Professional Documents
Culture Documents
Tugas PJJ - Kanker Serviks Dan Lesi Prakanker - Arjilio Timothy Zachary Runtukahu - 210141010119 - Masa KKM 27 September-5 Desember 2021
Tugas PJJ - Kanker Serviks Dan Lesi Prakanker - Arjilio Timothy Zachary Runtukahu - 210141010119 - Masa KKM 27 September-5 Desember 2021
RUNTUKAHU
210141010119
Masa KKM 27 September – 5 Desember 2021
Etiologi
Kanker serviks umumnya dikaitkan dengan infeksi HPV risiko tinggi yang ditularkan
secara seksual pada lebih dari 99% kasus kanker serviks. Meskipun lebih dari 100 jenis HPV
telah diidentifikasi, penelitian menunjukkan bahwa serotipe HPV 16 dan 18 berperan dalam
perkembangan kanker serviks, yang bertanggung jawab atas 70% kanker serviks di seluruh
dunia2. Infeksi HPV menyebabkan perubahan sel yang dapat berubah menjadi kanker. Infeksi
HPV tipe risiko rendah dapat menyebabkan kutil kelamin risiko tinggi, sedangkan kategori
risiko rendah menyebabkan kutil kelamin. HPV dapat menginfeksi area genital wanita dan
pria, termasuk kulit vulva, penis, dan anus, lapisan vagina, leher rahim, rektum, lapisan mulut,
dan tenggorokan. Tidak seperti infeksi menular seksual lainnya, sebagian besar tanda dan
gejala HPV tidak ada, dan kebanyakan orang tidak menyadari adanya infeksi tersebut 3,4.
HPV adalah virus DNA sirkular untai ganda yang mengandung tujuh gen awal (E1
hingga E7) dan dua gen akhir (L1 hingga L2) yang diperlukan untuk replikasi virus. Gen E6
dan E7 memainkan peran penting dalam inisiasi karsinogenesis serviks dan dalam
mempertahankan fenotip yang berubah. Infeksi HPV dini mulai berkembang dan dengan
demikian mendorong perkembangan neoplasia serviks dari lesi prakanker yang disebut
cervical intraepithelial neoplasia (CIN) I atau low grade squamous intraepithelial lesi (LSIL)
menjadi kanker in situ III atau high grade squamous intraepithelial lesi (HSIL) dan invasif
kanker1. Berdasarkan kapasitas tumorigeniknya, HPV diklasifikasikan ke dalam kelompok
risiko tinggi dan rendah. Jenis HPV "berisiko rendah" dapat menyebabkan kutil pada atau di
sekitar alat kelamin dan anus. Karena jenis HPV genital ini jarang menyebabkan kanker, maka
disebut sebagai virus berisiko rendah yang dapat menyebabkan lesi intraepitel serviks derajat
rendah (CIN1 atau LSIL). Jenis HPV risiko tinggi yang menjadi penyebab kanker serviks.
Lesi serviks prakanker yang paling umum adalah lesi intraepitel serviks derajat tinggi (CIN2
atau CIN3 atau HSIL), lesi ini dapat bersifat invasif. Tidak banyak ditemukan jaringan
abnormal pada CIN1 (displasia ringan atau SIL derajat rendah) dan dianggap sebagai lesi
prakanker serviks yang paling ringan, sedangkan pada CIN2 atau CIN3 (displasia sedang /
berat atau high grade SIL) lebih banyak ditemukan jaringan terlihat abnormal; high grade SIL
adalah lesi prakanker yang paling serius3,5.
Faktor Resiko
Terdapat sejumlah bukti yang menunjukkan bahwa Human Papilloma Virus (HPV)
sebagai penyebab neoplasia servikal. Karsinogenesis pada kanker serviks sudah dimulai sejak
seseorang terinfeksi HPV yang merupakan faktor inisiator dari kanker serviks yang
menyebabkan terjadinya gangguan sel serviks. HPV tipe 6 dan 11 berhubungan erat dengan
diplasia ringan yang sering regresi. HPV tipe 16 dan 18 dihubungkan dengan diplasia berat
yang jarang regresi dan seringkali progresif menjadi karsinoma insitu. Infeksi Human
Papilloma Virus persisten dapat berkembang menjadi neoplasia intraepitel serviks (CIN).
