You are on page 1of 63

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI HUTAN TROPIKA (BW-2203)

ANALISIS VEGETASI KAWASAN HUTAN


KAMPUS ITB JATINANGOR

Tanggal praktikum : 10 Februari 2022


Tanggal pengumpulan : 23 Februari 2022

Disusun oleh:
Kelompok B4

Fardan Muhammad Rizqin Januar Fadhilah 11520026

Asisten:
Septi Sunah Rahmawati

PROGRAM STUDI REKAYASA KEHUTANAN


SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2022
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sudah tidak asing mendengar bahwa kehadiran tumbuhan memiliki
manfaat yang banyak bagi kehidupan manusia. Banyak kelompok atau jenis
tumbuhan yang mulai dikelola dan dimanfaatkan pada suatu lahan atau area.
Kelompok tumbuhan dengan jenis habitus yang bervariasi pada suatu lahan
atau area yang tumbuh dan hidup berdampingan sehingga terjadi interaksi
satu sama lain serta memiliki fungsi tertentu disebut sebagai vegetasi
(Agustina, 2008; Maarel, 2005; Maridi et al. 2015; Susanto, 2012). Kehadiran
vegetasi memiliki banyak manfaat bagi kehidupan dan lingkungan sekitar,
Smith et al (2000) menyebutkan beberapa diantaranya adalah sebagai wadah
penyimpanan nutrisi, karbon, sistem purifikasi air, dan penyebaran organisme
yang diperlukan bagi area vegetasi tersebut. Dengan banyaknya manfaat dari
kehadiran vegetasi tersebut, perlu dilakukan usaha-usaha agar manfaat yang
dihasilkan dapat terjaga dan ditingkatkan. Oleh karena itu perlu dilakukan
analisis vegetasi.
Menurut Maridi et al. (2015) dan Susanto (2012), analisis vegetasi
merupakan metode dalam mengetahui komposisi dari jenis atau kelompok
tumbuhan yang ada pada suatu lahan. Analisis yang dilakukan mencakup
persebaran jenis, bentuk dan struktur hidup dari vegetasi yang ada dan data
yang didapat diolah kemudian dideskripsikan. Analisis vegetasi menjadi hal
penting yang perlu dilakukan pada bidang rekayasa kehutanan. Analisis
vegetasi memiliki fungsi untuk mengetahui kondisi ekosistem yang diamati.
Keadaan ekosistem yang baik tentunya akan bermanfaat bagi struktur
kehidupan kedepannya dan dapat dimanfaatkan secara maksimal. Bidang
rekayasa kehutanan salah satunya bergerak dengan merekayasa ekosistem
hutan agar dapat dimaksimalkan secara efektif. Sebelum melakukan kegiatan
rekayasa, perlu diketahui terlebih dahulu bagaimana kondisi ekosistem hutan
yang ingin direkayasa sehingga analisis vegetasi berperan penting dalam hal
ini
1.2 Tujuan
1. Menentukan perbandingan komposisi vegetasi kawasan hutan campuran
dan tapak Swietenia kampus ITB Jatinangor
2. Menentukan perbandingan indeks nilai penting kawasan hutan
campuran dan tapak Swietenia kampus ITB Jatinangor
3. Menentukan perbandingan keanekaragaman vegetasi kawasan hutan
campuran dan tapak Swietenia kampus ITB Jatinangor
4. Menentukan perbandingan potensi regenerasi kawasan hutan campuran
dan tapak Swietenia kampus ITB Jatinangor.
BAB II
METODOLOGI
2.1 Deskripsi Area
2.1.1 Waktu dan lokasi
Kegiatan praktikum mata kuliah Ekologi Hutan Tropika
“Analisis Vegetasi Kawasan Hutan ITB Kampus Jatinangor”
dilaksanakan pada hari Kamis tanggal 10 Februari 2022 pukul 13.00
sampai 16.30 WIB. Lokasi kegiatan dilakukan di Institut Teknologi
Bandung Kampus Jatinangor lebih spesifiknya di Tapak Hutan
Campuran dengan koordinat 6°55'51.82" S dan 107°46'15.98" E dan
Tapak Hutan Mahoni dengan koordinat 6°55’58.91” S dan
107°46’04.45” E . Visualisasi lokasi kegiatan dapat diamati melalui
Gambar 2.1.1.1 dan Gambar 2.1.1.2 di bawah ini.

Gambar 2.1.1.1. Tapak Hutan Campuran Gambar 2.1.1.2. Tapak Hutan Campuran
(Diakses melalui GoogleEarthPro) (Diakses melalui GoogleEarthPro)

2.1.2 Kondisi mikroklimat dan curah hujan


Kegiatan yang dilaksanakan di Tapak Hutan Campuran
dilakukan dengan membuat dua plot yaitu plot B4 dan B2. Pada plot
B4 kegiatan dilakukan pada kondisi suhu udara 27oC. Disaat yang
bersamaan keadaan mikroklimat Hutan Campuran yang teramati
diantaranya adalah intensitas cahaya yang cukup rendah yakni hanya
sebesar 281 Lux dengan tingkat kelembapan 78%. Pada plot kedua
kegiatan dilakukan pada kondisi suhu udara 26oC. Disaat yang
bersamaan keadaan mikroklimat Hutan Campuran yang teramati
diantaranya adalah intensitas cahaya yang cuku tinggi yakni sebesar
3900 Lux dengan tingkat kelembapan 68%. Perbedaan intensitas
cahaya yang signifikan antara kedua plot diakibatkan karena pada plot
pertama kondisi tajuk dan dedaunan yang ada lebih rimbun dibanding
pada plot kedua yang lebih terbuka sehingga menyebabkan cahaya
matahari sulit menembus dan mengenai lantai hutan. Diakses melalui
online web MarkSim untuk mengetahui tingkat curah hujan yang ada
pada saat kegiatan dilaksanakan di kedua Tapak, didapat tingkat curah
hujan adalah sebesar 239 mm.
Sama halnya seperti pada Hutan Campuran, kegiatan yang
dilaksanakan di Tapak Hutan Mahoni dilakukan dengan membuat dua
plot. Pada plot pertama kegiatan dilakukan pada kondisi suhu udara
27,5oC. Disaat yang bersamaan keadaan mikroklimat Hutan Mahoni
yang teramati diantaranya adalah intensitas cahaya yang cukup tinggi
yakni sebesar 1246 Lux dengan tingkat kelembapan 69%. Pada plot
kedua kegiatan dilakukan pada kondisi suhu udara 20oC. Disaat yang
bersamaan keadaan mikroklimat Hutan Campuran yang teramati
diantaranya adalah intensitas cahaya yang rendah yakni hanya sebesar
130 Lux dengan tingkat kelembapan 59%. Perbedaan intensitas
cahaya yang signifikan antara kedua plot diakibatkan karena pada plot
pertama kondisi tajuk dan dedaunan yang ada lebih berjarak dan
terbuka dibanding pada plot kedua yang lebih rimbun dan tertutup
sehingga menyebabkan cahaya matahari mudah menembus dan
mengenai lantai hutan. Secara ringkas kondisi mikroklimat masing-
masing Tapak dan tiap plotnya dapat diperhatikan pada Tabel 2.1.2.1
dibawah ini:
Tabel 2.1.2.1. Kondisi Mikroklimat
Tapak Kondisi Mikroklimat
Suhu Intensitas Curah
Plot Kelembapan
Udara Cahaya Hujan
Kelompok Udara (%)
(oC) (Lux) (mm)
Hutan B4 27 281 78
Campuran B2 26 3900 6900
239
Hutan B1 27,5 69 1246
Mahoni B3 20 59 130

2.1.3 Rona lingkungan


Rona lingkungan pada masing-masing Tapak dan tiap plotnya dapat
diperhatikan pada Tabel 2.1.3.1. dibawah ini:
Tabel 2.1.3.1. Rona Lingkungan
Plot
Tapak Rona Lingkungan
(Kelompok)

Hutan
B4
Campuran

Gambar 2.1.3.1. Rona Lingkungan


Tapak Hutan Campuran Plot B4
(Dokumentasi Pribadi)
B2

Gambar 2.1.3.2. Rona Lingkungan


Tapak Hutan Campuran Plot B2
(Dokumentasi Pribadi)

B1

Gambar 2.1.3.3. Rona Lingkungan


Hutan Tapak Hutan Mahoni Plot B1
(Dokumentasi Pribadi)
Mahoni

B3

Gambar 2.1.3.4. Rona Lingkungan


Tapak Hutan Campuran Plot B3
(Dokumentasi Pribadi)
2.2 Metode Kerja
2.2.1 Alat dan Bahan
• Sling psychrometer
• Lux meter
• Roll meter
• Pita ukur
• Kompas brunton
• Tali rafia yang sudah dipotong sesuai kebutuhan plot
• Pasak
• Kertas label
• Alat tulis
• Aplikasi PlanNet atau Google lens
• Aplikasi ODK
Pada kegiatan praktikum di lapangan perlu dilakukan
pengukuran mikroklimat dan dalam hal ini sling psychrometer
digunakan untuk mengukur suhu dan kelembapan udara sedangkan
Lux meter digunakan untuk mengukur intensitas cahaya. Pembuatan
plot menggunakan tali rafia yang telah dipotong-potong dengan
rincian 20m x 20m + 60 cm (4 buah), 10m x 10m + 60cm (2 buah),
5m x 5m + 60cm (2 buah), 2m x 2m + 60 cm (2 buah) sebagai
pembatas plot. Pembuatan plot menggunakan tali rafia dibantu
menggunakan roll meter agar jarak yang dibentuk sesuai, pasak
sebagai penanda dan tempat mengikat tali rafia dan juga kompas
brunton agar sudut yang terbentuk benar-benar membentuk bujur
sangkar. Proses analisis vegetasi pada plot diantaranya menggunakan
pita ukur untuk mengukur diameter pohon dan menggunakan aplikasi
PlantNet atau Google lens untuk mencari tahu spesies yang ditemukan
kemudian ditandai menggunakan label. Seluruh data hasil analisis
dicatat di dalam aplikasi ODK.
2.2.2 Cara Kerja
Seluruh alat dan bahan yang digunakan disiapkan terlebih dahulu.
Sebelum menuju lapangan, tali rafia dipotong menjadi beberapa
kelompok panjang sesuai dengan kebutuhan luas plot yang akan
dibuat dengan dilebihkan ± 15 cm untuk bagian yang akan diikatkan
pada pasak. Ketika di lapangan, dilakukan proses pembuatan plot dan
juga pengukuran mikroklimat. Suhu dan kelembapan udara diukur
menggunakan sling psychrometer sedangkan intensitas cahaya diukur
menggunakan lux meter. Proses pembuatan plot dilakukan dengan
cara dibuat plot menggunakan tali rafia yang telah dipotong
sebelumnya. Dibuatkan plot 20 m x 20 m dengan bantuan pasak dan
roll meter agar posisinya benar-benar sesuai, hal yang sama dilakukan
untuk kelas pohon, 10 m x 10 m untuk kelas tiang, 5 m x 5 m untuk
kelas pancang dan perdu, dan 2 m x 2 m untuk kelas semai dan herba
seperti yang ditunjukkan Gambar 2.2.2.1. Proses pembuatan plot ini
juga dibantu menggunakan kompas brunton agar bentuk plot benar-
benar bujur sangkar dengan sudut 90o. Setelah pembuatan plot selesai,
dilakukan analisis pada setiap plot dengan mencari tahu spesies sesuai
kelas plotnya. Digunakan aplikasi PlantNet atau Google lens untuk
membantu mencari tahu spesies yang ada. Dihitung kerimbunan,
dilakukan pengukuran diameter menggunakan pita ukur, jumlah
individu dan spesies kemudia seluruh data yang didapat dicatat di
dalam aplikasi ODK. Seluruh data pada ODK tiap kelompok di-
compile menjadi satu untuk kemudian dilakukan olah data dalam
mencari kerapatan, kerimbunan, frekuensi, INP, dan indeks
keanekaragaman vegetasi pada Kawasan Hutan Campuran dan Tapak
Swietenia.
Gambar 2.2.2.1 Ilustrasi Plot Bujur Sangkar Pencuplikan Vegetasi

2.3 Analisis Data


Telah disinggung sebelumnya bahwa analisis vegetasi merupakan
metode dalam mengetahui komposisi dari jenis atau kelompok tumbuhan
yang ada pada suatu lahan, mencakup persebaran jenis, bentuk dan struktur
hidup dari vegetasi yang ada dan data yang didapat diolah kemudian
dideskripsikan (Maridi et al. 2015; Susanto, 2012). Analisis vegetasi
berfungsi untuk menggambarkan kondisi vegetasi dari suatu lahan ekosistem,
seperti vegetasi apa yang mendominasi dan apa dampaknya bagi lahan
tersebut serta potensi apa yang dapat dimanfaatkan. Dalam menentukan hasil
penggambaran tersebut, analisis vegetasi memerlukan beberapa parameter
yang harus dicari tahu terlebih dahulu dan pada praktikum mata kuliah
Ekologi Hutan Tropika “Analisis Vegetasi Kawasan Hutan ITB Kampus
Jatinangor” ini, parameter yang perlu ditentukan diantaranya adalah
kerapatan, kerimbunan, frekuensi, Indeks Nilai Penting, dan Indeks
Keanekaragaman. Analisis data dari parameter tersebut digunakan untuk
mengetahui kontribusi jenis vegetasi yang diamati pada suatu lahan.
2.3.1 Kerapatan
Kerapatan dalam analisis vegetasi merupakan jumlah
individu tiap jenis spesies yang teramati pada plot lahan per luas plot
lahan (Hidayat, 2018). Gunawan et al (2011) menjelaskan bahwa
kerapatan dapat dibedakan menjadi kerapatan jenis dan kerapatan
relatif. Masing-masing jenis kerapatan dapat ditentukan dengan
dihitung menggunakan rumus:
Jumlah individu suatu jenis spesies
Kr =
Luas plot lahan pengamatan
Kerapatan suatu jenis spesies
Krr = x 100%
Kerapatan seluruh jenis spesies
Dengan keterangan dimana Kr merupakan kerapatan jenis dan Krr
merupakan kerapatan relatif.

