You are on page 1of 15
Dimensi, Vol 2- No 2, Februari 2005 SENI RAGAM HIAS STAINED GLASS PADA BANGUNAN-BANGUNAN DI JAKARTA Krishna Hutama ') Diah R. Amanda, Dewi Murti, Florence H. J., Gineissa Arneitha”) Abstrak Stained glass atau yang lebih dikenal di Indonesia dengan sebutan kaca patri/kaca timah, sccara teknis adalah rangkaian beragam kepingan kaca berwarna atau mozaik kaca berwarna yang ber-fungsi untuk tempat masuknya cahaya sekaligus sebagai unsur de-koratif gedung atau rumah seperti jendela atau panel-panel jendela. Pada bangunan gereja atau katedral_makna estetis stained glass dipadukan dengan makna spiritualnya, antara sebagai sumber cahaya agung Tuhan yang menyinari tiap ruang gereja. Tulisan ini mencoba mengetengahkan seni ragam hias stained glass (kaca patri) pada jendcla bangunan-bangunan di Jakarta. Kata kunci: stained glass, bangunan-bangunan di Jakarta. Abstract Stained glass known as “ kaca patri”, Technically, stained glass is an arrangement of pieces of coloured glass, mozaick coloured glass which acts as light entrance, also as a decorative element ofa building, such as windows or window panels. Such buildings like church or Cathedral, the aesthetic meaning of stained glass is combined with the spirimal meaning, such as God's source of light that illuminates every single chapter in the Church. The purpose of this passage is presentation of the art of stained glasson windows of building in Jakarta. Key words: stained glass, building in Jakarta Staf Pengajar Program Studi Desain Produk, FSRD, Univ. Trisakti Hi ) *) Mahasiswa Prog, Studi Desain Produk, FSRD, Univ. Trisakti - 99 ‘SENI RAGAM HIAS STAINED GLASS PADA BANGUNAN-BANGUNAN DI JAKARTA PENDAHULUAN Stained glass populer sejak beberapa abad yang lalu dan terus mengalami perkembangan yang cukup berarti dan sudah lama dikenal di Indonesia sejak gedung- gedung dengan gaya Eropa yang menggunakan siained glass meng- hiasi jalanan di negeri ini. Seni tersebut kemudian diadaptasi dan disesuaikan dengan seni ragam hias khas Indonesia dengan melalui beberapa tahap perkembangan yang terus berlanjut. Di Jakarta tidak saja pada jendela bangunan-bangunan gereja yang menggunakan stained glass, tetapi juga pada bangunan-bangu- nan lain, seperti rumah _ tinggal. mall, juga pada masjid memper- gunakan stained glass dalam bentuk kaligrafi. Pada awalnya penggunaan siained glass pada bangunan-bangunan masa lampau pada umumnya dimiliki oleh orang-orang Belanda yang menetap di Indonesia seperti ba- ngunan gereja, gedung pemerin- tahan maupun bangunan rumah sebagai tempat tinggal. Karena itu pula sebagian besar seniman peng- rajin siained glass adalah orang Belanda. Motif-motif yang dihasilkan sebagian berupa susunan kepingan kaca yang disusun _ mengikuti desain yang telah dibuat, sebagian 100 (krishna Hutama; Dewi Murti: Diah R. Amand, Florence H. Joan; Gineisse Arneitna) lainnya dihasilkan oleh tambahan cat dan noda untuk memperkaya warna terutama pada desain motif terdapat pada jendela. Pewarnaan kaca didapat melalui peleburan antara lelehan kaca dengan oksida metalik yang kemudian, menghasil- kan beragam variasi warna yang menakjubkan. Untuk menampilkan keindahannya, lembaran tersebut kemudian di pasang dan diperko- koh pada suatu bingkai yang ter- buat dari batu, kayu maupun metal. Seiring dengan perkem- bangan desain dan konsep arsitek- tur, stained glass atau kaca patri mulai banyak digunakan sebagai elemen pendukung interior bangu- nan, khususnya pada panel-panel jendela Unsur estetik menjadi bagian yang terpenting dari sebuah karya Stained glass. Disamping ragam hias yang telah ada, kini beragam corak baru dapat diterapkan pada perancangan pola séained