Seorang wanita yang aktif secara seksual dapat terinfeksi oleh HPV risiko-tinggi dan 80%
akan menjadi transien dan tidak akan berkembang menjadi CIN. HPV akan hilang dalam
waktu 6-8 bulan. Dalam hal ini, respons antibodi terhadap HPV risiko-tinggi. Oleh karena itu,
yang berperan adalah cytotoxic T-cell. Sebanyak 20% dari yang terinfeksi virus tidak
menghilang dan terjadi infeksi yang persisten. CIN akan bertahan atau CIN 1 akan
berkembang menjadi CIN2 atau CIN3, dan pada akhirnya berkembang menjadi kanker
invasif. HPV risiko rendah tidak berkembang menjadi CIN3 atau kanker invasif2,6.
Karsinoma serviks diperkirakan sebagai penyakit yang ditularkan secara seksual.
Beberapa bukti menunjukkan adanya hubungan antara riwayat hubungan seksual dan
risiko penyakit ini. Sesuai dengan etiologi infeksinya, wanita dengan partner seksual yang
banyak dan wanita yang memulai hubungan seksual pada usia muda akan meningkatkan risiko
terkena kanker serviks. Karena sel kolumnar serviks lebih peka terhadap metaplasia selama
ARJILIO T. Z. RUNTUKAHU
210141010119
Masa KKM 27 September – 5 Desember 2021
usia dewasa maka wanita yang berhubungan seksual sebelum usia 18 tahun akan berisiko
terkena kanker serviks lima kali lipat. Keduanya, baik usia saat pertama berhubungan maupun
jumlah partner seksual, adalah faktor risiko kuat untuk terjadinya kanker serviks2,3,6.
Sirkumsisi pernah dipertimbangkan menjadi faktor pelindung, tetapi sekarang hanya
dihubungkan dengan penurunan faktor risiko. Studi kasus kontrol menunjukkan bahwa pasien
dengan kanker serviks lebih sering menjalani seks aktif dengan partner yang melakukan seks
berulang kali. Selain itu, partner dari pria dengan kanker penis atau partner dari pria yang
istrinya meninggal terkena kanker serviks juga akan meningkatkan risiko kanker serviks. Usia
menarche atau menopause tidak mempengaruhi risiko kanker serviks, namun hamil di usia
muda dan jumlah kehamilan atau manajemen persalinan yang tidak tepat dapat pula
meningkatkan risiko 6,7.
Hubungan antara clear cell adenocarcinoma serviks dan paparan DES in utero telah
dibuktikan. Paparan Dietylstilbestrol (DES) dalam rahim sebagian besar merupakan faktor
risiko historis untuk perkembangan kanker serviks. DES adalah bentuk sintetis dari hormon
estrogen yang diresepkan untuk wanita hamil antara 1940 dan 1971 untuk mencegah
keguguran dan persalinan prematur. Telah didefinisikan dengan baik bahwa anak perempuan
dari wanita yang mengonsumsi DES saat hamil (disebut "DES daughters") memiliki
peningkatan risiko 40 kali lipat untuk mengembangkan adenokarsinoma sel bening pada
vagina dan serviks dibandingkan dengan wanita yang tidak terpajan3,6,7.
Saat ini terdapat data yang mendukung bahwa rokok sebagai penyebab kanker serviks
dan hubungan antara merokok dengan kanker sel skuamosa pada serviks (bukan
adenoskuamosa atau adenokarsinoma). Mekanisme kerja bisa secara langsung (aktivitas
mutasi mukus serviks telah ditunjukkan pada perokok) atau melalui efek imunosupresif dari
merokok. Bahan karsinogenik spesifik dari tembakau dapat dijumpai dalam lendir dari mulut
rahim pada wanita perokok. Bahan karsinogenik ini dapat merusak DNA sel epitel skuamosa
dan bersama infeksi HPV dapat mencetuskan transformasi keganasan2,6.
