You are on page 1of 17

Bab II

Pembahasan
A. Pengertian Kalimat
Menurut Sugihastuti & Saudah (2016:230) kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
mengungkapkan suatu pikiran, gagasan, perasaan yang utuh. Kalimat terdiri dari beberapa unsur
antara lain subjek, prediket, objek, pelengkap dan keterangan.
Menurut Sasangka (2015:15-16) kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat
mengungkapkan pikiran yang utuh atau setiap tuturan yang dapat mengungkapkan suatu
informasi secara lengkap. Jika terdapat sebuah tuturan yang menginformasikan sesuatu, tetapi
belum lengkap atau belum utuh, tuturan itu belum dapat disebut kalimat, mungkin hanya berupa
kata atau mungkin hanya berupa kelompok kata atau frasa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kalimat adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan
suatu konsep pikiran dan perasaan.
Menurut Rahardi (dalam Hadiana dkk. 2018) mengemukakan kalimat dapat dipahami sebagai
satuan bahasa terkecil yang dapat digunakan untuk menyampaikan ide atau gagasan.
Berdasarkan pengertian beberapa pendapat ahli berikut, maka dapat disimpulkan bahwa
kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan suatu pikiran, gagasan dan
perasaan yang utuh.

Jika terdapat sebuah tuturan yang menginformasikan sesuatu, tetapi belum lengkap atau
belum utuh, tuturan itu belum dapat disebut kalimat, mungkin hanya berupa kata atau mungkin
hanya berupa kelompok kata atau frasa. Ciri lain tuturan disebut kalimat adalah adanya predikat
di dalam tuturan tersebut. Agar mudah memahami perbedaan klausa dan kalimat, perhatikan
contoh berikut:
Contoh 1
➢ Sejak ayahnya meninggal (klausa)
➢ Ia menjadi pendiam (klausa)
➢ Sejak ayahnya meninggal, ia menjadi pendiam. (kalimat {terdiri atas dua klausa})
Contoh 2
➢ Karena sakit (klausa)
➢ Deni tidak hadir dalam seminar itu (klausa)
➢ Karena sakit, Deni tidak hadir dalam seminar itu. (kalimat {terdiri atas dua klausa})
Contoh 3
➢ Setiawan sering kehujanan (klausa)
➢ sehingga kepalanya sering pusing (klausa)

2
2
➢ Setiawan sering kehujanan sehingga kepalanya sering pusing. (kalimat {terdiri atas dua
klausa})
Keseluruhan tuturan di atas merupakan kalimat sebab tuturan-tuturan tersebut telah
mengungkapkan suatu pikiran yang lengkap. Dalam bentuk lisan, kalimat ditandai dengan alunan
titiknada, keras lembutnya suara, dan disela jeda, serta diakhiri nada selesai. Dalam bentuk tulis,
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya.
Sementara itu, di dalamnya dapat disertai tanda baca lainnya seperti tanda koma, tanda titik koma,
tanda hubung, dan/atau tanda kurung. Contoh :
➢ Kapan ke Taman Safari?
➢ Nanti hari Rabu, mau ikut?
➢ Enggak.
➢ Lo, kok?
➢ Anu, saya akan ke Semarang.
➢ O ....
Kalimat dikatakan sempurna jika memiliki unsur subjek dan prediket. Kalau dilihat dari hal
prediket, kalimat dalam bahasa indonesia ada 2 macam, yaitu :
1. Kalimat-kalimat yang prediketnya kata kerja
2. Kalimat-kalimat yang prediketnya bukan kata kerja.
Contoh 1 :
Laporan itu ditulis oleh mahasiswa
S P O
Kata kerja dalam kalimat ini ialah ditulis. Kata ditulis adalah predikat dalam kalimat ini.
Setelah ditemukan prediket, subjek dapat ditemukan dengan cara bertanya menggunakan predikat
sebagai berikut : Apa yang dikerjakan mahasiswa?. Jawaban pertanyaan itu ialah laporan itu.
Kata laporan itu merupakan subjek kalimat.
Contoh 2 :
Presiden Republik Indonesia memimpin upacara
S P O
Kata kerja dalam kalimat ini adalah memimpin. Kata memimpin merupakan predikat kalimat
tersebut. Oleh karena itu, cara mencari subjeknya sangat mudah, yaitu dengan mengajukan
pertanyaan. Siapa yang memimpin upacara?. Jawabannya adalah Presiden Republik Indonesia.
Dibawah ini terdapat kalimat yang berobjek dan yang tidak berobjek
Contoh 1 : Penanaman modal asing berkembang
S P

