You are on page 1of 37
5.1 Pendahuluan Kalimat merupakan primadona dalam kajian bahasa. Hal ini disebabkan antara lain dengan perantaraan kalimatlah seseorang dapat menyampaikan maksudnya secara lengkap dan jelas. Satuan. bentuk bahasa yang sudah kita kenal sebelum sampai pada tataran kalimat adalah kata (mis. tidak) dan frasa atau kelompok kata (mis. tidak tahu). Kata dan frasa tidak dapat mengungkapkan maksud secara lengkap dan jelas, kecuali jika kata dan frasa itu sedang berperan sebagai kalimat minor misalnya berupa seruan atau jawaban singkat atas sebuah pertanyaan. Agar dapat berkalimat dengan baik perlu kita pahami terlebih dahulu struktur dasar suatu kalimat. Kalimat adalah bagian ujaran/tulisan yang mempunyai struktur minimal subjek (S) dan predikat (P), dan intonasi finalnya menunjukkan bagian ujaran/tulisan itu sudah lengkap dengan makna (bernada berita, tanya, atau perintah). Penetapan struktur minimal S dan P dalam hal ini menunjukkan kalimat bukanlah semata-mata gabungan atau rangkaian kata yang tidak mempunyai kesatuan bentuk. Lengkap dengan makna menunjukkan sebuah kalimat harus mengandung pokok pikiran yang lengkap sebagai pengungkap maksud penulis atau penuturnya. Kalimat 161 5.2 Unsur Kalimat Unsur kalimat adalah fungsi sintaksis yang dalam buku-buky tata bahasa lama disebut jabatan kata dalam kalimat. Kini istilah itu diganti menjadi fungsi sintaksis kalimat, yakni subjek (5), predikat (p), objek (0), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Kalimat bahasa Indonesia baku sekurang-kurangnya terdiri atas dua unsur, yakni s dan P, Unsur yang lain (0, Pel, dan Ket) dapat wajib hadir, tidak wajib hadir, atau wajib tidak hadir dalam suatu kalimat. Hal penting yang perlu kita ketahui untuk dipraktikkan dalam Penyusunan kalimat adalah satuan bentuk yang akan mengisi S, P, 0, Pel, Ket dalam kalimat bukan hanya kata, melainkan juga frasa. Untuk mengenali sekilas “wajah” S, P, 0, Pel, Ket, dan sebelum membahas kelima fungsi sintaksis itu satu per satu, berikut ini ditampilkan lima contoh kalimat yang S, P, O, Pel, dan Ket-nya berbentuk frasa: pembawa acara yang kocak (itu). (8) Pembawa acara yang kocak_itu // membeli // bunga. s P oO (P) Indra // adalah_pembawa acara yang kocak. s P (QO) Mudonna // menelepon // pembawa acara yang kocak itu, Ss P O° (Pel) Pesulap itu // menjadi // pembawa acara yang kocak Ss P Pel (Ket) Si Fulan // pergi // (dengan) pembawa acara yang kocak itu, Ss P Ket 5.2.1 Predikat Predikat (P) adalah bagian kalimat yang fungsinya memberi tahu tindakan/perbuatan apa yang dilakukan oleh subjek (S) yaitu sang pelaku/sosok/tokoh sentral dalam kalimat. Selain itu, P juga dapat menyatakan sifat/ciri/keadaan S. Termasuk juga sebagai P dalam kalimat adalah pernyataan tentang status S dan jumlah sesuatu <0 162 Kompostst Bahasa Indonesia | at berupa kata atau tetapi dapat juga berikut ini. an dimiliki oleh S. Satuan bentuk pengisi P dap: fas, sebagian besar berkelas verba atau ajektiva, fr numeralia, nomina, atau frasa nominal. Perhatikan contoh (1) Kuda merumput. (2) Ibu sedang tidur siang. (3) Putri Indonesia cantik jelita. 4) Kota Jakarta dalam keadaan aman. (5) Kucingku belang tiga. (6) Robby mahasiswa baru. (7) Rumah Pak Hartawan lima Bagian kalimnat yang dicetak tebal dalam contoh (1-7) adalah P. Kata merumput pada kalimat (1) memberi tahu tindakan kuda. Frasa sedang tidur siang pada kalimat (2) memberi tahu perbuatan ibu; cantik jelita pada kalimat (3) memberi tahu keadaan putri Indonesia; dalam keadaan aman pada kalimat (4) memberi tahu situasi kota Jakarta; belang tiga pada kalimat (5) memberi tahu ciri kucingku; mahasiswa baru pada kalimat (6) memberi tahu status Robby; dan lima pada kalimat (7) memberi tahu jumlah rumah Pak Hartawan. Sekali lagi harap diperhatikan P dalam kalimat (1)—(7) tidak hanya berupa kata seperti (merumput, lima), tetapi juga berupa frasa/kelompok kata (sedang tidur siang, cantik jelita, dalam keadaan aman, belang tiga, dan mahasiswa baru). Contoh (8), (9), dan (10) dibawah ini belum memiliki P karena tidak ada kata yang menunjuk atau menjelaskan perbuatan/tindakan, sifat/keadaan pelaku (S). (8) * anak gendut lagi lucu itu... (9) *kantor di Jalan Gatot Subroto ... (10) * Bandung yang dikenal sebagai kota kembang ... Seandainya pun contoh (8), (9), (10) ditulis persis seperti lazimnya kalimat normal, diawali dengan huruf kapital dan diakhiri dengan satu tanda intonasi final, di dalamnya tetap tidak ada satu kata pun yang Kalimat 163 berfungsi sebagai P, Tidak ada jawaban atas pene een, apa anak gendut lagi lucu itu (S) pada contoh (8); tidal - e atag pertanyaan kenapa atau ada apa dengan kantor di Laid : ubroty dan Bandung yang dikenal sebagai kota kembang (S) pac ja contoh (9) dan (10). Karena tidak ada informasi tentang tindakan, sifat, atau keadaan yang merupakan cirri P, berarti contoh (8), (9), (10) tidak mengandung P. Oleh karena itu, rangkaian kata-kata yang cukup Panjang pada contoh (8), (9), (10) itu belum membentuk kalimat, melainkan bary membentuk frasa nominal. 5.2.2 Subjek Subjek (S) adalah bagian kalimat yang menunjuk pelaku, tokoh, sosok, sesuatu hal, atau suatu masalah yang menjadi Pokok pembicaraan. Sebagian besar S diisi oleh kata benda/! frasa nominal, Klausa, atau frasa verbal. Perhatikan contoh berikut ini. (11) Ayahku sedang melukis. (12) Meja direktur besar. (13) Yang berbaju batik dosen saya. (14) Berjalan kaki menyehatkan badan. (15) Membangun jalan layang sangat mahal. Kata-kata yang bercetak tebal pada kalimat (11)—(15) adalah S. Contoh S yang diisi oleh kata benda adalah kalimat (11); S yang diisi oleh frasa benda adalah kalimat (12); S yang diisi oleh Klausa adalah kalimat (13); dan S yang diisi oleh frasa verbal adalah kalimat (14) dan (15). Kaidah bahasa Indonesia mensyaratkan setiap kata, frasa, dan Klausa pembentuk S harus merujuk pada benda (konkret atau abstrak). Pada contoh di atas, kendatipun jenis kata yang mengisi S pada kalimat (13), (14), dan (15) bukan kata benda, namun hakikat fisiknya tetap merujuk pada benda. Bila kita menunjuk pelaku pada kalimat (13) dan (14), yang berbaju batik dan yang berjalan kaki, tentulah berupa orang (benda). Demikian juga membangun jalan layang yang menjadi 164 Komposisi Bahasa Indonesia Hee s pada kalimat (15), secara implisit juga merujuk pada hasil membangun ang tidak lain adalah benda juga. Sebenarnya, kalau diselami lebih dalam, ada dua nomina yang dilesapkan/sengaja dihilangkan pada awal kalimat (13)-(15), yaitu orang pada awal kalimat (13) dan kegiatan pada awal kalimat (14) dan (15). Selain ciri tersebut, S dapat juga dikenali dengan cara _bertanya kepada P memakai kata tanya siapa (yang)... atau apa (yang)... » Kalau ada jawaban yang logis atas pertanyaan yang diajukan, itulah s. Jika jawabannya tidak ada atau tidak logis, berarti “kalimat” itu tidak mempunyai S. Inilah contoh “kalimat” yang tidak mempunyai Ss karena tidak ada/ tidak jelas pelakunya. (16) *Bagi siswa sekolah dilarang masuk. (P-nya dilarang masuk) (17) *Di sini melayani resep obat generik. (P-nya melayani) (18) *Melamun sepanjang malam. (P-nya melamun) Kalau ditanya kepada P, siapa yang dilarang masuk pada contoh (16), jawabannya adalah bagi siswa sekolah; siapa yang melayani resep obat generik pada contoh (17), jawabannya adalah di sini; dan siapa yang melamui sepanjang malam pada contoh (18), malah tidak ada jawabannya. Jawaban pertanyaan kepada P untuk contoh (16) dan (17) tadi terasa tidak logis, bukan? Contoh (16) akan menjadi kalimat jika kata bagi tidak diikutsertakan. Contoh (17) akan menjadi kalimat jika ditempatkan nomina, misalnya kami untuk, menggantikan di sini. Contoh (18) harus menyertakan nomina atau pronomina, misalnya Anita atau Pacarku, untuk mengisi tempat sebelum melamun. Karena itu, contoh (16)—(18) belum memenuhi syarat sebagai kalimat karena subjeknya tidak jelas. Khusus contoh (18) akan disebut kalimat jika bentuk itu merupakan jawaban suatu pertanyaan, misalnya: Apa yang dilakukannya? 52.3 Objek Objek (O) adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Objek pada umumnya diisi oleh nomina, frasa nominal, atau klausa. Letak Kalimat 165 verba transitif, yaitu verba yang © selalu di belakang P yang berupa contoh di bawah ini. menuntut wajib hadirnya O. Perhatikan (19) a. Nurul menimang ... b. Arsitek merancang ... c. Juru masak menggoreng ..- Verba transitif menimang, merancang, dan menggoreng pada contoh (19) adalah P yang menuntut untuk dilengkapi. Unsur yang akan melengkapi P ketiga kalimat itulah yang dinamakan objek Jika P diisi oleh verba intrasitif, O tidak diperlukan. Itulah sebabnya sifat O dalam kalimat dikatakan tidak wajib hadir. Verba intransitif mandi, rusak, pulang yang menjadi P dalam contoh (20) tidak menuntut untuk dilengkapi. (20) a. Nenek mandi. b. Komputerku rusak ¢. Tamunya pulang. Objek dalam kalimat aktif (21 a—24 a) dapat berubah menjadi § jika Kalimatnya dipasifkan. Perhatikan contoh halimat berikut yang letak O-nya di belakang P dan lihat ubahan posisinya bila kalimatnya dipasifkan (21 b—24 bj. (21) a. Serena Witham mengalahkan Angelique Wijaya [O] b. Angelique Wijaya [S] diulalhun olch Serena Wiliam (22) a. Orang itu menipu adik saya {O} b. Adik saya [S} dinpu olch orany itu (23) a. Tutt mencubit lengan Sandra (0). b. Lengan Sandra [5] dicutit oleh Tuti. a. John Smith membeli barang antik [OQ] b. Barang antik [S] dibel: oleh John Smith QA) 5.24 Pelengkap Pelengkap (Pel) atau komplemen adalah bagian kalimat yang melengkapi P. Letak Pel umumnya di belakang P yang berupa verba. posisi seperti itu juga ditempati oleh O, dan jenis kata atau frasa yang mengisi Pel dan O juga bisa sama, yaitu nomina dan frasa nominal. qetapi Pel dan O mempunyai perbedaan. Perhatikan contoh ini. (25) Ketua MPR // membacakan / / Pancasila. P ° (26) Banyak orsospol // berlandaskan / / Pancasila. Ss P Pel \ Kedua kalimat aktif (25) dan (26) yang Pel dan O-nya sama-sama nomina Pancasila, jika hendak dipasifkan ternyata yang bisa hanya kalimat (25). Ubahan kalimat (25) menjadi kalimat pasif adalah (25a). (25a) Pancasila // dibacakan // oleh Ketua MPR. Ss P oO Posisi Pancasila sebagal Pel pada kalimat (26) tidak bisa dipindahkan ke depan menjadi S dalam kalimat pasif. Contoh (26a) adalah kalimat yang tidak gramatikal. (26a) *Pancasila dilandasi oleh banyak orsospol Hal lain yang membedakan Pel dan 0 adalah jenis pengisinya. Selain diisi oleh nomina dan frasa nominal, Pel dapat pula diisi oleh ajektiva, frasa ajektival, frasa verbal, dan frasa preposisional. Berikut ini beberapa contohnya. Bagian yang bercetak tebal adalah pelengkap. (27) Kita benci pada kemunafikan. (Pel-nya frasa preposisional) (28) Mayang bertubuh mungil. (Pel- nya ajektiva) (29) Sekretaris itu mengambilkan bosnya air minum. (Pel-nya frasa nominal) (30) Pak Lam suka bermain tenis. (Pel-nya frasa verbal) eee 167 Kalimat (31) Pamanku membelikan mobil untuk anaknya. (Pel “nya frasa Preposisional). 5.2.5 Keterangan Yang dimaksud dengan keterangan (Ket) dalam sebuah kalimat adalah bagian kalimat yang menerangkan seluruh kalimat. Dengan pernyataan itu dimaksudkan Ket dalam kalimat tidak hanya menerangkan P, tetapi juga menerangkan S, bahkan sekaligus juga menerangkan O (jika kalimatnya mempunyai 0). Posisi Ket boleh manasuka: di awal, di tengah, atau di akhir kalimat. Pengisi Ket dapat berupa adverbia, frasa nominal, frasa preposisional, atau Klausa, Perhatikan contoh di bawah ini. (32) Antono menjilid makalah kemarin pagi. (33) Antono kemarin pagi menjilid makalah. (34) Kemarin pagi Antono menjilid makalah. Frasa kemarin pagi dalam kalimat (32)—(34) adalah Ket untuk Antono menjilid makalah. Dalam ketiga contoh itu tampak Ket kemarin pagi dapat menempati tiga posisi tanpa mengubah makna kalimat. Hal itu terjadi karena Ket memang bukan inti kalimat. Ket pada contoh (32)—(4) dapat dihilangkan tanpa mengganggu inti kalimat Antono menjilid makalah. Berdasarkan maknanya terdapat bermacam-macam Ket dalam kalimat. Para ahli membagi Ket yang terpenting atas sembilan macam (Hasan Alwi dkk, 2003:366). Perhatikan contoh di bawah ini. Bagian kalimat yang dicetak tebal adalah Ket. Lihat letak/ posisi keterangannya. (35) Diana mengambil air minum dari kulkas (ket. tempat) (36) Rustam Lubis sudah tiga bulan belajar melukis, (ket. waktu) (37) Lia memotong tali dengan gunting. (ket. alat) (38) Anak yang baik itu rela berkorban demi orangtuanya. (ket. tujuan) 168 Komposisi Bahasa Indonesia 09) shea menyelidiki: masalah (40) Amir pergi bersama teman- drama. (ket. peserta) 41) Mahasiswa fakultas h : (¢ similatif/Kemiripan) berdebat bagaikan pengacara. (ket. narkoba secara hati-hati. (ket. teman sekantornya menonton Karena mal : : / ad sebab) ‘alas belajar, mahasiswa itu tidak lulus ujian. (ket. 8) Murid TK berpegangan tangan satu sama lain sambil bernyanyi gembira. (ket. kesalingan) atihan: Ubahlah letak keterangan kalimat (35)—(43) sehingga terbentuk tiga xalimat setiap nomor dengan tiga posisi_keterangan yang berbeda. 5.3 Pola Kalimat Dasar Kalimat dasar bukanlah nama jenis kalimat, melainkan acuan atau patron untuk membuat berbagai tipe kalimat. Kalimat dasar terdiri atas beberapa struktur yang dibentuk dengan lima unsur fungsi sintaksis: S, P, O, Pel, Ket. Berdasarkan fungsi dan peran gramatikalnya ada enam tipe kalimat yang dapat dijadikan model pola kalimat dasar bahasa Indonesia. Keenam tipe kalimat itu tercantum dalam tabel di bawah ini. Tabel 10 Kalimat 169 2S-P-o0 Ayahnya mengendarai | mobil. Rani a mendapat piagam. 