You are on page 1of 10
Sebagai contoh dapat dikemukakan bahwa pendekatan Aura (Ora dalam blajar bahaca didasarkan pada asuisi bakwa bahasa | merupakan lambang bunyi yang bermakna dan alamiah, seliap 9 erstukluesecara Khas stultur Bahasa dapat ditemukan ideskripsikan secara sistematis, dan sebagainya, Berdasarkaniustrastersebutapabila yong ingindibahas adalah n peikologi Yang harusdiuraikan adalah asumsi-asumsi* ny. Setiop paham psikologi memilkikeyakinan tertent i bolajar. Pandangan psikologi behaviorisme berbeda ke- sya mengenaibelajar dengan pandangan psikologi kogi- slau konstruktivsme.Setiap keyakinan memilki konse- yang berbeda-beda terhadap pembeljaran, mila dari pe bat, pelaksanaan, sampat pada tindak lant. ajar bahasa adalah proses penguassan bahasa, bik pada pertama maupun bahas kedua, Proses penguasaanbahasa ‘dimaksud meliputi penguassan secaraalamiah (ecyston) Jn secara formal (karnng) (Krashen, 198: 40), Kedua proses mengisyaratkan kepada kta bahwa proses alamiah maupun seca formal seit banyak akan mempertimbangkan aspek bag pembeajaraya, (Oleh Karena itu, agar kta memiliki pemahaman mengenal eorets yang diyakini oleh paham psikologitertentu, sara apa aliran psikologi yang banyak me Bab 2 PENDEKATAN PSIKOLOGI DALAM BELAJAR BAHASA, ‘PENDEKATAN BEHAVIORISME Pandangan kaum behaviors tentang belajar dapat dliat me- ‘ksperimen Ivan Pavio. la mengadakan eksperimen dengan inakan seekor anjing. Anjingcikerangkeng sola kelaparan rapa hari kemudian diperdengarkan bunyi bel. Sesaat bel ny dtaburkan bubuk daging ke dalam mulutnya, Respons 1 adalah borupa keluamya aie tue dal mulutnya, Perlakuan 'A. PENGERTIAN PENDEKATAN PSIKOLOGI Pendekatan psikologi pada buku ini diartkan sebagai asumsi- asus teoretis yang, diyakini oleh pstkolog tertenta yang sang berhubungan yang menyangkut hakikat belajar dan pengajaran pada dir sescorang (bandingkan dengan Anthony, 1965: 198; Richards, 1986: 14). Pendekatan merupakan latarbelakang flsofis mengenai pokok bahasan yang hendak disjrkan, oe Ketheaaiade aie in dislangiberkal-Kai dan lama-kelamaan bel tetap diperdengar- kan fetap! penaburan bubuk daging dibentikan. Meskipun bubuk ‘aging tidal lagi dtaburkan tenyata soap mendengar bung be, anjng tetap mengeluarkan air lise dari mulutny. Kesimpolan yang diambil oleh Pavlov beedasarkan percobaan tersebut adalah anjing mampu belajar dari keblasaan. Dengan pengulangan buny bel schingga mongoluarkan air lt, bury: bel ‘merupakan stimulus yang akhimya akan menghasilkan respons bersyarat, dan bunyi bel yang semula netral sete disertal medias berupa bubuk daging lama-kelamaan berubah menjadi daya yang ‘mampu membangkitkan respons, Berdssarkan hasil eksperimen tersebut Pavow menyimpulkan bahwa hasil eksperimennya juga dapat diterapkan kepada manusia untuk bolaja.Implikasi has ‘ksperimen tersebut pada belajar manusia adalah ‘4 Belsjar adalah proses membentuk asosiasiantara stimus dan respons secara rere be. Proses belajar akan berlangsung apabiladiber stimulus ber- syarat. ‘Prinsip belajar pada dasarnya merupakan untaian stimulus respons, Paviow menyangkal adanya kemampuan bawaan. Setiap pembelajaran memerlukan clsia! conditioning Lksperimen Pavlov tersebut kemudian dikembangkan oleh pengikutnya yaitu BF. Skinner (1983) dan hasilnya dipublikaskan ‘dengan judul Behavior of Organism, Eksperimen Skinner tidak lagi rmenggunakan anjng telapi menggunakan seekor Ukus yang, di- ‘masukkan ke dalam kandang dan di dalamaya diltakkan dua tongkat pengungkit yong dihubungkan dengan makanan dan bedak gata Gerakan-gerakan idaksengaja yang dlakukan old thus