Contoh 2 : Indonesia memperkaya khazanah musik indonesia


S P O

3
Contoh 3 : Masalah pangan ditangani oleh pemerintah
S P Pel

Contoh 4 : Dalam seminar itu dibicarakan makalah tentang perbankan


K P S

B. Ciri-ciri kalimat
1. Dari segi maknanya, sebuah kalimat harus mengandung informasi yang relatif lengkap.
Sedangkan dari segi bentuknya, sebuah kalimat sekurang-kurangnya harus mengandung
unsur Subjek (S) dan Prediket (P).
2. Unsur-unsur yang berupa SP posisinya dapat dipertukarkan sehingga menjadi PS
3. Subjek atau pokok kalimat dapat diketahui dari jawaban atau pertanyaan apa dan siapa,
sedangkan prediket atau sebutannya dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan
mengapa atau bagaimana.
C. Unsur-unsur kalimat
1. Subjek
Unsur kalimat yang disebut subjek dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan siapa
dan apa.
Contoh: Rumah itu besar.
Misalnya, jawaban atas pertanyaan Apa yang besar?. Jawabannya adalah Rumah itu.
Demikian Rumah itu dalam kalimat tersebut merupakan subjek.
2. Prediket
Unsur prediket dalam kalimat dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan bagaimana
dan mengapa.
Contoh: Rumah itu besar.
Misalnya, jawaban atas pertanyaan Bagaimana rumah itu?. Jawabannya adalah besar.
Demikian Besar dalam kalimat tersebut merupakan prediket.
3. Objek
Objek merupakan unsur kalimat yang kehadirannya bersifat wajib (tidak dapat
dihilangkan) dan dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Unsur yang disebut objek ini
hanya terdapat dalam kalimat yang prediketnya berupa kata kerja transitif.
Misalnya:
a. Farah menyiram bunga itu
O
b. Bunga itu disiram Farah
S

4
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa bunga pada kalimat 1) merupakan objek, dan
sebagai objek, unsur itu dapat menjadi subjek pada kalimat pasif, 2) baik dalam kalimat 1)
maupun 2) unsur bunga tidak dapat dihilangkan. Sementara menyiram merupakan kata kerja
transitif yang berfungsi sebagai prediket. Kalimat yang prediketnya berupa kata kerja transitif
seperti itulah yang dapat dipasifkan, dan dalam kalimat semacam itu pula usnur objek berada.

4. Pelengkap
Seperti halnya objek, unsur kalimat yang disebut pelengkap kehadirannya juga bersifat wajib
(tidak dapat dihilangkan). Perbedaannya adalah bahwa objek dapat menduduki fungsi subjek
dalam kalimat pasif, sedangkan pelengkap tidak dapat menduduki subjek karena kalimatnya tidak
dapat dipasifkan.
Contoh : Perpustakaan ini beranggotakan sepuluh ribu mahasiswa
S P Pel
5. Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang kehadirannya tidak wajib sehingga unsur itu dapat
dihilangkan. Ciri unsur keterangan lain adalah bahwa unsur itu posisinya dapat dipindah-pindah:
di tengah, di akhir, atau di depan. Misalnya :
a. Aulia pagi ini sedang ujian.
b. Pagi ini Aulia sedang ujian.
c. Aulia sedang ujian pagi ini.
Dalam kalimat tersebut pagi ini merupakan keterangan.

D. Kelengkapan unsur kalimat


Sebuah kalimat yang tepat dalam arti benar, terutama dalam ragam resmi harus mengandung
kelengkapan dari segi unsur-unsurnya. Tuntas dan utuh dari segi makna/informasinya, dan
berterima dari segi nilai sosial budaya masyarakat pemakainya. Kalimat sekurang-kurangnya
mengandung subjek dan prediket. Jika prediket kalimat berupa kata kerja transitif atau kata kerja
yang menuntut kehadiran unsur pelengkap. Unsur yang berupa objek juga harus ada yaitu untuk
melengkapinya:
Unsur kalimat
➢ Subjek
Contoh : Dino anak baik
➢ Prediket
Contoh : Dino anak baik

5
➢ Objek
Contoh : Dino makan buah semangka
➢ Pelengkap
Contoh : Indonesia berpenduduk 180 juta jiwa
➢ Keterangan
Contoh : Saya bertemu Dewi kemarin

