Professional Documents
Culture Documents
SS 2
SS 2
Model sistem menjadi sederhana bila sistem diasumsikan linier dan time invariant (LTI).
Pertama, sistem dapat dikarakterisasi menggunakan respons impuls. Kedua, respons dari
sistem dapat dihitung melalui proses konvolusi.
Salah satu sistem LTI terpenting adalah sistem linear differential constant coefficien-
ts (LCCDE). Pada sistem LCCDE persamaan input-output dapat dimodelkan dengan
persamaan diferensial. Dengan demikian respons dari sistem LCCDE adalah solusi dari
persamaan diferensial.
Tujuan dari bab ini adalah membekali peserta dengan pengetahuan dan kemampuan
untuk menghitung output dari sistem LTI dan LCCDE.
y = F {x} (2.1)
Secara khusus sistem ini menghasilkan sinyal h bila dimasuki input impuls δ. Sinyal h
disebut respons impuls. Selanjutnya sistem ini akan menghasilkan respons step s bila
dimasuki input step u.
Pada umumnya sistem dinyatakan melalui persamaan I/O (input-output). Sebagai
contoh, sebuah sistem DT memiliki persamaan I/O
Kasus: Sifat perubahan yang terjadi akibat sistem LCCDE, terutama dalam mengubah
energi sinyal, bergantung dari frekuensi sinyal. Sebagai contoh, misalnya sistem
orde dua tersebut di atas memiliki koefisien seperti pada Tabel 2.1. Kemudian
sistem ini dimasuki sinyal sinusoid x1 [n] = cos (1.5n) (lihat Gambar 2.2). Dengan
bantuan spreadsheet Tabel 2.2 kita dapat menghitung sampel output y[n]. Dari
Gambar 2.2 terlihat bahwa gelombang output sudah mengecil. Berarti sistem
ini telah meredam sinyal x1 [n], sebesar lebih dari 22dB berdasarkan perhitungan
x h y
26
2 Sistem Linear Time-Invariant
Tabel 2.2: Output dari sistem orde dua terhadap sinyal sinusoid sebanyak 60 sampel.
A B C D E
1 Koefisien Nilai Nilai
2 a2 0.7438 0.7438
3 a1 -1.2452 -1.2452
4 a0 1 1
5 b2 1.3567 1.3567
6 b1 -0.2755 -0.2755
7 b0 1.3567 1.3567
8
9 Frek: 1.5 2.5
10 n x1 [n] y1 [n] x2 [n] y2 [n]
11 -2 -0.990 0.284
12 -1 0.071 -0.801
13 0 1.000 -0.006 1.000 1.962
14 1 0.071 -0.091 -0.801 -0.006
15 2 -0.990 -0.115 0.284 0.495
.. .. .. .. .. ..
. . . . . .
70 57 -0.779 -0.045 -0.428 -0.347
71 58 0.570 0.054 0.884 0.792
72 59 0.860 0.053 -0.988 -0.921
73
74 Energy 30.39 0.18 30.59 29.78
75 Relatif (dB) -22.31 -0.12
Kode spreadsheet:
B11:=COS(B$9*A11) [enter]
D11:=COS(D$9*A11) [enter]
C13: =SUM(B11:B13*C$5:C$7)-SUM(C11:C12*C$2:C$3) [ctrl+shift]-[enter]
E13: =SUM(D11:D13*E$5:E$7)-SUM(E11:E12*E$2:E$3) [ctrl+shift]-[enter]
B74:=SUM(B13:B72*B13:B72) [ctrl+shift]-[enter]
C74:=SUM(C13:C72*C13:C72) [ctrl+shift]-[enter]
D74:=SUM(D13:D72*D13:D72) [ctrl+shift]-[enter]
E74:=SUM(E13:E72*E13:E72) [ctrl+shift]-[enter]
C75:=10*LOG10(C74/B74) [enter]
E75:=10*LOG10(E74/D74) [enter]
27
2 Sistem Linear Time-Invariant
spreadsheet. Sinyal sinusoid lain yang frekuensi lebih tinggi, x1 [n] = cos (2.5n)
juga teredam, tetapi hanya sebesar 0.12 dB (Gambar 2.3).