2.3.2 Kerimbunan
Kerimbunan dalam analisis vegetasi merupakan luas tutupan
oleh tajuk suatu jenis spesies yang teramati dan terukur di dalam plot
lahan per luas plot lahan (Hidayat, 2018). Gunawan et al (2011)
menjelaskan bahwa kerimbunan dapat dibedakan menjadi kerimbunan
jenis dan kerimbunan relatif. Masing-masing jenis kerimbunan dapat
ditentukan dengan dihitung menggunakan rumus:
Luas tutupan suatu jenis spesies
Kb =
Luas plot lahan pengamatan
Kerimbunan suatu jenis spesies
Krr = x 100%
Kerimbunan seluruh jenis spesies
Dengan keterangan dimana Kb merupakan kerimbunan jenis dan Kbr
merupakan kerimbunan relatif.

2.3.3 Frekuensi
Frekuensi dalam analisis vegetasi merupakan jumlah setiap
jenis spesies yang dijumpai pada plot lahan pengamatan per jumlah
total plot lahan pengamatan (Hidayat, 2018). Gunawan et al (2011)
menjelaskan bahwa frekuensi dapat dibedakan menjadi frekuensi jenis
dan frekuensi relatif. Masing-masing jenis frekuensi dapat ditentukan
dengan dihitung menggunakan rumus:
jumlah setiap jenis spesies yang dijumpai
F=
jumlah total plot lahan pengamatan
Frekuensi suatu jenis spesies
Fr = x 100%
Frekuensi seluruh jenis spesies
Dengan keterangan dimana F merupakan frekuensi jenis dan Fr
merupakan frekuensi relatif.

2.3.4 Indeks Nilai Penting


Indeks Nilai Penting atau disebut juga INP merupakan suatu
nilai yang menggambarkan dominasi dari suatu jenis spesies yang
berada di plot lahan yang diamati (Hidayat, 2018). Gunawan et al
(2011) menjelaskan bahwa nilai INP dapat diperoleh dengan
menjumlahkan parameter data yang ada yaitu kerapatan relatif,
kerimbunan relatif, dan frekuensi relatif sehingga dapat dituliskan
dengan rumus:
INP = Kr + Kb + Fr

2.3.5 Indeks Keanekaragaman


Indeks Keanekaragaman merupakan suatu nilai yang
menggambarkan tinggi rendahnya tingkat keanekaragaman jenis
vegetasi yang berada di plot lahan yang diamati (Sosilawaty, Yanarita,
Lies Indrayanti, 2020). Kusumaningsari et al. (2015) menambahkan
bahwa indeks keanekaragaman berfungsi untuk menganalisis jumlah
individu suatu komunita pada lahan atau area tertentu. Hidayat (2018)
menjelaskan bahwa Indeks Keanekaragaman dapat ditentukan dengan
dihitung menggunakan rumus:

H ′ = − ∑ 𝑝𝑖 ln 𝑝𝑖
Dengan keterangan H’ merupakan Indeks Keanekaragaman dan pi
merupakan jumlah individu suatu jenis spesies per jumlah total individu
spesies yang ada.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Komposisi Vegetasi Kawasan Hutan Campuran dan Tapak Swietenia
ITB Jatinangor
3.1.1 Perbandingan Total Spesies dan Kerapatan Total Pohon di Kawasan
Hutan Campuran dan Tapak Swietenia ITB Jatinangor

Komposisi pohon pada Kawasan Hutan Campuran serta


perbandingannya dengan Tapak Swietenia dapat diperhatikan melalui
perbandingan total spesies pada masing-masing Tapak dan tiap plot
yang ada pada Tapak tersebut. Dapat diperhatikan pada Tabel 3.1.1.1
hasil pengolahan data lapangan, total individu pohon pada Hutan
Campuran dari kedua plot yang masing-masing berukuran 0,04 Ha
adalah sebanyak 17 individu yang terbagi dari 7 spesies yang dijumpai.
Pada plot B2 dijumpai sebanyak 6 spesies pohon dengan total 13
individu. Pada plot B4 dijumpai sebanyak 3 spesies pohon dengan total
4 individu.
Selain pada Hutan Campuran, dapat diperhatikan Tabel
3.1.1.2 hasil pengolahan data lapangan, total individu pohon pada
Tapak Swietenia dari kedua plot yang masing-masing juga berukuran
0,04 Ha adalah sebanyak 49 individu yang hanya dijumpai dari 1
spesies. Pada plot B3 dijumpai jumlah individu pohon dengan total 24
individu. Pada plot B1 dijumpai jumlah individu pohon dengan total 25
individu.

Tabel 3.1.1.1 Total Spesies Pohon yang ditemukan pada Hutan Campuran
Jumlah Individu
No Nama Spesies Total
Plot B2 Plot B4
1 Antidesma bunius 0 2 2
2 Eucalyptus urophylla 7 0 7
3 Gmellina arborea 1 0 1
4 Khaya anthotheca 1 1 2
5 Parkia speciosa 1 0 1
6 Swietenia Sp, 2 0 2
7 Toona sinensis 1 1 2
Total 17

Tabel 3.1.1.2 Total Spesies Pohon yang ditemukan pada Tapak Swietenia
Jumlah Individu
No Nama Spesies Total
Plot B3 Plot B1
1 Swietenia sp. 24 25 49
Total 49

Selain berdasarkan perbandingan total spesies pada masing-


masing Tapak dan tiap plot yang ada pada Tapak, komposisi pohon
pada Kawasan Hutan Campuran serta perbandingannya dengan Tapak
Swietenia dapat diperhatikan melalui perbandingan kerapatan total dari
kedua Tapak. Dapat diperhatikan pada Tabel 3.1.1.3 hasil pengolahan
data lapangan, dari kegiatan pencuplikan vegetasi yang dilakukan pada
luas 0,04 Ha dengan 2 plot pada tiap tapak, diketahui kerapatan total
pada Kawasan Hutan Campuran adalah sebesar 212,5 individu/Ha
sedangkan pada Tapak Swietenia adalah sebesar 612,5 individu/Ha.
Kerapatan total dari kedua Tapak sehingga merepresentasikan pohon
Kawasan Hutan Kampus ITB Jatinangor adalah sebesar 825
individu/Ha.

Tabel 3.1.1.3 Perbandingan Kerapatan Total Pohon pada Hutan Campuran dan Tapak Swietenia
Kerapatan Total (ind/Ha)
No Nama Spesies Hutan Tapak Total
Campuran Swietenia
1 Swietenia sp. 25 612,5 637,5
2 Antidesma bunius 25 0 25
3 Eucalyptus urophylla 87,5 0 87,5
4 Gmellina arborea 12,5 0 12,5
5 Khaya anthotheca 25 0 25
6 Parkia speciosa 12,5 0 12,5
7 Toona sinensis 25 0 25
Total 212,5 612,5 825

Dari ketiga tabel pengolahan data lapangan dapat diketahui


bahwa perbandingan jumlah individu pohon pada Kawasan Hutan
Campuran lebih sedikit dibanding jumlah individu pada Tapak
Swietenia namun untuk perbandingan jumlah spesies yang dijumpai,
Kawasan Hutan Campuran lebih beragam dibanding Tapak Swietenia.
Disisi lain, kerapatan total Tapak Swietenia yang didominasi oleh
spesies Swietenia sp. lebih besar dibanding kerapatan total Hutan
Campuran sehingga persentasenya lebih besar untuk Kawasan Hutan
Kampus ITB Jatinangor. Dapat disimpulkan bahwa komposisi pohon
pada Kawasan Kampus ITB Jatinangor didominasi oleh Tapak
Swietenia dengan spesies Swietenia sp. berdasarkan jumlah individu
dan kerapatan totalnya.

3.1.2 Perbandingan Total Spesies dan Kerapatan Total Tiang di Kawasan


Hutan Campuran dan Tapak Swietenia ITB Jatinangor

Komposisi tiang pada Kawasan Hutan Campuran serta


perbandingannya dengan Tapak Swietenia dapat diperhatikan melalui
perbandingan total spesies pada masing-masing Tapak dan tiap plot
yang ada pada Tapak tersebut. Dapat diperhatikan pada Tabel 3.1.2.1
hasil pengolahan data lapangan, total individu tiang pada Hutan
Campuran dari kedua plot yang masing-masing berukuran 0,01 Ha
adalah sebanyak 2 individu yang yang hanya dijumpai dari 1 spesies.
Pada plot B2 dijumpai sebanyak 1 spesies tiang dengan total 1 individu.
Pada plot B4 pun hanya dijumpai sebanyak 1 spesies tiang dengan total
1 individu.
Selain pada Hutan Campuran, dapat diperhatikan Tabel
3.1.2.2 hasil pengolahan data lapangan, total individu tiang pada Tapak
Swietenia dari kedua plot yang masing-masing juga berukuran 0,01 Ha
adalah sebanyak 4 individu yang terbagi dari 2 spesies yang dijumpai.
Pada plot B3 dijumpai jumlah individu tiang dengan total 2 individu.
Pada plot B1 pun demikian dijumpai jumlah individu tiang dengan total
2 individu.

Tabel 3.1.2.1 Total Spesies Tiang yang ditemukan pada Hutan Campuran
Jumlah Individu
No Nama Spesies Total
Plot B2 Plot B4
1 Antidesma bunius 1 1 2
Total 2
Tabel 3.1.2.2 Total Spesies Tiang yang ditemukan pada Tapak Swietenia
Jumlah Individu
No Nama Spesies Total
Plot B3 Plot B1
1 Swietenia sp. 1 1 2
Elaeocarpus
2 ganitrus 1 1 2
Total 4

Selain berdasarkan perbandingan total spesies pada masing-


masing Tapak dan tiap plot yang ada pada Tapak, komposisi tiang pada
Kawasan Hutan Campuran serta perbandingannya dengan Tapak
Swietenia dapat diperhatikan melalui perbandingan kerapatan total dari
kedua Tapak. Dapat diperhatikan pada Tabel 3.1.2.3 hasil pengolahan
data lapangan, dari kegiatan pencuplikan vegetasi yang dilakukan pada
luas 0,01 Ha dengan 2 plot pada tiap tapak, diketahui kerapatan total
pada Kawasan Hutan Campuran adalah sebesar 100 individu/Ha
sedangkan pada Tapak Swietenia adalah sebesar 200 individu/Ha.
Kerapatan total dari kedua Tapak sehingga merepresentasikan tiang
Kawasan Hutan Kampus ITB Jatinangor adalah sebesar 300
individu/Ha.

Tabel 3.1.2.3 Perbandingan Kerapatan Total Tiang pada Hutan Campuran dan Tapak Swietenia
Kerapatan Total (ind/Ha)
No Nama Spesies Hutan Tapak Total
Campuran Swietenia
1 Swietenia sp. 0 100 100
Elaeocarpus
2 ganitrus 0 100 100
3 Antidesma bunius 100 0 100
Total 100 200 300

Dari ketiga tabel pengolahan data lapangan dapat diketahui


bahwa perbandingan jumlah individu tiang pada Kawasan Hutan
Campuran lebih sedikit dibanding jumlah individu pada Tapak
Swietenia dan untuk perbandingan jumlah spesies yang dijumpai,
Tapak Swietenia lebih beragam dibanding Kawasan Hutan Campuran.
Disisi lain, kerapatan total Tapak Swietenia yang didominasi oleh
spesies Swietenia sp. dan Elaeocarpus ganitrus lebih besar dibanding
kerapatan total Hutan Campuran sehingga persentasenya lebih besar
untuk Kawasan Hutan Kampus ITB Jatinangor. Dapat disimpulkan
bahwa komposisi tiang pada Kawasan Kampus ITB Jatinangor
didominasi oleh Tapak Swietenia dengan spesies Swietenia sp. dan
Elaeocarpus ganitrus berdasarkan jumlah individu dan kerapatan
totalnya.

3.1.3 Perbandingan Total Spesies dan Kerapatan Total Pancang di Kawasan


Hutan Campuran dan Tapak Swietenia ITB Jatinangor

Komposisi pancang pada Kawasan Hutan Campuran serta


perbandingannya dengan Tapak Swietenia dapat diperhatikan melalui
perbandingan total spesies pada masing-masing Tapak dan tiap plot
yang ada pada Tapak tersebut. Dapat diperhatikan pada Tabel 3.1.3.1
hasil pengolahan data lapangan, total individu pancang pada Hutan
Campuran dari kedua plot yang masing-masing berukuran 0,0025 Ha
adalah sebanyak 3 individu yang terbagi dari 2 spesies yang dijumpai.
Pada plot B2 dijumpai sebanyak 2 spesies pancang dengan total 3
individu. Pada plot B4 tidak dijumpai spesies pancang sehingga tidak
dapat diamati jumlah individunya.
Selain pada Hutan Campuran, dapat diperhatikan Tabel
3.1.3.2 hasil pengolahan data lapangan, total individu pancang pada
Tapak Swietenia dari kedua plot yang masing-masing juga berukuran
0,0025Ha adalah sebanyak 25 individu yang terbagi dari 6 spesies yang
dijumpai. Pada plot B3 dijumpai jumlah individu pancang dengan total
10 individu. Pada plot B1 dijumpai jumlah individu pancang dengan
total 15 individu.

Tabel 3.1.3.1 Total Spesies Pancang yang ditemukan pada Hutan Campuran
Jumlah Individu
No Nama Spesies Total
Plot B2 Plot B4
1 Maesopsis sp. 2 0 2
2 Melia sp. 1 0 1
Total 3
Tabel 3.1.3.2 Total Spesies Pancang yang ditemukan pada Tapak Swietenia
Jumlah Individu
No Nama Spesies Total
Plot B3 Plot B1
1 Elaeocarpus ganitrus 0 10 10
2 Filicium decipiens 1 0 1
3 Gnetum gnemon 0 4 4
Leucaena
4 leucocephala 2 0 2
5 Psidium guajava 0 1 1
6 Swietenia sp. 7 0 7
Total 25

Selain berdasarkan perbandingan total spesies pada masing-


masing Tapak dan tiap plot yang ada pada Tapak, komposisi pancang pada
Kawasan Hutan Campuran serta perbandingannya dengan Tapak Swietenia
dapat diperhatikan melalui perbandingan kerapatan total dari kedua Tapak.
Dapat diperhatikan pada Tabel 3.1.3.3 hasil pengolahan data lapangan, dari
kegiatan pencuplikan vegetasi yang dilakukan pada luas 0,0025 Ha dengan
2 plot pada tiap tapak, diketahui kerapatan total pada Kawasan Hutan
Campuran adalah sebesar 300 individu/Ha sedangkan pada Tapak Swietenia
adalah sebesar 2500 individu/Ha. Kerapatan total dari kedua Tapak
sehingga merepresentasikan pancang Kawasan Hutan Kampus ITB
Jatinangor adalah sebesar 2800 individu/Ha.

