You are on page 1of 11
BABIV EVALUASI PEMBELAJARAN MEMBACA DAN MENULIS PERMULAAN Pengantar Evaluasi merupakan salah satu komponen dalam kegiatan belajar mengajar. Sebagai suatu komponen, maka evaluasi tidak dapat dipisah- kan dari komponen-komponen yang lain. Artinya, setiap kali kegiatan itu diselenggarakan maka evaluasi juga diadakan. Dalam kegiatan pembelajaran, evaluasi mempunyai peranan yang amat penting. Melalui evaluasi, guru dapat mengetahui keberhasilan ataupun kegagalan kegiatan yang diselenggarakan, sehingga ia dapat memikirkan tindakan selanjutnya dengan arah yang jelas. Dari hasil evaluasi dalam kegiatan belajar mengajar, tidak hanya hasil belajar siswa yang dapat diketahui, tetapi Keberhasilan belajar anak, atau kegagalan program pembelajaran juga terpantau, Untuk dapat memperoleh gambaran yang terpercaya mengenai keberhasilan ataupun KBM yang dilaksanakan, maka evaluasi yang dilakukan perlu direncanakan dan dipersiapkan dengan baik. Dalam kaitannya dengan KBM, evaluasi perlu dilakukan oleh guru, terutama ialah (1) evaluasi tethadap hasil belajar anak (untuk mengetahui kemajuan anak), dan (2) evaluasi terhadap program pembelajaran. Kedua jenis itulah yang menjadi bahan kajian pada bab ini, A. Evaluasi Kemajuan Anak Untuk mengetahui kemajuan anak, guru perlu mengadakan evaluasi. Evaluasi yang diadakan di sekolah menggunakan bentuk tes dan nontes sebagai alatnya. Namun, seringkali terdapat tes yang kurang memenuhi persyaratan, bahkan kadang-kadang merugikan siswa. Pada hal, dalam 55 Pembelajaran Bahasa dan Sal di Kelas Rendah dan Kelas Tin Indonesia Sekolah Dasar hubungan proses belajar-mengajar, evaluasi yang berupa pengetesan harus dapat memberikan informasi yang sesungguhnya tentang tingkat kemajuan anak, sebab tujuan utamanya ialah untuk memperbaiki dan meningkatkan hasil belajar. Di dalam pendidikan seringkali kita harus melakukan evaluasi secara menyeluruh yang mencakup bermacam-macam aspek kemampuan, Eavaluasi semacam ini memerlukan berbagai teknik evaluasi, sebab tidak ada hanya satu teknik evaluasi yang secara objektif dapat mengukur pengetahuan tentang MMP dan sekaligus dapat memberikan informasi tentang bagaimana sikap siswa terhadap MMP tersebut, bagaimana kemampuannya dalam menganalisis MMP itu, dan seterusnya, Untuk memperoleh informasi yang menyeluruh tentang hasil belajar yang kompleks di atas, diperlukan berbagai teknik Dari uraian di atas jelaslah bahwa setiap teknik evaluasi memiliki kelemahan dan keterbatasan di samping kelebihannya masing-masing. ‘Tidak ada satu teknik evaluasi yang dapat mengukur dengan ketercapaian 100%, yang dapat digunakan untuk mengukur segala kemampuan untuk mencapai semua tujuan. Mengenai teknik evaluasi hanya dapat dikatakan, mana yang paling tepat untuk mengukur kemampuan tertentu, dengan tujuan tertentu, Akhirnya, perlu diingat sebagai pegangan untuk evaluasi bahwa dalam pembelajaran evaluasi hanyalah merupakan sekedar cara untuk meneapai tujuan, bukan merupakan tujuan akhir. Evaluasi hanya diadakan dalam hubungan program pembelajaran, serta menafsirkan informasi tentang perubahan perilaku yang terjadi pada siswa. Tujuannya adalah memperbaiki serta meningkatkan pembelajaran. Sebagai contoh untuk mengetahui kemajuan anak dalam kemam- puan membaca permulaan dengan buku, guru memberikan tes kepada anak. Untuk evaluasi itu disusun bahan yang mencakupi apa yang telah diberikan. Sebagai petimbangan guru: 1. Bentuk soal untuk membaca permulaan dapat menggunakan bentuk menjodohkan, yaitu menjodohkan gambar dengan kalimat-kalimat yang cocok. Kalimat-kalimat itu berisi kata-kata yang belum mereka pelajari dalam tatihan. 