glass, seperti bentuk-bentuk — ekspresif/ dekoratif dan kaligrafi. Dahulu stained glass dapat diartikan seba- gai suatu simbol spiritual pada gereja-gereja Kuno beberapa abad silam, dan biasanya bermotif pictoral (menggambarkan tokoh- tokoh religius). Motif pada panel- panel jendela gereja tersebut di- percaya memiliki makna simbolis, karena kemampuan kaca-kaca indah Dimensi, Vol2- No 2. Februari 2005 ini menghasilkan iluminasi_ cahaya yang indah pula schingga sering disebut sebagai sumber cahaya agung (divine light source). Setiap bangunan mengguna- kan corak ragam hias yang ber- beda-beda. Pada gereja umumnya terdapat gambar yang mence- Titakan kisah-kisah dari Alkitab atau figur Tuhan Yesus, orang suci dan para malaikat. Pada masjid stained glass lebih banyak ber- motifkan tulisan_ kaligrafi_ sebuah ayat yang terdapat dalam Al Qur'an. Sedangkan — penggunaan ragam hias pada mall-mall atau rumah tinggal lebih bebas. Stained glass dapat di- an sebagai seni karena me- keindahan yang berasal dari perimbangan rangkaian kaca yang digabungkan menjadi satu dengan motif dan bentuk yang berbeda. Seni stained glass me- rupakan bagian dari kebudayaan, perkembangannya mengalami keja~ yaan pada masa Gotik dan masa penurunan pada akhir abad per- tengahan, akan tetapi stained glass tetap bertahan dan terus dikem- bangkan. Perkembangan dan pe- rubahan ragam hias stained glass terjadi karena adanya_perubahan yang mempengaruhi sikap pola hidup dan nilai sosial yang terjadi di masyarakat. Menurut Guilermo Pattino: “Stained glass is like any other art, an expression; and to extend that it renews i self constantly and incorporates the feelings and the spirit of each moments, it will continue 10 exist’! STAINED GLASS FUNGSI DAN PERKEMBANGANNYA Stained glass sering disebut juga kaca_timah, — merupakan mozaik kaca warna yang memben- tuk berbagai pola natural, tradi- sionil, maupun geometris yang di- gabungkan dengan menggunakan timah hitam sebagai pengikatnya. Selain itu stained glass juga dapat didefinisikan sebagai kumpulan beraneka macam warna dari be- berapa potongan kaca dengan didukung oleh sebuah permukaan yang rata. Umumnya desain stained glass terdiri dari potongan kaca setebal 1/8 inci yang telah dipo- tong, dilukis, dibakar, dan diga- bungkan bersama ke dalam sebuah pola oleh kawat timah hitam. Kaca stained glass pada umumnya berfungsi sebagai 1. Jendela pada bangunan. Bila diletakkan di langit-langit ru- mah, dikenal dengan sebutan stained glass dome. 2. Sekarang ini siained glass juga dapat dipasang pada jendela, Liga . . Guilermo Pattino : www.e7tuglass. com 101 SENI RAGAM HIAS STAINED GLASS PADA BANGUNAN-BANGUNAN Di JAKARTA (krishna Hutama; Dewi Murti; Diah R. Amand, Floreace H. Joan; Gineista Ametha) daun pintu, partisi, lampu, dan kubah, dan sebagainya. Sebagai clemen yang mem- perkuat nilai estetik ruangan, paduan warna-warna yang digunakan pada stained glass akan memberikan kesan cita rasa tinggi kepada pemiliknya. we Seni ragam hias stained glass berkembang di Timur Tengah, Eropa dan Asia sebagai penghias bagian dari bangunan (jendela, pintu, dan sebagainya). Di Timur Tengah perkembangan jen- dela stained glass sedikit berbeda, seperti di Mesir, kaca-kaca jendela ditutupi dengan stucco dan marmer. Pada masa awal Islam, khu- susnya dalam lingkungan ‘Shi‘a’, gambar manusia masih dianggap halal, seperti tampak dalam sejum- lah hiasan naskah kuno dari Persia. Tidak lama praktek semacam ini dipandang haram. Akibatnya, seni- man-seniman Islam membuat motif dalam bentuk lukisan maupun mo- saik dengan tema daun-daunan atau matematis dan benteng (gambar 1) Di Eropa perkembangan seni stained glass terbagi dalam beberapa