Professional Documents
Culture Documents
KMB Kolorectall Odyy
KMB Kolorectall Odyy
Disusun Oleh:
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-
NYA sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami
mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi
dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.
Kami yakin masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover…………………………………………………………………………..i
Kata Pengantar…………………………………………………………….…..ii
Daftar Isi…………………………………………………………………….…iii
2.1 Pengkajian………………………………………………………..
2.2 Diagnosis Keperawatan…………………….…………………
2.3 Rencana Tindakan………………...……………………………
2.4 Implementasi………………………………………………
2.5 Evaluasi..………………………………..…………………
3.1 Kesimpulan……………………………………………….…
3.2 Saran………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
TINJAUAN PUSTAKA
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
Pada mamalia, kolon terdiri dari kolon menanjak (ascending), kolon
melintang (transverse), kolon menurun (descending), kolon sigmoid, dan
rektum. Bagian kolon dari usus buntu hingga pertengahan kolon melintang
sering disebut dengan "kolon kanan", sedangkan bagian sisanya sering
disebut dengan "kolon kiri".
I.1.2 Etiologi
1) Usia
Risiko terkena kanker kolon meningkat dengan bertambahnya usia.
Kebanyakan kasus terjadi pada orang yang berusia 60 - 70 tahun. Jarang
sekali ada penderita kanker kolon yang usianya dibawah 50. Kalaupun
ada, bisa dipastikan dalam sejarah keluarganya ada yang terkena kanker
kolon juga.
2) Polip
Adanya polip pada kolon, khususnya polip jenis adenomatosa. Jika
polip ini langsung dihilangkan pada saat ditemukan, tindakan
penghilangan tersebut akan bisa mengurangi risiko terjadinya kanker
kolon di kemudian hari.
3) Riwayat kanker
Seseorang yang pernah terdiagnosis mengidap kanker kolon ( bahkan
pernah dirawat untuk kanker kolon ) berisiko tinggi terkena kanker
kolon lagi dikemudian hari. Wanita yang pernah mengidap kanker
ovarium ( indung telur), kanker uterus, dan kanker payudara juga
memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena kanker kolon.
4) Faktor keturunan / genetika
Sejarah adanya kanker kolon dalam keluarga, khususnya pada keluarga
dekat. Orang yang keluarganya punya riwayat penyakit FAP ( Familial
Adenomatous Polyposis ) atau polip adenomatosa familial memiliki
risiko 100% untuk terkena kanker kolon sebelum usia 40 tahun bila
FPA-nya tidak diobati. Penyakit lain dalam keluarga adalah HNPCC
( Hereditary Non Polyposis Colorectal Cancer ), yakni penyakit kanker
kolorektal nonpolip yang menurun dalam keluarga, atau sindrom
Lynch.
5) Penyakit kolitis (radang kolon) elseratif yang tidak diobati.
6) Kebiasaan merokok
Perokok memiliki risiko jauh lebih besar untuk terkena kanker kolon
dibandingkan dengan yang bukan perokok.
7) Kebiasaan makan
Pernah diteliti bahwa kebiasaan makan banyak daging merah ( dan
sebaliknya sedikit makan buah, sayuran serta ikan ) turut meningkatkan
risiko terjadinya kanker kolon. Mengapa? Sebab daging merah ( sapi
dan kambing ) banyak mengandung zat besi. Jika sering mengonsumsi
daging merah berarti akan kelebihan zat besi.
8) Terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mengandung pewarna,
apalagi jika pewarnanya adalah pewarna nonmakanan.
9) Terlalu banyak mengonsumsi makanan makanan yang mengandung
bahan pengawet.
10) Kurangnya aktivitas fisik, Orang yang beraktivitas lebih banyak
memiliki risiko lebih rendah untuk terkena kanker kolon.
11) Berat badan yang berlebihan ( obesitas ).
12) Infeksi virus tertentu seperti HPV (Human Papiloma Virus) turut
andil dalam terjadinya kanker kolon.
13) Kontak dengan zat-zat kimia tertentu. Misalnya logam berat,
toksin, dan ototoksin serta gelombang elektromagnetik.
14) Kebiasaan mengonsumsi minuman beralkohol, khususnya bir. Usus
mengubah alkohol menjadi asetilaldehida yang meningkatkan risiko
terkena kanker kolon.