Sistem LTI adalah sistem yang sekaligus linier dan time invariant. Sistem F di sebut
linier bila untuk setiap input x1 dan x2 (baik untuk DT maupun CT) berlaku
F {δ (t − t0 )} = h (t − t0 ) ; F {δ [n − n0 ]} = h [n − n0 ]
x[n] y[n]
{1, 0, 2} {0, 1, 2}
{0, 0, 3} {1, 0, 0, 2}
{0, 0, 0, 1} {1, 2, 1}
28
2 Sistem Linear Time-Invariant
Soal: Dari pengamatan sebuah sistem linier, diperoleh hubungan input-output berikut
ini
x [n] y [n]
{−1, 2, 1} {1, 2, −1, 1}
{1, −1, −1} {−1, 1, 0, 2}
{0, 1, 1} {1, 2, 1}
Kasus: Sebuah sistem LTI CT memiliki respons step s(t) = e−t u(t). Tentukan output
bila sistem dimasuki sinyal x(t) seperti pada gambar di bawah.
x (t)
1
0 1 2 3t
Perhatikan bahwa x(t) = u(t − 1) − u(t − 3). Dari sifat LTI, disimpulkan bahwa
y(t) = s(t − 1) − s(t − 3). Hasil ini dapat dilihat pada gambar berikut.
29
2 Sistem Linear Time-Invariant
s(t) s(t − 1)
t
0 3
−s(t − 3)
y(t)
t
0 3
2.1.2 Konvolusi
Konvolusi antara dua sinyal s dan v menghasilkan sinyal w yang dinyatakan dengan
notasi sebagai
w =s⊗v (2.5)
yang didefinisikan untuk kasus CT sebagai
ˆ ∞
w (t) = s (t) ⊗ v (t) = s (τ ) v (t − τ ) dτ (2.6)
−∞
dan untuk kasus DT sebagai
∞
X
w [n] = s [n] ⊗ v [n] = s [l] v [n − l] (2.7)
l=−∞
Dengan cara yang serupa untuk kasus DT, sebuah sinyal x[n] dapat direpresentasikan
sebagai
∞
X
x [n] = x [l] δ [n − l] = x [n] ⊗ δ [n] (2.10)
l=−∞
30
2 Sistem Linear Time-Invariant
Representasi ini adalah kasus khusus dari sifat umum bahwa sebuah sinyal CT dapat
direpresentasikan dalam bentuk integral terhadap sebuah kernel s(t, τ ) menurut
ˆ ∞
x(t) = X (τ ) s(t, τ )dτ (2.11)
−∞
dan sinyal DT dapat direpresentasikan oleh sebuah kombinasi linier dari sinyal basis
s (n, l) menurut
∞
X
x [n] = X [l] s (n, l) (2.12)
l=−∞
y =x⊗h (2.13)
Untuk memperlihatkan hal ini dalam kasus DT, perhatikan bahwa
( ∞ )
X
y[n] = F {x[n]} = F x [l] δ [n − l]
l=−∞
∞
X
y[n] = x [l] F {δ [n − l]}
l=−∞
maka diperoleh
∞
X
y [n] = x [l] h [n − l] (2.14)
l=−∞
Kasus: Sebuah sistem CT memiliki h(t) = e−αt u (t), di mana α > 0, dimasuki input
x(t) = u(t). Cari output y(t).