Faktor lain yang diperkirakan berhubungan dengan kanker serviks dan masih dalam tahap
pembuktian adalah wanita dengan diet rendah karotenoid dan defisiensi asam folat juga
dimasukkan dalam faktor risiko kanker servik; Faktor etnis dan faktor sosial wanita di kelas
sosioekonomi yang paling rendah memiliki faktor risiko lima kali lebih besar daripada wanita
di kelas yang paling tinggi. Di Amerika Serikat, ras negro, hispanik, dan wanita Asia memiliki
insiden kanker serviks yang lebih tinggi daripada wanita ras kulit putih. Perbedaan ini
diperkirakan mencerminkan pengaruh sosioekonomi7.
Meskipun dalam beberapa kasus mungkin tidak ada gejala yang terlihat sampai kanker berada
pada stadium lanjut. Gejala edema kaki, nyeri, dan hidronefrosis menunjukkan keterlibatan
dinding panggul. Edema kaki menunjukkan obstruksi limfatik atau pembuluh darah yang
disebabkan oleh tumor. Pada stadium lanjut terjadi penurunan berat badan, edema tungkai,
iritasi kandung kemih dan rektum8,9.
Pada penderita kanker serviks stadium awal, temuan pemeriksaan fisik bisa relatif
normal. Seiring perkembangan penyakit, tampilan serviks bisa menjadi tidak normal, dengan
adanya erosi yang parah, ulkus, atau massa. Pada pemeriksaan ginekologi menggunakan
spekulum, didapatkan massa berbentuk seperti bunga kol atau kulit jeruk yang mudah
berdarah saat disentuh. Kelainan ini bisa meluas ke vagina. Pemeriksaan rektal dapat
menunjukkan massa eksternal atau darah kotor dari erosi tumor. Temuan pemeriksaan pelvis
bimanual sering menunjukkan metastasis pelvis atau parametrial. Jika penyakitnya melibatkan
hati, hepatomegali bisa berkembang8,10.
Dari banyaknya tes skring kanker serviks di dunia, metode deteksi kanker serviks yang
tersering digunakan di Indonesia yakni IVA dan Pap Smear.
- Keluarkan spekulum
- Buang sarung tangan, kapas, dan bahan sekali pakai lainnya ke dalam container
(tempat sampah) yang tahan bocor, sedangkan untuk alat-alat yang dapat
digunakan kembali, rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit untuk
dekontaminasi
- Jelaskan hasil pemeriksaan kepada pasien, kapan harus melakukan
pemeriksaan lagi, serta rencana tata laksana jika diperlukan.
• Jika IVA negatif, jelaskan kepada klien kapan harus kembali untuk
mengulangi pemeriksan IVA
• Jika IVA positif, tentukan metode tata laksana yang akan dilakukan.
b.1. Persiapan
1) Persiapan Alat dan Bahan:
- Meja pemeriksaan yang dilapisi dengan kain bersih
- spekulum Bivalve (cocor bebek),
- cytobrush,
- spatula Ayre,
- kaca objek yang telah diberi label atau tanda,
- cairan fiksasi alkohol 95%.
- Sarung tangan
- Lampu
- Tabung transport untuk meletakkan sampel
ARJILIO T. Z. RUNTUKAHU
210141010119
Masa KKM 27 September – 5 Desember 2021
- Larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi peralatan dan sarung tangan setelah
tindakan selesai18,19.
