Professional Documents
Culture Documents
Kalimat Yang Baik Dan Benar 2
Kalimat Yang Baik Dan Benar 2
Pembahasan
A. Pengertian Kalimat
Menurut Sugihastuti & Saudah (2016:230) kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang
mengungkapkan suatu pikiran, gagasan, perasaan yang utuh. Kalimat terdiri dari beberapa unsur
antara lain subjek, prediket, objek, pelengkap dan keterangan.
Menurut Sasangka (2015:15-16) kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat
mengungkapkan pikiran yang utuh atau setiap tuturan yang dapat mengungkapkan suatu
informasi secara lengkap. Jika terdapat sebuah tuturan yang menginformasikan sesuatu, tetapi
belum lengkap atau belum utuh, tuturan itu belum dapat disebut kalimat, mungkin hanya berupa
kata atau mungkin hanya berupa kelompok kata atau frasa.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kalimat adalah kesatuan ujar yang mengungkapkan
suatu konsep pikiran dan perasaan.
Menurut Rahardi (dalam Hadiana dkk. 2018) mengemukakan kalimat dapat dipahami sebagai
satuan bahasa terkecil yang dapat digunakan untuk menyampaikan ide atau gagasan.
Berdasarkan pengertian beberapa pendapat ahli berikut, maka dapat disimpulkan bahwa
kalimat adalah satuan bahasa terkecil yang dapat mengungkapkan suatu pikiran, gagasan dan
perasaan yang utuh.
Jika terdapat sebuah tuturan yang menginformasikan sesuatu, tetapi belum lengkap atau
belum utuh, tuturan itu belum dapat disebut kalimat, mungkin hanya berupa kata atau mungkin
hanya berupa kelompok kata atau frasa. Ciri lain tuturan disebut kalimat adalah adanya predikat
di dalam tuturan tersebut. Agar mudah memahami perbedaan klausa dan kalimat, perhatikan
contoh berikut:
Contoh 1
➢ Sejak ayahnya meninggal (klausa)
➢ Ia menjadi pendiam (klausa)
➢ Sejak ayahnya meninggal, ia menjadi pendiam. (kalimat {terdiri atas dua klausa})
Contoh 2
➢ Karena sakit (klausa)
➢ Deni tidak hadir dalam seminar itu (klausa)
➢ Karena sakit, Deni tidak hadir dalam seminar itu. (kalimat {terdiri atas dua klausa})
Contoh 3
➢ Setiawan sering kehujanan (klausa)
➢ sehingga kepalanya sering pusing (klausa)
2
2
➢ Setiawan sering kehujanan sehingga kepalanya sering pusing. (kalimat {terdiri atas dua
klausa})
Keseluruhan tuturan di atas merupakan kalimat sebab tuturan-tuturan tersebut telah
mengungkapkan suatu pikiran yang lengkap. Dalam bentuk lisan, kalimat ditandai dengan alunan
titiknada, keras lembutnya suara, dan disela jeda, serta diakhiri nada selesai. Dalam bentuk tulis,
kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik, tanda seru, atau tanda tanya.
Sementara itu, di dalamnya dapat disertai tanda baca lainnya seperti tanda koma, tanda titik koma,
tanda hubung, dan/atau tanda kurung. Contoh :
➢ Kapan ke Taman Safari?
➢ Nanti hari Rabu, mau ikut?
➢ Enggak.
➢ Lo, kok?
➢ Anu, saya akan ke Semarang.
➢ O ....
Kalimat dikatakan sempurna jika memiliki unsur subjek dan prediket. Kalau dilihat dari hal
prediket, kalimat dalam bahasa indonesia ada 2 macam, yaitu :
1. Kalimat-kalimat yang prediketnya kata kerja
2. Kalimat-kalimat yang prediketnya bukan kata kerja.
Contoh 1 :
Laporan itu ditulis oleh mahasiswa
S P O
Kata kerja dalam kalimat ini ialah ditulis. Kata ditulis adalah predikat dalam kalimat ini.
Setelah ditemukan prediket, subjek dapat ditemukan dengan cara bertanya menggunakan predikat
sebagai berikut : Apa yang dikerjakan mahasiswa?. Jawaban pertanyaan itu ialah laporan itu.
Kata laporan itu merupakan subjek kalimat.
Contoh 2 :
Presiden Republik Indonesia memimpin upacara
S P O
Kata kerja dalam kalimat ini adalah memimpin. Kata memimpin merupakan predikat kalimat
tersebut. Oleh karena itu, cara mencari subjeknya sangat mudah, yaitu dengan mengajukan
pertanyaan. Siapa yang memimpin upacara?. Jawabannya adalah Presiden Republik Indonesia.
