You are on page 1of 116

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MEDICATION ERROR RESEP OBAT RACIKAN PASIEN PEDIATRI


RAWAT INAP DI RSUP Dr. SARDJITO PADA PERIODE FEBRUARI
2014 (Tinjauan Fase Dispensing dan Fase Administration)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Diajukan oleh :

Septi Martiani Pertiwi

NIM : 108114017

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

MEDICATION ERROR RESEP OBAT RACIKAN PASIEN PEDIATRI


RAWAT INAP DI RSUP Dr. SARDJITO PADA PERIODE FEBRUARI
2014 (Tinjauan Fase Dispensing dan Fase Administration)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat


Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi

Diajukan oleh :

Septi Martiani Pertiwi

NIM : 108114017

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2014

i
l-!
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

kssh&nffinfr
MEI}TUW&NIqEEET REffiP (BAT RACIXABT PA$EFT TUBilAXS}
RAIryAT INAP DI RSUP Dr. SABIUITO PADA Pf,SIODS $&BRUAAi
2014 Ginjauan F*e Dispensing ilatf,larr Admiaisfrolian)

Skripd yredie$sffi d€to:

@irilatimiPmtiwi
NIM: l{r8l l4{rl7

Telahdi@iuide

-"-'w
Aris Vrri&1nati, M.Si., AS- Phl) fef,Esd aAgffiz0la
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penge**hrn Slrirspsi Xeri*t


MEDICATIANEEEC}* EESIEP (}BAT B,ACIXAFU trASilEIg PEE}TA,:f]Etr
RAWAT INAP DI RSUP DT. SARDJITO PADA PERIODI r'f,BRUARI
2014 (finjauan Fase Dispensing danEa*e Adadaisffiim\

Sle&:

Se,pti lUartimi P€rtiwi

NIM: 108114017

d*t*@

"S: '*,,. 1l;! :il']. " ,t'ft\.

.'-
':
rl"q- : re :, 1

Unived$${a"ata Dtrardra
,*
Agustus 2ot {$*"
.ilff '1da-S,
I i:";r
,tu
9:i?*'
'd,i'
;1'.i
*r,..{
riil'
ss#.

,:' .
w{t-
efi&
.i&.
,$Sf '4Sal
,.sn'"1","i
,.i*^: ". ffiy; . ,,-,1*J
**e,;? SaoafaDharma
i;-,*y" *,.r;
..*.*rq _f

(Aris Wi@xi, MSi-, AF*, F!*"S)

Panitia Peirguj i Slaipsi

1. Aris Widayati, M.Si., Apf Ph.D


l_--i

2. lp*gUjr*o,M-$a- AS I

3- DiteMtrie Yirgfuia S, Fm",Ap*, h6.Ss -


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

HALAMAN PERSEMBAHAN

“DIA TIDAK PERNAH MELEWATKAN SATU KATA PUN DARI


UCAPAN YANG KITA PANJATKAN DENGAN SUNGGUH-SUNGGUH,
JANJI-NYA ADALAH IYA DAN AMIN”

Karya ini ku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Kristus, Papa, Mama dan Adik-adikku tercinta

Sahabat dan teman-temanku

Almamaterku

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku
(Filipi 4: 13)“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang
(Amsal 23: 18).

iv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI -.r

PERNYATAAII$ KEASLIAF$ I{ANYA

Srya merryd*m deugam ryffigguhya ffiurs dnipi 1mg berjrldul

"Medication Ewor Resep Obat Racikm Pasien Pediafi Rawal I*p di RSUP
Dr.Sardjito Pada Periode Februari 2014 (TitrJauan Fase Dispensing Dan Fase

Administr*iwf,tidak mt# kffiya dffi @iam ka5ra ry Daia kmwli yry


telah disebutkan dalaln kutipan rlan daftar pustaka sebagaimana laya*nya karya

ilmiah. Apabila di kemudian hari ditemukan indikasi plagiatisme dalam naskah

ini, md(a saye Mia ErffiIg$ry f,epne dsi sffiai porm,m, 1mr;ffig-
undangan yang betlaku-

Yogyakarta" 7 Agustus 2014

****w'
(Septi Martiani Pertiwi)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LEMBAR PERF{YATAAN PERSSTUJUAN


PUBLIKASI IL*IIAH I}NTT'I( KEPEIT$TINGAF{ AKABEIT4IS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Septi Mafiiani Pertiwi

NomorMalrasiswa : lO8I140l7
Demi an itnu pengetahum, saya memrberikan ke@a Pa,pstakam
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yailg berjudul:

"Medication Error Resep Obat Racikan Pasien Pediatri Rawat Inap di RSUP
Ilr,S*rdiito Prd* Peri@ frehru*ri 2ela $ininmr F.roc.@ufrry1l}an S*c
Administrdbnf beserta yang diperldcm @ila ada). kryan demikim
saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk
menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk
pmgkalan data mendistrib'usikm ssffna te$fitas, dam @ di
Internet atau media lain untrlk kepuilingan akdemis tarrya perturueminta ljin dari
saya maupun memberikan royalty kepada saya selarna tetap mencantumkan narna

saya sebagai penulis.

Demikimpernyatam ini yang sayahrat dengm se a.

Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal : 7 Agustus 2014

Yang

i Pertiwi)

vt
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

berkat, rahmat dan penyertaan-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

yang berjudul “Medication error Resep Obat Racikan Pasien Pediatri Rawat Inap

di RSUP Dr. Sardjito Pada Periode Februari 2014 (Tinjauan Fase Dispensing Dan

Fase Administration)” dengan baik sebagai salah salah satu syarat untuk

memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) program studi Farmasi Universitas

Sanata Dharma.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini tidak terlepas dari

bantuan dan dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak

langsung baik berupa moral, materiil maupun spiritual. Oleh sebab itu, penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Papa dan Mama selaku Orangtua penulis atas doa, kasih sayang dan

motivasi yang diberikan baik dukungan moral maupun materi kepada

penulis selama penulis menempuh kuliah di Farmasi.

2. Ibu Aris Widayati, M.Si., Apt., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing skripsi atas

bimbingan, perhatian, kesabaran dan motivasi yang diberikan kepada

penulis dalam proses penyusunan skripsi ini.

3. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt. Selaku Dosen Penguji skripsi yang

telah memberi kritik dan saran yang membangun selama proses

pembuatan skripsi.

vii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4. Ibu Dita Maria Virginia, S.Farm., Apt, M.Sc Selaku Dosen Penguji skripsi

yang telah memberi kritik dan saran yang membangun selama proses

pembuatan skripsi.

5. Pihak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta yang memberikan ijin kepada

penulis selama penelitian berlangsung.

6. Adik - adikku tercinta Deddie Marthin Perwira dan Arjuna Mesa Putra

atas doa, dukungan dan penghiburan yang diberikan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

7. Teman seperjuangan dalam tim Harris Kristanto untuk semangat,

kebersamaan, kerjasama dan informasi yang dibagikan dalam proses

penyusunan skripsi dari awal hingga akhir.

8. Sahabatku Vera, Lenny, Yosri, Oswaldine, Adra, Haris, Mala, Dino,

Defilia, Kezia, Cilla, Juli, Tari, Gemah, Ista, Mita terimakasih untuk

kebersamaan, sukacita dan semangat yang diberikan kepada penulis.

9. Dionysius Aji Prasetyo atas semangat dan dukungan yang diberikan dalam

proses penyusunan skripsi.

10. Teman - teman FSM 2010 dan FKK A 2010, terimakasih atas

kebersamaan, keceriaan dan pengalaman yang tak tergantikan selama

menjalani perkuliahan bersama penulis.

11. Keluarga besar Paduan Suara Inovatif GKI Gejayan dan kos difa untuk

kasih sayang, sukacita dan semangat yang diberikan kepada penulis.

12. Seluruh pihak yang membantu selama penelitian berlangsung yang tidak

dapat penulis sebutkan satu persatu.

viii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Pdis my n bry&F kdrrymgaeek Hfrffi kjr& tglae


ini, se*ringga p@ulis dCIqgro terkdm reima dru ttryqghery&s* Hik dm

saran untuk dapat memperbaiki dfui di kemudian hari. Aldrir kat4 penulis

bqhffiry mega krya t*dis ini hs@ ki @ddqEpgr ;km perge-

Yryya*a$a7 Agushls 2014

4d' Pemlis

ix
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL......................................................................................... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN........................................................................ iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................................ v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS.......................................... vi
PRAKATA........................................................................................................ vii
DAFTAR ISI..................................................................................................... x
DAFTAR TABEL............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xiv
DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................... xv
INTISARI.......................................................................................................... xvi
ABSTRACT........................................................................................................ xvii
BAB I. PENGANTAR...................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
1. Perumusan masalah.................................................................................. 3
2. Keaslian penelitian................................................................................... 4
3. Manfaat penelitian.................................................................................... 5
a. Manfaat teoritis.................................................................................... 5
b. Manfaat praktis...................................................................................... 5
B. Tujuan Penelitian.......................................................................................... 5
1. Tujuan umum............................................................................................ 5
2. Tujuan khusus........................................................................................... 6
BAB II. PENELAAHAN PUSTAKA............................................................... 7
A. Patient Safety................................................................................................ 7
B. Resep............................................................................................................ 7
1. Definisi.................................................................................................... 7
2. Tata Cara Penulisan................................................................................. 7

x
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3. Racikan.................................................................................................... 8
C. Medication error.......................................................................................... 8
1. Definisi................................................................................................... 8
2. Fase Medication error............................................................................ 9
3. Bentuk-bentuk Medication error........................................................... 10
4. Faktor Penyebab Medication error........................................................ 11
5. Medication error di Pediatrik................................................................ 12
6. Pencegahan medication error di pediatrik............................................. 14
C. Keterangan Empiris...................................................................................... 15
BAB III. METODE PENELITIAN................................................................... 16
A. Jenis dan Rancangan Penelitian................................................................... 16
B. Variabel Penelitian....................................................................................... 16
C. Definisi Operasional..................................................................................... 17
D. Lokasi dan Waktu Penelitian........................................................................ 18
E. Objek dan Subyek Penelitian........................................................................ 18
F. Metode Pengambilan Data............................................................................ 19
G. Instrumen Penelitian..................................................................................... 20
1. Penyusunan Panduan Wawancara............................................................ 20
2. Validasi Pertanyaan.................................................................................. 21
3. Penyusunan Lembar Inform Consent....................................................... 21
H. Tata Cara Penelitian..................................................................................... 21
I. Tata Cara Analisis Hasil............................................................................... 24
1. Data Kuantitatif......................................................................................... 24
2. Data Kualitatif........................................................................................... 24
J. Keterbatasan Dalam Penelitian.................................................................... 25
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................... 26
A. Angka Kejadian dan bentuk Medication error Resep Obat Racikan Pasien
Pediatri Pada Fase Dispensing dan Administration.......................... 26
1. Fase Dispensing...................................................................................... 27
a. Kesalahan Penulisan Etiket.............................................................. 28
b. Kesalahan Pengambilan Obat........................................................... 34

xi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

c. Kesalahan dalam Membuat Bentuk Sediaan Obat........................... 36


2. Fase Administration................................................................................ 40
B. Faktor yang Menyebabkan Terjadi Medication error Resep Obat Racikan
Pasien Pediatri Pada Fase Dispensing dan Admnistration........................... 41
1. Fase Dispensing...................................................................................... 41
2. Fase Administration................................................................................ 43
C. Langkah yang Sudah di Lakukan Pihak RSUP Dr. Sardjito Untuk
Mencegah Medication error Fase Dispensing dan Fase Administration.... 47
1. Fase Dispensing...................................................................................... 47
2. Fase Administration................................................................................ 50
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN........................................................... 53
A. Kesimpulan................................................................................................... 53
B. Saran............................................................................................................. 55
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................... 57
LAMPIRAN...................................................................................................... 61
BIOGRAFI PENULIS....................................................................................... 98

xii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR TABEL

Tabel I. Bentuk-bentuk Medication error pada tahap Penyiapan


Obat...................................................................................... 10
Tabel II. Kesalahan Penulisan Etiket.................................................. 30
Tabel III. Kesalahan Penulisan Etiket pada Penulisan Nama Obat..... 30
Tabel IV. Kesalahan Penulisan Etiket pada Penulisan Kekuatan
Obat...................................................................................... 31
Tabel V. Kesalahan Penulisan Etiket pada Penulisan Aturan Pakai
Obat.................................................................................... 32
Tabel VI. Kesalahan Penulisan Etiket pada Penulisan Bentuk
Sediaan Obat....................................................................... 34
Tabel VII. Kesalahan Pengambilan Obat............................................. 35
Tabel VIII. Kesalahan Pengambilan Obat pada Pengambilan Jenis
Obat...................................................................................... 36
Tabel IX. Kesalahan Pengambilan Obat pada Pengambilan Jumlah
Obat..................................................................................... 36
Tabel X. Kesalahan dalam membuat Bentuk Sediaan Obat.............. 37
Tabel XI. Kesalahan dalam membuat Bentuk Sediaan Obat pada
Pengemasan........................................................................ 38
Tabel XII. Kesalahan dalam membuat Bentuk Sediaan Obat pada
saat peracikan..................................................................... 39
Tabel XIII. Hasil Wawancara dengan Orangtua Pasien Pediatri pada
Fase Administration............................................................. 45

xiii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tahap Pelayanan Resep di Apotek Instalasi Rawat Inap 2


RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta................................................. 27
Gambar 2. Diagram perbandingan resep racikan yang teridentifikasi
medication error dan tidak teridentifikasi medication error
pada fase dispensing............................................................ 28
Gambar 3. Medication error pada fase dispensing di RSUP Dr. Sardjito
Periode Februari 2014................................................................ 29
Gambar 4. Medication error pada fase dispensing di RSUP dr. Sardjito
Periode Februari 2014................................................................ 40

xiv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Hasil Observasi Medication error pasien pediatri resep


racikan di RSUP Dr. Sardjito pada Fase Dispensing
periode Februari 2014....................................................... 62
Lampiran 2. Hasil Wawancara dengan Apoteker dan Asisten
Apoteker mengenai Medication error pasien pediatri
resep racikan di RSUP Dr. Sardjito pada Fase
Dispensing periode Februari 2014.................................... 83
Lampiran 3. Hasil Wawancara dengan Orangtua Pasien Pediatri
mengenai Medication error dengan orangtua pasien
pediatri di RSUP Dr. Sardjito pada Fase Administration
periode Februari 2014....................................................... 85
Lampiran 4. Hasil wawancara dengan perawat mengenai Medication
error pada Resep Racikan untuk Pasien Pediatri di
RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta........................................ 94
Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di RSUP
Dr. Sardjito Yogyakarta................................................... 96
Lampiran 6 Surat Izin Ethical Clearence untuk Melakukan
Penelitian di RSUP Dr. Sardjito....................................... 97

xv
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

INTISARI

Medication error (ME) merupakan kejadian yang dapat membahayakan


pasien dan masih dibawah pengawasan tenaga kesehatan. Pediatri merupakan
golongan usia yang sering mengkonsumsi obat racikan. Resep racikan memiliki
risiko ME yang cukup besar, terkait proses peracikan dan penggunaan obat
racikan pada pasien. Tujuan penelitian adalah mengetahui angka kejadian ME,
bentuk-bentuk ME, faktor penyebab ME, dan langkah yang sudah dilakukan oleh
pihak RSUP Dr. Sardjito untuk mencegah ME khususnya pada fase dispensing
dan administration.
Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan
cross-sectional. Data diambil pada Februari 2014 dengan melakukan observasi
dan wawancara terstruktur terkait ME kepada asisten Apoteker, Apoteker,
orangtua pasien dan perawat.

Hasil penelitian menunjukkan angka kejadian ME fase dispensing 26,45%


dari 155 resep racikan meliputi kesalahan penulisan nama obat, dosis, aturan
pakai, bentuk sediaan obat, pengambilan obat, jumlah obat, pengemasan, dan
peracikan. Fase administration ditemukan 11,1% dari 9 responden yang
melakukan administration dan ME yang ditemukan adalah kesalahan meminum
obat. Faktor penyebabnya adalah penulisan etiket yang tidak lengkap, tidak
terbaca, kurangnya ketelitian saat bekerja dan kurangnya informasi yang diberikan
pihak rumah sakit kepada orangtua pasien. Upaya yang dilakukan tenaga
kesehatan mencegah ME adalah menelaah dan mengecek obat, bekerja sesuai
SOP dan teliti saat bekerja.

Kata kunci : Medication error, Resep Racikan, Pediatri, Dispensing,


Administration

xvi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ABSTRACT

Medication errors (ME) is an event that can harm patients and still under
the control of health workers. Pediatrics is the age group that often consume the
drug concoction. Compounded prescription has a highly risk of ME, related to the
process of compounding and the use of personalized medicine for patients. The
purpose of the study was to determine the percentage of the ME, ME forms, the
causes of ME, and the steps that have been taken by RSUP Dr. Sardjito to prevent
ME especially in dispensing and administration phases.
This study is an observational study with cross-sectional approach. Data
were taken in February 2014 with the observation and structured interviews to
assistant pharmacist, pharmacists, patient's parents and nurse.
The results showed the percentage of ME phase dispensing events 26.4%
of the 155 precriptions blend include inapropriate drug name, rules of use, dosage
form drugs, taking drugs, number of drugs, packaging, compounding. Phase
administration found 11.1% of the 9 respondents and that is only found taking
drugs. Factors contributing is the etiquette of writing incomplete, illegible, the
lack of rigor at work and lack of information provided by the hospital to the
patient's parents. Efforts are made to prevent health workers ME is reviewing and
checking the drug, according to the SOP and meticulous work while working.
Keywords: Medication error, Prescription Mixing, Pediatrics, Dispensing,
Administration

xvii
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB I

PENGANTAR

A. Latar Belakang

National Coordinating Council for Medication Error Reporting and

Prevention (NCC MERPP) menyatakan medication error adalah kesalahan pada

proses pengobatan yang seharusnya dapat di cegah karena masih dalam

pengawasan tenaga kesehatan (NCC MERPP, 2013). Di Denmark, hasil penelitian

yang dilakukan oleh Lisby, Nielsen dan Mainz (2005) di Aarhus University

Hospital presentase terjadinya medication error (ME) pada fase prescribing

sebesar 39%, fase transcribing sebesar 56%, fase dispensing sebesar 4%, dan fase

administration sebesar 41% (Lisby,et.,al, 2005).

Di Indonesia, belum di dapatkan data yang spesifik dan akurat. Namun

demikian, dari hasil penelitian Dwiprahasto (2006) dari 2.585 total resep, 90 %

dari jumlah resep tersebut tergolong tidak lengkap dan banyak dijumpai ME

seperti pemilihan obat yang tidak tepat indikasi, cara pemberian obat yang salah,

frekuensi pemberian dan sedian obat yang tidak tepat. Sebuah penelitian

melaporkan kejadian medication error di rumah sakit berkisar antara 4-17% dari

seluruh pasien yang dirawat di rumah sakit, 11% medication error terjadi dalam

bentuk dispensing error yaitu pemberian dosis dan obat yang keliru. United States

Pharmacopeia melaporkan pada tahun 1999, 3% dari 6224 medication error

berakhir dengan kegawatan pada pasien (USP, 1999).

