You are on page 1of 34

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KEDISIPLINAN

PEGAWAI PADA DINAS LINGKUNGAN HIDUP


DI KECAMATAN SUNGAI LILIN

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Dalam Rangka Penyusunan Skripsi Pada


Program Studi Strata Satu Manajemen

OLEH :

ABDILAH DAROJAT
NIM: 191221069

YAYASAN RAHMANY
PROGRAM STUDI MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RAHMANIYAH
SEKAYU
2023
YAYASAN RAHMANY
PROGRAM STUDI STRATA SATU MANAJEMEN
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI RAHMANIYAH
SEKAYU

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI


SEBELUM UJIAN SEMINAR PROPOSAL

Nama : Abdilah Darojat


Nim : 191221069
Jurusan : S-1 Manajemen
Mata Kuliah Pokok : Manajemen SDM
Judul Proposal Skripsi : Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kedisiplinan
Pegawai Pada Dinas Lingkungan Hidup Di Kecamatan
Sungai Lilin.

Sekayu, ............................. 2023

Pembimbing I Pembimbing II

Ellisyah Mindari, S.E., M.Si Neti Erlina, S.E., M.Si

Mengetahui,
Ketua Program Studi S-1 Manajemen

Ropal Tores, S.E., M.Si

ii
1

PENGARUH KEPEMIMPINAN TERHADAP KEDISIPLINAN


PEGAWAI PADA DINAS LINGKUNGAN HIDUP
DI KECAMATAN SUNGAI LILIN

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Organisasi merupakan masalah sistem kegiatan kerjasama yang

dilaksanakan oleh dua orang atau lebih untuk melakukannya suatu kegiatan yang

di dalamnya sangat membutuhkan komunikasi demi tercapainya suatu tujuan

bersama. Pada pokok daya individu terjalin dari pemimpin dan pekerja untuk

mewujudkan aktivitas tugas karyawan yang baik diperlukan berbagai kebiasaan

yang bisa dilakukan oleh seorang pemimpin suatu organisasi pemerintah.

Secara sederhana organisasi dapat diartikan sebagai organisasi tempat

atau wadah yang dimana dilakukan oleh dua orang atau lebih baik secara efektif

dan efisien yang bekerjasama untuk mencapai suatu tujuan bersama, organisasi

juga dapat dikatakan hal yang saling berkaitan atau berhubungan satu sama lain

yang bekerjasama terhadap orang-orang yang telah di tempatkan dalam struktur

tersebut, sehingga kegiatan dapat dikolaborasi pada perintah para atasan atau

disebut pemimpin terhadap para bawahan, yang dapat digapai dari puncak sampai

ke bawah dari semua badan usaha.

Menurut Agustini (2019: 97), faktor-faktor yang mempengaruhi disiplin

pegawai adalah Ada atau tidaknya keteladanan pemimpin dalam perusahaan.

Keteladanan pemimpin sangat penting sekali, karena dalam suatu

organisasi/perusahaan, semua pegawai/karyawan akan memperhatikan bagaimana

pemimpin mampu menegakkan disiplin dalam dirinya dan bagaimana ia dapat


2

mengendalikan dirinya dari ucapan, perbuatan dan sikap yang dapat merugikan

aturan disiplin yang telah ditetapkan.

Menurut Hasibuan (2020: 194), kedisiplinan adalah kesadaran dan

kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan norma-norma

sosial yang berlaku. Kesadaran adalah sikap seseorang yang secara sukarela

mentaati semua peraturan dan sadar akan tugas dan tanggung jawab. Disiplin

kerja merupakan salah satu fungsi manajemen sumber daya manusia yang penting

dan merupakan kunci terwujudnya tujuan organisasi, karena tanpa adanya

kedisiplinan, maka sulit terwujudnya tujuan yang maksimal.

Demikian dalam pembahasan tentang kepemimpinan terhadap kedisiplinan

sangatlah erat hubungannya karena seorang pemimpin dimanapun itu memimpin

sudah mestinya memberikan sikap teladan atau disiplin dengan mencontohkan

perilaku-perilaku yang baik para anggota atau bawahan, tetapi apabila

mencontohkan yang kurang baik atau bahkan melenceng dari peraturan yang telah

ditetapkan maka tidak mestinya kita mengikutinya tetapi meningkatkan perilaku

yang baik, karena seorang pemimpin yang baik itu adalah yang dapat mengayomi

dan melindungi para anggotanya dengan baik, yaitu dengan memberikan sikap

disiplin serta menghormati satu sama lain.

Kepemimpinan merupakan hal yang dominan dalam suatu organisasi

karena kepemimpinan bukan saja melakukan perencanaan ataupun pelaksanaan

jalannya organisasi, tetapi juga dapat mengorganisir anggota dalam mencapai

tujuan organisasi. Salah satu permasalahan manajemen yang bersifat kritis pada

saat ini adalah kepemimpinan karena mampu atau tidak mempunyai seseorang

pemimpin dapat melaksanakan tugasnya sebagai pemimpin suatu organisasi dan


3

adanya pemimpin yang kurang dihargai oleh bawahannya karena pergerakan roda

suatu organisasi sangat ditentukan oleh faktor kepemimpinan.

Dengan demikian seorang ahli pemimpin sangat diperlukan oleh

organisasi, yang seiring dengan kemajuan zaman dan kompleksitas dunia bisnis

dan pemerintahan, kepemimpinan semakin memegang peran yang penting dan

berfungsi sebagai motor penggerak bagi organisasi dalam mencapai tujuan. Di sisi

lain tenaga kerja merupakan salah satu asset dalam suatu organisasi yang paling

utama, maka dari itu tenaga perlu dibina secara baik dari seorang pemimpin.

