Professional Documents
Culture Documents
Lapsem Biodiesel - Halimatussakdiah - 2004103010027
Lapsem Biodiesel - Halimatussakdiah - 2004103010027
Disusun oleh:
Kelompok B-2
Halimatusakdiah 2004103010027
Wanda Muharrivah 2004103010008
Radika Putri 2004103010037
Nurul Aulia 2004103010038
Kelompok : B-2
Nama /NIM : Nurul Aulia 2004103010038
Wanda Muharrivah 2004103010008
Halimatusakdiah 2004103010027
Radika Putri 2004103010037
Darussalam, 27 September
2022
Menyetujui
Pembimbing,
LEMBARAN PENUGASAN
Bahan Baku
- Minyak Jelantah 180 gram
- Etanol
Proses Transesterifikasi
- Rasio minyak : etanol (1:2 dan 1:4)
- Transesterifikasi katalis 0,8% dan 1,3%
- Waktu reaksi 90 menit
- Isian panci : Oli
a. Pengaruh air dan asam lemak, dimana minyak nabati harus memiliki
angka asam kurang dari 1 dan semua bahan yang digunakan bebas dari air.
b. Pengaruh perbandingan molar alkohol dengan bahan mentah, dimana
semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan maka konversi yang
didapatkan akan semakin bertambah.
c. Pengaruh jenis alkohol, dimana metanol dapat menghasilkan senyawa
ester yang lebih baik daripada etanol dan butanol.
d. Pengaruh temperature, dimana temperature yang disarankan yaitu 30-
65°C.
e. Metanolisis crude dan refined minyak nabati perolehan, dimana hasil ester
akan lebih tinggi jika menggunakan minyak nabati refined.
Panci
Magnetic stirrer
Hot plate
Viskositas Dinamik:
t biodiesel × ρbiodiesel × μ etanol
μ biodiesel=
t etanol × ρ etanol
Dimana:
µ biodiesel = Viskositas biodiesel (mm2/S)
µ etanol = Viskositas etanol (mm2/S)
ρ biodiesel = Densitas biodiesel (g/mL)
ρ etanol = Densitas etanol (g/mL)
t biodiesel = Waktu alir biodiesel (s)
t etanol = Waktu alir etanol (s)
Viskositas Kinematik:
μ biodiesel
Viskositas=
ρ biodiesel
Dimana : ρ biodiesel = Densitas biodiesel (g/mL)
µ biodiesel = Viskositas biodiesel (mm2/S)
Tabel 4.3 Waktu Alir Biodiesel dan Etanol Menggunakan Viskometer Ostwald
Katalis NaOH
Sampel Rasio Minyak Waktu (detik)
(%)
1:2 45.21
0,8
Minyak 1:4 37.3
Jelantah 1:2 45.92
1,3
1:4 36.17
Etanol 4,84
V. Hasil Pengolahan Data dan Pembahasan
5.1 Hasil Pengolahan Data
Tabel 5.1 Hasil pengolahan data yield, densitas, dan viskositas biodiesel
Densitas Viskositas
Jumlah Rasio Yield Yield
Biodiesel Kinematik
Katalis Minyak dan Biodiesel Gliserol
(gram/mL Biodiesel
NaOH (%) Etanol (%) (%)
) (mm2/s)
1:2 35.32222 64.67778 0.8744 15.72583
0,8
1:4 44.40556 55.59444 0.8452 12.97442
1:2 38.55556 61.44444 0.8528 15.9728
1,3
1:4 45.2 54.8 0.8308 12.58136
5.2 Pembahasan
Pada percobaan ini, bahan baku yang digunakan adalah minyak jelantah
dan katalis NaOH 0,8% dan 1,3%. Percobaan menggunakan perbandingan antara
minyak:etanol masing-masing 1:2 dan 1:4 terhadap perolehan nilai yield, densitas
biodiesel dan viskositas kinematik biodiesel. Proses transesterifikasi berlangsung
di dalam labu leher tiga sebagai reaktor dengan menggunakan magnetic stirrer
sebagai pengaduk.