E. Pola Dasar Kalimat


Setelah membicarakan beberapa unsur yang membentuk kalimat yang benar, untuk itu dapat
ditentukan pola kalimat dasar. Pola kalimat dasar adalah kalimat yang berisi informasi pokok
dalam struktur inti, belum mengalami perubahan. Perubahan itu dapat berupa penambahan unsur
seperti penambahan keterangan kalimat ataupun keterangan subjek, prediket, objek, ataupun
pelengkap. Berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya, kalimat dapat dibedakan menjadi sebagai
berikut :
Tipe/Fungsi Subjek Prediket Objek Pelengkap Keterangan
S-P Anak itu Sedang - - -
menangis
S-P-O Tata Mendapat Penghargaan - -
S-P-Pel Pancasila Merupakan - Dasar -
negara kita
S-P-Ket Kecelakaan Terjadi - - Di
itu Yogyakarta
S-P-O-Pel Ibu itu Mengambilkan Anaknya Minum -
S-P-O-Ket Pak Raden Memperlakukan Umumnya - Dengan baik
a. Pola dasar SP (Subjek Prediket)
Contoh : Ujian ini sulit
b. Pola dasar SPPel (Subjek-Prediket-Pelengkap)
Contoh : Dia penjual peralatan rumah tangga
c. Pola dasar SPO (Subjek-Prediket-Objek)
Contoh : Mina belajar berwirausaha
d. Pola dasar SPOPel (Subjek-Prediket-Objek-Pelengkap)
Contoh : Fita membelikan saya DVD baru

6
F. Pengertian Kalimat yang Baik dan Benar
Kalimat yang benar adalah kalimat yang sesuai dengan aturan atau kaidah yang berlaku, baik
yang berkaitan dengan kaidah tata bunyi (fonologi), tata bahasa, kosakata, maupun ejaan.
Sementara itu, kalimat yang baik adalah kalimat yang efektif, yaitu kalimat yang dapat
menyampaikan pesan/informasi secara tepat. Dapat disimpulkan bahwa kalimat yang baik dan
benar adalah kalimat-kalimatnya disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku, serta harus dapat
menyampaikan pesan/informasi secara tepat.
Perhatikan kedua contoh kalimat berikut ini :
(10) Dia mencarikan pekerjaan untuk saya.
(11) Kucing itu telah wafat dengan sukses.
Kata kerja mencarikan tergolong kata kerja benefaktif, dalam arti, pekerjaan tersebut
dilakukan untuk orang lain. Oleh karena itu, kata kerja tersebut harus diikuti oleh objek yang
berupa orang sehingga susunan yang benar untuk kalimat (10) adalah Dia mencarikan saya
pekerjaan. Akan tetapi, walaupun tidak memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar, kalimat
(10) dapat dikatakan sebagai kalimat yang baik karena dapat menyampaikan pesan/informasi.
Sebaliknya, kalimat (11) tergolong kalimat yang benar karena telah memenuhi kaidah tata
bahasa (ada subjek, predikat, dan keterangan), tetapi tidak dapat menyampaikan pesan secara
efektif. Orang akan bertanya-tanya, mengapa untuk kucing digunakan kata wafat, dan mengapa
kata wafat diberi keterangan sukses.

G. Ciri-ciri Kalimat yang Baik dan Benar

1. Kalimat Memiliki Subjek yang Jelas


Berdasarkan kaidah tata bahasa, kalimat harus memiliki subjek yang jelas. Jika subjek
tidak ada atau tidak jelas, berarti kalimat tersebut tidak memenuhi kriteria sebagai kalimat yang
benar. Pada kenyataannya, banyak dijumpai kalimat yang subjeknya tidak jelas. Ketidakjelasan
subjek tersebut pada umumnya terjadi karena subjek didahului oleh kata depan. Hal tersebut
dapat dilihat pada contoh berikut.
(1) Untuk pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan wawancara.
(2) Di desa yang kami teliti memerlukan tambahan Puskesmas.
(3) Dalam masyarakat Jawa mengenal sistem religi.
Pada kalimat (1), sebenarnya subjeknya adalah pengumpulan data. Akan tetapi, subjek
tersebut tidak jelas karena didahului oleh kata depan untuk. Agar subjek kalimat di atas
jelas,kata depan untuk harus dihilangkan sehingga kalimatnya menjadi seperti berikut.