2) Persiapan Pasien
Sebelum pemeriksaan pastikan pasien memenuhi syarat yakni wanita yang telah
menikah (kontak seksual), tidak dalam keadaan haid, dalam 24 jam sebelum
melakukan pemeriksaan sebaiknya tidak melakukan kontak badan dengan lawan
jenis, tidak sedang menggunakan obat-obatan vagina, semprotan atau bedak vagina,
atau krim kontrasepsi setidaknya selama 24 jam sebelum tes, tidak sedang
mengalami infeksi serviks atau vagina. Tunggu setidaknya 2 minggu setelah
perawatan berakhir sebelum melakukan tes Pap. Hal-hal ini dapat ditemukan ketika
melakukan anamnesis yang baik sebelum prosedur pemeriksaan dimulai. Sebelum
pemeriksaan, pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemih12,18.
- Jelaskan kepada pasien kapan dan bagaimana ia akan menerima hasil pemeriksaan
dan tekankan pentingnya kembali untuk mengambil hasil pemeriksaan. Idealnya,
hasil dapat diambil dalam 2-3 minggu18.
Jika didapatkan hasil Pap smear negative, maka pasien dianjurkan untuk skrining
Pap smear tiap 3 tahun atau sesuai pedoman. Apabila ditemukan gambaran high grade
squamous intraepithelial lesion (HSIL) atau atypical squamous cells-cannot rule out HSIL
(ASC-H) maka pasien harus dirujuk untuk tindakan kolposkopi dan biopsi. Apabila hasil
berupa gambaran atypical glandular cells (AGC) atau sel malignan seperti squamous cell
carcinoma/adenocarcinoma atau adenokarsinoma insitu endoserviks, pasien harus dirujuk
ke rumah sakit untuk diperiksa dan ditata laksana oleh dokter spesialis obstetri dan
ginekologi15.
ARJILIO T. Z. RUNTUKAHU
210141010119
Masa KKM 27 September – 5 Desember 2021
Gambar 11. Alur Skrining Kanker Serviks di Indonesia dengan Pap smear
b. Tes HPV
Tes HPV adalah pendekatan molekuler yang sangat sensitif dan obyektif untuk
menyaring kanker serviks yang tidak bergantung pada interpretasi morfologi hasil. Tes
HPV bergantung pada deteksi virus atau efek dari infeksi virus untuk menemukan
displasia serviks tingkat tinggi. Tes HPV dapat menemukan jenis HPV berisiko tinggi
yang paling sering ditemukan pada kanker serviks. Pemeriksaan tes HPV DNA dapat
mendeteksi jenis virus HPV risiko tinggi (tipe 16 dan 18) yang pada umumnya ditemukan
pada kanker serviks. Tes HPV DNA dinilai sebagai pemeriksaan baku emas untuk deteksi
infeksi HPV. Bila ditemukan hasil positif, maka terdapat sekitar 70% risiko terjadi kanker
serviks.. Tes HPV Cotesting dilakukan setiap 5 tahun dengan evaluasi sitologi dan tes
HPV. Tes HPV dapat meramalkan risiko kanker serviks bertahun-tahun.
Direkomendasikan untuk digunakan bersama dengan tes Pap untuk wanita berusia 30
hingga 65 tahun16,20.
Tes HPV paling sering digunakan dalam 2 situasi: ACS merekomendasikan tes
HPV primer sebagai tes pilihan untuk skrining kanker serviks untuk orang berusia 25-65
tahun. Tes HPV primer adalah tes HPV yang dilakukan dengan sendirinya untuk skrining.
Beberapa tes HPV disetujui hanya jika tes HPV dan tes Pap dilakukan pada waktu yang
ARJILIO T. Z. RUNTUKAHU
210141010119
Masa KKM 27 September – 5 Desember 2021
sama untuk menyaring kanker serviks. Semua tes skrining (tes HPV primer, tes bersama,
dan tes Pap) bagus untuk menemukan kanker dan pra-kanker. Tes HPV primer lebih baik
dalam mencegah kanker serviks daripada tes Pap yang dilakukan sendiri dan tidak
menambahkan lebih banyak tes yang tidak perlu, yang dapat terjadi dengan tes
bersama16,20,21.
