You are on page 1of 6

TUGAS MAKALAH

“Upaya Administratif dalam penyelesaian kasus tata usaha negara”

MATA KULIAH:

DOSEN MATA KULIAH:

Disusun Oleh:

KULTAS HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2022
A. PENDAHULUAN

Dalam pelaksanaan tugas administrasi pemerintahan yang baik yang


menyangkut urusan eksternal (pelayanan umum) maupun yang berkaitan dengan
urusan internal (seperti urusan kepegawaian), suatu instansi pemerintah
(Badan/Pejabat TUN) tidak dapat dilepaskandari tugas pembuatan Keputusan Tata
Usaha Negara. Dengan semakin kompleksnya urusan pemerintahan serta semakin
meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat, tidak tertutup kemungkinan
timbulnya benturan kepentingan (Conflict of Interest) antara pemerintah
(Badan/Pejabat TUN) dengan seseorang/Badan Hukum Perdata yang merasa
dirugikan oleh Keputusan Tata Usaha Negara tersebut, sehingga menimbulkan suatu
sengketa Tata Usaha Negara.
Penyelesaian sengketa Tata Usaha Negara sebagai akibat terjadinya benturan
kepentingan antara pemerintah (Badan/Pejabat TUN) dengan seseorang/ Badan
Hulum Perdata tersebut, ada kalanya dapat diselesaikan secara damai melalui
musyawarah dan mufakat, akan tetapi ada kalanya pula berkembang menjadi sengketa
hukum yang memerlukan penyelsaian lewat pengadilan.
Sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan (selanjutnya disebut Undang-Undang Administrasi
Pemerintahan), upaya administratif menjadi suatu kewajiban oleh penggugat sebelum
mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Politik hukum Undang-
Undang Administrasi Pemerintahan memosisikan upaya administratif dalam
penyelesaian sengketa administrasi pemerintahan sebagai upaya pertama (primum
remidium), sedangkan penyelesaian sengketa di Pengadilan adalah upaya terakhir
(ultimum remedium). Sebagai sarana perlindungan hukum bagi warga masyarakat,
upaya administratif baik secara literatur dan dalam Undang-Undang Administrasi
Pemerintahan terbagi menjadi 2 (dua) tahapan yaitu keberatan dan banding
administratif.
Dalam Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Administrasi Pemerintahan, upaya
administratif sendiri diartikan sebagai proses penyelesaian sengketa yang dilakukan
dalam lingkungan Administrasi Pemerintahan sebagai akibat dikeluarkannya
Keputusan dan/atau Tindakan yang merugikan. Sedangkan pembagian dari upaya
administratif yaitu keberatan dalam Pasal 76 ayat (1) dimaknai sebagai penyelesaian
segketa yang dilakukan sendiri oleh pejabat yang menerbitkan keputusan dan banding
administratif dalam Pasal 76 ayat (2) adalah penyelesaian sengketa yang dilakukan
oleh atasan pejabat yang menerbitkan keputusan tersebut. Eksistensi upaya
administratif dalam Undang-Undang Administrasi Pemerintahan, apakah lantas
menjadi jalan keluar dalam penerapan upaya administratif bagi warga masyarakat?
Tentu tidak. Secara garis besar permasalahan yang muncul pasca pengaturan upaya
administratif yaitu pertama, perdebatan mengenai kata “dapat” dalam Pasal 75 ayat
(1) dan kedua, kewenangan pengadilan tingkat pertama dan ketiga implementasi
upaya administratif dengan jenis perkara tertentu oleh masyarakat sebelum
mengajukan gugatan dan pemaknaan Hakim dalam praktik.dang-Undang Nomor 30
Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (selanjutnya disebut Undang-Undang
Administrasi Pemerintahan), upaya administratif menjadi suatu kewajiban oleh
penggugat sebelum mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha Negara. Politik
hukum Undang-Undang Administrasi Pemerintahan memosisikan upaya administratif
dalam penyelesaian sengketa administrasi pemerintahan sebagai upaya pertama
(primum remidium), sedangkan penyelesaian sengketa di Pengadilan adalah upaya
terakhir (ultimum remedium). Sebagai sarana perlindungan hukum bagi warga
masyarakat, upaya administratif baik secara literatur dan dalam Undang-Undang
Administrasi Pemerintahan terbagi menjadi 2 (dua) tahapan yaitu keberatan dan
banding administratif.