Tabel 3.1.3.3 Perbandingan Kerapatan Total Pancang pada Hutan Campuran dan Tapak Swietenia
Kerapatan Total
(ind/Ha)
No Nama Spesies Total
Hutan Tapak
Campuran Swietenia
1 Elaeocarpus ganitrus 0 1000 1000
2 Filicium decipiens 0 100 100
3 Gnetum gnemon 0 400 400
Leucaena
4 leucocephala 0 200 200
5 Psidium guajava 0 100 100
6 Swietenia sp. 0 700 700
7 Maesopsis sp. 200 0 200
8 Melia sp. 100 0 100
Total 300 2500 2800

Dari ketiga tabel pengolahan data lapangan dapat diketahui


bahwa perbandingan jumlah individu pancang pada Kawasan Hutan
Campuran lebih sedikit dibanding jumlah individu pada Tapak
Swietenia dan untuk perbandingan jumlah spesies yang dijumpai,
Tapak Swietenia lebih beragam dibanding Kawasan Hutan Campuran.
Disisi lain, kerapatan total Tapak Swietenia yang didominasi oleh
spesies Elaeocarpus ganitrus lebih besar dibanding kerapatan total
Hutan Campuran sehingga persentasenya lebih besar untuk Kawasan
Hutan Kampus ITB Jatinangor. Dapat disimpulkan bahwa komposisi
pancang pada Kawasan Kampus ITB Jatinangor didominasi oleh Tapak
Swietenia dengan spesies Elaeocarpus ganitrus berdasarkan jumlah
individu dan kerapatan totalnya.

3.1.4 Perbandingan Total Spesies dan Kerapatan Total Semai di Kawasan


Hutan Campuran dan Tapak Swietenia ITB Jatinangor

Komposisi semai pada Kawasan Hutan Campuran serta


perbandingannya dengan Tapak Swietenia dapat diperhatikan melalui
perbandingan total spesies pada masing-masing Tapak dan tiap plot
yang ada pada Tapak tersebut. Dapat diperhatikan pada Tabel 3.1.4.1
hasil pengolahan data lapangan, total individu semai pada Hutan
Campuran dari kedua plot yang masing-masing berukuran 0,0004 Ha
adalah sebanyak 2 individu yang terbagi dari 2 spesies yang dijumpai.
Pada plot B2 dijumpai sebanyak 1 spesies semai dengan total 1
individu. Pada plot B4 pun hanya dijumpai sebanyak 1 spesies semai
dengan total 1 individu.
Selain pada Hutan Campuran, dapat diperhatikan Tabel
3.1.4.2 hasil pengolahan data lapangan, total individu semai pada Tapak
Swietenia dari kedua plot yang masing-masing juga berukuran 0,0004
Ha adalah sebanyak 8 individu yang terbagi dari 6 spesies yang
dijumpai. Pada plot B3 dijumpai jumlah individu semai dengan total 5
individu. Pada plot B1 dijumpai jumlah individu semai dengan total 3
individu.
Tabel 3.1.4.1 Total Spesies Semai yang ditemukan pada Hutan Campuran
Jumlah Individu
No Nama Spesies Total
Plot B2 Plot B4
1 Clethra alnifolia L 0 1 1
2 Ficus sp. 1 0 1
Total 2

Tabel 3.1.4.2 Total Spesies Semai yang ditemukan pada Tapak Swietenia
Jumlah Individu
No Nama Spesies Total
Plot B3 Plot B1
1 Aquilaria sp. 1 0 1
2 Asimina triloba 0 1 1
3 Barringtonia asiatica 1 0 1
4 Gnetum gnemon 1 1 2
5 Swietenia Sp, 1 1 2
6 Terminalia catapa 1 0 1
Total 8

Selain berdasarkan perbandingan total spesies pada masing-


masing Tapak dan tiap plot yang ada pada Tapak, komposisi semai pada
Kawasan Hutan Campuran serta perbandingannya dengan Tapak Swietenia
dapat diperhatikan melalui perbandingan kerapatan total dari kedua Tapak.
Dapat diperhatikan pada Tabel 3.1.4.3 hasil pengolahan data lapangan, dari
kegiatan pencuplikan vegetasi yang dilakukan pada luas 0, 0004 Ha dengan
2 plot pada tiap tapak, diketahui kerapatan total pada Kawasan Hutan
Campuran adalah sebesar 100 individu/Ha sedangkan pada Tapak Swietenia
adalah sebesar 400 individu/Ha. Kerapatan total dari kedua Tapak sehingga
merepresentasikan semai Kawasan Hutan Kampus ITB Jatinangor adalah
sebesar 500 individu/Ha.

Tabel 3.1.4.3 Perbandingan Kerapatan Semai pada Hutan Campuran dan Tapak Swietenia
Kerapatan Total
(ind/Ha)
No Nama Spesies Total
Hutan Tapak
Campuran Swietenia
1 Aquilaria sp. 0 50 50
2 Asimina triloba 0 50 50
Barringtonia
3 asiatica 0 50 50
4 Gnetum gnemon 0 100 100
5 Swietenia Sp, 0 100 100
6 Terminalia catapa 0 50 50
7 Clethra alnifolia L 50 0 50
8 Ficus sp. 50 0 50
Total 100 400 500

Dari ketiga tabel pengolahan data lapangan dapat diketahui


bahwa perbandingan jumlah individu semai pada Kawasan Hutan
Campuran lebih sedikit dibanding jumlah individu pada Tapak
Swietenia dan untuk perbandingan jumlah spesies yang dijumpai,
Tapak Swietenia lebih beragam dibanding Kawasan Hutan Campuran.
Disisi lain, kerapatan total Tapak Swietenia yang didominasi oleh
spesies Gnetum gnemon dan Swietenia Sp. lebih besar dibanding
kerapatan total Hutan Campuran sehingga persentasenya lebih besar
untuk Kawasan Hutan Kampus ITB Jatinangor. Dapat disimpulkan
bahwa komposisi semai pada Kawasan Kampus ITB Jatinangor
didominasi oleh Tapak Swietenia dengan spesies Gnetum gnemon dan
Swietenia macrophylla berdasarkan jumlah individu dan kerapatan
totalnya.

3.1.5 Perbandingan Total Spesies dan Kerapatan Total Perdu di Kawasan


Hutan Campuran dan Tapak Swietenia ITB Jatinangor

Komposisi perdu pada Kawasan Hutan Campuran serta


perbandingannya dengan Tapak Swietenia dapat diperhatikan melalui
perbandingan total spesies pada masing-masing Tapak dan tiap plot
yang ada pada Tapak tersebut. Dapat diperhatikan pada Tabel 3.1.5.1
hasil pengolahan data lapangan, total individu perdu pada Hutan
Campuran dari kedua plot yang masing-masing berukuran 0,0025 Ha
adalah sebanyak 2 individu yang terbagi dari 2 spesies yang dijumpai.
Pada plot B2 tidak dijumpai spesies perdu sehingga jumlah individu
tidak dapat diamati. Pada plot B4 dijumpai sebanyak 2 spesies perdu
dengan total 2 individu.
Selain pada Hutan Campuran, dapat diperhatikan Tabel
3.1.5.2 hasil pengolahan data lapangan, total individu perdu pada Tapak
Swietenia dari kedua plot yang masing-masing juga berukuran 0,0025
Ha adalah sebanyak 1 individu yang hanya dijumpai dari 1 spesies.
Pada plot B3 tidak dijumpai spesies perdu sehingga jumlah individu
tidak dapat diamati. Pada plot B1 dijumpai jumlah individu perdu
dengan total 1 individu.

Tabel 3.1.5.1 Total Spesies Perdu yang ditemukan pada Hutan Campuran
Jumlah Individu
No Nama Spesies Total
Plot B2 Plot B4
Manihot
1 utilisima 0 1 1
Priva
2 lappulacea 0 1 1
Total 2

Tabel 3.1.5.2 Total Spesies Perdu yang ditemukan pada Tapak Swietenia
Jumlah Individu
No Nama Spesies Total
Plot B3 Plot B1
1 Wallichia sp. 0 1 1
Total 1

Selain berdasarkan perbandingan total spesies pada masing-


masing Tapak dan tiap plot yang ada pada Tapak, komposisi perdu pada
Kawasan Hutan Campuran serta perbandingannya dengan Tapak Swietenia
dapat diperhatikan melalui perbandingan kerapatan total dari kedua Tapak.
Dapat diperhatikan pada Tabel 3.1.5.3 hasil pengolahan data lapangan, dari
kegiatan pencuplikan vegetasi yang dilakukan pada luas 0,0025 Ha dengan
2 plot pada tiap tapak, diketahui kerapatan total pada Kawasan Hutan
Campuran adalah sebesar 200 individu/Ha sedangkan pada Tapak Swietenia
adalah sebesar 100 individu/Ha. Kerapatan total dari kedua Tapak sehingga
merepresentasikan perdu Kawasan Hutan Kampus ITB Jatinangor adalah
sebesar 300 individu/Ha.

Tabel 3.1.5.3 Perbandingan Kerapatan Perdu pada Hutan Campuran dan Tapak Swietenia
Kerapatan Total
(ind/Ha)
No Nama Spesies Total
Hutan Tapak
Campuran Swietenia
Manihot
1 utilisima 100 0 100
Priva
2 lappulacea 100 0 100
3 Wallichia sp. 0 100 100
Total 200 100 300
Dari ketiga tabel pengolahan data lapangan dapat diketahui
bahwa perbandingan jumlah individu perdu pada Kawasan Hutan
Campuran lebih banyak dibanding jumlah individu pada Tapak
Swietenia dan untuk perbandingan jumlah spesies yang dijumpai,
Kawasan Hutan Campuran lebih beragam dibanding Tapak Swietenia.
Disisi lain, kerapatan total Hutan Campuran yang didominasi oleh
spesies Manihot utilisima dan Priva lappulacea lebih besar dibanding
kerapatan total Tapak Swietenia sehingga persentasenya lebih besar
untuk Kawasan Hutan Kampus ITB Jatinangor. Dapat disimpulkan
bahwa komposisi perdu pada Kawasan Kampus ITB Jatinangor
didominasi oleh Hutan Campuran dengan spesies Manihot utilisima dan
Priva lappulacea berdasarkan jumlah individu dan kerapatan totalnya.

3.1.6 Perbandingan Total Spesies dan Kerapatan Total Herba di Kawasan


Hutan Campuran dan Tapak Swietenia ITB Jatinangor

Komposisi herba pada Kawasan Hutan Campuran serta


perbandingannya dengan Tapak Swietenia dapat diperhatikan melalui
perbandingan total spesies pada masing-masing Tapak dan tiap plot
yang ada pada Tapak tersebut. Dapat diperhatikan pada Tabel 3.1.6.1
hasil pengolahan data lapangan, total individu herba pada Hutan
Campuran dari kedua plot yang masing-masing berukuran 0,0004 Ha
adalah sebanyak 6 individu yang terbagi dari 6 spesies yang dijumpai.
Pada plot B2 dijumpai sebanyak 3 spesies herba dengan total 3 individu.
Pada plot B4 dijumpai sebanyak 3 spesies herba dengan total 3 individu.
Selain pada Hutan Campuran, dapat diperhatikan Tabel
3.1.6.2 hasil pengolahan data lapangan, total individu herba pada Tapak
Swietenia dari kedua plot yang masing-masing juga berukuran 0,0004
Ha adalah sebanyak 2 individu yang terbagi dari 2 spesies yang
dijumpai. Pada plot B3 dijumpai jumlah individu herba dengan total 1
individu. Pada plot B1 dijumpai jumlah individu herba dengan total 1
individu.

Tabel 3.1.6.1 Total Spesies Herba yang ditemukan pada Hutan Campuran
Jumlah Individu
No Nama Spesies Total
Plot B2 Plot B4
1 Dryopteris decipiens 0 1 1
Paspalum fimbriatum
2 Kunth 0 1 1
3 Bauhinia monandra 0 1 1
4 Schropularia sp. 1 0 1
5 Digitaria sanguinalis 1 0 1
6 Asystasia sp. 1 0 1
Total 6

Tabel 3.1.6.2 Total Spesies Herba yang ditemukan pada Tapak Swietenia
Jumlah Individu
No Nama Spesies Total
Plot B3 Plot B1
1 Brachypodium sylvaticum 1 0 1
2 Christella dentata 1 0 1
Total 2

Selain berdasarkan perbandingan total spesies pada masing-


masing Tapak dan tiap plot yang ada pada Tapak, komposisi herba pada
Kawasan Hutan Campuran serta perbandingannya dengan Tapak Swietenia
dapat diperhatikan melalui perbandingan kerapatan total dari kedua Tapak.
Dapat diperhatikan pada Tabel 3.1.6.3 hasil pengolahan data lapangan, dari
kegiatan pencuplikan vegetasi yang dilakukan pada luas 0,0004 Ha dengan
2 plot pada tiap tapak, diketahui kerapatan total herba pada Kawasan Hutan
Campuran adalah sebesar 300 individu/Ha sedangkan pada Tapak Swietenia
adalah sebesar 100 individu/Ha. Kerapatan total dari kedua Tapak sehingga
merepresentasikan herba Kawasan Hutan Kampus ITB Jatinangor adalah
sebesar 400 individu/Ha.

Tabel 3.1.6.3 Perbandingan Kerapatan Herba Tiang pada Hutan Campuran dan Tapak Swietenia
Kerapatan Total
(ind/Ha)
No Nama Spesies Total
Hutan Tapak
Campuran Swietenia
1 Dryopteris decipiens 50 0 50
Paspalum fimbriatum
2 Kunth 50 0 50
3 Bauhinia monandra 50 0 50
4 Schropularia sp. 50 0 50
5 Digitaria sanguinalis 50 0 50
6 Asystasia sp. 50 0 50
7 Brachypodium sylvaticum 0 50 50
8 Christella dentata 0 50 50
Total 300 100 400

Dari ketiga tabel pengolahan data lapangan dapat diketahui


bahwa perbandingan jumlah individu herba pada Kawasan Hutan
Campuran lebih banyak dibanding jumlah individu pada Tapak
Swietenia dan untuk perbandingan jumlah spesies yang dijumpai,
Kawasan Hutan Campuran lebih beragam dibanding Tapak Swietenia.
Disisi lain, kerapatan total Hutan Campuran yang didominasi oleh
spesies Dryopteris decipiens hingga Asystasia sp. lebih besar dibanding
kerapatan total Tapak Swietenia sehingga persentasenya lebih besar
untuk Kawasan Hutan Kampus ITB Jatinangor. Dapat disimpulkan
bahwa komposisi herba pada Kawasan Kampus ITB Jatinangor
didominasi oleh Hutan Campuran dengan spesies Dryopteris decipiens
hingga Asystasia sp berdasarkan jumlah individu dan kerapatan
totalnya.