1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Medication error pada anak-anak merupakan kejadian yang perlu

diwaspadai, jika potensi ME pada anak-anak tiga kali lipat lebih besar dibanding

orang dewasa (Kozer, 2005). Penelitian (Fortescue, 2003) lebih dari 50% yaitu

616 resep dari 10788 peresepan pediatri berpotensial terjadi error, sejumlah 120

(19,5%) termasuk kategori sangat membahayakan. Pediatri merupakan golongan

usia yang rentan terserang penyakit dan untuk pengobatannya dokter sering

memberikan resep obat racikan. Hal ini dilakukan karena tidak tersedianya dosis

dan bentuk sediaan obat yang sesuai dipasaran bagi anak-anak, sehingga obat

racikan dianggap lebih efektif diberikan agar tujuan terapi yang diinginkan

tercapai. Namun, resep racikan tersebut juga dapat menyebabkan resiko yang

besar, seperti kesalahan penghitungan dosis yang seharusnya disesuaikan dengan

umur dan berat badan pasien, kesalahan ini dalam berisiko terhadap munculnya

overdosis atau under-dosing (Anonim a, 2013).

Hinlandou (2008) melaporkan kejadiaan ME obat racikan yang terjadi

pada pasien pediatri, ditemukan kesalahan pembaca resep 3,1%, pengambilan obat

6,8%, peracikan 4,6%, pengemasan 0,2%, kesalahan penyebuan nama pasien

0,2%, kesalahan pelabelan 0,4% dan kesalahan kalkulasi dan rekalkulasi 1,5%.

Berdasarkan Laporan Peta Nasional Keselamatan Pasien kesalahan dalam

pemberian obat menduduki peringkat pertama (24,8%) dari 10 besar insiden yang

dilaporkan (Bayang, Pasinringi, dan Sangkala., 2014). Jika disimak lebih lanjut,

dalam proses penggunaan obat yang meliputi prescribing, transcribing,

dispensing dan administration, dispensing menduduki peringkat pertama (Anonim

b, 2008).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Penelitian ini penting dilakukan karena resep racikan memiliki potensi

terjadinya ME yang lebih tinggi dibandingkan resep non-racikan. Penelitian ini

difokuskan kepada pasien pediatri karena obat racikan banyak diresepkan kepada

pasien pediatri dengan pertimbangan kesesuaian dosis. Penelitian ini dilakukan

pada tahap dispensing dan administration karena hasil pada tahap ini juga

berpengaruh terhadap tingginya kejadian ME.

Rumah Sakit yang dipilih sebagai model adalah RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta. Rumah Sakit (RS) ini dipilih sebagai model penelitian karena RS ini

merupakan RS pendidikan yang dapat dijadikan tempat untuk melakukan

penelitian. Dipilih Instalasi Rawat Inap karena memudahkan akses wawancara

dengan orangtua pasien pediatri yang diperlukan dalam penelitian.

1. Permasalahan

a. Berapa angka kejadian medication error (ME) resep obat racikan pada

pasien pediatri dan apa saja kejadian ME pada fase dispensing dan fase

administration di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta?

b. Apa saja faktor yang menyebabkan terjadinya ME resep obat racikan pada

pasien pediatri pada fase dispensing dan fase administration di RSUP Dr.

Sardjito Yogyakarta?

c. Apa saja langkah yang sudah dilakukan pihak RSUP Dr. Sardjito untuk

mencegah ME di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta?


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Keaslian penelitian

Penelitian mengenai medication error (ME) fase dispensing dan fase

administration pada obat racikan pada pasien pediatri di RSUP Dr. Sardjito

periode Februari 2014 belum pernah dilakukan. Sementara terdapat beberapa

penelitian yang terkait dengan masalah ME pada pasien pediatri telah dilakukan

oleh beberapa peneliti lain dengan judul sebagai berikut:

a. Errors in The Medication Process: Frequency, Type,and Potential (Lisby,

et al, 2005). Dari penelitian yang bertujuan mengetahui frekuensi

terjadinya medication error di setiap fase ini ditemukan frekuensi

terjadinya medication error pada fase prescribing: 167 dari 433 (39%),

transcribing: 310 dari 558 (56%), dispensing: 22 dari 538 (4%),

administration: 166 dari 412 (41%).

b. Evaluasi medication error resep racikan pasien pediatrik di farmasi rawat

jalan rumah sakit Bethesda pada bulan Juli tahun 2007 : tinjauan fase

dispensing (Hinlandou, 2007). Hasil dari penelitian ini adalah

pengambilan obat sebesar 6,8%, peracikan sebesar 4,6%, interpretasi

sebesar 3,1%, kalkulasi dan rekalkulasi dosis sebesar 1,5%, pelabelan

sebesar 0,4%, pengemasan sebesar 0,2%, dan penyebutan nama pasien

sebesar 0,2%.

c. Evaluasi masalah utama kejadian medication errors fase administrasi dan

drug therapy problems pada pasien Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

periode Agustus 2008 : kajian terhadap penggunaan obat golongan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

antasida dan antiulserasi (Simanjuntak, 2010). Pada penelitian ini

ditemukan 47,2% medication error pada fase administration.

Adapun perbedaan antara penelitian-penelitian diatas adalah penelitian ME

obat racikan pada fase dispensing dan fase administration pada pasien pediatri,

kemudian juga berbeda pada tempat, waktu, tatacara penelitian dan tujuan

penelitian.

3. Manfaat penelitian

a. Manfaat teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber informasi dan

referensi bagi tenaga kesehatan untuk mendeskripsikan ME obat racikan pada fase

dispensing dan administration pada pasien pediatri.

b. Manfaat praktis

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk

pengambilan keputusan oleh tenaga kesehatan mengenai penggunaan obat racikan

pada pasien pediatri untuk mencegah ME pada fase dispensing dan administration

di RSUP Dr. Sardjito yang akhirnya dapat membantu untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan di RSUP Dr. Sardjito.

B. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah mengevaluasi terjadinya ME pada

fase dispensing dan fase administration obat racikan pada pasien pediatri di RSUP

Dr. Sardjito Yogyakarta.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2. Tujuan khusus

Tujuan khusus penelitian ini bertujuan untuk :

a. Identifikasi angka kejadian medication error (ME) resep obat racikan pada

pasien pediatri dan ME yang terjadi pada fase dispensing dan fase

administration di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

b. Identifikasi faktor apa saja yang menyebabkan ME fase dispensing dan

fase administration di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.

c. Identifikasi langkah apa saja yang sudah dilakukan untuk mencegah ME di

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA

A. Patient Safety

Menurut (Council of Europe, 2005) patient safety adalah aktivitas untuk

mencegah dan mengatas efek samping; bebas dari kejadian yang dapat merugikan

pasien yang tidak disengaja dilakukan selama masa pengobatan. Keselamatan

pasien (patient safety) rumah sakit adalah sistem yang dibuat rumah sakit untuk

menjaga dan meminimalkan terjadinya resiko dalam pelayanan kesehatan. Sistem

tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera (Anonim c, 2006).

B. RESEP

1. Definisi

Surat Keputusan Menteri Kesehatan No.1197 tentang Standar Pelayanan

Farmasi di RS (Anonim d, 2004) menyebutkan bahwa :

“Resep adalah permintaan tertulis dari dokter, dokter gigi, dokter hewan
kepada Apoteker Pengelola Apotek untuk menyediakan dan
menyerahkan obat bagi pasien sesuai peraturan perundang yang berlaku.”
2. Tata cara penulisan Resep

Hal yang terpenting dalam menuliskan resep adalah bahwa tulisan harus

jelas sehingga mudah dimengerti. Penulisan resep yang menimbulkan

ketidakjelasan, keraguan, atau salah pengertian mengenai nama obat serta dosis

yang harus diberikan, sedapat mungkin harus dihindari. Kebiasaan buruk di

kalangan dokter dalam menulis resep dengan tulisan yang tidak jelas, kadang-

kadang menyebabkan pengobatan yang tidak efektif dan tidak aman, masa sakit

7
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

memanjang, membahayakan, dan menimbulkan kekhawatiran pasien, serta

menyebabkan pembengkakan biaya (Zunilda, 1998).

Resep yang lengkap memuat hal-hal sebagai berikut :1) Nama, alamat,

dan nomor izin praktik dokter, dokter gigi, atau dokter hewan; 2) Tanggal

penulisan resep (inscriptio); 3) Tanda R pada bagian kiri setiap penulisan resep

(invocatio); 4) Nama setiap obat dan komposisinya (prescriptio/ordonatio); 5)

Aturan pemakaian obat yang tertulis (signatura); 6) Tanda tangan atau paraf

dokter penulisan resep sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

(subscriptio); 7) Jenis hewan serta nama dan alamat pemiliknya untuk resep

dokter hewan; 8) Tanda seru dan/atau paraf dokter untuk resep yang melebihi

dosis maksimalnya (Syamsuni, 2006).

3. Racikan

Resep racikan adalah resep yang memerlukan keahlian Apoteker dalam

mencampur berbagai bahan obat menjadi bentuk sediaan obat. Resep racikan

mengandung nama dan kuantitas tiap bahan yang diperlukan. Nama bahan pada

umumnya ditulis dengan nama generik (Siregar dan Amalia, 2004).

C. Medication error

1. Definisi

Medication error adalah suatu kesalahan pada proses pelayanan obat

yang dapat membahayakan pasien dan seharusnya dapat dicegah karena masih

dalam pengawasan tenaga kesehatan (NCC MERPP, 2013). Kejadian medication

error merupakan indikasi tingkat pencapaian patient safety, khususnya terhadap

tujuan tercapainya medikasi yang aman. Kriteria medication error menurut


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

(Lisby, et al,2005) terjadi pada tahap order/permintaan, transkripsi, dispensing

dan administering

2. Fase Medication error

Kejadian ME terdiri dari 4 fase, yaitu fase prescribing, transcribing,

dispensing dan fase administration.

a. Fase prescribing kesalahan yang dapat timbul karena pemilihan obat yang

salah untuk pasien. Kesalahan meliputi dosis, jumlah obat, indikasi, atau

peresepan obat yang seharusnya menjadi kontraindikasi. Kekurangan

pengetahuan tentang obat yang diresepkan, dosis yang direkomendasikan dan

kondisi pasien berkontribusi dalam prescribing errors (Swandari, 2013).

b. Fase transcribing adalah kesalahan yang terjadi pada tahap pembacaan resep

untuk proses dispensing (Swandari,2013).

c. Fase dispensing adalah kegiatan pelayanan dari tahap validasi, interprestasi,

persiapan dan peracikan obat, pemberian etiket, penyerahan obat dengan

pemberian informasi obat yang disertai dengan sistem dokumentasi (Anonim

d, 2004).

d. Fase administration adalah esalahan pengobatan atau kelalaian yang terjadi

dalam tahap administrasi ketika obat harus diberikan oleh perawat, atau

pasien sendiri, atau pengasuh (Council of Europe, 2005). Seperti perbedaan

antara obat yang diterima pasien dengan obat yang dimaksudkan oleh

dokter. Administration error juga termasuk kelalaian dalam meminum obat,

teknik pemberian obat yang tidak tepat, dan sediaan yang kadaluarsa

(Swandari, 2013).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

3. Bentuk-bentuk Medication error

Bentuk-bentuk ME dapat terjadi pada berbagai fase mulai dari fase atau

tahap penulisan (prescribing), pembacaan (transcribing), peracikan (dispensing)

sampai tahap pemakaian (administration). Dwiprahasto (2008) mengelompokkan

bentuk-bentuk medication error dalam empat tahap penyiapan obat yang dapat

dilihat pada tabel berikut:

Tabel I. Bentuk-Bentuk Medication error Pada Tahap Penyiapan Obat


(Dwiprahasto, 2008)
Precribing Transcribing Dispensing Administration
1. Kontra 1. Copy error 1. Kontra 1. Administration
indikasi 2. Keliru saat indikasi error
2. Duplikasi pembacaan 2. Extradose 2. Kontraindikasi
3. Resep tidak 3. Instruksi ada 3. Gagal 3. Obat tertinggal
terbaca yang mengecek disamping bed
4. Instruksi tidak terlewatkan instruksi 4. Extradose
jelas 4. Mis-stamped 4. Sediaan obat 5. Gagal
5. Instruksi 5. Instruksi buruk mengecek
keliru tidak 5. Instruksi instruksi
6. Instruksi tidak dikerjakan penggunaan 6. Tidak
lengkap 6. Salah obat tidak jelas mengecek
7. Perhitungan menerjemah- 6. Salah identitas
dosis keliru kan instruksi menghitung pasien
verbal dosis 7. Dosis keliru
7. Salah memberi 8. Salah menulis
label instruksi
8. Salah menulis 9. Patient off unit
instruksi 10. Pemberian
9. Dosis keliru obat diluar
10. Pemberian instruksi
obat diluar 11. Instruksi
instruksi verbal keliru
11. Keliru dijalankan
menerjemah-
kan instruksi
verbal
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

4. Faktor penyebab Medication error

Faktor penyebab ME tersebut diantaranya berupa : 1) Komunikasi yang

buruk baik secara tertulis dalam bentuk kertas resep maupun secara lisan (antara

pasien, dokter dan Apoteker), 2) sistem distribusi obat yang kurang mendukung

(sistem komputerisasi, sistem penyimpanan obat, dan lain sebagainya), 3) sumber

daya manusia (kurang pengetahuan, pekerjaan yang berlebihan, dan lain-lain), 4)

edukasi kepada pasien kurang, 5) kurangnya peran pasien dan keluarga dalam

pengobatan (Cohen, 1999). 6) nama obat yang hampir sama, 7) kesalahan pada

penulisan dan penempelan label, 8) kesalahan pengemasan yaitu kemasan dan

bentuk sediaan yang kurang tepat (Thomas,2001), 9) cara dispensing obat yang

baik (CDOB) tidak diterapkan, dan 10) pelaksanaan sistem formularium yang

belum memadai (Siregar dan Amalia, 2004). 11) penggunaan, dan monitoring, 12)

faktor lingkungan, 13) pendidikan staf dan kompetensi, pendidikan pasien

(Anderson dan Townsend, 2013)

Prescribing error dapat terjadi karena tulisan dokter yang buruk dan beban

kerja yang berat. Penyebab dispensing error adalah faktor lingkungan kerja,

faktor tenaga kesehatan seperti tulisan dokter yang tidak jelas, resep tidak lengkap

(tidak ada keterangan bentuk sediaan obat, beban kerja yang berlebihan dan

pasien yang tidak kooperatif (Bayang, et al, 2014).

Faktor lain yang juga mempengaruhi dispensing error karena prosedur

pengelolaan obat yang kurang baik nama dagang atau penampilan yang mirip.

Misalnya Lasix® (Furosemide) dan Losec® (omeprazole) memiliki nama yang

ketika dituliskan namanya terlihat serupa. Hal lain yang berpotensi menimbulkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

dispensing error adalah dosis yang salah, kesalahan obat, kesalahan pasien,

penulisan label yang salah (Williams, 2007). Faktor penyebab administration

error adalah faktor tenaga kesehatan karena beban kerja berat, selain itu juga

dikarenakan faktor pasien seperti pasien atau keluarga pasien yang tidak

kooperatif dan tidak paham mengenai prosedur pengambilan obat (Bayang, et al,

2014).

5. Medication error di pediatrik

Tenaga kesehatan profesional sering kali tidak dapat mempersiapkan dan

memberikan dosis dari formulasi yang tersedi dipasaran yang sesuai seperti yang

dibutuhkan pasien pediatri. Akibatnya bentuk sediaan obat untuk pasien pediatrik

sering diubah. Tablet digerus, kapsul dibuka dan diminum bersama makanan atau

minuman. Situasi ini dapat meningkatkan permasalahan kelarutan dan

bioavailabilitas. Walaupun dilakukan reformulasi, masalah dapat timbul dari

kekurangan informasi tentang stabilitas, sterilitas produk, dan bioavailabilitas

(Cohen, 1999).

Walaupun pabrik obat memproduksi obat dengan konsentrasi untuk

dewasa dan anak-anak, masih timbul potensi kesalahan. Produk anak-anak dan

dewasa biasanya disimpan bersebelahan pada rak. Jika farmasis atau pelanggan

tidak membaca label, maka dia akan memilih obat dengan konsentrasi yang salah

(Cohen, 1999).

Resiko pelayanan resep pada pasien pediatrik salah satunya adalah

kesalahan perhitungan dosis. Kesalahan perhitungan dosis disebabkan kurang

teliti dan tulisan resep yang tidak jelas yang mengakibatkan kesalahan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

interprestasi. Resiko ini dapat diminimalisasi dengan memeriksa kembali,dan

menstandarisasi dosis yang diminta (Cohen, 1999).

Medication error pada anak-anak perlu perhatian khusus karena

penggunaan obat pada anak-anak berkaitan dengan perbedaan laju perkembangan

organ, sistem dalam tubuh dan enzim yang bertanggung jawab pada metabolisme

pediatri, selain itu juga dikarenakan sistem ekskresi pediatri yang belum sempurna

(Aslam., Tan., dan Prayitno, 2003).

Salah satu faktor penyebab ME adalah kegagalan komunikasi (salah

interpretasi) antara penulis resep dengan orang yang melakukan dispensing.

Kegagalan komunikasi ini dapat disebabkan karena ketidakjelasan serta tidak

lengkapnya penulisan resep. Contoh ketidaklengkapan resep pada peresepan

pediatri seperti tidak tercantumnya berat badan dan umur pasien yang sangat

penting dalam perhitungan dosis pediatri (Bayang, et al, 2012). Faktor lain yang

berpotensi cukup tinggi menyebabkan terjadinya ME adalah racikan pada resep

pediatri yang berisi lebih dari tiga kombinasi jenis obat dan adanya obat dalam

satu peresepan memiliki aksi farmakologi yang sama (Hartayu dan Widayati,

2005).

Bayi dan anak-anak memiliki resiko ME yang tinggi karena beberapa

faktor yaitu perubahan perkembangan fisiologis (mempengaruhi disposisi obat),

perhitungan dosis yang bersifat individual berdasarkan berat badan, kurangnya

bentuk sediaan obat dan konsentrasi obat dipasaran, dan kurangnya informasi dan

pelabelan untuk pediatri pada berbagai obat (Bell, 2003).


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

6. Pencegahan ME di pediatrik

Cara yang paling efektif mengurangi kesalahan adalah pencegahan.

Semua dosis dan rute pemberian harus diperiksa dua kali oleh dua petugas

kesehatan profesional. Perhatian harus difokuskan pada kemungkinan kesalahan

menghitung, kesalahan desimal, dan kesalahan konsentrasi pada penggunaan

sediaan oral, atau sediaan parenteral pada pasien pediatri (Cohen, 1999).

Tindakan nyata yang dapat dilakukan untuk mencegah medication error

oleh seorang farmasis adalah melakukan skrining resep yang dapat ditinjau dari

kelengkapan resep yang meliputi identitas dokter, identitas pasien, nama obat,

regimen dosis, serta kelengkapan administratif yang lain (Anonim d, 2004).

