You are on page 1of 49

Swamedikasi

apt. Tiara Tri Agustini, M.Farm


Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi Riau
Pengertian
• Swamedikasi atau pengobatan sendiri adalah
kegiatan atau tindakan mengobati diri sendiri
dengan obat tanpa resep secara tepat dan
bertanggung jawab (rasional).

• Swamedikasi biasanya dilakukan untuk


mengatasi keluhan-keluhan dan penyakit ringan.
Beberapa penyakit ringan yang banyak dialami
masyarakat, antara lain demam, nyeri, batuk,
flu, sakit maag, cacingan, diare, serta beberapa
jenis penyakit kulit (BPS, 2016).
DEFINISI SWAMEDIKASI

Swamedikasi merupakan suatu perawatan sendiri oleh


masyarakat terhadap penyakit yang umum diderita, dengan
menggunakan obat-obatan yang dijual bebas secara umum di
pasaran atau obat keras yang bisa didapat tanpa resep dokter
dan diserahkan oleh apoteker di apotek

Menurut WHO swamedikasi diartikan sebagai pemilihan


dan penggunaan obat, termasuk penggunaan obat herbal
dan tradisional oleh individu untuk merawat diri sendiri,
penyakit dan gejala penyakit.

Berdasarakan Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia No
919/MENKES/PER/X/1993 swamedikasi
merupakan suatu upaya seseorang dalam
mengobati gejala penyakit tanpa berkonsultasi
dengan dokter terlebih dahulu
Kondisi dan kasus penggunaan obat tanpa resep
pada swamedikasi
(Ipang & Yosephine, 2011):
1. Perawatan simptomatik minor, seperti rasa
tidak enak badan dan cedera ringan.
2. Penyakit yang dapat sembuh sendiri dengan
bertambahnya daya tahan tubuh, seperti
flu.
3. Profilaksis/pencegahan dan penyembuhan
penyakit ringan, seperti mabuk perjalanan
dan kutu air.
4. Penyakit kronis yang sebelumnya sudah
pernah didiagnosis dokter atau tenaga
medis professional lainnya seperti asma dan
artritis.
5. Keadaan yang mengancam jiwa dan perlu
penanganan segera.
PENYAKIT YANG DAPAT DI SWAMEDIKASI

NYERI SAKIT MAAG

DEMAM PUSING

BATUK INFLUENZA

MAAG CACINGAN

DIARE KADAS/KURAP

JERAWAT KETOMBE

KUDIS KUTIL

LUKA BAKAR

LUKA IRIS/SERUT
Beberapa fungsi yang harus dilakukan agar produk obat
yang diperoleh tanpa resep dapat digunakan secara
aman dan efektif : (WHO, 2000)
• pengenalan gejala penyakit dengan akurat,
• penetapan tujuan terapi,
• pemillihan produk obat yang digunakan,
• penentuan dosis serta jadwal minum obat yang
tepat,
• pertimbangan riwayat pengobatan,
• kontraindikasi,
• penyakit yang sedang dialami dan obat yang
sedang dikonsumsi,
• serta pemantauan respons terhadap pengobatan
dan kemungkinan adanya efek samping.
Pelaku swamedikasi dalam mendiagnosis penyakitnya,
harus mampu :

1. Mengetahui jenis obat yang diperlukan.


2. Mengetahui kegunaan dari tiap obat, sehingga dapat
mengevaluasi sendiri perkembangan rasa sakitnya.
3. Menggunakan obat secara benar (cara, aturan, lama
pemakaian) dan mengetahui batas kapan mereka
harus menghentikan swamedikasi yang kemudian
segera minta pertolongan petugas kesehatan.
4. Mengetahui efek samping obat yang digunakan
sehingga dapat memperkirakan apakah suatu
keluhan yang timbul kemudian, merupakan suatu
penyakit baru atau efek samping obat.
5. Mengetahui siapa yang tidak boleh menggunakan
obat tersebut, terkait dengan kondisi seseorang.
Prosedur Tetap Swamedikasi

1. Mendengarkan keluhan penyakit pasien yang


ingin melakukan swamedikasi
2. Menggali informasi dari pasien.
3. Memilihkan obat sesuai dengan kerasionalan dan
kemampuan ekonomi pasien dengan
menggunakan obat bebas, bebas terbatas dan
obat wajib apotek
4. Memberikan informasi tentang obat yang
diberikan kepada pasien dan sampaikan bila sakit
berlanjut/lebih dari 3 hari hubungi dokter.
5. Mendokumentasikan data pelayanan
swamedikasi yang telah dilakukan
TAHAPAN YANG DILALUI DALAM MELAYANI PASIEN SWAMEDIKASI