15) Bekerja sambil duduk seharian. Misalnya para eksekutif, pegawai
administrasi, atau pengemudi kendaran umum.
I.1.3 Patofisiologi
Kanker kolon dan rektum (95 %) adenokarsinoma (muncul dari lapisan
epitel usus). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan
menyusup serta merusak jaringan normal serta meluas kedalam struktur
sekitarnya. Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar
kebagian tubuh yang lain (paling sering ke hati) Japaries, 2013.
Pertumbuhan kanker menghasilkan efek sekunder, meliputi
penyumbatan lumen usus dengan obstruksi dan ulserasi pada dinding usus
serta perdarahan. Penetrasi kanker dapat menyebabkan perforasi dan abses,
serta timbulnya metastase pada jaringan lain. Prognosis relativ baik bila
lesi terbatas pada mukosa dan submukosa pada saat reseks dilakukan, dan
jauh lebih jelek telah terjadi mestatase ke kelenjr limfe (Japaries, 2013).
Menurut Diyono (2013), tingakatan kanker kolorektal dari duke sebagai
berikut :
1. Stadium 1 : terbatas hanya pada mukosa kolon (dinding rektum dan
kolon).
2. Stadium 2 : menembus dindng otot belum merastase.
3. Satidum 3 : melibatkan keleniar limfe.
4. Satidum 4 : metastase ke kelenjar linfe yang berjauhan dan ke orang
lain.
Kanker kolorektal merupakan salah satu kanker usus yang dapat tumbuh
secara lokal dan bermetastase luas. Adapun cara penyebaran ini melalui
beberapa cara. Penyebaran secara lokal biasanya masuk kedalam lapisan
dinding usus sampai keserosa dan lemak mesentrik, lalu sel kanker
tersebut akanmengenai organ disekitarnya. Adapun penyebaran yang lebih
luas lagi didalam lumen usus yaitu melalui limfatik dan sistem sirkulasi.
Bila sel tersebut masuk melalui sistem sirkulasi, maka sel kanker tersebut
dapat terus masuk ke organ hati, kemudian metastase ke orgab paru-paru.
Penyebaran lain dapat ke adrenal, ginjal, kuli, tulang, dan otak. Sel kanker
pu dapat menyebar ke daerah peritoneal pada saat akan dilakukan reseksi
tumor (Diyono, 2013).
Pathway ca kolorectal
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik tidak banyak berperan kecuali colok dubur/Rectal
Toucher yang dilakukan pada pasien dengan perdarahan ataupun gejala
lainnya. Pada tingkat pertumbuhan lanjut, palpasi dinding abdomen
kadang-kadang teraba masa di daerah kolon kanan dan kiri.
Hepatomegali jarang terjadi. Colok dubur merupakan cara diagnostik
sederhana. Pada pemeriksaan ini dapat dipalpasi dinding lateral,
posterior, dan anterior; serta spina iskiadika, sakrum dan coccygeus dapat
diraba dengan mudah. Metastasis intraperitoneal dapat teraba pada bagian
anterior rektum dimana sesuai dengan posisi anatomis cavum douglas
sebagai akibat infiltrasi sel neoplastik. Meskipun 10 cm merupakan batas
eksplorasi jari yang mungkin dilakukan, namun telah lama diketahui
bahwa 50% dari kanker kolon dapat dijangkau oleh jari, sehingga colok
dubur merupakan cara yang baik untuk mendiagnosa kanker kolon.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Penunjang
a. Pemeriksaan laboratorium klinis
Pemeriksaan laboratorium terhadap karsinoma kolorektal bisa untuk
menegakkan diagnosa maupun monitoring perkembangan atau
kekambuhannya. Pemeriksaan terhadap kanker ini antara lain
pemeriksaan darah, Hb, elektrolit, dan pemeriksaan tinja yang
merupakan pemeriksaan rutin. Antigen adalah sebuah glikoprotein
yang terdapat pada permukaan sel yang masuk ke dalam peredaran
darah, dan digunakan sebagai marker serologi untuk memonitor status
kanker kolorektal dan untuk mendeteksi rekurensi dini dan metastase
ke hepar. Carcinoma Embrionic Antigen terlalu insensitif dan
nonspesifik untuk bisa digunakan sebagai skrining kanker kolorektal.