5.2.1 Hubungan Rasio Molar Minyak dan Etanol Terhadap Perolehan Yield
Biodiesel
Menurut Lestari dkk (2017) rasio molar minyak dan etanol merupakan
salah satu parameter yang mempengaruhi reaksi transesterifikasi. Semakin tinggi
rasio molar minyak dan etanol maka yield biodiesel yang dihasilkan juga semakin
meningkat. Adapun hubungan variasi rasio molar minyak dan etanol terhadap
perolehan yield biodiesel dapat dilihat pada Gambar. 5.1. berikut.
95
85
Yield Biodiesel (%)
75
65
55 1.30%
45 Katalis 0.8 %
35
25
1:2 1:4
Rasio Molar (Minyak : Etanol)
Gambar 5.1 Hubungan variasi rasio molar minyak dan etanol terhadap perolehan
yield biodiesel
Berdasarkan Gambar 5.1 dapat dilihat bahwa yield biodiesel yang
dihasilkan cenderung mengalami peningkatan seiring dengan semakin tingginya
rasio molar antara minyak dan etanol. Pada rasio molar minyak dan etanol 1:2 dan
1:4 dengan katalis 0.8% didapatkan nilai yield biodiesel secara berturut turut
sebesar 35,32%; dan 44,40 %. Dan pada rasio molar minyak dan etanol 1:2 dan
1:4 dengan katalis 1,3% didapatkan nilai yield biodiesel secara berturut turut
sebesar 38,55%; dan 45,2%.
Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa hasil yang didapat sesuai dengan
teori yang menyatakan perbandingan rasio molar dan etanol yang semakin tinggi
akan meningkatkan yield biodiesel. Hal ini disebabkan oleh semakin banyak
jumlah etanol yang digunakan maka konversi produk yang dihasilkan semakin
meningkat. Menurut Ramayanti dan Dampang (2019) reaksi transesterifikasi
adalah reaksi reversible sehingga untuk menggeser reaksi ke arah pembentukan
biodiesel, maka etanol yang digunakan harus dalam jumlah besar.
5.2.2 Hubungan Antara Variasi Rasio Molar Minyak dan Etanol Terhadap
Densitas Biodiesel
Menurut Firmansyah dkk., (2022) densitas adalah pengukuran massa
setiap satuan volume benda. Simbol yang digunakan densitas adalah (rho). Nilai
densitas cairan dipengaruhi oleh jenis cairan, kemurnian, suhu, dan tekanan.
Semakin tinggi massa jenis suatu benda, maka semakin besar pula massa setiap
volumenya. Adapun hubungan rasio molar minyak dan etanol terhadap densitas
biodiesel dapat dilihat pada Gambar 5.2 berikut.
Densitas Biodiesel (gr/mL)
2
1.8
1.6
1.4
1.2
1
0.8 Katalis 1.3%
0.6 Katalis 0.8 %
0.4
0.2
0
1:2 1:4
Rasio Molar (Minyak : Eatanol)
Gambar 5.2 Hubungan antara variasi rasio molar minyak dan etanol terhadap
densitas biodiesel
Dari Gambar 5.2 di atas, dapat dilihat bahwa semakin tinggi perbedaan
rasio molar minyak dan etanol maka nilai densitas biodiesel akan menurun.