Assesment
pasien

Pemilihan
Terapi

Pemberian
Informasi
Obat
Penggalian informasi
1. Dirinya sendiri atau orang lain yang
sakit
2. Usia pasien
3. Gejala yang dirasakan
4. Lama gejala yang dirasakan
5. Riwayat penyakit
6. Gejala lain yang dirasakan
7. Gejala yang berbahaya
8. Pengobatan yang sudah pernah
diterimanya baik resep maupun
non resep
9. Usaha lain untuk mengatasi gejala
sakit
Penggalian Informasi, 2 metode umum
yang digunakan :

A. WHAM
W : Who is the patient and what are the
symptoms ?
H : How long have the symptoms been
present ?
A : Action taken ?
M : Medication being taken ?
B. ASSMETHOD
A : Age / appearance
S : Self or someone else
S : Symtomps
M : Medication
E : Extra medicine
T : Time persisting
H : History
O : Other symptoms
D : Danger symptom
PEMBERIAN INFORMASI OBAT
1. Nama obat dan deskripsi obat
2. Indikasi/manfaat
3. Dosis
4. Petunjuk khusus atau perhatian saat penyiapan saat penyiapan (jika ada)
5. Cara pemakaian obat
6. Waktu pemakaian obat
7. Lama penggunaan obat
8. Hal yang harus diperhatikan sewaktu minum obat
9. Efek samping obat dan cara mengatasinya
10. Interaksi/kontraindikasi obat dan cara mengatasinya
11. Cara memonitoring diri sendiri
12. Aktivitas/makanan yang harus dihindari selama penggunaan obat
13. Cara penyimpanan obat yang baik
14. Cara memperlakukan obat yang masih tersisa
15. Apa yang dilakukan ketika lupa minum obat
16. Cara membedakan obat yang masih baik/ sudah rusak
CARA PEMAKAIAN OBAT YANG BENAR

Hentikan pengobatan jika


Penggunaan obat tidak Gunakan obat sesuai dengan
terjadi hal yg tidak
untuk pemakaian secara anjuran yang tertera pada
diinginkan, hubungi
terus menerus. etiket atau brosur.
apoteker

Untuk mendapatkan
Hindarkan menggunakan
informasi penggunaan obat
obat orang lain walaupun
yang lebih lengkap, tanyakan
gejala penyakit sama.
kepada Apoteker
YANG PERLU DIKETAHUI TENTANG EFEK SAMPING ADALAH :

Baca dengan seksama kemasan atau brosur


obat, efek samping yang mungkin timbul.

Untuk mendapatkan informasi tentang efek


samping yang lebih lengkap dan apa yang
harus dilakukan bila mengalaminya, tanyakan
pada Apoteker.

Efek samping yang mungkin timbul antara lain


reaksi alergi gatal-gatal, ruam, mengantuk,
mual dan lain-lain.

Penggunaan obat pada kondisi tertentu seperti


pada ibu hamil, menyusui, lanjut usia, gagal
ginjal dan lain-lain dapat menimbulkan efek
samping yang fatal, penggunaan obat harus di
bawah pengawasan dokter-Apoteker.
CARA PENYIMPANAN OBAT

Simpan obat dalam


kemasan asli dan
dalam wadah
tertutup rapat.

Simpan obat pada


suhu kamar dan
terhindar dari sinar
matahari langsung
atau seperti yang
tertera pada
kemasan.
OBAT RUSAK MERUPAKAN OBAT YANG
MENGALAMI PERUBAHAN MUTU, SEPERTI :

Tablet
Tablet Kapsul Cairan Salep
salut
Terjadinya Pecah-pecah,
Menjadi keruh
perubahan terjadi Perubahan
atau timbul Warna berubah
warna, bau, atau perubahan warna isi kapsul
warna endapan
rasa