3.S—P—Pel Beliau menjadi = Pancasila merupakan 4.S—P—Ket Kami tinggal = Kecelakaan itu | terjadi - 5.S—-P—O-—Pel | Hasan mengirimi Tbunya Diana mengambilkan | adiknya 6.S—P—O~Ket | Pak Bejo menyimpan ang Beliau memperlakukan | kami (Dikutip dengan perubahan dari Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 2003:322). Dalam tabel itu tampak kolom$ — P semua penuh terisi karena dua unsur ini wajib hadir dalam setiap kalimat, sedangkan kolom 0, Pel, Ket tidak penuh terisi karena tiga unsur tersebut tidak selalu wajib hadir dalam sebuah kalimat. Di situ juga terlihat perlu ada atau tidaknya O, Pel, Ket bergantung pada P. Dengan adanya pola kalimat dasar ini, semua kalimat bahasa Indonesia, apa pun jenisnya dan bagaimanapun panjangnya harus dapat dipadatkan sehingga unsur- unsur intinya dapat dimasukkan ke dalam enam tipe itu. Keenam tipe kalimat dasar dalam bagan di atas, contoh- contohnya diisi oleh _ kalimat tunggal, yaitu kalimat yang hanya memiliki satu S dan P. Setiap kalimat tunggal dapat dikembangkan menjadi kalimat majemuk atau kalimat luas dengan cara menambahkan kata, frasa, dan klausa sebagai S dan P yang kedua atau yang ketiga beserta unsur lain yang diperlukan. Karena itu, pengenalan terhadapnya dan teknik pengembangannya akan kita bahas lebih lanjut berikut ini. 1) Kalimat Dasar Tipe S—P Dalam kalimat bertipe S -- P, predikatnya lazim diisi oleh verba 170 Kompostsi Bahasa Indonesia wransitif atau frasa verbal. Akan tetapi, ada pula pengisi P berupa nomina, ajekvita, frasa nominal, dan frasa ajektival seperti terlihat dalam contoh di bawah ini. iY tesenyum, b. Lina, anak Pak Hadi, tersenyum manis. c. Masinis kereta itu | sahabat karib saya. d. Para pengungsi | terlantar. e. Hasil ujiannya | sangat memuaskan. 2) Kalimat Dasar Tipe S—P—O Predikat dalam kalimat bertipe S - P -~ O diisi oleh verba transitif yang memerlukan dua pendamping, yakni S (di sebelah kiri) dan 0 (di sebelah kanan). Jika salah satu pendamping itu tidak hadir, kalimatnya tidak gramatikal. Ss (45) a. AC Milan | mengalahkan | Barcelona. b. Korea Utara | telah mematuhi ¢. Slobodan Milosevic | menculik tokoh LSM terkenal. seruan PBB. lawan politiknya. d. Tamu negara | menemui e. Kelompok kami |akan meneliti | dampak Tsunami. 3) Kalimat Dasar Tipe S— P — Pel Seperti halnya kalimat tipe S - P — O, kalimat tipe S — P ~ Pel mempunyai P yang memerlukan dua pendamping, yakni S (di sebelah kiri) dan Pel (di sebelah kanan). ETP a Kalimat af 171 S P Pel (46) a. Negara kita | berlandaskan | hukum. b. Keputusan hakim | sesuai | dengan tuntutan jaksa, c. Gamelan | merupakan | ciri kesenian tradisional. d. Adik bungsu saya | merasa | tersisihkan. e. Anak muda cerdas it | menjadi anggota DPR. 4) Kalimat Dasar Tipe S—P—Ket Predikat kalimat bertipe S-P--Ket menghendaki dua Pendamp yang berupa S (di sebelah kiri) dan Ket (di sebelah kanan). Ss iP Ket (47) a. Amien Rais ee di Yogyakarta. . Sayur-mayur | didatangkan | dari Bogor dan sekitarnya, ing os Pp . Anak tetangga saya | mahasiswa | seni rupa. a . Pertengkaran itu | terjadi | tiga malam yang lalu. e. Sahabat karibku | lulus | dengan pujian. 5) Kalimat Dasar Tipe S—P—O — Pel Predikat kalimat tipe S--P- O--Pel menuntut kehadiran tiga pendamping agar konstruksinya menjadi gramatikal. Pendamping yang dimaksud adalah $ (di sebelah kiri), © dan Pel (di sebelah kanan). 172 Komposisi Bahasa Indonesia s P oO Pel (48) a. Mahasiswa mengirimi | jaksa agung | ayam betina. b, » Yuni | membelikan | Adiknya sepeda mini yang bagus. ©. Felicia | menghadiahi | pacarnya | jam tangan Rolex. d. Petani | menanami sawahnya | palawija. e. Direktur itu memerintahkan | bawahannya| bekerja keras. 6) Kalimat Dasar Tipe S—P—O~— Ket Ada tiga pendamping yang diperluken oleh P dalam kalimat yang bertipe S-P-O-Ket, yakni S (di sebelah kiri), O dan Ket {di sebelah kanan). Ss P Oo Ket (49) a. Mereka| memperlakukan saya | dengan sopan. b. Melanie | memasukkan | bungkusan itu| ke dalam mobil. c. Prof. Harun | melatih | dosen di fakultas hukum. d. Pemerintah menaikkan | harga BBM | 1 Juni 2006. e. Aparat kepolisian | merazia | diskotek secara berkala. Dalam berbagai kalimat yang mengisi keenam tipe kalimat dasar pada contoh (44)—(49) kembali terlihat satuan bentuk yang mengisi unsur S, P, O, Pel, dan Ket bukan hanya kata, melainkan juga frasa dan klausa. Untuk membuktikan hal itu, kita ambil satu contoh kalimat dari setiap tipe yang mengandung kata, frasa, dan klausa. Perhatikan tabel 11 berikut ini. Kalimat az bel 11 GEBAGAT PEMBENTUK OR TD : Tass alin a , ese 3 Sa : ee Lee saya sahabat kart (#0 Yang beckacumata sahabat kant saya " = Ket tarmu negara: (45) Tamunesam bers dengan tokoh LSM ttkenal, | Pete Sengan tokah LSM s Pr Ket eu stasan hakinw (46) Kepucugnihabin seul dengao stan Jakea tegen oma pon estengkaran ity terja pertengkaran itu; Pre (ge ten erage tiga malam yang alu (GS) Mahasiswa mengirimi jaksaagung ayambetina mahasiswa; jaksa agungs oe P O° Pel mengirimi | ayambetina Melanie memasukkan bunghuseniti kedalammall | Melanie, | bunghusan ih —_ “et Meoiktan | ke dal mob Kita tentu boleh mengatakan kalimat (44) dibangun dengan lima kata, yaitu (1) yang, (2) berkacamata, (3) sahabat, (4) karib, dan (5) saya, Akan tetapi, berdasarkan konstruksinya akan lebih tepat dikatakan kalimat (44) dibangun dengan satu klausa (yang berkacamata), satu frasa (sahabat karib), dan satu kata (saya). Kalimat (49) boleh dirumuskan sebagai gabungan dari tujuh kata. Namun, tidak salah juga dan malah lebih cocok kalau dikatakan kalimat (49) merupakan gabungan dua kata dan dua frasa (lihat tabel 11). Uraian tadi tentang frasa dan Klausa sebagai pembentuk kalimat, berisi pesan penting kepada para calon penulis: konsep pembentukan kalimat tidak hanya bertumpu pada kata, tetapi juga pada frasa dan Klausa. Kalimat luas yang banyak dipakai dalam karangan ilmiah kerap tampil menyertakan frasa dan klausa sebagai pengisi unsur fungsi sintaksisnya karena frasa dan klausa, terutama yang panjang, mempunyai daya tampung makna yang jauh lebih besar dari kata. 174 Komposisi Bahasa Indonesia 5.4Jenis Kalimat sare caret dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan (a) juml: jausa pembentuknya, (b) bentuk/fungsi isinya, (©) Epes a dan (d) susunan subjek predikatnya (lihat Bagan 2 JENIS KALIMAT [—— kalimat nominal |— kalimat ajektival = i _& sents [tne jumlah klausanya —| t— kal. majemuk setara kalimat majemuk K kal, majemuk bertingkat A kalimat berita (deklaratif) L berdasarkan kalimat tanya (interogatif) \ fungsi isinya kalimat perintah (imperatif) a kalimat seru (ekslamatif) A |¢_ berdasarkan [— kalimat lengkap (kalimat mayor) T kelengkapan ‘— kalimat taklengkap (kalimat minor) unsumya berdasarkan [— kalimat versi susunan subjek predikatnya '—— kalimat inversi Catatan: Kalimat aktif dan pasif tidak muncul dalam bagan ini karena dalam bahasa Indonesia tidak semua kalimat aktif bisa dipasifkan. Walaupun demikian, kedua istilah itu tetap dipakai dalam buku ini Karena kita sudah akrab dengan istilah tersebut. Penulis buku ini berangapan kalimat pasif adalah varian dari kalimat aktif. Sebagai contoh, lihat kalimat (21)—(24) halaman 5.4.1 Jenis Kalimat Berdasarkan Jumlah Klausanya Berdasarkan jumlah klausa pembentuknya, kalimat dapat dibedakan atas dua macam, yaitu (1) kalimat tunggal, (2) kalimat majemuk. Kalimat 175 5.4.1.1 Kalimat Tunggal Kalimat tunggal adalah kalimat yang mempunyai satu klausa, Karena klausanya yang tunggal itulah kalimatnya dinamai kalimat tunggal. Hal itu juga berarti hanya ada satu P di dalam kalimat tunggal. Seperti telah dijelaskan di muka, unsur S dan P adalah penanda klausa yang wajib hadir dalam setiap kalimat. Adapun O, Pel, dan Ket tidak wajib hadir dalam setiap kalimat, termasuk dalam kalimat tunggal. Kehadiran O, Pel, Ket bergantung pada P. Jika P masih perlu dilengkapi, barulah unsur yang melengkapi itu dihadirkan. Berdasarkan jenis kata/frasa pengisi P-nya, kalimat tuggal dapat dipilah menjadi empat macam, Kalimat-kalimat tunggal itu dapat diberi label tambahan susuai dengan jenis kata atau frasa yang mengisi unsur P-nya masing-masing. Contoh berikut ini adalah empat kalimat tunggal yang diberi label nominal, ajektival, verbal, dan numeral, yakni unsur yang menjadi P kalimat (50) — (53). Seluruh unsur P dalam contoh kalimat di bawah ini ditampilkan berupa frasa. Contoh: s P (60) Kami mahasiswa Indonesia. (kalimat nominal) (51) Jawaban anak pintar itu| sangat tepat. (kalimat ajektival) (82) Sapi-sapi | sedang merumput. (kalimat verbal) (53) Mobil orang kaya itu | ada delapan. (kalimat numeral) Kalimat tunggal pada contoh (50)—(53) dapat dilengkapi atau diperluas menambah unsur 0, Pel, dan Ket. Unsur S, O dapat pula diperluas lagi dengan memberinya keterangan. Jadi, kalimat tunggal tidak harus berupa kalimat pendek seperti kalimat (50)—(53). Jika dalam sebuah kalimat jumlah klausanya tidak lagi tunggal alias sudah majemuk, nama kalimatnya pun berubah menjadi kalimat majemuk. 176 Komposisi Bahasa indonesia a | 542 Kalimat Majemuk imat majemuk adalah kalimat yang merupak qua atau Jebih kalimat tunggal. Hal itu berarti dali ] pajemuk terdapat lebih dari satu klausa. Perhatikan contoh di 4) Seorang. mananajer harus mempunyai wawasan yang luas Ss Pl o1 an gabungan am kalimat bawah dan harus menjunjung tinggi etika profesi. P2 o2 (65) Amak-anak_bermain layang-layang di hulanae kampus et hari libur. $1 Pl ol ketika para_dosen, karyawan, dan mahasiswa menikmati hari Hour. $2 P2 Setelah _mencermati kedua contoh itu jelaslah_kalimat majemuk setidaknya mempunyai lebih dari satu P, sedangkan 2 yang sebenarnya ganda, dapat tidak tampak ganda seperti contoh (54), yakni seorang manajer. Contoh (54) disebut kalimat majemuk setara karena mempunyai dua klausa yang setara/sejajar. Penanda yang memisahkan klausa kalimat majemuk setara antara lain konjungsi dan. Contoh (55) disebut kalimat majemuk bertingkat karena Klausa yang kedua merupakan, perluasan dari klausa pertama. Penanda yang memisahkan kedua Klausa kalimat majemuk bertingkat antara lain adalah konjungtor ketika. 5.4.1.2.1 Kalimat Majemuk Setara Kalimat majemuk setara mampunyai ciri (1) terbentuk dari dua atau lebih kalimat tunggal, (2) kedudukan tiap kalimat sederajat. Mengingat kalimat majemuk merupakan gabungan dua kalimat atau lebih, sangatlah tepat dan memang memenuhi syarat jika kalimat- kalimat yang digabung itu disebut dengan istilah klausa. Konjungtor yang menghubungkan klausa kalimat majemuk setara, jumlahnya cukup banyak. Konjungtor itu menunjuk beberapa Kalimat 177 jenis hubungan dan menjalankan beberapa fungsi yang fercantum dalam tabel di bawah ini. Tabel 12 MAT PENGHUBUNG KLAUSA DALAM KALE MAJEMUK SETARA dan, serta, baik, j y jumlahan atau penjumlahan | menyatakan penju nn gabungan kegiatan, keadaan, peristiwa, dan proses menyatakan bahwa Klausa pertama | tetapi, sedanghan, pertentangan bertentangan dengan klausa kedua | bukannya, melainkan menyatakan pilihan di antara dua | pemilihan ke memungkinkan atau, menyatakan kejadian yang periratan en lalu, kemudian Contoh kalimat majemuk setara: (56) a. Erni mengonsep surat itu dan Rini mengetiknya. b. Yusril rajin membaca, baik ketika menjadi mahasiswa, maupun setelah menjadi pegawai. c. Muridnya kaya, tetapi ia sendiri miskin. Peserta seminar sudah berdatangan, sedangkan panitia belum siap menyambut mereka. e. Engkau tinggal di sini, atau ikut dengan saya. f£. Ia memarkir mobilnya di lantai 3, lalu naik lift ke lantai 7. 5.4.1.2.2 Kalimat Majemuk Bertingkat Telah diuraikan dalam butir 5.4.1.2, konstruksi kalimat majemuk 178 Kompostst Bahasa Indonesia \ stingkat berbeda dengan kalimat majemuk setara. Perbedaannya rletak pada derajat klausa pembentuknya yang tidak setara karena ausa kedua merupakan perluasan dari klausa pertama. Karena itu, onjungtor kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan konjungtor alimat majemuk setara. Dalam tabel di bawah ini dapat dilihat »nis hubungan antarklausa dan konjungtor dalam kalimet majemuk yertingkat. Tabel 13 PENGHUBUNG ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT - Penghubung r : 7 i a) waktu sejak, sedari, sewaktu, sementara, seraya, setelah, sambil, sehabis, sebelum, ketika, tatkala, hingga, sampai b) syarat jika(lau), seandainya, andaikata, andaikan, asalkan, kalau, ‘apabila, bilamana,manakala ¢) tujuan agar supaya, untuk, biar d) konsesif walau(pun), meski(pun), sekali(pun), biar(pun), kendati(pun), sungguh(pun) ©) pembandingan _| seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana, daripada, alih-alih, ibarat f) sebab/alasan sebab, karena. g) akibat/hasil sehingga, sampai-sampai, maka h) cara/alat dengan, tanpa i) kemiripan seolah-olah, seakan-akan j) kenyataan padahal, nyatanya k) penjelasan/ bahwa kelengkapan Dikutip dan diringkas dari Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 2003:456-465) ese Kalimat 179 dengan kalimat majemuk setara. Perbedaannya derajat Klausa pembentuknya yang tidak setara karen@ jua merupakan perluasan dari klausa pertama. Karena itu, kalimat majemuk bertingkat berbeda dengan konjungtor majemuk setara. Dalam tabel di bawah ini dapat dilihat pungan antarklausa dan konjungtor dalam kalimat majemuk Tabel 13 PENGHUBUNG ANTARKLAUSA DALAM KALIMAT MAJEMUK BERTINGKAT ra oe Py a) waktu