasi lahan penguasaan masyarakat (kebun) sepanjang 0,04 Km
03.b
Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP Alternatif Penyempurnaan KRP
Rencana Jalan Khusus
Perubahan atau penyesuaian ukuran, skala dan lokasi yang
lebih memenuhi pertimbangan pembangunan berkelanjutan
Penundaan, perbaikan urutan,
Degradasi Lahan Hutan a. Dikembangkan di luar kawasan limitasi atau non developable land.
atau perubahan prioritas
Pemindahan trase jalan sepanjang 0,32 Km
• Melintasi area dengan JL pendukung produksi primer kelas Sangat Tinggi-Tinggi pelaksanaan
b. Pemindahan trase jalan sepanjang 0,13 Km (1,12%) pada NKT 3
sepanjang 11,34 Km (98,84%).
dan diarahkan untuk RTH yang berfungsi sebagai penyimpan a. Menyesuaikan rencana jalan yang akan
• Melintasi area dengan JL pendukung biodiversitas kelas Sangat Tinggi-Tinggi
karbon dan merupakan bagian dari ruang terbuka hijau (green dibangun untuk mengikuti jalan
dengan panjang 11,34 Km (98,84%).
spaces) dan ruang terbuka biru (blue spaces) eksisting melalui konsep perluasan
• Melintasi lahan hutan lahan kering sekunder / bekas tebangan sepanjang 1,89 Km
Perubahan atau penyesuaian proses, metode, dan adaptasi horizontal maupun vertikal dengan
(16,49%) dan hutan tanaman lain sepanjang 9,16 Km (79,,87%)
terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tujuan efektivitas dan efisiensi alih
• Melintasi area rencana rehabilitasi hutan berdasarkan arahan Indeks Jasa
yang lebih memenuhi pertimbangan Pembangunan fungsi lahan hutan.
lingkungan FoLU Net Sink 2030 KLHK seluas 2,75 Ha (24,01%)
• Berada pada Arahan Aksi Mitigasi FoLU Net Sink Perlindungan areal Konservasi Berkelanjutan
Tinggi seluas 11,48 Km (100%) a. Rencana pembangunan jalan arteri harus mempertimbangkan Pemberian arahan atau rambu-
• Melintasi NKT 3 sepanjang 0,13 Km (1,12%) sistem hidrologi sekitar sehingga tidak terjadi pemutusan aliran dan rambu mitigasi dampak dan
• Melintasi NKT 4.2 sepanjang 10,69 Km (93,12%) menurunkan daya dukung air risiko Lingkungan Hidup
b. Rekayasa teknis saluran di bawah trase jalan perlu diperhatikan agar a. Investigasi geoteknik terhadap
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup koneksi antar saluran hidrologi alami tetap terhubung rencana jalan, rekayasa fondasi dan
lereng untuk mengurangi kerusakan
• Melintasi kawasan limitasi atau non developable land sepanjang 0,32 Km (Berada Pemberian arahan atau rambu-rambu untuk
infrastruktur yang dibangun
pada Kemiringan lereng > 40%) mempertahankan atau meningkatkan fungsi ekosistem
b. Pembangunan jaringan jalan harus
• melintasi area dengan kelas bahaya bencana longsor tinggi sepanjang 5,06 Km
menggunakan konstruksi bronjong
(43,71%) a. Membatasi alih fungsi lahan dari lahan hutan menjadi wilayah atau gabion yang berupa tanggul
• Berpotensi meningkatkan sampah jalan sebesar 573,76 liter/per hari terbangun/terbuka untuk menghindari longsor
• Melintasi area dengan JL pengaturan iklim kelas Tinggi dengan panjang 11,39 Km b. Pengembangan konsep eco-road yang menitikberatkan pada c. Penanaman pohon pada area dengan
(11,48%). perencanaan desain dan konstruksi jalan yang ramah lingkungan kelerengan tinggi
• Melintasi area dengan JL pengaturan Tata Aliran dan Pengendali Banjir kelas Sangat untuk menyeimbangkan dengan kondisi di sekitarnya (Area d. Penyediaan rambu rawan bencana
Tinggi-Tinggi dengan panjang 1,89 Km (16,49%). konstruksi jalan yang kedap air dalam rumija, Fasilitas peresap air e. Kajian GRK dampak pembangunan
• Melintasi area dengan JL pengaturan Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana
(bioswales, bio retention, detention, retention, taman), Jumlah jalan
kelas Sangat Tinggi-Tinggi dengan panjang 2,2 Km (19,21%).
pohon yang ditebang dan ditanam, Material reuse perkerasan f. Rencana pembangunan/peningkatan
• Melintasi wilayah dengan kelas kerentanan iklim Cukup Rentan sepanjang 11,48 Km
jalan lama, Material daur ulang (recycling)) jalan diikuti dengan upaya agresif
(100%)
c. Dilengkapi perencanaan lansekap yang mengurangi risiko konflik pemulihan kualitas lingkungan hidup
Potensi Sumber Air satwa dan manusia untuk meningkatkan kemampuan
• Melintasi wilayah dengan status DD air sudah terlampaui dengan panjang d. Rencana jalan dapat disesuaikan dengan regulasi Permen LHK 23 penyerapan karbon
0,94 Km dan belum terlampaui dengan panjang 15,03 Km tahun 2019 yang dikuatkan dengan kaidah-kaidah konservasi g. Penyediaan prasarana dan sarana
• Melintasi wilayah dengan status DD air rentan sepanjang 4,09 Km e. Trase jalan yang berada pada JL pengaturan kelas tinggi-sangat persampahan
• Melintasi area dengan JL penyediaan air kelas Rendah-Sangat Rendah tinggi diiringi dengan pengembangan jalur hijau atau RTH
dengan panjang 15,57 Km (97,49%). Melintasi area dengan kecenderungan sepanjang jalan
penurunan kinerja JL penyediaan air sepanjang 3,14 Km (19,68%) f. Penyediaan area penyangga (buffer)
Alternatif Penyempurnaan KRP
03.b
Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
Rencana Zona Pembangkitan Tenaga Listrik (PTL)
Perubahan atau penyesuaian ukuran, skala dan lokasi yang
lebih memenuhi pertimbangan pembangunan berkelanjutan
Penundaan, perbaikan urutan,
Degradasi Lahan Hutan a. Pada kawasan limitasi atau non developable land seluas 380,07 Ha atau perubahan prioritas
• Berada pada area dengan JL pendukung produksi primer kelas Sangat Tinggi-Tinggi dengan luas diarahkan untuk zona lindung/RTH pelaksanaan
2.598,31 Ha (98,94%). b. Pada NKT 3 seluas 86,44 Ha (3,29%) diarahkan untuk RTH yang a. Penyediaan prasarana jaringan air bersih di WP
• Berada pada area dengan JL pendukung biodiversitas kelas Sangat Tinggi-Tinggi dengan luas berfungsi sebagai penyimpan karbon dan merupakan bagian dari ruang 3 direncanakan dari Bendungan Batu Lepek
2.192,96 Ha (83,50%). terbuka hijau (green spaces) dan ruang terbuka biru (blue spaces) sehingga diperlukan perencanaan
• Berada pada lahan hutan lahan kering sekunder / bekas tebangan seluas 121,58 Ha (4,63%) dan pengembangan jaringan perpipaan air bersih
hutan tanaman lain seluas 2.456,99 Ha (93,56%) Perubahan atau penyesuaian proses, metode, dan adaptasi
menuju WP 3 dan informasi kapasitas air