Kerusakan berupa Kapsul terbuka,


Basah dan
noda, berbintik- kosong, rusak Konsistensi Pot atau tube
lengket satu
bintik,lubang, atau melekat berubah rusak atau bocor
dengan lainnya
sumbing, pecah, satu sama lain
retak dan atau
terdapat benda Kaleng atau
asing, jadi bubuk botol rusak
sehingga Warna atau rasa
dan lembaB berubah Bau berubah
menimbulkan
kelainan fisik
Kaleng atau
botol rusak
Botol plastik
rusak atau bocor
Faktor yang Mempengaruhi Swamedikasi
1. Kondisi ekonomi
2. Berkembangnya kesadaran akan arti penting kesehatan
bagi masyarakat.
3. Promosi obat bebas dan obat bebas terbatas yang gencar
dari pihak produsen
4. Semakin tersebarnya distribusi obat melalui puskesmas
dan warung obat desa yang berperan dalam peningkatan
pengenalan dan penggunaan obat, terutama obat tanpa
resep dalam sistem swamedikasi.
5. Kampanye swamedikasi yang rasional di masyarakat,
mendukung perkembangan farmasi komunitas.
6. Semakin banyak obat yang dahulu termasuk obat keras
dan harus diresepkan dokter, dalam perkembangan ilmu
kefarmasian yang ditinjau dari khasiat dan keamanan obat
diubah menjadi obat tanpa resep (obat bebas terbatas,
obat wajib apotek (OWA) dan obat bebas).
FAKTOR YG MEMPENGARUHI
PELAKSANAAN SWAMEDIKASI
Pemikiran masy, cukup dg Gaya hidup
swamedikasi

Kemudahan memperoleh
Faktor sosial ekonomi produk

Ketersediaan produk
baru
Kurangnya waktu
Kampanye swamedikasi
yg rasional
Berkembangnya kesadaran akan
arti penting kesehatan di masy.
Pendidikan

Promosi obat yg gencar


Pekerjaan

Kurangnya akses ke faskes usia


Manfaat swamedikasi yang
bertanggung jawab
• Dapat mencegah dan mengobati
penyakit-penyakit ringan yang tidak
memerlukan konsultasi medis
• Menghemat biaya dan waktu untuk
pergi ke dokter
• Penurunan biaya untuk program
pelayanan kesehatan dan
pengurangan waktu absen kerja
akibat gejala-gejala penyakit ringan
Jika swamedikasi dilakukan secara tidak tepat??

• Memungkinkan terjadinya kesalahan


dalam penggunaan obat dan kurangnya
kontrol pada pelaksanaannya.

• Dapat menyebabkan bahaya serius


terhadap kesehatan, seperti reaksi obat
yang tidak diinginkan, perpanjangan
masa sakit, risiko kontraindikasi, dan
ketergantungan obat.
Hal yang Harus diperhatikan dalam Swamedikasi
(BPOM, 2014)
• Kenali secara akurat gejala penyakit
• Obat yang digunakan adalah obat yang tergolong sebagai obat
bebas, obat bebas terbatas, dan obat wajib apotek yang diperoleh
di apotek atau toko obat berizin.
• Sebelum menggunakan obat, bacalah sifat, cara pemakaian, dan
tanggal kadaluarsa obat pada etiket, brosur atau kemasan obat agar
penggunaannya tepat dan aman.
• Cara pemilihan obat : Pemilihan obat yang sesuai dengan gejala
atau keluhan penyakit, kondisi khusus, pengalaman alergi. Ketahui
nama obat, zat berkhasiat, kegunaan, cara pemakaian, efek
samping, interaksi obat yang dapat dibaca pada etiket atau brosur
obat.
• Cara penggunaan obat harus memperhatikan hal-hal berikut : Obat
tidak untuk digunakan secara terus-menerus, Gunakan obat sesuai
anjuran, Bila muncul efek samping, hentikan penggunaannya dan
tanyakan kepada dokter atau apoteker, Hindari menggunakan obat
orang lain, walaupun gejala penyakitnya sama, Untuk mendapatkan
informasi obat yang lengkap, tanyakan kepada apoteker.
Lanjutan...
• Gunakan obat tepat waktu, sesuai dengan aturan
penggunaan.
• Meminum obat oral dengan segelas air putih matang.
• Cara penyimpanan obat harus memperhatikan hal-hal
berikut :
– Dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
– Pada suhu kamar dan terhindar dari sinar matahari
langsung / seperti yang tertera pada kemasan.
– Di tempat yang tidak panas atau tidak lembab karena dapat
menimbulkan kerusakan obat.
– Jangan menyimpan obat yang telah kadaluarsa atau rusak
– Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
• Pengobatan swamedikasi harus dihentikan bila timbul
gejala lain seperti pusing, sakit kepala, mual dan
muntah, terjadi reaksi alergi seperti gatal-gatal dan
kemerahan pada kulit, salah minum obat atau minum
obat dengan dosis yang salah.
Penggolongan Obat Swamedikasi
• Obat bebas
• Obat bebas terbatas
– Tanda peringatan