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana pengaturan hukum Upaya Administratif dalam tata usaha negara?


Bagiamana penerapannya pada masyarakat dan Hakim?

C. PEMBAHASAN

Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2017 tentang Pemberlakuan


Rumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2017 sebagai Pedoman
Pelaksanaan Tugas bagi Pengadilan, hasil rumusan Kamar Tata Usaha Negara poin 3
huruf d menetapkan bahwa upaya administratif dalam bentuk keberatan/banding
administratif sesuai ketentuan Pasal 75 ayat (1) adalah berbentuk pilihan hukum.
Selanjutnya dalam poin e disebutkan, dalam hal warga masyarakat tidak menerima
atas penyelesaian banding dapat dapat mengajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha
Negara, sebagaimana Pasal 1 angka 18 dan Pasal 76 ayat (3). Berdasarkan
kesepakatan rapat pleno kamar tersebut, juga berdampak pada kewenangan
Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara (PT TUN) sebagai pengadilan tingkat pertama
yang berwenang mengadili sengketa setelah adanya banding administratif.
Dalam perjalanannya Mahkamah Agung kemudian menetapkan dalam
Peraturan Mahkamah Agung Nomor 6 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyelesaian
Sengketa Administrasi Pemerintahan Setelah Menempuh Upaya Administratif (Perma
Upaya Administratif), yang mengatur pengadilan berwenang menerima, memeriksa,
memutus dan menyelesaikan sengketa administrasi pemerintahan setelah menempuh
upaya administratif, dengan menggunakan peraturan dasar yang mengatur upaya
administratif tersebut. Kemudian, dalam hal peraturan dasar tidak mengatur upaya
administratif maka pengadilan menggunakan Undang-Undang Administrasi
Pemerintahan. Setelah berlakunya Perma Upaya Administratif, maka pengajuan upaya
administratif menjadi suatu keharusan dan tidak menjadi pilihan hukum bagi pihak
sebelum mengajukan gugatan ke pengadilan tata usaha negara.
Pada awalnya dalam Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2016
hasil rumusan Kamar Tata Usaha Negara nomor 1 huruf c, bahwa keputusan tata
usaha negara yang sudah diperiksa dan diputus melalui upaya banding administrasi
menjadi kewenangan Pengadilan Tata Usaha Negara, yang mana menjadi pengadilan
tingkat pertama. Selanjutnya Mahkamah Agung pada 2019 memberlakukan Surat
Edaran Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2019 tentang Pemberlakuan Rumusan
Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2019 sebagai Pedoman
Pelaksanaan Tugas bagi Pengadilan, dalam poin 2 huruf b, ditetapkan revisi atas hasil
rapat pleno Kamar Tata Usaha Negara tahun 2017, yang berisi:
1. Dalam mengadili sengketa Tata Usaha Negara, pengadilan menggunakan
peraturan dasar yang mengatur upaya administratif dan dalam hal peraturan
dasar tidak mengatur secara khusus maka pengadilan harus berpedoman pada
ketentuan Undang-Undang Administrasi Pemerintahan;
2. Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara tetap berwenang mengadili sebagai
pengadilan tingkat pertama dalam hal peraturan dasar mengatur upaya
administratif berupa banding administratif dan peraturan dasar telah
menetapkan secara eksplisit Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara berwenang
mengadili;
3.Pengadilan Tata Usaha Negara berwenang mengadili pertama, dalam hal
tidak peraturan dasar yang mengatur upaya administratif secara khusus,
sehingga upaya administratif didasarkan pada Pasal 75 sampai dengan Pasal
78 Undang-Undang Administrasi Pemerintahan dan Perma Upaya
Administratif, kedua, apabila hanya terdapat upaya administratif keberatan
berdasarkan peraturan dasarnya. Ketiga, perkara mengenai Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 2021 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembagunan untuk
Kepentingan Umum, Undang-Undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan
Umum dan Undang-Undang Administrasi Pemerintahan mengenai Pasal 21
dan Pasal 53.
Dalam pasal 48 Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 jo UndangUndang No. 9
Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, disebutkan sebagai berikut :
1) Dalam hal suatu Badan/Pejabat Tata Usaha Negara diberi wewenang oleh
atau berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk menyelesaikan secara
administratif sengketa Tata Usaha Negara tertentu, maka sengketa Tata Usaha
Negara tersebut harus diselesaikan melalui upaya administratif yang tersedia;
2) Pengadilan baru berwenang memeriksa, memutus, dan menyelesaikan
sengketa Tata Usaha Negara sebagaimana dimaksud ayat (1) jika seluruh
upaya administratif yang bersangkutan telah digunakan.