3.2 Indeks Nilai Penting Kawasan Hutan Campuran dan Tapak Swietenia
ITB Jatinangor
3.2.1 Perbandingan Indeks Nilai Penting Pohon di Kawasan Hutan Campuran
dan Tapak Swietenia ITB Jatinangor

Indeks Nilai Penting (INP) pohon pada Kawasan Hutan


Campuran serta perbandingannya dengan Tapak Swietenia dapat
diperhatikan melalui penjumlahan nilai kerapatan relatif, kerimbunan
relatif dan frekuensi relatif spesies pada masing-masing Tapak di tiap
plot yang ada pada Tapak tersebut. Dapat diperhatikan pada Tabel
3.2.1.1 hasil pengolahan data lapangan, INP pohon pada kawasan
Hutan Campuran memiliki rentang nilai dari 18,56 hingga 106,24
dengan 2 INP terbesar dimiliki oleh spesies Eucalyptus urophylla
(105,24) dan Khaya anthotheca (59,34) dan INP terkecil dimiliki oleh
spesies Parkia speciose (18,56).
Selain pada Hutan Campuran, dapat diperhatikan Tabel
3.2.1.2 hasil pengolahan data lapangan, INP pohon pada Tapak
Swietenia hanya memiliki nilai sebesar 300 dengan spesiesnya
Swietenia macrophylla.

Tabel 3.2.1.1 Indeks Nilai Penting Pohon pada Hutan Campuran

No. Spesies Krr (%) Kbr (%) Fr (%) INP


1 Antidesma bunius 11.76 3.44 11.11 26.31
2 Eucalyptus urophylla 41.18 52.95 11.11 105.24
3 Gmellina arborea 5.88 2.85 11.11 19.84
4 Khaya anthotheca 11.76 25.35 22.22 59.34
5 Parkia speciosa 5.88 1.56 11.11 18.56
6 Swietenia Sp, 11.76 5.26 11.11 28.13
7 Toona sinensis 11.76 8.60 22.22 42.59
Jumlah 100 100 100 300

Tabel 3.2.1.2 Indeks Nilai Penting Pohon pada Tapak Swietenia

No. Spesies Krr (%) Kbr (%) Fr (%) INP


1 Swietenia macrophylla 100.00 100.00 100.00 300.00
Jumlah 100 100 100 300

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Hidayat


(2018), INP menjadi nilai yang merepresentasikan dominasi suatu spesies
pada suatu lahan atau area. Semakin tinggi nilai INP maka dominasi suatu
spesies dapat diketahui semakain besar, begitupun sebaliknya. Dari kedua
tabel pengolahan data lapangan dapat disimpulkan bahwa pohon pada
Kawasan Hutan Campuran tipe komunitasnya condong ke arah Eucalyptus
urophylla dan Khaya anthotheca karena merupakan spesies dengan 2 INP
terbesar pada tapak tersebut. Sedangkan pada Tapak Swietenia tipe
komunitasnya condong ke arah Swietenia macrophylla karena merupakan
satu-satunya spesies yang teramati dengan INP paling besar. Hal ini
menunjukan bahwa spesies-spesies tersebut memiliki tingkat kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi paling tinggi diantara spesies lainnya pada tapak
yang sama serta paling mendominasi pada tapak tersebut.
3.2.2 Perbandingan Indeks Nilai Penting Tiang di Kawasan Hutan Campuran
dan Tapak Swietenia ITB Jatinangor

Indeks Nilai Penting (INP) tiang pada Kawasan Hutan


Campuran serta perbandingannya dengan Tapak Swietenia dapat
diperhatikan melalui penjumlahan nilai kerapatan relatif, kerimbunan
relatif dan frekuensi relatif spesies pada masing-masing Tapak di tiap
plot yang ada pada Tapak tersebut. Dapat diperhatikan pada Tabel
3.2.2.1 hasil pengolahan data lapangan, INP tiang pada kawasan Hutan
Campuran hanya memiliki nilai sebesar 300 dengan spesiesnya
Antidesma bunius.
Selain pada Hutan Campuran, dapat diperhatikan Tabel
3.2.2.2 hasil pengolahan data lapangan, INP tiang pada Tapak Swietenia
memiliki 2 nilai terbesar dengan spesies Swietenia macrophylla
(158,80) dan Elaeocarpus ganitrus (141,20).

Tabel 3.2.2.1 Indeks Nilai Penting Tiang pada Hutan Campuran

No. Spesies Krr (%) Kbr (%) Fr (%) INP


1 Antidesma bunius 100.00 100.00 100.00 300.00
Jumlah 100 100 100 300

Tabel 3.2.2.2 Indeks Nilai Penting Tiang pada Tapak Swietenia

No. Spesies Krr (%) Kbr (%) Fr (%) INP


1 Elaeocarpus ganitrus 50.00 41.20 50.00 141.20
2 Swietenia Sp, 50.00 58.80 50.00 158.80
Jumlah 100 100 100 300

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Hidayat


(2018), INP menjadi nilai yang merepresentasikan dominasi suatu
spesies pada suatu lahan atau area. Semakin tinggi nilai INP maka
dominasi suatu spesies dapat diketahui semakain besar, begitupun
sebaliknya. Dari kedua tabel pengolahan data lapangan dapat
disimpulkan bahwa tiang pada Kawasan Hutan Campuran tipe
komunitasnya condong ke arah Antidesma bunius karena merupakan
satu-satunya spesies yang teramati dengan INP paling besar. Sedangkan
pada Tapak Swietenia tipe komunitasnya condong ke arah Swietenia Sp,
dan Elaeocarpus ganitrus karena merupakan spesies dengan 2 INP
terbesar pada tapak tersebut. Hal ini menunjukan bahwa spesies-spesies
tersebut memiliki tingkat kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi paling
tinggi diantara spesies lainnya pada tapak yang sama serta paling
mendominasi pada tapak tersebut.

3.2.3 Perbandingan Indeks Nilai Penting Pancang di Kawasan Hutan


Campuran dan Tapak Swietenia ITB Jatinangor

Indeks Nilai Penting (INP) pancang pada Kawasan Hutan


Campuran serta perbandingannya dengan Tapak Swietenia dapat
diperhatikan melalui penjumlahan nilai kerapatan relatif, kerimbunan
relatif dan frekuensi relatif spesies pada masing-masing Tapak di tiap
plot yang ada pada Tapak tersebut. Dapat diperhatikan pada Tabel
3.2.3.1 hasil pengolahan data lapangan, INP pancang pada kawasan
Hutan Campuran memiliki 2 INP terbesar dengan spesies Maesopsis sp.
(189.36) dan Melia sp. (110.64).
Selain pada Hutan Campuran, dapat diperhatikan Tabel
3.2.3.2 hasil pengolahan data lapangan, INP pancang pada Tapak
Swietenia memiliki rentang nilai dari 21,03 hingga 105,21 dengan 2
INP terbesar dimiliki oleh spesies Elaeocarpus ganitrus (105.21) dan
Swietenia macrophyllum (92.23) dan INP terkecil dimiliki oleh spesies
Filicium decipiens (21.03).

Tabel 3.2.3.1 Indeks Nilai Penting Pancang pada Hutan Campuran


No. Spesies Krr (%) Kbr (%) Fr (%) INP
1 Maesopsis sp. 66.67 72.70 50.00 189.36
2 Melia sp. 33.33 27.30 50.00 110.64
Jumlah 100 100 100 300

Tabel 3.2.3.2 Indeks Nilai Penting Pancang pada Tapak Swietenia

No. Spesies Krr (%) Kbr (%) Fr (%) INP


1 Elaeocarpus ganitrus 40.00 48.55 16.67 105.21
2 Filicium decipiens 4.00 0.36 16.67 21.03
3 Gnetum gnemon 16.00 1.90 16.67 34.56
4 Leucaena leucocephala 8.00 0.18 16.67 24.85
5 Psidium guajava 4.00 1.45 16.67 22.12
6 Swietenia Sp, 28.00 47.56 16.67 92.23
Jumlah 100 100 100 300

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Hidayat


(2018), INP menjadi nilai yang merepresentasikan dominasi suatu
spesies pada suatu lahan atau area. Semakin tinggi nilai INP maka
dominasi suatu spesies dapat diketahui semakain besar, begitupun
sebaliknya. Dari kedua tabel pengolahan data lapangan dapat
disimpulkan bahwa pancang pada Kawasan Hutan Campuran tipe
komunitasnya condong ke arah Maesopsis sp. dan Melia sp. karena
merupakan spesies dengan 2 INP terbesar pada tapak tersebut.
Sedangkan pada Tapak Swietenia tipe komunitasnya condong ke arah
Elaeocarpus ganitrus dan Swietenia Sp, karena merupakan spesies
dengan 2 INP terbesar pada tapak tersebut. Hal ini menunjukan bahwa
spesies-spesies tersebut memiliki tingkat kerapatan, kerimbunan, dan
frekuensi paling tinggi diantara spesies lainnya pada tapak yang sama
serta paling mendominasi pada tapak tersebut.

3.2.4 Perbandingan Indeks Nilai Penting Semai di Kawasan Hutan Campuran


dan Tapak Swietenia ITB Jatinangor

Indeks Nilai Penting (INP) semai pada Kawasan Hutan


Campuran serta perbandingannya dengan Tapak Swietenia dapat
diperhatikan melalui penjumlahan nilai kerapatan relatif, kerimbunan
relatif dan frekuensi relatif spesies pada masing-masing Tapak di tiap
plot yang ada pada Tapak tersebut. Dapat diperhatikan pada Tabel
3.2.4.1 hasil pengolahan data lapangan, INP semai pada kawasan Hutan
Campuran memiliki 2 INP terbesar dengan spesies Clethra alnifolia L
(150.00) dan Ficus sp. (150.00).
Selain pada Hutan Campuran, dapat diperhatikan Tabel
3.2.4.2 hasil pengolahan data lapangan, INP semai pada Tapak
Swietenia memiliki rentang nilai dari 30,56 hingga 116,67 dengan 2
INP terbesar dimiliki oleh spesies Swietenia Sp, (116.67) dan Gnetum
gnemon (61.11) dan INP terkecil dimiliki oleh spesies Aquilaria sp.
hingga Terminalia catapa (21.03).

Tabel 3.2.4.1 Indeks Nilai Penting Semai pada Hutan Campuran

No. Spesies Krr (%) Kbr (%) Fr (%) INP


1 Clethra alnifolia L. 50.00 50.00 50.00 150.00
2 Ficus sp. 50.00 50.00 50.00 150.00
Jumlah 100 100 100 300

Tabel 3.2.4.2 Indeks Nilai Penting Semai pada Tapak Swietenia

No. Spesies Krr (%) Kbr (%) Fr (%) INP


1 Aquilaria sp. 12.50 5.56 12.50 30.56
2 Asimina triloba 12.50 5.56 12.50 30.56
3 Barringtonia asiatica 12.50 5.56 12.50 30.56
4 Gnetum gnemon 25.00 11.11 25.00 61.11
5 Swietenia Sp, 25.00 66.67 25.00 116.67
6 Terminalia catapa 12.50 5.56 12.50 30.56
Jumlah 100 100 100 300

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Hidayat (2018), INP


menjadi nilai yang merepresentasikan dominasi suatu spesies pada
suatu lahan atau area. Semakin tinggi nilai INP maka dominasi suatu
spesies dapat diketahui semakain besar, begitupun sebaliknya. Dari
kedua tabel pengolahan data lapangan dapat disimpulkan bahwa semai
pada Kawasan Hutan Campuran tipe komunitasnya condong ke arah
Clethra alnifolia L dan Ficus sp. karena merupakan spesies dengan 2
INP terbesar pada tapak tersebut. Sedangkan pada Tapak Swietenia tipe
komunitasnya condong ke arah Swietenia Sp, dan Gnetum gnemon
karena merupakan spesies dengan 2 INP terbesar pada tapak tersebut.
Hal ini menunjukan bahwa spesies-spesies tersebut memiliki tingkat
kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi paling tinggi diantara spesies
lainnya pada tapak yang sama serta paling mendominasi pada tapak
tersebut.
3.2.5 Perbandingan Indeks Nilai Penting Perdu di Kawasan Hutan Campuran
dan Tapak Swietenia ITB Jatinangor

Indeks Nilai Penting (INP) perdu pada Kawasan Hutan


Campuran serta perbandingannya dengan Tapak Swietenia dapat
diperhatikan melalui penjumlahan nilai kerapatan relatif, kerimbunan
relatif dan frekuensi relatif spesies pada masing-masing Tapak di tiap
plot yang ada pada Tapak tersebut. Dapat diperhatikan pada Tabel
3.2.5.1 hasil pengolahan data lapangan, INP perdu pada kawasan Hutan
Campuran memiliki 2 INP terbesar dengan spesies Manihot utilisima
(150.00) dan Priva lappulacea (150.00).
Selain pada Hutan Campuran, dapat diperhatikan Tabel
3.2.5.2 hasil pengolahan data lapangan, INP perdu pada Tapak
Swietenia hanya memiliki nilai sebesar 300 dengan spesiesnya
Wallichia sp.

Tabel 3.2.5.1 Indeks Nilai Penting Perdu pada Hutan Campuran

No. Spesies Krr (%) Kbr (%) Fr (%) NP


1 Manihot utilisima 50.00 50.00 50.00 150.00
2 Priva lappulacea 50.00 50.00 50.00 150.00
Jumlah 100 100 100 300

Tabel 3.2.5.2 Indeks Nilai Penting Perdu pada Tapak Swietenia

No. Spesies Krr (%) Kbr (%) Fr (%) NP


1 Wallichia sp. 100.00 100.00 100.00 300.00
Jumlah 100 100 100 300

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Hidayat


(2018), INP menjadi nilai yang merepresentasikan dominasi suatu
spesies pada suatu lahan atau area. Semakin tinggi nilai INP maka
dominasi suatu spesies dapat diketahui semakain besar, begitupun
sebaliknya. Dari kedua tabel pengolahan data lapangan dapat
disimpulkan bahwa perdu pada Kawasan Hutan Campuran tipe
komunitasnya condong ke arah Manihot utilisima dan Priva lappulacea
karena merupakan spesies dengan 2 INP terbesar pada tapak tersebut.
Sedangkan pada Tapak Swietenia tipe komunitasnya condong ke arah
Wallichia sp. karena merupakan satu-satunya spesies yang teramati
dengan INP paling besar. Hal ini menunjukan bahwa spesies-spesies
tersebut memiliki tingkat kerapatan, kerimbunan, dan frekuensi paling
tinggi diantara spesies lainnya pada tapak yang sama serta paling
mendominasi pada tapak tersebut.