• OWA
Apoteker dalam melayani pasien yang
memerlukan obat diwajibkan untuk :

• Memenuhi ketentuan dan


batasan tiap jenis obat per
pasien yang termasuk obat
wajib apotek.
• Membuat catatan pasien serta
obat yang telah diserahkan.
• Memberikan informasi
meliputi dosis, aturan pakai,
kontraindikasi, efek samping,
dan lain-lain yang perlu
diperhatikan oleh pasien.
kriteria obat yang dapat diserahkan
tanpa resep
» Tidak dikontraindikasikan untuk penggunaan pada
wanita hamil, anak dibawah usia 2 tahun dan orang
tua di atas 65 tahun.
» Pengobatan sendiri dengan obat dimaksud tidak
memberikan risiko pada kelanjutan penyakit.
» Penggunaannya tidak memerlukan cara atau alat
khusus yang harus dilakukan oleh tenaga kesehatan.
» Penggunaannya diperlukan untuk penyakit yang
prevalensinya tinggi diIndonesia.
» Obat dimaksud memiliki rasio khasiat keamanan
yang dapat dipertanggungjawabkan untuk
pengobatan sendiri.
Sebagai
Promosi komunikator
kesehatan

Penyedia
Kolabolator obat yang
berkualitas

Pengawas
dan pelatih
Menurut WHO (2000), peran tenaga
kefarmasian dalam swamedikasi yaitu:
• Komunikator (Communicator)
– Tenaga kefarmasian harus mempunyai inisiatif untuk berdialog dengan
pasien (dan dokter, jika dibutuhkan) untuk menggali tentang riwayat
kesehatan pasien. Dalam hal ini tenaga kefarmasian harus mampu
mengenali gejala penyakit tanpa melangkahi wewenang dokter. Tenaga
kefarmasian harus memberikan informasi yang objektif yang diperlukan
pasien misalnya mengenai cara penggunaan obat atau cara
penyimpanan obat.
• Penyedia obat yang berkualitas (Quality drug supplier)
– Seorang tenaga kefarmasian harus menjamin bahwa obat yang
disediakan dalam swamedikasi berasal dari sumber yang dapat
dipertanggung jawabkan dan berkualitas bagus.
• Pengawas dan pelatih (Trainer and supervisor)
– Tenaga kefarmasian harus menjamin bahwa pelayanan yang dilakukan
oleh staf – staf yang bukan farmasi memiliki kualitas yang sama. Karena
itu tenaga kefarmasian harus membuat protokol sebagai referensi bagi
tenaga kefarmasian dan juga protokol bagi tenaga kesehatan masyarakat
yang terlibat dengan penyimpanan dan distribusi obat.
lanjutan...
• Kolaborator (collaborator)
– Tenaga kefarmasian harus membangun hubungan
profesional yang baik dengan profesional kesehatan yang
lain, asosiasi profesi nasional, industri farmasi, pemerintah
( Lokal/Nasional ), pasien dan masyarakat umum.
• Promotor Kesehatan (Health promotor)
– Sebagai bagian dari kesehatan, tenaga kefarmasian harus
berpartisipasi dalam mengidentifikasi masalah kesehatan
dan risikonya bagi masyarakat, berpartisipasi dalam
promosi kesehatan dan pencegahan penyakit dan
memberikan saran secara individual untuk membantu
dalam menentukan pilihan informasi tentang kesehatan.
KRITERIA OBAT TANPA RESEP YANG AMAN (djunarko dan hendrawati, 2011).

• Terjamin aman
1

• Terjamin manjur atau berkhasiat


2

• Indeks terapi lebar atau rasio dosis toksik dan dosis terapi
3 memiliki rentang yang lebar.

• Tidak menimbulkan kecanduan.


4

• Pengguanaannya sederhana.
5

• Kesalahan penggunaan tidak menimbulkan efek samping obat


6 (ESO) yang merugikan

• Tidak mendorong penyalahgunaan.