Pembinaan yang baik dapat menciptakan tenaga kerja yang mempunyai semangat

dan kegairahan dalam melakukan pekerjaaan serta mempunyai komitmen

organisasi yang tinggi sehingga motivasi kerja dapat ditingkatkan.

Menurut Busro (2018: 219), pemimpin pada hakikatnya adalah seorang

yang mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi perilaku orang lain di dalam

kerjanya dengan mengunakan kekuasaan. Dengan variabel kepemimpinan yaitu

hubungan antara pimpinan dengan bawahan, tugas struktur dan kekuasaan.

Definisi kepemimpinan secara luas yang menyangkut proses

mempengaruhi dalam penentuan masalah organisasi, motivasi perilaku pengikut

untuk mencapai tujuan, mempengaruhi demi memperbaiki budaya serta

kelompok, oleh karena itu juga mempengaruhi interpretasi menyangkut peristiwa-

peristiwa pengikutnya dan organisasi kegiatan-kegiatan untuk mencapai tujuan

serta memelihara hubungan kerjasama dengan hasil dukungan dan kerjasama dari

orang-orang diluar organisasi. Maka peran pemimpin sangat menetukan dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui disiplin kerja pegawai.


4

Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Musi Banyuasin adalah perangkat

daerah yang merupakan unsur pelaksana urusan pemerintahan yang menjadi

kewenangan daerah. Dinas Lingkungan Hidup di Kecamaatan Sungai Lilin berdiri

tahun 2017 yang dipimpin UPTD yang beralamat jalan lintas Sumatera Kelurahan

Sungai Lilin.

Berdasarkan observasi peneliti pada dinas lingkungan hidup kecamatan

sungai lilin Kurangnya hubungan antara pemimpin dengan pegawai dilihat

pemimpin kurang memotivasi pegawai dalam bekerja karena pemimpin seringnya

datang terlambat dan menyebabkan pegawai saling tunggu menunggu sehingga

pengangkutan sampah jadi terlambat dan terkadang tidak sesuai dengan struktur

tugas yang telah diberikan contohnya pegawai sapu jalan sering bertukar posisi

dengan pengangkut sampah hal ini dikarenakan ketegasan pemimpin kurang

dalam memberikan arahan terhadap bawahan sehingga pegawai menganggap

pemimpin kurang tegas dalam bekerja.

Selain kepemimpinan masalah kedisiplinan yang terjadi di dinas

lingkungan hidup kecamatan sungai lilin dapat dilihat dari, banyaknya pegawai

yang telat masuk kantor dan pulang lebih awal jika tidak ada pimpinan. Dalam hal

pekerjaan pimpinan kurang memberi perhatian atau arahan kepada bawahannya

sehingga banyak pekerjaan yang tidak tepat waktu dan pimpinan tidak bisa

memberi contoh atau panutan kepada bawahannya, hal ini dapat dilihat dari

pimpinan yang sering datang tidak tepat waktu dan jarang berada di kantor. Serta

keadilan pemimpin kurang tegas dalam memberikan sanksi bagi bawahan yang

jarang bekerja Sehingga kinerja pegawai dinas lingkungan hidup kecamatan

sungai lilin tidak berjalan sebagaimana mestinya.


5

Berdasarkan keadaan yang telah dijelaskan diatas peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Kepemimpinan Terhadap

Kedisiplinan Pegawai Pada Dinas Lingkungan Hidup Di Kecamatan Sungai

Lilin.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena yang telah dikemukakan, maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian sebagai berikut yaitu Ada Pengaruh Kepemimpinan

Terhadap Kedisiplinan Pegawai Pada Dinas Lingkungan Hidup Di Kecamatan

Sungai Lilin.

1.3. Ruang Lingkup Pembahasan

Berdasarkan latar belakang dan pengamatan langsung yang telah dilakukan

penulis pada Dinas Lingkungan Hidup Di Kecamatan Sungai Lilin maka

permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini hanya mengenai bagaimana

Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kedisiplinan Pegawai Pada Dinas Lingkungan

Hidup Di Kecamatan Sungai Lilin.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah Pengaruh

Kepemimpinan Terhadap Kedisiplinan Pegawai Pada Dinas Lingkungan Hidup Di

Kecamatan Sungai Lilin.

1.4.2. Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah :


6

1. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah wawasan

dan ilmu pengetahuan.

2. Manfaat Bagi Dinas Lingkungan Hidup Kecamatan Sungai Lilin

Sebagai masukan kepada Kantor Dinas Lingkungan Hidup Kecamatan Sungai

Lilin untuk memperbaiki kepemimpinan dan meningkatkan kedisiplinan

pegawainya

3. Manfaat Bagi Almamater

Bagi penelitian lanjutan, sebagai referensi yang dapat memberikan

perbandingan dalam melakukan penelitian pada bidang yang sama.

II. LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1. Landasan Teori

2.1.1. Pengertian Kedisiplinan

Kedisiplinan merupakan fungsi operasional manajemen sumber daya

manusia yang terpenting karena semakin baik disiplin kerja pegawai, semakin

baik kinerja yang dapat dicapai. Tanpa disiplin yang baik, sulit bagi organisasi

untuk mencapai hasil yang optimal. Menurut Agustini (2019: 88), disiplin adalah

status pengendalian diri seseorang karyawan, sebagai tanda ketertiban dan

kerapian dalam melakukan kerjasama dari sekelompok unit kerja di dalam suatu

organisasi.

Menurut Davis (2016: 112), Disiplin adalah tindakan manajemen untuk

memberikan semangat kepada pelaksanaan standar organisasi ini adalah latihan

yang mengarah pada upaya membenarkan dan melibatkan pengetahuan-

pengetahuan sikap dan perilaku pegawai sehingga ada kemauan pada diri pegawai
7

sehingga ada kemauan pada diri pegawai untuk menuju pada kerjasama dan

prestasi yang baik. Sedangkan menurut Sinambela (2017: 334), Disiplin adalah

kepatuhan pada aturan atau perintah ditetapkan oleh organisasi. Selanjutnya,

disiplin adalah sebuah proses yang digunakan untuk menghadapi permasalahan

kinerja; proses ini melibatkan manajer dalam mengidentifikasikan dan

mengomunikasikan masalah-masalah kinerja kepada para pegawai.