b. Pemeriksaan laboratorium Patologi Anatomi
Pemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi pada kanker kolorektal
adalah terhadap bahan yang berasal dari tindakan biopsi saat
kolonoskopi maupun reseksi usus. Hasil pemeriksaan ini adalah hasil
histopatologi yang merupakan diagnosa definitif. Dari pemeriksaan
histopatologi inilah dapat diperoleh karakteristik berbagai jenis kanker
maupun karsinoma di kolorektal ini.
c. Radiologi
Pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan yaitu foto polos abdomen
atau menggunakan kontras. Teknik yang sering digunakan adalah
dengan memakai double kontras barium enema, yang sensitifitasnya
mencapai 90% dalam mendeteksi polip yang berukuran >1 cm. Teknik
ini jika digunakan bersama-sama sigmoidoskopi, merupakan cara yang
hemat biaya sebagai alternatif pengganti kolonoskopi untuk pasien
yang tidak dapat mentoleransi kolonoskopi, atau digunakan sebagai
pemantauan jangka panjang pada pasien yang mempunyai riwayat
polip atau kanker yang telah di eksisi..
d. Kolonoskopi
Kolonoskopi dapat digunakan untuk menunjukan gambaran seluruh
mukosa kolon dan rektum. Prosedur kolonoskopi dilakukan saluran
pencernaan dengan menggunakan alat
kolonoskop, yaitu selang lentur berdiameter kurang lebih 1,5 cm dan
dilengkapi dengan kamera. Kolonoskopi merupakan cara yang paling
akurat untuk dapat menunjukkan polip dengan ukuran kurang dari 1
cm dan keakuratan dari pemeriksaan kolonoskopi sebesar 94%, lebih
baik daripada barium enema yang keakuratannya hanya sebesar 67%.
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian obat
antiansietas, jika
perlu
2. Rencana
keperawatan Intra
kemoterapi
Resiko infeksi Tujuan : Setelah Observasi
ditandai dengan dilakukan tindakan 1. Monitor tanda dan
Efek prosedur keperawatan gejala infeksi
invasif (D.0142) diharapkan risiko sistemik dan local
infeksi dapat Terapeutik
menurun. 1. Batasi jumlah
pengunjung
Kriteria Hasil : 2. Cuci tangan
1. Demam menurun sebelum dan
2. Kemerahan sesudah kontak
menurun dengan pasien dan
3. Nyeri menurun lingkungan pasien
4. Bengkak menurun Edukasi
1. Jelaskan tanda dan
gejala infeksi
2. Ajarkan cara
mencuci tangan
dengan benar
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
antibiotik, jika
perlu
Risiko gangguan Tujuan : Setelah Observasi
integritas kulit dilakukan tindakan 1. Identifikasi
ditandai dengan keperawatan penyebab
bahan kimia iritatif diharapkan risiko gangguan integritas
(D.0139) gangguan integritas kulit
kulit menurun. Terapeutik
1. Gunakan produk
Kriteria Hasil : berbahan ringan
1. Elastisitas atau alami dan
meningkat hipoalergik pada
2. Hidrasi meningkat kulit sensitif
3. Kerusakan jaringan 2. Hindari produk
menurun berbahan dasar
4. Kerusakan lapisan alkohol pada kulit
kulit menurun kering
Edukasi
1. Anjurkan
meningkatkan
asupan nutrisi
Nausea Tujuan : Setelah Observasi
berhubungan dilakukan tindakan 1. Identifikasi faktor
dengan tindakan keperawatan penyebab mual
kemoterapi diharapkan tingkat 2. Identifikasi dampak
(D.0076) nausea dapat mual terhadap
menurun. kualitas hidup
3. Monitor mual
Kriteria Hasil :
1. Nafsu makan Terapeutik
meningkat 1. Kontrol faktor
2. Keluhan mual lingkungan
menurun penyebab mual
3. Perasaan ingin 2. Berikan makanan
muntah menurun dalam jumlah kecil
4. Pucat tampak dan menarik
membaik Edukasi
1. Anjurkan istirahat
dan tidur yang
cukup
2. Ajarkan penggunaan
teknik
nonfarmakologis
untuk mengatasi