7
(1a) Pengumpulan data / menggunakan / teknik observasi dan wawancara.
S P O
Perbaikan dengan cara lain dapat dilakukan, yaitu dengan tetap mempertahankan kata
depan untuk, tetapi predikatnya harus diubah menjadi kata kerja pasif, yaitu digunakan. Dengan
cara seperti itu, untuk pengumpulan data berfungsi sebagai keterangan, digunakan sebagai
predikat, dan teknik observasi dan wawancara sebagai subjek. Jadi, kata depan boleh saja
terletak di awal kalimat asalkan kata depan tersebut merupakan bagian dari keterangan, bukan
di depan subjek.

Perhatikan kalimat perbaikan berikut ini.


(1b) Untuk pengumpulan data / digunakan / teknik observasi dan wawancara.
K P S
Cara lain yang dapat ditempuh untuk memperbaiki kalimat (1) di atas adalah dengan
cara menambahkan unsur yang dapat berfungsi sebagai subjek, misalnya kata peneliti, penulis,
kami, atau mereka, di depan predikat menggunakan.
(1c) Untuk pengumpulan data /peneliti /menggunakan /teknik observasi dan wawancara.
K S P O
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, kalimat (2) dan (3) di atas secara berturut-
turut dapat diperbaiki menjadi seperti berikut.
(2a) Desa yang kami teliti / memerlukan / tambahan Puskesmas.
S P O
(2b) Di desa yang kami teliti / diperlukan / tambahan Puskesmas.
K P S
(3a) Masyarakat Jawa / mengenal / sistem religi.
S P O
(3b) Dalam masyarakat Jawa / dikenal / sistem religi.
K P S
Contoh lain yang memperlihatkan ketidakjelasan subjek adalah sebagai berikut.
(4) Berdasarkan hasil rapat memutuskan bahwa penerimaan pegawai baru
dapatdilakukan secara bertahap.
Subjek kalimat di atas sebenarnya adalah hasil rapat, tetapi subjek tersebut menjadi
tidak jelas karena penggunaan kata depan berdasarkan di depan subjek. Dengan demikian,
supaya subjek kalimat di atas jelas, kata depat berdasarkan harus dihilangkan sehingga
kalimatnya menjadi seperti berikut.
(4b) Hasil rapat / memutuskan / bahwa penerimaan pegawai baru dapat dilakukan ….
S P O
8
Cara lain untuk memperbaiki kalimat di atas adalah dengan cara tetap mempertahankan
kata depan berdasarkan di awal kalimat, tetapi perkataan memutuskan bahwa harus
dihilangkan Dengan demikian, kalimatnya akan menjadi seperti berikut.
(4b) Berdasarkan hasil rapat,/penerimaan pegawai baru/dapat dilakukan/secara bertahap.
K S P K

2. Kalimat Memiliki Predikat yang Jelas


Selain harus memiliki subjek, kalimat juga harus memiliki predikat. Berikut adalah
contoh kalimat yang tidak berpredikat.
(5) Untuk mendapatkan data yang valid, peneliti harus ke lapangan.
(6) Penelitian ini untuk memperoleh data tentang penghidupan masyarakat nelayan.
Kalimat (16) di atas tidak berpredikat. Untuk memperbaiki kalimat tersebut, di
belakang kata harus perlu ditambahkan kata kerja, misalnya pergi atau terjun, yang akan
berfungsi sebagaipredikat. Perhatikan kalimat perbaikan berikut ini.
(5a) Untuk mendapatkan data yang valid, / peneliti / harus pergi / ke lapangan.
K S P K
(5b) Untuk mendapatkan data yang valid, / peneliti / harus terjun / ke lapangan.
K S P K
Demikian pula halnya dengan kalimat (6), di belakang subjek penelitian ini perlu
ditambahkan kata dilakukan atau dilaksanakan yang akan berfungsi sebagai predikat.

(6a) Penelitian ini dilakukan/dilaksanakan untuk memperoleh data tentang


penghidupanmasyarakat nelayan.

Ketidakadaan predikat sebuah kalimat dapat pula disebabkan oleh pemakaian kata
yang
yang bukan pada tempatnya. Hal itu dapat dilihat pada contoh berikut.
(7) Gedung bertingkat itu yang mengganggu lalu lintas penerbangan.
Kata kerja mengganggu pada contoh (7) tidak dapat berfungsi sebagai predikat karena
didahului kata yang. Dengan demikian, pernyataan tersebut bukan kalimat karena tidak
memiliki predikat. Untuk memperbaiki contoh (7), kata yang di depan kata kerja mengganggu
harus dihilangkan sehingga kata mengganggu berfungsi sebagai predikat. Perhatikan kalimat
perbaikan berikut ini terpisah dari bagian sebelumnya. Misalnya:
(7a) Gedung bertingkat itu / mengganggu / lalu lintas penerbangan.
S P O