Menurut Rivai (2017: 82), disiplin kerja adalah suatu alat yang digunakan

alat para manajer untuk berkomunikasi dengan pegawai agar mereka bersedia

untuk mengubah suatu perilaku serta sebagai suatu upaya untuk meningkatkan

kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua peraturan perusahaan dan

norma-norma sosial yang berlaku. Sedangkan menurut Farida (2016: 42), disiplin

kerja adalah kegiatan manajemen untuk menjalankan standar-standar organisasi.

Menurut Tsauri (2017: 129), bahwa disiplin adalah sikap mental yang

tercermin dalam perbuatan atau tingkah laku perseorangan, kelompok atau

masyarakat berupa ketaatan terhadap perbuatan-perbuatan atau ketentuan yang di

tetapkan pemerintah atau etika, norma, dan kaidah yang berlaku dalam

masyarakat untuk tujuan tertentu.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa

Kedisiplinan merupakan faktor yang utama yang diperlukan sebagai alat

peringatan terhadap pegawai yang tidak mau berubah sifat dan perilakunya.

Sehingga seorang pegawai dikatakan memiliki disiplin yang baik jika pegawai

tersebut memiliki rasa tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan kepadanya.
8

2.1.2. Indikator Kedisiplinan

Menurut Hasibuan (2020: 194), Indikator-indikator kedisiplinan adalah

sebagai berikut :

1. Tujuan dan kemampuan.

Tujuan dan kemampuan ikut mempengaruhi tingkat kedisiplinan pegawai.

Tujuan yang akan dicapai harus jelas dan ditetapkan secara ideal, serta cukup

menantang bagi kemampuan pegawai. Hal ini berarti bahwa tujuan

(pekerjaan) yang dibebankan kepada pegawai harus sesuai dengan

kemampuan pegawai bersangkutan, agar dia bekerja dengan

sungguh-sungguh dan disiplin dalam mengerjakannya.

2. Teladan pimpinan.

Teladan pimpinan sangat berperan dalam menentukan kedisiplinan pegawai

karena pimpinan dijadikan teladan dan panutan oleh para bawahannya.

Pimpinan harus memberi contoh yang baik, seperti berdisiplin, jujur, adil,

serta sesuai kata dengan perbuatan. Dengan teladan pimpinan yang baik,

kedisiplinan bawahan pun akan baik. Sebaliknya, apabila teladan pimpinan

kurang baik (kurang berdisiplin) maka para bawahan pun akan kurang

disiplin.

3. Balas Jasa.

Balas jasa (gaji dan kesejahteraan) ikut mempengaruhi kedisiplinan pegawai

karena balas jasa akan memberikan kepuasan dan kecintaan pegawai

terhadap perusahaan. Apabila kecintaan pegawai semakin baik terhadap

pekerjaan, kedisiplinan mereka akan semakin baik pula. Balas jasa berperan

penting untuk menciptakan kedisiplinan pegawai. Artinya, semakin besar


9

balas jasa maka semakin baik kedisiplinan pegawai. Sebaliknya, apabila

balas jasa kecil maka kedisiplinan pegawai menjadi rendah. Pegawai sulit

untuk berdisiplin baik selama kebutuhan-kebutuhan primernya tidak

terpenuhi dengan baik.

4. Keadilan.

Keadilan ikut mendorong terwujudnya kedisiplinan pegawai karena ego dan

sifat manusia yang selalu merasa dirinya penting, dan minta diperlakukan

sama dengan manusia lainnya. Keadilan yang dijadikan dasar kebijaksanaan

dalam pemberian balas jasa (pengakuan) atau hukuman, akan merangsang

terciptanya kedisiplinan pegawai yang baik. Seorang manajer yang cakap

dalam memimpin selalu berusaha bersikap adil terhadap semua bawahannya.

Dengan keadilan yang baik, akan menciptakan kedisiplinan yang baik pula.

Jadi, keadilan harus diterapkan dengan baik pada setiap perusahaan agar

kedisiplinan pegawai perusahaan baik pula.

5. Waskat (pengawasan melekat).

Waskat adalah tindakan nyata dan paling efektif dalam mewujudkan

kedisiplinan pegawai perusahaan. Dengan waskat berarti atasan harus aktif

dan langsung mengawasi perilaku, moral, sikap, semangat kerja, dan prestasi

kerja bawahannya. Hal ini berarti atasan harus selalu hadir di tempat kerja untuk

mengawasi dan memberikan petunjuk jika ada bawahannya yang mengalami

kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaannya. Waskat lebih efektif dalam

merangsang kedisiplinan dan moral kerja pegawai. Pegawai merasa

mendapat perhatian, bimbingan, petunjuk, pengarahan dan pengawasan dari

atasannya.
10

6. Sanksi hukuman.

Sanksi hukuman berperan penting dalam memelihara kedisiplinan pegawai.

Dengan sanksi hukuman yang semakin berat maka pegawai akan semakin

takut melanggar peraturan perusahaan, sikap, dan perilaku indisipliner

pegawai akan berkurang.

7. Ketegasan.

Ketegasan pimpinan dalam melakukan tindakan akan mem pengaruhi

kedisiplinan pegawai perusahaan. Pimpinan harus berani dan tegas bertindak

untuk menghukum setiap pegawai yang indisip liner sesuai dengan sanksi

hukuman yang telah ditetapkan. Pimpinan yang berani menindak tegas dalam

menerapkan hukuman bagi pegawai yang indisipliner akan disegani dan

diakui kepemimpinannya oleh bawahannya. Dengan demkian, pimpinan

akan memelihara kedisiplinan pegawai perusahaan.

