You are on page 1of 5

Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: 239-243 ISBN: 978-602-6483-33-1

MENGURANGI BEBAN PENCEMARAN LIMBAH KOLAM IKAN LELE DUMBO


(Clarias gariepinus) DENGAN MENGKONVERSI LIMBAH MENJADI BIOMAS
BLOODWORM (LARVA CHIRONOMIDAE)

Reduce Pollution Load of Waste African Catfish Pond (Clarias gariepnus)


through Conversion of Waste into Bloodworm Biomass (Chironomidae Larvae)

Bambang Sulistiyarto *, Restu


Fakultas Perikanan Universitas Kristen Palangka Raya, Palangka Raya, Indonesia
* Surel korespondensi: sulistiyarto@gmail.com

Abstract. Waste from the fish pond when flowed into the river waters will pollute the river water. Reduction the load of
fish farming waste into the river can be done by converting the waste to productive interests. This study aimed to utilize
the waste pond for culturing bloodworm (Chironomidae larvae). Experimental methods used to evaluate the efficacy and
optimal dose of African catfish pond waste to be used in culture bloodworm. The results showed that the African catfish
pond water containing solid waste were quite high, 0.380 ± 0.024 g dry weight/L. The dried waste have moisture content:
8.99 ± 0.12%, 24.80 ± 0.22% protein, fat 0.25% ± 1.88, 23.21 ± 1.02% ash, and organic carbon 67.80 ± 1.14%. The
use of dry waste for culture bloodworm produce higher yields than using wet waste or dried chicken manure. The use of
dry waste dose of 1.5 g/L provides bloodworm yields higher than the dose of 0.5 and 1.0 g /L. There is 380 g of solid
waste in 1 m3 of African catfish pond water. It is estimated can be converted into 360 g of bloodworm biomass.

Keywords: fish pond waste, chironomid larvae, live feed culture, African catfish

1. PENDAHULUAN 1,11 – 3,22 % dan fosfor 0,43 – 0,93 % (Zahidah et


al., 2012).
Budidaya ikan pada umumnya membuang air Untuk mengurangi beban limbah budidaya ikan
limbahnya ke sungai di sekitarnya. Budidaya ikan pada perairan adalah pemanfaatan limbah untuk
lele dumbo (Clarias gariepinus) akan menghasilkan kepentingan produktif. Limbah budidaya ikan
air limbah yang mengandung hara, dan bahan merupakan materi potensial untuk dimanfaatkan
organik tersuspensi yang tinggi (Ghate et al., 1993). kembali apabila dapat dikumpulkan dalam jumlah
Air limbah kolam budidaya ikan apabila dialirkan ke yang cukup dan efisien (Yeo et al., 2004). Limbah
perairan sungai akan mencemari perairan tersebut, budidaya ikan dapat dimanfaatkan untuk sumber
terutama mempengaruhi kesadahan total, padatan hara pada pertanian (Ghate et al., 1993; Mouneke et
terlarut total, padatan tersuspensi total, COD, BOD, al., 2014), perikanan (Yi et al., 2001; Zahidah et al.,
DO, fosfat, nitrit, nitrat, dan ammonia total 2012), dan produksi biogas (Lanari & Franci, 1998).
(Fadaeifard et al., 2012; Saremi et al., 2013). Bloodworm (larva Chironomidae: Diptera)
Menurut Yeo et al. (2004), sumber utama merupakan salah satu pakan alami ikan yang
limbah budidaya adalah pakan buatan yang memiliki nutrisi yang sesuai kebutuhan ikan air
digunakan untuk meningkatkan produksi ikan tawar dengan kadar protein 55.62% (Thipkonglars et
melebihi kapasitas alami. Estimasi pakan tak al., 2010) yang disukai oleh ikan (Gupta & Banerjee,
termakan pada budidaya ikan di bak sekitar 1 – 5 % 2009). Bloodworm pada umumnya diperoleh dengan
untuk pakan kering, 5 – 10 % untuk pakan lembab, mengumpulkan dari perairan sungai. Kandungan
dan 10 – 30 % untuk pakan basah. Pada budidaya bahan organik atau detritus di perairan merupakan
ikan trout, dihasilkan faeces padat sekitar 45 % dari pakan utama untuk bloodworm (Sanseverino &
biomas produksi ikan. Kandungan kimia dari limbah Nessimian, 2008).
padat ikan rainbow trout meliputi nitrogen 3,07 – Limbah budidaya ikan lele dumbo berpotensi
5,23 %, fosfor 2,20 – 3,95 %, potassium kurang dari untuk dimanfaatkan untuk budidaya bloodworm
0,30 %, dan karbon organik 33,7 – 46,8 % (Moccia karena limbah budidaya ikan memiliki kadar bahan
et al., 2007), sedangkan limbah padat dari budidaya organik yang tinggi sekitar 33,7 – 46,8 % (Moccia et
ikan di karamba jaring apung di waduk Cirata al., 2007) yang berguna sebagai sumber pakan
memiliki kandungan air 92,15 – 92,40 %, nitrogen bloodworm. Bloodworm memiliki toleransi tinggi
terhadap pencemaran limbah budidaya ikan (Namin

© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 239
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: 239-243 ISBN: 978-602-6483-33-1

et al., 2013), Tujuan penelitian adalah dosis sesuai perlakuan. Aerasi dari air pump
memanfaatkan limbah budidaya ikan lele dumbo diberikan selama percobaan. Bibit bloodworm
untuk budidaya bloodworm. Pencemaran perairan diperoleh dengan mengambil cocoon (telur) dari
dari limbah budidaya ikan lele dumbo dapat diatasi wadah budidaya bloodworm menurut Habashy
dengan pemanfaatan limbah budidaya ikan lele (2005). Pada akhir percobaan, jumlah larva yang
dumbo untuk budidaya bloodworm. hidup dihitung. Panjang bloodworm diukur
menggunakan mikroskop digital. Biomas bloodworm
2. METODE yang dihasilkan ditimbang. Parameter kualitas air
diamati pada awal dan akhir percobaan
Limbah lele dumbo diambil dari 3 kolam terpal menggunakan prosedur EPA (1983), yaitu kadar
yang berisi 30 ekor ikan lele dumbo dengan berat oksigen terlarut (DO), pH air, TDS, dan suhu.
100 gram/ekor yang dipelihara selama 14 hari.
Pakan pelet komersial diberikan sebanyak 2% bobot 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
ikan/hari, Limbah budidaya diambil dengan cara air 3.1 Limbah Kolam Ikan Lele Dumbo
kolam disedot sebanyak 200 l, dan diendapkan
selama 1 hari di drum plastik. Limbah padat yang Ikan lele dumbo yang dipelihara selama 14
mengendap di dasar drum disaring menggunakan hari memberikan pertambahan bobot 35,50 ±
kain saring. Selanjutnya limbah dikeringkan dengan 7,73%. Air kolam tempat memelihara ikan lele
dijemur selama 2 hari dan dilanjutkan dikeringkan dumbo selama 14 hari menjadi keruh, yang
dengan oven pada suhu 105 ºC selama 24 jam dan menunjukkan banyaknya limbah padat yang
diukur berat keringnya. Limbah dianalisis proksimat tersuspensi. Limbah padat dari kolam lele dumbo
(kadar protein kasar, lemak kasar, serat kasar, dan tersebut yang telah dikeringkan, dapat diperoleh
abu) menurut metode AOAC (2000) di Laboratorium 0,380 ± 0,024 gram bobot kering/ liter air kolam.
Nutrisi dan Makanan Ternak Fakultas Pertanian Kandungan proksimat limbah yang dihasilkan
Universitas Lambung Mangkurat. Limbah kering tersebut disajikan pada Tabel 1. Kadar karbon
yang diperoleh digunakan untuk percobaan organik total mencapai 67,8 ± 1,14%. Kandungan
budidaya bloodworm. karbon organik yang diperoleh lebih tinggi
Percobaan budidaya bloodworm menggunakan dibandingkan dengan yang dinyatakan Moccia et al.
3 perlakuan pakan: (A) limbah basah (tanpa (2007) bahwa kadar organik limbah kolam ikan
treatment), (B) limbah yang sudah dikeringkan, dan sekitar 33,7 – 46,8%. Kandungan nutrisi dari limbah
(C) kotoran ayam kering sebagai perlakuan control padat menunjukkan kadar protein yang masih tinggi
(Maleknejad et al., 2014). Bibit bloodworm diperoleh (24,80%). Oleh sebab itu, limbah padat berpotensi
dengan mengambil cocoon (telur) dari wadah dimanfaatkan sebagai sumber pakan untuk biota
budidaya bloodworm (Habashy, 2005). Tiga buah lain yang dibudidayakan seperti cacing darah.
kelompok telur (cocoon) dipelihara selama 8 hari