2. Bisa juga bentuk lain, Misalnya, kita susun 10 kalimat yang masing- ‘masing terdiri sebanyak-banyaknya 5 kata. Di antara 10 kalimat kita bagi : ‘a, 2 kalimat yang sama benar dengan kalimat yang pernah diajarkan Pembelajaran Bahasa dan Satra Indonesia . 3 kalimat yang disusun dari kata-kata yang pernah diajarkan dan dilatihkan . 5 kalimat yang sama sekali belum ‘maupun bentuk kalimatnya ‘Target yang hendak dicapai ialah; 1. Siswa diharapkan dapat mencapai 10 kalimat itu dengan baik (pelaguan dan pengucapan) dalam waktu lima menit. 2 Jka setelah dihitung, ternyata hasilnya 80% atau lebih, maka pelajaran yang kita perkirakan itu dianggap telah baik. Namun, jika wa kurang dari 80%, diperkirakan ada sesuatu yang kurang menunjang, ada sesuatu kesalahan (pembelajarannya, bahanny‘, atau lainnya). Kesalahan-kesalahan tersebut dijadikan bahan untuk memperbaiki fangkah berikutnya. Begitu pola atau model kita mengajar membaca jpermulaan yang lain (tanpa buku), iajarkan, baik kata-katanya Pelaksanaan evaluasi pembelajaran bahasa dapat pada awal pembelajaran, tengah, dan akhir program. Selain itu evaluasi dapat pula dilaksanakan secara Klasikal, individual, atau evaluasi di laboratoriuim. 1. Evaluasi seeara klasikal Pada umumnya, evaluasi di sekolah dilakukan secara klasikal, astinya siswa sekelas bersama-sama dievaluasi. Mereka mengikuti tes pada waktu yang sama. Tes ini dapat diadakan secara berkala atau pada akhir program. Evaluasi ini mungkin pula diberikan dalam bentuk kuis yang dilaksanakan dalam waktu yang terbatas. Evaluasi klasikal digunakan untuk mengukur semua aspek ‘Kemampuan berbahasa pada ranah kognitif dan afektif. Cara evaluasi Jika dilakukan dengan dengan baik akan memberikan dampak positif tethadap hasil belajar siswa. 2. Evaluasi secara individual Evaluasi ini diadakan dalam program belajar individual seperti program pembelajaran dengan modul. Dalam hal ini siswa dapat meminta ‘es kapan saja sesudah mereka selesai, sesuai dengan kecepatannya ‘masing-masing. Pada evalusai individual, hasil evaluasi dapat diberikan sesegera mungkin, Dengan begitu siswa secara langsung dapat memperoleh umpan balik. Di sinilah kelebihan evaluasi individual dibandingkan dengan evaluasi klasikal. Namun, tentu saja evaluasi ini memerlukan waktu yang 57 mbelajaran Bal Kelas Rendah dan Satra Indonesia Kelas Tinggi h Dasar {ikolas Rendan dan Kelas Tinggi Sekolah Dase7 _——— lebih banyak, dan jika dilaksanakan secara lisan, seringkal cenderung subjektif. Untuk mengatasi hal ini peru diusahakan bentuk tes lisan yang Tetah terstruktur. Dalam al ini penentuan Kriteria yang Jelas dan rinci juga akan banyak menolong. i Iaboratorium Cara mengevaluasi ini tentu saja hanya dapat dilakukan oleh sekolah-sekolah yang meiliki laboratorium. Nemun, sekolah-sekolah yang tidak memilikinya dapat menggunakan tape recorder. Pada evaluasi vai siswa diminta menjawab soal dengan menulis atau ‘mengisi lembar jawaban. Kebsikan evaluasi ini ialah bahwa semua siswa memperoleh. pertanyaan atau soal yang sama yang diucapkan dengan kecepatan yang Pima dan dikerjakan pada waktu serta suasana yang sam, Dengan dlemikian evaluast ini memiliki objektivitas