Hasil tes HPV, bersama dengan hasil tes sebelumnya, dapat menentukan risiko
terkena kanker serviks. Jika tesnya positif, ini bisa berarti lebih banyak kunjungan tindak
lanjut, lebih banyak tes untuk mencari pra-kanker atau kanker, dan kadang-kadang
prosedur untuk mengobati pra-kanker yang mungkin ditemukan16,20,21.
Mulai 2018, tes HPV sekarang menjadi pilihan untuk skrining kanker serviks
primer (artinya dapat dilakukan sendiri tanpa tes Pap). Tes tersebut dilanjutkan dengan tes
Pap untuk wanita dengan hasil tertentu. Pengujian dengan HPV tesini didasarkan pada
prinsip amplifikasi Polymerase Chain Reaction (PCR) yang digabungkan dengan
pengurutan, analisis restriksi panjang fragmen polimorfisme (RFLP), atau pengujian
hibridisasi21.
Sampel dikumpulkan mirip dengan Pap, dengan usap serviks dari zona
transformasi dan ditempatkan ke media transportasi. Pengujian juga dapat dilakukan dari
bahan sisa yang dikumpulkan dalam media berbasis cairan. Tes ini mendeteksi apakah
seseorang terinfeksi dengan satu atau lebih dari 13 jenis virus HPV risiko tinggi (tipe 16,
18, 31, 33, 35, 39, 45, 51, 52, 56, 58, 59, dan 68). Sensitivitas pengujian HPV untuk
mendeteksi lesi CIN 2–3 bervariasi dari 45,7 hingga 80,9% di berbagai lokasi penelitian
di India; spesifisitas bervariasi dari 91,7 hingga 94,6%. Namun, pengujian HPV
membutuhkan laboratorium yang canggih dan saat ini tidak terjangkau ($20 hingga $30
per pengujian). Karena kesederhanaan dan penyelesaiannya yang cepat, tes ini berpotensi
memungkinkan skrining dan tindak lanjut klinis yang dapat dikerjakan di hari yang
sama22.
B. Pencegahan Ca Servix
Kanker serviks dapat dicegah melalui skrining dengan mengidentifikasi dan mengobati
lesi prakanker, untuk mencegah potensi perkembangan menjadi karsinoma serviks. Beberapa
metode skrining, baik teknologi tradisional maupun yang lebih baru, tersedia untuk skrining
wanita terhadap prekanker serviks dan kanker. Morbiditas dan mortalitas skala besar muncul
sebagai akibat kanker serviks membutuhkan waktu lama untuk berkembang setelah infeksi
awal HPV risiko tinggi. Tidak seperti kebanyakan jenis kanker lainnya, kanker ini dapat
dicegah saat lesi prekursor terdeteksi dan diobati. Skrining dapat mengurangi insidensi dan
mortalitas kanker serviks. Skrining untuk kanker serviks sangat penting karena para wanita
seringkali tidak mengalami gejala sampai penyakitnya berkembang. Wanita dengan lesi
preinvasif memiliki tingkat kelangsungan hidup lima tahun hampir 100%. Deteksi CIN atau
ARJILIO T. Z. RUNTUKAHU
210141010119
Masa KKM 27 September – 5 Desember 2021
lesi prakanker mengarah pada penyembuhan virtual dengan penggunaan metode pengobatan
saat ini15,5,7.
Kematian akibat kanker serviks rahim telah mengalami penurunan secara drastis di
negaranegara maju sejak munculnya dan penerapan luas skrining berbasis sitologi dengan tes
Pap smear, yang dikembangkan oleh George Papanicolaou pada 1950-an. Tidak ada program
skrining kanker serviks yang terorganisir menyebbakan sebagian besar kasus kanker serviks
muncul pada stadium lanjut saat diagnosis, yang menyebabkan penyembuhan sulit untuk
dilakukan. Dengan tidak adanya skrining, hampir 70% pasien kanker serviks di India hadir 23
dalam stadium III dan IV. Hampir 20% wanita dengan kanker serviks meninggal dalam tahun
pertama diagnosis dan tingkat kelangsungan hidup relatif 5 tahun adalah 50%22,7.