Dibawah ini terdapat kalimat yang berobjek dan yang tidak berobjek
Contoh 1 : Penanaman modal asing berkembang
S P
3
Contoh 3 : Masalah pangan ditangani oleh pemerintah
S P Pel
B. Ciri-ciri kalimat
1. Dari segi maknanya, sebuah kalimat harus mengandung informasi yang relatif lengkap.
Sedangkan dari segi bentuknya, sebuah kalimat sekurang-kurangnya harus mengandung
unsur Subjek (S) dan Prediket (P).
2. Unsur-unsur yang berupa SP posisinya dapat dipertukarkan sehingga menjadi PS
3. Subjek atau pokok kalimat dapat diketahui dari jawaban atau pertanyaan apa dan siapa,
sedangkan prediket atau sebutannya dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan
mengapa atau bagaimana.
C. Unsur-unsur kalimat
1. Subjek
Unsur kalimat yang disebut subjek dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan siapa
dan apa.
Contoh: Rumah itu besar.
Misalnya, jawaban atas pertanyaan Apa yang besar?. Jawabannya adalah Rumah itu.
Demikian Rumah itu dalam kalimat tersebut merupakan subjek.
2. Prediket
Unsur prediket dalam kalimat dapat diketahui dari jawaban atas pertanyaan bagaimana
dan mengapa.
Contoh: Rumah itu besar.
Misalnya, jawaban atas pertanyaan Bagaimana rumah itu?. Jawabannya adalah besar.
Demikian Besar dalam kalimat tersebut merupakan prediket.
3. Objek
Objek merupakan unsur kalimat yang kehadirannya bersifat wajib (tidak dapat
dihilangkan) dan dapat menjadi subjek dalam kalimat pasif. Unsur yang disebut objek ini
hanya terdapat dalam kalimat yang prediketnya berupa kata kerja transitif.
Misalnya:
a. Farah menyiram bunga itu
O
b. Bunga itu disiram Farah
S
4
Dari contoh tersebut dapat diketahui bahwa bunga pada kalimat 1) merupakan objek, dan
sebagai objek, unsur itu dapat menjadi subjek pada kalimat pasif, 2) baik dalam kalimat 1)
maupun 2) unsur bunga tidak dapat dihilangkan. Sementara menyiram merupakan kata kerja
transitif yang berfungsi sebagai prediket. Kalimat yang prediketnya berupa kata kerja transitif
seperti itulah yang dapat dipasifkan, dan dalam kalimat semacam itu pula usnur objek berada.
4. Pelengkap
Seperti halnya objek, unsur kalimat yang disebut pelengkap kehadirannya juga bersifat wajib
(tidak dapat dihilangkan). Perbedaannya adalah bahwa objek dapat menduduki fungsi subjek
dalam kalimat pasif, sedangkan pelengkap tidak dapat menduduki subjek karena kalimatnya tidak
dapat dipasifkan.
Contoh : Perpustakaan ini beranggotakan sepuluh ribu mahasiswa
S P Pel
5. Keterangan
Keterangan merupakan unsur kalimat yang kehadirannya tidak wajib sehingga unsur itu dapat
dihilangkan. Ciri unsur keterangan lain adalah bahwa unsur itu posisinya dapat dipindah-pindah:
di tengah, di akhir, atau di depan. Misalnya :
a. Aulia pagi ini sedang ujian.
b. Pagi ini Aulia sedang ujian.
c. Aulia sedang ujian pagi ini.
Dalam kalimat tersebut pagi ini merupakan keterangan.
5
➢ Objek
Contoh : Dino makan buah semangka
➢ Pelengkap
Contoh : Indonesia berpenduduk 180 juta jiwa
➢ Keterangan
Contoh : Saya bertemu Dewi kemarin
6
F. Pengertian Kalimat yang Baik dan Benar
Kalimat yang benar adalah kalimat yang sesuai dengan aturan atau kaidah yang berlaku, baik
yang berkaitan dengan kaidah tata bunyi (fonologi), tata bahasa, kosakata, maupun ejaan.
Sementara itu, kalimat yang baik adalah kalimat yang efektif, yaitu kalimat yang dapat
menyampaikan pesan/informasi secara tepat. Dapat disimpulkan bahwa kalimat yang baik dan
benar adalah kalimat-kalimatnya disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku, serta harus dapat
menyampaikan pesan/informasi secara tepat.