• Berada pada rencana rehabilitasi hutan berdasarkan arahan Indeks Jasa lingkungan FoLU Net Sink terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
2030 KLHK seluas 1072,74 Ha (40,85%) yang lebih memenuhi pertimbangan Pembangunan Pemberian arahan atau rambu-
• Berada pada rencana Arahan Aksi Mitigasi FoLU Net Sink Peningkatan Cadangan Karbon dengan Berkelanjutan rambu untuk mempertahankan
Rotasi FoLU Net Sink 2030 KLHK seluas 24,33 Ha (0,93%) dan tanpa rotasi seluas 13,77 Ha (0,52%)
• Berada pada Arahan Aksi Mitigasi FoLU Net Sink Perlindungan areal Konservasi Tinggi seluas a. Pengembangan sumber air alternatif atau meningkatkan fungsi
2.603,15 Ha (99,12%) b. Menghindari pemanfaatan air tanah untuk kebutuhan air PLTS ekosistem
• Berdasarkan hasil proyeksi perubahan lahan pada pola ruang (skenario BAU), hutan di WP 3 c. Konservasi air melalui efisiensi pemanfaatan air (reduce, reuse, dan a. Membatasi alih fungsi lahan dari lahan hutan
berpotensi melepaskan 120 KT CO₂e/tahun. Khusus pola ruang PTL berpotensi melepaskan 84,27 recycle), pemanfaatan air seefisien mungkin, dan/atau pemanenan air hujan menjadi kawasan terbangun/terbuka
KT CO₂e/tahun di setiap bangunan b. Menggunakan teknologi ramah lingkungan
• Berada pada NKT 3 seluas 86,44 Ha (3,29%) d. Pemanfaatan air hujan secara optimal melalui bak tampungan atau sumur dalam pembangunan infrastruktur strategis
• Berada pada NKT 4.2 seluas 1.700,56 Ha (64,75%) resapan berdasarkan potensi pemanenan air hujan (PAH) yang berada pada lahan-lahan dengan jasa
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup lingkungan pendukung produksi primer dan
Pemberian arahan atau rambu-rambu mitigasi dampak biodiversitas tinggi dan sangat tinggi
• Berada pada kawasan limitasi atau non developable land seluas 380,07 Ha (Berada pada lereng c. Perlindungan dan pemulihan vegetasi hutan
rawan longsor dan Kemiringan lereng > 40%) dan risiko Lingkungan Hidup
hujan tropis di kawasan ekosistem
• Berada di area dengan kelas bahaya bencana longsor tinggi dengan luas 1.845,76 Ha (70,28%)
a. Penanaman pohon pada area dengan kelerengan tinggi riparian/sempadan
• Berada di area dengan kelas bahaya bencana cuaca ekstrem Sedang dengan luas 42,61 Ha (1,62%)
b. Investigasi geoteknik terhadap rencana jalan, rekayasa fondasi dan d. Dilengkapi dengan infrastruktur yang ramah
• Potensi terjadinya peningkatan Limbah B3 dari silikon yang terdapat di dalam panel
• Berada di area dengan JL penyediaan pangan kelas Tinggi dengan luas 7,82 Ha (0,3%). lereng untuk mengurangi kerusakan infrastruktur yang dibangun satwa
• Berada di area dengan JL pengaturan iklim kelas Tinggi dengan luas 2.616,67 Ha (99,64%). c. Penyediaan rambu rawan bencana longsor e. Dilengkapi perencanaan lansekap yang
• Berada di area dengan JL pengaturan Tata Aliran dan Pengendali Banjir kelas Sangat Tinggi-Tinggi d. Pembuatan bronjong pada daerah rawan longsor mengurangi risiko konflik satwa dan manusia
dengan luas 127,70 Ha (4,86%). e. Pembuatan sumur resapan f. Pengembangan Zona PTL yang berada pada JL
• Berada di area dengan JL pengaturan Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana kelas Sangat f. Kajian GRK dampak pembangunan di Zona PTL pengaturan kelas tinggi-sangat tinggi diiringi
Tinggi-Tinggi dengan luas 165,73 Ha (6,31%). g. Pengembangan agroforestry dengan pengembangan jalur hijau atau RTH
• Berada pada KBAK PPU seluas 79,36 Ha (3,02) h. Wilayah pada arahan Peningkatan Cadangan Karbon diarahkan dengan jenis tumbuhan lokal dan pakan
• Berada di wilayah dengan kelas kerentanan iklim Cukup Rentan dengan luas 2.626,21 Ha (100%) sebagai RTH yang berfungsi sebagai penyimpan karbon potensial satwa burung dan memiliki fungsi
edukasi sekaligus menjadi spot pameran
Potensi Sumber Air i. Rencana pengembangan Zona PTL diikuti dengan upaya agresif
pemulihan kualitas lingkungan hidup untuk meningkatkan keragaman hutan hujan tropis Kalimantan
• Melintasi wilayah dengan status DD air sudah terlampaui dengan panjang 0,94 Km dan kemampuan penyerapan karbon melalui rehabilitasi dan revegetasi hutan g. Pengayaan jenis dipterokarpa dan non
belum terlampaui dengan panjang 15,03 Km j. Pengurangan/reduksi dari sumber melalui substitusi bahan, dipterokarpa asli Kalimantan pada RTH dan jalur
• Melintasi wilayah dengan status DD air rentan sepanjang 4,09 Km modifikasi proses dan/atau rekayasa teknologi ramah lingkungan hijau seperti ulin, meranti dan berbagai jenis
• Melintasi area dengan JL penyediaan air kelas Rendah-Sangat Rendah dengan panjang untuk pengelolaan B3 dan limbah B3 dipterocarpaceae lainnya, rotan dan bambu,
15,57 Km (97,49%). Melintasi area dengan kecenderungan penurunan kinerja JL tanaman obat dan tanaman hias asli Kalimantan
k. Penyediaan tempat penyimpanan limbah B3
penyediaan air sepanjang 3,14 Km (19,68%) h. Penyediaan area penyangga (buffer )
l. Sosialisasi kepada masyarakat terhadap rencana pembangunan
Dinamika Sosial Budaya m. Melibatkan masyarakat dalam perencanaan 37
n. Meminimalisasi relokasi permukiman eksisting
• Berada pada lahan penguasaan masyarakat (kebun, permukiman, pertanian lahan kering)
Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP Alternatif Penyempurnaan KRP
03.b Rencana Sub Zona Perumahan Kepadatan Rendah (R-4)
Perubahan atau penyesuaian ukuran, skala dan lokasi yang
Penundaan, perbaikan urutan,
atau perubahan prioritas
lebih memenuhi pertimbangan pembangunan pelaksanaan
Degradasi Lahan Hutan berkelanjutan
a. Penyediaan prasarana jaringan air bersih di WP
• Berada pada area dengan JL pendukung produksi primer kelas Sangat Tinggi-Tinggi dengan a. Pada kawasan limitasi atau non developable land seluas 17,67 Ha
3 direncanakan dari Bendungan Batu Lepek
luas 11,05 Ha (53,16%). diarahkan untuk RTH
sehingga diperlukan perencanaan
• Berada pada area dengan JL pendukung biodiversitas kelas Tinggi dengan luas 0,85 Ha (4,09%). pengembangan jaringan perpipaan air
Perubahan atau penyesuaian proses, metode, dan adaptasi
• Berada pada lahan hutan lahan kering sekunder / bekas tebangan seluas 1,68 Ha (8,08%) dan bersih menuju WP 3 dan informasi kapasitas
hutan tanaman lain seluas 0,85 Ha (4,09%) terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