3. Bagian Kalimat Majemuk tidak Dipenggal


9
Dalam pemakaian bahasa sering ditemukan adanya bagian kalimat majemuk yang
ditulis terpisah dari bagian sebelumnya. Misalnya :
(8) Para peserta penataran datang terlambat. Sehingga mereka tidak dapat mengikuti
acara pembukaan.
(9) Dalam penelitian ini tidak semua data dapat dikumpulkan. Karena lokasi
penelitiansulit dijangkau kendaraan.
(10) Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan. Sedangkan data
sekunderadalah data yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan.
Konjungsi atau kata sambung sehingga (8), karena (9), dan sedangkan (10) merupakan
konjungsi intrakalimat. Konjungsi tersebut berfungsi menghubungkan bagian-bagian di dalam
sebuah kalimat, bukan menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Sebagai
bagian kalimat, unsur yang diawali oleh konjungsi tersebut tidak dapat berdiri sendiri sebagai
kalimat. Dengan demikian, bagian kalimat yang diawali oleh konjungsi tersebut harus ditulis
serangkai dengan bagian sebelumnya, yaitu menjadi seperti berikut.
(8a) Para peserta penataran datang terlambat sehingga mereka tidak dapat
mengikutiacara pembukaan.
(9a) Dalam penelitian ini tidak semua data dapat dikumpulkan karena lokasi
penelitiansulit dijangkau kendaraan.
(10a) Data primer adalah data yang diperoleh di lapangan, sedangkan data
sekunderadalah data yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan.
Untuk kalimat (9a), jika bagian kalimat yang diawali konjungsi itu ingin lebih
ditonjolkan atau dipentingkan, bagian kalimat tersebut dapat saja ditempatkan pada awal
kalimat,yaitu menjadi seperti berikut.
(9b) Karena lokasi penelitian sulit dijangkau kendaraan, dalam penelitian ini
tidaksemua data dapat dikumpulkan.

4. Kalimat Disusun secara Padu


Yang dimaksud dengan kepaduan dalam kalimat adalah adanya hubungan timbal balik
yang baik dan jelas di antara unsur-unsur (kata atau kelompok kata) yang membentuk kalimat
tersebut. Kepaduan dalam kalimat akan rusak karena salah menempatkan kata depan (tentang,
mengenai, akan). Kepaduan juga akan rusak karena salah menempatkan kata keterangan aspek
(sudah, telah, akan) atau keterangan modalitas (harus, boleh, ingin) pada kalimat pasif. Hal
tersebut dapat dilihat pada contoh berikut.
(11) Kami akan membicarakan tentang sistem pendidikan di Indonesia.
(12) Laporan ini saya harus perbaiki secepatnya.
10
(13) Kita telah bahas masalah tersebut dalam diskusi kita bulan lalu.
Kalimat (11) tidak padu karena antara kata kerja transitif membicarakan dan objeknya
sistem pendidikan di Indonesia disisipkan kata depan tentang. Untuk menjaga kepaduan, kata
depan tentang pada kalimat tersebut harus dihilangkan. Cara lain untuk memperbaiki kalimat
tersebut adalah kita tetap mempertahankan kata depan tentang, tetapi kata kerjanya diubah
menjadi berbicara.
Kalimat (12) dan (13) adalah kalimat pasif dengan penanggalan awalan me(N): perbaiki
(12) dan bahas (13). Dalam kedua kalimat pasif tersebut, antara pelaku dan kata kerjanya tidak
boleh disisipkan unsur lain. Jadi, untuk menjaga kepaduan, keterangan modalitas harus pada
(23)dan keterangan aspek telah (13) harus dipindahkan ke depan pelaku. Ketiga kalimat di atas
dapatdiperbaiki menjadi seperti berikut.
(12a) Kami akan membicarakan sistem pendidikan di Indonesia.
(12b) Kami akan berbicara tentang sistem pendidikan di
Indonesia.(12a) Laporan ini harus saya perbaiki secepatnya.

(13a) Telah kita bahas masalah tersebut dalam diskusi kita bulan lalu.