periode yaitu. zaman romantisme, zaman golik, zaman renaisans, dan abad pertengahan 102 Gambar |. Contoh motif stained glass yang digunakan pada masjid (sumber: www.kompas,com) man Romantisme Arsitektur bangunan gereja pada masa Romantisme terlihat seragam, yang membedakan antar gereja-gereja tersebut adalah hiasan jendela-jendela siained glass yang berukuran kecil dan berbentuk bu- lat atau melengkung pada bagian atas jendela, dekat dengan atap. Beberapa figur yang dibuat pada masa ini menggambarkan para ma- laikat atau para Santo dan Santa (orang-orang suci) yang sedang berdiri atau duduk dengan kepala tegak menghadap ke atas dan figur- figur tersebut- memakai_ pakaian yang menggembung, Jendela-jen- dela tersebut dibuat berseri berda- sarkan kisah dari Alkitab, Ukuran jendela pada zaman ini cukup besar tetapi hiasan dengan gaya orna- menttal dan dekorasi lengkungan di Dimersi, Vol2-No 2. Februari 2005 sekeliling figur atau gambar pada jendela sangat jarang, jendela tersebut dibentuk dalam skala yang besar tetapi gambar-gambar ter- sebut dibagi-bagi menjadi bagian- bagian kecil. Warna dominan yang sering dipakai adalah warna merah dan biru, Pada masa ini seni dikhu- suskan untuk agama, para seniman membuat karya seni berdasarkan aturan-aturan dari gereja. Sekitar tahun 1300, ditemukan pewarna kuning. Hal ini memungkinkan un- tuk merubah kaca berwarna putih menjadi kuning atau biru kehijauan dan warna ini sangat berguna sebagai highlight, lingkaran cahaya dan mahkota. Gambar 2. Menggambarkan para rasul dan bunda Maria yang menjadi saksi kenaikan Yesus. Terdapat di Katedral Le Mans, Perancis. (sumber Stained Glass an illustrated history, hal. 41) pada awal zaman seperti di Noter-Dame, Gotik, Paris, memiliki jendela yang lebih besar dari pada zaman romantisme. Jendela tersebut sulit untuk dilihat dari bawah, walaupun _ begitu kedalamannya telah diatur pada ketebalan dinding gereja. Pemasangan § jendela —berukuran besar didukung oleh struktur atap yang ringan dan perkembangan dari beberapa metode pendukung yang lebih rumit, menuntut —desain jendela stained glass yang lebih variatif dan baru. Gambar 3. Desainer Katedral Chartres (1194) membuat desain interior khusus untuk memasang jendela stained glass dalam jumlah dan ukuran besar. Keda- taran pada dinding bagian atas jendela ‘mengartikan bahwa jendela besar tersebul dapat terlihat dari berbagai sudut (sumber : Stained Glass: an illustrated history, hal. 54) i 103 SENI RAGAM HIAS STAINED GLASS FADA BANGUNAN-BANGUNAN DI JAKARTA Lebar dan ketinggian jen- dela pada zaman gotik mem- butuhkan /ayou! yang berbeda. Jendela itu sendiri biasanya terbagi menjadi beberapa banyak bagian, yang menampilkan variasi luas bentuk-bentuk geometris. Gambar 4, Penyaliban dan kenaikan Yesus digabung. bersama pada sebuah jendeta di Katedral Poitiers. Desainer menggunakan warna kontras untuk memisahkan cerita dan — mencegah — hesala-han dalam pemahaman cerita pada gambar tersebut (sumber : Stained Glass: an illustrated history, hal. 43) 104 (Keishna Hutama: Dewi Murti, Diah R. Amanda Florence H. Joan; Gineissa Arretha) Zaman Renaisans Pada zaman Renaisans, seni mulai berkembang kembali. Tak ada lagi larangan dan aturan keras untuk membuat suatu karya seni. Stained glass tetap menggunakan tema-tema yang bersifat reli tetapi seniman boleh mengikuti seleranya sendiri dalam mengejar keindahan, antara lain dengan mencapai kemanunggalan dengan Tuhan atas keyakinan dan kekuatan diri sendiri. Jendela siained glass juga terdapat di bangunan- bangunan lain selain gereja. Cara pembuatan kaca stained glass juga mengalami perubahan, Para. seni- man menggambar pola pada kertas dan mereka dapat membawa