sejak, sedari, sewaktu, sementara, seraya, setelah, sambil, sehabis, sebelum, ketika, tatkala, hingga, sampai jika(lau), seandainya, andaikata, andaikan, asalkan, kalau, ‘apabila, bilamana,manakala b) syarat c) tujuan bes: supaya, untuk, biar d) konsesif | walau(pun), meski(pun), sekali(pun), biar(pun), Kendati(pun), sungguh(pun) seperti, bagaikan, laksana, sebagaimana, daripada, alih-alih, e) pembandingan ibarat {) sebab/alasan sebab, Karena, ) akibat /hasil sehingga, sampai-sampai, maka ‘}h) cara/alat dengan, tanpa i) kemiripan seolah-olah, seakan-akan |i) kenyataan padahal, nyatanya balwa |dan diringkas dari Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, 2003:456-465) Contoh kalimat majemuk bertingkat (67) a. Dia datang ketika kami sedang rapat. a toll |. b, Lalu lintas akan teratur andaikata pemakai jalan berdisiplin tinggi, c. Anda harus bekerja keras agar berhasil. ; . Semangat belajarnya tetap tinggi walaupun usianya sudah lanjut, d. e. Aku memahaminya sebagaimana ia memahamiku. f. Anita menjadi mahasiswa teladan karena tekun, — cerdas, dan sopan. g. Gempa itu sedemikian hebatnya sehingga meruntuhkan jembatan beton. h. Petani berusaha meningkatkan panen dengan menanam bibit unggul. i. Ibunya diam saja seakan-akan tidak mengetahui perbuatan anaknya. j. Temanku bisa mendiskripsikan kota Yogyakarta, padahal dia belum pernah ke sana. k. Saya perlu menjelaskan di sini bahwa saya belum bertemu dengan Pak Bupati. 5.4.2 Jenis Kalimat Berdasarkan Fungsinya Kalimat dapat difungsikan untuk menyampaikan pokok pikiran secara lengkap dan jelas, misalnya memberi tahu, bertanya, menyeru tentang sesuatu. Kata dan frasa —yang tatarannya berada di bawah kalimat— memang dapat mengungkapkan makna, tetapi tidak dapat dipakai menyampaikan pokok pikiran secara lengkap dan jelas, kecuali jika kata dan frasa itu sedang berperan sebagai kalimat. Salah satu contohnya adalah ketika menjawab pertanyaan secara singkat yang dapat berwujud kata dan frasa, namun berperan sebagai kalimat, misalnya (1) Tidak. (2) Tidak tahu. (3) Setuju. Mengingat kalimat dapat difungsikan untuk berbagai maksud, terasa perlu membuat penggolongannya. Berdasarkan kategori 180 Komposisi Bahasa Indonesia Se a ntaksisnye — buku Tata Baku Bahasa Indonesia (2003:378), ahli membedakan kalimat atas empat i imat poe deklaratif), (2) kali pat macam, yaitu (1) kalima pesita (de : Ro imat tanya (interogatif), (3) kalimat perintah anperatif) fan (4) ‘alimat seru (ekslamatif). 5424 Kalimat Berita Kalimat berita (deklaratif) adalah kalimat yang dipakai oleh wutur/penulis untuk memberitakan sesuatu. Variasi kalimat berita persifat pbebas, boleh inversi atau versi, aktif atau pasif, tunggal atau majemuk. Yang terpenting isinya pemberitaan. Pada bahasa lisan mat ini berintonasi menurun dan pada bahasa tulis kalimatnya pertanda baca akhir titik. Contoh: (68) Pembagian beras gratis di kampungku dilakukan kemarin pagi. (59) Perayaan HUT ke-65 RI berlangsung meriah. (60) Tadi siang terjadi tabrakan beruntun di Jalan To! Jagorawi. (61) Diskusi ilmiah kemarin di kampus diwarnai oleh perdebatan seru. (62) Penyuluhan hukum akan dilakukan oleh mahasiswa fakultas hukum bulan depan. 5.4.2.2 Kalimat Tanya Kalimat tanya (interogatif) adalah kalimat yang dipakai oleh penutur/penulis untuk memperoleh informasi atau reaksi berupa jawaban yang diharapkan dari mitra komunikasinya. Pada bahasa lisan kalimat ini berintonasi akhir naik dan pada bahasa tulis kalimatnya diakhiri dengan tanda tanya. Selain hadirnya tanda tanya, dalam kalimat tanya sering pula hadir kata tanya apa(kah), bagaimana, di mana, kapan, siapa, yang mana. Contoh: (63) Apakah barang ini milik Saudara? (64) Kapan kakakmu berangkat ke Australia? 184 Kalimat (65) Siapa tokoh pendiri Perguruan Taman Siswa?, . Kalimat tanya yang, diakhiri, dengan kata belum, bukan, dan tidak, disebut kalimat tanya embelan (Alwi, 2003:360). Contoh kalimat tanya embelan: tities (66) Kakakmu sudah diwisuda, bukan? Blot eth tat (67) Kamu sudah makan, atqu belum? »:(68) PR-mu.dapat kamu kerjakan, atau tidak? .)::; 5.4.2.3 Kalimat Perintah Kalimat perintah (imperatif) dipakai jika penutur ingin menyuruh atau melarang orang berbuat sesuatu. Pada bahasa lisan kalimat perintah berintonasi akhir menurun dan pada bahasa tulis kalimat ini diakhiri dengan tanda seru atau tanda titik. Kalimat perintah dapat dipilah lagi menjadi kalimat perintah halus, kalimat perintah permohonan, kalimat perintah ajakan dan harapan, kalimat perintah larangan, dan kalimat “perintah pembiaran. Inilah contoh berbagai kalimat perintah. -Kalimat perintah halus: (69) Tolonglah bawa sepeda motor ini ke bengkel. (70) Silakan kamu ke belakang sekarang. (71) Keputusan itu kiranya perlu kamu perhatikan. ae Kalimat perintah Jangsung: (72) Pergilah kamu sekarang! (73)' Ayo, cari buku itu sampai dapat! (74), Mari kita bernyanyi bersama-sama! Kalimat perintah larangan langsung: (75) Kamu jangan pergi sekarang! Kalimat perintah larangan halus: sre AY (76) Terima kasih karena Anda tidak: erokok! \ 182 : Komposis! Bahasa Indanesta Kalimat perintah permintaan: (77) Minta perhatian, anak-anak! Kalimat perintahpermintaan/permohonan: (78) Mohon hadiah ini Bapak terima. Kalimat perintah ajakan dan harapan: (79) Ayolah, kita belajar. Kalimat perintah pembiaran: (80) Biarkan(lah) dia di sini sebentar (81) Biarlah dia menemani orang tuanya. 5.4.2.4 Kalimat Seru Kalimat seru (ekslamatif) dipakai oleh penutur untuk mengungkapkan perasaan emosi yang kuat, termasuk kejadian yang tiba-tiba dan memerlukan reaksi spontan. Pada bahasa lisan kalimat ini berintonasi naik dan pada bahasa tulis ditandai dengan tanda sera atau tanda titik pada akhir kalimatnya. Contoh: (82) Aduh, pegangan saya terlepas! (83) Hai, ini dia orang yang kita cari! (84) Wah, pintar benar anak ini! (85) Alangkah besarnya pesawat terbang itu. (86) Bukan main lihainya petinju itu. 5.4.3 Kalimat Tidak Lengkap (Kalimat Minor) Di dalam bahasa tulis, lebih-lebih dalam bahasa lisan, kadang- kadang kalimat ditampilkan dengan unsur yang tidak lengkap. Hal itu terjadi dalam wacana pembicaraan yang konteksnya sudah diketahui oleh para pelaku. Kalimat yang tidak ber-P atau ber-S disebut kalimat Kalimat 183 fidak lengkap atau kalimat minor. Lawannya, yaitu kalimat Yan; lengkap unsumya, disebut kalimat mayor. Perhatikan contoh Kalin minor ini. (87) Mila: Ada siapa di dalam? Maya : Ibu. Mila: Apa ibu sudah tahu rencana kita? Maya :Belum. . Bentuk Ibu dan Belum dalam contoh (87) adalah kependekan, darj bentuk kalimat lengkap Di dalam ada Ibu dan Ibu belum mengetahui rencang kita. Akan tetapi, tanpa diucapkan secara lengkap pun, Mila Sudah memahami maksud Maya melalui kalimat minor yang Maya ucapkan, Kalimat tak lengkap yang lain dapat muncul dalam Petunjuk, slogan, ucapan/ sapaan khas, dan grafiti. Berikut ini contohnya. (88) a. Dilarang masuk. b Awas! c. Angkat tangan! d Selamat jalan. 