Beberapa cara perubahan yang dapat menurunkan angka kejadian ME pada fase

dispensing dengan mempertimbangkan keuntungan dan kerugian dari pendekatan

yang berbeda untuk penyimpanan produk di rak-rak apotek. Penyimpanan barang

serupa secara terpisah dilakukan upaya untuk menghindari kesalahan pengambilan

obat (Beso, Franklin dan Barber, 2005).

Persiapan Obat dan administrasi merupakan bagian dari prosedur

pengobatan, yang dapat mengurangi resiko terjadinya ME, yang melibatkan

langkah-langkah berikut; pengurangan gangguan dan interupsi selama pemberian

obat, wajib untuk memeriksa kembali obat oleh dua perawat yang terpisah

(terutama dalam obat berisiko tinggi, yang biasanya bertanggung jawab untuk

efek samping atau kesalahan), pelaksanaan "lima hak" (obat yang tepat, dosis

yang tepat, rute yang tepat, waktu yang tepat, pasien yang tepat) ketika

mempersiapkan obat (meskipun faktor ini berfokus pada kinerja individu dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

tidak mencerminkan kompleksitas prosedur pengobatan), pemisahan jelas obat

dengan kesamaan baik dalam warna atau nama, dengan meletakkan label LASA

(Look Alike Sound Alike),mengecek jika obat telah diadministrasikan kepada

pasien yang tepat (Athanasakis, 2012).

Academy of Managed Care Pharmacy (AMCP) menyatakan cara untuk

mencegah ME tidak hanya dari tenaga kesehatan, namun juga dapat dilakukan

oleh pasien sendiri. Tenaga harus memberikan pendidikan pasien yang memadai

tentang penggunaan yang tepat dari obat pasien untuk mencegah ME. Beberapa

hal yang dapat pasien lakukan untuk membantu mencegah ME adalah mengetahui

nama dan indikasi obat, membaca lembar informasi obat yang diberikan oleh

Apoteker, jangan berbagi obat dengan pasien lain, periksa tanggal kedaluwarsa

obat dan membuang obat kadaluarsa, pelajari tentang penyimpanan obat yang

tepat, simpan obat dari jangkauan anak-anak dan pelajari tentang interaksi obat

potensial dan peringatannya (AMCP, 2010).

D. Keterangan Empiris

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan presentasi angka

kejadian ME pada resep racikan pediatri yang terjadi pada fase dispensing dan

fase administration, bentuk ME, penyebab terjadinya ME, dan tindakan

pencegahan yang sudah dilakukan pada fase dispensing dan fase administration.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian observasional dengan

pendekatan rancangan penelitian cross-sectional yaitu tiap subyek penelitian

hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter

atau variabel subjek pada saat pemeriksaan (Notoadmodjo, 2012). Dalam

penelitian ini dipilih cross-sectional karena pengamatan peracikan satu resep, dan

pemberian informasi ke pasien dilakukan sekali saja dan evaluasi kesalahan

dilakukan langsung pada saat observasi. Penelitian observasional merupakan

penelitian yang tidak melakukan perlakuan atau intervensi dan hanya melakukan

pengamatan saja pada subjek yang diteliti. Penelitian observasional dilakukan

untuk melihat kejadian ME yang terjadi pada fase dispensing dan administration

dan self-reported dilakukan dengan wawancara terstruktur.

B. Variabel Penelitian

1. Angka kejadian medication error dan bentuk medication error pada resep

racikan pasien pediatri pada fase dispensing dan fase administration.

2. Penyebab terjadinya medication error pada resep racikan pasien pediatri pada

fase dispensing dan fase administration.

3. Tindakan pencegahan medication error yang sudah dilakukan pada fase

dispensing dan fase administration pada resep racikan pasien pediatri.

16
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

C. Definisi Operasional

1. Medication error (ME) pada penelitian ini diartikan sebagai kesalahan yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan pada fase dispensing dan administration.

Kejadian ME pada fase dispensing diungkap melalui observasi langsung

proses peracikan yang terjadi di Instalasi Farmasi di Instalasi Rawat Inap II

(IRNA II) dan administration diungkap dengan menganalisis hasil

wawancara terstruktur dengan orangtua pasien pediatri.

2. Jenis atau bentuk ME pada resep racikan yang diteliti dalam penelitian ini

adalah ME pada fase dispensing dan fase adminstration yang dijelaskan pada

poin 5 dan 6.

3. Penyebab terjadinya ME adalah faktor - faktor yang memicu terjadinya ME,

yang diungkapkan melalui wawancara terstruktur kepada Apoteker, asisten

Apoteker, orangtua pasien dan perawat.

4. Tindakan pencegahan ME yang telah dilakukan adalah upaya yang dilakukan

oleh pihak RSUP Dr. Sardjito untuk mencegah terjadinya ME pada fase

dispensing dan administration yang diungkap melalui wawancara tersturuktur

kepada Apoteker, asisten Apoteker, dan perawat.

5. Fase dispensing adalah kesalahan yang terjadi saat proses peracikan obat

yang meliputi tahap penulisan etiket, pengambilan obat, peracikan,

pengemasan.

6. Fase administration adalah kesalahan yang terjadi saat proses penggunaan

obat oleh orangtua pasien pediatri kepada pasien pediatri.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

7. Resep racikan adalah setiap R/ dengan satu atau lebih dari satu komponen

obat dan memerlukan proses peracikan maupun perubahan bentuk sediaan

obat yang ada pada setiap lembar resep pada periode Februari 2014.

8. Pembaca resep adalah semua tenaga kefarmasian di Instalasi Farmasi IRNA

II RSUP Dr. Sardjito, yaitu Apoteker dan Asisten Apoteker yang menangani

resep racikan yang digunakan dalam penelitian ini.

9. Peracik obat adalah semua tenaga kefarmasian seperti Apoteker maupun

Asisten Apoteker yang memiliki kewenangan untuk meracik obat di Instalasi

Farmasi IRNA II RSUP Dr. Sardjito.

10. Pasien pediatri adalah pasien anak-anak yang berobat di IRNA II RSUP Dr.

Sardjito yang berumur dibawah 12 tahun di ruang melati II dan melati IV.

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian Medication error Resep Obat Racikan pada Pasien Pediatri

Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito periode Februari 2014 (Tinjauan fase dispensing

dan fase administration) dilakukan di IRNA II dan Instalasi Farmasi IRNA II

pada periode Februari 2014 yang dilakukan dari tanggal 5 Februari 2014 pada jam

10.00 - 13.00 WIB setiap hari Senin - Sabtu, kecuali hari Jumat dari jam 10.00 -

12.00 WIB.

E. Objek dan Subjek Penelitian

Objek penelitian ini adalah resep racikan (R/) pasien pediatri yang

diracik oleh Apoteker dan asisten Apoteker dibawah pengawasan Apoteker yang

berwenang pada periode Februari 2014. Kriteria inklusi untuk objek penelitian ini

adalah resep racikan (R/) untuk pasien pediatri dan resep hanya berisi obat yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

memerlukan proses peracikan baik pencampuran maupun perubahan bentuk

sediaan obat. Kriteria eksklusi untuk objek penelitian ini adalah resep obat non-

racikan dan obat injeksi.

Subjek dalam penelitian ini adalah Apoteker, Asisten Apoteker di

Instalasi Farmasi IRNA II di RSUP Dr. Sardjito. Orangtua pasien pediatri yang

anaknya mendapatkan obat racikan di IRNA II ruang rawat inap Melati II dan

Melati IV pada periode Februari 2014 yang bersedia memberikan informasi dan

terlibat dalam penelitian ini. Perawat yang menangani pasien di IRNA II Melati II

dan Melati IV yang bersedia memberikan informasi dan terlibat dalam penelitian

ini.

Subjek dan objek yang diteliti diambil dengan menggunakan teknik

accidental sampling. Subjek dan objek yang diambil adalah subjek dan objek

yang dapat diteliti pada saat waktu penelitian berlangsung. Penelitian dilakukan

pada saat jam yang telah ditentukan yaitu setiap jam 10.00-13.00 WIB.

F. Metode Pengambilan Data

1. Angka kejadian dan bentuk medication error serta penyebab terjadinya ME

pada resep racikan pediatri pada fase dispensing dan fase administration

diperoleh dengan:

a. Fase dispensing diperoleh dengan cara observasi langsung pada proses

peracikan sampai penyerahan obat.

b. Fase administration dilakukan dengan cara wawancara tersturuktur

dengan orangtua pasien pediatri.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

2. Faktor penyebab dan tindakan pencegahan medication error pada fase

dispensing diperoleh dengan menggunakan wawancara tersturuktur yang

ditunjukan kepada Apoteker dan asisten Apoteker di Instalasi Farmasi IRNA

II. Sedangkan fase administration untuk faktor penyebabnya diperoleh

dengan wawancara terstruktur dengan orangtua pasien pediatri di IRNA

Melati II dan Melati IV dan tindakan pencegahan pihak RSUP Dr. Sardjito

dilakukan wawancara terstruktur dengan perawat di IRNA Melati IV.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar

observasi yang memuat memuat hal yang perlu dilakukan dalam tahap dispensing,

panduan wawancara terstruktur dan Inform consent yang memuat ketersediaan

subyek untuk di ikutkan dalam penelitian. Lembar observasi dibuat mengacu

kepada KEPMENKES RI No.1197/MENKES/SK/X/2004 tentang Standar

Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit. Pendoman wawancara disusun dengan melalui

tahap-tahap:

1. Penyusunan panduan wawancara

Panduan wawancara dibuat dengan memuat pertanyaan-pertanyaan yang

berkaitan dengan ME meliputi pertanyaan mengenai penyebab terjadinya ME dan

usaha yang telah dilakukan sebagai upaya pencegahan ME. Pertanyaan-

pertanyaan tersebut diberikan kepada Apoteker, asisten Apoteker, orangtua pasien

pediatri dan perawat yang terdapat pada fase dispensing dan administration. Pada

fase administration juga dibuat pertanyaan yang berkaitan mengenai ME yang


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

terjadi pada pasien pediatri dan penyebab terjadinya kejadian ME pada pasien

pediatri yang menimbulkan ME pada fase administration.

2. Validasi pertanyaan

Validasi isi dilakukan dengan cara validasi by expert adjustment yang

meliputi validasi muka dan validasi isi untuk memastikan pertanyaan-pertanyaan

yang telah dibuat bisa digunakan untuk memperoleh informasi yang diharapkan,

sesuai dengan tujuan penelitian. Pertanyaan-pertanyaan tersebut juga harus jelas

dan tidak membingungkan. Jika pertanyaan yang telah dibuat tidak sesuai dengan

tujuan yang diharapkan, maka peneliti harus merevisi kembali pertanyaan yang

belum sesuai.

3. Penyusunan lembar inform consent

Lembar inform consent yang dibuat memuat ketersediaan subjek

penelitian dalam mengikuti penelitian dan perjanjian bahwa selama penelitian

subyek mau memberikan informasi yang dibutuhkan dengan sebenar-benarnya

tanpa ada manipulasi.

H. Tata Cara Penelitian

Ada empat tahapan yang dijalani dalam penelitian ini, yaitu tahap

observasi awal, tahap permohonan izin, orientasi dan pengumpulan data.

1. Observasi awal

Tahap ini dilakukan pembuatan proposal penelitian dan kunjungan ke

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta untuk mengetahui persyaratan untuk melakukan

penelitian dan cara memperoleh data.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

2. Permohonan izin

Tahap ini dilakukan setelah observasi. Pada observasi diperoleh

informasi bahwa untuk memperoleh data diperlukan persyaratan seperti proposal,

surat izin penelitian dari Universitas Sanata Dharma dan ethical clearance.

Permohonan izin pembuatan ethical clearance diperlukan karena penelitian ini

melibatkan manusia sebagai responden. Permohonan ijin ethical clearence

dilakukan dengan mengajukan proposal penelitian ke Komisi Etik Penelitian

Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada

Yogyakarta dengan nomor protokol ethical clearence: KE/13/12/2013.

Permohonan izin penelitian juga di ajukan ke RSUP Dr. Sardjito. Permohonan

diperlukan untuk memperoleh ijin penelitian dari pihak RSUP Dr. Sardjito, dan di

dapatkan surat keterangan penelitian dari RSUP Dr. Sardjito dengan nomor surat:

LB.02.01/II.2/15078-1/2014.

3. Orientasi

Orientasi dilakukan selama satu hari pada tanggal 3 Februari 2014,

orientasi dilakukan untuk mengetahui proses pelayanan obat yang terjadi di

Instalasi Farmasi IRNA II. Setelah proses pelayanan obat diketahui, kemudian

dapat disusun lembar observasi yang sesuai dan memungkinkan untuk di

observasi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

4. Pengumpulan data

a. Data kuantitatif.

1) Data kuantitatif fase dispensing

i. Observasi langsung kepada Apoteker yang sedang melakukan proses

dispensing resep racikan pasien pediatri pada saat penelitian dilakukan.

Menggunakan bantuan lembar observasi yang memuat hal yang perlu

dilakukan dalam peracikan untuk mengetahui jumlah medication error

yang terjadi pada tahap ini. Dari observasi didapatkan 155 resep yang

dapat di ikuti.

ii. Kesalahan yang terjadi selama proses dispensing dicatat dan digunakan

sebagai data untuk mengetahui persentase medication error pada fase

dispensing.

2) Data kuantitatif fase administration

i. Wawancara dengan wawancara terstruktur dilakukan kepada orangtua

pasien pediatri yang anaknya berobat dan mendapatkan terapi obat

racikan di IRNA II ruang Melati II dan Melati IV RSUP Dr. Sardjito

Yogyakarta. Wawancara dilakukan dengan 9 orangtua pasien pediatri

yang bersedia diwawancara.

ii. Pelaksanaan wawancara dilakukan kurang lebih selama 15 menit.

iii. Setelah wawancara terjawab seluruhnya, hasil wawancara dibawa oleh

peneliti dan digunakan sebagai data penunjang dari data yang diperoleh

pada observasi langsung.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

b. Data Kualitatif.

Pengumpulan data kualitatif dilakukan dengan menggunakan wawancara

terstruktur kepada Apoteker, asisten Apoteker dan perawat yang pernah

menangani resep racikan pasien pediatri. Data yang diperoleh digunakan

sebagai data untuk menjawab masalah yang terkait dengan penyebab dan usaha

pencegahan medication error.

I. Tata Cara Analisis Hasil

1. Data kuantitatif fase dispensing

Kejadian medication error yang terjadi pada fase dispensing didapatkan

dengan cara:

total resep yang terdapat ME pada fase dispensing


presentase ME = x 100%
total resep obat racikan yang diobservasi

2. Data kuantitatif fase Administration

Kejadian kesalahan pada fase administration didapatkan dengan cara:

total observasi yang terdapat error pada fase administration


presentase ME= x 100%
total proses administration yang diobservasi

Total observasi yang terdapat error pada fase administration adalah satu

kejadian ME pada satu proses administration dihitung satu kesalahan, walaupun

ME yang terjadi pada satu proses yang dilakukan oleh orangtua pasien ditemukan

lebih dari satu kesalahan.

3. Data kualitatif

Pernyataan yang diberikan oleh Apoteker, asisten Apoteker, orangtua

pasien pediatri dan perawat mengenai penyebab dan usaha pencegahan medication

error disusun dalam lampiran terpisah. Pernyataan yang diperoleh digunakan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

sebagai data penunjang untuk membantu mengidentifikasi faktor penyebab, usaha

pencegahan ME yang sudah dilakukan dan usaha perbaikan yang sebaiknya

dilakukan.

J. Keterbatasan dalam Penelitian

Keterbatasan penelitian yang dihadapi:

1. Pada fase dispensing pertama dilakukan penulisan etiket yang dilakukan

oleh Apoteker. Proses yang dilakukan setelah penulisan etiket adalah

melakukan input data dari kartu informasi pemberian obat (KIPO) ke

komputer, sementara Asisten Apoteker pada waktu yang bersamaan

melakukan peracikan obat berdasarkan etiket yang dibuat oleh Apoteker,

kedua proses tersebut juga dilakukan di tempat yang berbeda sehingga pada

saat observasi tidak dapat dilakukan pencocokan apakah obat yang tertulis

di KIPO dan di etiket sudah sesuai atau tidak. Selain itu juga karena input

data dan peracikan dilakukan bersamaan menyebabkan penulisan R/ asli

tidak dapat ditampilkan karena peneliti tidak dapat melihat KIPO yang ada.

2. Pada penelitian tidak dapat dilakukan pencocokan terhadap obat yang

didapat pasien dengan informasi mengenai obat yang disampaikan orangtua

pasien kepada peneliti, informasi obat yang didapat hanya berdasarkan

informasi yang berdasarkan ingatan orangtua pasien saja, hal ini

dikarenakan obat diberikan oleh pihak perawat pada saat jam minum obat

saja, sehingga peneliti tidak dapat memastikan apakah informasi yang

disampaikan oleh orangtua pasien benar atau tidak.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

3. Wawancara yang dilakukan dengan Apoteker, Asisten Apoteker, Orangtua

pasien pediatri dan Perawat memungkinkan adanya informasi yang

diberikan berdasarkan personal bias, responden mungkin memaparkan hal

yang baik-baik saja.

4. Penyimpanan obat di IRNA II disimpan di lemari tertutup sehingga peneliti

tidak dapat melihat kondisi penyimpanan yang terjadi di dalam lemari obat,

sehingga pada fase administration peneliti tidak dapat memastikan apakah

penyimpanan obat di IRNA II sudah baik atau tidak.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian mengenai “Medication error Resep Obat Racikan Pasien

Pediatri Rawat Inap di RSUP Dr. Sardjito pada Periode Februari 2014 (Tinjauan

Fase Dispensing dan Fase Administration)” dilakukan dengan mengobservasi

resep racikan pasien pediatri dan wawancara dengan Apoteker dan asisten

Apoteker di Instalasi Farmasi Instalasi Rawat Inap II, perawat dan orangtua pasien

pediatri di Instalasi Rawat Inap II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Bagian-bagian

yang dibahas sebagai berikut:

A. Bentuk medication error dan angka kejadian medication error pada


resep racikan pasien pediatri pada fase dispensing dan fase
administration.

Medication error (ME) adalah kejadian kesalahan pada proses

pengobatan yang dapat merugikan pasien, yang sebenarnya masih dalam tahap

pengawasan dan penanganan tenaga kesehatan yang seharusnya dapat dicegah.

Melalui observasi, dapat diketahui tahap-tahap yang berlangsung selama

pelayanan resep adalah sebagai berikut:


Skrining resep Pengetikan di komputer Penulisan etiket

Pengemasan Peracikan Pengambilan obat Rekalkulasi dosis

Pelabelan Penyerahan obat ke perawat Pemeriksa ulang oleh perawat

Penyerahan obat kepada pasien oleh perawat

Gambar 1. Tahap Pelayanan Resep di Instalasi Farmasi Instalasi


Rawat Inap II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

27
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

1. Fase dispensing

Angka kejadian Medication error (ME) resep obat racikan untuk pasien

pediatri, diketahui 41 resep teridentifikasi ME dari 155 resep racikan yang

teramati. Angka kejadian ME pada fase dispensing sebesar 26,5% dari 155 total

resep. Resep yang tidak teridentifikasi ME sebanyak 114 resep atau 73,5% dari

155 resep racikan yang teramati. Data yang didapat menunjukkan bahwa kejadian

ME yang ditemukan lebih kecil dibandingkan dengan resep yang tidak ditemukan

ME. Menurut penelitian (Lisby., et al, 2005) ME yang ditemukan di Rumah Sakit

Aarhus University ditemukan ME pada fase dispensing sebanyak 22 error dari

538 resep, dengan presentase kejadian 4%. Perbedaan hasil yang ditemukan tidak

dapat dibandingkan secara spesisifik dikarenakan lokasi penelitian, populasi

penelitian, tata cara penelitian dan obat yang di amati berbeda.