Terdapat dua cara untuk mengurangi beban kanker serviks. Pertama adalah untuk
mendeteksi dan mengobati prekanker serviks sebelum menjadi kanker sejati, dan yang kedua
adalah mencegah perkembangan prekanker itu sendiri.
Pencegahan Primer
o Menunda Onset Aktivitas Seksual. Menunda aktivitas seksual sampai usia 20
tahun dan berhubungan secara monogami akan mengurangi risiko kanker serviks
secara signifikan.
o Penggunaan Kontrasepsi Barier seperti kondom, diafragma, dan spermisida) yang
berperan untuk proteksi terhadap agen virus. Kondom tidak memberikan
perlindungan lengkap dari infeksi HPV karena virus ini (tidak seperti HIV) dapat
menyebar melalui kontak dengan area tubuh yang terinfeksi.
o Vaksinasi HPV yang diberikan kepada pasien bisa mengurangi infeksi Human
Papiloma Virus, karena mempunyai kemampuan proteksi >90%. Tujuan dari
vaksin propilaktik dan vaksin pencegah adalah untuk mencegah perkembangan
infeksi HPV dan rangkaian dari event yang mengarah ke kanker serviks.
Kebanyakan vaksin adalah berdasarkan respons humoral dengan penghasilan
antibodi yang menghancurkan virus sebelum ia menjadi intraseluler. Prevelansi
tinggi infeksi HPV mengindikasikan bahwa akan butuh beberapa dekade untuk
program imunisasi yang sukses dalam usaha mengurangi insiden kanker serviks.
Tiga vaksin HPV profilaksis saat ini tersedia di banyak negara untuk digunakan
pada wanita dan pria dari usia 9 tahun untuk pencegahan lesi dan kanker
premaligna yang mempengaruhi serviks, vulva, vagina, dan anus yang disebabkan
oleh tipe HPV risiko tinggi: a bivalen vaksin yang menargetkan HPV16 dan
HPV18; vaksin quadrivalent yang 24 menargetkan HPV6 dan HPV11 selain
HPV16 dan HPV18; dan vaksin nonavalen yang menargetkan HPV tipe 31, 33,
45, 52, dan 58 selain HPV 6, 11, 16, dan 18. Vaksin Cervarix yang diproduksi
oleh GSK dan Gardasil yang diproduksi oleh Merck, berfungsi melindungi wanita
dari HPV tipe 16 dan 18, tipe onkogenik yang bertanggung jawab atas sekitar
ARJILIO T. Z. RUNTUKAHU
210141010119
Masa KKM 27 September – 5 Desember 2021
70% dari kanker serviks. Salah satu vaksin ini, Gardasil, juga melindungi dari
HPV tipe 6 dan 11 yang menyebabkan kutil kelamin. Kedua vaksin tersebut
terdiri dari partikel mirip virus dan direkomendasikan untuk wanita, lebih disukai
sebelum dimulainya aktivitas seksual. Semua vaksin adalah vaksin rekombinan
yang terdiri dari partikel mirip virus (VLP) dan tidak menular karena tidak
mengandung DNA virus. Vaksin akan diberikan 0,5 ml secara intramuskular
dalam tiga dosis selama enam bulan (jadwalnya adalah 0, 2, dan 6 bulan untuk
Gardasil dan 0, 1, dan 6 bulan untuk Cervarix). Vaksin HPV aman dan efektif,
tanpa efek samping yang serius. Vaksin saat ini hanya mencakup dua jenis HPV
risiko tinggi. vaksinasi HPV tidak melindungi dari semua jenis HPV onkogenik.
Oleh karena itu, vaksin tidak dapat menggantikan skrining dan pengobatan
prekanker serviks2,7.