Perhatikan kedua contoh kalimat berikut ini :
(10) Dia mencarikan pekerjaan untuk saya.
(11) Kucing itu telah wafat dengan sukses.
Kata kerja mencarikan tergolong kata kerja benefaktif, dalam arti, pekerjaan tersebut
dilakukan untuk orang lain. Oleh karena itu, kata kerja tersebut harus diikuti oleh objek yang
berupa orang sehingga susunan yang benar untuk kalimat (10) adalah Dia mencarikan saya
pekerjaan. Akan tetapi, walaupun tidak memenuhi syarat sebagai kalimat yang benar, kalimat
(10) dapat dikatakan sebagai kalimat yang baik karena dapat menyampaikan pesan/informasi.
Sebaliknya, kalimat (11) tergolong kalimat yang benar karena telah memenuhi kaidah tata
bahasa (ada subjek, predikat, dan keterangan), tetapi tidak dapat menyampaikan pesan secara
efektif. Orang akan bertanya-tanya, mengapa untuk kucing digunakan kata wafat, dan mengapa
kata wafat diberi keterangan sukses.
7
(1a) Pengumpulan data / menggunakan / teknik observasi dan wawancara.
S P O
Perbaikan dengan cara lain dapat dilakukan, yaitu dengan tetap mempertahankan kata
depan untuk, tetapi predikatnya harus diubah menjadi kata kerja pasif, yaitu digunakan. Dengan
cara seperti itu, untuk pengumpulan data berfungsi sebagai keterangan, digunakan sebagai
predikat, dan teknik observasi dan wawancara sebagai subjek. Jadi, kata depan boleh saja
terletak di awal kalimat asalkan kata depan tersebut merupakan bagian dari keterangan, bukan
di depan subjek.
Ketidakadaan predikat sebuah kalimat dapat pula disebabkan oleh pemakaian kata
yang
yang bukan pada tempatnya. Hal itu dapat dilihat pada contoh berikut.
(7) Gedung bertingkat itu yang mengganggu lalu lintas penerbangan.
Kata kerja mengganggu pada contoh (7) tidak dapat berfungsi sebagai predikat karena
didahului kata yang. Dengan demikian, pernyataan tersebut bukan kalimat karena tidak
memiliki predikat. Untuk memperbaiki contoh (7), kata yang di depan kata kerja mengganggu
harus dihilangkan sehingga kata mengganggu berfungsi sebagai predikat. Perhatikan kalimat
perbaikan berikut ini terpisah dari bagian sebelumnya. Misalnya:
(7a) Gedung bertingkat itu / mengganggu / lalu lintas penerbangan.
S P O
(13a) Telah kita bahas masalah tersebut dalam diskusi kita bulan lalu.
11
demikian, kalimat (14) dan (15) di atas tidak memiliki kesejajaran atau keparalelan. Supaya
memperlihatkan kesejajaran, kedua kalimat tersebut dapat diperbaiki menjadi seperti berikut.
(14a) Kegiatan yang telah kami lakukan adalah mengumpulkan informasi, mencari
bahanbacaan, dan menyusun rancangan.
(15a) Tahap akhir penelitian ini adalah menyusun laporan dan menyerahkan
hasilpenelitian.
(15b) Tahap akhir penelitian ini adalah penyusunan laporan dan penyerahan
hasil penelitian.
12
(18a) Banyak kata bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa asing.
(19a) Seluruh surat yang dikumpulkannya dapat dijadikan bukti
bahwa dia tidakbersalah.
(19b) Surat-surat yang dikumpulkannya dapat dijadikan bukti bahwa dia tidak brsalah.
13
(24a) Kedua pemuda yang sedang berkelahi itu pukul-memukul. (24b) Kedua pemuda
yang sedang berkelahi itu saling memukul.
Berkaitan dengan kehematan ini, unsur-unsur tertentu yang merupakan bagian dari
ungkapan idiomatik sebaiknya tidak dihilangkan. Ungkapan idiomatik yang unsur-unsurnya
tidak boleh dihilangkan itu antara lain bergantung pada, terdiri atas, sesuai dengan, sejalan
dengan, berkaitan dengan, dibandingkan dengan, serta sehubungan dengan.
14
(28) Dengan memanjatkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, makalah
iniselesai penulis susun.
Pada contoh (27), subjek kalimatnya adalah pembangunan jembatan yang diperkirakan
menghabiskan dana dua miliar itu dan predikatnya adalah akan dibangun. Pertanyaan yang
segera muncul adalah mungkinkah pembangunan itu dibangun? Jawabannya tentu saja tidak
karena pembangunan itu lazimnya dilaksanakan, dilakukan, atau dimulai, bukan dibangun.
