You are on page 1of 87
BAHAN AJAR PRAKTIKUM PENGUKURAN WARNA Program D IV Disusun oleh: Ida Nuramdhani, S.Si.T., M.Sc Ika Natalia Mauliza, S.ST Editor: M. Widodo, AT., M.Tech., Ph.D SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL Dipindal dengen Camscanner BAB III BABIV BABV DAFTAR ISI (lanjutan) 2.6 Tugas Akhir dan Pertanyaan 2.7 Umpan Balik 2.8 Tindak Lanjut PERCOBAAN C: ANALISA ZAT WARNA YANG TERSERAP PADA BAHAN 3.1 Pendahuluan 3.1.1 Maksuda dan Tujuan Percobaan 3.1.2 Deskripsi Percobaan 3.1.3 Manfaat Percobaan 3.2 Teori Pendekatan 3.3 Tugas Pendahuluan 3.4 Alat dan Bahan 3.5 Cara Kerja 3.5.1 Proses Pencelupan 315.2 Penentuan Konsentrasi Zat Wama yang Terserap pada Bahan 3.6 Tugas Akhir dan Pertanyaan 3.7 Umpan Balik 3.8 Tindak Lanjut PERCOBAAN D: REFLEKTANSI DAN K/S WARNA BAHAN 4.1 Pendahuluan 4.4.1 Maksud dan Tujuan Percobaan 4.1.2 Deskripsi Percobaan 4.1.3 Manfaat Percobaan 4.2 Teori Pendekatan 4.2.1 Modifikasi Cahaya pada Permukaan Bahan Berwarna 4.2.1.4 Refraksi dan Refieksi Cahaya ‘4.2.1.2 Scattering (Penghamburan Cahaya) dan Diffuse Reflection (Pemantulan Terdifusi) 4.2.2 Hukum Kubelka-Munk (Kombinasi Absorpsi dan Scattering Cahaya) 4.2.3 Spektrofotometri Permukaan Bahan Berwarna 4.3 Tugas Pendahuluan 4.4 Alat dan Bahan 4.5 Cara Kerja 4.5.1 Pengukuran Reflektansi dan K/S dengan Spektrofotometer 4.6 Tugas Akhir dan Pertanyaan 4.7 Umpan Balik 4.8 Tindak Lanjut PERCOBAAN E: KOMPOSISI KOMPONEN CAMPURAN PADA BAHAN ZATNARNA 5.1 Pendahuluan 5.1.1 Maksud dan Tujuan Percobaan 5.1.2 Deskripsi Percobaan - 5.1.3 Manfaat Percobaan Dipindal dengan Camscanner 24 24 25 26 26 26 26 27 27 29 29 29 29 30 30 31 31 32 32 32 32 32 32 32 33 35 36 38 40 40 40 40 at 4a a4 42 42 42 iii BAB VI BAB VII BAB VIII DAFTAR ISI (lanjutan) 5.2 Teori Pendekatan 5.3 Tugas Pendahuluan 5.4 Alat dan Bahan 5.5 Cara Kerja 5.5.1 Pencelupan (Pertemuan ke-1) 5.5.2 Pengukuran Wama Hasil Pencelupan (pertemuan ke-2) 5.6 Tugas Akhir dan Pertanyaan 5.7 Umpan Balik 5.8 Tindak Lanjut PERCOBAAN F: SISTEM RUANG WARNA DAN BEDA WARNA 6.1 Pendahuluan 6.1.1 Maksud dan Tujuan Percobaan 6.1.1 Deskripsi Percobaan 6.1.3 Manfaat Percobaan 6.2 Teori Pendekatan 6.2.1 Pengantar 6.2.2 Sistem Ruang Warna CIE 1931 6.23 Sistem Ruang Warna Lab (Hunter Lab 1958 dan CIE Lra*b* 1976) 6.2.4 Sistem Ruang Warna Polar L*C*h 6.2.5 Beda Warna 6.3 Tugas Pendahuluan 6.4 Alat dan Bahan 6.5 Cara Kerja 6.5.1 Pengukuran Warna 6.6 Tugas Akhir dan Pertanyaan 6.7 Umpan Balik 6.8 Tindak Lanjut PERCOBAAN G: PEMBUATAN SEGITIGA WARNA 7.4 Pendahuluan 7.1.1 Maksud dan Tujuan Percobaan 7.1.2 Deskripsi Percobaan 7.1.3 Manfaat Percobaan 7.2 Teori Pendekatan 7.3 Tugas Pendahuluam 7.4 Alat dan Bahan 7.5 Cara Kerja 7.6 Tugas Akhir dan Pertanyaan 7.7 Umpan Balik 7.8 Tindak Lanjut PERCOBAAN H: PENANDINGAN WARNA 8.1 Pendahuluan 8.1.1 Maksud dan Tujuan Percobaan 8.1.2 Deskripsi Percobaan 8.1.3 Manfaat Percobaan Dipindal dengan Camscanner 42 43 44 44 44 44 45 45 46 47 47 47 47 47 48 48 48 50 52 53 56 56 56 56 56 57 57 58 58 58 58 58 58 61 62 62 63 63 63 64 64 64 64 64 DAFTAR ISI (lanjutan) 