air
• Berada pada rencana rehabilitasi hutan berdasarkan arahan Indeks Jasa lingkungan FoLU Net lebih memenuhi pertimbangan Pembangunan Berkelanjutan
Pemberian arahan atau rambu-
Sink 2030 KLHK seluas 8,80 Ha (42,31%) a. Pengembangan sumber air alternatif rambu untuk mempertahankan
• Berada pada rencana Arahan Aksi Mitigasi FoLU Net Sink Peningkatan Cadangan Karbon tanpa b. Menghindari pemanfaatan air tanah dalam pemenuhan kebutuhan air atau meningkatkan fungsi
Rotasi FoLU Net Sink 2030 KLHK seluas 8,49 Ha (40,85%) sehari-hari di sub zona R-4 ekosistem
• Berada pada Arahan Aksi Mitigasi FoLU Net Sink Perlindungan areal Konservasi Tinggi seluas c. Konservasi air melalui efisiensi pemanfaatan air (reduce, reuse, dan
12,30 Ha (59,15%) recycle), pemanfaatan air seefisien mungkin, dan/atau pemanenan air hujan a. Membatasi alih fungsi lahan dari lahan hutan
• Berdasarkan hasil proyeksi perubahan lahan pada pola ruang (skenario BAU), hutan di WP 3 di setiap bangunan menjadi kawasan terbangun/terbuka
berpotensi melepaskan 120 KT CO₂e/tahun d. Air kelabu atau grey water dari penggunaan domestik dapat didaur b. Menggunakan teknologi ramah lingkungan
• Berada pada NKT 4.2 seluas 0,71 Ha (3,39%) ulang supaya dapat digunakan kembali untuk pemanfaatan lain misalkan dalam pembangunan infrastruktur strategis
yang berada pada lahan-lahan dengan jasa
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup irigasi pertanian atau perkebunan/pertamanan
e. Pemanfaatan air hujan secara optimal melalui bak tampungan atau lingkungan pendukung produksi primer dan
• Berada pada kawasan limitasi atau non developable land seluas 17,67 Ha (berada di dalam sumur resapan berdasarkan potensi pemanenan air hujan (PAH) biodiversitas tinggi dan sangat tinggi
pengaruh rawa pasang surut) c. Perlindungan dan pemulihan vegetasi hutan
• Berada di area dengan kelas bahaya bencana longsor tinggi dengan luas 0,85 Ha (4,09%) Pemberian arahan atau rambu-rambu mitigasi dampak hujan tropis di kawasan ekosistem
• Berada di area dengan kelas bahaya bencana kekeringan tinggi dengan luas 20,79 Ha (100%) riparian/sempadan
dan risiko Lingkungan Hidup
• Berada di area dengan kelas bahaya bencana cuaca ekstrem Sedang dengan luas 5,13 Ha d. Dilengkapi dengan infrastruktur yang ramah
(24,70%) a. Penanaman pohon pada area dengan kelerengan tinggi satwa
• Timbulan sampah domestik berpotensi meningkat sebesar 17.112,5 kg/hari atau 2.856,84% b. Penyediaan rambu rawan bencana longsor e. Dilengkapi lansekap yang mengurangi risiko
pada tahun 2043 c. Pembuatan bronjong pada daerah rawan longsor konflik satwa dan manusia
• Pada tahun 2043, air limbah domestik berpotensi menyumbang beban BOD sebesar 945,47 d. Pembuatan sumur resapan f. Pengembangan Sub Zona R-4 yang berada
Kg/hari, COD sebesar 1.300,02 Kg/hari, dan TSS sebesar 898,19 Kg/hari, atau terjadi kenaikan e. Pengembangan agroforestry pada JL pengaturan kelas tinggi-sangat tinggi
sebesar 2.856,84% dibandingkan tahun 2023 f. Wilayah pada arahan Peningkatan Cadangan Karbon diarahkan sebagai diiringi dengan pengembangan jalur hijau
• Berada di area dengan JL pengaturan iklim kelas Sangat Tinggi-Tinggi dengan luas 12,13 Ha RTH yang berfungsi sebagai penyimpan karbon atau RTH dengan jenis tumbuhan lokal dan
(58,36%). g. Penyediaan prasarana dan sarana persampahan pakan potensial satwa burung dan yang
• Berada di area dengan JL pengaturan Tata Aliran dan Pengendali Banjir kelas Sangat Tinggi- h. Pengelolaan sampah dalam skala rumah secara terpilah memiliki fungsi edukasi sekaligus menjadi spot
Tinggi dengan luas 3,34 Ha (16,08%). i. Penyediaan TPS-3R pameran keragaman hutan hujan tropis
• Berada di area dengan JL pengaturan Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana kelas Sangat j. Melakukan pengolahan air limbah dengan sistem on-site dan/atau sistem off- Kalimantan
Tinggi-Tinggi dengan luas 6,34 Ha (30,50%). site untuk mencegah pencemaran ke air tanah dan sungai g. Pengayaan jenis dipterokarpa dan non
• Berada di wilayah dengan kelas kerentanan iklim Cukup Rentan dengan luas 20,79 Ha (100%) k. Konsep perencanaan riparian dengan upaya penurunan beban pencemaran dipterokarpa asli Kalimantan pada RTH dan jalur
dari limbah domestik (IPAL wetland biocord), yang terintegrasi dengan RTH
Potensi Sumber Air sebagai sarana sosial masyarakat, pusat edukasi, nursery, urban farming, wisata,
hijau seperti ulin, meranti dan berbagai jenis
dipterocarpaceae lainnya, rotan dan bambu,
• Berada di wilayah dengan status DD air sudah terlampaui dengan luas 6,72 Ha (32,32%) dan konservasi lingkungan
tanaman obat dan tanaman hias asli Kalimantan
dan belum terlampaui dengan luas 14,07 Ha (67,68%) l. Akses pelayanan jaringan Sistem Penyaluran Air Limbah (SPAL) dan
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) 100%
h. Memperhatikan nilai koefisien dasar hijau
• Berada di wilayah dengan status DD air rentan dengan luas 6,72 Ha (KDH) untuk setiap bangunan sebagai
• Berada di area dengan JL penyediaan air kelas Rendah-Sangat Rendah dengan luas 17,03 kontrol pengendali tata air dan banjir
Ha (81,89%). Tidak berada di area dengan kecenderungan penurunan kinerja JL
penyediaan air
Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP Alternatif Penyempurnaan KRP
03.b Rencana Zona Pertahanan dan Keamanan (HK) Perubahan atau penyesuaian ukuran, skala dan lokasi yang
lebih memenuhi pertimbangan pembangunan berkelanjutan
Penundaan, perbaikan urutan,
atau perubahan prioritas
pelaksanaan
Degradasi Lahan Hutan a. Pada kawasan limitasi atau non developable land seluas 37,54 Ha diarahkan untuk
RTH. a. Penyediaan prasarana jaringan air bersih di WP
• Berada pada area dengan JL pendukung produksi primer kelas Sangat Tinggi-Tinggi dengan luas b. 3 direncanakan dari Bendungan Batu Lepek
Pada NKT 3 seluas 19,84 Ha (2,08%) diarahkan untuk RTH yang berfungsi sebagai
934,74 Ha (97,77%). penyimpan karbon dan merupakan bagian dari ruang terbuka hijau (green spaces) dan
sehingga diperlukan perencanaan
• Berada pada area dengan JL pendukung biodiversitas kelas Sangat Tinggi-Tinggi dengan luas 862,86 ruang terbuka biru (blue spaces) pengembangan jaringan perpipaan air
