You are on page 1of 5

Nama: Manda pratiwi sasmito

Kelas: XI UPW

Selamat pagi Bapak/Ibu selamat datang di Kartini Tour And Travel pertama-tama saya akan
memperkenalkan kru kami pengemudinya adalah Pak rosi dan dia akan ditemani oleh pak Syafrudin
sebagai co driver Nama saya Manda Pratiwi Sasmito tetapi anda dapat memanggil saya Manda. Untuk
mempersingkat saya pemandu anda hari ini.

Bapak/Ibu sekalian sekarang kita berada di Monumen Nasional Pagi hari ini dan kita akan mengelilingi
Monumen Nasional dan melihat sejumlah tempat bersejarah yang menarik di tempat ini.

mari kita mulai perjalanan hari ini.

Monumen Nasional atau disingkat dengan Monas adalah Monumen peringatan setinggi 137 meter
(449,475 kaki) yang didirikan untuk mengenang perlawanan dan perjuangan rakyat Indonesia untuk
merebut kemerdekaan dari pemerintahan colonial Hindia Belanda. Pembangunan monumen ini
dimulai pada tanggal 17 Agutus di bawah perintah presiden Soekarno dan dibuka untuk umum pada
tanggal 12 Juli 1975. Tugu ini dimahkotai lidah api yang dilapisi lembaran Emas yang melambangkan
semangat perjuangan yang menyala-nyala dari rakyat Indonesia. Pembangunan Tugu Monas
bertujuan mengenang dan melestarikan perjuangan bangsa Indonesia pada masa revolusi
kemerdekaan 1945, agar terus membangkitkan inspirasi dan semangat patriotisme generasi
penerus bangsa.

Bapak/Ibu sekalian sekarang kita menuju ke objek pertama ditempat ini.

Selamat datang di Museum Sejarah Nasional

Kita sekarang berada dikedalam 3 Meter dibawah permukaan tanah ruangan ini berukuran dengan
lluas 80x80 meter tempat ini dapat menampung pengunjung sekitar 500 orang. Ruangan besar
berlapis marmer ini terdapat 48 diorama pada keempat sisinya dan 3 diorama di tengah, sehingga
menjadi total 51 diorama. Diorama ini menampilkan sejarah Indonesia sejak masa pra sejarah
hingga masa Orde Baru. Diorama ini dimula dari sudut timur laut bergerak searah jarum jam
menelusuri perjalanan sejarah Indonesia; mulai masa pra sejarah, masa kemaharajaan kuno
seperti sriwijaya dan majapahit, disusul masa penjajahan bangsa Eropa yang disusul perlawanan
para pahlawan nasional pra kemerdekaan melawan VOC dan pemerintah Hindia Belanda. Diorama
berlangsung terus hingga masa pergerakan nasional Indonesia awal abad ke-20, pendudukan
Jepang, perang kemerdekaan dan masa revolusi, hingga masa Orde Baru pada masa pemerintahan
Suharto.

Baik Bapak/Ibu apakah semua sudah lengkap? Tolong mengecek kembali masing-masing rekan kita
. Terimakasih. Bagaimana perasaan anda setelah mengunjungi Museum Sejarah Nasional? Saya
berharap anda menikmati perjalanan ini. Sekarang kita akan melanjutkan perjalanan keberikutnya.
Selamat datang di Ruang kemerdekaan

Bapak/ibu sekalian sekarang kita berada berada di bagian dalam cawan monumen yang berbentuk
amphitheater disini banyak benda yang berlapiskan emas. Di dalam ruangan ini menyimpan simbol
kenegaraan dan kemerdekaan Republik Indonesia, salah satunya adalah naskah asli Proklamasi
Kemerdekaan Indonesia yang disimpan didalam kotak kaca dalam pintu gerbang yang berlapiskan
emas. Di ruangan ini digunakan sebagai ruang tenang untuk mengheningkan cipta dan bermeditasi
mengenang hakikat kemerdekaan dan perjuangan bangsa Indonesia. Naskah asli proklamasi
kemerdekaan Indonesia disimpan dalam kotak kaca dalam pintu gerbang berlapis emas. Didepan kit
aini adalah Pintu mekanis ini terbuat dari perunggu seberat 4 ton berlapis emas dihiasi ukiran bunga
Wijaya Kusuma yang melambangkan keabadian, serta bunga Teratai yang melambangkan
kesucian. Pintu ini terletak pada dinding sisi barat tepat di tengah ruangan dan berlapis marmer
hitam. Pintu ini dikenal dengan nama Gerbang Kemerdekaan yang secara mekanis akan membuka
seraya memperdengarkan lagu "Padamu Negeri" diikuti kemudian oleh rekaman suara Soekarno
tengah membacakan naskah proklamasi pada 17 Agustus 1945.