pada suata ‘saat i ukus menginjak salah satu pengunghit yang kemudian men- jatubkan bodak gata. Pada waktu yang lain, gerakan si tikus secara gue, pain tidak sengaja menginiak tongkat pengungkit yang kemudian mien- jatubkan makanan. Selah berulang-lang tera, lama kelamaan sitikus ternyata mampu “bolajar. ikus lama kelamaan lagi menginjak tongkat pengungkit yang biasa menjotuhkan bedak gata. Sebalknys, si ikus Borkal-kali menginjakkan kakinya pada fongkat pengungkit yang biasa menjatuhkan makaan Dari gerakan ‘Skinner memaknai bahwa gerakan tikus yang tidak diingin- Amenginak tongkat yang dihubungkan dengan bedak gatal), tikus harus dihukum dengan guyuran bedak gatal agar tidak ulangiperbuatannya,Sebaliknya, ka gerakan yang dilakukan sitikussesuai dengan yang dharapkan stu pans mendapat njaran, yaitu kojatuhan makanan dan dapat makan dengan yang. ail eksperimen BF. Skinner kemudian dsimpulkan bahwa tian belajar morupakan pembentukan asosiasantarastimulus respons reflektif (sama dengan Pavlov), Skinner juga'me- tudanya kemampuan bawaan dan meyakini bahwa bear lu clase conditioning (tikus dikerangkeng, adalah peneiptaan st bela) dan opera conditioning. " Hksperimen Skinner juga menyimputkan perlunya pengajoran rogram secara bertahap. Arinya, stimulus yang diberikan pada belaja (ka persyaratan Iain terpendhi, seperti teriplanya asi Kelas yang kondusi) akan menghasilkan respons tertent fertentu akan menjadi stimulus baru dan akan menghasil- respons baru yang lan, dan seterusnya, Perhatkan bagan di rah ini Stimulus [+f Respont | [Respond le [os ‘Stimulus 2 Mains penting yang ditambahkan oleh Skinner berdasackan chsperimennya adalah bshwa belajr membutuhkan hukumin dan sanjaran saga betuk enfant pengatan) bak scare posi ‘aun nepali Hal i sbagalKonsekucns dari has ekperimen ‘untuk memberikan hukuman dan ganjaran yang diberikan kepada sitios . Poneman Pavlov mupan Skinner mem kesamsan. Beda ar kenya adalah bahwa Skint menambhkan nos rennet {penguntan an pengajeranterprogram ellen) Pavlov dengan haslekeperimennya sering disebut tokoh behaviorime Kasi, sedangkan Skinner disebut-sbutsebagttokoh neo-hehaviorne Pata paar pkg beljarbahas pengant paham bshaviori= sme berpendapat bahwa beljar basa berlangsung dalam 5 (ima) tahapan ya: 2 tral and ero, b._ mengingatingat, fe. menirukan, 4 mengasosisikan, dan fe menganalogi Dar kelima langkah tersebut dapat disimpulkan bahwa ber bpahasa pada dasaraya merupakan proses pembentuksn kebisan, Jika kita ama dar langkah-langkah eksperimen Pavlov maupun Skinner kemudian dikathan dengan proses pembelajaran bahasa, dapat dikemukakan bah 1. Pembulajaran bahasa dapat dlamali bordasarkan tngkal aks bahasanya, b, Pembelajaran bshasa berdasarkan langkab-langka eksper- ‘enna dilakukan secara ila Pembelajaranbahasa dlakukan secaraterpeogram dan bertahap, ddan memberkan art pentng padanosi penguatan rnforcement) baik berupa ganja maupun hukuman, * Dalam kaitannya dengan tahap pembelyjoran bahasa tersebut di atas, Skinner secara tegas menyalakan bahwa “a. Deskrips tingkah Jaku belaja bahasa dapat dideskripsikan | berdasarkan stimu respons. 