8.2 Teori Pendekatan 8.3 Tugas Pendahuluan 8.4 Alat dan Bahan 8.5 Cara Kerja 8.6 Tugas Akhir dan Pertanyaan 8,7 Umpan Balik 8.8 Tindak Lanjut DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN 1; LAPORAN PRAKTIKUM. LAMPIRAN 2: ACARA PRAKTIKUM PENGUKURAN WARNA Dipindal dengan Camscanner 65 66 66 67 67 68 68 69 70 73 Tabel 1. Tabel 2. DAFTAR TABEL Evaluasi Keberhasilan Pembelajaran Praktikum Pengukuran Wama ‘Warna Hasil Penyerapan dan Pemantulan Spektra Cahaya Tampak Dipindl dengan Camscanner vi Gambar 1. Gambar 2. Gambar 3, Gambar 4. Gambar 5. Gambar 6. Gambar 7. Gambar 8. Gambar 9. Gambar 10. Gambar 11 Gambar 12. Gambar 13. Gambar 14. Gambar 15. Gambar 16. Gambar 17. Gambar 18. Gambar 19. Gambar 20. Gambar 21 DAFTAR GAMBAR Spoktrum Gahaya Tampak dalam Spektrum Cahaya Golombang Elektromagnotik Poristiwa Terbentuk Wara (kirl) dan Interaksi Gahaya pada Permukaan Berwarna (kanan) Intensitas Cahaya yang Ditransmisikan Perubahan Nilai Transmitansi dan Absorbans! Berdasarkan Perubahan Panjang Lintasan CahayalKetebalan Sel Speetronic 20 ‘Skema Kerja Spektrofotometri Larutan Pencampuran Adit (kr) dan Pencampuran Substrakti (kanan) Refraksi Cahaya pada Lapisan Permukaan Berwarna Pemantulan Terpolarisasi Fresnel pada Antar Muka Udara/Gelas Distribusi Polar Cahaya yang Dipantulkan Sudut Pengamatan untuk Analisa Kilai dan Komponen Berwarna Analisa Kubelka-Munk ‘Skema Umum Kolorimeter Tristimulus Model Skema Alat Spektrofotometer double-beam Sistem Ruang Wama CIE 1934 Sistem Ruang Warna LAB (CIE 1976) Diagram Ruang Warna Polar L*C*h Contoh Susunan Piramida Wama (Segitiga Warna) Piramida Waa Tiga Dimensi Gambar Skema Template Segitiga Warna ‘Skema Proses Penandingan Warna Dipindal dengan Camscanner 410 14 1 13 14 20 33, 34 35 36 7 38 39 49 51 52 59 60 61 65 vii TINJAUAN MATA KULIAH 4. DESKRIPSI Pengukuran Warna merupakan mata kuliah kurikulum institusional yang dikategorikan ke dalam kelompok Mata Kuliah Keahlian Berkarya (MKB) dan dilaksanakan pada semester 4 (empat) Program Studi Kimia Tekstil i Sekolah Tinggi Teknologi Tekst, Untuk mengikuti Praktikum Pengukuran Warna, mahasiswa harus telah melaksanakan Praktikum Kimia Umum dan Kimia Analisa serta parale! dengan mata kuliah teori Pengukuran Warna, Mata kuliah ini juga mmemilki Keterkaitan dengan mata kuliah lain, yaitu teori Pengukuran Warna, Teknologi Pencelupan, Kimia Zat Warna. Mata kuliah Pengukuran Warna memiliki bobot total 2 (dua) SKS, yang disampaikan dalam bentuk kuliah teori dan praktikum, masing-masing sebesar 1 (satu) SKS. Modulibahan ajar praktikum ini merupakan edisi revisi dari pedoman praktikum yang sudah digunakan sebelumnya berjudul “Teor! dan Aplikasi Penandingan Warna dengan Spektrofotometer’ yang disusun oleh Nono Chariono, S.Teks., Mi. dan diterbitkan oleh STTT pada tahun 1986, serta telah direvisi dengan judul baru “Pedoman Praktikum Pengukuran Wama’” Beberapa perubahan atau perbaikan dari edisi sebelumnya yang menjadi fokus pada penyusunan bahan ajar edisi revisi ini adalah 4, Penyesuaian teknik pengukuran wama yang aplikasinya di