mual
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian
antiemetik, jika
perlu
Gangguan citra Tujuan : Setelah Observasi
tubuh berhubungan dilakukan tindakan 1. Identifikasi
dengan efek keperawatan harapan citra
tindakan/pengobata diharapkan persepsi tubuh berdasarkan
n (D.0083) tentang penampilan tahap
pasien dapat perkembangan
meningkat. 2. Identifikasi
perubahan citra
Kriteria Hasil : tubuh yang
1. Verbalisasi mengakibatkan
perasaan negatif isolasisosial
tentang perubahan 3. Monitor frekuensi
tubuh menurun pernyataan kritik
2. Verbalisasi terhadap diri
kekhawatiran pada sendiri
penolakan atau
reaksi orang lain Terapeutik
3. Menyembunyikan 1. Diskusikan
bagian tubuh perubahan tubuh
berlebihan dan fungsinya
menurun 2. Diskusikan
4. Respon nonverbal perbedaan
pada perubahan penampilan fisik
tubuh membaik terhadap harga diri
5. Hubungan sosial 3. Diskusikan cara
membaik mengembangkan
harapan citra tubuh
secara realistis
4. Diskusikan persepsi
pasien dan
keluarga tentang
perubahan citra
Tubuh
Edukasi
1. Anjurkan
mengungkapkan
gambaran diri
terhadap citra
tubuh
2. Latih fungsi tubuh
yang dimiliki
3. Latih peningkatan
penampilan diri
BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Pengkajian
a. Identitas Pasien
Nama : Ny. M
Umur : 51 thn
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jl. Kantil 11 Kelurahan Bukit Raya Kecamatan Samboja
Kabupaten Kutai Kartanegara
Bangsa : Indonesia
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status : Menikah
Pendidikan : SD
Tanggal MRS : Selasa, 15 Oktober 2019/ Rabu, 16 Oktober 2019
b. Keluhan Utama
Pasien mengatakan datang ke RSKD untuk kemoterapi ke III
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Pasien mengatakan awalnya pada bulan Agustus 2019 berobat ke Rumah
Sakit Kanujdoso Djatiwibiwo (RSKD) Balikpapan, kemudian didiagnosa
Ca Colon. Sebelumnya pasien merasakan nyeri yang tajam pada bagian
perut sebelah kiri. Pada tanggal 11 Agustus pasien menjalani operasi. Dan
dari hasil operasinya pasien dianjurkan untuk melakukan kemoterapi.
Pasien mengatakan bahwa ini merupakan kemoterapi siklus ke-3 yang
dijalani. Pasien dengan keluhan sejak sulit untuk tidur dengan nyenyak
sejak seminggu yang lalu.
d. Riwayat Kesehatan Dahulu
Pasien mengatakan ia pernah menderita Ca Colon dan dirawat pada 30
September 2019. Pada tanggal 11 Agustus 2019 dilakukan operasi
pengangkatan sel kanker. Pasien mengatakan ia pernah menderita Ca
Colon dan dirawat pada 30 September 2019. Pasien mengatakan tanggal
11 Agustus 2019 dilakukan operasi pengangkatan sel kanker.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan Keluarga tidak ada yang memiliki kelainan / kecacatan
dan menderita suatu penyakit yang berat.
f. Psikososial
Pasien dapat berkomunikasi dengan perawat maupun orang lain sangat
baik dan lancar serta menjawab pertanyaan yang diajukan oleh perawat.
Orang yang paling dekat dengan pasien adalah anaknya. Ekspresi pasien
terhadap penyakitnya yaitu tidak ada masalah. pasien mengatakan interaksi
dengan orang lain baik dan tidak ada masalah. Reaksi saat interaksi dengan
pasien kooperatif dan tidak ada gangguan konsep diri.
g. Personal Hygiene dan Kebiasaan
Saat di rumah pasien memiliki kebiasaan mandi sebanyak 2 kali sehari,
sikat gigi sebanyak 2 kali sehari dan keramas sebanyak 1 kali sehari,
memotong kuku seminggu sekali. Saat ini pasien tidak merokok, ia
mengatakan tidak meminum minuman beralkohol.