3. Seliap vjaran mengikuti stu'bentuk stinks verbal atau non verbal {ka stimulusnya non-verbal, situasi stimulus akan menye-, babkan sestorang merespons dengan menggunakan wjaran Tingkah laku bahase dapat diamati melalui faktoreksternal ‘berupafrekuensitigat keseringans Dalam kaltannya dengan | frekuenst ini, kaum behavior mengemukakan bahwa proses | menirukan secara bosar-bosaran teri pada masa usta anak- anak (Harrod, 1987) Akbat dari proses peninaan tersebut bet "art frkiensi pemakaian kata dan struktur yang fro dalam “lingkungan bahasa anak akan memengaruhi perkembangan _bahasa anak. . | Nosi reinforcement sangat diperlakan pada saat anak ingin m- feningkatkan kemahiran berbahasa pada tingkat yang, lebih ting. Kepeulian orang tua berupa pore erhaday warn “Wetul yang beast diprauhsi anak sangat membantu pecker, Bangor penguasnan bahasa anak, "PENDEKATAN KOGNTIVISME Teor bejar menurut pandangan kaum kognitivisdikemnuka- solch Davie Ausube! (1965). Belajar adalah proses penuh makna jam -mempertautkan kojadian atau bahan (informasi) bara gan Konsep dan proposis-propossi yang sudah ada dalam anak (Ausubel, 1965:8),Prowes menghubusgkaninformast dengan konsep lama yang sudah ada akan diperleh penge- fan bar, ingatan bar, organisas pengetahuan bara yang soca ologis merupakan struktur secarahierarks, sorta tesjadinya proses kelupaan, Cara menciptakan kebermaknaan dalam bell ini dapat dilakukan oleh pembelajar dengan borbagai cara: 44. Pembelajarmemiliki suata prangkat belgjar yang perk makna ‘berupa disposisi yang mempertautkan informasi lama dengan Inforasi bar. be. Tugas mempelajal informast baru tersebut hendaknya ber- rmakna dalam arti dapat dipertautkan dengan pengetahuan yang sua ada atau sudah dimilik oleh si pembelajar. «Sean dengan keds cara tersebut kobermaknaan dapat juga Gllakukan dengan membuat jembatan kleda yang, berfungsi ‘mempertautkan antarbagian dengan maksud agar dapat rmembanta menimbulkan kembali keseluruhan konteks yang rmelingkupinya, Prosesbeljar penuh makna ini dapat saa tera keluponn tlapi bbukan Kelupsan manasuks. Kelupaan merupakan kelajutan dart roses mengklesifksi dan pengurangan daya ingot terhadap “deno- ‘minator” umum yang dianggap tidak penting (Brown, 1980), Proses Jeelupoan kadang-Kadang,justea merupakan pemangkesan hognis ‘berupa penghilanygan informasi yang tidak perlu dengan maksad rmemberi jalan bagt masuknya informast baru ke dalam wilayah ogni (analogican dengan pemangasan tanaman dengan maksud luntak memperolch pertumbuhan yang lebih baik). Dengan de: rmikian proses lupa merupakan proses sistematis menuju ke daya fngat yang lebih lama, erdasarkan pandangan kaum kognitivis tersebut dapat di mbil beberapa kesimpulan tentang belaja pada diei pembajr, y 14. Delsjr merupakan proses penuh makna (meoningfl luring) dalam arti mempertautkan informasi lama dengan informasi baru untuk memperoleh pengetahuan baru yang lain 1b. Manusiasejak lahe telah mem bakat bawaan untuk belajar dalam dri mapusia sejk lahirterdapat semacam kotak hitam ‘lack box) yang beefungsl untuk menyerap informast ‘& Belair pod prinsipnya merupakan pengalaman sadar untuk ‘memperoleh hal-hal baru yang bermakna Dalam proses belajar tradi klupaoe sstematis. Kelupaonsiste- ‘matis yang dimaksud adalah tera pomimngkasankogns berupa "penghilangan kokalutan dengan maksud member’ jalan bagi ‘masuknya informasi baru ke wilayah kognisi(baca Brown, 1980), Berdasarkan pandangan di las, pandangan kaum behavioris ig kerasoleh kaum mentalis yang mendlasarkan pandangan- ‘pada psikologi kognitif Kritk kaum mentalis dikemukakan ‘Chomsky (dalam Stem, 1983) bahwa GGagasan kaum behaviors tentang ting lau bahasa manusia “yang dipersamakan dengan tingkah laku binatang,tdaklah _benat Tingkah aku maria jah lebih rumitdaripada tingkah Jaks binatang. DDesktipsi tingkah laku bahasa yang dilukiskan oleh kaum behaviors melalui stimulasi eksternal (yang, teramati) dan “respons yang sesual juga tak benar. Deskrips tngkah aku _bahasa harus dideskripsikan berdasarkan kemampuan bawaan "manusia untuk belajar