Cara-1: y = x ⊗ h = u ⊗ h,
Diperoleh
ˆ ∞
y (t) = u (τ ) h (t − τ ) dτ
−∞
31
2 Sistem Linear Time-Invariant
ˆ ∞
= u (τ ) e−α(t−τ ) u (t − τ ) dτ
−∞
ˆ t ˆ t
−α(t−τ )
= e dτ u (t) = u(t)e −αt
eατ dτ
0 0
Dan
1
y(t) = 1 − e−αt u(t)
α
Cara-2: y = h ⊗ x = h ⊗ u,
Diperoleh
ˆ ∞
y (t) = h (τ ) x (t − τ ) dτ
−∞
ˆ ∞
= e−ατ u (τ ) u (t − τ ) dτ
−∞
ˆ t
−ατ
= e dτ u (t)
0
dan
1
y(t) = 1 − e−αt u(t)
α
x (t) h (t)
1 1
0 1 2 3 t 0 1 2 t
1
4 5
n
0 1 2 3
32
2 Sistem Linear Time-Invariant
x [n]
1
4
n
0 1 2 3 5
1
Jawab: Dari gambar dapat disimpulkan bahwa sinyal input hanya terdiri dari
dua pulsa, x[n] = δ [n − 2] − δ [n − 4], sedangkan sinyal respons impuls terdiri
dari enam pulsa. Oleh sebab itu, lebih mudah kita menggunakan konvolusi jenis
y[n] = x [n] ⊗ h [n], yang berarti:
y[n] = h [n − 2] − h [n − 4]
Output ini dapat juga dilihat scara visual sebagai penjumlahan dua gelombang
respons impuls yang tergeser masing-masing 2 dan 4 sampel.
h [n − 2]
1
6 7
n
0 1 2 3 4 5 8 9 10 11
−1
h [n − 4]
1
8 9
n
0 1 2 3 4 5 6 7 10 11
−1
33
2 Sistem Linear Time-Invariant
y [n] = h [n − 2] − h [n − 4]
1
6 7
n
0 1 2 3 4 5 8 9 10 11
−1
−2
Kasus: Sebuah sistem DT memiliki h[n] = αn u[n], dimasuki unit step. Cari outputnya.
Karena sinyal dan sistem kausal, maka y[n] = x[n] ⊗ h[n]
n
X
y[n] = u[n] αn−k
k=0
tapi
n 0 n
X
n−k
X
m
X 1 − αn+1
α = α = αm =
m=n
1−α
k=0 m=0
sehingga
1 − αn+1
y[n] = u[n]
1−α
-1 1t
34
2 Sistem Linear Time-Invariant
t
-1 0 1 2 3 4 5
2. Kemudian coba cari/sketsa input x (t) apabila output y(t) diketahui periodik
pada gambar sebagai berikut.
y (t)
2
-3 3 4 8
t
-4 -2 0 2 6
-2
2.3.2 Stabilitas
Sistem LTI yang stabil secara bounded-input bounded-output (BIBO) memiliki respons
impuls dengan sifat
ˆ ∞
|h (τ )| dτ < ∞ (2.16)
−∞
35
2 Sistem Linear Time-Invariant
∞
X ∞
X X ∞
|α|k
k
|h[k]| = α u[k] =
k=−∞ k=−∞ k=0
Maka ini tidak stabil, kecuali bila |α| < 1 karena kemudian
∞ ∞
X X 1
|h[k]| = |α|k = <∞
1 − |α|
k=−∞ k=0
Kasus: Perlihatkan bahwa pada sistem LTI bila x[n] periodik dengan periode N , maka
y[n] juga periodik dengan periode N .
Perhatikan bahwa pada sistem LTI
∞
X
y [n] = h [l] x [n − l]
l=−∞
36
2 Sistem Linear Time-Invariant
∞
X
y [m + N ] = h [l] x [m + N − l]
l=−∞
∞
X
= h [l] x [(m − l + N ]
l=−∞
∞
X
y [m + N ] = h [l] x [m − l] = y[m]
l=−∞
2.3.4 Memori
Pada sistem tanpa memori, y(t) hanya bergantung x(t) pada saat t. Untuk sistem LTI
tanpa memori, y(t) = Kx(t), dan h(t) = Kδ(t). Jadi bila h(t0 ) 6= 0 untuk t0 6= 0, maka
sistem memiliki memori. Sistem bermemori yang paling dikenal adalah LCCDE.
2.4 LCCDE
Selama ini kita sudah mengkarakterisasi sistem berdasarkan hubungan I/O (terutama
persamaan I/O) dan respons impuls. Sekarang kita ingin memodelkan sistem LTI dalam
bentuk khusus, yaitu persamaan I/O nya memenuhi sebuah persamaan diferensial (untuk
CT) dan diferens (untuk DT).
a2 y [n − 2] + a1 y [n − 1] + a0 y [n]
(2.20)
= b2 x [n − 2] + b1 x [n − 1] + b0 x [n]
37
2 Sistem Linear Time-Invariant
z −1 b0 z −1
b b
z −1 b1 a1 z −1
b b
z −1 b2 b b a2 z −1
b b b b
b b
z −1 bM−1 aN −1 z −1
bM aN
Tabel 2.3: Jumlah komputasi untuk LCCDE dalam implementasi direct form.