h. Spiriual
Sebelum sakit pasien sering untuk beribadah begitupun selama ia sakit
i. Keadaan Umum
Sedang Tampak terpasang infus NaCl 0,9% pada tangan sebelah kiri
j. Kesadaran
Compos Mentis GCS : E4 M6 V5
k. Tanda – tanda vital
TD : 130/70 mmHg
Nadi : 69x/menit
Suhu : 36,5oC
RR : 20x/menit
MAP : 90 mmHg
l. Kenyamanan/nyeri
Tidak ada nyeri
m. Status Fungsional/ Aktivitas dan Mobilisasi Barthel Indeks
Nilai skor : 20
Kategori ketergantungan : Mandiri
n. Pemeriksaan kepala
1. Rambut
Bentuk kepala pasien oval, tidak ditemukan adanya penonjolan pada
tulang kepala pasien, fingerprint di tengah frontal terhidrasi, kulit
kepala bersih, penyebaran rambut merata, warna hitam, tidak mudah
patah, tidak bercabang, cerah, tidak rontok
2. Mata
Mata lengkap dan simetris kanan dan kiri, tidak ada pembengkakan
pada kelopak mata, sclera putih, konjungtiva merah muda, palpebra
tidak ada edema, kornea jernih, reflek +, pupil isokor
3. Hidung
Tidak ada pernafasan cuping hidung, posisi septum nasi di tengah,
tidak ada secret atau sumbatan pada lubang hidung, ketajaman
penciuman normal, dan tidak ada kelainan
4. Rongga mulut
Bibir berwarna merah muda, gigi masih utuh, lidah berwarna merah
muda, mukosa lembab, tonsil tidak membesar.
5. Telinga
Telinga simetris kanan dan kiri, ukuran sedang, daun atau pina telinga
bersih kanan dan kiri, tidak ada benda asing dan bersih pada lubang
telinga, pasien dapat mendengar suara gesekan jari.
o. Pemeriksaan leher
Kelenjar getah bening tidak teraba, tiroid tidak teraba, posisi trakea terletak
di tengah.
p. Pemeriksaan thorak: Sistem Pernafasan
Pasien tidak ada sesak, tidak ada batuk. Bentuk dada simetris, frekuensi
20x/menit, irama nafas teratur, pola nafas normal, tidak ada pernafasan
cuping hidung, tidak ada otot bantu nafas. Vocal premitus teraba sama
kanan dan kiri saat pasien mengucap tujuhtujuh, tidak terdapat krepitasi.
Suara perkusi sonor. Suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan
q. Pemeriksaan Jantung: Sistem Kardiovaskuler
Tidak ada nyeri dada, CRT < 2 detik, ujung jari tidak tabuh. Ictus cordis
tidak tampak, ictus cordis teraba di ICS V linea midclavikularis kiri selebar
1 cm, basic jantung terletak di ICS III sternalis kanan dan ICS III sternalis
kiri, suara perkusi redup, pinggang jantung terletak di ICS III sampai V
sternalis kanan suara perkusi redup, apeks jantung terletak di ICS V
midclavikularis kiri suara perkusi redup. Bunyi jantung I terdengar lup dan
bunyi jantung II terdengar dup. Tidak ada bunyi jantung tambahan.
r. Pemeriksaan sistem pencernaan dan status nutrisi
BB : 45 kg
TB : 155 cm
IMT : 18,75 (kategori : normal), total skor parameter : 0 Pasien BAB 2 kali
sehari konsistesi lunak terakhir pada tanggal 16 Oktober 2019, jenis diet
lunak, nafsu makan baik dengan frekuensi 3x sehari, porsi makan habis.
s. Abdomen
Bentuk abdomen datar, tidak ada benjolan/masa, tidak ada bayangan vena,
tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran hepar, suara abdomen
tympani, tidak ada asites
t. System persyarafan
Status memori panjang, perhatian dapat mengulang, bahasa baik, dapat
berorientasi pada orang, tempat dan waktu, tidak ada keluhan pusing, Pada
pemeriksaan saraf kranial, nervus I pasien dapat membedakan bau, nervus
II pasien dapat melihat dan membaca tanpa memakai kacamata, nervus III
pasien dapat menggerakkan bola mata kebawah dan kesamping, nervus IV
pupil mengecil saat dirangsang cahaya, nervus V pasien dapat merasakan
sensasi halus dan tajam, nervus VI pasien mampu melihat benda tanpa
menoleh, nervus VII pasien bisa senyum dan menutup kelopak mata
dengan tahanan, nervus VIII pasien dapat mendengar gesekan jari, nervus
IX uvula berada ditengah dan simetris, nervus X pasien dapat menelan,
nervus XI pasien bisa melawan tahanan pada pipi dan bahu, dan nervus
XII pasien dapat menggerakkan lidah. Pada pemeriksaan refleks fisiologis
ditemukan adanya gerakan fleksi pada tangan kanan dan tangan kiri saat
dilakukan pemeriksaan refleks bisep dan ditemukan adanya gerakan
ekstensi saat dilakukan pemeriksaan refleks trisep. Pada pemeriksaan
refleks patella ditemukan adanya gerakan tungkai ke depan pada kaki
kanan dan kaki kiri. Pada pemeriksaan refleks patologis berupa refleks
babinsky ditemukan adanya gerakan fleksi pada jari – jari.