bahasa. ‘Kesimpulan yang dtarikoleh Skinner berdasaraneksperimen- nya di laboratorium dengan menggunakan seckor binatang, ‘dak cukup untuk diarahkan pada kesimpulan mengenai tingkah laku manusia,lebil-ebih tingkah lak Bahasa, Seiclah Chomsky memberikan ket yang cukup keras ter. lap pandangan kaum behavioris, Chomsky kemdian me- kan asumsi bara mengenai penguasaan bahasa. Asums! yang, yarkan olch Chomsky i antara Iain: '. Manusia sek ahi telah mini kemampuan berbahasa ‘yang berifat bawraan (innate) Untuk membuat ajae anak mampu berbahas, anak mem ‘buat hipoesis mengenaistuktur bahass, Dalam hal inl se ‘orang anaksjak ahi tla dibekalislatpesolehan bahasa (LAD: Language Acquistion Devic) Hipotsis tentang struktur bahasa yang diuat oleh anak terjadi di ambang,sadar (subconsionsnes) dan akan dui + dalam pemakaian bahasa secareterus-menerus an akan lcocokkan dengan masta lingustik bara yang diperoleh dari lingkungannya, 44. Chomsky juga menyaiakan bahvva belajar Bahasa bukan sekadartanggapan terhadap rangsangen dari lar dalam, roses pembentukan kebiasaan melainkan meeypakan proses kreatif yang rasional dan kognitf (lam Kaswant, 199, PPandangan Chomsky ini mendapat dokungan dari para pakar ppembelajaran bahasa tetapi pendfsiranniya agak berbeda. Scott (1974) maupun Dulay & Burt (1977) juga mempertanyakan pan- {esis ini berhasil mengindentifkasi 3 variabel yang berhubungan ‘dengan pemerolchan bahasa kedua yatr 44) Motivasi, pembesjar dengan motivasi tinggi akan lebih balk dalam menguasai bahasa keda, bb) Rasa percaya dirt pembelajor yang penuh asa percayadlriakan lebih berhasil dalam beljar bahasa kedua ©) Semakin hilang esa kocemasan semakin bak dalam menguassi bahasa keds 1. PENDEKATAN HUMANSNE Pandangan huoanistik yang dikembangkan olch Cael Rogers (1951) meni asus scbagal Berkut 8, Pandanganini eb meri fokus fet dalam at pandangan ini menjauhi “pengajaran” dan lebih mengarah peda “pembe- Injaran” atau isilah mutakhitnyaseringdixbt sebagai” pedagogi transformati” 'b. Rogers mengkaji manusia sebagai makiluk yang utuh vebagai smakhlak kognitif dan emosional «e.Konsep bahwa guru adalah orang, yang mengetahul segalanya «ua pada gagasanbabvea gurwadalafasitator yang member tuk hubungan personal dengan pembeajar. 44. Agar guru mampu berperan sebagai fasilitator, guru harus tampil dengan jujur lan bersedia untuk bersikapterbuka bahwa femyata guru bukan orang yang maha tahu segalanya. Guru haus memilikikepercayaan kebererimaan, dar’ mampu men berikan penghargaan tulus kepada pembelajar bahwa pem- belajar adalah individu yang borhan Rogers berpegang pada prinsip bahwa manusia mem ke- ‘mampuan untuk beradaptasi dan tambuh untuk memajukan cksistensinya, asa berada dalam lingkungan yang aman {Gant anus berperan sega fast. Agar dapat inrperan sebagai sitar yang. sik: gr hans tmp jr dan ‘mampu menanggalkan skap baa dirnya adalah orang yang ser ah, (i ur aes meri kepecayoa,kebertrimas ‘an dan pean alas ep pena) gr amp Pertanian tla dan wendruh ent kop perio: toe ‘ Rogers idk er pel dengan proses kgm aren jika ial apc nie y este roa empl seat yang mereka pela (Brown, 207) “Meskipun demikian, pndangan Carl Rogets mendapa krik, anaralais 4. Jika pembelojran berfokus kepada pembelajar trl jauh, tidak mastahil ada momentum penting yang hilang, pada saat ‘membiarkan pembelajar menemukan seni fakta dan prinsip- einsip. Bitola pemblsjartumbuh dalam tingksngan yang “tidak menganeam’ (tidak ada tekanan dari guru) tidak rmustahil proses pembelajaran take muncul, Jka kompetsi yang tradi di kolas tidak membahayakan koper-

You might also like