Pada praktiknya upaya administrative dalam tata usaha negara memiliki


berbagaimacam kemungkinan. Pengajuan upaya administratif, terdapat perbedaan
dalam penerapan oleh warga masyarakat diantaranya sengketa kepegawaian yang
diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(Undang-Undang ASN), pertanahan yang telah diatur dalam Peraturan Menteri
Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 21 Tahun
2020 tentang Penanganan dan Penyelesaian Kasus Pertanahan (Permen ATR/BPN
Nomor 21 Tahun 2020). Dalam sengketa kepegawaian memang telah diatur dalam
Undang-Undang ASN yang menetapkan pengajuan keberatan diajukan secara tertulis
kepada atasan pejabat yang berwenang menghukum dan banding administratif
diajukan kepada badan pertimbangan ASN, sedangkan dalam praktik tidak demikian.
Bahwa sebelum ditetapkannya Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2021 tentang
Upaya Administratif dan Badan Pertimbang Aparatur Sipil Negara, pengajuan upaya
administratif dengan menggunakan Undang-Undang ASN seringkali oleh sebagian
tidak dianggap oleh Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara tidak implementatif,
karena instrumen hukum baik tenggang waktu penyelesaian dan lembaga pengajuan
banding administratif belum ada. Dalam pertimbangannya, Majelis Hakim menilai
penggugat dianggap mengajukan upaya administratif berupa keberatan dengan
Undang-Undang Administrasi Pemerintahan.
Sejalan dengan sengketa kepegawaian, dalam sengketa pertanahan juga diatur
Permen ATR/BPN Nomor 21 Tahun 2020, juga mengatur adanya upaya administratif
yang terbatas pada keberatan. Dalam praktiknya juga warga masyarakat ketika
mengajukan keberatan, ATR/BPN Kabupaten/Kota yang menerbitkan objek sengketa
dalam menerapkan penyelesaiannya merujuk Permen ATR/BPN Nomor 21 Tahun
2020. Disisi lain Hakim Pengadilan Tata Usaha Negara menilai dengan merujuk pada
Undang-Undang Administrasi Pemerintahan dan pada juga dapat dipersamakan
sebagai Upaya administratif keberatan yang dimaksud dalam ketentuan Pasal 75 ayat
(2) huruf a dan Pasal 1 angka 16 Undang-Undang Administrasi Pemerintahan.
Pemberlakuan upaya administratif yang bertingkat dan masing-masing berbeda
tertentu menguras waktu pihak, disamping kemungkinan terdapat kesalahan objek
gugatan dan pengajuan upaya administratif yang harus ditempuh ulang, dimasa yang
akan datang diharapkan terdapat perubahan formulasi terhadap jenis-jenis sengketa
yang perlu diajukan upaya administratif, atau langsung dapat diajukan gugatan ke
pengadilan, dengan harapan terwujudnya efisiensi dan efektifitas penyelesaian
sengketa.
D. PENUTUP

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai


berikut :

1. Apakah suatu sengketa Tata Usaha Negara harus diselesaikan melalui upaya
administrasi atau tidak, adalah tergantung pada peraturan perundang-undangan
yang menjadi dasar mengeluarkan keputusan Tata Usaha Negara tersebut

2. Istilah upaya administratif hanya ada dalam Undang-Undang No. 5 tahun


1986 jo Undang-Undang No 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha
Negara, sedangkan peraturan perundangundangan memakai istilan yang
bermacam-macam;

3. Cara pengujian penyelesaian melalui upaya administratif adalah dilakukan


secara lengkap dalam arti dari segi hukum dan kebijaksanaan, sedangkan
pengujian di Pengadilan hanya dari segi hukumnya saja;

4. Dalam hal masih tidak puas terhadap penyelesaian melalui upaya


administratif, maka dapat ditempuh upaya antara lain :

a. Setelah melalui upaya administratif maka dapat diajukan gugatan ke


Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara sebagai pengadilan tingkat pertama;

b. Setelah melalui upaya keberatan, maka dapat diajukan ke Pengadilan Tata


Usaha Negara.

You might also like