Pencegahan Sekunder
o Pasien dengan Risiko Sedang Hasil tes Pap yang negatif sebanyak tiga kali
berturut-turut dengan selisih waktu antar pemeriksaan satu tahun dan atas petunjuk
dokter sangat dianjurkan. Untuk pasien (atau partner hubungan seksual yang level
aktivitasnya tidak diketahui), dianjurkan untuk melakukan tes Pap tiap tahun.
o Pasien dengan Risiko Tinggi Pasien yang memulai hubungan seksual saat usia <18
tahun dan wanita yang mempunyai banyak partner (multipel partner) seharusnya
melakukan tes Pap tiap tahun, dimulai dari onset seksual intercourse aktif. Interval
sekarang ini dapat diturunkan menjadi setiap 6 bulan untuk pasien dengan risiko
khusus, seperti mereka yang mempunyai riwayat penyakit seksual berulang.
Pencegahan tersier
Kanker serviks invasif diobati dengan pembedahan ablatif dan atau radioterapi pada
stage awal kanker serviks. Kemoterapi merupakan rezim pengobatan pada tahap akhir.
ARJILIO T. Z. RUNTUKAHU
210141010119
Masa KKM 27 September – 5 Desember 2021
Gambar 12. Pencegahan primer sekunder dan tersier pada kanker serviks
Rekomendasi lain untuk pencegahan prekanker dan kanker serviks yakni menghindari
penggunaan tembakau, melakukan seks aman, membatasi jumlah pasangan seks, dan memilih
pasangan seks yang tidak memiliki pasangan seks lain. Memiliki pola makan dan gaya hidup
yang sehat serta mengonsumsi makanan yang kaya beta-karoten, vitamin C, dan folat (vitamin
B9) dari buah-buahan dan sayuran sangat dianjurkan.
Referensi
1. Small WJ, Bacon MA, Bajaj A, et al. Cervical cancer: A global health crisis. Cancer.
2017;123(13):2404-2412. doi:10.1002/cncr.30667
2. Rerucha CM, Caro RJ, Wheeler VL. Cervical Cancer Screening. Am Fam Physician.
2018;97(7):441-448.
3. Jain S, Zhang DY, Xu R, Pincus MR, Lee P. Molecular Genetic Pathology of Solid
Tumors. Twenty Thi. Elsevier Inc.; 2021. doi:10.1016/B978-0-323-29568-0.00077-2
4. Ngoma M, Autier P. Cancer prevention: Cervical cancer. Ecancermedicalscience.
2019;13. doi:10.3332/ecancer.2019.952
5. Iskandar TM. Pengelolaan Lesi Pra-Kanker Serviks. J Chem Inf Model. 2019;53(9):1689-
1699.
6. Juanda D, Kesuma H. Pemeriksaan Metode IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat) untuk
Pencegahan Kanker Serviks. J Kedokt dan Kesehat Publ Ilm Fak Kedokt Univ Sriwij.
2015;2(2):169-174. https://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jkk/article/view/2549
7. Rasjidi I. Epidemiologi Kanker Serviks. Indones J Cancer. 2009;III(3):103-108.
8. Mastutik G, Alia R, Rahniayu A, Kurniasari N, Rahaju AS, Mustokoweni S. Skrining
Kanker Serviks dengan Pemeriksaan Pap Smear di Puskesmas Tanah Kali Kedinding
Surabaya dan Rumah Sakit Mawadah Mojokerto. Maj Obstet Ginekol. 2015;23(2):54.
doi:10.20473/mog.v23i2.2090
9. Cohen PA, Jhingran A, Oaknin A, Denny L. Cervical cancer. Lancet (London, England).
2019;393(10167):169-182. doi:10.1016/S0140-6736(18)32470-X
10. Cheung LC, Egemen D, Chen X, et al. Cervical Cancer Early Detection, Diagnosis, and
Staging. Vol 24.; 2020. doi:10.1097/LGT.0000000000000528
11. Bhatla N, Aoki D, Sharma DN, Sankaranarayanan R. Cancer of the cervix uteri. Int J
Gynaecol Obstet Off organ Int Fed Gynaecol Obstet. 2018;143 Suppl:22-36.