7

• Penggunaanya tidak perlu pamantauan


8
MASALAH-MASALAH PADA SWAMEDIKASI

1. Banyaknya obat dengan berbagai merek seringkali membuat konsumen


bingung memilih antara obat yang baik dan aman untuk dikonsumsi.
2. Maraknya penyebaran iklan obat-obatan melalui media televisi dan media-
media lain mempunyai peran yang cukup besar bagi masyarakat untuk
memilih obat tanpa resep.
3. Kemudahan memperoleh obat secara bebas dapat menyebabkan
masyarakat dengan tingkat pendidikan rendah menjadi korban pemakaian
obat yang tidak rasional. Hal tersebut terlihat dari perkembangan jumlah
apotek dan toko obat di Indonesia yang meningkat.
4. Perkembangan baru dalam pelayanan penjualan obat melalui apotek. Kini
apotek tidak hanya mau melakukan pengiriman obat ke rumah, tapi juga
buka 24 jam, hingga melayani pemesanan melaui internet. Kemudahan
semacam ini juga mempunyai kontribusi dalam pengobatan sendiri
(Kartajaya, 2011).
Kasus 1

Seorang laki-laki 30 tahun mengeluhkan


gatal-gatal di seluruh tubuh setelah
makan kepiting. Muncul bercak-bercak
merah di badan, tangan, dan kaki. Ia
mengatakan bahwa punya riwayat
alergi makanan laut.
Kasus 2

Seorang laki-laki usia 25 tahun datang ke


apotek. Dia baru saja meminum obat yang
dibeli dari apotek tersebut. Tetapi setelah
meminum obat tersebut, wajah dan
badannya langsung merah-merah dan gatal.
Dia marah-marah ke petugas apotek karena
merasa petugas salah memberikan obat.
Kasus 3
Seorang laki2 umur 18 tahun datang ke apotek ingin
menebus resep. pasien mengeluhkan nyeri di
pantat kanan sejak seminggu. Ada benjolan di
pantat kanan, kemerahan (+) dan mengeluarkan
nanah, nyeri (+). Riwayat keluhan yang sama (+).
Pasien telah berobat ke klinik dan mendapatkan
resep metronidazole 3 x 500 mg dan cefixime 2 x
200 mg. Pasien baru menyadari tidak ada obat
untuk meredakan nyeri di resep. Dan pasien juga
meminta obat salep untuk bisulnya.
Kasus 4
Seorang laki-laki 28 tahun datang ke apotek
dengan keluhan gatal di betis kaki kiri sekitar 1
minggu. Terlihat bercak-bercak merah
berbentuk koin dengan jumlah 4 buah.
Awalnya ukuran bercak kecil, kemudian pasien
beli obat ke apotek, diberikan oleh petugas
apotek obat salep (steroid). Setelah dioles 2
kali, bercak bertambah besar dan semakin
gatal. Pasien datang kembali ke apotek ingin
mengganti obat yang cocok.
Kasus 5

Seorang wanita usia 17 tahun datang ke apotek


mencari obat jerawat, dia mengeluhkan
jerawat di wajah besar-besar dan bernanah
jika dipecahkan. Keluhan sudah lama
dirasakan. Sudah mencoba obat-obat jerawat
yang dibeli diwarung, tetapi tidak mempan.
Kasus 6

Seorang laki2 usia 50 tahun datang ke apotek


membeli obat, dia mengeluhkan luka dibetis
kiri terkena kayu ketika bekerja sejak 3 hari
yang lalu. Sampai sekarang luka belum kering,
masih basah. Luka terasa nyeri dibawa
bekerja. Sejak 2 hari ini mengeluhkan badan
terasa panas, otot dan sendi terasa pegal2.
Kasus 7

Seorang wanita usia 18 tahun datang ke apotek


dengan keluhan luka dibibir bagian dalam
setelah dipukul teman laki2nya. Lukanya
didalam bibirnya banyak karena ia memakai
kawat gigi.
Kasus 8
Seorang laki-laki usia 45 tahun datang ke apotek
mau membeli obat. Ia mengeluh gatal dan
nyeri disela-sela jari kaki sejak lebih kurang 6
bulan ini. Keluhannya biasanya hilang timbul.
Biasanya keluhan muncul jika kaki berkeringat
atau basah, disela-sela jari tampak kulit
seperti bersisik, lunak dan mudah
mengelupas. Dia biasanya bekerja sebagai
petani, dari pagi sampai sore biasanya selalu
disawah.
Kasus 9
Seorang ibu usia 45 tahun datang ke apotek
ingin membeli obat. Dia berencana ingin pergi
ke Jakarta dari Pekanbaru naik bus. Dia
menanyakan apakah apotek ada menjual obat
untuk mabuk perjalanan karena dia punya
riwayat mabuk darat. Dia naik bus karena
takut jatuh naik pesawat.
Kasus 10