Ha (90,25%). Perubahan atau penyesuaian proses, metode, dan adaptasi bersih menuju WP 3 dan informasi kapasitas
• Berada pada lahan hutan lahan kering sekunder / bekas tebangan seluas 123,67 Ha (12,94%) dan terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang air
hutan tanaman lain seluas 767,90 Ha (80,,32%) lebih memenuhi pertimbangan Pembangunan Berkelanjutan Pemberian arahan atau rambu-
• Berada pada rencana rehabilitasi hutan berdasarkan arahan Indeks Jasa lingkungan FoLU Net Sink rambu untuk mempertahankan
2030 KLHK seluas 203,66 Ha (21,30%) a. Pengembangan sumber air alternatif
b. Menghindari pemanfaatan air tanah dalam pemenuhan kebutuhan air sehari-hari di atau meningkatkan fungsi
• Berada pada rencana Arahan Aksi Mitigasi FoLU Net Sink Peningkatan Cadangan Karbon dengan
Rotasi FoLU Net Sink 2030 KLHK seluas 9,11 Ha (0,95%) dan tanpa rotasi seluas 1,70 Ha (0,18%) Zona HK ekosistem
c. Konservasi air melalui efisiensi pemanfaatan air (reduce, reuse, dan recycle),
• Berada pada Arahan Aksi Mitigasi FoLU Net Sink Perlindungan areal Konservasi Tinggi seluas 951,65 a. Membatasi alih fungsi lahan dari lahan
pemanfaatan air seefisien mungkin, dan/atau pemanenan air hujan di setiap bangunan
Ha (99,54%) hutan menjadi kawasan terbangun/terbuka
d. Air kelabu atau grey water dari penggunaan domestik dapat didaur ulang supaya
• Berdasarkan hasil proyeksi perubahan lahan pada pola ruang (skenario BAU), hutan di WP 3 b. Menggunakan teknologi ramah lingkungan
dapat digunakan kembali untuk pemanfaatan lain misalkan irigasi pertanian atau
berpotensi melepaskan 120 KT CO₂e/tahun. Khusus pola ruang HK berpotensi melepaskan 34,08 KT dalam pembangunan infrastruktur strategis
perkebunan/pertamanan
CO₂e/tahun e. Pemanfaatan air hujan secara optimal melalui bak tampungan atau sumur resapan yang berada pada lahan-lahan dengan jasa
• Berada pada NKT 3 seluas 19,84 Ha (2,08%) berdasarkan potensi pemanenan air hujan (PAH) lingkungan pendukung produksi primer dan
• Berada pada NKT 4.2 seluas 871,76 Ha (91,19%) biodiversitas tinggi dan sangat tinggi
Pemberian arahan atau rambu-rambu mitigasi dampak
Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Hidup dan risiko Lingkungan Hidup
c. Perlindungan dan pemulihan vegetasi hutan
hujan tropis di kawasan ekosistem
• Berada pada kawasan limitasi atau non developable land seluas 37,54 Ha (Berada pada lereng rawan riparian/sempadan
longsor dan Kemiringan lereng > 40%) a. Penanaman pohon pada area dengan kelerengan tinggi
b. Pengadaan rambu rawan bencana longsor d. Dilengkapi dengan infrastruktur yang ramah
• Berada di area dengan kelas bahaya bencana longsor tinggi dengan luas 567,19 Ha (59,33%)
c. Pembuatan bronjong pada daerah rawan longsor satwa
• Berada di area dengan kelas bahaya bencana kekeringan tinggi dengan luas 946,89 Ha (99,04%)
• Tidak berada di area dengan kelas bahaya bencana cuaca ekstrem Sedang
d. Pembuatan sumur resapan e. Dilengkapi perencanaan lansekap yang
e. Kajian GRK dampak pembangunan di Zona HK mengurangi risiko konflik satwa dan manusia
• Timbulan sampah domestik berpotensi meningkat sebesar 17.112,5 kg/hari atau 2.856,84% pada
f. Pengembangan agroforestry f. Pengembangan Zona HK yang berada pada JL
tahun 2043
g. Wilayah pada arahan Peningkatan Cadangan Karbon diarahkan sebagai RTH yang pengaturan kelas tinggi-sangat tinggi diiringi
• Pada tahun 2043, air limbah domestik berpotensi menyumbang beban BOD sebesar 945,47 Kg/hari, berfungsi sebagai penyimpan karbon
COD sebesar 1.300,02 Kg/hari, dan TSS sebesar 898,19 Kg/hari, atau terjadi kenaikan sebesar dengan pengembangan jalur hijau atau
h. Rencana pengembangan Zona HK diikuti dengan upaya agresif pemulihan kualitas
2.856,84% dibandingkan tahun 2023 lingkungan hidup untuk meningkatkan kemampuan penyerapan karbon melalui
RTH dengan jenis tumbuhan lokal dan pakan
• Berada di area dengan JL pengaturan iklim kelas Tinggi dengan luas 944,74 Ha (98,82%). rehabilitasi dan revegetasi hutan potensial satwa burung dan yang memiliki
• Berada di area dengan JL pengaturan Tata Aliran dan Pengendali Banjir kelas Sangat Tinggi-Tinggi i. Penyediaan prasarana dan sarana persampahan fungsi edukasi sekaligus menjadi spot
dengan luas 124,16 Ha (12,99%). j. Pengelolaan sampah dalam skala rumah secara terpilah pameran keragaman hutan hujan tropis
• Berada di area dengan JL pengaturan Pencegahan dan Perlindungan dari Bencana kelas Sangat k. Penyediaan TPS-3R Kalimantan
Tinggi-Tinggi dengan luas 149,57 Ha (15,64%). l. Melakukan pengolahan air limbah dengan sistem on-site dan/atau sistem off-site untuk g. Pengayaan jenis dipterokarpa dan non
• Berada di wilayah dengan kelas kerentanan iklim Cukup Rentan dengan luas 956,03 Ha (100%) mencegah pencemaran ke air tanah dan sungai dipterokarpa asli Kalimantan pada RTH dan
m. Konsep perencanaan riparian dengan upaya penurunan beban pencemaran dari jalur hijau seperti ulin, meranti dan berbagai
Potensi Sumber Air limbah domestik (IPAL wetland biocord), yang terintegrasi dengan RTH sebagai sarana jenis dipterocarpaceae lainnya, rotan dan
• Berada di wilayah dengan status DD air sudah terlampaui dengan luas 12,31 Ha (1,29%) sosial masyarakat, pusat edukasi, nursery, urban farming, wisata, dan konservasi
bambu, tanaman obat dan tanaman hias asli
dan belum terlampaui dengan luas 943,72 Ha (98,71%) lingkungan
Kalimantan
• Berada di wilayah dengan status DD air rentan dengan luas 508,87 Ha n. Akses pelayanan jaringan Sistem Penyaluran Air Limbah (SPAL) dan Instalasi
Pengolahan Air Limbah (IPAL) 100% h. Memperhatikan nilai koefisien dasar hijau
• Berada di area dengan JL penyediaan air kelas Rendah dengan luas 831,87 Ha (87,01%). (KDH) untuk setiap bangunan sebagai kontrol
o. Sosialisasi kepada masyarakat terhadap rencana pembangunan
Dinamika Sosial Budaya p. Melibatkan masyarakat dalam perencanaan pengendali tata air dan banjir
q. Meminimalisasi relokasi permukiman eksisting i. Penyediaan area penyangga (buffer )
• Berada pada lahan penguasaan masyarakat (kebun, permukiman) seluas 30,91 Ha
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/
BADAN PERTANAHAN NASIONAL