pola- pola tersebut untuk para kliennya. Selain itu pada abad ke-16 ditemu- kan alat pemotong kaca yang terbuat dari intan. Dengan ditemu- kannya alat pemotong dengan intan tersebut membuat pengerjaan kaca menjadi lebih mudah. Motif-motif jendela stained glass pada saat ini cenderung ber- bentuk geometris (terutama dalam bentuk komposisi segi tiga) dan lebih kaya warna. Stained glass mengalami kemun- duran diantara akhir abad pertenga- han dan abad ke-19. Penyebab kemunduran stained glass Karena alasan religius, politik dan estetika yang berkembang pesat pada masa Dimensi, Vol.2- No 2, Februari 2005 itu. Gereja merupakan prinsip pola dasar dari seni dan agama Pro- testan yang saat itu baru muncul dan mempengaruhi gaya arsitektur gereja itu sendiri, mereka memilih bentuk gaya arsitektur yang lebih sederhana. Dekorasi pada kaca hanya dibuat pada sebagian besar panel kecil untuk ruang-ruang kota dan rumah pribadi. “yy iy. Qa wRorcs Motif kaca stained glass tidak hanya bertema religius tetapi ba- nyak dari para bangsawan atau para penguasa yang melukiskan dirinya, simbol kekeluargaannya, maupun kekuasaannya pada kaca stained glass. Gambar 5. Panel ini merupakan bagian dari satu cerita tentang kekuasaan dewa kematian. Gambar pada jendela stained glass ini dibuat berdasarkan komposisi segi liga (susunan kuda berada dibawah dan dewa kematian diatas kuda) (sumber : Stained Glass: an illustrated history, hal. 97) 105 SEN/ RAGAM HIAS STAINED GLASS PADA BANGUNAN-BANGUNAN DI JAKARTA Gambar 6. Dipasang di Davington Priory, Kent, rumah pribadi desainer. Panet ini oleh Thomas Willement memperlihatkan hakatnya sebagai pelukis kaca heraldic. (sumber : Stained Glass: an illustrated history, hal. 130) PERKEMBANGAN SENI RA- GAM HIAS STAINED GLASS Tujuan utama pembuatan jendela stained glass adalah untuk melengkapi sebuah ekspresi dari keyakinan, sebuah hasrat untuk mempercantik = rumah —Tuhan. Stained glass dominan digunakan pada gereja-gereja atau katedral- katedral, karena selain merupakan pusat religi, gereja juga merupakan 106 (krishna Hutama: Dewi Murt; Diah R. Amanda, Florence H. loan; Gineissa Ametha) pusat seni, sehingga desain dan pembuatan jendela stained glass pun ditentukan olch ketentuan- ketentuan gereja yang mendasarkan pada an agama. Dan pada perkembangannya, unsur_ seni stained glass \ebih terlihat kuat. Pada akhir abad pertengah- an, terkadang jendela dianggap sebagai suatu jalan menuju surga atau dalam beberapa waktu tertentu, jendela stained glass sering dibuat untuk orang atau kelompok terkemuka dari suatu komunitas. Dalam setiap kasus kaca memiliki hubungan yang erat diantara kedua latar arsitektur dan dengan cahaya langit yang berada dibaliknya. Kini stained glass lebih luas dalam fungsi penggunaannya, desain, bahkan cara pembuatan. Dilihat dari fungsinya selain sebagai panel jendela, stained glass juga dapat digunakan sebagai panel pintu, hiasan lampu, dan lain-lain. Ada beberapa faktor-faktor perubahan kebudayaan dan pe- rubahan sosial yang mempengaruhi pergeseran makna ragam_hias stained glass: 1). Penemuan-penemuan baru dan perkembangan ilmu pengetahuan dalam pembuatan stained glass tidak mudah, karena bentuk kaca yang diinginkan tidak selalu dalam Dimensi, Vol2- No 2, Februari 2005 garis lurus. Pemotongan kaca de- ngan bentuk melengkung, misal- nya, membutuhkan kerja yang ekstra hati-hati. Sekitar abad ke-16 ditemukannya teknik pemotongan kaca dengan intan. Saat itu belum ada rangka seng, tembaga untuk rangka siained glass. Hal ini menyebabkan panel stained glass yang dibuat dari timah kurang kokoh. Sekarang rangka tembaga dan seng bisa diperoleh dengan mudah, bahan yang terbaik didapat dari negara Kanada, AS, dan Korea. Desain seni stained glass semakin bisa mengikuti_ kemauan hati serta menghasilkan kualitas panel yang amat kokoh. 