dalam akuarium yang diberi pakan sesuai perlakuan Tabel 1. Kadar proksimat limbah padat dari kolam lele dumbo.
dengan dosis 1 gram/liter air media. Aerasi
Protein Lemak Karbon
diberikan selama percobaan. Pada akhir percobaan, Kolam Air (%) Abu (%)
(%) (%) organik (%)
diamati jumlah larva yang hidup, panjang tubuh 1 9,00 23,85 24.56 1,64 67,15
bloodworm diukur menggunakan mikroskop digital, 2 8,83 21,77 25.09 2,22 69,40
dan bobot biomas yang dipanen diukur 3 9,13 24,01 24.76 1,78 66,86
menggunakan timbangan digital. Parameter kualitas Rerata 8,99 23,21 24.80 1,88 67,80
SD 0,12 1,02 0.22 0,25 1,14
air meliputi kadar oksigen terlarut (DO), pH, suhu
dan TDS (Total Dissolved Solid) diamati pada awal
dan akhir percobaan menggunakan prosedur EPA 3.2 Produksi Bloodworm dengan Limbah
(1983). Kolam Ikan Lele Dumbo
Penelitian menggunakan rancangan acak
lengkap dengan 3 perlakuan dan 3 ulangan. Limbah Efektifitas penggunaan limbah kolam ikan lele
ikan lele dumbo yang sudah dikeringkan digunakan dumbo untuk budidaya bloodworm diamati dengan
dalam percobaan ini. Perlakuan dosis penggunaan membandingkan antara menggunakan limbah
limbah kering yang dicoba adalah (a) 0,5 g/L (b) 1,0 basah (A), limbah yang dikeringkan (B) dan pupuk
g/L, dan (c) 1,5 g/L. Percobaan menggunakan kotoran ayam (C). Hasil produksi bloodworm yang
wadah plastic yang berisi air 10L. Sebanyak 2 buah dibudidaya menggunakan jenis pakan yang berbeda
kelompok telur (cocoon) dipelihara selama 8 hari disajikan pada Gambar 1. Hasil analisis variansi
dengan diberi sumber pakan dari limbah dengan (ANOVA) menunjukkan bahwa perlakuan jenis

© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 240
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: 239-243 ISBN: 978-602-6483-33-1

bahan organik yang berbeda berpengaruh nyata disajikan pada Gambar 2. Produksi bloodworm
terhadap biomas bloodworm yang dipanen (F hitung memiliki ukuran panjang tubuh 7,994 ± 0,692 mm
= 5,32). Uji lanjut menggunakan beda nyata terkecil (dosis 0,5 g/L), 8,517 ± 0,654 mm (dosis 1,0 g/L)
menunjukkan bahwa penggunaan limbah yang dan 9,770 ± 1,333 mm (dosis 1,5 g/L). Semakin
dikeringkan menghasilkan biomas bloodworm yang tinggi dosis limbah memberi rata-rata hasil
lebih tinggi daripada menggunakan limbah basah bloodworm yang ukuran tubuh lebih besar. Ukuran
dan pupuk kotoran ayam. Bloodworm yang panjang tubuh berperan meningkatkan biomas total
diperoleh dari budidaya memiliki ukuran panjang yang dipanen. Hasil analisis variansi (ANOVA)
tubuh 9,722 ± 1,664 mm (perlakuan A); 8,831 ± menunjukkan bahwa perlakuan dosis limbah yang
1,974 mm (perlakuan B); dan 8,062 ± 1,333 mm berbeda berpengaruh sangat nyata terhadap
(perlakuan C). Dari ketiga perlakuan, panjang biomas bloodworm yang dipanen (F hitung =
bloodworm yang dipanen tidak berbeda nyata. 123,45). Uji lanjut menggunakan beda nyata
terkecil menunjukkan bahwa dosis limbah 1,5 g/L
memberi hasil biomas bloodworm tertinggi, dosis 1,0
10.00
gram /L memberi hasil biomas bloodworm sedang
Produksi bloodworm (gram)