5.4.4 Ealimat Inversi Kal'mat inversi adalah kalimat yang P-nya mendahului cf sehingga terbentuk pola P—S, Selain merupakan variasi dari polaS—P, | ternyata kalimat inversi dapat memberi penekanan atau ketegasan makna tertentu. Meman; i kata atau frasa yang pertama muncul j dalam tuturan bisa menjadi kata kunci yang mempengaruhi makna. | Simaklah contoh kalimat inversi berikut ini. 184 Komposisi Bahasa Indonesia So P Ss (69) Menangis Pen Karena sedihnya. b. Berlari | adik | mengejar layangan putus. c. Matikan | televisi itu. d. Sepakat | kami | untuk membantu mereka. e. Tidak dikenal | bentuk jamak |dalam bahasa Cagil. f, Ada enam | .syarat kalimat efektif. | Setelah membaca contoh kalimat inversi itu, kesan makna dengan makna yan, timbul akan terasa berbeda jika dibandingkan yang timbul dari kalimat versi (berpola S —P).” Kata-kata dan frasa ada awal kalimat (a) sampai (f) dalam contoh (89) adalah P. Hal itu mengakibatkan kesan pertama yang melekat dalam benak pembaca jidominasi oleh makna P Selanjutnya fokus pethatian utama pembaca tethadap makna akan tertuju pada makna P, bukan pada makna S. 5.5 Kalimat Efektif Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan maksud penutur/penulis secara tepat sehingga maksud itu dapat dipahami oleh pendengar/pembaca secara tepat pula. Efektif dalam hal ini adalah ukuran kalimat yang mampu menjembatani timbulnya pikiran yang sama antara penulis/penutur dan pembaca/pendengar. Kalimat efektif harus dapat mewakili pikiran penulis/pembicara secara pas dan jitu sehingga pendengar/ pembaca memahami pikiran tersebut dengan mudah, jelas, dan lengkap seperti yang dimaksud oleh penulis/pembicaranya. Untuk dapat mencapai keefektifan tersebut, kalimat efektif harus memenuhi paling tidak enam syarat, yaitu adanya/terdapat (1) kesatuan, (2) kepaduan, (3) keparalelan, (4) ketepatan, (5) kehematan, dan (6) kelogisan. 1) Untuk membuktikan hal ini cobalah Anda membaca seluruh kalimat dalam contoh (@9) dengan susunan S - P, lalu bandingkan hasil bacaan Anda dengan susunan P -S. Kalimat 185 ett 1) Kesatuan Sebuah kalimat dikatakan mempunyai kesatuan jika di dalamnya hanya terdapat satu ide pokok. Dengan satu ide itu kalimat boleh Panjang atau pendek, menggabungkan lebih dari satu unsur Pilihan, dapat mempertentangkan unsur pilihan yang satu day yang lainnya asalkan ide atau gagasan kalimatnya satu. Artinya, dalam setiap kalimat hanya ada satu maksud penulis/pembicara, dan maksud itu harus dapat dikenali dan dipahami oleh Pembaca/ pendengar. Contoh kalimat yang tidak jelas kesatuan gagasannya (90) Pembangunan gedung sekolah, pihak yayasan dibantu oleh bank yang memberikan kredit. (terdapat subjek ganda dalam satu kalimat) (1) pembangunan gedung sekolah, (2) pihak yayasan. Dalam pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik, (salah memakai kata depan dalam sehingga gagasan kalimat menjadi rancu) (1) (92) Berdasarkan agenda sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai baru. (tidak jelas siapa pejabat yang memberi pengarahan) Conte! kalimat yang jelas kesatuan gagasannya: (90a) Pitak yayasan dibantu oleh bank yang memberi kredit untuk membangun gedung sekolah baru, (91a) Pembangunan sangat berkaitan dengan stabilitas politik. (92a) Berdasarkan agenda, sekretaris manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai baru. (92b) Berdasarkan agenda sekretaris, manajer personalia akan memberi pengarahan kepada pegawai baru. 2) Kepaduan (Koherensi) Koherensi akan tercipta jika terjadi hubungan padu antara unsur- unsur pembentuk kalimat. Yang termasuk unsur pembentuk kalimat adalah kata, frasa, Klausa, tanda baca, dan fungsi sintaktis (G-P-O-Pel- Ket). Sasa ee rancu) dip (98) Tentang kelangkaan pupuk S-P-O tidak Derkaitan erat) endapat keterangan para petani, (unsur (96) Yang saya sudah sarank, itu proyek. (salah meman, eee merevisi anggaran maka: a) Contoh kalimat yang unsurnya koheren: (93a) Setiap pengemudi mobil harus memiliki lik izi i (94a) Rumah saya baru diperbaiki, NES merger (95a) Para petani mendapat keteran gan tentang kel (96a) Yang sudah saya sarankan ES mao pupil. prot ite kepada mereka adalah merevisi anggaran yb) Saya sudah k (96b) es datos menyarankan kepada mereka untuk merevisi anggaran 3) Keparalelan Kalimat dikatakan mengandung keparalelan atau kesejajaran jika di dalam kalimat terdapat unsur-unsur yang sama derajatnya, sama jenis katanya, sama pola atau susunan kata dan frasanya. Umpamanya dalam sebuah perincian, jika unsur pertama berbentuk verba, unsur kedua dan seterusnya juga harus verba. Jika unsur pertama nomina, unsur berikutnya juga harus nomina. Contoh kesejajaran atau paralelisme yang salah: (97) Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelian buku, membuat katalog, dan buku-buku diberi label. (98) Kakakmu menjadi dosen atau sebagai pengusaha? (99) Demikianlah agar ibu maklum, dan atas perhatiannya saya ucapkan terima kasih. Kalimat 187 . Kok, yaitu peningkatan muty itu diputuskan tiga hal po! ¥ dan pemasaren ‘yang (100) Dalam rapa! yak pemasangatt iklan, produk, memperba lebih gencar. an atau paralelisme yang (97a) Kegiatan di perpustakaan meliputi pembelia Katalog, dan pelabelan buku. ; (98a) Kakakmu menjadi dosen atau menjadi penne (98b) Kakakmu sebagai dosent atau sebagai pengu: ate a (99a) Demikianlah agar Ibu maklum, dan atas Pp u, saya ucapkan terima kasih. (100a) Dalam rapat itu diputu mutu produk, meninggikan menggencarkan pemasaran. benar: Contoh kesejajar n buku, pem buatan skan tiga hal pokok: meningkatkan ferkuensi pemasangan iklan, dan 4) Ketepatan dengan ketepatan adalah kesesuaian/kecocokan yang membentuk kalimat sehingga tercipta smbentukan kalimat, harus Yang dimaksud pemakaian unsur pengertian yang bulat dan pasti. Dalam pe! diakui bainwa kata memegang peranan terpenting. Tanpa kata, kalimat tidak alan ada, Akan tetapi, kita pun harus memilih dengan akurat satu kata, satu frasa, satu idiom, satu tanda baca dari sekian pilihan demi te:ciptanya ketepatan makna. Dalam praktik di lapangan, baik dalam wacana lisan maupun wacana tulis, masih banyak pemakai bahasa yang mengabaikan masalah ketepatan pemakaian unsur-unsur yang membangun kalimat. Akibatnya, kalimat yang dihasilkan pun tidak tinggi kualitasnya. Perhatikan contoh kasus di bawah ini. Contoh penulisan kalimat yang tidak memperhatikan faktor ketepatan: (101) Karyawan teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sehingga petang. (salah memakai kata sehingga) (102) ...bukan saya yang tidak mau, namun