Komputasi Tipe I Tipe II
Perkalian skalar N +M +1 N +M +1
Perjumlahan N +M N +M
Elemen Delay N +M N
Jumlah 3N + 3M + 1 3N + 2M + 1
Baik persamaan (2.17) maupun (2.19) bersifat linier dengan koefisien konstan, sehing-
ga keduanya disebut LCCDE (linear constant coefficient differential/difference equation).
Sistem LCCDE DT dapat diimplementasi dalam sebuah bentuk seperti pada Gambar
2.4. Bentuk ini disebut bentuk direct form tipe 1 karena koefisien serta arsitektur ben-
tuk ini langsung diperoleh dari persamaan. Jumlah komputasi yang diperlukan adalah
kombinasi dari jumlah perkalian skalar, penjumlahan, dan elemen delay. Sebagaima-
na diperlihatkan pada Tabel 2.3, jumlah komputasi untuk direct form tipe I adalah
3M + 3N + 1.
Perhatikan bahwa sistem ini dapat dianggap kaskade antara dua sistem (lihat Gambar
2.4).
M
X
v[n] = bk x[n − k]
k=0
38
2 Sistem Linear Time-Invariant
z −1 z −1 b0
b b
a1 z −1 z −1 b1
b b
b a2 z −1 z −1 b2 b
b b b b
b b
aN −1 z −1 z −1 bM−1
aN bM
N
X
y[n] = − ak y[n − k] + v[n]
k=1
Karena kedua sistem ini linier, maka kaskade ini bersifat komutatif, sehingga dapat
diubah menjadi kaskade antara dua sistem (Gambar 2.5).
N
X
w[n] = − ak w[n − k] + x[n]
k=1
M
X
y[n] = bk w[n − k]
k=0
39
2 Sistem Linear Time-Invariant
z −1 b0
b
a1 z −1 b1
b
a2 b2
b b b
b b
b b b
b b
b b b
b b
aN −1 z −1 bN −1
aN bN
z −1 b0
b
a1 z −1 b1
b
a2 b2
40
2 Sistem Linear Time-Invariant
Kasus: Gunakan tabel spreadsheet untuk mensimulasikan LCCDE orde dua rileks de-
ngan persamaan
1 5
y [n − 2] − y [n − 1] + y [n] = x [n]
6 6
yang dipicu oleh x[n] = δ[n].
Pada Tabel 2.4 mula-mula kita meletakkan koefisien dari persamaan ini ke dalam
kolom B untuk label dan C untuk nilai mulai dari baris 2 s/d 7. Kemudian pada
baris 9 kita memberikan label indeks waktu n, eksitasi x[n], serta state y[n]. Pada
baris 10 dan 11, kita mengisi kondisi awal rileks untuk x[n] dan y[n]. Kita lalu
mengisi baris berikutnya dengan sample dari δ[n].
Untuk menghitung y[0], y[1] dan seterusnya kita menggunakan perhitungan
41
2 Sistem Linear Time-Invariant
A cos(ω0 n)
K1 cos ω0 n + K2 sin ω0 n
A sin(ω0 n)
yang dapat dilakukan oleh spreadsheet menggunakan fungsi array yang di copy-
paste pada setiap sel di kolom C mulai baris 12:
C12: =SUM(B10:B12*C$5:C$7)-SUM(C10:C11*C$2:C$3) [ctrl+shift]-[enter]
C13: =SUM(B11:B13*C$5:C$7)-SUM(C11:C12*C$2:C$3) [ctrl+shift]-[enter]
dst
Maka keadaan (state) pada setiap waktu dapat dilihat pada Tabel 2.4.
atau untuk DT
N
X
ak yh [n − k] = 0 (2.24)
k=0
42
2 Sistem Linear Time-Invariant
Fungsi yang dikenal mempertahankan bentuk akibat diferensiasi adalah bentuk ekspo-
nensial, sehingga bentuk eksponensial ini secara alamiah dapat membentuk persamaan
homogen.