3.2.6 Perbandingan Indeks Nilai Penting Herba di Kawasan Hutan Campuran


dan Tapak Swietenia ITB Jatinangor

Indeks Nilai Penting (INP) herba pada Kawasan Hutan


Campuran serta perbandingannya dengan Tapak Swietenia dapat
diperhatikan melalui penjumlahan nilai kerapatan relatif, kerimbunan
relatif dan frekuensi relatif spesies pada masing-masing Tapak di tiap
plot yang ada pada Tapak tersebut. Dapat diperhatikan pada Tabel
3.2.6.1 hasil pengolahan data lapangan, INP herba pada kawasan Hutan
Campuran memiliki rentang nilai dari 35,90 hingga 71,79 dengan 2 INP
terbesar dimiliki oleh spesies Dryopteris decipiens (71,79) dan
Paspalum fimbriatum Kunth (71,79) dan INP terkecil dimiliki oleh
spesies Asystasia sp., Digitaria sanguinalis, Schropularia sp. (35,90).
Selain pada Hutan Campuran, dapat diperhatikan Tabel
3.2.6.2 hasil pengolahan data lapangan, INP herba pada Tapak
Swietenia memiliki 2 nilai terbesar dengan spesies Brachypodium
sylvaticum (150,00) dan Christella dentata (150,00).

Tabel 3.2.6.1 Indeks Nilai Penting Herba pada Hutan Campuran


No. Spesies Krr (%) Kbr (%) Fr (%) NP
1 Asystasia sp. 16.67 2.56 16.66667 35.90
2 Bauhinia monandra 16.67 15.38 16.66667 48.72
3 Digitaria sanguinalis 16.67 2.56 16.66667 35.90
4 Dryopteris decipiens 16.67 38.46 16.66667 71.79
Paspalum fimbriatum
5 16.67 38.46 16.66667 71.79
Kunth
6 Schropularia sp. 16.67 2.56 16.66667 35.90
Jumlah 100 100 100 300
Tabel 3.2.6.2 Indeks Nilai Penting Herba pada Tapak Swietenia

No. Spesies Krr (%) Kbr (%) Fr (%) NP


1 Brachypodium sylvaticum 50.00 50.00 50.00 150.00
2 Christella dentata 50.00 50.00 50.00 150.00
Jumlah 100 100 100 300

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Hidayat


(2018), INP menjadi nilai yang merepresentasikan dominasi suatu
spesies pada suatu lahan atau area. Semakin tinggi nilai INP maka
dominasi suatu spesies dapat diketahui semakain besar, begitupun
sebaliknya. Dari kedua tabel pengolahan data lapangan dapat
disimpulkan bahwa herba pada Kawasan Hutan Campuran tipe
komunitasnya condong ke arah Dryopteris decipiens dan Paspalum
fimbriatum Kunth karena merupakan spesies dengan 2 INP terbesar pada
tapak tersebut. Sedangkan pada Tapak Swietenia tipe komunitasnya
condong ke arah Brachypodium sylvaticum dan Christella dentata karena
merupakan spesies dengan 2 INP terbesar pada tapak tersebut. Hal ini
menunjukan bahwa spesies-spesies tersebut memiliki tingkat kerapatan,
kerimbunan, dan frekuensi paling tinggi diantara spesies lainnya pada
tapak yang sama serta paling mendominasi pada tapak tersebut.

3.3 Keanekaragaman Vegetasi Kawasan Hutan Campuran dan Tapak


Swietenia ITB Jatinangor
3.3.1 Perbandingan Keanekaragaman Pohon di Kawasan Hutan Campuran
dan Tapak Swietenia ITB Jatinangor

Keanekaragaman pohon pada Kawasan Hutan Campuran


serta perbandingannya dengan Tapak Swietenia sangat dipengaruhi
oleh jumlah individu tiap spesies pada masing-masing Tapak di tiap
plot yang ada pada Tapak tersebut. Jumlah individu pohon tersebut
menjadi parameter yang penting dalam penentuan indeks
keanekaragaman menggunakan rumus indeks Shannon-Wiener (H’).
Dapat diperhatikan pada Tabel 3.3.1.1 hasil pengolahan data lapangan,
diketahui nilai indeks keanekaragaman pohon pada Kawasan Hutan
Campuran adalah sebesar 1,706. Dapat diperhatikan pula pada Tabel
3.3.1.2 hasil pengolahan data lapangan, diketahui indeks
keanekaragaman pada Tapak Swietenia bernilai 0.
Tabel 3.3.1.1 Keanekaragaman Pohon pada Hutan Campuran
-(Pi* In
Spesies Jumlah Pi ln Pi
Pi)
Eucalyptus urophylla 2 0,118 -2,140 0,252
Khaya anthotheca 7 0,412 -0,887 0,365
Toona sinensis 1 0,059 -2,833 0,167
Swietenia Sp, 2 0,118 -2,140 0,252
Antidesma bunius 1 0,059 -2,833 0,167
Gmellina arborea 2 0,118 -2,140 0,252
Parkia speciosa 2 0,118 -2,140 0,252
Total 17 1 -15,114 1,706

Tabel 3.3.1.2 Keanekaragaman Pohon pada Tapak Swietenia


-(Pi* In
Spesies Jumlah Pi ln Pi
Pi)
Swietenia sp. 49 1 0 0
Total 49 1 0 0

Berdasarkan penjelasan Sosilawaty, Yanarita, dan Lies


Indrayanti (2020), Indeks keanekaragaman merupakan nilai yang
merepresentasikan tinggi rendahnya tingkat keanekaragaman pada
suatu lahan atau area. Semakin besar nilai indeks keanekaragaman
maka diketahui tingkat keanekaragaman pada suatu lahan/area semakin
tinggi, begitupun sebaliknya. Berdasarkan rumus yang telah dijelaskan
sebelumnya pada bagian metodologi, pada tabel pengolahan, indeks
keanekaragaman merupakan jumlah dari –(pi ln pi) (highlight warna
kuning). Berdasarkan kedua tabel pengolahan data dapat disimpulkan
bahwa tingkat keanekaragaman pohon pada Kawasan Hutan Campuran
lebih tinggi dibandingkan tingkat keanekaragaman pada Tapak
Swietenia. Hal ini disebabkan karena jumlah individu dan spesies
pohon pada Kawasan Hutan Campuran lebih banyak yaitu 17 individu
dari 6 spesies sedangkan pada Tapak Swietenia hanya ada 1 individu
dari 1 spesies (tidak beragam). Jumlah individu dan spesies yang lebih
banyak membuat hasil perhitungan tingkat keanekaragaman menjadi
lebih tinggi.

3.3.2 Perbandingan Keanekaragaman Tiang di Kawasan Hutan Campuran


dan Tapak Swietenia ITB Jatinangor
Keanekaragaman tiang pada Kawasan Hutan Campuran
serta perbandingannya dengan Tapak Swietenia sangat dipengaruhi
oleh jumlah individu tiap spesies pada masing-masing Tapak di tiap
plot yang ada pada Tapak tersebut. Jumlah individu pohon tersebut
menjadi parameter yang penting dalam penentuan indeks
keanekaragaman menggunakan rumus indeks Shannon-Wiener (H’).
Dapat diperhatikan pada Tabel 3.3.1.1 hasil pengolahan data lapangan,
diketahui indeks keanekaragaman tiang pada Kawasan Hutan
Campuran bernilai 0. Dapat diperhatikan pula pada Tabel 3.3.1.2 hasil
pengolahan data lapangan, diketahui nilai indeks keanekaragaman pada
Tapak Swietenia adalah sebesar 0,693.

Tabel 3.3.2.1 Keanekaragaman Tiang pada Hutan Campuran


-(Pi* In
Spesies Jumlah Pi ln Pi
Pi)
Antidesma bunius 1 1 0 0
Total 1 1 0 0

Tabel 3.3.2.2 Keanekaragaman Tiang pada Tapak Swietenia


-(Pi* In
Spesies Jumlah Pi ln Pi
Pi)
Elaeocarpus ganitrus 1 0,5 -0,693 0,347
Swietenia sp. 1 0,5 -0,693 0,347
Total 2 1 -1,386 0,693

Berdasarkan penjelasan Sosilawaty, Yanarita, dan Lies


Indrayanti (2020), Indeks keanekaragaman merupakan nilai yang
merepresentasikan tinggi rendahnya tingkat keanekaragaman pada
suatu lahan atau area. Semakin besar nilai indeks keanekaragaman
maka diketahui tingkat keanekaragaman pada suatu lahan/area semakin
tinggi, begitupun sebaliknya. Berdasarkan rumus yang telah dijelaskan
sebelumnya pada bagian metodologi, pada tabel pengolahan, indeks
keanekaragaman merupakan jumlah dari –(pi ln pi) (highlight warna
kuning). Berdasarkan kedua tabel pengolahan data dapat disimpulkan
bahwa tingkat keanekaragaman tiang pada Kawasan Hutan Campuran
lebih rendah dibandingkan tingkat keanekaragaman pada Tapak
Swietenia. Hal ini disebabkan karena jumlah individu dan spesies tiang
pada Kawasan Hutan Campuran lebih sedikit yaitu 1 individu dari 1
spesies sedangkan pada Tapak Swietenia terdapat 2 individu dari 2
spesies. Jumlah individu dan spesies yang lebih sedikit membuat hasil
perhitungan tingkat keanekaragaman menjadi lebih rendah.

3.3.3 Perbandingan Keanekaragaman Pancang di Kawasan Hutan Campuran


dan Tapak Swietenia ITB Jatinangor

Keanekaragaman pancang pada Kawasan Hutan Campuran


serta perbandingannya dengan Tapak Swietenia sangat dipengaruhi
oleh jumlah individu tiap spesies pada masing-masing Tapak di tiap
plot yang ada pada Tapak tersebut. Jumlah individu pohon tersebut
menjadi parameter yang penting dalam penentuan indeks
keanekaragaman menggunakan rumus indeks Shannon-Wiener (H’).
Dapat diperhatikan pada Tabel 3.3.1.1 hasil pengolahan data lapangan,
diketahui nilai indeks keanekaragaman pancang pada Kawasan Hutan
Campuran adalah sebesar 0,637. Dapat diperhatikan pula pada Tabel
3.3.1.2 hasil pengolahan data lapangan, diketahui nilai indeks
keanekaragaman pada Tapak Swietenia adalah sebesar 1,476.

Tabel 3.3.3.1 Keanekaragaman Pancang pada Hutan Campuran


-(Pi* In
Spesies Jumlah Pi ln Pi
Pi)
Maesopsis sp. 2 0,667 -0,405 0,270
Melia sp. 1 0,333 -1,099 0,366
Total 3 1 -1,504 0,637

Tabel 3.3.3.2 Keanekaragaman Pancang pada Tapak Swietenia


-(Pi* In
Spesies Jumlah Pi ln Pi
Pi)
Elaeocarpus ganitrus 10 0,4 -0,916 0,367
Swietenia sp. 1 0,04 -3,219 0,129
Gnetum gnemon 4 0,16 -1,833 0,293
Leucaena leucocephala 2 0,08 -2,526 0,202
Psidium guajava 1 0,04 -3,219 0,129
Filicium decipiens 7 0,28 -1,273 0,356
Total 25 1 -12,985 1,476

Berdasarkan penjelasan Sosilawaty, Yanarita, dan Lies


Indrayanti (2020), Indeks keanekaragaman merupakan nilai yang
merepresentasikan tinggi rendahnya tingkat keanekaragaman pada
suatu lahan atau area. Semakin besar nilai indeks keanekaragaman
maka diketahui tingkat keanekaragaman pada suatu lahan/area semakin
tinggi, begitupun sebaliknya. Berdasarkan rumus yang telah dijelaskan
sebelumnya pada bagian metodologi, pada tabel pengolahan, indeks
keanekaragaman merupakan jumlah dari –(pi ln pi) (highlight warna
kuning). Berdasarkan kedua tabel pengolahan data dapat disimpulkan
bahwa tingkat keanekaragaman pancang pada Kawasan Hutan
Campuran lebih rendah dibandingkan tingkat keanekaragaman pada
Tapak Swietenia. Hal ini disebabkan karena jumlah individu dan
spesies pancang pada Kawasan Hutan Campuran lebih sedikit yaitu 3
individu dari 2 spesies sedangkan pada Tapak Swietenia terdapat 25
individu dari 6 spesies. Jumlah individu dan spesies yang lebih sedikit
membuat hasil perhitungan tingkat keanekaragaman menjadi lebih
rendah.

3.3.4 Perbandingan Keanekaragaman Semai di Kawasan Hutan Campuran


dan Tapak Swietenia ITB Jatinangor

Keanekaragaman semai pada Kawasan Hutan Campuran


serta perbandingannya dengan Tapak Swietenia sangat dipengaruhi
oleh jumlah individu tiap spesies pada masing-masing Tapak di tiap
plot yang ada pada Tapak tersebut. Jumlah individu pohon tersebut
menjadi parameter yang penting dalam penentuan indeks
keanekaragaman menggunakan rumus indeks Shannon-Wiener (H’).
Dapat diperhatikan pada Tabel 3.3.1.1 hasil pengolahan data lapangan,
diketahui nilai indeks keanekaragaman semai pada Kawasan Hutan
Campuran adalah sebesar 0,693. Dapat diperhatikan pula pada Tabel
3.3.1.2 hasil pengolahan data lapangan, diketahui nilai indeks
keanekaragaman pada Tapak Swietenia adalah sebesar 1,733.