5. Kalimat Memiliki Bentuk-bentuk yang Sejajar (Paralel)


Kesejajaran bentuk berarti pengungkapan gagasan-gagasan yang sama fungsinya ke
dalam suatu bentuk atau struktur yang sama pula. Bila salah satu gagasan dinyatakan dalam
bentuk kata benda, gagasan lain yang memiliki fungsi yang sama dinyatakan dalam bentuk kata
benda pula.
Bentuk-bentuk kata yang sejajar dalam sebuah kalimat memperlihatkan pikiran-
pikiran/gagasan-gagasan yang sejajar pula. Kesejajaran antara pikiran/gagasan dan bentuk
bahasa yang dipakai dapat mempermudah pembaca untuk memahami makna kalimat.
Perhatikan contoh kalimat berikut ini.
(14) Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan informasi, pencarian bahan
bacaan, dan menyusun rancangan.
(15) Tahap akhir penelitian ini adalah penyusunan laporan dan
menyerahkan hasil penelitian.
Pada kalimat (14) terdapat tiga unsur yang sama fungsinya, yaitu mengumpulkan informasi,
pencarian bahan bacaan, dan menyusun rancangan. Akan tetapi, ketiga unsur tersebut tidak
dinyatakan melalui bentuk-bentuk yang sejajar. Pada kalimat (15), unsur penyusunan laporan
dan menyerahkan hasil penelitian juga tidak memperlihatkan kesejajaran bentuk. Dengan

11
demikian, kalimat (14) dan (15) di atas tidak memiliki kesejajaran atau keparalelan. Supaya
memperlihatkan kesejajaran, kedua kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi seperti berikut.

(14a) Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan informasi, mencari
bahanbacaan, dan menyusun rancangan.

(14b) Kegiatan yang telah kami lakukan adalah pengumpulan informasi,


pencarianbahan bacaan, dan penyusunan rancangan.

(15a) Tahap akhir penelitian ini adalah menyusun laporan dan menyerahkan
hasilpenelitian.

(15b) Tahap akhir penelitian ini adalah penyusunan laporan dan penyerahan
hasil penelitian.

6. Susunan Kalimat dengan Kata-kata yang Hemat


Untuk menjaga kehematan, kata, kelompok kata, atau bentuk lain yang tidak
diperlukan sebaiknya dihilangkan. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh untuk
mempertahankan kehematan.
(a) Tidak mengulang subjek yang sama dalam kalimat majemuk
(16) Setelah makalah ini diperbaiki, makalah ini akan segera dipresentasikan.
(17) Surat ini harus ditandatangani terlebih dahulu sebelum surat ini dikirimkan.
Subjek induk kalimat dan subjek anak kalimat pada (16) sama, yaitu makalah ini.
Demikian juga halnya dengan kalimat (17), induk kalimat dan anak kalimatnya memiliki
subjek yang sama, yaitu surat ini. Untuk menjaga kehematan, subjek yang sama tersebut
cukup disebutkan satu kali. Perlu diperhatikan bahwa subjek yang harus dihilangkan
adalah subjekyang terdapat pada anak kalimat. Perhatikan kalimat perbaikan berikut ini.
(16a) Setelah diperbaiki, makalah ini akan segera dipresentasikan.
(17a) Surat ini harus ditandatangani terlebih dahulu sebelum dikirimkan.

(b) Tidak menjamakkan kata yang bermakna jamak


(18) Banyak kata-kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing.
(19) Seluruh surat-surat yang dikumpulkannya dapat dijadikan bukti bahwa dia tidak
bersalah.
Kata banyak dan seluruh sudah bermakna jamak. Oleh karena itu, kata benda yang
mengikutinya tidak perlu diulang atau dijamakkan lagi. Pengulangan kata benda dapat
dilakukan jika kata yang bermakna jamak yang mendahuluinya tidak dipakai. Perhatikan
kalimat perbaikan berikut ini.

12
(18a) Banyak kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing.
(19a) Seluruh surat yang dikumpulkannya dapat dijadikan bukti
bahwa dia tidakbersalah.
(19b) Surat-surat yang dikumpulkannya dapat dijadikan bukti bahwa dia tidak brsalah.

(c) Menghilangkan bentuk yang bersinonim


(20) Tulisannya sangat rapi sekali.
(21) Dia bekerja keras demi untuk menghidupi anak dan istrinya.
Untuk menjaga kehematan, sebaiknya kita memilih salah satu dari kata-kata
yang dicetakmiring tersebut, yaitu:
(20a) Tulisannya sangat rapi.
(20b) Tulisannya rapi sekali.
(21a) Dia bekerja keras demi menghidupi anak dan istrinya.
(21b) Dia bekerja keras untuk menghidupi anak dan istrinya.