9.00
8.00 dan dosis 0,5 g/L memberi hasil biomas bloodworm
7.00 terendah. Diduga produksi bloodworm masih bisa
6.00
5.00
ditingkatkan dengan meningkatkan dosis limbah
4.00 lebih dari 1,5 g/L. Hasil produksi bloodworm dalam
3.00 penelitian ini sebesar 14,2 ± 0,4 gram dengan
2.00
1.00
menggunakan 10 L air media. Kumar & Ramesh
0.00 (2014) berpendapat bahwa penggunaan pupuk
Limbah Lele Limbah Lele Kotoran Ayam kotoran sapi menghasilkan biomas bloodworm 1,5
basah Kering Kering gram/ 10 L media. Habib et al. (1997) memperoleh
Jenis Pakan biomas bloodworm sebesar 290 g/10 L media
dengan limbah sawit. Dengan demikian penggunaan
limbah budidaya ikan lele dumbo menghasilkan
Gambar 1. Produksi bloodworm yang dibudidaya bloodworm yang lebih banyak dibandingkan
menggunakan jenis pakan yang berbeda menggunakan pupuk kotoran sapi, namun lebih
rendah dibandingkan menggunakan limbah sawit.
Dari kualitas air selama budidaya (Tabel 2),
parameter utama yang membedakan tiap perlakuan
adalah TDS. TDS, total padatan terlarut yang terdiri 16.00 14.20
Produksi bloodworm (gram)

atas ion-ion anorganik ini menunjukkan kandungan 14.00


hara dari air. Penggunaan limbah kering 12.00
9.43
menghasilkan TDS tinggi, sehingga kandungan hara 10.00
pun lebih tinggi. Kandungan hara yang lebih tinggi 8.00
5.60
6.00
itu berpengaruh pada hasil panen bloodworm.
4.00
Menurut Miracle et al. (2006), peningkatan unsur
2.00
hara meningkatkan kelimpahan makroinvertebrata.
0.00
0,5 g/L 1,0 g/L 1,5 g/L
Tabel 1. Kualitas air tempat budidaya bloodworm
dengan jenis pakan yang berbeda Dosis limbah kering

Jenis pakan
Parameter
Limbah Limbah Kotoran ayam
Gambar 2. Produksi bloodworm yang dibudidaya dengan dosis
segar kering kering
limbah lele dumbo berbeda
Suhu C) (o 28,75 ± 1,08 29,40 ± 0,75 29,50 ± 0,81
TDS (mg/L) 54,17 ± 5,98 109,17 ±7,03 45,50 ± 3,51
pH 7,13 ± 0,09 7,73 ± 0,02 6,28 ± 0,05 Kondisi kualitas air selama budidaya disajikan
DO (mg/L) 3,98 ± 0,21 3,17 ± 0,40 3,60 ± 0,45 pada Tabel 3. Kualitas air dari tiap perlakuan
menunjukkan adanya perbedaan karakteristik yang
3.3 Produksi Bloodworm dengan Dosis disebabkan oleh perbedaan dosis limbah.
Limbah Kering Berbeda Parameter yang memiliki nilai variasi yang tinggi
adalah TDS. Penggunaan limbah akan
Produksi bloodworm yang dibudidaya meningkatkan kadar hara pada air, sehingga kadar
menggunakan tingkat dosis limbah kering berbeda

© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 241
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: 239-243 ISBN: 978-602-6483-33-1

mineral meningkat yang ditunjukkan dari nilai TDS quality of Koohrang stream – Iran. International
yang meningkat. Journal of Fisheries and Aquaculture 4(8) : 170 –
177.
Tabel 3. Kualitas air tempat budidaya bloodworm Ghate, S.R., Burtle, G.J., Gascho, G.J. (1993). Reuse of
dengan dosis limbah kering yang berbeda water from catfish ponds. Proceedings of the 1993
Georgia Water Resources Conference. Kathryn 1.
Dosis limbah Hatcher, (Ed), Georgia: Institute of Natural
Parameter
0,5 g/L 1,0 g/L 1,5 g/L Resources, The University of Georgia.
Suhu (o C) 29,00 ± 0,66 29,18 ± 0,83 29,03 ± 0,66 Gupta, S. & Banerjee, S. (2009). Food preference of
TDS (mg/L) 67,33 ± 9,95 93,33 ±17,36 120,17 ±23,70 goldfish (Carassius auratus (Linnaeus, 1758)) and
pH 7,01 ± 0,09 7,51 ± 0,16 7,57 ± 0,13 its potential in mosquito control. Electronic Journal
DO (mg/L) 3,90 ± 0,24 4,65 ± 1,34 4,62 ± 1,49
of Ichthyology 2: 47 - 58
Habashy, M.M. (2005). Culture of Chironomid larvae
4. SIMPULAN (Insecta-Dipterachironomidae) under different
feeding systems. Egyptian Journal of Aquatic
Air limbah kolam lele dumbo mengandung Research 31(2): 403-418.
limbah padat yang cukup tinggi yaitu 0,380 ± 0,024 Habib, M.A.B., Yusoffa, F.M., Phang, S.M., Ang, K.J. &
g bobot kering/L. Limbah padat kolam lele dumbo Mohamed, S. (1997). Nutritional values of
yang dikeringkan mengandung kadar air :8,99 ± chironomid larvae grown in palm oil mill effluent
and algal culture. Aquaculture 158, (1–2): 95–105.
0,12 %, protein 24,80 ± 0,22 %, lemak 1,88 ± 0,25
Kumar, D. & Ramesh, U. (2014). Rearing practices of
%, abu 23,21 ± 1,02 %, dan C organik 67,80 ± 1,14 live feedstuff animal midge fly larvae (Chironomus
%. Penggunaan limbah kolam lele dumbo yang circumdatus) Kieffer (Diptera: Chironomidae). Int. J.
dikering untuk budidaya bloodworm, menghasilkan Curr. Sci. 12: 170-177.
biomas bloodworm lebih tinggi dibandingkan Lanari, D. & Franci, C. (1998). Biogas production from
menggunakan limbah segar dan kotoran ayam solid wastes removed from fish farm effluents.
kering. Penggunaan dosis limbah kering 1,5 g/L Aquat. Living Resour 11(4): 289 – 295.
memberikan hasil biomas bloodworm lebih tinggi Maleknejad, R., Sudagar, M., Azimi, A., Shokrollahi, S.
dibandingkan dosis 0,5 dan 1,0 g/L. Produksi (2014). Comparative Study on the Effect of
dimungkinkan akan lebih meningkat apabila dosis Different Feeding Regimes on Chironomid Larvae
Biomass and Biochemical Composition. Int. J. Adv.
ditingkatkan. Dari penelitian ini, dapat diestimasi
Biol. Biom. Res 2 (12): 2880-2883.
limbah kering dari 1 m3 air kolam lele dumbo dapat Miracle, M.R., et al. (2006). Response of
dikonversi menjadi 360 g biomas bloodworm. macroinvertebrates to experimental nutrient and
fish additions in European localities at different
5. UCAPAN TERIMA KASIH latitudes. Limnetica, 25(1-2): 585-612.
Moccia, R., Bevan, D. & Reid, G. (2007). Composition of
Penelitian ini dibiayai Kementerian Ristekdikti Fecal Waste from Commercial Trout Farms in
melalui skema Hibah Penelitian Produk Terapan Ontario: Macro and Micro Nutrient Analyses and
tahun 2016. Penulis mengucapkan terimakasih Recommendations for Recycling. Guelph:
Aquaculture Centre University of Guelph.
pada semua pihak yang membantu pelaksanaan
Muoneke, C.O., Okpara, D., Ofor, C., Orji, R., Onwuka, J.
penelitian, yaitu Laboratorium Fak. Perikanan & Ibiam, B. (2014). Organic/inorganic leaf amaranth
UNKRIP, Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak production: the case of poultry manure, fish effluent
Fak. Pertanian Univ. Lambung Mangkurat, dan and npk fertilizer. Proceedings of the 4th ISOFAR
mahasiswa Fak. Perikanan UNKRIP. Scientific Conference. ‘Building Organic Bridges’, at
the Organic World Congress 2014., Rahmann, G. &
6. DAFTAR PUSTAKA Aksoy, U. (Eds.) Istanbul : ISOFAR.
Namin, J.I., Sharifinia, M. & Makrani, A.B. (2013).
AOAC. (2000). Official methods of analysis of the Assessment of fish farm effluents on
Association of Official Analytical Chemists. macroinvertebrates based onbiological indices in
Arlington: Association of Official Analytical Tajan River (north Iran). Caspian J. Env. Sci. 11(1)
Chemists. : 29 - 39
EPA (Environmental Protection Agency). (1983). Sanseverino, A.M. & Nessimian, J.L. (2008). The food of
Methods for Chemical Analysis of Water and larval Chironomidae (Insecta, Diptera) in
Wastes. Cincinnati: EPA. submerged litter in a forest stream of the Atlantic
Fadaeifard, F., Raissy, M., Faghani, M., Majlesi, A., Forest (Rio de Janeiro, Brazil) Acta Limnol. Bras.
Farahani, G.N. (2012). Evaluation of 20 (1) : 15-20.
physicochemical parameters of waste water from Saremi, A., Saremi, K., Saremi, A., Sadeghi, M. & Sedghi,
rainbow trout fish farms and their impacts on water H. (2013). The effect of aquaculture effluents on

© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 242
Prosiding Seminar Nasional Lahan Basah Tahun 2016 Jilid 1: 239-243 ISBN: 978-602-6483-33-1

water quality parameters of Haraz River. Iranian Reuse. Madison: University of Winconsin Sea
Journal of Fisheries Sciences 12(2) 445-453 Grant Institute.
Thipkonglars, N., Taparhudee, W., Kaewnern, M. & Yi, Y., Lin, C.K. & Diana, J.S. 2001. Integrated recycle
Lawonyawut, K. 2010. Cold preservation of system for catfish and tilapia culture In: Gupta, A.,
Chironomid larvae (Chironomus fuscipes McElwee, K., Burke, D., Burright, J., Cummings, X.
Yamamoto, 1990) : Nutritional Value and Potential & Egna, H. (Eds), Eighteenth Annual Technical
for Climbing Perch (anabas testudineaus Bloch, Report. Pond Dynamics/Aquaculture CRSP.
1792) larval nursing. Kasetsart Univ. Fish. Res. Corvallis : Oregon State University. pp.87 - 95 .
Bull. 34 (2): 1 – 13. Zahidah, Gunawan, W. & Subhan, U. (2012).
Yeo, S.E., Binkowski, F.P. & Morris, J.E. 2004. Pertumbuhan populasi daphnia spp. yang diberi
Aquaculture Effluents and Waste By-Products : pupuk limbah budidaya karamba jaring apung (kja)
Characteristics, Potential Recovery, and Beneficial di Waduk Cirata yang telah difermentasi EM4.
Jurnal Akuatika 3(1):84-94.

-----

© 2017. Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Lambung Mangkurat 243

You might also like