04
REKOMENDASI
PERBAIKAN UNTUK
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN KRP
04.a
REKOMENDASI
PERBAIKAN UNTUK
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN KRP

Sumber: Pasal 28 Permen LHK No. P.69/MENLHK/


SETJEN/KUM.1/12/2017
Rekomendasi Perbaikan untuk Pengambilan Keputusan KRP
04.a Materi Perbaikan KRP Rencana Jalan Arteri Primer
Rekomendasi Perbaikan Rencana
Arahan Pemanfaatan Ruang:
• Trase jalan yang berada pada jasa lingkungan kelas tinggi-sangat tinggi
diiringi dengan pengembangan jalur hijau atau RTH sepanjang jalan
• Pembatasan pemanfaatan lahan hutan menjadi jalan
• Perencanaan jalan dilengkapi dengan infrastruktur yang ramah satwa
• Dilengkapi lansekap yang mengurangi risiko konflik satwa dan manusia
• Pengembangan konsep eco-road yang menitikberatkan pada
perencanaan desain dan konstruksi jalan yang ramah lingkungan untuk
menyeimbangkan dengan kondisi di sekitarnya

Arahan Zonasi:
• Konstruksi jaringan jalan dirancang adaptif terhadap bencana
• Pembangunan infrastruktur strategis harus menggunakan teknologi ramah
lingkungan
• Penyediaan area penyangga (buffer)
• Rencana jalan diperkuat dengan kaidah-kaidah konservasi disesuaikan dengan
regulasi Permen LHK 23 tahun 2019
• Penyediaan rambu rawan bencana

Rekomendasi Perbaikan Program


• Arahan Tindak Lanjut Program:
o Persetujuan Lingkungan (AMDAL)
o Sosialisasi kepada masyarakat terhadap rencana pembangunan

Peta Rencana Struktur Ruang Jalan Arteri Primer


Rekomendasi Perbaikan untuk Pengambilan Keputusan KRP
04.a Materi Perbaikan KRP Rencana Jalan Kolektor Primer
Penyelarasan Struktur Ruang
• Pemindahan trase jalan sepanjang 4,27 Km
Rekomendasi Perbaikan Rencana
Arahan Pemanfaatan Ruang:
• Trase jalan yang berada pada jasa lingkungan kelas tinggi-sangat tinggi diiringi dengan
pengembangan jalur hijau atau RTH sepanjang jalan
• Menyesuaikan rencana jalan yang akan dibangun untuk mengikuti jalan eksisting
melalui konsep perluasan horizontal maupun vertikal dengan tujuan efektivitas dan
efisiensi alih fungsi lahan hutan.
• Pembatasan pemanfaatan lahan hutan menjadi jalan
• Meminimalisasi relokasi permukiman eksisting
• Perencanaan jalan dilengkapi dengan infrastruktur yang ramah satwa
• Dilengkapi lansekap yang mengurangi risiko konflik satwa dan manusia
• Pengembangan konsep eco-road yang menitikberatkan pada perencanaan desain dan
konstruksi jalan yang ramah lingkungan untuk menyeimbangkan dengan kondisi di
sekitarnya
Arahan Zonasi:
• Konstruksi jaringan jalan dirancang adaptif terhadap bencana
• Pembangunan infrastruktur strategis harus menggunakan teknologi ramah lingkungan
• Penyediaan area penyangga (buffer )
• Rencana jalan diperkuat dengan kaidah-kaidah konservasi disesuaikan dengan regulasi
Permen LHK 23 tahun 2019
• Penyediaan prasarana dan sarana persampahan
• Penyediaan rambu rawan bencana
Rekomendasi Perbaikan Program
• Arahan Tindak Lanjut Program:
o Persetujuan Lingkungan (AMDAL) Blok B.4 4,26 Km
o ANDALALIN Blok B.5 0,01 Km
o Kajian GRK dampak pembangunan jalan dan upaya agresif pemulihan kualitas
lingkungan hidup untuk meningkatkan kemampuan penyerapan karbon
o Sosialisasi kepada masyarakat terhadap rencana pembangunan Peta Penyelarasan Rencana Struktur Ruang Jalan Kolektor Primer
Rekomendasi Perbaikan untuk Pengambilan Keputusan KRP
04.a Materi Perbaikan KRP Rencana Jalan Khusus
Penyelarasan Struktur Ruang
• Pemindahan trase jalan sepanjang 0,32 Km
• Pemindahan trase jalan sepanjang 0,13 Km (1,12%) pada NKT 3