doi:10.1002/ijgo.12611
12. Fontham ETH, Wolf AMD, Church TR, et al. Cervical cancer screening for individuals at
ARJILIO T. Z. RUNTUKAHU
210141010119
Masa KKM 27 September – 5 Desember 2021
average risk: 2020 guideline update from the American Cancer Society. CA Cancer J
Clin. 2020;70(5):321-346. doi:10.3322/caac.21628
13. World Health Organization. Training of health staff in VIA, HPV detection test and
cryotherapy.
14. Alliance for Cervical Cancer Prevention (ACCP). Visual Inspection with Acetic Acid
(VIA): Evidence to Date. Published online 2014.
http://www.path.org/publications/detail.php?i=784
15. Komite Penanngulangan Kanker Nasional. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran:
Kanker Serviks. In: Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran: Kanker Serviks.
Kementerian Kesehatan RI; 2017. doi:10.1111/j.1467-6435.1975.tb01941.x
16. Practice Bulletin No. 157: Cervical Cancer Screening and Prevention. Obstet Gynecol.
2016;127(1):e1-e20. doi:10.1097/AOG.0000000000001263
17. Kementerian Kesehatan RI. Program Nasional Gerakan Pencegahan dan Deteksi Dini
Kanker Leher Rahim dan Kanker Payudara. Kementeri Kesehat RI. 2015;(April):1-47.
18. Pisani P, Black RJ, Pisani P, et al. Pap Test Procedure. Published online 2000:935-944.
19. Arbyn M, Herbert A, Schenck U, et al. European guidelines for quality assurance in
cervical cancer screening: recommendations for collecting samples for conventional and
liquid-based cytology. Cytopathology. 2007;18(3):133-139. doi:10.1111/j.1365-
2303.2007.00464.x
20. WHO. Guidelines for screening and treatment of precancerous lesions for cervical cancer
prevention. WHO Guidel. Published online 2013:60.
http://www.who.int/reproductivehealth/publications/cancers/screening_and_treatment_of_
precancerous_lesions/en/index.html
21. World Health Organization, Pan American Health Organization. PAHO/WHO | HPV Tests
For Cervical Cancer Screening. https://www.paho.org/hq/index.php?
option=com_content&view=article&id=11925:hpv-tests-for-cervical-cancer-
screening&Itemid=41948&showall=1&lang=en
22. Mishra GA, Pimple SA, Shastri SS. An overview of prevention and early detection of
cervical cancers. Indian J Med Paediatr Oncol. 2011;32(3):125-132. doi:10.4103/0971-
5851.92808
23. Hu S, Zhao X, Zhang Y, Qiao Y, Zhao F. Interpretation of “WHO Guideline for Screening
and Treatment of Cervical Pre-Cancer Lesions for Cervical Cancer Prevention, Second
Edition.” Vol 101.; 2021. doi:10.3760/cma.j.cn112137-20210719-01609
24. World Health Organization. Comprehensive cervical cancer prevention and control: a
healthier future for girls and women WHO GUIDANCE NOTE WHO Library
Cataloguing-in-Publication Data. World Heal Organ. Published online 2013:12.
25. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Teknis Pengendalian Kanker
Payudara dan Kanker Leher Rahim. Igarss 2013. 2013;(1):1-5.
26. WHO. Comprehensive Cervical Cancer Control. Geneva. Published online 2014:366-378.
ARJILIO T. Z. RUNTUKAHU
210141010119
Masa KKM 27 September – 5 Desember 2021
27. McQueen A, Williamson GR. Handbook of Gynaecology Management . Vol 43.; 2003.
doi:10.1046/j.1365-2648.2003.02793_2.x