8. Hubungan kemanusiaan.

Hubungan kemanusiaan yang harmonis di antara sesama pegawai ikut

menciptakan kedisiplinan yang baik pada suatu perusahaan.

Hubungan-hubungan baik bersifat vertikal maupun horizontal yang terdiri

dari direct single relationship, direct group relationship, dan cross relationship

hendaknya berjalan harmonis. Seorang manajer harus berusaha menciptakan

suasana kemanusiaan yang serasi serta memikat baik secara vertikal

maupun secara horizontal. Dengan terciptanya human relationship yang serasi

akan mewujudkan lingkungan dan suasana kerja yang nyaman. Hal ini akan

memotivasi kedisiplinan yang baik pada perusahaan. Jadi, kedisiplinan

pegawai akan tercipta apabila hubungan kemanusiaan dalam organisasi


11

tersebut baik.

2.1.3. Pengertian Kepemimpinan

Kepemimpinan merupakan seni atau ilmu untuk mempengaruhi orang lain

agar tercapainya suatu keinginan yang telah ditetapkan. Disamping hal ini

kepemimpinan juga dapat diterjemahkan dari kata leadership yaitu mengarahkan,

mengayomi, serta cara mempengaruhi orang lain agar orang tersebut terpengaruh,

dengan leadership yang berasal dari kata leader yang menyangkut dua arti yaitu

antara pemimpin dan pimpinan, pemimpin merupakan orang yang mengarahkan

sedangkan pimpinan merupakan jabatannya. Dalam arti lain istilah secara

etimologi kepemimpinan yang berasal dari kata pimpin kemudian muncul kata

kerja yaitu memimpin dengan arti mengarahkan, menuntun, membimbing,

mendidik serta menunjukkan atau mempengaruhi.

Menurut Sudaryono (2017: 136), Kepemimpinan adalah setiap perbuatan

yang ditentukan oleh individu atau kelompok untuk mengkoordinasi dan memberi

arah kepada individu atau kelompok yang tergabung di dalam wadah tertentu

untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Siagian (2015: 43), berpendapat bahwa kepemimpinan

merupakan kemampuan serta keterampilan pada setiap orang ketika memiliki

jabatan pemimpin dalam organisasi untuk mempengaruhi bawahannya, agar

berpikir dan melakukan tindakan sedemikian bisah memberikan sumbangasi nyata

untuk pencapaian tujuan organisasi.

Menurut Rivai (2017: 46), menyatakan bahwa kepemimpinan merupakan

kumpulan dari sifatsifat kepribadian dan skill, termasuk didalamnya kewibawaan,

untuk dalam rangka memberi keyakinan para bawahan agar mereka mampu
12

menjalankan tugas yang telah diserahkan terhadap anggotanya dengan rasa senang

tugas-tugas yang dibebankan. Menurut Komang (2015: 48), Kepemimpinan

adalah keseluruhan aktivitas dalam rangka mempengaruhi orang-orang agar mau

bekerja sama mencapai suatu tujuan yang memang diinginkan bersama.

2.1.4. Fungsi-Fungsi Kepemimpinan

Menurut Busro (2018: 232), fungsi kepemimpinan mencakup beberapa

tugas kewajiban dan dalam rangka kepemimpinan menjalankan pemerintahan,

yang di antaranya :

a. Pemimpin sebagai Penentu Arah.

Pemimpin merupakan orang yang memberikan arahan, ke mana organisasi

akan dibawa. Arah organisasi biasanya diwujudkan dalam bentuk visi, misi,

dan tujuan organisasi. Dalam hal ini pemimpin berusaha menentukan arah

pencapaian visi, misi, dan tujuan melalui berbagai kegiatan organisasi.

b. Pimpinan sebagai Wakil dan Juru Bicara Organisasi.

Pemimpin merupakan penjelmaan suatu organisasi melihat pimpinan suatu

organisasi langsung dapat melihat organisasi yang dipimpinnya. la setiap

berbicara akan selalu mewakili organisasi yang dipimpinnya. Setiap

organisasi diundang oleh lembaga lain, siapa pun yang mendatangi undangan

tersebut akan mengatasnamakan pimpinan organisasi itu. Jadi, meskipun

sifatnya mewakili pimpinan, tetapi selalu atas nama pimpinan.

c. Pimpinan sebagai Komunikator yang Efektif.

Pimpinan suatu organisasi akan selalu menjadi juru bicara organisasi. Ia akan

selalu melakukan persuasi kepada siapa pun. Ia juga akan selalu melakukan

negosiasi setiap kali akan melakukan kerja sama dengan pemangku


13

kepentingan. Dalam menggalang kerja sama, pemimpinlah yang akan

berusaha melakukan komunikasi secara intensif, dan akan selalu berusaha

melakukan tindak lanjut atas kerja sama yang dirintis.

d. Pimpinan sebagai Mediator.

Pimpinan merupakan mediator antara keingingan organisasi dengan

keinginan karyawan. Dengan adanya kepemimpinan yang bijak, maka peran

pimpinan sebagai jembatan akan berjalan dengan baik. Pimpinan adalah

pihak yang menerjemahkan seluruh visi dan misi perusahaan. Dengan adanya

penerjemahan tersebut, karyawan dapat memahami berbagai kegiatan yang

hams dilaksanakan dalam pencapaian dua hal tersebut.

e. Peranan Pimpinan Selaku Integrator

Pimpinan berperan sebagai pengintegrasi seluruh kegiatan yang akan

dilaksanakan oleh suatu organisasi. Dengan adanya pimpinan yang mampu

mengintegrasikan seluruh kegiatan, maka berapa pun banyaknya kegiatan

yang dilakukan oleh seluruh bagian, seluruhnya akan tertuju pada satu tujuan,

yaitu tercapainya visi organisasi.