Asumsi solusi homogen yh [n] memiliki bentuk kompleks eksponensial, maka kita coba
bentuk yang paling sederhana:
yh [n] = λn
Karena solusi homogen memenuhi persamaan homogen, maka kita peroleh
N
X
ak yh [n − k] = 0
k=0
perhatikan
N
X N
X N
X
ak yh [n − k] = ak λn−k = λn−N aN −k λk
k=0 k=0 k=0
Ruas kiri adalah polinomial λ (disebut polinomial karakteristik) berorde N yang me-
miliki N buah akar λi yang menjadi solusi persamaan homogen ini. Maka solusi homogen
yang akan kita gunakan adalah kombinasi linier dari akar-akar ini, yakni
N
X
yh [n] = ci λni (2.25)
i=0
yang sudah dipastikan melalui proses penurunan tersebut akan memenuhi persamaan
homogen. Konstanta ci ditentukan oleh kondisi awal dari LCCDE. Bila ada N buah
ci yang perlu diketahui maka diperlukan N buah kondisi awal untuk membentuk N
persamaan dengan N yang tidak diketahui.
1 5
y [n − 2] − y [n − 1] + y [n] = x [n]
6 6
bila diketahui input x1 [n] = 2n u [n].
Jawab: Dari Tabel 2.5 diperoleh kandidat dsolusi partikular yp [n] = K2n u [n].
Untuk menentukan konstanta K yang memenuhi persamaan LCCDE, maka kita
melakukan substitusi
1 5
yp [n − 2] − yp [n − 1] + yp [n] = x1 [n]
6 6
menjadi
43
2 Sistem Linear Time-Invariant
1 5
K2n−2 u [n − 2] − K2n−1 u [n − 1] + K2n u [n] = 2n u [n]
6 6
Karena persamaan ini linier, n yang manapun kita pilih untuk evaluasi akan meng-
hasilkan K yang berlaku untuk semua n, asalkan semua term dalam persamaan
ikut terevaluasi. Maka kita mengevaluasi persamaan dengan pilihan n = 2 karena
n ini tersederhana yang mengikutkan semua term dalam persamaan. Untuk n = 2,
kita dapatkan
1 5
K − K2 + K22 = 22
6 6
dan kemudian K = 58 , sehingga kita peroleh
8
yp [n] = 2n u [n]
5
Kasus: Tentukan solusi homogen dari LCCDE orde dua dalam kondisi relaks (kondisi
awal y[n] = 0, pada n < 0), bila persamaan LCCDE berbentuk
1 5
y [n − 2] − y [n − 1] + y [n] = x [n] (2.26)
6 6
Jawab: dari persamaan homogen
1 5
y [n − 2] − y [n − 1] + y [n] = 0
6 6
kita peroleh polinomial karakteristik
1 5 1 1
p (λ) = − λ + λ2 = λ− λ−
6 6 2 3
1
sehingga diperoleh akar λ1 = 2 dan λ2 = 13 , dan solusi homogen n ≥ 0 adalah
n n
1 1
yh [n] = c1 + c2 (2.27)
2 3
Kasus: Solusi total adalah gabungan solusi homogen dengan solusi partikular. Dalam
kasus di atas, solusi total adalah
n n
1 1 8
y[n] = c1 + c2 + 2n u [n]
2 3 5
44
2 Sistem Linear Time-Invariant
Perhatikan bahwa sistem ini pada dasarnya mengambil bentuk Persamaan (2.19) dengan
a0 =1.
Sistem DT ini dapat diimplementasi menggunakan komputer atau spreadsheet, seperti
pada contoh sebelumnya.
y [n] + 2y [n − 1] = x [n] + x [n − 1]
1 5
y [n] = − y [n − 2] + y [n − 1] + x [n]
6 6
Sistem ini memiliki bentuk LCCDE sebagaimana persamaan (2.26). Maka kita
dapat langsung menggunakan solusi homogen pada persamaan (2.27). Karena kita
menghitung respons impuls, maka x[n] = 0 untuk n > 0, sehingga solusi partikular.