Tabel 3.3.4.1 Keanekaragaman Semai pada Hutan Campuran


-(Pi* In
Spesies Jumlah Pi ln Pi
Pi)
Clethra alnifolia L 1 0,5 -0,693 0,347
Ficus sp. 1 0,5 -0,693 0,347
Total 2 1 -1,386 0,693

Tabel 3.3.4.2 Keanekaragaman Semai pada Tapak Swietenia


-(Pi* In
Spesies Jumlah Pi ln Pi
Pi)
Swietenia Sp, 1 0,125 -2,079 0,260
Gnetum gnemon 1 0,125 -2,079 0,260
Aquilaria sp. 1 0,125 -2,079 0,260
Asimina triloba 2 0,25 -1,386 0,347
Barringtonia asiatica 2 0,25 -1,386 0,347
Terminalia catapa 1 0,125 -2,079 0,260
Total 8 1 -11,090 1,733

Berdasarkan penjelasan Sosilawaty, Yanarita, dan Lies


Indrayanti (2020), Indeks keanekaragaman merupakan nilai yang
merepresentasikan tinggi rendahnya tingkat keanekaragaman pada
suatu lahan atau area. Semakin besar nilai indeks keanekaragaman
maka diketahui tingkat keanekaragaman pada suatu lahan/area semakin
tinggi, begitupun sebaliknya. Berdasarkan rumus yang telah dijelaskan
sebelumnya pada bagian metodologi, pada tabel pengolahan, indeks
keanekaragaman merupakan jumlah dari –(pi ln pi) (highlight warna
kuning). Berdasarkan kedua tabel pengolahan data dapat disimpulkan
bahwa tingkat keanekaragaman semai pada Kawasan Hutan Campuran
lebih rendah dibandingkan tingkat keanekaragaman pada Tapak
Swietenia. Hal ini disebabkan karena jumlah individu dan spesies semai
pada Kawasan Hutan Campuran lebih sedikit yaitu 2 individu dari 2
spesies sedangkan pada Tapak Swietenia terdapat 8 individu dari 6
spesies. Jumlah individu dan spesies yang lebih sedikit membuat hasil
perhitungan tingkat keanekaragaman menjadi lebih rendah.

3.3.5 Perbandingan Keanekaragaman Perdu di Kawasan Hutan Campuran


dan Tapak Swietenia ITB Jatinangor

Keanekaragaman perdu pada Kawasan Hutan Campuran


serta perbandingannya dengan Tapak Swietenia sangat dipengaruhi
oleh jumlah individu tiap spesies pada masing-masing Tapak di tiap
plot yang ada pada Tapak tersebut. Jumlah individu pohon tersebut
menjadi parameter yang penting dalam penentuan indeks
keanekaragaman menggunakan rumus indeks Shannon-Wiener (H’).
Dapat diperhatikan pada Tabel 3.3.1.1 hasil pengolahan data lapangan,
diketahui nilai indeks keanekaragaman perdu pada Kawasan Hutan
Campuran adalah sebesar 0,693. Dapat diperhatikan pula pada Tabel
3.3.1.2 hasil pengolahan data lapangan, diketahui indeks
keanekaragaman pada Tapak Swietenia bernilai 0.

Tabel 3.3.5.1 Keanekaragaman Perdu pada Hutan Campuran


-(Pi* In
Spesies Jumlah Pi ln Pi
Pi)
Manihot utilisima 1 0,5 -0,693 0,347
Priva lappulacea 1 0,5 -0,693 0,347
Total 2 1 -1,386 0,693

Tabel 3.3.5.2 Keanekaragaman Perdu pada Tapak Swietenia


-(Pi* In
Spesies Jumlah Pi ln Pi
Pi)
Wallichia sp. 1 1 0 0

Total 1 1 0 0
Berdasarkan penjelasan Sosilawaty, Yanarita, dan Lies
Indrayanti (2020), Indeks keanekaragaman merupakan nilai yang
merepresentasikan tinggi rendahnya tingkat keanekaragaman pada
suatu lahan atau area. Semakin besar nilai indeks keanekaragaman
maka diketahui tingkat keanekaragaman pada suatu lahan/area semakin
tinggi, begitupun sebaliknya. Berdasarkan rumus yang telah dijelaskan
sebelumnya pada bagian metodologi, pada tabel pengolahan, indeks
keanekaragaman merupakan jumlah dari –(pi ln pi) (highlight warna
kuning). Berdasarkan kedua tabel pengolahan data dapat disimpulkan
bahwa tingkat keanekaragaman perdu pada Kawasan Hutan Campuran
lebih tinggi dibandingkan tingkat keanekaragaman pada Tapak
Swietenia. Hal ini disebabkan karena jumlah individu dan spesies perdu
pada Kawasan Hutan Campuran lebih banyak yaitu 2 individu dari 2
spesies sedangkan pada Tapak Swietenia hanya ada 1 individu dari 1
spesies. Jumlah individu dan spesies yang lebih banyak membuat hasil
perhitungan tingkat keanekaragaman menjadi lebih tinggi.

3.3.6 Perbandingan Keanekaragaman Herba di Kawasan Hutan Campuran


dan Tapak Swietenia ITB Jatinangor

Keanekaragaman herba pada Kawasan Hutan Campuran


serta perbandingannya dengan Tapak Swietenia sangat dipengaruhi
oleh jumlah individu tiap spesies pada masing-masing Tapak di tiap
plot yang ada pada Tapak tersebut. Jumlah individu pohon tersebut
menjadi parameter yang penting dalam penentuan indeks
keanekaragaman menggunakan rumus indeks Shannon-Wiener (H’).
Dapat diperhatikan pada Tabel 3.3.1.1 hasil pengolahan data lapangan,
diketahui nilai indeks keanekaragaman herba pada Kawasan Hutan
Campuran adalah sebesar 1,931. Dapat diperhatikan pula pada Tabel
3.3.1.2 hasil pengolahan data lapangan, diketahui nilai indeks
keanekaragaman pada Tapak Swietenia adalah sebesar 0,693.
Tabel 3.3.6.1 Keanekaragaman Herba pada Hutan Campuran
-(Pi* In
Spesies Jumlah Pi ln Pi
Pi)
Dryopteris decipiens 1 0,2 -1,609 0,322
Paspalum fimbriatum
1 0,2 -1,609 0,322
Kunth
Bauhinia monandra 1 0,2 -1,609 0,322
Asystasia sp. 1 0,2 -1,609 0,322
Digitaria sanguinalis 1 0,2 -1,609 0,322
Schropularia sp. 1 0,2 -1,609 0,322
Total 6 1,2 -9,657 1,931

Tabel 3.3.6.2 Keanekaragaman Herba pada Tapak Swietenia


-(Pi* In
Spesies Jumlah Pi ln Pi
Pi)
Brachypodium
1 0,5 -0,693 0,347
sylvaticum
Christella dentata 1 0,5 -0,693 0,347
Total 2 1 -1,386 0,693

Berdasarkan penjelasan Sosilawaty, Yanarita, dan Lies


Indrayanti (2020), Indeks keanekaragaman merupakan nilai yang
merepresentasikan tinggi rendahnya tingkat keanekaragaman pada
suatu lahan atau area. Semakin besar nilai indeks keanekaragaman
maka diketahui tingkat keanekaragaman pada suatu lahan/area semakin
tinggi, begitupun sebaliknya. Berdasarkan rumus yang telah dijelaskan
sebelumnya pada bagian metodologi, pada tabel pengolahan, indeks
keanekaragaman merupakan jumlah dari –(pi ln pi) (highlight warna
kuning). Berdasarkan kedua tabel pengolahan data dapat disimpulkan
bahwa tingkat keanekaragaman herba pada Kawasan Hutan Campuran
lebih tinggi dibandingkan tingkat keanekaragaman pada Tapak
Swietenia. Hal ini disebabkan karena jumlah individu dan spesies herba
pada Kawasan Hutan Campuran lebih banyak yaitu 6 individu dari 6
spesies sedangkan pada Tapak Swietenia hanya ada 2 individu dari 2
spesies. Jumlah individu dan spesies yang lebih banyak membuat hasil
perhitungan tingkat keanekaragaman menjadi lebih tinggi.
3.4 Potensi Regenerasi Kawasan Hutan Campuran dan Tapak Swietenia
ITB Jatinangor
Telah disinggung sebelumnya bahwa analisis vegetasi memiliki
fungsi untuk menganalisis kondisi vegetasi-vegetasi yang ada pada suatu
lahan atau area tertentu. Dari hasil analisis tersebut dapat diketahui hal-hal
yang tidak sesuai dan dapat merugikan ekosistem yang ada serta berdampak
pada lingkungan lainnya sehingga berdasarkan hasil analisis dilakukan
perbaikan-perbaikan yang dibutuhkan. Salah satu fungsi analisis vegetasi
adalah dapat mengetahui potensi regenerasi dari vegetasi dari lahan atau area
yang diamati. Dalam hal ini dapat diketahui sejauh dan secepat mana suatu
vegetasi pada lahan tertentu dapat beregenerasi. Regenerasi pada hutan
merupakan proses yang meliputi tahapan-tahapan dimana utamanya adalah
matinya pohon yang sudah tua dan digantikan dengan pohon muda yang
sedang bertumbuh (Malik dan Bhatt, 2016)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rachmanadi et al.
(2017), potensi regenerasi vegetasi suatu lahan dapat ditentukan dari
persebaran dan kelimpahan tingkatan hidup permudaan seperti semai dan
pancang. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Devi (2014);
Hamid et al. (2015); Malik dan Bhatt (2016); Bogale et al. (2017); Rawat et
al. (2018); Afandi (2020) dimana memberikan hasil yang menyatakan bahwa
terdapat parameter status regenerasi dengan menghitung jumlah spesies
permudaan seperti semai dan pancang lalu dibandingkan dengan jumlah
spesies dewasa yaitu tiang dan pohon. Parameter tersebut disajikan dalam
tabel berikut:

Tabel 3.4.1 Jumlah Individu tiap Tahapan Hidup Pohon pada Hutan Campuran

Status Parameter: Jumlah Individu Spesies


Good (Baik) Semai & Pancang>Tiang & Pohon
Fair (Cukup) Semai & Pancang<=Tiang & Pohon
Hanya tumbuh pada tahap
Poor (Buruk)
permudaan namun belum semai
(tidak peduli jumlahnya kurang ata
lebih dari dewasa)
None (Tidak beregenerasi) Tidak ada Pancang ataupun Semai
Tidak terdapat Tiang ataupun
New (Baru beregenerasi) Pohon (hanya pada saat
pertumbuhan permudaan)

Berdasarkan data yang didapat di lapangan pada kegiatan praktikum mata


kuliah Ekologi Hutan Tropikal “Analisis Vegetasi Kawasan Hutan ITB
Kampus Jatinangor” dan setelah dilakukan pengolahan data terkait
analisis vegetasi yang ada pada tiap tapak, dapat diketahui jumlah
individu tiap tahapan hidup pada Kawasan Hutan Campuran dan Tapak
Swietenia. Jumlah individu dan perbandingan tiap tahapan hidup pada
Kawasan Hutan Campuran dapat diperhatikan pada Tabel 3.4.2 dan
Gambar 3.4.1 sedangkan jumlah individu dan perbandingan tiap
tahapan hidup pada Tapak Swietenia dapat diperhatikan pada Tabel 3.4.3
dan Gambar 3.4.2 dibawah ini.

Tabel 3.4.2 Jumlah Individu tiap Tahapan Hidup Pohon pada Hutan Campuran
Jumlah
Tahapan Hidup
Individu
Pohon 17
Tiang 1
Pancang 3
Semai 2
Total 23
Gambar 3.4.1 Grafik Kelimpahan Tahapan Hidup Pohon pada Hutan Campuran

Kelimpahan di Hutan Campuran


18 17
16
JUMLAH INDIVIDU 14
12
10
8
6
4 3
2
2 1
0
Pohon Tiang Pancang Semai
TAHAPAN HIDUP

Tabel 3.4. Jumlah Individu tiap Tahapan Hidup Pohon pada Tapak Swietenia
Jumlah
Tahapan Hidup
Individu
Pohon 49
Tiang 2
Pancang 25
Semai 8
Total 84

Gambar 3.4..2 Grafik Kelimpahan Tahapan Hidup Pohon pada Tapak Swietenia

Kelimpahan di Tapak Mahoni


60
49
50
JUMLAH INDIVIDU

40

30 25

20
8
10
2
0
Pohon Tiang Pancang Semai
TAHAPAN HIDUP
Dari Tabel 3.4.2 dan Gambar 3.4.1 dapat diketahui bahwa
jumlah semai dan pancang (5) kurang dari jumlah tiang dan pohon (18)
dan berdasarkan status regenerasi pada Tabel 3.4.1 maka dapat
disimpulkan bahwa status regenerasi Kawasan Hutan Campuran adalah
Fair (Cukup). Disisi lain berdasarkan Tabel 3.4.3 dan Gambar 3.4.2
dapat diketahui bahwa jumlah semai dan pancang (33) kurang dari
jumlah tiang dan pohon (51) dan berdasarkan status regenerasi pada
Tabel 3.4.1 maka dapat disimpulkan bahwa status regenerasi Tapak
Swietenia pun adalah Fair (Cukup). Walaupun kedua tapak memili
status regenerasi yang sama namun perlu diperhatikan bahwa
perbandingan jumlah semai dan pancang pada Tapak Swietenia lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah semai dan pancang pada Kawasan
Hutan Campuran. Jumlah semai dan pancang pada Tapak Swietenia
mencapai 39,28% dari seluruh tahapan hidup yang ada sedangkan
jumlah semai dan pancang pada Kawasan Hutan Campuran hanya
mencapai 21,73% dari seluruh tahapan hidup yang ada pada tapak
tersebut. Hal ini menunjukan bahwa status regenerasi Tapak Swietenia
lebih mendekati status Good (Baik) dibandingkan dengan status
regenerasi Kawasan Hutan Campuran. Dapat disimpulkan bahwa
potensi regenerasi Tapak Swietenia lebih baik tingkatannya dibanding
potensi Kawasan Hutan Campuran.
BAB IV
KESIMPULAN