2.1.5. Indikator Kepemimpinan

Adapun Menurut Busro (2018: 251), Kepemimpinan terdiri atas tiga

dimensi yaitu :

1. Hubungan antara pemimpin dengan bawahan

Batasan dimana pemimpin memiliki dukungan dan kesetiaan dari para

bawahan, pemimpin mempengaruhi kelompok dan kondisi dimana dapat

melakukan itu, seorang pemimpin yang diterima oleh anggota kelompok

adalah dalam situasi yang lebih menguntungkan dari pada orang yang tidak.
14

2. Struktur tugas

Batasan dimana terdapat standar prosedur operasi untuk menyelesaikan tugas,

sebuah gambaran rinci dari pekerjaan dan indikator objektif mengenai

seberapa baiknya tugas itu dilaksanakan.

3. Kekuasaan.

Batasan dimana pemimpin memiliki kewenangan untuk mengevaluasi kinerja

bawahan dan memberikan penghargaan serta hukuman.

2.1.6. Penelitian Terdahulu

Sebagai bahan referensi maka peneliti mengkaji hasil penelitian terdahulu

sebagai pembanding baik dalam metode sampai hasil penelitian untuk

menyelesaikan penelitian ini. Adapun penelitian terdahulu tersaji pada tabel

dibawah ini.
15

Tabel. 1
Penelitian Terdahulu
Perbedaan
No Penelitian Judul Variabel Indikator Hasil Penelitian
Penelitian
1 Alfonso F. Pengaruh Kepemimpinan 1. Pembimbing Hasil penelitian ini adalah Setelah dianalisis
Nazar Kepemimpinan (X) 2. Komuikatif kepemimpinan perbandingan
(2017) Terhadap 3. Demokratis berpengaruh positif dan indikator penelitian
signifikan terhadap terdahulu dengan
Disiplin Kerja Kedisiplinan 1. Taat terhadap aturan
disiplin kerja karyawan penelitian ini
Karyawan (Y) waktu
pada Posmetro Mandau. berbeda, penulis
Pada Posmetro 2. Taat terhadap
menggunakan teori
peraturan
Mandau Duri terbaru dari busro
perusahaan
dan hasibuan.
3. Taat terhadap aturan
perilaku
4. Taat terhadap
peraturan lainnya di
perusahaan
2 Sukma Ayu Pengaruh Kepemimpinan 1. Pembimbing Hasil penelitian ini adalah Setelah dianalisis
Ningsih Kepemimpinan (X) 2. Komuikatif bahwa terdapat pengaruh perbandingan
(2020) Terhadap 3. Demokratis antara kepemimpinan indikator penelitian
dengan kedisiplinan, terdahulu dengan
Kedisiplinan Kedisiplinan 1. Ketepatan waktu dengan nilai koefisien penelitian ini
Aparatur Sipil (Y) 2. Pemanfaatan sarana kolerasi = 0,819 angka ini berbeda, penulis
Negara Di 3. Tanggung jawab menunjukkan korelasi. menggunakan teori
Dinas Sosial yang tinggi terbaru dari busro
Kabupaten 4. Ketaatan terhadap dan hasibuan.
aturan kantor
Kolaka.

15
16

Perbedaan
No Penelitian Judul Variabel Indikator Hasil Penelitian
Penelitian
3. Suryafitra Pengaruh Gaya Kepemimpinan 1. Pembimbing Hasil penelitian ini secara Setelah dianalisis
Muttaqin, Kepemimpinan (X) 2. Komuikatif parsial gaya perbandingan
Mochammad Terhadap 3. Demokratis kepemimpinan indikator penelitian
berpengaruh secarah terdahulu dengan
Djudi Disiplin Kerja
signifikan terhadap penelitian ini
Mukzam dan (Studi Pada Disiplin Kerja 1. Ketepatan waktu disiplin kerja (Studi Pada berbeda, penulis
Yuniadi Karyawan PT (Y) 2. Pemanfaatan sarana Karyawan PT PLN menggunakan teori
Mayowan PLN (persero) 3. Tanggung jawab (persero) Area Pelayanan terbaru dari busro
(2016) Area Pelayanan yang tinggi Malang). dan hasibuan
Malang) 4. Ketaatan terhadap
aturan kantor

16
17

1.2. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian yang penulis kemukakan dalam latar belakang masalah

dan juga tinjauan pustaka, maka penulis menjabarkan kerangka pikir yang

kemudian akan dijadikan pegangan dalam penelitian ini dalam gambar berikut :

Kepemimpinan (X) Kedisiplinan (Y)

1. Tujuan dan kemampuan


1. Hubungan antara 2. Teladan pemimpin
pimpinan dengan 3. Balas jasa
4. Keadilan
bawahan 5. Pengawasan melekat
2. Struktur tugas 6. Sanksi hukuman
7. Ketegasan
3. Kekuasaan 8. Hubungan kemanusian

Busro, (2018: 251) Hasibuan, (2020:194)

Gambar 1.
Kerangka Pemikiran

Pada Gambar 1 di atas indikator kepemimpinan terdiri dari hubungan

antara pimpinan dengan bawahan, struktur tugas dan kekuasaan. Sedangkan

kedisiplinan terdiri dari tujuan dan kemampuan, teladan pemimpin, balas jasa,

keadilan, pengawasan melekat, sanksi hukuman, ketegasan dan hubungan

kemanuasiaan.

2.3. Hipotesis Penelitian

Dalam penelitian ini variabel yang digunakan adalah variabel X yakni

kepemimpinan terhadap variabel Y kedisiplinan pegawai, maka hipotesis yang

digunakan adalah diduga ada Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kedisiplinan

Pegawai Pada Dinas Lingkungan Hidup Di Kecamatan Sungai Lilin.