26,5% R/ yang
teridentifikasi ME
R/ yang tidak
73,5% teridentifikasi ME

Gambar 2. Diagram perbandingan resep racikan yang teridentifikasi


medication error dan tidak teridentifikasi medication error pada fase
dispensing

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di Instalasi Farmasi Instalasi

Rawat Inap II (IRNA II) RSUP Dr. Sardjito selama bulan Februari didapatkan 155

resep yang bisa diikuti pada fase dispensing, dari 155 resep didapatkan sebanyak
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

41 resep yang teridentifikasi ME. Sementara terdapat 44 kesalahan yang

ditemukan dari 41 resep tersebut, dari data terdapat 3 resep yang didalamnya

terjadi 2 kesalahan. Bila diuraikan error yang terjadi tersebut adalah sebagai

berikut:

68,20%

80,00% 27,30%
60,00% 4,50%
40,00%
20,00%
0,00%
Kesalahan kesalahan Kesalahan
penulisan pengambilan pembuatan
etiket obat bentuk sediaan
obat

Bentuk - bentuk kesalahan ME

Gambar 3. Medication error pada fase dispensing di Instalasi Farmasi


Instalasi Rawat Inap II RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2014

Kesalahan yang terjadi pada fase dispensing di RSUP Dr. Sardjito

diuraikan sebagai berikut:

a. Kesalahan Penulisan etiket.

Pada gambar 2 diketahui kejadian ME yang paling sering terjadi selama

penelitian adalah kesalahan penulisan etiket yang merupakan fase awal dari proses

dispensing, dari 44 kesalahan yang didapat selama observasi dinyatakan 30

kesalahan yang terjadi pada penulisan etiket, dengan presentase 68,2% kesalahan

dari total 44 kesalahan. Kesalahan tersebut adalah sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

Tabel II. Kesalahan Penulisan Etiket di Instalasi Farmasi Instalasi Rawat


Inap II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada Periode Februari 2014

No Macam Kesalahan Jumlah Presentase


kesalahan kesalahan (N= 44)%
1 Kesalahan Penulisan Nama Obat 1 2,3%
2 Kesalahan Penulisan Kekuatan Obat 3 6,8%
3 Kesalahan Penulisan Aturan Pakai 24 54,5%
Obat
4 Kesalahan Penulisan Bentuk Sediaan 2 4,5%
Obat

Pada penulisan etiket ditemukan kesalahan nama obat, kesalahan tersebut

ditemukan pada satu etiket dengan angka kejadian 2,3% dari 44 kesalahan yang

terjadi. Kesalahan pada penulisan nama obat dapat mempengaruhi proses

peracikan dan jika kesalahan ini tidak ditangani dapat mengakibatkan kesalahan

pada proses administration. Kesalahan tersebut dapat menyebabkan error

dikarenakan ada nama obat yang hampir sama, contohnya cetirizin dengan

ceftriaxon, klonidin dengan konidin®, dimana kedua obat ini memiliki indikasi

yang berbeda. Konidin® merupakan obat batuk sementara klonidin merupakan

obat antihipertensi. Kesalahan ini berakibat fatal karena jika sampai ke tangan

pasien dapat menyebabkan pasien mendapatkan terapi yang tidak sesuai dengan

diagnosis yang ditegakkan. Kesalahan penulisan nama obat yang dimaksud

sebagai berikut:

Tabel III. Kesalahan Penulisan Etiket pada Penulisan Nama Obat di


Instalasi Farmasi Instalasi Rawat Inap II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
pada Periode Februari 2014

No Etiket Kesalahan yang terjadi


1 cetirisi 2 mg cetirizin di tulis cetirisi
1x 1 bungkus sehari
Dibuat 5 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

Berdasarkan hasil observasi ditemukan kesalahan pada tiga etiket.

Ditemukan bahwa pada ketiga etiket ini, Apoteker yang menulis etiket tidak

menuliskan kekuatan obat yang dimaksud. Kesalahan yang ditemukan adalah

sebagai berikut:

Tabel IV. Kesalahan Penulisan Etiket pada Penulisan Kekuatan Obat di


Instalasi Farmasi Instalasi Rawat Inap II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
pada Periode Februari 2014

No Etiket Kesalahan yang terjadi


1 captopril 2 gram mg ditulis gram, namun yang diambil mg
2x 1 bungkus sehari
Dibuat 12 bungkus
2 Phenobarbital Tidak ada kekuatan dan aturan pakai obat,
penanganannya Asisten Apoteker (AA) menanyakan
dosis ke Apoteker, kekuatannya 5mg
3 piracetam 210 mg 200 mg ditulis 210 mg, namun AA menanyakan
2x1 bungkus sehari kepada Apoteker untuk memastikan kekuatan yang
Dibuat 12 bungkus dimaksud, jadi yang diambil 200 mg

Kesalahan penulisan kekuatan obat merupakan hal yang fatal dilakukan,

karena kesalahan ini dapat menyebabkan peracik obat salah dalam meracik obat

yang dimaksud oleh dokter. Jika kesalahan penulisan kekuatan obat terjadi dapat

menyebabkan kesalahan kalkulasi dosis yang dapat mengakibatkan kesalahan

pengambilan jumlah obat. Dengan demikian dapat menyebabkan pasien mendapat

dosis yang tidak sesuai dengan terapi yang diharapkan. Jika peracik obat tidak

teliti dan membiarkan saja kesalahan ini terjadi, hal ini dapat berpengaruh

terhadap patient safety, khususnya jika kejadian ini terjadi kepada pasien pediatri

yang dosisnya perlu diperhatikan dengan teliti.

Dosis obat yang kurang dari kadar efek minimum dapat menyebabkan obat

tidak berefek, sedangkan dosis yang melebihi kadar efek maksimum dapat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

memberikan efek toksik. Selama penelitian, jika Asisten Apoteker (AA) dalam hal

ini yang bertugas meracik obat racikan menemukan etiket yang tidak ada kekuatan

obatnya, AA segera melakukan konfirmasi kepada Apoteker yang menulis etiket

untuk memastikan kekuatan obat yang diinginkan. Karena AA juga kebingungan

dalam meracik obat jika dosis obatnya tidak diketahui, sehingga membingungkan

berapa obat yang harus diambil.

Kesalahan yang juga terjadi pada penulisan etiket adalah kesalahan

penulisan aturan pakai obat. Kesalahan ini merupakan kesalahan yang paling

besar terjadi yaitu 54,5% dari 44 kesalahan atau sebanyak 24 kesalahan.

Berdasarkan data hasil observasi, diketahui kesalahan pada penulisan aturan pakai

obat dikarenakan Apoteker yang menulis etiket tidak menuliskan aturan pakai

obat. Aturan pakai obat adalah hal yang sangat penting tercantum di etiket, karena

jika aturan pakai obat tidak ditulis di etiket, hal ini bisa saja sebagai faktor

terjadinya medication error pada pasien karena ketidaktahuan pasien dan perawat

terhadap aturan pakai obat yang harusnya dapat dicegah karena proses penulisan

aturan pakai ini masih dalam pengawasan tenaga farmasi yang berwenang.

Kesalahan penulisan aturan pakai obat yang ditemukan adalah sebagai berikut:

Tabel V. Kesalahan Penulisan Etiket pada Penulisan Aturan Pakai Obat di


Instalasi Farmasi Instalasi Rawat Inap II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
pada Periode Februari 2014

No Etiket Kesalahan yang terjadi


1 paracetamol 120 mg Tidak ada aturan pakai obat
luminal ¼ tablet
Dibuat 20 bks
2 metilprednisolon 1 mg Tidak ada aturan pakai obat
Dibuat 12 bungkus
3 azitromisin 50 mg Tidak ada aturan pakai obat
Dibuat 5 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Tabel lanjutan
4 phenobarbital 25 mg Tidak ada aturan pakai obat
chlorpromazin 6 mg
Dibuat 6 bungkus
5 paracetamol 150 mg Tidak ada aturan pakai dan jumlah obat yang
luminal 15 mg harus dibuat, AA menanyakan ke Apoteker,
aturan pakai jadi 2x sehari 1 bungkus, dibuat
10 bungkus
6 salbutamol 0,4 mg Tidak ada aturan pakai minum obat
Dibuat 10 bungkus
7 paracetamol 160 mg Tidak ada aturan pakai minum obat
luminal 16 mg
Dibuat 19 bungkus
8 paracetamol 140 mg Tidak ada aturan pakai minum obat
Dibuat 10 bungkus
9 paracetamol 200 mg Tidak ada aturan pakai minum obat
phenobarbital 20 mg
Dibuat 10 bungkus
10 paracetamol 150 mg Tidak ada aturan pakai minum obat
phenobarbital 15 mg
Dibuat 10 bungkus
11 paracetamol 140 mg Tidak ada aturan pakai minum obat
luminal 10 mg
Dibuat 21 bungkus
12 paracetamol 160 mg Tidak ada aturan pakai minum obat
luminal 16 mg
Dibuat 22 bungkus
13 paracetamol 90 mg Tidak ada aturan pakai minum obat
Dibuat 11 bungkus
14 Phenobarbital Tidak ada aturan pakai minum obat
paracetamol 130 mg Tidak ada aturan pakai minum obat
15 luminal 13 mg
Dibuat 11 bungkus
16 paracetamol 160 mg Tidak ada aturan pakai minum obat
phenobarbital 16 mg
Dibuat 19 bungkus
17 paracetamol 250 mg Tidak ada aturan pakai minum obat
phenobarbital 25 mg
Dibuat 10 bungkus
18 metilprednisolon 4 mg Tidak ada aturan pakai minum obat
Dibuat 8 bungkus
19 paracetamol 130 mg Tidak ada aturan pakai minum obat
luminal 13 mg
Dibuat 20 bungkus
20 salbutamol 1 mg Tidak ada aturan pakai minum obat
Dibuat 12 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

Tabel lanjutan
21 diazepam 2,5 mg Tidak ada aturan pakai minum obat
Dibuat 8 bungkus
22 diazepam 5 mg Tidak ada aturan pakai minum obat
Dibuat 6 bungkus
23 paracetamol 200 mg Tidak ada aturan pakai minum obat
luminal 25 mg
Dibuat 12 bungkus
24 paracetamol 90 mg Tidak ada aturan pakai minum obat
Dibuat 11 bungkus

Selain kesalahan etiket pada penulisan nama obat, kekuatan dan aturan

pakai obat, juga ditemukan kesalahan penulisan etiket pada penulisan bentuk

sedian obat. Kesalahan penulisan bentuk sediaan obat ini jika terjadi dapat

menggangu tujuan terapi yang maksud oleh dokter. Berdasarkan hasil observasi

ditemukan kesalahan penulisan bentuk sediaan obat sebagai berikut:

Tabel VI. Kesalahan Penulisan Etiket Pada Penulisan Bentuk Sediaan Obat
di Instalasi Farmasi Instalasi Rawat Inap II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
pada Periode Februari 2014

No Etiket Kesalahan yang terjadi


1 paracetamol 400 mg Bungkus ditulis tablet
1x1 tablet sehari
Dibuat 5
2 rifampisin 450 mg Bungkus ditulis tablet
1x1 tablet sehari
Sebelum makan

Dari dua data diatas, di etiket ditulis bentuk sediaan obat yang dibuat

adalah tablet, namun AA melakukan konfirmasi kepada Apoteker bentuk sediaan

apa yang sebenarnya dimaksud pada etiket, karena jika diteliti lebih lanjut,

paracetamol tablet kekuatannya hanya ada yang 500 mg. Obat rifampisin karena

di Instalasi Farmasi IRNA2 lebih banyak melayani resep untuk anak dalam hal ini

pasien pediatri, AA mengkofirmasi apakah benar obat rifampisin yang dimaksud


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

adalah tablet, setelah dikonfirmasi diketahui Apoteker salah menulis bentuk

sediaan dan sediaan yang dimaksud adalah puyer.

b. Kesalahan Pengambilan Obat.

Tabel.VII. Kesalahan Pengambilan Obat di Instalasi Farmasi Instalasi


Rawat Inap II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada Periode Februari 2014

No Macam Kesalahan Jumlah Presentase


kesalahan kesalahan (N= 44) %
1 Salah ambil Obat 1 2,3
2 Salah ambil jumlah obat 1 2,3

Medication error yang terjadi karena kesalahan pengambilan obat dari

hasil observasi diketahui merupakan kesalahan yang paling kecil terjadi yaitu 2

kesalahan dari 44 kesalahan yaitu 4,5%. Sedangkan penelitian Hinlandao (2008)

menunjukkan kesalahan pada pengambilan sebesar 6,8% dari 456 resep. Hal ini

menunjukkan bahwa kesalahan saat pengambilan obat pasti pernah terjadi,

kesalahan pengambilan obat dikarenakan kurangnya ketelitian peracik saat

melakukan persiapan peracikan obat.

Sekecil apapun kesalahan yang terjadi, hal ini tetap dapat membahayakan

pasien, karena menimbulkan potensi besar untuk terjadinya ME. Kesalahan

pengambilan obat yang terjadi disebabkan karena pada tahap ini pengambilan obat

dilakukan berdasarkan pembacaan dari etiket yang ditulis Apoteker, tidak

berdasarkan pembacaan langsung dari KIPO ataupun resep asli. Berdasarkan hasil

observasi diketahui kesalahan yang terjadi pada pengambilan obat adalah sebagai

berikut :
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

Tabel VIII. Kesalahan Pengambilan Obat Pada Pengambilan Jenis obat di


Instalasi Farmasi Instalasi Rawat Inap II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
pada Periode Februari 2014

No Etiket Kesalahan yang terjadi


1 captopril 0,6 mg AA mengambil salbutamol, namun bisa
2x1 bungkus sehari ditangani , obat kemudian diganti dengan
Dibuat 21 bungkus captopril

Selama observasi ditemukan kasus kesalahan pengambilan obat seperti

data pada tabel VIII. Hal tersebut jika tidak dikerjakan dengan teliti dan tidak

segera ditangani, dapat menyebabkan ME yang sangat fatal, karena dilihat dari

indikasinya, obat salbutamol dan captopril sangatlah berbeda. Salbutamol

diindikasikan untuk penyakit asma sedangkan captopril diindikasikan untuk

penyakit hipertensi. Jika kesalahan ini sampai ke tangan pasien, dapat terjadi hal

yang tidak diinginkan, karena obat terapi yang di inginkan tidak tepat sasaran.

Kesalahan yang juga terjadi saat pengambilan obat adalah

Tabel IX. Kesalahan Pengambilan Obat pada Pengambilan Jumlah obat di


Instalasi Farmasi Instalasi Rawat Inap II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
pada Periode Februari 2014

No Etiket Kesalahan yang terjadi


1 captopril 4 mg Diambil 4 tablet captopril 25 mg, harusnya 2
2x sehari 1 bungkus tablet 25 mg. Ditangani jumlah obat dikurangi
Dibuat 12 bungkus menjadi 2 tablet.

Kesalahan pengambilan jumlah obat juga terjadi selama proses dispensing.

Seperti diketahui dari tabel diatas, di resep dituliskan captopril 4 mg dan dibuat 12

bungkus. Jika dihitung 4 mg x 12 bungkus = 48 mg. Jika AA ingin menggunakan

captopril 25 mg, maka obat yang diambil adalah sebanyak 2 tablet, namun diawal

AA mengambil 4 tablet captopril 25 mg, hal ini tentu saja sangat jauh dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

perhitungan dosis yang sebenarnya. Kesalahan pengambilan jumlah obat ini

disadari oleh AA, kemudian AA mengurangi jumlah tablet yang diambil 2 tablet.

Bila diteliti lebih lanjut, kesalahan ini terjadi karena letak obat captopril 25 mg

yang berdampingan dengan dosis captopril 12,5 mg. Dimungkinkan AA

sebelumnya ingin mengambil captopril 12,5 mg sebanyak 4 tablet, namun kurang

teliti sehingga dosis obat yang diambil salah. Kesalahan juga ditemukan dari tabel

IX yaitu adanya ketidaktepatan dosis dan peracikan, seharusnya resep pada tabel

IX bila dikalkulasi captopril 4 mg x 12 bungkus = 48 mg. Tablet captopril yang

diambil adalah captopril 25 mg sejumlah 2 tablet dengan dosis 50 mg. Hal ini

menunjukkan adanya ketidaktepatan dosis saat peracikan karena tidak dilakukan

pengenceran dosis. Pengenceran dosis perlu dilakukan agar ketepatan dosis dapat

tercapai.

c. Kesalahan dalam membuat bentuk sediaan obat.

Tabel X. Kesalahan dalam membuat Bentuk Sediaan Obat di Instalasi


Farmasi Instalasi Rawat Inap II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta pada
Periode Februari 2014

No Macam Kesalahan Jumlah Presentase


kesalahan kesalahan (N= 44) %
1 Kesalahan pengemasan 2 4,5 %
2 Kesalahan saat peracikan 10 22,7 %

Berdasarkan hasil observasi, kesalahan yang terjadi dalam membuat

bentuk sediaan obat ditemukan ada 12 kesalahan dari 44 kesalahan yang terjadi.

Kesalahan yang terjadi adalah kesalahan pada pengemasan dan peracikan obat,

kedua jenis kesalahan tersebut di uraikan sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

Tabel XI. Kesalahan dalam Membentuk Sediaan Obat pada Pengemasan

No Etiket Kesalahan yang terjadi


1 KCL 200mg AA membuatnya 20 bungkus KCL,
2x1 bungkus sehari seharusnya 10 bungkus, namun bisa ditangani
Dibuat 10 bungkus dengan dijadikan jadi 10 bungkus.
2 ranitidin 50mg AA mengemas obat menjadi 10 bungkus,
3x sehari 1 bungkus seharusnya 9 bungkus. Namun bisa ditangani
Dibuat 9 bungkus dengan membuat ulang sediaan

Berdasarkan hasil observasi diketahui kesalahan pengemasan terjadi

dikarenakan kurangnya ketelitian saat membaca etiket yang akan diracik.

Kesalahan pengemasan yang ditemukan sebesar 4,5% dari 44 kesalahan.

Sedangkan pada penelitian Hinlandou (2008) kesalahan pengemasan yang terjadi

sebesar 0,2% dari 456 resep. Pada penelitian yang dilakukan Hinlandou kesalahan

yang ditemukan dikarenakan kesalahan yang terjadi saat memasukan obat ke

kemasan dengan label yang salah sehingga obat yang dikemas tertukar.

Sedangkan pada penelitian yang penulis lakukan kesalahan pengemasan terjadi

karena kurangnya ketelitian. Kurangnya ketelitian dalam proses pengemasan ini

menyebabkan kesalahan pada jumlah obat racikan yang harusnya dikemas.