Bapak/Ibu sekalian sekarang kita berada di sisi selatan. Disini terdapat patung Garuda Pancasila,
lambang negara Indonesia terbuat dari perunggu seberat 3,5 ton dan berlapis emas. Sekarang kita
beralih ke sisi timur disini terdapat tulisan naskah proklamasi berhuruf perunggu, seharusnya sisi ini
menampilkan bendera yang paling suci dan dimuliakan Sang Saka Merah Putih, yang aslinya
dikibarkan pada tanggal 17 Agustus 1945. Akan tetapi karena kondisinya sudah semakin tua dan
rapuh, bendera suci ini tidak dipamerkan. Dan di sisi utara kali ini terdapat dinding marmer hitam ini
menampilkan kepulauan Nusantara berlapis emas, melambangkan lokasi Negara Kesatuan
Republik Indonesia.

Baik Bapak/Ibu sekalian seperti biasa untuk mengecek kembali rekan kita masing-masing karena
sekarang kita akan ke obyek terakhir ditempat ini. Bagaimana dengan obyek yang kedua ? Saya
harap Bapak/Ibu sekalian dapat menikmati apa yang telah saya sampaikan
sebelumnya,terimakasih.

Kita akan menaiki lift pada pintu sisi selatan yang akan membawa kita ke obyek terakhir.
Lift ini berukuran 11x11 meter ketinggian 115 meter dari permukaan tanah dan berkapasitas 11
orang sekali angkut.

Selamat datang di obyek terakhir kita kali ini.

Pelataran puncak ini dapat menampung sekitar 50 orang, serta terdapat teropong untuk melihat
panorama Jakarta lebih dekat. sekeliling badan elevator terdapat tangga darurat yang terbuat dari
besi. Dari pelataran puncak tugu Monas. Bapak/Ibu sekalian kita dapat menikmati pemandangan
seluruh penjuru kota Jakarta. Bila kondisi cuaca cerah tanpa asap kabut, di arah ke selatan terlihat
dari kejauhan Gunung Salak di wilayah kabupaten Bogor, Jawa Barat, arah utara membentang laut
lepas dengan pulau-pulau kecil.

Di puncak Monumen Nasional ini terdapat cawan yang menopang nyala lampu perunggu yang
beratnya mencapai 14,5 ton dan dilapisi emas 35 Kilogram. Lidah api atau obor ini berukuran tinggi
14 meter dan berdiameter 6 meter terdiri dari 77 bagian yang disatukan. Lidah api ini sebagai simbol
semangat perjuangan rakyat Indonesia yang ingin meraih kemerdekaan.
Baik Bapak/Ibu sekalian bagaimana perasaan anda dengan obyek terakhir kita? Saya harap anda
tetap menikmati dan memberikan kesan kepada anda. Obyek ini dikenal dengan Puncak tugu
berupa "Api Nan Tak Kunjung Padam" yang bermakna agar Bangsa Indonesia senantiasa memiliki
semangat yang menyala-nyala dalam berjuang dan tidak pernah surut atau padam sepanjang masa.
Pelataran cawan memberikan pemandangan bagi pengunjung dari ketinggian 17 meter dari
permukaan tanah. sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah
Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter, semuanya merupakan
pelestarian angka keramat Proklamasi Kemerdekaan negara kita yaitu (17-8-1945).

pada obor monas tersebut merupakan sumbangan dari Teuku Markam, seorang pengusaha Aceh
yang pernah menjadi salah satu orang terkaya di Indonesia sebanyak 28 kg dari 38 emas.

Baik, Bapak-Ibu sudah waktunya kami mengucapkan selamat tinggal untuk kalian semua .Saya
berharap perjalanan kita pagi ini berkesan dan memberikan pengalaman baru bagi Anda. Atas nama
Kartini Tour And Travel mengucapkan terima kasih telah mempercayakan kami untuk memandu dan
menemani perjalanan Anda. kami tetap menanti kedatangan anda selanjutnya dengan keluarga dan
rekan-rekan untuk menikmati suasana di tempat ini.

Ladies and gentlemen, now we are at the National Monument This morning and we will tour the
National Monument and see a number of interesting historical places in this place.

Let's start today's journey.

The National Monument or abbreviated as Monas is a 137 meter (449,475 ft) high memorial
monument which was erected to commemorate the resistance and struggle of the Indonesian people
to seize independence from the Dutch East Indies colonial government. The construction of this
monument began on 17 August under the orders of president Soekarno and opened to the public on
12 July 1975. The monument is crowned with flames covered with gold sheets which symbolize the
flaming fighting spirit of the Indonesian people. The construction of the Monas Monument aims to
commemorate and preserve the struggle of the Indonesian people during the 1945 independence
revolution, in order to continue to inspire and inspire the nation's next generation of patriotism.