4.1 Kesimpulan
1. Perbandingan jumlah individu dan kerapatan total pohon, tiang, pancang,
dan semai pada Kawasan Hutan Campuran lebih sedikit dibanding
jumlah individu dan kerapatan total pada Tapak Swietenia. Perbandingan
jumlah individu dan kerapatan total perdu dan herba pada Kawasan
Hutan Campuran lebih banyak dibanding jumlah individu dan kerapatan
total pada Tapak Swietenia. Perbandingan jumlah spesies pohon, perdu,
dan herba pada Kawasan Hutan Campuran lebih banyak dibanding
jumlah spesies pada Tapak Swietenia namun berbanding terbalik untuk
tiang, pancang, dan semai.Menentukan perbandingan indeks nilai
penting kawasan hutan campuran dan tapak Swietenia kampus ITB
Jatinangor
2. Nilai INP pohon, perdu, herba terbesar (pre-dominan) pada Kawasan
Hutan Campuran lebih kecil dibandingkan dengan nilai INP pohon,
perdu, herba terbesar (pre-dominan) pada Tapak Swietenia. Nilai INP
tiang, pancang, semai terbesar (pre-dominan) pada Kawasan Hutan
Campuran lebih besar dibandingkan dengan nilai INP tiang, pancang,
semai terbesar (pre-dominan) pada Tapak Swietenia.Menentukan
perbandingan potensi regenerasi kawasan hutan campuran dan tapak
Swietenia kampus ITB Jatinangor.
3. Tingkat keanekaragaman pohon, perdu, dan herba pada Kawasan Hutan
Campuran lebih tinggi dibandingkan tingkat keanekaragaman pada
Tapak Swietenia. Tingkat keanekaragaman tiang, pancang, dan semai
pada Kawasan Hutan Campuran lebih rendah dibandingkan tingkat
keanekaragaman pada Tapak Swietenia.
4. Status regenerasi Tapak Swietenia lebih mendekati status Good (Baik)
dibandingkan dengan status regenerasi Kawasan Hutan Campuran
sehingga potensi regenerasi Tapak Swietenia lebih baik tingkatannya
dibanding potensi Kawasan Hutan Campuran.
DAFTAR PUSTAKA

Afandi, R. (2020). REGENERASI JENIS DI HABITAT PASAK BUMI ( Eurycoma


longifolia ), HUTAN ALAM BATANG LUBU SUTAM , KABUPATEN
PADANG LAWAS.
Agustina, D.K. (2008). Studi Vegetasi di Hutan Lindung RPH Donomulyo BK PH
Sengguruh KPH Malang. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Jurusan Biologi
Fakultas Saintek UIN Mau-lana Malik Ibrahim Malang
Bogale T, Datiko D, dan Belachew S. 2017. and Natural Regeneration Status of
Woody Plants of Berbere Afromontane Moist Forest, Bale Zone, South East
Ethiopia; Implication to Biodiversity Conservation. Structure Open Journal of
Forestry, 7: 352-371
Deviyanti. 2014. Komposisi Jenis Dan Struktur Tegakan Hutan di Cagar Alam
Dungus Iwul, Jawa Barat-Banten. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
Gunawan, W., Basuni, S., Indrawan, A., Prasetyo, L. B., & Soedjito, H. (2011).
Kawasan Hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Jurnal
Pengelolaan Sumberdaya Alam Dan Lingkungan, 1(2), 93–105.
Hamid M, Khairijon, Sofiyanti. N. 2015. Regenerasi Rhizophora di Kawasan Hutan
Mangrove Desa Sungai Rawa Kecamatan Sungai Apit Kabupaten Siak Propinsi
Riau. Jom Fmipa. 2(1): 10-22
Hidayat, M. (2018). Analisis Vegetasi Dan Keanekaragaman Tumbuhan Di
Kawasan Manifestasi Geotermal Ie Suum Kecamatan Mesjid Raya Kabupaten
Aceh Besar. BIOTIK: Jurnal Ilmiah Biologi Teknologi Dan Kependidikan,
5(2), 114. https://doi.org/10.22373/biotik.v5i2.3019
Kusumaningsari, S. D., Hendrarto, B., & Ruswahyuni. (2015). Kelimpahan hewan
makrobentos pada dua umur tanaman Rhizophora sp. di Kelurahan
Mangunharjo, Semarang. Diponegoro Journal of Maquares Manajement of
Aquatic Resources, 4(2), 58–64.
Maarel, E.V.D. 2005. Vegetation Ecology. Victoria: Blackwell Publish-ing
Malik Z, Bhatt AB. 2016. Regeneration Status of Tree Species and Survival of Their
Seedlings in Kedarnath Wildlife Sanctuary and its Adjoining Areas in Western
Himalaya, India. Tropical Ecology, 57(4): 677-690.
Maridi, Saputra, A., & Agustina, P. (2015). Analisis-Struktur-Vegetasi-Di-
Kecamatan. Bioedukasi, 8(1), 28–42.
Rachmanadi, D., Faridah, E., & Van Der Meer, P. J. (2017). Keanekaragaman
Potensi Regenerasi Vegetasi pada Hutan Rawa Gambut: Studi Kasus di
Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) Tumbang Nusa,
Kalimantan Tengah. Jurnal Ilmu Kehutanan, 11(2), 224.
https://doi.org/10.22146/jik.28286
Rawat DS, Dash SS, Sinha BK, Kumar V, Banerjee A, dan Singh P. 2018.
Community structure and regeneration status of tree species in Eastern
Himalaya: A case study from Neora Valley National Park, West Bengal, India.
Taiwania, 63(1): 16-24.
Smith, P.L. Wilson, B., Nadolny, C., Lang, D. (2000). The Ecological Ro-le of The
Native Vegetation of New South Wales. New South Wales: Native Vegetation
Advisory Coun-cil.
Sosilawaty, Yanarita, Lies Indrayanti, Y. T. (2020). KOMPOSISI VEGETASI PADA
BERBAGAI TUTUPAN LAHAN DI LABORATORIUM ALAM HUTAN.
AN1MAGE.https://books.google.co.id/books?redir_esc=y&hl=id&id=YCEJE
AAAQBAJ&q=keanekaragaman#v=onepage&q&f=false
Susanto, W. (2012). Analisis Vegetasi pada Ekosistem Hutan Hujan Tropis untuk
Pengelolaan Kawasan Taman Hutan Raya
LAMPIRAN

• Tabel perhitungan atau pengolahan data


Pengerjaan dari MS Excel
Pohon campuran :
Pohon (Luas plot: 0.04 ha)
Sum of Column
LAB Labels
Kb total Kb Rf(%)
Row
B2 B4 Grand Total
Labels
Antidesma 0,1 0,111929225
0,111929225 3,4358174
bunius
Eucalyptus 1,724885595 1,724885595
1,724885595 52,94767241
urophylla
Gmellina 0,092731807 0,092731807
0,092731807 2,846526944
arborea
Khaya
0,59266496 0,59266496 0,59266496 18,19264434
anthoteca
Khaya 0,2 0,233164625
0,233164625 7,157300299
anthotheca
Parkia 0,050884611 0,050884611
0,050884611 1,561971241
speciosa
Swietenia
0,038967274 0,038967274
macrophylla 0,038967274 1,196152653

Swietenia 0,132345003 0,132345003


0,132345003 4,062507023
sp.
Toona 0,076366064 0,2
0,28014441 0,28014441 8,599407694
sinensis

Grand 2,708845313 0,5 3,257717509


3,257717509 100
Total

Pohon (Luas plot: 0.04 ha)


Column
             
Sum of LAB Labels
Fr Jumlah
B2 B4 Grand Total Kr Kr Rf (%) Fr Rf Individu
Row Labels (%)
Antidesma 11,76470588 0,5
2 2 25 10 2
bunius
Eucalyptus 41,17647059 0,5
7 7 87,5 10 7
urophylla
Gmellina 5,882352941 0,5
1 1 12,5 10 1
arborea
Khaya 5,882352941 0,5
1 1 12,5 10 1
anthoteca
Khaya 5,882352941 0,5
1 1 12,5 10 1
anthotheca
5,882352941 0,5
1 1 12,5 10 1
Parkia speciosa
Swietenia 5,882352941 0,5
1 1 12,5 10 1
macrophylla
5,882352941 0,5
1 1 12,5 10 1
Swietenia sp.
11,76470588
1 1 2 25 1 20 2
Toona sinensis
212,5 100
13 4 17 100 5 17
Grand Total

INP
Spesies Kb Rf(%) Kr Rf(%) Fr Rf(%) INP
Eucalyptus
52,94767241 41,17647059 10
urophylla 104,124143
Toona sinensis 8,599407694 11,76470588 20 40,36411358
Khaya anthoteca 18,19264434 5,882352941 10 34,07499728
Antidesma bunius 3,4358174 11,76470588 10 25,20052328
Khaya anthotheca 7,157300299 5,882352941 10 23,03965324
Swietenia sp. 4,062507023 5,882352941 10 19,94485996
Gmellina arborea 2,846526944 5,882352941 10 18,72887989
Parkia speciosa 1,561971241 5,882352941 10 17,44432418
Swietenia
1,196152653 5,882352941 10
macrophylla 17,07850559
Total 100 100 100 300
Indeks Keanekaragaman
Jumlah
Spesies individu Pi ln Pi Pi x ln Pi
Antidesma bunius 2 0,117647059 -2,140066163 0,25177249
Eucalyptus
urophylla 7 0,411764706 -0,887303195 0,365360139
Gmellina arborea 1 0,058823529 -2,833213344 0,166659608
Khaya anthoteca 1 0,058823529 -2,833213344 0,166659608
Khaya anthotheca 1 0,058823529 -2,833213344 0,166659608
Parkia speciosa 1 0,058823529 -2,833213344 0,166659608
Swietenia
macrophylla 1 0,058823529 -2,833213344 0,166659608
Swietenia sp. 1 0,058823529 -2,833213344 0,166659608
Toona sinensis 2 0,117647059 -2,140066163 0,25177249
  17 H' 1,86886277

Pohon homogen :
Pohon (Luas plot: 0.04 ha)
Sum of LAB Column Labels    
Kb Rf
Row Labels B1 B3 Grand Total Kb Total (%)
Swietenia sp. 1,985357285 1,916984106 3,902341391 3,902341391 100
Grand Total 1,985357285 1,916984106 3,902341391 3,902341391 100

Pohon (Luas plot: 0.04 ha)


Sum of Column
LAB Labels              
Kr
Row Rf Fr Rf Jumlah
Labels B1 B3 Grand Total Kr (%) Fr (%) Individu
Swietenia
sp. 25 24 49 612,5 100 1 100 49
Grand
Total 25 24 49 612,5 100 1 100 49
INP
Kb Fr
Kr Rf(%)
Spesies Rf(%) Rf(%) INP
Swietenia
sp. 100 100 100 300

Indeks
Keanekaragaman
Jumlah
Spesies individu Pi ln Pi Pi x ln Pi
Swietenia
sp. 49 1 0 0
  49 H' 0

Tiang campuran :
Column
Sum of LAB Labels
Kb
Row Labels B4 Grand Total Kb Rf(%)
Antidesma
bunius 0,022340857 0,022340857 0,022340857 100
Grand Total 0,022340857 0,022340857 0,022340857 100

Count of Column
LAB Labels
Jumlah Kr Fr
Row Labels B4 Grand Total individu Kr Rf(%) Fr Rf(%)
Antidesma
bunius 1 1 1 50 100 0,5 100
Grand Total 1 1 1 50 100 0,5 100

INP
Spesies Kb Rf (%) Kr Rf(%) Fr Rf(%) INP
Antidesma bunius 100 100 100 300
Total 100 100 100 300

Indeks Keanekaragaman
Spesies Jumlah individu Pi ln Pi Pi x ln Pi
Antidesma bunius 1 1 0 0
  1 H' 0

Tiang homogen :
Column
Sum of LAB Labels

Row Labels B1 Grand Total Kb Kb Rf(%)


Elaeocarpus
ganitrus 0,010309531 0,010309531 0,01031 41,20237
Swietenia
sp. 0,014712164 0,014712164 0,014712 58,79763

Grand Total 0,025021694 0,025021694 0,025022 100

Count of Column
LAB Labels
Jumlah
Row Labels B1 Grand Total Individu Kr Kr Rf Fr Fr Rf(%)
Elaeocarpus
ganitrus 1 1 1 50 71,42857 0,5 71,42857
Swietenia
sp. 1 1 1 20 28,57143 0,2 28,57143

Grand Total 2 2 2 70 100 0,7 100

Pancang campuran :
Sum of
Diameter_Pancang Column
(m) Labels
Grand
Row Labels B2 Total Kb Kb Rf
Maesopsis sp. 0,0286 0,0286 0,0286 69,24939
Melia sp. 0,0127 0,0127 0,0127 30,75061
Grand Total 0,0413 0,0413 0,0413 100

Count of Column
Diameter_Pancang Labels
Grand Jumlah
Row Labels B2 Total Kr Kr Rf Fr Fr Rf Individu
Maesopsis sp. 2 2 100 66,66667 2
Melia sp. 1 1 50 33,33333 1
Grand Total 3 3 150 100 0 0 3

Grand Jumlah
Row Labels B2 Total Kr Kr Rf Fr Fr Rf Individu
Maesopsis sp. 2 2 100 66,66667 0,125 50 2
Melia sp. 1 1 50 33,33333 0,125 50 1
Grand Total 3 3 150 100 0,25 100 3

Kb Rf
Kr Rf Fr Rf (%) INP
Nama Spesies (%)
Maesopsis sp. 66,66667 50 69,2494 185,916
Melia sp. 33,33333 50 30,7506 114,084
100 100 100 300

Indeks Keanekaragaman
Jumlah
Spesies individu Pi ln Pi Pi x ln Pi
Maesopsis sp. 2 0,666667 -0,40547 0,27031
Melia sp. 1 0,333333 -1,09861 0,3662
  3 H' 0,63651
Pancang homogen :
Sum of
Diameter_Pancang Colum
n
(m) Labels
B3 Grand
Row Labels B1 Total kb kb rf
Elaeocarpus 0,3394 0,3394 47,88374718
ganitrus 0,3394
0,0111 0,0111 1,566027088
Filicium decipiens 0
0,0508 0,0508 7,167042889
Gnetum gnemon 0,0508
Leucaena 1,551918736
leucocephala 0 0,011 0,011
0,0223 0,0223 3,146162528
Psidium guajava 0,0223
0,2742 0,2742 38,68510158
Swietenia sp. 0
0,7088 0,7088
Grand Total 0,4125 0 100

Count of Colum
Diameter_Pancang n
Labels
B3 Grand
Row Labels B1 Total
Elaeocarpus
ganitrus 10 10
Filicium decipiens 1 1
Gnetum gnemon 4 4
Leucaena
leucocephala 2 2
Psidium guajava 1 1
Swietenia sp. 7 7
Grand Total 15 10 25