Rekomendasi Perbaikan Rencana


Arahan Pemanfaatan Ruang:
• Trase jalan yang berada pada jasa lingkungan kelas tinggi-sangat tinggi diiringi dengan
pengembangan jalur hijau atau RTH sepanjang jalan
• Menyesuaikan rencana jalan yang akan dibangun untuk mengikuti jalan eksisting melalui Blok A.1
konsep perluasan horizontal maupun vertikal dengan tujuan efektivitas dan efisiensi alih fungsi 0,32 Km
lahan hutan.
• Pembatasan pemanfaatan lahan hutan menjadi jalan
• Meminimalisasi relokasi permukiman eksisting
• Perencanaan jalan dilengkapi dengan infrastruktur yang ramah satwa
• Dilengkapi lansekap yang mengurangi risiko konflik satwa dan manusia
• Pengembangan konsep eco-road yang menitikberatkan pada perencanaan desain dan
konstruksi jalan yang ramah lingkungan untuk menyeimbangkan dengan kondisi di sekitarnya
Arahan Zonasi:
• Konstruksi jaringan jalan dirancang adaptif terhadap bencana
• Pembangunan infrastruktur strategis harus menggunakan teknologi ramah lingkungan Blok A.2
0,13 Km
• Penyediaan area penyangga (buffer )
• Rencana jalan diperkuat dengan kaidah-kaidah konservasi disesuaikan dengan regulasi Permen
LHK 23 tahun 2019
• Penyediaan prasarana dan sarana persampahan
• Penyediaan rambu rawan bencana
Rekomendasi Perbaikan Program
• Arahan Tindak Lanjut Program:
o Persetujuan Lingkungan (AMDAL)
o ANDALALIN
o Kajian GRK dampak pembangunan jalan dan upaya agresif pemulihan kualitas lingkungan
hidup untuk meningkatkan kemampuan penyerapan karbon
o Sosialisasi kepada masyarakat terhadap rencana pembangunan
Peta Penyelarasan Rencana Struktur Ruang Jalan Khusus
Rekomendasi Perbaikan untuk Pengambilan Keputusan KRP
04.a Materi Perbaikan KRP Zona Pembangkitan Tenaga Listrik (PTL)
Penyelarasan Pola Ruang
• Pada kawasan limitasi atau non developable land seluas 380,07 Ha diarahkan untuk Zona
lindung/RTH
• Pada NKT 3 seluas 86,44 Ha diarahkan untuk RTH yang berfungsi sebagai penyimpan karbon dan
merupakan bagian dari ruang terbuka hijau (green spaces) dan ruang terbuka biru (blue spaces)

Rekomendasi Perbaikan Rencana


Arahan Pemanfaatan Ruang:
• Menggunakan teknologi ramah lingkungan dalam pembangunan infrastruktur strategis yang berada pada
lahan-lahan dengan jasa lingkungan pendukung produksi primer dan biodiversitas tinggi dan sangat tinggi
• Perlindungan dan pemulihan vegetasi hutan hujan tropis di kawasan ekosistem riparian/sempadan
• Dilengkapi dengan infrastruktur yang ramah satwa
• Pengembangan Zona HK yang berada pada JL pengaturan kelas tinggi-sangat tinggi diiringi dengan
pengembangan jalur hijau atau RTH dengan jenis tumbuhan lokal dan pakan potensial satwa burung dan Blok A.1
yang memiliki fungsi edukasi sekaligus menjadi spot pameran keragaman hutan hujan tropis Kalimantan 37,16 Ha
• Pengayaan jenis dipterokarpa dan non dipterokarpa asli Kalimantan pada RTH dan jalur hijau seperti ulin,
meranti dan berbagai jenis dipterocarpaceae lainnya, rotan dan bambu, tanaman obat dan tanaman hias asli
Kalimantan Blok B.2
• Penyediaan area penyangga (buffer ) 334,26 Ha
Arahan Zonasi: Blok B.3
• Menghindari pemanfaatan air tanah untuk kebutuhan air Zona PTL 8,25 Ha
• Konservasi air melalui efisiensi pemanfaatan air (reduce, reuse, dan recycle), pemanfaatan air seefisien
mungkin, dan/atau pemanenan air hujan di setiap bangunan
• Pemanfaatan air hujan secara optimal melalui bak tampungan atau sumur resapan berdasarkan potensi
pemanenan air hujan (PAH)
• Pengadaan rambu rawan bencana longsor
• Pembuatan bronjong pada daerah rawan longsor
• Pembuatan sumur resapan
• Penyediaan tempat penyimpanan limbah B3
Rekomendasi Perbaikan Program
• Arahan Tindak Lanjut Program:
o Persetujuan Lingkungan (AMDAL)
o ANDALALIN
o Pengembangan sumber air alternatif
o Kajian GRK dampak pembangunan di Zona PTL dan upaya agresif pemulihan kualitas lingkungan hidup Blok B.4
untuk meningkatkan kemampuan penyerapan karbon 0,4 Ha
o Pengembangan agroforestry
o Sosialisasi kepada masyarakat terhadap rencana pembangunan Peta Penyelarasan Rencana Pola Ruang Zona PTL
Rekomendasi Perbaikan untuk Pengambilan Keputusan KRP
04.a Materi Perbaikan KRP Sub Zona Perumahan Kepadatan Rendah (R-4)
Penyelarasan Pola Ruang
• Pada kawasan limitasi atau non developable land seluas 17,67 Ha diarahkan untuk Zona
lindung/RTH