18

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah Dinas

Lingkungan Hidup Di Kecamatan Sungai Lilin. Waktu yang dibutuhkan dalam

melaksanakan penelitian ini adalah selama 3 bulan dari bulan Januari 2023 sampai

Maret 2023.

3.2. Desain Penelitian

Sugiyono (2019: 2), mengatakan bahwa metode penelitian pada dasarnya

merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan

tertentu. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian ini didasarkan pada ciri-ciri

keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Metode penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Sugiyono (2019: 16),

menjelaskan bahwa metode kuantitatif adalah sebagai metode penelitian yang

berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi

atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian,

analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis

yang telah ditetapkan.

3.3. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Menurut Sugiyono (2019: 194), yaitu sumber data yang langsung memberikan

data kepada pengumpul data. Data primer dari penelitian ini adalah kuesioner
19

yang disebarkan kepada pegawai dinas pada Dinas Lingkungan Hidup Di

Kecamatan Sungai Lilin.

2. Data Sekunder

Menurut Sugiyono (2019: 194), yaitu sumber data tidak langsung memberikan

data kepada pengumpul data. Data sekunder dari penelitian ini berupa bukti,

catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data

dokumenter) yang ada di Dinas Lingkungan Hidup Di Kecamatan Sungai

Lilin.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang penulis lakukan dalam penulisan

penelitian ini adalah :

1. Menurut Sugiyono (2019: 203), teknik observasi yaitu sebagai teknik

pengumpulan data mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan

teknik yang lain, yaitu wawancara dan kuesioner. Kalau wawancara dan

kuesioner selalu berkomunikasi dengan orang, maka observasi tidak terbatas

pada orang, tetapi juga objek-objek alam yang lain.

2. Menurut Sugiyono (2019: 199), metode angket (kuesioner) merupakan teknik

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat

pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk di jawabnya.

3. Menurut Sugiyono (2019: 314), metode dokumentasi merupakan catatan

peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau

karya-karya monumental dari seseorang.


20

3.5. Operasionalisasi Variabel Penelitian

Operasionalisasi variabel dibuat untuk memudahkan pengumpulan data

dan menghindari perbedaan intervensi serta membatasi ruang lingkup variabel.

Variabel yang dimasukkan dalam operasional adalah variabel penting yang dapat

diukur dan dipertanggungjawabkan dengan sumber yang jelas. Definisi

operasional penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel. 2
Operasional Variabel penelitian
Nomor Skala
Variabel Definisi Variabel Indikator
Pertanyaan ukur
Kepemi Menurut Busro 1. Hubungan 1-2
mpinan (2018: 219), antara pimpinan
(X) pemimpin pada dengan
hakikatnya adalah bawahan
seorang yang 2. Struktur tugas 3-4
mempunyai 3. Kekuasaan 5-6
kemampuan untuk Likert
mempengaruhi
perilaku orang lain
di dalam kerjanya
dengan mengunakan
kekuasaan.

Kedisipli Menurut Hasibuan 1. Tujuan dan 1-2


nan (Y) (2020: 193), kemampuan
kedisiplinan adalah 2. Teladan 3-4
kesadaran dan pemimpin
kesediaan seseorang 3. Balas jasa 5-6
mentaati semua 4. Keadilan 7-8
peraturan dan sadar 5. Pengawasan 9-10
akan tugas dan melekat
tanggung jawab. 6. Sanksi hukuman 11-12 Likert
Kesadaran adalah 7. Ketegasan 13-14
sikap seseorang 8. Hubungan 15-16
yang secara sukarela kemanusian
mentaati semua
peraturan dan sadar
akan tugas dan
tanggung jawab
21

3.5.1 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2019: 67), variabel penelitian adalah suatu atribut

seseorang, atau objek, yang mempunyai variasi antara satu orang dengan yang lain

yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Variabel adalah sesuatu yang menjadi objek penelitian. Adapun

variabel-variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Variabel bebas adalah suatu variabel yang dapat mempengaruhi variabel

lainnya. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah

kepemimpinan yang dilambangkan dengan X.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

Variabel terikat adalah suatu variabel yang dipengaruhi oleh variabel bebas.

Yang menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah kedisiplinan yang

dilambangkan dengan (Y).

3.5.2. Skala Pengukuran

Menurut Sugiyono (2019: 146), skala likert digunakan untuk mengukur

sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena

sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh

peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel penelitian.

3.5.3. Instrumen Penelitian


Dalam pengukuran jawaban responden, pengisian kuesioner proses

rekrutmen dan proses seleksi terhadap kinerja pegawai diukur dengan

menggunakan skala Likert, dengan tingkatan sebagai berikut :


22

1. Jawaban Sangat Setuju diberi bobot 5

2. Jawaban Setuju diberi bobot 4

3. Jawaban Ragu-ragu diberi bobot 3

4. Jawaban Tidak Setuju diberi bobot 2

5. Jawaban Sangat Tidak Setuju diberi bobot 1

3.6. Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

3.6.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2019: 126), Populasi adalah Wilayah generalisasi

yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya. Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah unit

yang bekerja di Dinas Lingkungan Hidup Di Kecamatan Sungai Lilin sebanyak 44

populasi.

3.6.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2019: 127) Sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Jadi sampel dapat diartikan

sebagai sebagian dari populasi yang dianggap mewakili populasi karena memiliki

ciri atau karakteristik yang sama. Dalam penelitian ini Sampel diambil dengan

menggunakan teknik sampling jenuh. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh

populasi dari penelitian yaitu pegawai tetap perempuan maupun laki-laki di Dinas

Lingkungan Hidup Di Kecamatan Sungai Lilin yang berjumlah 44 orang.