dan eflsensi yane lebih tinggi dibandingkan dengan evaluasi individual Kekurangan evaluasi ini ialah bahwa aspek-aspek nonkebahasaan yang biasanya menyertai bahasa lisan tidak tergambarkan. Untuk Fnengatasi kesulitan yang mungkin timbul, petunjuk 185 ditulis dalam tohaea ibu schingga tidak terjadi Kesalahpahaman mengenai tusas "0% harus dilakukan, Selain itu sebelum evaluasi dilaksanakan, e¥r harus vreneliti dengan sungguh-sungguh apakah semua peralatan berfungsi dengan baik, sehingga semua siswa dapat mendengarkan dengan jelas. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa terutama pada cevaluasi kemam- pan berbicara, Kerusakan sedikit saja_ alat-alat tersebut dapat mempengarubi “Alat evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran bahasa termasuk slat evaluasi pembelajaran MMP pada dasamya sama dengan alat-alat pembelajaran bidang studi lain. walaupun ada beberapa jenis khusus yang figunakan dalam pembelajaran bahasa soja. Alat-slat evaluasi ini dapat dikelompokkan sebagai alat ukur (e5). B. Evaluasi dalam Pembelajaran MMP 1. Pengertian Evaluasi ‘Evaluasi sering juga disebut penilaian merupakan alat atau kkegiatan untuk mengukur tingkat Keberhasilan peneapaian tujuan, Dalam pembelajaran bahasa, evaluasi dapat dilakukan ‘melalui dua macam cara, yakni dengan tes dan nontes. Teknik tes maupan nonies dapat digunakan 58 Pembelajaran Bahase dan Satra Indonesia Gi Kelas Rendan dan Kelas Tinggi S ‘untuk mendapatkan informasi atau data tentang anak yang dinilai. Dalam hal ini guru harus dapat menentukan, kapan ia menggunakan tes dan Aapan ia menggunakan nontes (Nurgiantoro, 1988: 51). Penentuan penggunaan tes atau nontes berkaitan erat dengan tujuan penilaian dan informasi atau data yang hendak dijaring. Teknik tes biasa igunakan untuk menjaring data tentang kemampuan kognitif anak, sedangkan teknik nontes digunakan untuk menjaring data tentang Kemampuan psikomotor, afektf, dan lain-lain yang tidak secara langsung berkaitan dengan kemampuan kognitif. Informasi yang diperoleh melalui ‘tes bersifat kuantitatif, sedangkan yang diperoleh dengan teknik nontes berupa informasi kualitatif. Ada beberapa teknik nontes, antara pengamatan, wawancara, daftar eek, diskusi, pemberian tugas. Dalam pelaksanaan evaluasi, setelah data atau informasi terkumpul, gut membuat pertimbangan-pertimbangan berdasarkan _informasi {ersebut untuk mengambil keputusan/penghakiman berupa penilaian. Dalam kegiatan belajar mengajar, apabila guru hendak mengadakan evaluasi, misalnya saja mengevaluasi kemampuan anak tentang membaca kata, ia memerlukan data tentang kemampuan membaca itu. Untuk mem- peroleh data tersebut, ia perlu mengeunakan alat pengukur, misalnya dengan memberikan tugas membaca kata-kata, Dari hasil pemberian fugas itu, guru memperoleh data tentang kemampuan membaca anak. Setelah data diperoleh, guru dapat memberikan evaluasi tentang tingkat kemampuan anak dalam hal membaca kata. 2. Evaluasi Membaca Permul Telah diutarakan di atas, bahwa evaluasi merupakan alat pengukuran tingkat keberhasilan pencapaian tujuan. Jadi, mengevaluasi anak dalam pembelajaran di antaranya berarti mengukur seberapa tinggi tingkat Kebethasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran; oleh Karena itu alat pengukurannya atau alat evaluasinya harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Pembelajaran membaca siswa sekolah dasar merupakan pembelajar- an