u. System perkemihan
Bersih, tidak ada keluhan berkemih. Pasien tidak terpasang kateter,
produksi urine 1000 ml/hari, warna kuning jernih dan bau khas. Tidak ada
nyeri tekan dan pembesaran pada kandung kemih
v. Sistem Muskuloskeletal dan Integumen
Pergerakan sendi bebas, otot simetris kanan dan kiri. Pada pemeriksaan
tangan kanan, tangan kiri dan kaki kanan, kaki kiri didapatkan kekuatan
otot 5. Penilaian edema tidak ada edema ekstremitas dan tidak ada pitting
edema. Tidak terdapat peradangan dan ruam pada kulit. Total nilai pada
penilaian risiko decubitus adalah 22 (kategori : low risk)
w. System endokrin
Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid, terdapat pembesaran pada
kelenjar getah bening bagian leher sebelah kanan. Tidak terdapat
hipoglikemia dan hiperglikemia. Tidak terdapat riwayat luka sebelumnya
dan tidak terdapat riwayat amputasi sebelumnya.
x. Seksualitas dan Reproduksi
1. Payudara
Bentuk payudara simetris kanan dan kiri, warna aerola kehitaman,
tidak ada benjolan pada axilla dan clavikula.
2. Genitalia
Pasien sudah disunat, tidak ada masalah pada genetalia.
y. Keamanan lingkungan
Total penilaian risiko pasien jatuh dengan skala morse adalah 20 (kategori:
rendah)
4. Profesionalisme
lebih tepat dalam
nutrisi parenteral.
4. Profesionalisme
untk tindakan
yang tepat
2. Monitoring dan
evaluasi yang
teratur digunakan
sebagai dasar
perawatan berikut
:
a) Kulit wajah
yang cerah
indicator
kebersihan
b) Kebersihan
badan indikasi
efektivitas
intervensi.
c) Perawatan
yang baik
berdampak
pada
hilangnya bau
badan .
d) Gigi sehat
adalah gigi
yang bersih.
e) Hawa nafas
yang busuk
ciri kebersihan
tidak terpenuhi
f) Kerapian
penampilan
membuat
psikologis
pasien
2.4 Implementasi
2.5 Evaluasi
O: - TD : 130/70 mmHg
Nadi : 69x/menit
Ketidak seimbangan Suhu : 36,5oC
nutrisi kurang dari RR : 20x/menit
kebutuhuhan tubuh
A: - Ketidak seimbangan
nutrisi kurang dari
kebutuhuhan tubuh klien
terasi sebagian
P: - Lanjutkan intervensi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kanker kolon suatu bentuk keganasan dari masa abnormal / neoplasma yang
muncul dari jaringan ephitel dari kolon (Haryono, 2010). Kanker kolorektal
ditunjukan pada tumor ganas yang ditemukan di kolon dan rektum. Kolon dan
rectum adalah bagian dari usus besar pada sistem pencernaan yang disebut
traktus gastrointestinal. Lebih jelasnya kolon berada di bagian proksimal usus
besar dan rektum dibagian distal sekitar 5 - 7 cm diatas anus. Kolon dan
rektum merupakan bagian dari saluran pencernaan atau saluran
gastrointestinal di mana fungsinya adalah untuk menghasilkan energi bagi
tubuh dan membuang zat-zat yang tidak berguna (Penzzoli dkk, 2007).
B. Saran
Makalah yang kami buat ini masih banyak kekurangan. Maka dari itu kami
memohon dengan sangat kepada ibu, bapak, dan para pembaca memberikan
kritik dan saran.
DAFTAR PUSTAKA