Seorang laki-laki usia 35 thn datang ke apotek


membeli obat. Dia mengeluh mata sering
merah, perih dan berair, terutama saat bawa
motor. Keluhan ini baru mulai sering dirasakan
sejak dia menjadi driver GOJEK. Kotoran mata
tidak ada dan penglihatan pasien normal.
Kasus 11
Seorang wanita umur 27 thn, datang ke apotek
ingin membeli obat. Dia mengeluhkan gatal
dilengan kiri sejak 3 hari yang lalu. Kulit dilengan
kiri menjadi merah dan muncul bintil merah dan
gelembung kecil berisi air. Dia menduga keluhan
ini muncul akibat baru ganti jam tangan karena
gejala ditangan kiri persis ditempat dia memakai
jam tangan. Ia meminta kepada pihak apotek
obat yang aman untuk ibu hamil karena dia
sedang hamil 7 bulan.
Kasus 12
Seorang wanita usia 20 thn datang ke apotek
di Bukittinggi hendak membeli obat. Dia
merupakan wisatawan dari pekanbaru. Dia
mengeluhkan bersin-bersin, ingus encer, dan
hidung terasa tersumbat. Pasien merasa
demam, setelah mengukur suhu tubuh,
ternyata suhu tubuh pasien 38 C.
Kasus 13
Seorang laki2 usia 28 tahun mengeluh nyeri ulu
hati terasa seperti ditusuk2 dan perih, mual
(+), muntah (+), sebanyak 1 kali. Perut terasa
kembung (+). BAB normal. Keluhan muncul
setelah makan lele saos padang 3 jam yang
lalu. Riwayat keluhan yang serupa (+).
Biasanya pasien minum ranitidin ketika
keluhan muncul, tetapi keluhan saat ini tidak
berkurang walaupun sudah minum ranitidin.
Kasus 14
Seorang ibu datang ke apotek mencari obat
untuk anaknya, ibu mengatakan anaknya
mencret sejak pagi, frekuensinya 4 kali, BAB
encer dari biasanya (air sama banyak
dengan ampas). Muntah tidak ada, anak
masih mau minum, demam tidak ada.
Ibunya mengatakan mencret2 mulai muncul
setelah ganti merek susu formula.
Kasus 15

Seorang wanita usia 24 tahun,


mengeluhkan muntah2 sejak pagi, dia
muntah setiap mau makan dan minum.
Nyeri ulu hati (+) sejak siang. Pasien hamil
3 bulan, sebenarnya keluhan mual
muntah sudah ada sejak seminggu ini, tp
makin parah sejak satu hari ini.
Kasus 16

Seorang wanita usia 35 tahun mengeluh


sakit perut sejak malam. Perut terasa
melilit hilang timbul. Ketika sedang
kambuh, perut seperti berbunyi kriuk-
kriuk. Perut terasa kembung. Keluhan
muncul setelah pasien makan durian.
Kasus 17
Seorang ibu datang ke apotek ingin membeli
obat. Dia mengatakan anak perempuannya
yang berumur 6 tahun mengeluhkan gatal-
gatal didaerah anus sejak seminggu yang lalu,
gatal bertambah hebat pada malam hari
sehingga anak menjadi susah tidur. Nafsu
makan anaknya berkurang dari biasanya, dan
anaknya sering merasa mual.
Kasus 18
Seorang perempuan usia 30 tahun datang ke
apotek ingin membeli obat inhaler untuk
asmanya. Dia mengatakan obat inhalernya
sudah habis. Dia ingin membeli obat
karena akan berencana membersihkan
rumah dan dia alergi terhadap debu.
Pasien menyiapkan obat untuk antisipasi
jika asmanya kambuh. Setelah ditanyakan
petugas, pasien lupa nama obatnya, tapi
kandungannya adalah salbutamol.

You might also like