(d) Menghilangkan kata superordinat pada kata yang merupakan hiponiminya


(22) Kami berlangganan surat kabar Kompas.
(23) Dia mengenakan baju berwarna kuning.
Surat kabar dan berwarna masing-masing merupakan superordinat dari Kompas
dan kuning. Jadi, kedua kata tersebut, yaitu surat kabar dan berwarna tidak perlu
disebutkan.

(22a) Kami berlangganan Kompas.


(23a) Dia mengenakan baju kuning.

(e) Menghilangkan kata saling pada kata kerja resiprokal


(24) Kedua pemuda yang sedang berkelahi itu saling pukul-memukul.
Kata kerja resiprokal adalah kata kerja yang dilakukan oleh dua orang atau dua
puhak secara berbalasan. Karena dilakukan oleh dua pihak secara berbalasan, pada kata
kerja tersebut sudah terkandung makna saling. Pukul-memukul sama artinya dengan
saling memukul. Dengan demikian, jika kita memakai kata kerja resiprokal pukul-
memukul, kata saling tidak perlu dipakai. Akan tetapi, jika kita akan memakai kata
saling, kata pukul-memukul kita ubah menjadi memukul. Perhatikan kalimat perbaikan
berikut ini.

13
(24a) Kedua pemuda yang sedang berkelahi itu pukul-memukul. (24b) Kedua pemuda
yang sedang berkelahi itu saling memukul.

Berkaitan dengan kehematan ini, unsur-unsur tertentu yang merupakan bagian dari
ungkapan idiomatik sebaiknya tidak dihilangkan. Ungkapan idiomatik yang unsur-unsurnya
tidak boleh dihilangkan itu antara lain bergantung pada, terdiri atas, sesuai dengan, sejalan
dengan, berkaitan dengan, dibandingkan dengan, serta sehubungan dengan.

7. Susunan Kalimat dengan Ketunggalan Arti (Tidak Ambigu)


Bahasa formal dan ilmiah mensyaratkan ketunggalan arti. Dengan demikian, kita harus
secara saksama mempertimbangkan setiap kata, kelompok kata, atau kalimat yang akan
kita pakai agar pembaca memahami hal yang kita ungkapkan persis seperti yang kita
maksudkan. Perhatikan contoh-contoh berikut ini.
(25) Mereka mengeluarkan botol bir dari dapur yang menurut hasil penelitian
berisicairan racun.
(26) Pria dan wanita yang memakai pita akan mengikuti lomba balap karung.
Pada kalimat (25), apa yang berisi cairan racun itu, botol bir atau dapur? Jika yang
berisi cairan racun itu botol bir, kalimat tersebut sebaiknya diperbaiki strukturnya menjadi
seperti berikut.
(25a) Dari dapur, mereka mengeluarkan botol bir yang menurut hasil penelitian
berisicairan racun.
Pada kalimat (26), siapa yang memakai pita itu, wanita saja atau wanita dan pria? Jika
yang memakai pita itu hanya wanita, struktur kalimat tersebut perlu diubah menjadi seperti
berikut.
(26a) Wanita yang memakai pita dan pria akan mengikuti lomba balap karung.
8. Susunan Kalimat harus Logis
Kalimat di dalam karya ilmiah harus gramatikal atau sesuai dengan kaidah tata bahasa.
Di samping harus gramatikal, kalimat juga harus logis, dalam arti, harus mengandung
penalaran atau logika yang baik atau dapat diterima oleh akal sehat. Contoh berikut
memperlihatkan ketidaklogisan penalaran.
(27) Pembangunan jembatan yang diperkirakan menghabiskan dana sekitar dua miliar itu
akan dibangun tahun depan.

14
(28) Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, makalah
iniselesai penulis susun.
Pada contoh (27), subjek kalimatnya adalah pembangunan jembatan yang diperkirakan
menghabiskan dana dua miliar itu dan predikatnya adalah akan dibangun. Pertanyaan yang
segera muncul adalah mungkinkah pembangunan itu dibangun? Jawabannya tentu saja tidak
karena pembangunan itu lazimnya dilaksanakan, dilakukan, atau dimulai, bukan dibangun.
Dengan demikian, dari segi penalaran ada kejanggalan dalam kalimat tersebut. Kalimat
tersebut dapat diperbaiki menjadi seperti berikut.

(27a) Pembangunan jembatan yang diperkirakan menghabiskan dana sekitar dua


miliaritu akan dilaksanakan/dilakukan/dimulai tahun depan.