Densitas yang diperoleh pada rasio molar minyak dan etanol 1:2; dan 1:4 dengan
katalis 0,8% berturut-turut adalah 0,8744 ; dan 0,8452 gram/mL. Densitas yang
diperoleh pada rasio molar minyak dan etanol 1:2; dan 1:4 dengan katalis 1.3%
berturut-turut adalah 0,8528 ; dan 0,8308 gram/mL. Secara umum, semakin tinggi
rasio antara minyak dan etanol, akan semakin kecil densitas zat tersebut, Hal ini
dikarenakan terjadi peningkatan konversi dimana meningktanya laju reaksi dan
bergesernya kesetimbangan reaksi, dengan semakin meningkatnya tingkat
konversi trigliserida menjadi metil ester maka densitas biodiesel maka akan
semakin menurun karena massa jenis metil ester lebih rendah dari pada massa
jenis trigliserida. Densitas yang melebihi batas standar dapat menyebabkan reaksi
pembakaran tidak sempurna dapat meningkatkan emisi dan keausan mesin (Jaya
dkk., 2022)
V.2.3 Hubungan Antara Variasi Rasio Molar Minyak dan Etanol Terhadap
Viskositas Kinematik Biodiesel
Dalam menentukan viskositas memerlukan nilai standar sni. Adapun
kisaran standar sni antara 2,3 – 6,0 mm2/s. Dimana semakin lama waktu reaksi
maka viskositas kinematik semakin rendah (Turnip dkk., 2017). Adapun
hubungan rasio molar minyak dan etanol terhadap perolehan viskositas kinematik
biodiesel dapat dilihat pada Gambar 5.3 berikut.
35
Viskositas Kinematik (mm2/s)
30
25
20
15 Katalis 1,3 %
10 Katalis 0,8 %
5
0
1:2 1:4
Rasio Molar (Minyak : Etanol)
Gambar 5.3 Hubungan antara variasi rasio molar minyak dan etanol terhadap
viskositas kinematik
Berdasarkan Gambar 5.3 dapat dilihat seiring bertambahnya rasio molar
antara minyak dan etanol mengakibatkan viskositas kinematik biodisel semakin
menurun. Data tersebut menunjukkan bahwa pada rasio molar minyak dan etanol
1:2 dan 1:4 dengan katalis 0,8% didapatkan nilai viskositas kinematiknya
berturut-turut adalah 15,72583 mm2/s dan 12,97442 mm2/s. Sedangkan pada rasio
molar dan etanol 1:2 dan 1:4 dengan katalis 1,3% didapatkan nilai viskositas
kinematiknya berturut-turut adalah 15,9728 mm2/s dan 12,58136 mm2/s. Hal ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi rasio molar maka viskositas biodiesel yang
dihasilkan semakin menurun karena campuran biodiesel dan etanol yang tinggi
bisa menyebakan cepat menguap serta sedikit terjadinya reaksi antara laurtan
metoksid yang tersisa dari penguapan dengan bahan baku ( Wahyuni dkk., 2017).
Parameter Uji
Rasio Mol Minyak
Katalis (%) Densitas Viskositas
dan Etanol
(kg/m3) (mm2/s)
1:2 8744 15,72
0,8 %
1:4 8452 12,97
1:2 8528 15,97
1,3 %
1:4 8308 12,58
Berdasarkan SNI 7182:2015 850 – 890 2,3 – 6,0
Berdasarkan Tabel 5.2 dapat diketahui bahwa pada rasio molar minyak
dan etanol 1:2 nilai densitas biodiesel hasil percobaan sesuai dengan standar SNI
7182:2015. Densitas biodiesel yang dihasilkan pada rasio minyak : etanol 1:2
dengan katalis NaOH 0,8% dan 1% berturut-turut sebesar 8744 dan 8528.
Densitas biodiesel adalah perbandingan antara densitas biodiesel terhadap densitas
fluida standar (air dengan densitas 1 g/cm3 atau 1000 Kg/m3). Sementara itu,
pada rasio molar minyak dan etanol 1:4 nilai densitas biodiesel hasil percobaan
tidak sesuai dengan standar SNI 7182:2015. Densitas biodiesel yang dihasilkan
pada rasio minyak : etanol 1:4 dengan katalis NaOH 0,8% dan 1% berturut-turut
sebesar 8452 dan 8308. Nilai densitas berkaitan dengan kesempurnaan
pembakaran. Nilai densitas yang sesuai dengan standar SNI akan menghasilkan
pembakaran yang sempurna. Jika nilai densitas, tidak memenuhi SNI akan
menghasilkan pembakaran yang tidak sempurna, sehingga akan meningkatkan
emisi gas buang dan mengakibatkan keausan mesin. Kalor dalam biodiesel
dipengaruhi oleh senyawa penyusun yang tergantung pada bahan dasarnya dan
densitas biodiesel, makin tinggi densitas bahan bakar maka makin rendah nilai
kalor yang diperolehnya (Nasution dkk., 2021).