2), Pertentangan dalam masyarakat Sejak masa Renaisans masyarakat mengalami pertentangan _sosial, mereka mulai_menentang aturan- aturan yang dibuat oleh gereja. Pertentangan tersebut mengakibat- kan stained glass sebagai bagian dari seni tidak lagi dibuat untuk agama. Motif stained glass menjadi lebih beragam. 3). Pengaruh budaya asing. Perubahan makna seni ragam hias stained glass berbeda di setiap tempat, karena dipengaruhi olch kebudayaan lain. Scbagai contoh di Indonesia, stained glass berasal kebudayaan Belanda dan pada perkembangannya stained _ glass mulai dipengaruhi oleh kebudayaan asli Indonesia. 4), Penduduk yang _heterogen Keanekaragaman suku, agama dan ras, mempengaruhi — perubahan stained glass karena keaneka- ragaman tersebut memiliki ciri khas dan aturan-aturan yang berbeda. Seni siained glass tidak lagi dibuat khusus untuk agama, tetapi biasa untuk golongan. kelompok atau pribadi. Saat ini tidak ada batasan- batasan yang mengikat dalam membuat karya seni, begitu pula dengan motif-motif siained glass. Setiap orang atau pemesan dapat membuat corak, bentuk dan ukuran jendela stained glass sesuai dengan keinginannya. Desain stained glass juga bisa dibuat _berfilosofi, contohnya desain bangau untuk ruangan orang tua, desain rajawali untuk harus siaga setiap saat atau disain bunga krisan untuk perlambangan kerukunan. Dari cara pembuatannya pun stained glass semakin berkembang sebelumnya pembuatan sfained glass meng- gunakan teknik sambung, namun saat ini ada cara lain yaitu dengan cara dilukis atau dengan teknik pembakaran. Dan ada pula teknik triple glazed atau sistem tiga lapis. Jenis kaca pun semakin bermacam antara lain yaitu seperti : tempered 107 SENI RAGAM HIAS STAINED GLASS PADA BANGUNAN-BANGUNAN DI JAKARTA glass, triple glazed insulated glass, heveled glass dan figured glass. Tempered glass memiliki_ keung- gulan lima kali lebih kuat di- bandingkan kaca biasa. Bila pecah kaca jenis ini akan menjadi butiran-butiran kecil yang relatif tidak membahayakan. Triple glazed insulated glass jenis kaca yang terdiri dari selembar stained glass yang dilapisi dengan dua lembar tempered safety glass, dengan ketebalan keseluruhan 2cm. Beveled glass; kaca ini memiliki kemiringan sudut pada pinggiran kaca atau istilahnya di “bevelled”. Dengan menampilkan bevel, kaca terlihat lebih menarik karena dapat mempercantik suasana. Figured glass merupakan jenis kaca dimana pada salah satu permukaan kaca tersebut memiliki pola t entu. Memiliki pola yang atraktif dan daya tembus yang terbatas sehingga memberikan efek dekoratif yang sangat menarik, Perkembangan Seni Stained Glass di Indonesia Perkembangan seni stained glass di Indonesia berawal pada zaman kolonial Belanda. Tetapi se- telah zaman kolonialisasi Belanda berakhir sekitar tahun 1930-an, perkembangan siained glass di Indonesia berhenti karena tidak ada perubahan yang mencolok. Karena 108 (Krstna Hutama; Dewi Mur Diah R Amand Florence H. Joan: Gineissa Arneitha) hampir semua — seniman-seniman stained glass, yang umumnya orang Belanda kembali ke negeri- nya. Namun pada tahun 1980-an stained glass mulai kembali_ber- mbang di Indonesia. Sampai saat ini sudah banyak masyarakat Indonesia yang ahli dalam mem- buat stained glass. Bahkan seka- rang sudah banyak kita jumpai pengrajin-pengrajin stained glass di Sepanjang jalan yang siap me- nerima berbagai macam bentuk dan motif yang diinginkan oleh pe- mesan. Saat ini jendela stained glass banyak dipakai untuk menghiasi bangunan-bangunan di Jakarta. Motif-motif jendela stained glass yang