dia yang tidak suka, (salah memilih kata namun sebagai pasangan kata bukan) a Kompostsi Bahasa Indonesia 03) (103) Saya memang orangnya pintar. Dia juga bekerja.dengan Manajer dedikasi i we 7 tinggi terhadap perusahaan. Namun demikian, dia... (Salah Makai frasa namun demikian) (104) Masalah kenakalan rem jawab para orang tua, sebagian besar pendud; ‘aja bukanlah semata-mata menjadi tanggung eure polisi atau petugas dinas sosial; sebab 7 UK negeri ini terdiri dari anak-anak, remaja fan poe bawab umur 30 tahun. (salah, karena tidak diberi sehini Ge Polisi dan atau, dan antara remaja dan dan, ngga klasifikasi anggota kelompok yang dirinci masing- masing berkurang satu) Contoh penulisan kalimat yang memperhatikan faktor ketepatan: (101a) = teladan itu memang tekun bekerja dari pagi sampai (102a) ... bukan saya yang tidak mau, melainkan dia yang tidak suka. (103a) Manajer saya memang orangnya pintar. Dia juga bekerja dengan dedikasi tinggi terhadap perusahaan. Walaupun demikian, dia ... (104a) Masalah kenakalan remaja bukanlah semata-mata menjadi tanggung jawab para orang tua, guru, polisi, atau petugas dinas sosial; sebab sebagian besar penduduk negeri ini terdiri dari anak-anak, remaja, dan pemuda di bawah umur 30 tahun. 5) Kehematan . Yang dimaksud dengan kehematan ialah adanya upaya menghindari pemakaian kata yang tidak perlu. Hemat di sini berarti tidak mubazir memakai kata-kata; tidak mengulang subjek; tidak menjamakkan kata yang memang sudah berbentuk jamak. Deng: hemat kata, kalimat akan menjadi padat berisi. —_- : Contoh kalimat yang tidak hemat kata: (105) Saya melihatnya dengan mata kepala saya sendiri mahasiswa itu belajar sepanjang hari dari pagi sampai sore. - (106) Dalam pertemuan yang mana hadir Wakil Gubernur dilakukan suatu perundingan yang membicarakan tentang perparkiran. (107) Karyawan itu dengan segera mengubah rencananya setelah dia eS pee 189 bertemu dengan direkturnya. (108) Agar supaya Anda dapat memperoleh nilai ujian yang baik, Andg harus belajar dengan sungguh-sungguh. Contoh kalimat yang hemat kata: (105a) Saya melihat sendiri mahasiswa itu belajar seharian. (106a Dalam pertemuan yang dihadiri Wakil Gubernur dilakukan perundingan tentang perparkiran. (107a) Karyawan itu segera mengubah rencana setelah bertemu direkturnya. (108a) Agar Anda memperoleh nilai ujian yang baik, belajarlah sungguh. sungguh. (108b) Belajarlah sungguh-sungguh agar Anda memperoleh nilai yang baik. / (108c) ie harus sungguh-sungguh belajar supaya mendapat nilai yang 6) Kelogisan Yang dimaksud dengan kelogisan adalah arti kalimat harus masuk akal/sesuai dengan jalan pikiran manusia pada umumnya, Logis dalam hal ini juga menuntut adanya pola pikir yang sistematis (runtut/teratur dalam penghitungan angka dan penomoran). Sebuah kalima’ yang sudah benar strukturnya, sudah benar pula pemakaian tanda baca, kata, atau frasanya, dapat menjadi salah jika maknanya lemah dari segi logika. Perhatikan contoh kalimat yang lemah dari segi logika berikut ini. (109) Kambing sangat senang bermain hujan. (padahal kambing tergolong binatang anti air) (110) Karena lama tinggal di asrama putra, anaknya semua laki-laki. (tidak ada hubungan tinggal di asrama putra dengan mempunyai anak laki-laki) (111) Tumpukan uang itu terdiri atas pecahan ribuan, ratusan, sepuluh ribuan, lima puluh ribuan, dua puluh ribuan. (tidak runtut dalam merinci) (112) Kepada Bapak Subhan, waktu dan tempat kami persilakan. (waktu 190 Komposisi Bahasa Indonesia (113) Dengan mengucapkan syuns om tepatpada waktunya yukur kepada Tuhan, selesailah makalah ini ah cukupih ue modal” untuk menyelesai-kan & : fb | dan tempat tidak perlu dipersilakan) é capan syukur kepada Tuhan) ; 5,6 Beberapa Kasus Kalimat Tidak Efektif Dalam kehidupan bermasyarakat kadang-kadang kita mendengar * orang-orang di sekitar kita berbicara satu sama lain memakai kalimat ang tidak efektif. Kalau pembicaraan itu berlangsung dalam situasi | yang tidak formal, tentu kualitas kalimat yang dipakai tidak kita salahkan. Akan tetapi, sering terjadi orang menuturkan kalimat | yang tidak efektif dalam situasi yang formal. Bagi orang-orang terpelajar atau yang kesadaran berbahasanya cukup tinggi, mendengar bahasa yang kurang rapi, apalagi tidak rapi, terasa mengganggu. Hal yang sama juga terjadi dalam pemakaian bahasa tulis. Di _ berbagai tempat sering terbaca oleh kita bermacam-macam produk komunikasi tulis yang bahasanya —dalam hal ini kalimatnya— tidak efektif. Keadaan seperti. itu jelas mengganggu kenyamanan berkomunikasi. Dari sekian banyak contoh yang ditemukan ditengah masyarakat, berikut ini ditampilkan enam kalimat tidak efektif untuk mewakili contoh bahasa lisan dan bahasa tulis dalam pemakaian sehari-hari. Perhatikan contoh kalimat yang dimaksud. (114) * Bagi yang menitip sepeda motor harus dikunci. (115) * Bagi dosen yang berhalangan hadir harap diberitahukan ke sekretariat. (116) * Saya melihat kelakukan anak itu bingung. (117) * Mereka mengantar iring-iringan jenazah ke kuburan. (118) * Bebas Parkir. (119) * Tempat Pendaftaran Tinja. Ada tiga macam kesalahan yang dapat dideteksi dan keenam contoh kalimat tidak efektif itu. Pertama, ada kalimat yang dapat dipahami maknanya, tetapi terasa kurang pas dan sepertinya ada Kaltmat 191 termasuk ke dalam golongan inj adalah kalimat (114) dan (115). Kedua, ie aloe dipahami karena mendua (ambigu). Contoh kalima' efektif karena ambigu adalah kalimat (116) dan (117). parah adalah jika terjadi salah nalar. pun seperti kalimat (118) dan secuatu yang mengganjal. Yang, Ketiga, yang paling Akibatnya, kalimat yang dihasilkan ; (119) menjadi salah total. Walaupun makna alimat (118) dan (19) bisa direkayasa untuk dipahami, sebenamya pemahaman itu terjadi karena dipaksakan. Makna yang dipaksakan karena sebenarnya salah, sesungguhnya berada di luar kalimat (118) dan (119). Walau bagaimanapun kedua kalimat yang tidak bernalar itu tetap harus disalahkan. Bagaimana perbaikan keenam kalimat tidak efektif itu? Berikut ini hal tersebut dibahas satu per satu. 5.6.1 Kasus Bagi yang Menitip Sepeda Motor Salah satu kesalahan yang tergolong laten di kalangan pemakai awam adalah pemakaian kata depan bagi dalam kalimat yang bersifat informatif dan instruktif. Salah satu contohnya adalah kalimat yang banyak terpampang di area penitipan sepeda motor: Bagi yang menitip sepeda wotor harus dikunci. Kata bagi sering kali salah pakai karena si pemakai tidak mencermati maknanya. Makna kata bagi sebenarnya setara dengan buat dan untuk. (120) Bagi saya soal itu mudah. (120a) Buat saya soal itu mudah, (121) Bagimu negeri jiwa raga kami. (21a) Untukmu negeri jiua raga kami. Berdasarkan distribusi makna kata bagi tersebut, tiga kalimat di bawah ini sudah jelas salah. (122) * Bagi yang menitip sepeda motor harus dikunci. (123) * Buat yang menitip sepeda motor harus dikunci. (124) * Untuk yang menitip sepeda motor harus dikunci. Komposisi Bahasa Indonesia 7 | gelain kesalahan pemakaian kata bagi, dalam kalimat yang berisi pba kepada orang yang akan menitipkan scpeda motorny@ itu esdapat kesalahan fatal. Apa yang harus dikunci menurut kalimat di 7 Tidak lain adalah yang menitip sepeda motor (orangnya), bukan ja motornya. Tentu saja telah terjadi kekeliruan besat, ? fie yang harus dikunci sepeda motor, kalimatnya harus diperbaiki penjadi dua pilihan berikut. Kata bagi sama sekali tidak diperlukan, jan kalimatnya harus dirombak total. (125) Sepeda motor yang dititip harus dikunci. (126) Kuncilah sepeda motor yang dititip (di sini). 