Rekomendasi Perbaikan Rencana


Arahan Pemanfaatan Ruang:
• Menggunakan teknologi ramah lingkungan dalam pembangunan infrastruktur strategis yang berada pada
lahan-lahan dengan jasa lingkungan pendukung produksi primer dan biodiversitas tinggi dan sangat tinggi
• Perlindungan dan pemulihan vegetasi hutan hujan tropis di kawasan ekosistem riparian/sempadan Blok C.1 0,46 Ha
• Dilengkapi dengan infrastruktur yang ramah satwa Blok C.2 15,32 Ha
• Pengembangan sub zona R-4 yang berada pada JL pengaturan kelas tinggi-sangat tinggi diiringi dengan Blok C.3 1,89 Ha
pengembangan jalur hijau atau RTH dengan jenis tumbuhan lokal dan pakan potensial satwa burung dan
yang memiliki fungsi edukasi sekaligus menjadi spot pameran keragaman hutan hujan tropis Kalimantan
• Pengayaan jenis dipterokarpa dan non dipterokarpa asli Kalimantan pada RTH dan jalur hijau seperti ulin,
meranti dan berbagai jenis dipterocarpaceae lainnya, rotan dan bambu, tanaman obat dan tanaman hias asli
Kalimantan
Arahan Zonasi:
• Konservasi air melalui efisiensi pemanfaatan air (reduce, reuse, dan recycle), pemanfaatan air seefisien
mungkin, dan/atau pemanenan air hujan di setiap bangunan
• Air kelabu atau grey water dari penggunaan domestik dapat didaur ulang supaya dapat digunakan
kembali untuk pemanfaatan lain misalkan irigasi pertanian atau perkebunan/pertamanan
• Pemanfaatan air hujan secara optimal melalui bak tampungan atau sumur resapan berdasarkan potensi
pemanenan air hujan (PAH)
• Investigasi geoteknik terhadap rencana jalan, rekayasa fondasi dan lereng untuk mengurangi kerusakan
infrastruktur yang dibangun
• Pengadaan rambu rawan bencana longsor
• Pembuatan bronjong pada daerah rawan longsor
• Pembuatan sumur resapan

Rekomendasi Perbaikan Program


• Arahan Tindak Lanjut Program:
o Persetujuan Lingkungan (AMDAL)
o ANDALALIN
o Pengembangan sumber air alternatif
o Kajian GRK dampak pembangunan di sub zona R-4 dan upaya agresif pemulihan kualitas lingkungan
hidup untuk meningkatkan kemampuan penyerapan karbon
o Pengembangan agroforestry
Peta Penyelarasan Rencana Pola Ruang Sub Zona Perumahan Kepadatan Rendah
Rekomendasi Perbaikan untuk Pengambilan Keputusan KRP
04.a Materi Perbaikan KRP Zona Pertahanan dan Keamanan (HK)
Penyelarasan Pola Ruang
• Pada kawasan limitasi atau non developable land seluas 37,54 Ha diarahkan untuk Zona lindung/RTH
• Pada NKT 3 seluas 19,84 Ha diarahkan untuk RTH yang berfungsi sebagai penyimpan karbon dan
merupakan bagian dari ruang terbuka hijau (green spaces) dan ruang terbuka biru (blue spaces)

Rekomendasi Perbaikan Rencana


Arahan Pemanfaatan Ruang:
• Menggunakan teknologi ramah lingkungan dalam pembangunan infrastruktur strategis yang berada pada Blok A.1
lahan-lahan dengan jasa lingkungan pendukung produksi primer dan biodiversitas tinggi dan sangat tinggi 5,24 Ha
• Perlindungan dan pemulihan vegetasi hutan hujan tropis di kawasan ekosistem riparian/sempadan
• Dilengkapi dengan infrastruktur yang ramah satwa
• Pengembangan Zona HK yang berada pada JL pengaturan kelas tinggi-sangat tinggi diiringi dengan
pengembangan jalur hijau atau RTH dengan jenis tumbuhan lokal dan pakan potensial satwa burung dan
yang memiliki fungsi edukasi sekaligus menjadi spot pameran keragaman hutan hujan tropis Kalimantan
• Pengayaan jenis dipterokarpa dan non dipterokarpa asli Kalimantan pada RTH dan jalur hijau seperti ulin,
meranti dan berbagai jenis dipterocarpaceae lainnya, rotan dan bambu, tanaman obat dan tanaman hias asli
Kalimantan
• Penyediaan area penyangga (buffer) Blok B.3
32,40 Ha
Arahan Zonasi:
• Menghindari pemanfaatan air tanah dalam pemenuhan kebutuhan air sehari-hari di Zona HK
• Konservasi air melalui efisiensi pemanfaatan air (reduce, reuse, dan recycle), pemanfaatan air seefisien
mungkin, dan/atau pemanenan air hujan di setiap bangunan
• Air kelabu atau grey water dari penggunaan domestik dapat didaur ulang supaya dapat digunakan Blok B.3
kembali untuk pemanfaatan lain misalkan irigasi pertanian atau perkebunan/pertamanan 19,84 Ha
• Pemanfaatan air hujan secara optimal melalui bak tampungan atau sumur resapan berdasarkan potensi
pemanenan air hujan (PAH)
• Pengadaan rambu rawan bencana longsor
• Pembuatan bronjong pada daerah rawan longsor
• Pembuatan sumur resapan
Rekomendasi Perbaikan Program
• Arahan Tindak Lanjut Program:
o Persetujuan Lingkungan (AMDAL)
o ANDALALIN
o Pengembangan sumber air alternatif
o Kajian GRK dampak pembangunan di Zona HK dan upaya agresif pemulihan kualitas lingkungan hidup
untuk meningkatkan kemampuan penyerapan karbon
o Pengembangan agroforestry
o Sosialisasi kepada masyarakat terhadap rencana pembangunan Peta Penyelarasan Rencana Pola Ruang Zona Pertahanan dan Keamanan
04.b Rekomendasi Perbaikan untuk Pengambilan Keputusan KRP
Informasi Usaha/Kegiatan yang telah Terlampaui D3TLH dan Tindak Lanjutnya
• Pada kondisi D3TLH sudah terlampaui, perlu dilakukan upaya pembatasan
Informasi D3TLH dan kecenderungan perubahan kinerja jasa pemanfaatan sumberdaya.
lingkungan diintegrasikan untuk dapat mengkategorikan • Dalam kaitannya dengan sumberdaya air, pembatasan pemanfaatan dapat dilakukan
tingkat kerentanan daya dukung dan daya tampung lingkungan antara lain dengan cara pola hemat air, water recycle, dan rain harvesting .
hidup. Kategori kerentanan daya dukung dan daya tampung • pada kondisi kinerja jasa lingkungan hidup menurun, perlu dilakukan rehabilitasi
lingkungan hidup digambarkan melalui 3 kondisi yaitu tidak terhadap proses, fungsi dan produktivitas lingkungan hidup dan/atau pembatasan
rentan (TR), rentan (R), dan sangat rentan (SR) pemanfaatan sumberdaya.
• Dalam kaitannya dengan sumberdaya air, rehabilitasi lingkungan hidup antara lain
STATUS DAYA DUKUNG AIR RENTAN dapat dilakukan dengan reboisasi.
Daya Dukung LH • Pembatasan pemanfaatan sumberdaya untuk memperbaiki kinerja jasa lingkungan
Tingkat Kerentanan Daya Dukung LH
Belum Terlampaui Terlampaui sumber daya air dapat dilakukan dengan pembatasan alih fungsi lahan dari
Perubahan Kinerja Jasa Meningkat-Tetap Tidak Rentan Rentan hutan/non terbangun menjadi kawasan terbangun
Lingkungan Hidup Menurun Rentan Sangat Rentan
Sumber: Buku Pedoman Penentuan DDTLH Daerah, KLHK, 2019