Ladies and gentlemen, now we go to the first object in this place.

Welcome to the National History Museum

We are now 3 meters below ground level. This room is 80x80 meters wide and can accommodate
about 500 visitors. This large marble-covered room has 48 dioramas on all four sides and 3
dioramas in the middle, bringing a total of 51 dioramas. This diorama displays the history of
Indonesia from pre-historic times to the New Order era. This diorama starts from the northeast
corner and moves clockwise to trace the history of Indonesia; starting from prehistoric times, ancient
empires such as Sriwijaya and Majapahit, followed by the European colonial period which was
followed by the resistance of pre-independence national heroes against the VOC and the Dutch East
Indies government. The diorama continued until the Indonesian national movement in the early 20th
century, the Japanese occupation, the war for independence and the revolution, until the New Order
era under Suharto.
Alright ladies and gentlemen, is everything complete? Please re-check each of our comrades. Thank
you. How do you feel after visiting the National History Museum? I hope you enjoy this trip. Now we
will move on to the next journey.

Welcome to the Independence Room

Ladies and gentlemen, now we are in the inside of the monument cup in the form of an
amphitheater, here many objects are plated with gold. In this room, there are symbols of the state
and independence of the Republic of Indonesia, one of which is the original text of the Proclamation
of Indonesian Independence which is stored in a glass box inside the gate which is plated with gold.
This room is used as a quiet space for silence and meditation to remember the nature of
independence and the struggle of the Indonesian people. The original text of the proclamation of
Indonesian independence is kept in a glass case in a gold-plated gate. In front of this kit is this
mechanical door made of bronze weighing 4 tons with gold plated decorated with Wijaya Kusuma
flower carvings which symbolize immortality, and lotus flowers which symbolize purity. This door is
located on the west side wall right in the middle of the room and is covered in black marble. This
door is known as the Gate of Independence which will mechanically open while playing the song
"Padamu Negeri" followed by a recording of Soekarno reading the text of the proclamation on
August 17, 1945.

Ladies and gentlemen, we are now on the south side. Here there is a statue of Garuda Pancasila,
the symbol of the Indonesian state made of bronze weighing 3.5 tons and plated with gold. Now we
turn to the east side where there is a proclamation written in bronze letters, this side should display
the most sacred and glorified flag of Sang Saka Merah Putih, which was originally flown on August
17, 1945. However, because its condition is getting old and fragile, the holy flag this is not exhibited.
And on the north side this time there is a black marble wall that displays the archipelago in gold
plated, symbolizing the location of the Unitary State of the Republic of Indonesia.

Ladies and gentlemen, as usual, to re-check each of our colleagues because now we are going to
the last object in this place. What about the second object? I hope all of you can enjoy what I have
said before, thank you.

We will take the elevator at the south side door which will take us to the last object.

This elevator measures 11x11 meters with a height of 115 meters from the ground and has a
capacity of 11 people at a time.

Welcome to our last object this time.

The courtyard of this peak can accommodate about 50 people, and there are binoculars to get a
closer look at the panorama of Jakarta. around the body of the elevator there is an emergency
staircase made of iron. From the top courtyard of the Monas monument. Ladies and gentlemen, we
can enjoy the view all over the city of Jakarta. . If the weather conditions are clear without smog,
from a distance to the south you can see Mount Salak in the Bogor district, West Java, to the north it
stretches the open sea with small islands.

At the top of this National Monument there is a cup that supports the flame of a bronze lamp that
weighs 14.5 tons and is plated with 35 Kilograms of gold. This flame or torch is 14 meters high and 6
meters in diameter and consists of 77 parts that are joined together. This tongue of fire is a symbol
of the fighting spirit of the Indonesian people who want to achieve independence.

Well, ladies and gentlemen, how do you feel about our last object? I hope you continue to enjoy and
make an impression on you. This object is known as the Peak of the monument in the form of "Fire
That Never Goes Out" which means that the Indonesian people always have a blazing spirit in
fighting and never subside or go out all the time. The court of the cup provides a view for visitors
from a height of 17 meters above ground level. while the height range between the history museum
room to the bottom of the cup is the area of the courtyard which is in the form of a square,
measuring 45 x 45 meters, all of which are the preservation of the sacred number of the
Proclamation of Independence of our country, namely (17-8-1945).

on the Monas torch is a donation from Teuku Markam, an Acehnese businessman who was once
one of the richest people in Indonesia as much as 28 kg of 38 gold.

You might also like