Dengan demikian, dari segi penalaran ada kejanggalan dalam kalimat tersebut. Kalimat
tersebut dapat diperbaiki menjadi seperti berikut.
Kalimat (28) dikatakan tidak logis karena tidak mungkin dengan mengucapkan puji
syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, suatu pekerjaan, termasuk menyusun makalah, dapat
diselesaikan. Segala sesuatu yang ada di dunia ini dapat terjadi atau tidak terjadi apabila
dikehendaki oleh Tuhan. Segala sesuatu ada atau tidak ada karena kehendak-Nya. Dengan
demikian, supaya kalimat (28) menjadi logis, yang dapat diterima oleh akal sehat, kalimat
tersebut dapat diubah menjadi seperti berikut.
(28a) Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena
ataskehendak-Nya makalah ini dapat diselesaikan.
15
Kalimat (29) dan (30) di atas merupakan kalimat majemuk bertingkat. Pada kedua
kalimat tersebut, anak kalimatnya tidak memiliki subjek: karena sering kebanjiran (29) dan
karena tidak bertemu dengan kepala sekolah (30). Pada pembahasan di muka dijelaskan
bahwa jika subjek induk kalimat sama dengan subjek anak kalimat, subjek anak kalimat
tidak perlu disebutkan, demi kehematan. Jadi, jika subjek anak kalimat tidak disebutkan
berarti subjek anak kalimat tersebut sama dengan subjek induk kalimat. Berdasarkan
pertimbangan tersebut, jika subjek anak kalimat pada kedua contoh di atas dimunculkan,
akan terdapat struktur sebagai beriikut:
(29) *Kontraktor tidak jadi memilih lokasi tersebut karena (kontraktor)
seringkebanjiran
(30) *Hadiah itu dititipkannya kepada petugas tata usaha karena (hadiah itu)
tidakbertemu dengan kepala sekolah.
Pertanyaan yang segera muncul adalah mungkinkah kontraktor sering kebanjiran,
dan mungkinkah hadiah itu tidak bertemu dengan kepala sekolah? Ketidaklogisan
penalaranpada kedua contoh tersebut terjadi karena pembuat kalimat salah menghilangkan
unsur kalimat. Penghilangan unsur kalimat dapat dilakukan apabila unsur-unsur kalimat
tersebut memiliki fungsi yang sama, dalam hal ini sama-sama berfungsi sebagai subjek.
Akan tetapi, jika unsur- unsur kalimat yang sama tersebut memiliki fungsi yang berbeda,
atau jika subjek diisi oleh unsurbahasa yang berbeda, penghilangan salah satu unsur tidak
dapat dilakukan. Jadi, kedua kalimat diatas dapat diperbaiki menjadi seperti berikut.
(29a) Kontraktor tidak jadi memilih lokasi tersebut karena lokasi tersebut
seringkebanjiran.
(29b) Lokasi tersebut tidak jadi dipilih oleh kontraktor karena sering
kebanjiran.
(30a) Hadiah itu dititipkannya kepada petugas tata usaha karena dia tidak
bertemu dengan kepala sekolah.
(30b) Dia menitipkan hadiah itu kepada petugas tata usaha karena tidak bertemu
dengankepala sekolah.
16
H. Pemilihan Kata
Diksi atau pemilihan kata memegang peranan penting dalam menciptakan nuansa makna
yang dikendendaki penulis. Pemilihan kata yang kurang tyepat menybabkan makna yang
berbeda, disamping tidak tersampaikannyapesan. Pilihan kata yang terbaik memenuhi syarat
(1) tepat (mengungkjapkan gagsan secara cernat), (2) benar (sesuai dengan kaidah
kebahasaan), dan (3) lazim pemakaiannya.
Penulis harus memiliki kekayaan kosakata agar dapat menulis dengan baik dan menarik.
Seperti kata Moeliono (1989) dalam Suhardiyanto yang dipetik dari Winarno dkk. (2004;161),
kosakata dapat diperkaya dengan (1) pemakaian kata umum dan kamus sinonim, (2)
penggunaan kata baru dala bahas lisan maupun tulis, (3) pengetahuan mengenai aneka ragam
tulisan, dan (4) pemahaman denotasi, konotasi, dan kata umum.
I. Kalimat yang baik dan benar dalam Bahasa lisan maupun tulisan
A : Kami belum dapat memberi keputusan karena kami harus melaporkan terlebih dahulu
masalah itu kepada pimpinan.
17