Status Daya
Dukung Air
Rentan

Status Daya
Dukung Air
Sangat Rentan
Peta Status Daya Dukung Air Rentan
04.c STRATEGI PERLINDUNGAN LINGKUNGAN

Degradasi Lahan Hutan Pencemaran dan Kerusakan


Lingkungan Hidup

• Pengembangan jaringan ruang hijau terstruktur dan • Melakukan pengolahan air limbah dengan sistem
intensifikasi pengelolaan ruang hijau on-site dan/atau sistem off-site sehingga
• Penyediaan jaringan ruang hijau sekunder (secondary mencegah pencemaran ke air tanah dan sungai
green space) yaitu ekoriparian, area wisata alam, kebun • Konsep perencanaan riparian dengan upaya
bibit/persemaian, area bernilai konservasi tinggi (NKT), penurunan beban pencemaran dari limbah
dan kantong karbon domestik (IPAL wetland biocord), yang
• Penyediaan jaringan ruang terbuka berbasis air (blue terintegrasi dengan RTH sebagai sarana sosial
space) untuk menjaga tata air dan mencegah longsor masyarakat, pusat edukasi, nursery, urban
dan banjir pada sempadan sungai farming, wisata, dan konservasi lingkungan
• Pengembangan WP 3 diikuti dengan upaya agresif • Jejak tapak ekologi per kapita harus rendah yaitu
pemulihan kualitas lingkungan hidup untuk menjamin penyediaan pangan dan bahan baku selokal
kenaikan kemampuan daya dukung dan daya tampung mungkin serta rendah karbon yaitu emisi dari
selanjutnya energi, transportasi dan sampah serendah
• Memiliki lansekap “Hutan Hujan Tropis” dengan mungkin
merevitalisasi kembali spesies Dipterocarpaceae dan • Early warning systems kebakaran hutan dan lahan,
non Diptercarpaceae asli Kalimantan di dalam ruang- banjir dan potensi longsor, serta gempa
ruang perlindungan maupun ruang terbuka hijau • Peningkatan kualitas air permukaan berbasis
publik pada penerapan ekoriparian

49
04.c STRATEGI PERLINDUNGAN LINGKUNGAN
Bak MOK
Bak Intake untuk (mikroorganisme lokal)
penyaringan (material arang proses biologi aerob
dan zeolite) (media biocord dan
aerator)
Sumber air limbah rumah IPAL Wetland
tangga (grey water) Biocord

Dialirkan ke sungai
Bak Indikasi untuk Bak Wetland untuk menyerap
penampungan hasil sisa polutan (media tanaman
pengolahan limbah dan aerator)

Peningkatan kualitas air permukaan berbasis pada penerapan ekoriparian


(KLHK, 2019)

• Zona 1 berupa hutan yang tidak diganggu yang berada di tepi sungai yang
berbatasan langsung dengan badan air sungai (zona inti).
• Zona 2 berupa hutan yang dapat dikelola dan dimanfaatkan yang berada
di bagian tengah ekosistem riparian.
• Zona 3 berupa hutan dengan fungsi pengandalian aliran permukaan (run-
off control) yang berada di bagian terluar dari ekosistem riparian dan
berbatasan langsung dengan berbagai kegiatan pembangunan dan
kegiatan masyarakat
Contoh Ekoriparian sempadan Sungai Ciliwung, Babakan
Pasar, Bogor
04.c STRATEGI PERLINDUNGAN LINGKUNGAN

Potensi Sumber Air Dinamika Sosial Budaya

• Konservasi air melalui efisiensi pemanfaatan air (reduce, reuse, • Pengendalian pertumbuhan penduduk agar tidak men-trigger alih fungsi lahan
dan recycle), pemanfaatan air seefisien mungkin, dan/atau lebih luas, pengendalian kegiatan yang menyebabkan kerusakan lingkungan dan
pemanenan air hujan di setiap bangunan berpotensi memarjinalkan masyarakat yang bergantung pada keberlanjutan lahan
• Pemanfaatan air yang efisien perlu ditunjang oleh teknologi daur hutan
ulang air. • Perencanaan pembangunan infrastruktur di WP 3 harus mempertimbangkan
• Siklus ambil-simpan-hemat-daur dan pengembangan sumber mekanisme pembebasan lahan, secara spesifik, bagi infrastruktur yang beririsan
alternatif harus menjadi tujuan jangka panjang dengan penguasaan lahan oleh masyarakat namun tidak dimiliki oleh masyarakat
• Pengembangan ekoriparian di wilayah penyangga dan sempadan itu sendiri. Perencanaan rimba kota juga perlu mempertimbangkan hal yang sama
mengingat di rencana rimba kota terdapat bangunan masyarakat (permukiman
dan non permukiman), kebun, dan ladang masyarakat
• Konsep pengembangan permukiman eksisting berupa transisi peri urban atau
desa kota yaitu dengan menguatkan identitas masa lalu dan peninggalan budaya
yang ada
• Pengembangan ekonomi masyarakat melalui pengembangan kegiatan pertanian
produktif yang modern dan pengembangan agrowisata
• Pemberdayaan masyarakat lokal melalui pendidikan, pelatihan, dan akses
sumberdaya, modal, dan pasar
• Jaminan ruang hidup dan akses ekonomi yang meliputi:
o Akses lahan;
o Akses sumber air;
o Akses sumberdaya alam
o Lapangan kerja
• Institusionalisasi melalui penguatan organisasi berbasis profesi, komunitas, dan
budaya masyarakat lokal
Contoh Smart City Water Management (KLHK, 2019)
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/
BADAN PERTANAHAN NASIONAL

TERIMA
KASIH
ikn.go.id @Ditjen Tata Ruang tataruang.atrbpn.go.id

You might also like