berkembang kembali di Indonesia berbeda dengan motif pada masa kolonialisasi Belanda. Motif-motif tersebut umumnya di- pengaruhi olch agama atau keingi- nan pribadi masyarakat Indonesia yang heterogen, terdiri dari banyak suku bangsa dan perbedaan ke- yakinan atau agama. Seperti pe- ngaruh agama Islam yang melarang menggunakan atau menggambar- kan bentuk-bentuk makhluk hidup. Stained Glass Pada Bangunan- Bangunan di Jakarta Beberapa bangunan di Ja- karta, seperti rumah sebagai tempat Dimensi. Vol2-No 2, Februari 2006 tinggal, hotel, kantor, mal, maupun tempat ibadah sebagian — besar menggunakan siained glass pada jendela. Bangunan yang menggu- nakan stained glass antara lain, gereja Katedral, Menara Da Vinci, dan Pasaraya, Bangunan-bangunan tersebut| menggunakan stained glass agar terlihat lebih indah saat cahaya masuk ke dalam ruangan. Karena akan memberikan efek-efek warna biasan dari cahaya sehingga terlihat lebih indah. Pemasangan stained glass sesungguhnya tidak mengenal bentuk bangunan dan kegiatan di dalamnya. Sekarang ini tidak sedikit hotel, kafe, bahkan laboratorium Kesehatan yang meng- gunakan stained glass sebagai ele- men interiornya. Yang penting, co- rak hiasan dari stained glass ters but sesuai dengan model rumahnya. Stained glass di Jakarta awalnya digunakan pada jendcla tempat ibadah seperti gereja. Salah satu. gereja yang _menggunakan jendela stained glass adalah gereja Katedral, sebagai salah satu tempat ibadah umat Katolik tertua di Jakarta. Pada bangunan ini terlihat gambar pada stained glass jendela gereja yang menceritakan tentang perjalanan atau sejarah dari agama Katolik. Selain itu stained glass juga memiliki efek dekoratif yang dapat memperindah — bangunan. karena bila sinar matahari masuk kedalam bangunan akan me- nimbulkan efek-efek pembiasan ca- haya yang terlihat cantik. Dengan berubahnya zaman dan semakin berkembangnya budaya di Jakarta. jendela stained glass tidak hanya digunakan pada gereja. Tetapi juga untuk memperindah bangunan-ba- ngunan lain, seperti rumah tinggal, mal, perkantoran dan hotel. Salah satu bangunan yang memperguna- kan stained glass pada bangunan- nya yaitu Menara DA VINCI yang terletak di jalan Jendral Sudirman. Motif pada bangunan ini lebih ter- lihat modern dibandingkan dengan motif pada gereja Katedral. Gambar 7. Penggunaan jendela stained glass Gerja Santo Paulus di Bandung. (sumber : www.kompas.com) 109 SENI RAGAM HIAS STAINED GLASS PADA BANGUNAN-BANGUNAN DI JAI (Krishna Hutama; Dewi Mut; Diah R. Amande, Florence H, Joan; Gineisse Arneitha) bella it 2s = oo eo ate Ce view Gambar 9. Huge stained glass panel lantai 10 Pasaraya Department s Berukuran 16 x 16 meter nl (Sumber: www. eztuglass.com) [sy tn ad cae aE Par a Ps x as 3 a Gambar 8. Big stained glass panel Gereja Santa Monica, Bumi Serpong Damai, Jakarta, Berukuran 4,80 x 9,60 meter (sumber: www.eztuglass.com) Gambar 10, Motif stained glass yang terdapat pada jendela (sumber: ww eziuglass.com) 110 Dimensi, Vol2- No 2, Februari 2008 Gambar 11, Motif stained glass yang terdapat pada diun pintu (sumber: www.eztuglass.com) Gambar 12, Rangkaian motif stained glass yang memiliki satu tema. empat musim (four season) (sumber: www eztuglass.com) em SEN! RAGAM HIAS STAINED GLASS PADA BANGUNAN-BANGUNAN DI JAKARTA PENUTUP Stained glass adalah rang- kaian kaca berwarna yang mem> bentuk pola/motif, desain dibuat dengan berbagai macam teknik yang memungkinkannya untuk menjadi suatu karya mozaik yang memiliki nilai estetika dan spiritual yang tinggi dan terus memiliki arti tertentu. sesuai dengan perkem- bangan zaman. Kaca stained glass berfungsi seba- gai: eJendela pada bangunan, bila diletakkan di langit-langit