Jumlah
B3 Grand Individu
Row Labels B1 Total Kr Kr Rf Fr Fr Rf
Elaeocarpus 0,125 16,66666667
ganitrus 10 10 500 40 10
0,125 16,66666667
Filicium decipiens 1 1 50 4 1
0,125 16,66666667
Gnetum gnemon 4 4 200 16 4
Leucaena 0,125 16,66666667
leucocephala 2 2 100 8 2
0,125 16,66666667
Psidium guajava 1 1 50 4 1
0,125 16,66666667
Swietenia sp. 7 7 350 28 7
Grand Total 15 10 25 1250 100 0,75 100 25

Kb Rf
Kr Rf Fr Rf (%) INP
Nama Spesies (%)
Elaeocarpus ganitrus 40 16,66667 47,8837 104,55
Swietenia sp. 28 16,66667 38,6851 83,3518
Gnetum gnemon 16 16,66667 7,16704 39,8337
Leucaena
leucocephala 8 16,66667 1,55192 26,2186
Psidium guajava 4 16,66667 3,14616 23,8128
Filicium decipiens 4 16,66667 1,56603 22,2327
100 100 100 300

Indeks Keanekaragaman
Jumlah
Spesies individu Pi ln Pi Pi x ln Pi
Elaeocarpus ganitrus 10 0,4 -0,91629 0,36652
Filicium decipiens 1 0,04 -3,21888 0,12876
Gnetum gnemon 4 0,16 -1,83258 0,29321
Leucaena
leucocephala 2 0,08 -2,52573 0,20206
Psidium guajava 1 0,04 -3,21888 0,12876
Swietenia sp. 7 0,28 -1,27297 0,35643
  25 H' 1,47573

Semai campuran :
Count of Colum
Kerimbuna n
n (%) Labels
Fr
Gran Kr Rf
Row B4 d Rf(%) (%) Jumlah
Labels B2 Total Kr Fr Individu
Clethra 0,25
alnifolia L 1 1 625 50 50 1
0,25
Ficus sp. 1 1 625 50 50 1
Grand 1250 100
Total 1 1 2 100 0,5 2

Sum of Colum
Kerimbuna n
n (%) Labels
Gran
Row B4 d
Labels B2 Total
Clethra 2,5
alnifolia L 2,5
Ficus sp. 2,5 2,5
Grand 2,5
Total 2,5 5

Gran
Row B4 d
Labels B2 Total
Clethra 2,5
alnifolia L 2,5
Ficus sp. 2,5 2,5
Grand 2,5
Total 2,5 5

Gran
Row B4 d
Labels B2 Total kb kb rf INP
Fr
Rf
Clethra 2,5 Spesies Kr (%) Kb
alnifolia L 0 2,5 2,5 50 Rf(%) Rf(%) INP
Clethra
alnifolia
Ficus sp. 2,5 0 2,5 2,5 50 L 50 50 50 150
Grand 2,5 Ficus
Total 2,5 5 5 100 sp. 50 50 50 150
100
  100 100 300

Indeks
Keanekaragama
n
Spesies Jumlah
Pi ln Pi-Pi*In Pi
Clethra -
alnifolia 0,6931 0,34657
L 1 0,5 5 4
-
Ficus 0,6931 0,34657
sp. 1 0,5 5 4
0,69314
  2 H' 7

Semai homogen :
Count of Column
Kerimbunan (%) Labels
Grand Jumlah
Row Labels B1 B3 Total kr kr rf fr fr rf individu
Aquilaria sp. 1 1 625 12,5 0,25 12,5 1
Asimina triloba 1 1 625 12,5 0,25 12,5 1
Barringtonia
asiatica 1 1 625 12,5 0,25 12,5 1
Gnetum gnemon 1 1 2 1250 25 0,5 25 2
Swietenia
macrophylla 1 1 2 1250 25 0,5 25 2
Terminalia
catapa 1 1 625 12,5 0,25 12,5 1
Grand Total 3 5 8 5000 100 2 100 8

Grand
Row Labels B1 B3 Total
Aquilaria sp. 1 1
Asimina triloba 1 1
Barringtonia
asiatica 1 1
Gnetum gnemon 1 1 2
Swietenia
macrophylla 1 1 2
Terminalia
catapa 1 1
Grand Total 3 5 8

Sum of Column
Kerimbunan (%) Labels
Grand
Row Labels B1 B3 Total
Aquilaria sp. 2,5 2,5
Asimina triloba 2,5 2,5
Barringtonia
asiatica 2,5 2,5
Gnetum gnemon 2,5 2,5 5
Swietenia
macrophylla 15 15 30
Terminalia
catapa 2,5 2,5
Grand Total 20 25 45

Grand
Row Labels B1 B3 Total
Aquilaria sp. 2,5 2,5
Asimina triloba 2,5 2,5
Barringtonia
asiatica 2,5 2,5
Gnetum gnemon 2,5 2,5 5
Swietenia
macrophylla 15 15 30
Terminalia
catapa 2,5 2,5
Grand Total 20 25 45

Grand
Row Labels B1 B3 Total kb kb rf
Aquilaria sp. 0 2,5 2,5 2,5 5,555556
Asimina triloba 2,5 0 2,5 2,5 5,555556
Barringtonia
asiatica 0 2,5 2,5 2,5 5,555556
Gnetum gnemon 2,5 2,5 5 5 11,11111
Swietenia
macrophylla 15 15 30 30 66,66667
Terminalia
catapa 0 2,5 2,5 2,5 5,555556
Grand Total 20 25 45 45 100

INP
Spesies Kr Rf(%) Fr Rf(%) KB Rf (%) INP
Swietenia
macrophylla 25 25 66,66666667 116,6667
Gnetum gnemon 25 25 11,11111111 61,11111
Aquilaria sp. 12,5 12,5 5,555555556 30,55556
Asimina triloba 12,5 12,5 5,555555556 30,55556
Barringtonia asiatica 12,5 12,5 5,555555556 30,55556
Terminalia catapa 12,5 12,5 5,555555556 30,55556
  100 100 100 300
Indeks Keanekaragaman
Spesies Jumlah Pi ln Pi -Pi*ln Pi
Aquilaria sp. 1 0,125 -2,079441542 0,25993
Asimina triloba 1 0,125 -2,079441542 0,25993
Barringtonia asiatica 1 0,125 -2,079441542 0,25993
Gnetum gnemon 2 0,25 -1,386294361 0,346574
Swietenia
macrophylla 2 0,25 -1,386294361 0,346574
Terminalia catapa 1 0,125 -2,079441542 0,25993
  8 H' 1,732868

Perdu campuran :
Sum of Column
Kerimbunan (%) Labels
Grand
Row Labels B4 Total
Manihot utilisima 2,5 2,5
Priva lappulacea 2,5 2,5
Grand Total 5 5 

Grand
Row Labels B4 Total
Manihot utilisima 2,5 2,5
Priva lappulacea 2,5 2,5
Grand Total 5 5

Grand
Row Labels B4 Total kb kb rf
Manihot utilisima 2,5 2,5 2,5 50
Priva lappulacea 2,5 2,5 2,5 50
Grand Total 5 5 5 100

Count of Column
Kerimbunan (%) Labels
Grand
Row Labels B4 Total kr kr rf fr fr rf
Manihot utilisima 1 1 1 50 0,125 50
Priva lappulacea 1 1 1 50 0,125 50
Grand Total 2 2 2 100 0,25 100

Grand
Row Labels B4 Total
Manihot utilisima 1 1
Priva lappulacea 1 1
Grand Total 2 2

Indeks Nilai
Penting
spesies Kb Rf Fr Rf Kr Rf INP
Manihot utilisima 50 50 50 150
Priva lappulacea 50 50 50 150
  100 100 100 300

Indeks Keanekaragaman  
spesies jml ind pi ln pi |pi x ln pi|
Manihot utilisima 1 0,5 -0,69315 0,34657359
Priva lappulacea 1 0,5 -0,69315 0,34657359
  2 H' 0,693147181

Perdu homogen :
Sum of Kerimbunan Column
(%) Labels
Grand
Row Labels B1 Total
Wallichia sp. 5 5
Grand Total 5 5

Grand
Row Labels B1 Total
Wallichia sp. 5 5
Grand Total 5 5

Grand
Row Labels B1 Total kb kb rf
Wallichia sp. 2,5 2,5 2,5 100
Grand Total 5 2,5 2,5 100

Count of Kerimbunan Column


(%) Labels
Grand
Row Labels B1 Total kr kr rf fr fr rf
Wallichia sp. 1 1 1 100 0,125 100
Grand Total 1 1 1 100 0,125 100

Grand
Row Labels B1 Total
Wallichia sp. 1 1
Grand Total 1 1

Indeks Nilai
Penting
spesies Kb Rf Fr Rf Kr Rf INP
Wallichia sp. 100 100 100 300
  100 100 100 300

Indeks Keanekaragaman  
|pi x ln
spesies jml ind pi ln pi pi|
Wallichia sp. 1 1 0 0
  1 H' 0

Herba homo:
Count of Column
Kerimbunan_Herba Labels
Grand
Row Labels B3 Total
Brachypodium sylvaticum 1 1
Christella dentata 1 1
Grand Total 2 2

Grand
Row Labels B3 Total Kr Kr Rf Fr Fr Rf
Brachypodium sylvaticum 1 1 1 50 0,25 50
Christella dentata 1 1 1 50 0,25 50
Grand Total 2 2 2 100 0,5 100

Sum of
Kerimbunan_Herba Column
(%) Labels
Grand
Row Labels B3 Total
Brachypodium sylvaticum 2,5 2,5
Christella dentata 2,5 2,5
Grand Total 5 5

Grand
Row Labels B3 Total
Brachypodium sylvaticum 2,5 2,5
Christella dentata 2,5 2,5
Grand Total 5 5

Grand
Row Labels B3 Total kb kb rf
Brachypodium sylvaticum 2,5 2,5 2,5 50
Christella dentata 2,5 2,5 2,5 50
Grand Total 5 5 5 100

Indeks Nilai Penting


Kr RF Fr RF
Kb RF (%) INP
Spesies (%) (%)
Brachypodium
sylvaticum 50 50 50 150
Christella dentata 50 50 50 150
  100 100 100 300

Indeks Keanekaragaman
Jumlah
pi ln pi |(pi x ln pi)|
Nama Spesies Individu
Brachypodium
sylvaticum 1 0,5 -0,69315 0,34657359
Christella dentata 1 0,5 -0,69315 0,34657359
  2    0,693147181

Herba campuran :
Count of Column
Kerimbunan_Herba Labels
Row Labels B2 B4 Grand Total
Asystasia sp. 1 1
Bauhinia monandra 1 1
Digitaria sanguinalis 1 1

Dryopteris decipiens 1 1
Paspalum fimbriatum
Kunth 1 1
Schropularia sp. 1 1
Grand Total 3 3 6

Row Labels B2 B4 Grand Total Kr Kr Rf Fr Fr Rf


Asystasia sp. 1 1 1 16,66667 0,25 16,66667
Bauhinia monandra 1 1 1 16,66667 0,25 16,66667
Digitaria sanguinalis 1 1 1 16,66667 0,25 16,66667
Dryopteris decipiens 1 1 1 16,66667 0,25 16,66667
Paspalum fimbriatum
Kunth 1 1 1 16,66667 0,25 16,66667
Schropularia sp. 1 1 1 16,66667 0,25 16,66667
Grand Total 3 3 6 6 100 1,5 100

INP
Spesies Kb Rf Kr Rf Fr Rf INP   Kb
Dryopteris decipiens 35,71428571 16,6667 16,66666667 69,04762 37,5
Paspalum fimbriatum
37,5
Kunth 35,71428571 16,6667 16,66666667 69,04762
Bauhinia monandra 14,28571429 16,6667 16,66666667 47,61905 15
Schropularia sp. 4,761904762 16,6667 16,66666667 38,09524 5
Digitaria sanguinalis 4,761904762 16,6667 16,66666667 38,09524 5
Asystasia sp. 4,761904762 16,6667 16,66666667 38,09524 5
Total 100 100 100 300 105

Indeks
Keanekaragaman
Jumlah
Spesies individu Pi ln Pi Pi x ln Pi
Asystasia sp. 1 0,16667 -1,79175947 0,298627
Bauhinia monandra 1 0,16667 -1,79175947 0,298627
Digitaria sanguinalis 1 0,16667 -1,79175947 0,298627
Dryopteris decipiens 1 0,16667 -1,79175947 0,298627
Paspalum fimbriatum
Kunth 1 0,16667 -1,79175947 0,298627
Schropularia sp. 1 0,16667 -1,79175947 0,298627
Total 6 H' = 1,791759

Kelimpahan
Pohon Tiang
Count of
Count of Nama_Spesies Column Labels Nama_Spesies
Grand
Row Labels B2 B4 Total Row Labels
1 1 1 2 1
2 1 1 2 Grand Total
3 1 1 2
4 1 1 2
5 1 1 Pancang
Count of
6 1 1 Nama_Spesies
7 1 1 Row Labels
8 1 1 1
9 1 1 2
10 1 1 3
11 1 1 Grand Total
12 1 1
13 1 1
Grand Total 13 4 17 Semai
Count of
Nama_Spesies

Row Labels
Jumlah
Tahapan Hidup
Individu 1
Pohon 17 Grand Total
Tiang 1
Pancang 3
Semai 2
Total 23

Pohon Tiang
Count of Count of
Nama_Spesies Column Labels Nama_Spesies Colum
Grand
Row Labels B1 B3 Total Row Labels B1
1 1 1 2 1
2 1 1 2 2
3 1 1 2 Grand Total
4 1 1 2
5 1 1 2 Pancang
Count of
6 1 1 2 Nama_Spesies Colum

7 1 1 2 Row Labels B1
8 1 1 2 1
9 1 1 2 2
10 1 1 2 3
11 1 1 2 4
12 1 1 2 5
13 1 1 2 6
14 1 1 2 7
15 1 1 2 8
16 1 1 2 9
17 1 1 2 10
18 1 1 2 11
19 1 1 2 12
20 1 1 2 13
21 1 1 2 14
22 1 1 2 15
23 1 1 2 Grand Total
24 1 1 2
25 1 1 Semai
Count of
Grand Total 25 24 49 Nama_Spesies Colum

Row Labels B1
1
2
Jumlah
Tahapan Hidup
Individu 3
Pohon 49 4
Tiang 2 5
Pancang 25 Grand Total
Semai 8
Total 84

• Dokumentasi pengerjaan di lapangan

You might also like