Berdasarkan data pada tabel IX jika obat sampai ditangan pasien, dapat

menyebabkan tujuan terapi yang diinginkan tidak tercapai, hal ini dikarenakan

kesalahan pengemasan yang menyebabkan dosis obat menjadi berkurang.

Kesalahan yang selanjutnya terjadi selama membuat bentuk sediaan obat

adalah:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

Tabel XII. Kesalahan Dalam Bentuk Sediaan Obat pada Saat Peracikan di
Instalasi Farmasi Instalasi Rawat Inap II RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
pada Periode Februari 2014

No Etiket Kesalahan yang terjadi


1 cotrimoksazole 180mg Racikan berhamburan di meja sehingga
2x1 bungkus sehari mempengaruhi dosis obat.
Dibuat 12 bungkus
2 amfetamin 20mg Racikan berhamburan di meja
1x1 bungkus sehari
Dibuat 5 bungkus
3 ulsidex 125mg Racikan berhamburan di meja
3x1 bungkus sehari
Dibuat 12 bungkus
4 captopril 18mg Pecahan tablet jatuh kelantai saat digerus
2x1 bungkus sehari
Dibuat 16 bungkus
5 phenobarbital 25mg Racikan berhamburan di meja
Clorpromazin 6mg
Dibuat 6 bungkus
6 piracetam 210mg Racikan berhamburan di meja
2x1 bungkus sehari
Dibuat 12 bungkus
7 metilprednisolon 2mg Racikan berhamburan di meja
3x1 bungkus sehari
Dibuat 8 bungkus
8 ranitidin 50mg Racikan berhamburan terkena baju
2x1 bungkus sehari
Dibuat 25 bungkus
9 cotrimoksazole 360mg Pecahan tablet terlempar dari mortir
2x1bungkus sehari
Dibuat 10 bungkus
10 phenobarbital 12,5mg Racikan berhamburan saat dimasukan ke
2x1 kapsul sehari kapsul
Dibuat 10 kapsul

Berdasarkan hasil observasi ditemukan 22,7% dari 44 kesalahan.

kesalahan saat peracikan yang paling banyak terjadi adalah obat yang diracik

berhamburan dan dikarenakan obat yang keluar dari mortir saat digerus. Hal ini

tentu saja dapat berpengaruh terhadap dosis awal, karena obat yang berhamburan

dapat mempengaruhi dosis, sehingga dosis awal yang seharusnya tepat justru
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

berkurang karena proses peracikan yang tidak hati-hati. Pada penelitian Hinlandou

(2008) kesalahan peracikan ditemukan sebesar 4,6% dari 456 resep. Kesalahan

yang terjadi pada penelitian Hinlandou dikarenakan obat tumpah saat

pengemasan, pengambilan kekuatan sirup berdasarkan perkiraan, pencampuran

obat yang tidak homogen dan pembulatan obat yang tidak tepat. Berdasarkan hasil

penelitian, jika data-data diatas digabungkan maka, didapatkan bentuk diagram

kesalahan sebagai berikut :

54,50%
60,00%
50,00%
40,00%
30,00% 22,70%
20,00% 6,80% 4,50% 2,30% 2,30% 4,50%
2,30%
10,00%
0,00%

Bentuk Medication error

Gambar 4. Medication error pada fase dispensing di Instalasi Farmasi Rawat


Inap II RSUP Dr. Sardjito Periode Februari 2014

Pada gambar 4 ditunjukkan bahwa kesalahan yang paling tinggi terjadi

pada penulisan aturan pakai. Aturan pakai yang tidak ditulis pada etiket dapat

menyebabkan ME, karena dapat menyebabkan kesalahan penggunaan obat oleh

pasien. Selain itu juga tidak adanya aturan pakai pada etiket mengurangi informasi

penting yang harusnya diketahui oleh pasien dalam melakukan proses


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

administration. Kesalahan saat peracikan merupakan kesalahan yang paling kecil

terjadi selama fase dispensing.

Hasil observasi menunjukkan bahwa penulisan aturan pakai memberi

kontribusi besar terjadinya ME, yang sebenarnya masih di bawah penanganan

tenaga kefarmasian. ME pada fase dispensing merupakan tanggung jawab tenaga

farmasi. Tenaga kefarmasian berperan penting untuk meminimalkan kejadian ME

yang mungkin terjadi karena kesalahan aturan pakai dengan berfokus pada

penulisan aturan pakai obat. ME yang terjadi dapat diminimalkan dengan cara

selalu menuliskan aturan pakai pada etiket. Kejadian ME yang mungkin dapat

terjadi pada administration juga dapat dihindari seminimal mungkin.

2. Fase administration

Pada fase administration ME yang terjadi sebesar 11,1% dari sembilan

responden yang melakukan proses administation pada pasien pediatri, dalam hal

ini adalah orangtua pasien pediatri. Pada penelitian Lisby, dkk ME pada fase

administration ditemukan lebih besar yaitu sebesar 41%, perbedaan hasil

penelitian ini dikarenakan, Lisby, dkk melakukan observasi di beberapa bangsal,

sehingga jumlah kesalahan yang di temukan lebih besar, sementara pada

penelitian ini hanya dilakukan di dua bangsal saja.

Pada fase administration tidak dilakukan observasi, penelitian hanya

dilakukan berdasarkan data hasil wawancara. Data yang digunakan merupakan

data kualitatif, dimana dari hasil wawancara dengan orangtua pasien pediatri di

IRNA II ruang Melati II dan Melati IV, diketahui ME yang terjadi pada fase

administration adalah sebagai berikut: kesalahan penggunaan obat.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

Pada penelitian ini satu kasus ditemukan pada orangtua pasien pediatri

yang menjawab obat paracetamol yang penggunaannya hanya digunakan ketika

anak demam menjawab bahwa paracetamol diminum terus walaupun demamnya

sudah turun. Hal ini merupakan salah satu kesalahan yang terjadi selama proses

administration yang bisa diketahui dari hasil wawancara dengan beberapa

orangtua pasien pediatri. Kesalahan ini disebabkan kurangnya informasi yang

diterima orangtua pasien mengenai obat yang digunakan anaknya.

Pada fase administration tidak dapat dilakukan pengecekan terhadap obat

yang diterima pasien, dikarenakan obat hanya diberikan perawat bangsal kepada

orangtua pasien untuk diminumkan ke anaknya hanya pada saat jam minum obat.

Sehingga pengecekan tidak dapat dilakukan karena pasien tidak menyimpan

obatnya sendiri. Kemungkinan biasnya data yang didapat pun besar.

B. Faktor yang menyebabkan terjadinya ME resep obat racikan Pasien

Pediatri pada Fase Dispensing dan Fase Administration

1. Fase Dispensing

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ME pada fase dispensing

dapat dilihat dari hasil wawancara dan observasi. Wawancara mendalam

dilakukan pada tenaga kerja yang terkait didalam fase dispensing. Dilihat dari

hasil observasi yang dilakukan saat fase dispensing. Tenaga kerja yang dimaksud

adalah tenaga kefarmasian yaitu Apoteker dan asisten Apoteker yang terlibat

dalam fase dispensing. Penelusuran faktor-faktor penyebab dilihat dari sisi

Apoteker dan asisten Apoteker disebabkan mereka lebih berperan pada fase
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

dispensing. Wawancara tidak dilakukan dengan dokter dikarenakan penelitian ini

lebih terfokus pada fase dispensing dan administration.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi pada fase dispensing dengan

tenaga farmasi di apotek IRNA II, penyebab utama ME adalah penulisan etiket

yang tidak lengkap, penulisan etiket yang kurang jelas dan tidak terbaca,

kurangnya ketelitian seperti salah membaca dosis dan salah ambil obat yang

letaknya berdampingan. Faktor penyebab ini bila diteliti lebih lanjut, lebih banyak

disebabkan karena kurangnya sumber daya manusia, beban kerja yang berat dan

kurangnya ketelitian saat mempersiapkan obat, khususnya obat yang memiliki

nama yang sama, dan obat yang memiliki dosis yang beragam. Selain itu juga

dikarenakan penulisan resep dan etiket yang tidak jelas dan tidak lengkap,

sehingga dapat menyebabkan ME terjadi dan berlanjut ke tangan pasien, namun

biasanya ketika obat sampai di bangsal, perawat juga melakukan pengecekan

ulang terhadap obat pasien, jika obat yang diberikan dari instalasi farmasi salah,

maka perawat akan kembali ke Instalasi Farmasi untuk melakukan penukaran obat

yang benar.

Berdasarkan hasil observasi, jika terdapat penulisan pada etiket yang

kurang jelas dan tak terbaca, asisten Apoteker yang bertindak sebagai peracik

resep melakukan konfirmasi kepada Apoteker yang menulis etiket untuk

memastikan obat yang harus diracik dengan cara menanyakan obat apa

sebenarnya yang dimaksud pada etiket.

Menurut Hinlandao (2008) faktor-faktor yang menyebab terjadinya ME

adalah karena kesalahan interpretasi yang disebabkan karena tulisan dokter yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

tidak jelas dan pembaca resep tidak mengkonfirmasi kembali kepada penulis

resep. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan pada penelitian

peneliti ME disebabkan karena resep yang ditulis dokter tidak lengkap dan tidak

jelas, selain itu juga kurangnya konsentrasi dan ketelitian saat bekerja. Seperti

disebutkan di atas, kedua kesalahan itu dapat terjadi karena kurangnya sumber

daya manusia (tenaga kerja) dan beban kerja yang berat.

2. Fase administration

Pada fase administration dilakukan dengan wawancara terstruktur

dengan orangtua pasien pediatri dan perawat di melati IV. Wawancara dilakukan

dengan orangtua pasien pediatri yang anaknya menerima terapi obat racikan.

Wawancara ini dilakukan di bangsal melati II dan melati IV di IRNA II.

Wawancara ini digunakan untuk mengetahui pemahaman orangtua pasien pediatri

terhadap penggunaan obat racikan untuk mengetahui proses administration yang

berjalan di IRNA II setelah obat diberikan oleh perawat bangsal yang bertugas.

Pemahaman pasien terhadap pemberian informasi ketika penyerahan obat

juga merupakan hal yang penting terkait penyebab terjadinya ME yang dijelaskan

berdasarkan Standar pelayanan kefarmasian di Rumah Sakit mengenai penjelasan

pemberian informasi pada saat penyerahan obat yang harus diberikan ke pasien

yang meliputi cara pemakaian obat, penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan,

aktivitas makanan dan minuman selama terapi. Selain itu juga dilakukan

pengecekan terhadap ketepatan kepemilikan obat pasien. Diketahui dari hasil

wawancara yang lebih sering memberikan informasi mengenai obat kepada

orangtua pasien adalah dokter dan perawat, karena dalam hal ini di Instalasi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

Farmasi Rawat Inap II tidak ada farmasis bangsal. Berdasarkan analisis hasil

wawancara dengan orangtua pasien dan perawat, diketahui faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya ME pada fase administration sebagai berikut:

a. Cara pemakaian obat.

Menurut hasil wawancara dengan perawat, informasi yang diberikan

kepada pasien pada saat penyerahan obat adalah nama obat, indikasi, cara

pemberian, dosis obat, efek samping dan rute pemberian obat. Pemberian

informasi pemakaian obat yang tidak lengkap dapat berpotensi menyebabkan

terjadinya ME pada saat proses administration. Berdasarkan hasil wawancara

dengan orangtua pasien pediatri, diketahui:

Tabel XII. Hasil Wawancara dengan Orangtua Pasien Pediatri pada


Fase Administration
No Hasil wawancara Jumlah
Orangtua
pasien
1 Orangtua pasien tidak mendapatkan informasi mengenai
obat yang digunakan anaknya, orangtua hanya di berikan 2
intruksi untuk meminumkan obat kepada anaknya.
2 Orangtua pasien tidak mengetahui kekuatan obat yang
1
diberikan untuk pengobatan anaknya
3 Orangtua pasien tidak tahu aturan pakai obat anaknya.
Orangtua pasien hanya memberikan obat kepada anaknya 3
untuk dikonsumsi ketika obat diberikan oleh perawat.
4 Orangtua pasien hanya mengetahui obat di minum saat
1
pagi dan malam

Tabel diatas menunjukkan bahwa orangtua pasien tidak menerima

informasi yang lengkap dan jelas mengenai obat yang diberikan kepada anaknya.

Kurangnya informasi yang diterima orangtua pasien dapat mengakibatkan

kepatuhan minum obat pasien pediatri berkurang. Orangtua pasien pediatri perlu

mengetahui informasi yang lengkap mengenai terapi anaknya, hal ini bertujuan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

agar orangtua pasien dapat ikut serta dalam terapi anaknya, agar terapi yang

diberikan dapat menghasilkan hasil yang optimal sesuai dengan tujuan terapi yang

sudah di rencanakan. Selain itu juga informasi yang diberikan kepada orangtua

pasien dapat meminimalkan kemungkinan terjadinya ME jika terapi dapat

dilakukan dengan tepat.

Wawancara juga dilakukan kepada perawat yang menangani pasien.

Berdasarkan hasil wawancara dengan perawat untuk fase administration, menurut

perawat faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya ME adalah ketidaktaatan

pasien dalam meminum obat. Hal ini dikarenakan pasien tidak mengerti mengenai

pemakaian obat dari segi aturan pakai walaupun perawat sudah melakukan

edukasi kepada pasien.

Salah satu penyebab terjadinya ME adalah kurangnya edukasi ke pasien

(Cohen, 1999). Kurangnya komunikasi antara pemberi obat dalam hal ini perawat

dalam memberikan edukasi dan informasi kepada orangtua pasien dapat

mempengaruhi ketaatan orangtua pasien dalam memberikan obat kepada anaknya,

selain itu juga dapat menghambat berjalannya proses untuk mencapai onset terapi

obat jika obat yang diminum tersebut tidak tepat waktunya.

b. Cara penyimpanan obat.

Berdasarkan observasi obat disimpan oleh perawat di tempat lemari obat

khusus. Obat diberikan kepada pasien dengan sistem UDD (Unit Daily Dose)

yaitu obat diberikan kepada pasien ketika jam minum obat. Pada observasi tidak

dapat dilakukan pengecekan lemari penyimpanan obat, peneliti tidak mengetahui

bagaimana kondisi penyimpanan obat di dalam lemari yang ada di IRNA II.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

Sehingga tidak dapat dipastikan apakah penyimpanan obat di IRNA II sudah tepat

atau tidak. Menurut penelitian Hinladaou (2007), kesalahan penyimpanan obat

dapat berpengaruh terhadap stabilitas obat, sehingga penyimpanan obat harus

sesuai berdasarkan suhu dan tempat yang tepat.

c. Jangka waktu pengobatan.

Berdasarkan hasil wawancara dengan orangtua pasien, satu dari sembilan

orangtua pasien pediatri tidak mengetahui jangka pemakaian obat anaknya,

orangtua pasien menjawab untuk obat yang penggunaannya hanya perlu, dalam

kasus ini adalah obat paracetamol untuk menurunkan panas diminumkan terus

sampai habis. Hal ini dikarenakan kurangnya kelengkapan informasi yang

diberikan kepada pasien sehingga mempengaruhi terhadap ketaatan dan kepatuhan

pasien dalam terapi.

d. Aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi.

Informasi mengenai aktivitas serta makanan dan minuman yang harus

dihindari selama terapi jarang di informasikan oleh pihak farmasi atau perawat.

Sehingga peran perawat dan dokter yang menangani secara langsung pasien

diperlukan dalam pemberian informasi ini, agar terapi yang dikehendaki dapat

berjalan baik.

Selain empat poin diatas, peneliti juga melakukan wawancara yang salah

satu pertanyaannya berisi mengenai ketepatan obat dengan pasien. Berdasarkan

hasil wawancara dengan orangtua pasien, 4 dari 9 orangtua pasien yang

diwawancara menjawab bahwa orangtua pasien tidak melakukan pengecekan

ulang terhadap obat yang mereka terima untuk anaknya, mereka tidak mengecek
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

apakah obat yang digunakan benar milik pasien atau tidak. Dalam hal ini ME

mungkin saja dapat terjadi karena kesalahan obat yang tidak tepat pasien yang

diakibatkan kurangnya ketelitian orangtua pasien terhadap obat yang diterimanya.

Sehingga ketelitian orangtua pasien juga diperlukan agar proses administration

dapat berjalan dengan baik dan benar.

Hasil observasi diketahui bahwa di IRNA II Apoteker tidak berperan

banyak dalam fase administration. Hal ini juga dapat menjadi penyebab terjadinya

ME. Apoteker sangat berperan dalam fase administration, peran Apoteker salah

satunya dapat ditunjukan dengan pemberian informasi obat dan monitoring

kepada pasien. Faktor penyebab ketidaktahuan orangtua pasien pediatri terhadap

terapi yang ditujukan pada anaknya dikarenakan kurangnya peran Apoteker dalam

pemberian informasi obat. Apoteker memiliki tugas penting dalam pemberian

infomasi obat, melalui pemberian informasi obat diharapkan orangtua pasien

dapat mengerti mengenai terapi anaknya, sehingga orangtua pasien dapat

menjalankan terapi anaknya dengan benar. Kejadian ME yang mungkin dapat

karena kurangnya informasi yang didapatkan orangtua pasien pediatri dalam

menerapkan proses administration kepada anaknya dapat diminimalisir.

C. Langkah yang Sudah dilakukan Pihak RSUP Dr. Sardjito untuk

mencegah Medication error fase Dispensing dan Fase Administration

1. Fase Dispensing

Upaya pencegahan yang dilakukan oleh pihak farmasi, berdasarkan hasil

wawancara dengan asisten Apoteker dan Apoteker yang terlibat dalam fase

dispensing obat racikan adalah sebagai berikut:


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

a. Melakukan verifikasi dan skrining resep oleh farmasis.

Verifikasi dan skrining resep merupakan tahap awal yang perlu dilakukan

oleh farmasis dalam mencegah terjadi ME, dengan melakukan verifikasi dan

skrining kesalahan persiapan dan peracikan obat yang dilakukan selanjutnya dapat

dihindari, sehingga ME dapat dicegah lebih awal.

b. Melakukan konfirmasi dengan dokter mengenai resep.

Komunikasi yang baik dengan dokter merupakan hal yang penting

ditanam agar pelayanan di RSUP Dr. Sardjito berjalan baik. Komunikasi dengan

dokter perlu dilakukan oleh pihak farmasis, jika terdapat resep yang tulisannya

tidak jelas ataupun jika ada obat yang diminta dokter namun tidak tersedia di

apotek. Hal ini perlu dilakukan agar masalah yang dapat menyebabkan kesalahan

terapi pada pasien tidak terjadi, karena pihak farmasis tidak boleh menetapkan

terapi sendiri jika ditemukan resep yang tidak jelas, dan tidak boleh menggantikan

obat terapi tanpa seijin dan konfirmasi dokter yang menangani pasien tersebut.

Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, seringkali juga pihak

dokter mengganti obat atau dosis tidak langsung memberitahukannya ke pihak

farmasi, dokter meminta pergantian obat melalui perawat yang selanjutnya

mengomunikasikannya ke pihak farmasi. Hal ini bisa saja menyebabkan

terjadinya ME jika informasi yang disampaikan dokter itu tidak dimengerti artinya

oleh pihak farmasi. Karena hal itu komunikasi yang baik sangat diperlukan untuk

mencegah terjadinya kesalahpahaman antara dokter dan pihak farmasi agar terapi

yang diinginkan untuk pasien benar-benar tepat dan tidak salah.

c. Melakukan penulisan etiket yang jelas dan benar sesuai SOP.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Pihak farmasis yang melakukan penulisan etiket harus menulis etiket

dengan jelas, agar pembaca etiket yang selanjutnya melakukan peracikan obat

dapat mengambil dan meracik obat dengan benar. Penulisan etiket harus jelas

karena berpengaruh terhadap pekerjaan dispensing selanjutnya. Etiket harus

ditulis jelas dan lengkap, yang berisi, nama pasien, nama ruang inap, nama obat,

dosis, aturan pakai, bentuk sediaan dan tanggal peresepan obat, selain itu juga

penggunaan etiket biru dan putih harus tepat.

d. Melakukan konfirmasi dengan Apoteker berkaitan dengan etiket.

Pada saat peracikan obat, jika pihak farmasis yang melakukan persiapan

dan peracikan obat menemukan etiket yang tidak lengkap atau tidak jelas dan

tidak benar harus melakukan konfirmasi dengan Apoteker berkaitan dengan etiket

tersebut, agar kesalahan peracikan tidak terjadi.

e. Teliti sebelum pengambilan obat.

Ketelitian saat mengambil obat sangatlah penting dilakukan, karena jika

tidak dilakukan dengan teliti dapat menyebabkan kesalahan, seperti salah dalam

pengambilan obat dengan nama yang sama atau memiliki dosis yang bermacam-

macam. Ketelitian ini juga perlu didukung dengan obat yang tersusun rapi sesuai

abjad, kemudian obat yang memiliki nama dan dosis yang bermacam-macam juga

perlu ditandai dengan Look Alike Sound Alike (LASA) dan untuk obat yang perlu

perhatian khusus diberi tanda High Alert.

f. Menelaah dan mengecek obat dengan resep.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

Obat yang sudah selesai diracik perlu dilakukan pengecekan kembali.

Pengecekan ini perlu dilakukan agar kesalahan yang mungkin terlewat saat

pengecekan diawal dapat dihindari, sebelum sampai ke tangan pasien.

g. Bekerja sesuai SOP.

Medication error dapat dihindari dengan cara bekerja sesuai SOP yang

sudah ditentukan oleh pihak RSUP Dr. Sardjito. Hal ini dapat menghindari

kesalahan yang mungkin terjadi atau keluar dari prosedur. Selain itu juga

ketelitian dan tingkat konsentrasi yang tinggi saat bekerja sangat diperlukan agar

kemungkinan terjadinya kesalahan tidak terjadi.

Upaya yang juga dapat dilakukan untuk mencegah ME pada fase

dispensing adalah dengan menerapkan resep elektronik, dengan resep elektronik

kesalahan yang mungkin disebabkan karena tulisan dokter yang tidak terbaca

dapat dihindari sehingga tidak berimbas ke tahap pelayanan resep selanjutnya.

Selain itu juga dengan cara menerapkan CDOB (Cara dispensing obat yang baik),

mengatur obat sesuai abjad, tidak meletakan obat yang sama namun memiliki

kekuatan berbeda pada posisi berdampingan untuk mengurangi resiko terjadinya

kesalahan pengambilan obat, melakukan pengecekan obat kembali oleh orang

yang berbeda sebelum obat diberikan kepada perawat untuk menghindari

terjadinya kesalahan obat atau pasien.

2. Fase Administration

Pada proses ini, dilakukan wawancara dengan perawat. Hal ini penting

dilakukan untuk mengetahui upaya pencegahan ME apa saja yang sudah

dilakukan oleh pihak RSUP Dr. Sardjito dalam pencegahan ME. Berdasarkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

analisis hasil wawancara, diketahui bahwa upaya pencegahan yang sudah

dilakukan yaitu:

a. Pengecekan ulang obat yang sudah dibuat di apotek.

Pihak perawat bangsal harus melakukan pengecekan ulang obat yang

sudah dibuat dari Instalasi Farmasi IRNA II, apakah obat sudah sesuai dengan

kartu informasi pemberian obat pasien atau tidak. Jika ditemukan obat yang tidak

sesuai, pihak perawat wajib melakukan pengembalian obat ke apotek dan

melakukan penggantian dengan obat yang sesuai.

b. Pengecekan ulang kebenaran obat sebelum diberikan kepada pasien.

Pengecekan ulang mengenai kebenaran obat sebelum diberikan kepada

pasien harus selalu dilakukan oleh perawat. Pengecekan ini dilakukan agar pasien

menerima obat yang benar sesuai dengan yang diresepkan untuk pasien, dan

kemungkinan salah pasien dapat dihindari, sehingga ME tidak terjadi.

c. Pemberian edukasi kepada pasien mengenai obat yang digunakan.

Edukasi kepada pasien perlu dilakukan, terkait penggunaannya. Seperti

aturan pakai, waktu pemberian obat, cara pemakaian, dan makanan minuman yang

harus dihindari selama terapi berlangsung. Edukasi yang diberikan kepada pasien

dapat membantu pasien untuk menjalankan terapinya dengan optimal.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan perawat, pasien perlu

diingatkan untuk taat meminum obat, karena biasanya pasien lupa untuk

meminum obatnya. Hal ini perlu ditegaskan oleh perawat agar terapi yang dijalani

oleh pasien dapat optimal. Selain itu juga untuk menghindari terjadinya kesalahan

yang dilakukan oleh pihak pasien dalam menjalankan terapi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

d. Menunggu pasien sampai pasien minum obat.

Perawat di bangsal juga sering menunggu pasien sampai obat yang harus

diminum benar-benar sudah diminum oleh pasien. Hal ini dilakukan oleh pihak

perawat untuk memantau kepatuhan pasien dalam mengkonsumsi obat, karena

biasanya pasien sering menunda pengkonsumsian obat pada jamnya, sehingga

waktu terapi tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

e. Melakukan konfirmasi dengan dokter dan Apoteker.

Pada saat-saat tertentu, jika perawat tidak memahami mengenai informasi

obat terapi yang didapat pasien, perawat melakukan konfirmasi kepada dokter dan

Apoteker mengenai obat tersebut, agar saat diterima pasien informasi yang

didapat benar. Selain itu juga, jika perawat menemukan hal yang tidak diinginkan

terjadi pada pasien, perawat harus segera melakukan konfirmasi kepada dokter

mengenai kondisi pasien, agar kemungkinan terburuk tidak terjadi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa :

1. Angka kejadian dan bentuk medication error resep obat racikan di RSUP

Dr. Sardjito, ditemukan sebagai berikut :

a. Fase dispensing yang dilakukan di Instalasi Farmasi IRNA II

ditemukan 26,5% kesalahan yang terjadi selama periode Februari

2014, meliputi kesalahan penulisan nama obat 2,3%, kekuatan obat

6,8%, kesalahan penulisan aturan pakai 54,5%, kesalahan penulisan

bentuk sediaan obat 4,5%, kesalahan pengambilan obat 2,3%,

kesalahan pengambilan jumlah obat 2,3%, kesalahan pengemasan

4,5% dan kesalahan saat peracikan 22,7%.

b. Medication error pada fase administration yang terjadi di IRNA II

pada bangsal Melati II dan Melati IV, ditemukan 11,1% kesalahan

administration yang dilakukan oleh orangtua pasien pediatri selama

periode Februari 2014. Kesalahan yang terjadi adalah kesalahan pasien

dalam meminum obat yang pemakaiannya hanya perlu.

2. Faktor yang menyebabkan terjadinya ME resep obat racikan Pasien

Pediatri.

a. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ME pada fase dispensing

meliputi penulisan etiket yang tidak lengkap, penulisan etiket yang

54
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

kurang jelas dan tidak terbaca, kurangnya ketelitian seperti salah

membaca dosis dan salah ambil obat yang letaknya berdampingan.

b. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya ME pada fase

administration karena kurangnya informasi obat yang didapat pasien,

pasien tidak tahu aturan pakai obat dan lamanya terapi, pasien tidak

tahu indikasi obat, kesalahan pada cara pemakaian obat, jangka waktu

pengobatan, ketidaktaatan pasien dalam meminum obat dan kurangnya

peran Apoteker dalam monitoring obat.

3. Langkah yang sudah dilakukan pihak RSUP Dr. Sardjito untuk mencegah

medication error meliputi:

a. Fase dispensing

Upaya pencegahan ME yang telah dilakukan pihak farmasi IRNA II di

RSUP Dr. Sardjito adalah melakukan verifikasi dan skrining resep,

melakukan konfirmasi dengan dokter, melakukan penulisan etiket yang

jelas dan benar sesuai SOP, melakukan penulisan etiket yang jelas dan

benar sesuai SOP, melakukan konfirmasi dengan Apoteker berkaitan

dengan etiket yang tidak jelas, teliti sebelum mengambil obat,

menelaah dan mengecek obat dengan resep apakah sudah sesuai atau

belum dan bekerja sesuai SOP.

b. Fase Administration

Upaya pencegahan ME yang telah dilakukan perawat di bangsal melati

IV di RSUP Dr. Sardjito adalah mengecek ulang obat yang sudah

dibuat di apotek IRNA II, melakukan konfirmasi dengan dokter dan


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

Apoteker, mengecek ulang kebenaran obat sebelum diberikan kepada

pasien, memberikan edukasi kepada pasien mengenai obat yang

digunakan, mengingatkan pasien agar taat minum obat dan menunggu

pasien sampai pasien minum obat.

B. Saran

Saran yang diajukan adalah :

1. Saran untuk penelitian selanjutnya:

a. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam pada proses

administration karena pada penelitian tidak dapat dilakukan

pengecekan terhadap obat yang diterima pasien. Data mengenai obat

pasien hanya didapatkan melalui informasi yang diberikan orangtua

pasien pediatri berdasarkan ingatan orangtua pasien pediatri,

sedangkan obat yang diterima pasien hanya diterima saat jam minum

obat dan observasi dilakukan tidak pada saat jam minum obat,

sehingga peneliti tidak dapat melakukan pencocokan antara kebenaran

informasi yang diberikan orangtua pasien pediatri kepada peneliti

dengan obat yang didapatkan oleh pasien.

b. Dapat dilakukan penelitian kembali di unit yang berbeda untuk

mengetahui kejadian medication error yang mungkin juga terjadi di

tempat lain.

2. Saran untuk RSUP Dr. Sardjito :

a. Melakukan penulisan etiket yang lengkap dan jelas untuk membantu

mencegah ME yang kemungkinan dapat terjadi.


PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

b. Mengatur ulang SOP yang ada dengan mempertimbangkan kesalahan

– kesalahan yang mungkin terjadi selama proses pelayanan kesehatan

untuk mengurangi angka kejadian dan kemungkinan terjadinya ME,

kemudian menerapkan dan menjalankan SOP dengan sungguh –

sungguh pada proses pelayanan kesehatan.

c. Melakukan pelayanan pharmacist bangsal pada IRNA II untuk

memonitor penggunaan obat yang dilakukan oleh pasien, guna

meminimalisir kejadian ME pada fase dispensing dan guna memonitor

adanya kesalahan terapi yang mungkin dapat membahayakan kondisi

pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

DAFTAR PUSTAKA

ACMP, 2010, Medication errors, Academy of Managed Care Pharmacy, 2.

Anderson, P., Townsend, T., 2010, Medication errors : Dont’t let them happen to
you, American Nurse Today, 1-6.

Anonim a, 2013, Keterbatasan Sediaan Obat Dorong Dokter Berikan Resep


Racikan, http://www.ugm.ac.id/id/post/page?id=5551 , di akses tanggal
11 september 2013

Anonim b, 2008, Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Keselamatan Pasien


(Patient Safety), http://binfar.depkes.go.id/bmsimages/1361517912.pdf,
diakses tanggal 24 Juli 2014.

Anonim c, 2006, Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah Sakit (Patient


Safety), Departemen Kesehatan RI, Jakarta

Anonim d, 2004, Standar Pelayanan Farmasi di Rumah Sakit,


http://www.hukor.depkes.go.id/up_prod_kepmenkes/KMK%20No.%201
197%20ttg%20Standar%20Pelayanan%20Farmasi%20Di%20RS.pdf di
akses tanggal 24 Juli 2014

Aslam, M., Tan, C., dan Prayitno, A., 2003, Farmasi Klinik Menuju Pengobatan
Rasional dan Penghargaan Pilihan Pasien, Elex Computindo, Jakarta.

Athanasakis, E., 2012 , Prevention of medication errors made by nurses in clinical


practice, Health Science Journal, 6, Issue 4, 776-777.

Bayang, A., Pasinringi, S., dan Sangkala., 2014, Faktor Penyebab Medication
error Di RSUD Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng, Tesis,
Universitas Hasanuddin, Makassar.

Beso, A., Franklin, B,D., dan Barber, N., 2005, The Frequency And Potential
Causes Of Dispensing Errors In A Hospital Pharmacy, Parm World Sci,
27, 182-190.

Bell,E.A., 2003, Medication errors in pediatrics, Infectious Diseases in Children,


http://www.healio.com/pediatrics, diakses tanggal 25 september 2013

Cohen, Michael.R., 1999, Medication errors, American Pharmaceutical


Association, Washington DC, PP.1.1-17,16.1-16.7.

Council of Europe, 2005, Glossary of terms related to patient and medication


safety, Council of Europe, 1, 8.

58
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Dwiprahasto, 2006, Intervensi Pelatihan untuk Meminimalkan Risiko Medication


error di Pusat Pelayanan Kesehatan Primer, Jurnal Berkala Ilmu
Kedokteran 2006, http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/detail.php?dataId=5603, di
akses tanggal 10 September 2013

Dwiprahasto, 2008, Masalah dan Pencegahan Medication errors, Universitas


Gadjah Mada, Yogyakarta.

Fortescue, E.B., 2003, Prioritizing Strategies for Preventing Medication errors and
Adverse Drug Events in Pediatric Inpatients, Pediatrics, American
Academy of Pediatrics, III. No. 4 April, pp.722-729.

Hartayu, T.S., dan Widayati, A., 2005, Kajian Kelengkapan Resep yang
Berpotensi Menimbulkan Medication error di 2 rumah Sakit dan 10
Apotek di Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Hinlandou, E.Y., 2008, Evaluasi Medication error Resep Racikan Pasien Pediatrik
Di Farmasi Rawat Jalan Rumah Sakit Bethesda Pada Bulan Juli Tahun
2007 (Tinjauan Fase Dispensing), Skrispsi, 55, Universitas Sanata
Dharma, Jogjakarta.

Kozer, E., 2005, Variables Associated With Medication errors in Pediatric


Emergency Medicine, Pediatrics, American Academy of Pediatrics,
March 4, pp. 737-743

Lisby, M., Nielsen, L.P., Mainz, J., 2005, Errors in the medication process:
frequency, type, and potential, International Journal for Quality in
Health Care., 17 (1): pp. 15–22

NCCMERP, 2013, National Coordinating Council for Medication error


Reporting and Prevention, http://www.nccmerp.org/, di akses pada
tanggal 10 september 2013

Notoadmojo, S., 2012, Metodologi Penelitian Kesehatan, Edisi 2, Rineka Cipta,


Jakarta, pp.26.

Simanjuntak, W.T., 2010, Evaluasi masalah utama kejadian medication errors


fase administrasi dan drug therapy problems pada pasien Rumah Sakit
Bethesda Yogyakarta periode Agustus 2008 : kajian terhadap
penggunaan obat golongan antasida dan antiulserasi, Skripsi, 64,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Siregar, C.J.P., Amalia, Lia., 2004, Farmasi Rumah Sakit, EGC, Jakarta. pp.25
Swandari, S., 2013, Medication error, Balai Besar Pelatihan Kesehatan Makassar,
http://bbpkmakassar.or.id/index.php/Umum/Info-Kesehatan/Medication-
Error.phd, diakses tanggal 20 november 2013
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Syamsuni.H, 2006, Farmasetika Dasar dan Hitungan Farmasi, EGC, Jakarta, PP.
10-11

Thomas, M.R,Holquist, C., dan Philips,J., 2001, Medication Error Reports To


FDA Show A Mixed Bag, MEDWATCH,
http://www.fda.gov/cder/drug/MedErrors/mixed.pdf, diakses tanggal 20
november 2013

USP, 1999, The U.S. Pharmacopeia (USP) and Medication errors,


http://www.therubins.com/health/usp.htm, diakses tanggal 22 februari
2014

USP, 2003, Preventing Medication errors in Children, Unit Doses, Independent


Verifications Can Help Reduce Errors In Pediatric Populations, United
States Pharmacopea, 1-2.

Zunilda., B.M.S., 1998, Pedoman Penulisan Resep , (1) , ITB, Bandung, pp. 62.