lapangan sudah tidak terlalu relevan, seperti teknik-teknik perhitungan beda warna secara konvensional yang saat ini sudah hampir tidak digunakan lagi karena sudah dapat dikerjakan dengan bantuan piranti lunakpiranti_lunak. Namun demikian, dasar-dasar teknik perhitungan tetap dicantumkan pada bagian teori pendekatan sebagai pengetahuan konseptual yang memang harus tetap dikuasai. Penambahan materi tentang teknik pengoperasian alat pengukuran warna dengan menggunakan piranti lunak (Computer Colour Matching) yang belum tercakup pada bahan ajar sebelumnya, terutama untuk alat spektrofotometer "Minolta CM 3600d" dengan piranti lunak “Spectra Magic” dan instrumen “Premiere Colourscan SS6200" beserta piranti lunak-nya, Dipindal dengan Camscanner 3. Penambahan materi pengerjaan penandingan warna (colour matching), yang juga belum tercakup pada bahan ajar sebelumnya. Materi ini ditambahkan untuk memberikan pengalaman kepada mahasiswa tentang kegiatan penandingan warna secara nyata, sehingga keterampilannya dapat lebih terasah, 2. KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN Secara umum, kompetensi yang diharapkan setelah mengikuti mata kuliah Pengukuran Warna adalah: 1, Memiliki keterampilan melaksanakan penandingan warna dan pengendalian warna dengan penuh tanggung jawab. 2. Memiliki kemampuan penguasaan pengetahuan tentang warna, alat ukur, metode, hukum-hukum yang berkaitan dengan pengukuran warna, sistem ruang warna, dan penilaian waa, sehingga mampu memecahkan masalah yang dihadapi Kompetensi yang bersifat penguasaan pengetahuan diperoleh melalui kuliah teori. Melalui praktikum, mahasiswa diharapkan memperoleh kompetensi yang lebih bersifat keahlian atau keterampilan (skill. Dengan demikian, materi pada modul praktikum ini lebih difokuskan pada kemampuan: 1. Menerapkan pengetahuan atau teori-teori yang diperoleh dari kuliah teori melalui kegiatan praktek. 2. Mengoperasikan alat-alat pengukuran warna sistem analog (seperti Spectronic 20) dan terutama sistem digital dengan komputer. 3. Menganalisa hasil pengukuran warna. 4, Melakukan kegiatan penandingan warna (colour matching). 3. PETUNJUK PENGGUNAAN BAHAN AJAR ModuVbahan ajar ini dirancang sedemikian rupa agar dapat menjadi penuntun pelaksanaan praktikum mahasiswa secara _manditi, meskipun pada Pelaksanaannya kegiatan praktikum selalu dilaksanakan di : bawah bimbingan dosen dan asisten. Modul’bahan ajar terdiri atas delapan bab. Pada dasamya satu bab dirancang untuk satu kali pertemuan. Namun demikian, ada beberapa bab yang perlu Dipindal dengan Camscanner dikerjakan lebih dari satu pertemuan, diantaranya: Bab Ill dan V yang mungkin perlu diselesaikan dalam dua pertemuan, serta Bab Vil dan Vill yang memang diraneang masing-masing untuk tiga dan dua kali pertemuan. Dengan demikian, total pertemuan reguler dalam salu semester sebanyak 13 kali pertemuan ditambah satu kali ujian (14 kali total pertemuan). Qua pertemuan disediakan untuk praktikum susulan atau praktikum perbaikan, sehingga total kegiatan praktikum dilaksanakan sebanyak 16 kali