Kalimat (28) dikatakan tidak logis karena tidak mungkin dengan mengucapkan puji
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, suatu pekerjaan, termasuk menyusun makalah, dapat
diselesaikan. Segala sesuatu yang ada di dunia ini dapat terjadi atau tidak terjadi apabila
dikehendaki oleh Tuhan. Segala sesuatu ada atau tidak ada karena kehendak-Nya. Dengan
demikian, supaya kalimat (28) menjadi logis, yang dapat diterima oleh akal sehat, kalimat
tersebut dapat diubah menjadi seperti berikut.
(28a) Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
ataskehendak-Nya makalah ini dapat diselesaikan.

Contoh kalimat lain yang memperlihatkan ketidaklogisan penalaran adalah sebagai


berikut.
(29) Kontraktor tidak jadi memilih lokasi tersebut karena sering kebanjiran.
(30) Hadiah itu dititipkannya kepada petugas tata usaha karena tidak bertemu
dengankepala sekolah.

15
Kalimat (29) dan (30) di atas merupakan kalimat majemuk bertingkat. Pada kedua
kalimat tersebut, anak kalimatnya tidak memiliki subjek: karena sering kebanjiran (29) dan
karena tidak bertemu dengan kepala sekolah (30). Pada pembahasan di muka dijelaskan
bahwa jika subjek induk kalimat sama dengan subjek anak kalimat, subjek anak kalimat
tidak perlu disebutkan, demi kehematan. Jadi, jika subjek anak kalimat tidak disebutkan
berarti subjek anak kalimat tersebut sama dengan subjek induk kalimat. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, jika subjek anak kalimat pada kedua contoh di atas dimunculkan,
akan terdapat struktur sebagai beriikut:
(29) *Kontraktor tidak jadi memilih lokasi tersebut karena (kontraktor)
seringkebanjiran
(30) *Hadiah itu dititipkannya kepada petugas tata usaha karena (hadiah itu)
tidakbertemu dengan kepala sekolah.
Pertanyaan yang segera muncul adalah mungkinkah kontraktor sering kebanjiran,
dan mungkinkah hadiah itu tidak bertemu dengan kepala sekolah? Ketidaklogisan
penalaranpada kedua contoh tersebut terjadi karena pembuat kalimat salah menghilangkan
unsur kalimat. Penghilangan unsur kalimat dapat dilakukan apabila unsur-unsur kalimat
tersebut memiliki fungsi yang sama, dalam hal ini sama-sama berfungsi sebagai subjek.
Akan tetapi, jika unsur- unsur kalimat yang sama tersebut memiliki fungsi yang berbeda,
atau jika subjek diisi oleh unsurbahasa yang berbeda, penghilangan salah satu unsur tidak
dapat dilakukan. Jadi, kedua kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi seperti berikut.
(29a) Kontraktor tidak jadi memilih lokasi tersebut karena lokasi tersebut
seringkebanjiran.

(29b) Lokasi tersebut tidak jadi dipilih oleh kontraktor karena sering
kebanjiran.

(30a) Hadiah itu dititipkannya kepada petugas tata usaha karena dia tidak
bertemu dengan kepala sekolah.

(30b) Dia menitipkan hadiah itu kepada petugas tata usaha karena tidak bertemu
dengankepala sekolah.

16
H. Pemilihan Kata
Diksi atau pemilihan kata memegang peranan penting dalam menciptakan nuansa makna
yang dikendendaki penulis. Pemilihan kata yang kurang tyepat menybabkan makna yang
berbeda, disamping tidak tersampaikannyapesan. Pilihan kata yang terbaik memenuhi syarat
(1) tepat (mengungkjapkan gagsan secara cernat), (2) benar (sesuai dengan kaidah
kebahasaan), dan (3) lazim pemakaiannya.

Penulis harus memiliki kekayaan kosakata agar dapat menulis dengan baik dan menarik.
Seperti kata Moeliono (1989) dalam Suhardiyanto yang dipetik dari Winarno dkk. (2004;161),
kosakata dapat diperkaya dengan (1) pemakaian kata umum dan kamus sinonim, (2)
penggunaan kata baru dala bahas lisan maupun tulis, (3) pengetahuan mengenai aneka ragam
tulisan, dan (4) pemahaman denotasi, konotasi, dan kata umum.

I. Kalimat yang baik dan benar dalam Bahasa lisan maupun tulisan

Contoh berbahasa yang baik dan benar

Percakapan terjadi di dalam rapat

A : Kami belum dapat memberi keputusan karena kami harus melaporkan terlebih dahulu
masalah itu kepada pimpinan.

B : Kalau demikian kami akan menunggu keputusan dari tim Bapak.

17

You might also like