membaca permulaan. Tujuan pembelajarasn ini terutama ditekankan pada kemampuan membaca teknik yang masih terbatas pada kewajaran lafal dan intonasi, Di dalam kurikulum tujuan pembelajaran membaca permulaan sebagai berikut: anak dapat mengenal membaca kata-kata dengan lafal dan intonasi yang wajer. Dari tujuan pembelajaran di atas dapat dilihat bahwa tekanan tujuannya terletak pada aspek teknis membaca. Sejalan dengan tujuan 59 tersebut maka alat evaluasi yang digunakan haruslah dapat mengukur kemampuan-kemampuan itu. ‘Yang menimbulkan masalah ialah tidak ada pedoman yang jeles menganai bagaimana lafal dan intonasi yang tepat. Oleh karena itu yang dipakai sebagai pedoman ialah kewajaran; wajar, tidak dibuat-buat dan tidak terlalu menunjukkan ciri kedaerahan, Melalui pembelajaran mem- aca, anak diharapkan menyuarakan tulisan dengan tafal dan intonasi yang wajer. Evaluasi seperti yang diuraikan di atas merupakan evaluasi terhadap kemampuan yang bersifat mekanik. Mengingat tujuan pembelajaran ke- mampuan membaca ialah agar anak dapat memahami dan menggunakan ahasa secara praktis, maka pengukurannya tidak cukup hanya didasarkan atas kemampuan mekanik saja. Evaluasi terhadap membaca harustah dilihat dari keseluruhan kemampuan membaca secara_utuh. Dengan demikian, dalam mengevaluasi kemampuan di luar kemampuan ‘mekanik, juga perlu dipakai sebagai pengukur pemahaman akan kata dan makna kata, Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa butir-butir yang perlu diperhatikan dalam mengevaluasi pembelajaran membaca permulaan mencakup: 1, Evaluasi Membaea Nyaring ‘Aspek-aspek yang dinilai untuk membaca nyaring sebagai berikut, Ketepatan menyuarakan tulisan, Kewajaran lafal, Kewajaran intonasi, Kelancaran, Kejelasan suara, dan f. Pemahaman kata/makna kata Untuk menjaring data tentang butir a) sampai e) anak diberi tugas membaca nyaring (bersuara), sedangkan data butir f) dapat dijaring ‘melalui pertanyaan yang berkaitan dengan pemahaman kata/makna kata. Untuk pelaksanaan evaluasi tersebut, guru menyiapkan dan menyajikan bahan berupa kata-kata. Untuk keberhasilan membaca puisi sederhana, yaitu lewat nyanyian, deklamasi, dan sebagainya (yang diberikan guru) yaitu dengan menghafal ‘atau dengan bersuara. Adapun butir-butir yang perlu diperhatikan dalam bbacaan puisi sederhana atau nyayian ini mencakup: a. Pelafalan, 60 Pembelajaran Bahasa dan Satra Indonéi Rendah dan Kelas Tinggi Sekolah tonasi dengan isi yang terkandung dalam pu nyayian, ©. Kelanearan, dan 4. Kejelasan suara. ‘Tap-tiap butir tersebut di atas diukur dengan rentangan nilai yang telah ditentukan. Misalnya: a. Pelafalan 13-3 b. Intonasi 2 15-3 . Kelancaran 1-2 4. Kejelasan suara : 1-2 Maka, nila tetinggi yang dapat dicapai anak: 10 dan nilai terendake 5. Untuk memudahkan guru dalam penilaian membaca permulaan ini, bisa dibuat semacam form yang berbentuk kolom. Misalnya bentuknya dapat dilihat seperti di bawah ini, /Aspek Penilaian]”Lafal | Kelancaran | Kejelasan [ntonasi] Tuniah Siswa Keterangan: Standar penilaian atau skor yang digunakan skala 1 5 untuk setiap aspek yang dinilai 2. Penilaian Pembelajaran Membaca di Kelas Rendah Pelaksanaan penilaian otentik berikut_memberikan contoh Pembelajaran membaca di kelas rendah SD, yaitu kelas I semester 2, Standar Kompetensi: 7, Memahami teks pendek dengan membaca lancar dan membaca puisi anak. Kompetensi Dasar: 7.1 Membaca lancar beberapa kalimat sedethana yang terdiriatas 3-5 kata dengan intonasi yang tepat. Indikator: 7-1-1 Mendengarkan cara membaca lancar kalimat sedethana dengan intonasi yang tepat. 