Williams, D.J.P., 2007, Medication errors, J R Coll Physicians Edinb, 37, 345.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

LAMPIRAN

61
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Lampiran 1. Hasil Observasi Medication error pasien pediatri resep racikan di Insalasi Farmasi Instalasi Rawat Inap 2 RSUP Dr.
Sardjito pada Fase Dispensing periode februari 2014

Beri tanda () jika terdapat kesalahan pada resep, tanda (-) jika tidak terdapat kesalahan pada resep

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
Tanggal 5 Februari 2014
salbutamol 5 mg
1 3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
Dibuat 16 bungkus
cotrimoksazole 180 mg
Ada yang jatuh
2 2x1 bungkus sehari - - - - - - - -
berhamburan di meja
Dibuat 12 bungkus
metronidazole 150 mg
3 3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
Dibuat 17 bungkus
paracetamol 120 mg
Tidak ada aturan
4 Luminal ¼ tablet - -  - - - - -
pakai
Dibuat 20 bungkus
amfetamin 20 mg
Ada yang jatuh
5 1x1 bungkus sehari - - - - - -  -
berhamburan
Dibuat 5 bungkus
furosemide 15 mg
6 2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
Dibuat 10 bungkus
captopril 15 mg
7 2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
Dibuat 10 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
Tanggal 5 Februari 2014
captopril 2 gram
8 2x1 bungkus sehari -  - - - - - - 2 mg ditulis 2 gram
dibuat 12 bungkus
ulsidex 125 mg
Ada yang jatuh
9 3x1 bungkus sehari - - - - - - - 
berhamburan di meja
dibuat 12 bungkus
asam folat 1 mg
10 1x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 5 bungkus
amoxicillin 175 mg
11 3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 16 bungkus
phenobarbital 20 mg
12 2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 12 bungkus
captopril 18 mg
Jatuh ke lantai saat
13 2x1 bungkus sehari - - - - - -  -
digerus
dibuat 16 bungkus
metilprednisolon 1 mg Tidak ada aturan
14 - -  - - - - -
dibuat 12 bungkus pakai obat
azitromisin 50 mg Tidak ada aturan
15 - -  - - - - -
dibuat 5 bungkus pakai obat
captopril 5 mg
16 2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 16 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
Tanggal 5 Februari 2014
salbutamol 1 mg
17 3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 16 bungkus
urdafalk 50 mg
18 2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 13 bungkus
Tanggal 6 Februari 2014
piracetam 100 mg
19 3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 16 bungkus
urdafalk 30 mg
20 2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 8 bungkus
salbutamol 0,3 mg
21 3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 20 bungkus
furosemide 2,5 mg
22 3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 21 bungkus
diazepam 4 mg
23 2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
phenobarbital 25 mg Tidak ada aturan
chlorpromazin 6 mg pakai
24 - -  - - -  -
dibuat 6 bungkus Ada yang jatuh saat
diracik
piracetam 150 mg
25 2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 16 bungkus
phenobarbital 40 mg
26 3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 12 bungkus
glaucon 60 mg
27 1x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 8 bungkus
Tidak ada aturan
pakai obat,
kemudian AA
paracetamol 150 mg menanyakan ke Apt
28 - -  - - - - -
luminal 15 mg yang menulis etiket,
aturan pakai menjadi
2x1 bungkus sehari ,
dibuat 10 bungkus
29 salbutamol 0,4 mg - -  - - - - - Tidak ada aturan
dibuat 16 bungkus pakai obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
phenobarbital 15 mg
30 2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
diamox 75 mg
31 2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
Tanggal 7 Februari 2014
32 cotrimoxazole 300 mg
2x1 bungkus sehari
- - - - - - - - -
(senin, rabu, jumat)
dibuat 6 bungkus
33 furosemide 300 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
34 ctm 3 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 16 bungkus
35 paracetamol 160 mg - -  - - - - - Tidak ada aturan
luminal 16 mg pakai obat
dibuat 19 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
KCL 200 mg Dibuat 20 bungkus,
2x1 bungkus sehari namun segera
36 - - - - - - - 
Dibuat 10 bungkus ditangani dijadikan
10 bungkus
furosemide 15 mg
37 2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
Dibuat 10 bungkus
Tanggal 8 Februari 2014
38 captopril 15 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
39 captopril 0,6 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
40 paracetamol 140 mg - -  - - - - - Tidak ada aturan
dibuat 10 bungkus pakai obat
41 salbutamol 1 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 8 bungkus
42 furosemide 5 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 8 bungkus
43 cetirizin 2 mg
1x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
Tanggal 10 Februari 2014
glaucon 80 mg
44 1x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 6 bungkus
45 axyclovir 110 mg
1x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 28 bungkus
46 salbutamol 1 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 8 bungkus
47 phenitoin 10 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
48 captopril 5 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
49 furosemide 15 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 14 bungkus
50 cotrimoxazole 180 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 12 bungkus
51 cotrimoksazole 180 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 12 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
paracetamol 200 mg Tidak ada aturan
52 - -  - - - - -
phenobarbital 15 mg pakai obat
phenobarbital 20 mg
53 2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
54 paracetamol 150 mg - -  - - - - - Tidak ada aturan
phenobarbital 15 mg pakai obat
dibuat 10 bungkus
Tanggal 11 Februari 2014
55 salbutamol 1,5 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
56 paracetamol 140 mg - -  - - - - - Tidak ada aturan
luminal 10 mg pakai obat
dibuat 21 bungkus
57 cefixime 35 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 6 bungkus
58 paracetamol 160 mg - -  - - - - - Tidak ada aturan
luminal 16 mg pakai obat
dibuat 22 bungkus
59 captopril 4 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 12 bungkus
60 captopril 4,5 mg 2x1
bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 11 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
Tanggal 12 Februari 2014
phenobarbital 17,5 mg
61 2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
62 piracetam 130 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
63 salbutamol 1,5 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 12 bungkus
64 captopril 1,2 mg
2x1 bungkus sehari
- - - - - - - - -
sebelum makan
dibuat 10 bungkus
65 paracetamol 90 mg - -  - - - - - Tidak ada aturan
dibuat 11 bungkus pakai obat
66 paracetamol 400 mg - - -  - - - - Bungkus ditulis
1x1 bungkus sehari tablet
dibuat 11 tablet
67 salbutamol 1 mg
3x1 bungkus sehari
- - - - - - - - -
sesudah makan
dibuat 10 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
diazepam 3 mg
3x1 bungkus sehari
68 - - - - - - - - -
sesudah makan
dibuat 10 bungkus
furosemide 2 mg
1x1 bungkus sehari
69 - - - - - - - - -
sesudah makan
dibuat 10 bungkus
70 rifampisin 450 mg - - -  - - - - Bungkus ditulis
1x1 tablet sehari tablet
sebelum makan
dibuat 5 bungkus
71 -   - - - - - Tidak ada dosis obat,
namun sudah
dikonfirmasi ke
phenobarbital
Apoteker menjadi
dibuat 6 bungkus
5mg
Tidak ada aturan
pakai obat
72 salbutamol 1,5 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 16 bungkus
Tanggal 13 Februari 2014
73 glaucon 80 mg
1x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
Dibuat 3 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
amoxicilin 300 mg
3x1 bungkus sehari,
74 - - - - - - - - -
habiskan
dibuat 5 bungkus
cefixime 50 mg
75 2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
76 urdafalk 3 mg
1x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
77 cotrimoksazole 360 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 5 bungkus
Tanggal 15 Februari 2014
78 phenobarbital 12,5 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 6 bungku
79 phenobarbital 25 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 6 bungkus
80 paracetamol 130 mg - -  - - - - - Tidak ada aturan
luminal 13 mg pakai obat
dibuat 11 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
phenobarbital 150 mg
81 3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
Dibuat 6 bungkus
17 Februari 2014
82 cotrimoksazole 360 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 6 bungkus
83 captopril 2 mg
1x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 12 bungkus
84 captopril 4 mg - - - - -  - - AA mengambil 4
2x1 bungkus sehari tablet 25 mg,
dibuat 12 bungkus harusnya hanya 2
tablet. Namun bisa
ditanganin dengan
mengurangi jumlah
tablet menjadi 2.
85 aldocfone 6,25 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 16 bungkus
Tanggal 18 Februari 2014
86 captopril 0,6 mg - - - -  - - - AA mengambil
2x1 bungkus sehari salbutamol, namun
Dibuat 12 bungkus bisa ditangani
dengan diganti
captopril
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
piracetam 210 mg 200 mg ditulis 210
2x1 bungkus sehari mg
87 -  - - - -  -
dibuat 12 bungkus Racikan
berhamburan dimeja
paracetamol 160 mg
Tidak ada aturan
88 phenobarbital 16 mg - -  - - - - -
pakai obat
dibuat 19 bungkus
89 phenobarbital 60 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
90 estazor 65 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 12 bungkus
91 paracetamol 250 mg - -  - - - - - Tidak ada aturan
phenobarbital 25 mg pakai obat
dibuat 10 bungkus
92 salbutamol 0,3 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 13 bungkus
93 salbutamol 0,5 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 13 bungkus
94 ketoconazole 100 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
CTM 3 mg
95 3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
Dibuat 8 bungkus
ranitidin 50 mg
96 2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 9 bungkus
97 captopril 18 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 9 bungkus
98 furosemide 5 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 8 bungkus
Tanggal 19 Februari 2014
99 metilprednisolone 4 - -  - - - - - Tidak ada aturan
mg pakai obat
dibuat 8 bungkus
100 phenobarbital 100 mg
2x1 kapsul sehari - - - - - - - - -
dibuat 6 kapsul
101 metilprednisolone 2 - - - - - -  - Berhamburan saat
mg penggerusan
3x1 bungkus sehari
dibuat 8 bungkus
102 furosemide 7,5 mg
1x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 5 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
paracetamol 130 mg
Tidak ada aturan
103 luminal 13 mg - -  - - - - -
pakai obat
dibuat 20 bungkus
ranitidin 50 mg
104 2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 6 bungkus
Tanggal 20 Februari 2014
105 ranitidin 50 mg - - - - - -  - Berceceran terkena
2x1 bungkus sehari lengan baju
dibuat 12 bungkus
106 urdafalk 15 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 17 bungkus
107 salbutamol 1,5 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 13 bungkus
108 cetirizin 2 mg 1x1  - - - - - - - Cetirisi
bungkus sehari
dibuat 5 bungkus
109 glaucon 80 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
110 captopril 4 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 6 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
Tanggal 21 Februari 2014
paracetamol 320 mg
111 4x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 11 bungkus
112 azitromisin 300 mg
1x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 5 bungkus
113 glaucon 20 mg
1x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 6 bungkus
114 captopril 4 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 12 bungkus
Tanggal 22 Februari 2014
115 salbutamol 0,5 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 12 bungkus
116 salbutamol 1 mg - -  - - - - - Tidak ada aturan
dibuat 12 bungkus pakai obat
117 lansoprazole 100 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 6 bungkus
118 furosemide 20 mg
1x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 3 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
captopril 4,5 mg
119 3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 12 bungkus
phenobarbital 25 mg
120 2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 12 bungkus
121 estazor 65 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 4 bungkus
122 phenobarbital 100 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 6 bungkus
123 cotrimoksazole 100mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
Tanggal 24 Februari 2014
124 salbutamol 0,5 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 16 bungkus
125 captopril 18 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 11 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
propanolol 10 mg
126 2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 12 bungkus
captopril 6 mg
127 2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 6 bungkus
128 ranitidin 50 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 6 bungkus
129 salbutamol 1 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 8 bungkus
130 diazepam 5 mg - -  - - - - - Tidak ada aturan
dibuat 8 bungkus pakai
131 captopril 6 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 6 bungkus
132 CTM 3 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
Dibuat 12 bungkus
133 diazepam 5 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
Dibuat 10 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
cotrimoksazole 360mg
Ada yang loncat saat
134 2x1 bungkus sehari - - - - - -  -
menggerus
dibuat 10 bungkus
metronidazole 200 mg
135 3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 15 bungkus
Tanggal 25 Februari 2014
136 sanmol 250 mg
4x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 12 bungkus
137 diazepam 5 mg - -  - - - - - Tidak ada aturan
dibuat 6 bungkus pakai obat
138 anemolat, hari 1 pagi
5 bungkus,
- - - - - - - - -
lanjut 1x1 bungkus
dibuat 6 bungkus
Tanggal 26 Februari 2014
139 ranitidin 50 mg - - - - - - -  AA mengemas 10,
3x1 bungkus sehari tapi AA
Dibuat 9 bungkus menyadarinya dan
mengemas ulang
sejumlah 9
phenobarbital 100 mg
140 2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
phenobarbital 125 mg
141 2x1 bungkus sehari - - - - - -  - Berhamburan
dibuat 10 kapsul
142 ibuprofen 200 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 16 bungkus
143 salbutamol 1 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 16 bungkus
144 omeprazole 10 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
Tanggal 27 Februari 2014
145 salbutamol 0,7 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 14 bungkus
146 cotrimoksazole 180mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 10 bungkus
147 salbutamol 1 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 12 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

Kesalahan
Kesalahan Penulisan Kesalahan Peracikan
Pengambilan
No Etiket Bentuk Keterangan
Nama Aturan Jumlah
Kekuatan Sediaan Obat Peracikan Pengemasan
Obat Pakai Obat
Obat
cetirizin 2 mg
148 1x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 5 bungkus
paracetamol 250 mg
Tidak ada aturan
149 luminal 25 mg - -  - - - - -
pakai obat
dibuat 12 bungkus
150 salbutamol 0,5 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 12 bungkus
Tanggal 28 Februari 2014
151 furosemide 4 mg
1x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 5 bungkus
152 captopril 4 mg
2x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 6 bungkus
153 salbutamol 1,5 mg
3x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 11 bungkus
154 paracetamol 90 mg - -  - - - - - Tidak ada aturan
dibuat 11 bungkus pakai obat
155 cetirizin 2,5 mg
1x1 bungkus sehari - - - - - - - - -
dibuat 4 bungkus
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

Lampiran 2. Hasil Wawancara dengan Apoteker dan Asisten Apoteker


mengenai Medication error pasien pediatri resep racikan di RSUP Dr.
Sardjito pada Fase Dispensing periode februari 2014

1. Menurut anda, apakah pengertian medication error itu ?


Apoteker : Kesalahan pengobatan
Asisten Apoteker 1 : Kesalahan pengobatan
Asisten Apoteker 2 : Kesalahan pengobatan
Asisten Apoteker 3 : kesalahan pengobatan

2. Menurut anda, apa saja contoh-contoh medication error yang telah terjadi pada
fase dispensing ?
Apoteker : penulisan resep tidak lengkap / tidak ditulis dengan
benar
Asisten Apoteker 1 : diagnosa tidak ditulis, penulisan resep tidak lengkap
Asisten Apoteker 2 : Salah baca
Asisten Apoteker 3 : Salah baca dosis, misalkan diminta piracetam 1 gram
dikasih 3 gram.

3. Menurut anda, apa saja faktor-faktor yang bisa menyebabkan terjadinya


medication error khususnya pada fase dispensing ?
Apoteker : penulisan di etiket kurang jelas/ tidak terbaca
Asisten Apoteker 1 : penulisan resep tidak jelas/ tidak lengkap
Asisten Apoteker 2 : Tulisan di etiket kurang jelas
Asisten Apoteker 3 : salah baca, letak obat berdampingan

4. Menurut anda, upaya apa saja yang telah dilakukan dalam pencegahan
terjadinya medication error terutama pada fase dispensing ?
Apoteker : penulisan etiket yang jelas dan benar sesuai SOP
Asisten Apoteker 1 : telaah resep dan di cek lagi
Asisten Apoteker 2 : tanya ulang
Asisten Apoteker 3 : teliti sebelum mengambil

5. Menurut anda, bagaimana cara-cara mengatasi medication error jika sudah


terjadi pada fase dispensing ?
Apoteker : dicarikan jalan keluar/alternatif lain. Misalkan : obat
yang diracik bisa digunakan lain waktu lagi.
Asisten Apoteker 1 : konfirmasi dokter
Asisten Apoteker 2 : dibuat ulang
Asisten Apoteker 3 : jika terjadi kesalahan, si pengambil (pramuniaga)
komplain, lalu obat yang salah diambil digantikan
dengan obat yang benar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

6. Menurut anda, tindakan apa saja yang telah dilakukan oleh pihak RSUP
Sr.Sardjito untuk mencegah terjadinya medication error ?
Apoteker : verifikasi/ skrining resep oleh farmasis , bekerja sesuai
SOP
Asisten Apoteker 1 : belum ada
Asisten Apoteker 2 : skrining, bekerja sesuai Standar Operasional
Asisten Apoteker 3 : skrining

7. Menurut anda, perbaikan apa sajakah yang perlu dilakukan dalam usaha dan
pencegahan ME untuk meningkatakan pelayanan di RSUP Dr. Sardjito ?
Apoteker : Adanya komunikasi antara medis dan farmasis
sehingga terjadi adanya pengobatan yang cepat, tepat
dan aman.
Asisten Apoteker1 : belum ada
Asisten Apoteker2 : ada komunikasi dan kolaborasi antara tim medis dan
perawat.
Asisten Apoteker3 : pelayanan harus lebih bagus, ramah tamah dengan
pasien dan pelayanan cepat.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Lampiran 3. Hasil Wawancara dengan Orangtua Pasien Pediatri mengenai


Medication error dengan orangtua pasien pediatri di RSUP Dr. Sardjito pada
Fase Administration periode februari 2014

Orangtua pasien pediatri 1


Pertanyaan Jawaban
Obat apa saja yang anak anda dapatkan? cotrimoksazol dan PCT
Sejak kapan anak anda menggunakan obat ini Sejak di Rumah Sakit
(awal penggunaan)? misalkan sejak sakit di
RS
Disaat kapan anak anda mengkonsumsi obat paracetamol (hanya saat panas)
ini ? (untuk obat yang penggunaannya hanya
bila perlu)
Bagaimana cara mengkonsumsi obat tsb? Ditelan
(ditelan, dioleskan, dll)
Bagaimana aturan pakai obat tersebut? Pasien hanya mengikuti jam saat
disuruh perawat
Informasi apa sajakah yang anda dapatkan kegunaan obat
mengenai obat anak anda?
Apakah anda mendapat informasi yang dosisnya tidak diberitahukan
lengkap dan jelas tentang tatacara pemakaian
obat tersebut? jika anda merasa kurang yakin,
siapa yang anda akan cari untuk mendapatkan
informasi lebih jelas?
Siapa yang sering menjelaskan tentang Perawat
tatacara atau aturan pakai dari obat anda,
apakah dokter, Apoteker atau perawat?
Apakah anak anda mengkonsumsi obat teratur sewaktu obat diberikan
secara teratur sesuai dengan informasi yang perawat
diberikan?
Apakah selama mengkonsumsi obat yang Tidak pernah
diberikan, anak anda mengalami efek yang
dirasa merugikan? jika ada, seperti apa dan
bagaimana pengatasannya ?
Apakah anak anda pernah mengkonsumsi Tidak
obat lain selain yang diresepkan selama
waktu pengobatan? apa nama obatnya? dari
mana mendapatkannya?
Apakah selama pengobatan pihak rumah sakit Tidak pernah
pernah mengganti obat yang anak anda
gunakan sebelum obat anda habis?
Apakah anda pernah melakukan pengecekan tidak ada kertas etiketnya,
ulang terhadap resep yang diberikan kepada sehingga gak bisa ngecek
anak anda? (terkait dengan kesesuaian obat
nama pasien, umur, tanggal )?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

Orangtua pasien pediatri 2


Pertanyaan Jawaban
Obat apa saja yang anak anda dapatkan? infus, zinc, antibiotik,
paracetamol
Sejak kapan anak anda menggunakan obat ini Sejak di Rumah Sakit
(awal penggunaan)? misalkan sejak sakit di
RS
Disaat kapan anak anda mengkonsumsi obat Paracetamol (jika perlu saat
ini ? (untuk obat yang penggunaannya hanya panas) , antibiotik :-
bila perlu)
Bagaimana cara mengkonsumsi obat tsb? Di telan kecuali infus
(ditelan, dioleskan, dll)
Bagaimana aturan pakai obat tersebut? 2x 1
Informasi apa sajakah yang anda dapatkan jam konsumsi dan kegunaan obat
mengenai obat anak anda?
Apakah anda mendapat informasi yang sudah lengkap
lengkap dan jelas tentang tatacara pemakaian
obat tersebut? jika anda merasa kurang yakin,
siapa yang anda akan cari untuk mendapatkan
informasi lebih jelas?
Siapa yang sering menjelaskan tentang Perawat
tatacara atau aturan pakai dari obat anda,
apakah dokter, Apoteker atau perawat?
Apakah anak anda mengkonsumsi obat Iya
secara teratur sesuai dengan informasi yang
diberikan?
Apakah selama mengkonsumsi obat yang Tidak ada
diberikan, anak anda mengalami efek yang
dirasa merugikan? jika ada, seperti apa dan
bagaimana pengatasannya ?
Apakah anak anda pernah mengkonsumsi Tidak pernah
obat lain selain yang diresepkan selama
waktu pengobatan? apa nama obatnya? dari
mana mendapatkannya?
Apakah selama pengobatan pihak rumah sakit Tidak
pernah mengganti obat yang anak anda
gunakan sebelum obat anda habis?
Apakah anda pernah melakukan pengecekan selalu check, takut salah
ulang terhadap resep yang diberikan kepada
anak anda? (terkait dengan kesesuaian obat
nama pasien, umur, tanggal )?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