23

3.6.3 Teknik Pengambilan Sampel

Menurut Sugiyono (2019: 128), Teknik sampling merupakan teknik

pengambilan sampel untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam

penelitian, Dalam penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan cara

sampling jenuh. Menurut Sugiyono (2019: 133), Sampling jenuh adalah teknik

pengambilan sampel yang memperhatikan nilai kejenuhan sampel. Sampel jenuh

juga sering di artikan sampel yang saudah maksimum, karena ditambah berapapun

jumlahnya tidak akan merubah keterwakilan populasi.

3.7. Teknik Pengolahan Data Dan Teknik Analisis Data

3.7.1 Teknik Pengolahan Data

Pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

bantuan SPSS versi 24. Kegiatan dalam analisis data adalah: mengelompokkan

data berdasarkan variabel dan jenis responden, menyajikan data tiap variabel yang

diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan

melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

3.7.2. Teknik Analisis Data

3.7.2.1. Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2019: 175), validitas menunjukan sejauh mana suatu

alat mampu mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji validitas berguna untuk

mengetahui apakah ada pertanyaan-pertanyaan pada kuesionar yang harus

dibuang atau diganti karena dianggap tidak relevan. Menghitung korelasi antar

data pada masing-masing pertanyaan dengan skor total, menggunakan rumus

korelasi product moment.


24

Menurut Sugiyono (2019: 176), uji validitas mempunyai kriteria sebagai :

1. jika r hitung > r tabel dengan tingkat signifikansi sebesar 5% maka item

kuesioner penelitian dapat dikatakan valid atau layak dijadikan item

pertanyaan dalam penelitan.

2. jika r hitung < r tabel dengan tingkat signifikansi sebesar 5% maka item

kuesioner penelitian dapat dikatakan tidak valid atau tidak layak dijadikan

item pertanyaan dalam penelitan.

Selanjutnya, nilai korelasi yang diperoleh harus diuji terlebih dahulu untuk

menyatakan apakah nilainya signifikan atau tidak. Caranya, dengan uji korelasi.

Bila ternyata semua nilai korelasi yang ada memiliki validitas konstruksi, yang

artinya terdapat konsistensi internal dalam pertanyaan-pertanyaan tersebut. Jadi,

pertanyaan-pertanyaan tersebut memang mengukur aspek yang sama. Bila

ternyata ada pertanyaan yang tidak signifikan, maka harus diganti atau dibuang.

3.7.2.2 Uji Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2019: 177), reliabilitas bertujuan untuk mengetahui

sejahu mana pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali

atau lebih terhadap gejalah yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang

sama pula. Uji reliabilitas adalah suatu uji yang dilakukan untuk mengukur suatu

kuesioner yang merupakan indikator dari suatu variabel. Suatu kuisioner

dikatakan reliabel atau handal jika jawaban sesorang dalam kuesioner konsisten

atau stabil dari waktu ke waktu. instrument penelitian dapat dikatakan reliable jika

memenuhi kriteria sebagai berikut :

1) Jika nilai cronbach alpha > 0,60 maka item yang valid dikatakan reliabel.
25

2) Jika nilai alpha cronbach’s < 0,6 maka item yang valid dikatakan tidak

reliabel.

3.7.2.3 Analisis Regresi Linier Sederhana

Menurut Sugiyono (2019: 145), analisis sederhana digunakan untuk

mencari persamaan dan menggunakan persamaan tersebut untuk membuat

perkiraan. Bedasarkan hasil dari analisis regresi linear sederhana dengan bantuan

program SPSS versi 22

Regresi linier sederhana adalah suatu proses memperkirakan hubungan

antara dua variabel tampa membuat asumsi terlebih dahulu mengenai bentuk

hubungan yang dinyatakan dalam fungsi tertentu dengan menggunakan bantuan

program perangkat lunak SPSS 22.0 for windows atau statistical for sosial science

22.0. adapun persamaannya menurut Sunyoto (2016: 119), adalah :

Y = a +bx+e

Dimana :

a = Konstanta b = Koefisien Korelasi

x = Kepemimpinan Y = Kedisiplinan

e = error term

3.7.2.4 Analisis Korelasi

Analisis korelasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

korelasi sederhana. Analisis korelasi sederhana (Bivariate Correlation) sigunakan

untuk mengetahui keeratan hubungan antara dua variabel yaitu variabel bebas (X)

yaitu kepemimpinan dengan variabel terikat (Y) yaitu kedisiplinan serta


26

mengetahui arah hubungan yang terjadi. Dalam penelitian ini perhitungan korelasi

sederhana menggunakan bantuan program SPSS versi 22.

Menurut Sugiyono (2019: 148), pedoman untuk memberikan interprestasi

koefisien korelasi sebagai berikut :

a) 0,00 - 0,199 = sangat rendah

b) 0,20 - 0,399 = rendah

c) 0,40 – 0,599 = sedang

d) 0,60 – 0,799 = kuat

e) 0,80 – 1,000 = sangat kuat

3.7.2.5 Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) merupakan suatu alat untuk mengukur

besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Nilai R2 yang

kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen yang menjelaskan variasi

variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang hampir mendekati 1 (satu) berarti

variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang

dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen, artinya semakin besar

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen (Sugiyono, 2019: 165).

3.7.2.6 Uji Hipotesis (Uji t)

Menurut Sugiyono (2019: 150), kriteria uji hipotesis (uji t) sebagai berikut

a. Jika t Hitung < t tabel maka Ho diterima dan Ha ditolak.

b. Jika t Hitung > t tabel Maka Ho ditolak dan Ha diterima.