5.6.2 Kasus Bagi Dosen yang Berhalangan Hadir ... Warga kampus yang membaca kalimat (115) pasti memahami maksud penulisnya, yaitu meminta dosen yang berhalangan hadir agar memberitahukan hal keberhalangannya itu kepada petugas - gekretariat. Namun, kalimatnya terasa janggal. Kejanggalan itu lagi- lagi disebabkan oleh adanya kata yang mubazir pada awal kalimat, yaitu bagi. Kata bagi sebenarnya wajib tidak hadir di situ. Kesalahan lain dalam kalimat (115) adalah pemakaian kata kerja pasif diberitahukan dalam predikatnya. Yang seharusnya dipakai adalah kata kerja aktif memberitahukan ager sejajar dengan keterangan subjeknya yang juga memakai kata kerja aktif berhalangan. Kalimat janggal yang seharusnya tidak boleh muncul di kampus-kampus itu dapat diperbaiki menjadi seperti di bawah ini. (127) Dosen yang berhalangan hadir agar memberi tahu sekretariat. (128) Bila dosen berhalangan hadir, harap memberitahukannya kepada sekretariat. 56.3 Kasus Saya Melihat Kelakuan Anak Itu Bingung ... Kalimat (116) Saya melihat kelakuan anak itu bingung terasa ambigu terutama jika dituliskan, sebab yang tersurat dalam kalimat itu bisa Kalimat 193 dua pihak yang bingung; saya atau anak itu. Jika yang dimaksudkay, Saya yang bingung, perbaikannya adalah dua varian di bawah inj, (129) Saya bingung melihat kelakuan anak itu. (130) Bingung saya melihat kelakuan anak itu. Jika yang dimaksudkan si anak yang bingung, perbaikannya adalah dua varian berikut ini. (131) Anak itu saya lihat (sedang) bingung. (132) Saya melihat anak itu (sedang) kebingungan. 5.6.4 Kasus Mereka Mengantar Iring-iringan Jenazah Berdasarkan bunyi kalimat (117) yang tersurat pada butir 5.6, tentu tidak salah jika ditafsirkan ada beberapa orang mengantar iring- iringan (rombongan) jenazah ke kuburan. Apakah benar yang diantar ke kuburan rombongan jenazah? Setelah dikonfirmasikan kepada yang empunya kalimat, ternyata yang dimaksud adalah mereka mengantar pengiring jenazah ke kuburan. Jadi, yang diantar oleh mereka adalah rombongan pengiring jenazah, bukan mengantar iring-iringan jenazah (banyak jenazah). Iyi.g4ringan jenazah memang tidak selalu berarti banyak jenazah yang ttiringan, tetapi dapat juga satu jenazah dengan banyak peng icig. Namun, akibat adanya kata mengantar, kalimat yang tepat Gipakai adalah Mereka mengantar pengiring jenazah. Artinya, mereka mengantar orang yang menjadi pengiring jenazah. Kalau dimaksudkan memberi tahu bahwa mereka mengantar jenazah ke kuburan, bunyi kalimatnya yang betul adalah sebagai berikut. (133) Mereka mengantar jenazah ke kuburan. (134) Mereka mengiringi jenazah ke kuburan. Lihatlah, bagaimana “seriusnya” akibat salah pakai kata iring- iringan yang seharusnya pengiring dalam kalimat (117) itu. Melalui kasus ini kita diingatkan agar teliti dan berhati-hati memilih kata di 194 Komposisi Bahasa Indonesia kalimat karena arti satu kata dapat mempengaruhi arti kalimat gecata keseluruhan. 5.6.5 Kasus Bebas Parkir salah kaprah tentang bebas parkir sudah lama terjadi. Tbarat yakit, kasus ini sudah menahun dan tak kunjung sembuh. Namun, pukan berarti penyakit itu tidak bisa disembuhkan. Obatnya ada, tetapi kemauan pasien untuk sembuh masih kurang. Melalui berbagai media dan pada berbagai kesempatan, sejak lama para penyuluh pahasa yang dapat diibaratkan sebagai dokter tidak bosan-bosannya menjelaskan bentuk bebas parkir itu salah. Mengapa salah? Kalau suatu kawasan dinyatakan bebas buta huruf, bebas becak, bebas narkoba; artinya gi daerah itu tidak ada lagi orang yang buta huruf, tidak boleh ada lagi becak yang beroperasi, tidak ada pemakai narkoba. Demikian juga dengan istilah bebas bea berarti tidak ada bea atau pajak. Tetapi, mengapa bebas parkir diartikan boleh parkir, atau tidak bayar parkir. Hal itu terjadi karena salah nalar alias salah kaprah. Untuk mengungkapkan maksud yang sama, dalam bahasa Inggris dipakai frasa free parking. Free parking itulah yang diterjemahkan secara salah ke dalam bahasa Indonesia menjadi bebas parkir (memakai pola hukum DM, padahal bahasa Inggris memakai pola MD). Jadi, teremahannya yang benar untuk frasa free parking adalah parkir gratis, parkir tidak bayar atau pakir bebas. Karena itu, melalui buku ini penulis mengajak pembaca untuk meninggalkan kebiasaan yang salah dengan cara tidak lagi memakai bentuk yang memang benar- benar salah seperti bebas parkir itu. Pakailah salah satu terjemahan dari tiga pilihan yang benar tersebut. 5.6.6 Kasus Tempat Pendaftaran Tinja Di tepi Jalan Raden Inten, Jakarta Timur (dekat bioskop Buaran), di depan salah satu kantor Pemda DKI, terpasang papan petunjuk bertuliskan Tempat Pendaftaran Tinja. Di ujung tulisan itu ada tanda ee Kalimat 195 panah yang menunjuk ke arah gedung tempat mendafeartan tinja; tempat tinja didaflarkan; tempat tinja mendaftar (?) Penulis yakin, orang yang membaca petunjuk itu tahu bahwa di sana itulah tempat pendaftaran penyedotan tinja dari septic tank yang sudah terisi penuh di rumah-rumah atau di gedung-gedung Namun, permasalahannya bukan sekadar tahu, melainkan bagaimana rasa tahu itu timbul: spontan atau tidak spontan? Menurut penulis, sebelum akhirnya mengerti maksud tulisan pada papan petunjuk itu, orang tertegun dulu sejenak ketika pertama kali membaca tulisan Tempat Pendaftaran Tinja. Mengapa? Kalau petunjuk itu terdapat di sebuah rumah sakit, orang tidak akan tertegun karena di rumah sakit memang biasa tinja didaftarkan untuk diperiksa (tinjanya harus dibawa). Nah, di kantor Pemda DKI yang ini, tinja mesti dibawa apa tidak? Walaupun pada akhirnya orang juga tahu tinja tidak perlu dibawa, pertanyaan tadi pasti sempat muncul dalam benak orang saat pertama kali membaca tulisan pada papan petunjuk itu. Permasalahan itu semua tidak akan timbul jika sejak awalnya tulisan pada papan petunjuk itu berbunyi Tempat Pendaftaran Penyedotan Tinja. ae Komposisi Bahasa Indonesia

You might also like