Orangtua pasien pediatri 3


Pertanyaan Jawaban
Obat apa saja yang anak anda dapatkan? Tidak tahu
Sejak kapan anak anda menggunakan obat ini Sejak masuk Rumah Sakit
(awal penggunaan)? misalkan sejak sakit di
RS
Disaat kapan anak anda mengkonsumsi obat Tidak tahu
ini ? (untuk obat yang penggunaannya hanya
bila perlu)
Bagaimana cara mengkonsumsi obat tsb? Tidak tahu
(ditelan, dioleskan, dll)
Bagaimana aturan pakai obat tersebut? 3x1 sehari
Informasi apa sajakah yang anda dapatkan Nama obat dan aturan pakai
mengenai obat anak anda?
Apakah anda mendapat informasi yang Cukup lengkap, tanya dokter
lengkap dan jelas tentang tatacara pemakaian
obat tersebut? jika anda merasa kurang yakin,
siapa yang anda akan cari untuk mendapatkan
informasi lebih jelas?
Siapa yang sering menjelaskan tentang Dokter
tatacara atau aturan pakai dari obat anda,
apakah dokter, Apoteker atau perawat?
Apakah anak anda mengkonsumsi obat Ya, saat diminta diminumkan
secara teratur sesuai dengan informasi yang
diberikan?
Apakah selama mengkonsumsi obat yang Tidak pernah
diberikan, anak anda mengalami efek yang
dirasa merugikan? jika ada, seperti apa dan
bagaimana pengatasannya ?
Apakah anak anda pernah mengkonsumsi Tidak
obat lain selain yang diresepkan selama
waktu pengobatan? apa nama obatnya? dari
mana mendapatkannya?
Apakah selama pengobatan pihak rumah sakit Tidak
pernah mengganti obat yang anak anda
gunakan sebelum obat anda habis?
Apakah anda pernah melakukan pengecekan Tidak
ulang terhadap resep yang diberikan kepada
anak anda? (terkait dengan kesesuaian obat
nama pasien, umur, tanggal )?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

Orangtua pasien pediatri 4


Pertanyaan Jawaban
Obat apa saja yang anak anda dapatkan? Obat mual, antibiotik dan
Paracetamol
Sejak kapan anak anda menggunakan obat ini Sejak di Rumah Sakit
(awal penggunaan)? misalkan sejak sakit di
RS
Disaat kapan anak anda mengkonsumsi obat Paracetamol diminum terus,
ini ? (untuk obat yang penggunaannya hanya antibiotik: -
bila perlu)
Bagaimana cara mengkonsumsi obat tsb? Di telan
(ditelan, dioleskan, dll)
Bagaimana aturan pakai obat tersebut? 3x1
Informasi apa sajakah yang anda dapatkan Hanya kegunaan obat
mengenai obat anak anda?
Apakah anda mendapat informasi yang Kadang kegunaanya gak dikasih
lengkap dan jelas tentang tatacara pemakaian tahu
obat tersebut? jika anda merasa kurang yakin,
siapa yang anda akan cari untuk mendapatkan
informasi lebih jelas?
Siapa yang sering menjelaskan tentang Dokter yang lebih banyak
tatacara atau aturan pakai dari obat anda, memberi informasi
apakah dokter, Apoteker atau perawat?
Apakah anak anda mengkonsumsi obat Iya
secara teratur sesuai dengan informasi yang
diberikan?
Apakah selama mengkonsumsi obat yang Tidak ada
diberikan, anak anda mengalami efek yang
dirasa merugikan? jika ada, seperti apa dan
bagaimana pengatasannya?
Apakah anak anda pernah mengkonsumsi Tidak
obat lain selain yang diresepkan selama
waktu pengobatan? apa nama obatnya? dari
mana mendapatkannya?
Apakah selama pengobatan pihak rumah sakit Tidak pernah
pernah mengganti obat yang anak anda
gunakan sebelum obat anda habis?
Apakah anda pernah melakukan pengecekan Check
ulang terhadap resep yang diberikan kepada
anak anda? (terkait dengan kesesuaian obat
nama pasien, umur, tanggal )?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

Orangtua pasien pediatri 5


Pertanyaan Jawaban
Obat apa saja yang anak anda dapatkan? Paracetamol, antibiotik dan infus
Sejak kapan anak anda menggunakan obat ini Sejak masuk di Rumah Sakit
(awal penggunaan)? misalkan sejak sakit di
RS
Disaat kapan anak anda mengkonsumsi obat Tidak tahu
ini ? (untuk obat yang penggunaannya hanya
bila perlu)
Bagaimana cara mengkonsumsi obat tsb? Sirup ditelan
(ditelan, dioleskan, dll)
Bagaimana aturan pakai obat tersebut? 3x1
Informasi apa sajakah yang anda dapatkan Informasi hanya disuruh
mengenai obat anak anda? diminumkan
Apakah anda mendapat informasi yang Cukup lengkap, bertanya pada
lengkap dan jelas tentang tatacara pemakaian dokter
obat tersebut? jika anda merasa kurang yakin,
siapa yang anda akan cari untuk mendapatkan
informasi lebih jelas?
Siapa yang sering menjelaskan tentang Dokter
tatacara atau aturan pakai dari obat anda,
apakah dokter, Apoteker atau perawat?
Apakah anak anda mengkonsumsi obat Ya
secara teratur sesuai dengan informasi yang
diberikan?
Apakah selama mengkonsumsi obat yang Tidak ada
diberikan, anak anda mengalami efek yang
dirasa merugikan? jika ada, seperti apa dan
bagaimana pengatasannya?
Apakah anak anda pernah mengkonsumsi Tidak pernah
obat lain selain yang diresepkan selama
waktu pengobatan? apa nama obatnya? dari
mana mendapatkannya?
Apakah selama pengobatan pihak rumah sakit Tidak
pernah mengganti obat yang anak anda
gunakan sebelum obat anda habis?
Apakah anda pernah melakukan pengecekan Obat di check oleh orangtua
ulang terhadap resep yang diberikan kepada
anak anda? (terkait dengan kesesuaian obat
nama pasien, umur, tanggal )?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

Orangtua pasien pediatri 6


Pertanyaan Jawaban
Obat apa saja yang anak anda dapatkan? Captopril dan adapton puyer
Sejak kapan anak anda menggunakan obat ini Dari rumah sudah menggunakan
(awal penggunaan)? misalkan sejak sakit di obat captopril, tapi saat di RS
RS gunakan yang dari RS, namun
obatnya sama.
Disaat kapan anak anda mengkonsumsi obat -
ini ? (untuk obat yang penggunaannya hanya
bila perlu)
Bagaimana cara mengkonsumsi obat tsb? Di telan
(ditelan, dioleskan, dll)
Bagaimana aturan pakai obat tersebut? Captopril 2x1, adapton 2x1
Informasi apa sajakah yang anda dapatkan -
mengenai obat anak anda?
Apakah anda mendapat informasi yang Sudah jelas
lengkap dan jelas tentang tatacara pemakaian
obat tersebut? jika anda merasa kurang yakin,
siapa yang anda akan cari untuk mendapatkan
informasi lebih jelas?
Siapa yang sering menjelaskan tentang Perawat
tatacara atau aturan pakai dari obat anda,
apakah dokter, Apoteker atau perawat?
Apakah anak anda mengkonsumsi obat Teratur
secara teratur sesuai dengan informasi yang
diberikan?
Apakah selama mengkonsumsi obat yang Tidak pernah
diberikan, anak anda mengalami efek yang
dirasa merugikan? jika ada, seperti apa dan
bagaimana pengatasannya?
Apakah anak anda pernah mengkonsumsi Tidak pernah
obat lain selain yang diresepkan selama
waktu pengobatan? apa nama obatnya? dari
mana mendapatkannya?
Apakah selama pengobatan pihak rumah sakit Diberi infus setelah operasi
pernah mengganti obat yang anak anda
gunakan sebelum obat anda habis?
Apakah anda pernah melakukan pengecekan Selalu check
ulang terhadap resep yang diberikan kepada
anak anda? (terkait dengan kesesuaian obat
nama pasien, umur, tanggal )?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

Orangtua pasien pediatri 7


Pertanyaan Jawaban
Obat apa saja yang anak anda dapatkan? Captopril (puyer) dan capto
(tablet)
Sejak kapan anak anda menggunakan obat ini Di RS
(awal penggunaan)? misalkan sejak sakit di
RS
Disaat kapan anak anda mengkonsumsi obat - (Tidak ada obat yang hanya
ini ? (untuk obat yang penggunaannya hanya perlu)
bila perlu)
Bagaimana cara mengkonsumsi obat tsb? Ditelan
(ditelan, dioleskan, dll)
Bagaimana aturan pakai obat tersebut? Tidak tahu
Informasi apa sajakah yang anda dapatkan Tidak diberi informasi
mengenai obat anak anda?
Apakah anda mendapat informasi yang Tidak
lengkap dan jelas tentang tatacara pemakaian
obat tersebut? jika anda merasa kurang yakin,
siapa yang anda akan cari untuk mendapatkan
informasi lebih jelas?
Siapa yang sering menjelaskan tentang Perawat
tatacara atau aturan pakai dari obat anda,
apakah dokter, Apoteker atau perawat?
Apakah anak anda mengkonsumsi obat Iya
secara teratur sesuai dengan informasi yang
diberikan?
Apakah selama mengkonsumsi obat yang Tidak ada
diberikan, anak anda mengalami efek yang
dirasa merugikan? jika ada, seperti apa dan
bagaimana pengatasannya?
Apakah anak anda pernah mengkonsumsi Tidak pernah
obat lain selain yang diresepkan selama
waktu pengobatan? apa nama obatnya? dari
mana mendapatkannya?
Apakah selama pengobatan pihak rumah sakit Ditambah amoxicilin
pernah mengganti obat yang anak anda
gunakan sebelum obat anda habis?
Apakah anda pernah melakukan pengecekan Selale ngecheck
ulang terhadap resep yang diberikan kepada
anak anda? (terkait dengan kesesuaian obat
nama pasien, umur, tanggal )?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

Orangtua pasien pediatri 8


Pertanyaan Jawaban
Obat apa saja yang anak anda dapatkan? Prednison , caleg, amlodipin,
loperten, captopril, albumin infus
Sejak kapan anak anda menggunakan obat ini Sejak masuk RS
(awal penggunaan)? misalkan sejak sakit di
RS
Disaat kapan anak anda mengkonsumsi obat Antibiotik sampai obatnya habis
ini ? (untuk obat yang penggunaannya hanya
bila perlu)
Bagaimana cara mengkonsumsi obat tsb? Ditelan
(ditelan, dioleskan, dll)
Bagaimana aturan pakai obat tersebut? Pagi dan malam
Informasi apa sajakah yang anda dapatkan Nama obat
mengenai obat anak anda?
Apakah anda mendapat informasi yang Cukup
lengkap dan jelas tentang tatacara pemakaian
obat tersebut? jika anda merasa kurang yakin,
siapa yang anda akan cari untuk mendapatkan
informasi lebih jelas?
Siapa yang sering menjelaskan tentang Dokter dan perawat
tatacara atau aturan pakai dari obat anda,
apakah dokter, Apoteker atau perawat?
Apakah anak anda mengkonsumsi obat Teratur
secara teratur sesuai dengan informasi yang
diberikan?
Apakah selama mengkonsumsi obat yang Tidak pernah
diberikan, anak anda mengalami efek yang
dirasa merugikan? jika ada, seperti apa dan
bagaimana pengatasannya?
Apakah anak anda pernah mengkonsumsi Tidak pernah
obat lain selain yang diresepkan selama
waktu pengobatan? apa nama obatnya? dari
mana mendapatkannya?
Apakah selama pengobatan pihak rumah sakit Tidak
pernah mengganti obat yang anak anda
gunakan sebelum obat anda habis?
Apakah anda pernah melakukan pengecekan Tidak
ulang terhadap resep yang diberikan kepada
anak anda? (terkait dengan kesesuaian obat
nama pasien, umur, tanggal )?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Orangtua pasien pediatri 9


Pertanyaan Jawaban
Obat apa saja yang anak anda dapatkan? metilprednisolon, captopril, caleg
Sejak kapan anak anda menggunakan obat ini Sejak masuk RS
(awal penggunaan)? misalkan sejak sakit di
RS
Disaat kapan anak anda mengkonsumsi obat - (tidak ada obat yang
ini ? (untuk obat yang penggunaannya hanya penggunaanya hanya perlu)
bila perlu)
Bagaimana cara mengkonsumsi obat tsb? Ditelan
(ditelan, dioleskan, dll)
Bagaimana aturan pakai obat tersebut? Metilprednisolon 4x1, caleg 1x1,
captopril 1x1
Informasi apa sajakah yang anda dapatkan Informasi hanya metilprednisolon
mengenai obat anak anda? dipakai 1 bulan
Apakah anda mendapat informasi yang Cukup lengkap, tanya dokter
lengkap dan jelas tentang tatacara pemakaian spesialis
obat tersebut? jika anda merasa kurang yakin,
siapa yang anda akan cari untuk mendapatkan
informasi lebih jelas?
Siapa yang sering menjelaskan tentang Dokter
tatacara atau aturan pakai dari obat anda,
apakah dokter, Apoteker atau perawat?
Apakah anak anda mengkonsumsi obat Ya
secara teratur sesuai dengan informasi yang
diberikan?
Apakah selama mengkonsumsi obat yang Mual, batuk, kasih tahu perawat.
diberikan, anak anda mengalami efek yang
dirasa merugikan? jika ada, seperti apa dan
bagaimana pengatasannya?
Apakah anak anda pernah mengkonsumsi Tidak pernah
obat lain selain yang diresepkan selama
waktu pengobatan? apa nama obatnya? dari
mana mendapatkannya?
Apakah selama pengobatan pihak rumah sakit Tidak pernah
pernah mengganti obat yang anak anda
gunakan sebelum obat anda habis?
Apakah anda pernah melakukan pengecekan Dicek kembali oleh orangtua
ulang terhadap resep yang diberikan kepada
anak anda? (terkait dengan kesesuaian obat
nama pasien, umur, tanggal )?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

Lampiran 4. Hasil wawancara dengan perawat mengenai Medication error


pada Resep Racikan untuk Pasien Pediatrik di RSUP Dr. Sardjito
Yogyakarta
1. Apakah anda mengetahui mengenai Medication error? Seberapa
pentingkah medication error bagi Anda sebagai perawat?
Perawat 1 : kesalahan pemberian obat terapi yang tidak sesuai dengan
pasien dan prosedurenya.
Perawat 2 : tahu, sangat penting, tentang kesalahan pemberian obat
baik rute/dosis.

2. Bagaimana pandangan perawat jika Apoteker terlibat dalam memonitor


penggunaan obat?
Perawat 1 : setuju, karena yang menyediakan obatnya pihak apotek.
Perawat 2 : setuju, karena Apoteker lebih tau tentang obat dan untuk
mencegah kesalahan pemberian obat.

3. Jika anda menemukan obat yang tidak dicantumkan aturan pakainya, apa
yang anda lakukan sebagai perawat?
Perawat 1 : konfirmasi dengan pihak apotek.
Perawat 2 : konfirmasi ke dokter tentang dosis obat dan konfirmasi ke
Apoteker mengenai aturan pakainya.

4. Apakah anda memberikan informasi penggunaan obat terhadap pasien?


jika iya, informasi apa saja yang anda berikan?
Perawat 1 : iya, informasi tata tertib, hak dan kewajiban sebagai
pasien, tentang terapi (oral atau injeksi), tindakannya apa
saja, jadwal kunjungan.
Perawat 2 : iya, nama obat , fungsi, cara pemberian/ dosis obat, efek
samping, rute obat.

5. Apakah anda sebagai perawat selalu mengecek ulang terlebih dahulu obat
untuk pasien sebelum menyerahkannya?
Perawat 1 : pastinya selalu mengecek.
Perawat 2 : iya, memastikan benar obat dan dosis.

6. Apabila terdapat pasien yang tidak memenuhi aturan pakai obat , apa yang
Anda lakukan?
Perawat 1 : di edukasi lagi.
Perawat 2 : ada, mengingatkan kembali pasien agar fungsi obat
bekerja baik.

7. Pada saat Anda memberikan obat kepada pasien, apakah Anda


menunggu/melihat hingga pasien menggunakan semua obatnya?
Perawat 1 : iya, ditunggu sampai diminumkan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

Perawat 2 : iya, melihat dan memastikan, kecuali pada pasien yang


tidur.

8. Apakah anda sering menemukan obat pasien yang ketinggalan di bangsal ?


kalau iya, apa yang anda lakukan ?
Perawat1 : tidak pernah , selalu ada obat kontrolnya, obat apa saja
yang dibawa pulang.
Perawat2 : jarang, sesekali pernah, menghubungi pihak keluarga
pasien untuk mengambil.

9. Apakah anda pernah menjumpai obat yang kemungkinan sengaja dibuang


atau disembunyikan oleh pasien ? jika iya, apa yang anda lakukan ?
Perawat1 : tidak pernah.
Perawat2 : tidak pernah.

10. Menurut anda, apa yang menyebabkan terjadinya ME pada fase


administration ?
Perawat1 : ketidaktaatan pasien untuk meminum obat.
Perawat2 : pasien tidak taat.
11. Menurut anda, upaya apa saja yang telah dilakukan pihak RSUP Dr.
Sardjito dalam pencegahan terjadinya ME ?
Perawat1 : pemberian edukasi ke pasien.
Perawat2 : melakukan edukasi pasien.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

Lampiran 5. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian di RSUP Dr.


Sardjito Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Lampiran 6. Surat Ijin Ethical Clearence untuk melakukan penelitian di


RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

Biografi Penulis

Penulis skripsi dengan judul “Medication error Resep


Obat Racikan Pasien Pediatri Di RSUP Dr. Sardjito Pada
Periode Februari 2014 (Tinjauan Fase Dispensing dan
Fase Administration)” memiliki nama lengkap Septi
Martiani Pertiwi. Penulis lahir di Palangkaraya pada
tanggal 25 September 1992 dari pasangan Medie dan Sari
Indang sebagai anak pertama dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang ditempuh penulis dimulai di TK
Adhyaksa Palangkaraya (1996-1998), SDN Langkai 6
Palangkaraya (1998-2004), SDN sidorejo 1 Pangkalan
Bun (2001-2004), SMPN 1 Arut Selatan Pangkalan Bun (2004-2007), dan
melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 2 Palangkaraya (2007-
2010). Pada tahun 2010 penulis melanjutkan pendidikan ke jenjang Perguruan
Tinggi di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, Fakultas Farmasi. Selama
menempuh kuliah, penulis aktif dalam berbagai kegiatan dan kepanitiaan. Penulis
pernah menjadi anggota seksi konsumsi Acara Pelepasan Wisuda (2010),
koordinator seksi kesekretariatan Acara Pelepasan Wisuda (2012), anggota tim
penyuluhan “Cegah sebelum terlambat kanker serviks di Jetis, Sleman” (2012).

You might also like