Dalam pembuatan biodiesel viskositas kinematik harus sesuai dengan nilai
SNI yang berkisar antara 2,3 – 6,0 mm2/s. apabila nilai vskositas kinematik
terlalu tinggi meyebabkan pembakaran kurang sempurna sehingga berpengaruh
kepada polusi udara. Adapun penyebab dari ketidak sesuaian praktikum ini
dengan SNI karena pemakaian sampel yaitu minyak jelanta yang dipakai lebih
dari satu kali penggorengan karena semakin banyak dilakukan penggorengan
maka viskositas dari minyak tersebut semakin besar (Irawati, 2018).
VI. Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Semakin tinggi perbandingan antara rasio molar minyak dan etanol maka yiel
d biodiesel yang diperoleh akan semakin tinggi pula. Perolehan yield biodiese
l yang diperoleh dari rasio minyak dan etanol 1:2 dan 1:4 dengan katalis 0,8%
adalah 35,32%; dan 44,40%. Dan pada rasio molar minyak dan etanol 1:2 dan
1:4 dengan katalis 1,3% didapatkan nilai yield biodiesel secara berturut turut
sebesar 38,55%; dan 45,2%. Perolehan yield maksimal didapatkan dari perba
ndingan rasio molar minyak dan etanol 1:4 dengan katalis 1,3% yaitu 45,2 %.
2. Semakin tinggi perbedaan perbandingan antara rasio molar minyak dan etanol
maka densitas biodiesel yang dihasilkan juga akan semakin tinggi. Densitas y
ang diperoleh pada rasio molar minyak dan etanol 1:2 dan 1:4 dengan katalis
0,8% berturut-turut adalah 0,8744 dan 0,8452 gram/mL. Sedangkan Densitas
yang diperoleh pada rasio molar minyak dan etanol 1:2 dan 1:4 dengan katalis
1,3% berturut-turut adalah 0,8528 dan 0,8308 gram/mL.
3. Semakin bertambah rasio molar antara minyak dan etanol maka viskositas
kinematik biodiesel akan semakin menurun. Viskositas kinematik biodiesel
yang diperoleh pada rasio molar minyak dan etanol 1:2 dan 1:4 dengan katalis
0,8% mendapatkan nilai viskositas kinematik biodiesel berturut-turut adalah
15,72 mm²/s, dan 12,97 mm²/s. Sedangkan pada rasio molar minyak dan
etanol 1:2 dan 1:4 dengan katalis 1,3% mendapatkan nilai viskositas
kinematik biodiesel berturut-turut adalah 15,97 mm²/s, dan 12,58 mm²/s.
Nilai tersebut tidak sesuai dengan SNI 7182:2015 yaitu berkisar di antara 2,3
s.d 6,0 mm²/s.
4. Rasio molar minyak dan etanol 1:3; dan 1:5 dengan katalis 2%, hanya rasio
molar minyak dan etanol 1:5 yang nilai densitasnya memenuhi Standar SNI
7182- 2015 yaitu sebesar 8552 kg/m2. Pada uji viskositas kinematik, semua
rasio molar minyak dan etanol tidak memenuhi Standar SNI. Hal ini
dikarenakan pemakaian sampel yaitu minyak jelantah yang dipakai lebih dari
satu kali penggorengan karena semakin banyak dilakukan penggorengan
maka viskositas dari minyak tersebut semakin besar