Uji Hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui apakah kesimpulan pada

sampel dapat berlaku untuk populasi. Uji hipotesis dapat diuji dengan
27

menggunakan analisis korelasi, yaitu untuk mengetahui kekuatan dan signifikan

hubungan antara dua variabel. Secara garis besar,statistik memiliki dua aktifitas

utama yaitu uji beda dan uji asosiasi. Uji beda dilakukan dengan mengetahui

apakah ada perbedaan yang signifikan diantara rata-rata berbeda kelompok

sampel. Uji asosiasi digunakan dengan tujuan mengetahui apakah diantara dua

variabel memiliki hubungan yang signifikan.


DAFTAR PUSTAKA

Alfonso, F. Nazar. 2017. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja


Karyawan Pada Posmetro Mandau Duri.

Agustini, Fauzia. 2019. Strategi Sumber Daya Manusia. Medan: UISU Press.

Busro, Muhammad. 2018. Teori-Teori Manajemen Sumber Daya Manusia. Edisi


Pertama. Jakarta: Prenadamedia Group.

Davis, Gordon, B. 2016. Kerangka Dasar Sistem Informasi Manajemen.


Palembang: Maxikom.

Farida, Umi. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia II. Ponogoro: Umpo Press.

Hasibuan, Malayu S.P. 2020. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan Kedua
Puluh Empat. Jakarta: Bumi Aksara.

Komang, Ardana. 2015. Prilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rivai, Veithzal. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Organisasi, Dari
Teori ke Praktik. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Siagian, Sondang P. 2015. Teori dan praktek kepemimpinan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Sinambela, Poltak L. 2017 . Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta : Bumi


Aksara

Sudaryono. 2017. Pengantar Manajemen: Teori dan Kasus. Jakarta : CAPS

Sugiyono. 2019. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Sukma Ayu Ningsih. 2020. Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kedisiplinan


Aparatur Sipil Negara Di Dinas Sosial Kabupaten Kolaka.

Sunyoto, Danang. 2016. Teori Kuesioner Dan Analisa Data Sumber Daya
Manusia, Cetakan I, Yogyakarta: CAPS.

Suryafitra Muttaqin, Mochammad Djudi Mukzam dan Yuniadi, Mayowan. 2016.


Pengaruh Gaya Kepemimpinan Terhadap Disiplin Kerja (Studi Pada
Karyawan PT PLN (persero) Area Pelayanan Malang).

Tsauri, Sofyan. 2017. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jember: STAIN


Jember Press.
KUESIONER PENELITIAN

Assalamualaikum Wr. Wb

Saya Abdilah Darojat mahasiswa Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi

Rahmaniyah Sekayu. Saat ini sedang mengadakan penelitian sebagai tugas akhir

dengan judul “Pengaruh Kepemimpinan Terhadap Kedisiplinan Pegawai

Pada Dinas Lingkungan Hidup Di Kecamatan Sungai Lilin”.

Berkaitan dengan hal ini, mohon kiranya Bapak/Ibu Saudara/i berkenan

untuk mengisi kuesioner (sebagaimana terlampir) dengan jujur dan sebenar-

benarnya, karena identitas dan jawaban dari responden terjaga kerahasiaannya dan

kuesioner ini tidak akan berpengaruh apapun terhadap responden karena hanya

digunakan untuk keperluan pendidikan.


No. Responden :_____________( diisi oleh peneliti)

I. Identitas Responden

1. Usia : _____ tahun

2. Jenis Kelamin : L/P

3. Pendidikan Terakhir : _______

II. Petunjuk

1. Beri tanda centang () pada tanggapan semua pernyataan dibawah ini

sesuai dengan kenyataan yang dialami selama bekerja bapak/ibu di tempat

ini.

2. Berikan tanggapan dengan member kolom yang telah disediakan dari

masing-masing pernyataan.

3. Pastikan semua pernyataan terisi dengan Huruf-huruf pada bagian atas

mengandung makna sebagai berikut :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

RR : Ragu-Ragu

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju


Variabel Kepemimpinan (X)
No Pernyataan SS S RR TS STS
Hubungan antara pemimpin dengan bawahan
1 Pemimpin selalu berbagi pengetahuan kepada
pegawai
2 Pemimpin selalu melakukan komunikasi secara
terbuka kepada pegawai
Struktur tugas
3 Struktur tugas pegawai yang baik membuat
pekerjaan pegawai tepat waktu menyelesaikan
pekerjaan
4 Pimpinan memberikan tugas kepada karyawan
sesuai dengan prosedur yang sudah ditetapkan.
Kekuasaan
5 Pemimpin memiliki hak penuh dalam
pengambilan keputusan
6 Pimpinan memberikan kepercayaan dan
kebebasan kepada pegawai.
Variabel Kedisiplinan (Y)
No Pernyataan SS S RR TS STS
Tujuan dan Kemampuan
1 Pegawai bekerja sesuai tujuan yang akan dicapai
instansi
2 Pegawai merasa mampu menyelesaikan tugas
yang diberikan
Ketaatan pemimpin
3 Pimpinan adalah sosok panutan yang baik
4 Pimpinan memberikan pengawasan yang baik.
Balas Jasa
5 Pegawai selalu berpenampilan dengan rapi.
6 Pegawai merasa senang menjalankan tugasnya.
Keadilan
7 Pegawai mendapat perlakuan yang adil dari
pimpinan.
8 Hukuman yang diberikan pemimpin sesuai dengan
kesalahan
Pengawasan melekat
9 Pemimpin memberikan pengarahan yang baik.
10 Pimpinan memberi pengawasan yang baik.
Sanksi hukuman
11 Sanksi yang diberikan kepada pegawai bersifat
mendidik
12 Sanksi yang diberikan kepada pegawai untuk
memotivasi
Ketegasan
13 Pimpinan memberikan tindakan yang tegas bagi
indisipliner
14 Pegawai yang melanggar akan dikenakan sanksi.
Hubungan kemanusian
15 Adanya hubungan yang baik atasan dengan
bawahan
16 Adanya hubungan yang baik antar pegawai

You might also like