Jadi impul respons adalah solusi total yang sama dengan solusi homogen.
n n
1 1
h [n] = c1 + c2
2 3
45
2 Sistem Linear Time-Invariant
46
2 Sistem Linear Time-Invariant
Kita membutuhkan dua persamaan untuk mencari kedua koefisien c1 dan c2 , yang
bisa kita bentuk menggunakan solusi ini pada n = 0 dan n = 1:
1 0 1 0
h[0] = c1 2 + c2 3
1 1 1 1
h[1] = c1 2 + c2 3
Untuk keperluan ini kita memanfaatkan Tabel 2.4 pada n = 0 dan n = 1, sehingga
diperoleh (secara pecahan) y[0] = 1 dan y[1] = 56 . Sekarang kita punya sistem dua
persamaan dengan dua tidak diketahui
1 = c1 + c2
5 1 1
6 = 2 c1 + 3 c2
d
y (t) + ay (t) = x (t)
dt
di mana a konstanta.
1. Carilah y(t) dengan kondisi awal y (0) = y0 dan x (t) = Ke−bt u (t)
2. Nyatakan y (t) dalam penjumlahan respon zero-input dan respon zero-state.
47
2 Sistem Linear Time-Invariant
y [n] − ay [n − 1] = x [n]
dengan a adalah konstan. Bila sistem relaks, carilah y[n] untuk input
48
2 Sistem Linear Time-Invariant
Untuk menghitung respons impuls, kita tidak perlu menghitung solusi partiku-
lar. Dengan demikian solusi yang diperlukan berasal dari soulsi homogen. Untuk
LCCDE di atas, kita peroleh persamaan homogen
p (λ) = λ2 − 3λ − 4 = (λ + 1) (λ − 4)
Dari persamaan ini dapat dibuat dua persamaan untk mencari c1 dan c2 dengan
memilin n = 0 dan n = 1:
h[0] = c1 + c2
h[1] = −c1 + 4c2
Kemudian dari persamaan sistem respons impuls di atas diproleh dua sample per-
tama dari impulse respons
sehingga
1 = c1 + c2
5 = −c1 + 4c2
49
2 Sistem Linear Time-Invariant
Kandidat solusi partikular untuk input x[n] = 4n u[n] ini adalah yp [n] = K (4)n u [n],
di mana K seharusnya dapat diperoleh melalui substitusi pada persamaan LCCDE
untuk n = 2. Akan tetapi khusus untuk kasus ini ternyata solusi ini tidak inde-
penden karena juga sudah terdapat pada solusi homogen, sehingga perlu dicari
kandidat lain. Kandidat solusi partikular berikutnya yang masih mengandung in-
put tapi bukan bagian dari solusi homogen adalah yp [n] = Kn (4)n u [n] sehingga
diperoleh persamaan substitusi
6
yp [n] = n (4)n u [n]
5
Karena kita sudah menghitung solusi homogen pada bagian sebelumnya, solusi
total untuk n ≥ 0 adalah
6
y [n] = c1 (−1)n + c2 (4)n + n (4)n
5
dengan koefisien c1 dan c2 dicari melalui
Kita kemudian memanfaatkan Tabel 2.6, kita peroleh y[0] = 1 dan y[1] = 9,
sehingga
50
2 Sistem Linear Time-Invariant
1 = c1 + c 2
24
9 = −c1 + 4c2 + 5
1 26
menghasilkan c1 = − 25 dan c2 = 25 . Maka solusi total adalah untuk n ≥ 0
1 26 6
y [n] = − (−1)n + (4)n + n (4)n
25 25 5
Hasil ini dapat diverifikasi pada kolom D spreadsheet di Tabel 2.6.
2.7 Penutup
Sistem LTI dapat dikarakterisasi menggunakan respons impuls. Respons dari sistem
dapat dihitung melalui proses konvolusi input dengan respons input.
Sesuai namanya, sistem LCCDE persamaan input-output dimodelkan dengan persa-
maan diferensial. Respons dari sistem LCCDE adalah solusi dari persamaan diferensial.
51