7-12 Membaca kalimat sederhana dengan intonasi yang tepat. 7-13 Menjelaskan isi kalimat yang dibaca dengan bahasa yang santun, 61 Kelas i Ketercapaian indikator di atas, dapat diukur dengan menggunakan rubrik penilaian berikut, ‘2. Mendengarkan Cara Membaca Lancar Kalimat Sederhana dengan Tntonasi yang Tepat Kualifikasi Deskriptor 4 (Sangat Baik) Mendengarkan dengan serius ‘dan menunjukkan rasa ingin tahu 3 (Baik) Mendengarkan dengan serius, namun kurang menunjukkan rasa ingin tabu 2 (Cukup) Mendengarkan dengan kurang serius dan Kurang ‘menuinjukkan rasa ingin tah 1 (Kurang) ‘Mendengarkan dengan tidak serius dan tidak menunjukkan rasa ingin tabu 3, Evaluasi Menulis Permulaan ‘Telah diketahui bahwa pembelajaran menulis anak di SD merupakan pembelajaran menulis tahap awal atau ‘menulis permulaan, Adapun tujuan Yang hendak dicapai dalam pembelajaran menulis permulaan adalah anak dapat: ‘a. Menggambar/mencontoh huruf-huruf, b. Menggambar/mencontoh suku kata atau ‘kata-kata, ¢, Menggambar/mencontoh kalimat sederhana ‘Untuk mengevaluasi tingkat Kepercayaan tyjuan nomor 2) smenggambar huruf-huruf, data dapat dijaring melalui: (1) mencontoh atau mengarian (b) tugas. Untuk melaksanakan mencontoh/menira, °% perlu memilih gambar huruf-huruf yang ‘sederhana. Misalnya gambar hhurufk, u, d, a, dsb. Untuk mengevaluasi tingkat kepercayaan tujuan b) dan), git rmemilin gambar-gambar yang mudah dikenal dan menatik- Misal gambar binatang ular, udang, singa, siput, katak, dan sebagainya- Evaluasi menulis permulaan diadakan agar dapat” diperoieh informe’ tentang Kemampuan siswa dalam menulis lambang:lambeng bunyi dalam hubungan kata atau kalimat, esta dengan awit jaan yang vadeh digjarkan (huruf besar pada nama orang, pada awal kalimat, tanda tik tanda seru, tanda tanya pada akhir katimat, dan sebagtinys) Tes ini bercifat individual. Guru dalam menilai menulis permulaan dapat mmenggunakan tabel penilaian seperti pada tes membaca permutaan di ates, hanya. saja aspek penilaiannya menggunakan aspek penilaian menulis permulaan. 62 Pembelajaran Bahasa dan Satra Indonesia gi Kelas Rendah dan Kelas Tinggi Dasar ———____1i Kelas Rendah dan Kelas Tinggi Sekolah Dasar_ C, Evaluasi Bentuk Lain Pada bagian terdahulu disebutkan bahwa sebenamya, evaluasi yang epat untuk pembelajaran bahasa ialah evaluesi bersifat menyeluruh, Berkaitan dengan hal tersebut, Routman (dalam Zuchdi, 1994: 5) me- yatakan bahwa gambaran yang tepat dan lengkap mengenai kemajuan, kelebihan, dan kebutuhan anak hanya dapat diperoleh melalui berbagai Pengukuran yang mempelajari secara seksama kegiatan anak dalam suatu Periode. Pemyataan tersebut mengandung arti bahwa pengukuran ‘erhadap kemajuan, kelebihan, dan kebutuhan anak harus dilakukan selama kurun waktu tertentu, dan melalui pengkajian yang seksama, Pengukuran yang dilakukan secara sepotong-potong tidak akan dapat ‘memberikan gambaran yang lengkap. Untuk mendapatkan gambaran yang lengkap dan tepat mengenai ke- ‘majuan, kelebihan, dan kebutuhan anak TK dalam hal pengenalan mem. baca dan menulis permulaan, sebaiknya guru memperhatikan pendapat Routman di atas. Untuk melaksanakan pengukuran yang dimaksud, ada beberapa cara yang dapat ditempuh, antara lain: Pengamatan dan