rumah, dikenal dengan sebutan stained glass dome. © Saat ini stained glass juga dapat digunakan pada pintu. partisi, lampu, kubah dan lain-lain. Sebagai elemen yang memperkuat nilai estetis ruangan, maka paduan warna-warna yang digunakan pada stained glass akan memberikan kesan cita rasa tinggi kepada pe- miliknya. Motif-motif seni ragam hias stained glass pada awalnya menceritakan mengenai kisah dari Alkitab atau figur Tuhan Yesus, orang suci dan para malaikat yang digunakan pada jendela-jendela di gereja. Seiring dengan perkem- bangan zaman dan teknologi di Jakarta, motif-motif seni ragam hias stained glass lebih bervariasi seperti motif flora, fauna, geo- 112 (Krishna Hutama; Dew! Mur, Dian R. Amanca, Floence #. Joan; Gineissa Ameita) metris, abstrak, kaligrafi dan lain- lain. Perkembangan_ tcknologi mempengaruhi motif seni ragam hias stained glass, yang pada awalnya berfungsi sebagai alat untuk menyambung kaca dengan menggunakan timah hitam, ber- bentuk saluran dengan penampang huruf “H”. Kemudian pada abad ke-20 dikenalkan teknik penyam- bungan kaca dengan lembaran tembaga yang kemudian dipatri dengan timah putih, Bahkan dalam perkembangan sekarang ini, teknik penyambungan sudah bisa dilaku- kan dengan menggunakan bahan lain sclain timah hitam seperti kuningan, nikel bahkan dengan emas. Iklim tropis di Jakarta dapat menyebabkan jamur atau kotoran lainnya sehingga mengurangi ke- indahan stained gl Saat ini ada cara untuk mencegah jamur atau kerusakan stained glass, yaitu de- ngan cara sistem tiga lapis (triple glazed). dimana kedua sisi kaca stained glass dilapis menggunakan kaca polos tebal 5 mm, sehingga kedap udara. Tujuan pertama pembuatan jendela stained glass adalah untuk melengkapi scbuah ckspresi dari keyakinan, sebuah hasrat untuk mempercantik rumah Tuhan. Kini stained glass mengalami perluasan Dimensi, Vol2- No 2. Februari 2005 makna. Ada beberapa faktor peru- bahan kebudayaan dan sosial yang mempengaruhi pergeseran makna ragam hias stained glass di Jakarta: « Penemuan baru material-material yang digunakan pada _jendela stained glass dan perkembangan ilmu pengetahuan. e Pertentangan dalam masyarakat, mengenai aturan-aturan yang dahulu dibuat oleh gereja. Perten- tangan tersebut mengakibatkan, stained glass agai bagian dari seni tidak lagi dibuat untuk agama. Saat ini motif stained glass dibuat berdasarkan keingi- nan pribadi. ¢ Pengaruh dari kebudayaan Iain. Di Indonesia, stained glass be- rasal dari kebudayaan Belanda kemudian pada perkembangan- nya stained glass mulai_ di- pengaruhi oleh kebudayaan asli Indonesia yang beranekaragam. ePenduduk yang heterogen di Jakarta. Keanekaragaman budaya mempengaruhi perubahan stained glass karena memiliki ciri khas dan aturan-aturan yang berbeda, Seni stained glass tidak lagi dibuat khusus untuk agama, tetapi biasa untuk golongan, kelompok atau pribadi. seve REFERENSI Benton, William, Britannica Junior IC) yelopedia, , Chicago : of Chicago, 1966. Brown, Sarah, Stainned Glass an Illustrated History, London : Bracken Books, 1994, Moor, Andrew, Contemporary Stained Glass, London : Mitchell Beazley, 1989 Rohidi, Tjeptiep Rohendi, Kesenian Dalam Pende- katan Budaya, Bandung : STISI Press. 2000. Soekanto, Soerjono, Sosiologi, Suatu Pengantar, Jakarta : Rajawali Pers, 1982, Soemardjan, Selo, Social Change in Yogyakarta, First Published. Ithaca, New York : Cornell University Press : 1962. Sumardjo, Jacob, Filsafat Seni, Bandung : 1TB, 2000. Sutrisno, Px. Mudji, Estetika Filsafat Keindahan, Yogyakarta: Kanisius, 1993. The Liang Gie, Garis Besar Estetik (filsafat keindahan), Yogyakarta: Kanisius, 1976 www. heritage.com www.home.bawue.de www.Kompas.com

You might also like