evaluasi informal (oleh guru) Hampir semua bentuk yang digunakan dengan berhasil dalam Pembelajaran bahasa secara menyeluruh berupa pengukuran informal, Pengamatan dan keputusan yang dibuat oleh guru, terutama mengenai roses pembelajaran merupakan alat yang paling sahih (valid) untuk mengumpulkan dan menganalisis data pembelajaran anak (Zuchdi, 1994), Contoh: 1. Catatan Anekdotal Catatan ini merupakan catatan pengamatan yang menggambarkan sosial dalam arti sikap, Kelebihan, kekurangan, Kemajuan, gaya belajar keterampilan dan strategi yang digunakan oleh anak, serta apa yang tam- pak Ketika ‘diadakan pengamatan, Catatan-catatan tersebut biasanya berupa komentar singkat yang sangat spesifik mengenai apa yang dikerja- kan dan yang harus dikerjakan anak. Wujudnya berupa kumpulan infor- masi yang dicatat secara terus-menerus dan menggambarkan perkemba- ‘gan kemampuan berbahasa anak secara luas, 2. Wawancara (oleh guru) Wawancara dengan anak satu demi satu merupakan cara yang ideal untuk mengetahui keadaan mereka. Anak cenderung memberikan ‘anggapan tertulis secara minimal bahkan tidak sama sekali. Dengan wawancara secarapribadi guru dapat memancing tanggapan. dan memperoleh informasi yang mencerminkan sikap, strategi, kesenangan, dan tingkat kepercayaan diri anak dalam waktu singkat. 63 Pembelajaran @ahasa dan Satra Indonesia di Kelas Rendah dan Kelas Tinggi Sekolah Dasar Contoh: a. Kalau di rumah, di mana kamu belajar? b. Berapa uang sakumu setiap hari ke sekolah? cc. Apakah kalau belajar di rumah ada yang ikut belajar denganmu? Dari jawaban-jawaban anak, dapat diperoleh informasi: mengenai bagaimana keadaan anak di rumah, bagaimana aktivitasnya, bagaimana pula Keluarganya, yang mungkin dapat membantu peningkatan kemam- puan berbahasa anak. 3. Diskusi (guru dan anak) Diskusi merupakan lat evaluasi yang cukup baik. Dengan mengikuti keinginan anak, dan guru tidak memaksakan kehendaknya sendiri, diskusi memungkin kesan guru memahami anaknya sebagai pembelajar dan membimbing mereka menghubung-hubungkan kemam- pan berbahasa mereka. Di samping diskusi dalam pengenelan menulis permulaan, juga perlu diadakan diskusi dalam pengenalan membaca dan menulis permulaan secara individual. 4. Daftar Cek Untuk anak TK, guru melakukan cek sesuai dengan jawaban anak. Daftar cek biasa dikombinasi dengan komentar hasil pengamatan untuk mengecek kemampuan pengenalan baca-tulis awal atau permulaan. Pengetahuan tentang bunyi tulisan, kata-kata yang dikenal dan konsep tentang tulisan, Contoh : Pengetahuan tentang tulisan dan kata: a. Anak dapat menemukan letak satu huruf, kemudian dua huruf, b. Anak dapat letak satu suku kata, kemudian dua suku kata, ¢. Anak dapat menemukan huruf pertama pada kata, d. Anak dapat menunjuk huruf “a” pada kata “bola” ‘Tanda cek (v) ditempatkan pada tempatnya (.....) apabila anak sesuai dengan pemnyataan yang mendahului (...) tersebut. Untuk anak, pemberian atau penempatan tanda cek (v) dilakukan oleh guru, berda- sarkan hasil pengamatan guru terhadap apa yang dilakukan anak. Pembelajaran Bahasa dan Satra Indonesia di Kelas Rendah dan Kelas Tinggi Sekolah Dasar D. Evaluasi Program Evaluasi program dilakukan melalui penilaian mengen 1. Kesesuaian antara tema dan subtema, 2. Kesesuaian antara tpu dan tpk, 3. Kesesuaian antara butir pembelajaran dan tpk, 4. Kesesuaian dan keterpaduan antara lampiran dan pembelajaran yang

You might also like