pertemuan. Setiap bab dilengkapi dengan sub-bab teori pendekatan yang berisi uraian teort yang relevan dengan bab yang sedang dipelajari. Bagian ini disajikan sebagai jembatan dalam memahami aspek teoriis yang berkaitan dengan kegiatan praktikum yang sedang dilaksanakan, sehingga teori diuraikan secare lebih bersifatteknis. Tiap bab juga dilengkapi dengan tugas pendahuluan, tugas akhir, daftar pertanyaan, petunjuk tes, umpan balik, dan tindak lanjut, Dengan mengikuti semua urutan kegiatan dalam modul ini, mahasiswa dapat mengerjakan keglatan sekaligus-mengukur keberhasilannya dalam melaksanakan kegiatan praktikum secara mandir. 4, KONTRAK KULIAH Kontrak kuliah dapat dimaknai sebagai kesepakatan atau aturan yang dibangun antara dosen, asisten dan mahasiswa dalam sistem pembelajaran orang dewasa. Poin-poin yang harus disepakati ini akan menjadi panduan bagi semua pihak untuk melaksanakan proses pembelajaran secara tertib, teratur, dan disiplin, serta saling menghargai. Buti-butir kesepakatan dalam kontrak belajar masih dapat ditinjau kembali selama tercapai kesepakatan antara dosen, asisten, dan mahasiswa. Poin-poin kesepakatan dalam kontrak belajar 1. Tata tertib praktikum - Hadir tepat waktu, dengan membawa kartu praktikum = Mengikuti seluruh kegiatan praktikum dan ujian, dengan persentase kehadiran praktikum 100%, Praktikum dilaksanakan secara berkelompok, dengan jumlah anggota kelompok maksimal sebanyak 5 (lima) orang, Memenuhi kriteria pelaksanaan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) di Laboratorium Kimia Fisika Tekstil. Dipindal dengan Camscanner = Mengisi dan menandatangan| formulir peminjaman alat, serta memenuht semua ketentuan peminjaman alat praktikum yang ditetapkan di Laboratorium Kimia Fisika Tekstil. ~ Mengisi jurnal praktikum (/ab. book) untuk setiap pertemuan = Menyusun dan mengumpulkan laporan praktikum sesuai ketentuan (format laporan dapat dilihat pada Lampiran 1) - Melaksanakan piket sesuai jadwal atau ketentuan. . Kriteria pelaksanakan K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) untuk Praktikum Pengukuran Warna di Laboratorium Kimia Fisika Tekstil = Menggunakan alat pelindung diri yang sesuai: memakai jas lab yang tepat, sepatu kerja tertutup, sarung tangan lab, dan kaca mata pelindung = Pekerjaan basah dan kering (menggunakan instrumen) dilakukan di area yang telah ditentukan. = Tidak makan, minum, merokok di dalam laboratorium - Melampirkan dokumen MSDS semua zat kimia yang digunakan dalam buku jurnal (lab book). = Selalu menjaga area bekerja tetap bersih Penilaian Nilai akhir ditentukan oleh tiga unsur unsur utama dengan komposisi sebagai berikut: = Kegiatan praktek*) 30% (ketertiban, kedisipinan, dan penerapan K3) = Laporan : 35% (berdasarkan komponen yang dinilai) = Ujian : 35% (praktek dan tertulis atau lisan) *) Hasil penilaian self-assessment dan skor pada penilaian “umpan balik” (lihat uraian spesifik pada setiap percobaan) akan diperhitungkan dalam nitai akhir 5, PERANAN MATA KULIAH DI LAPANGAN KERJA Pengukuran dan penandingan warna termasuk tahapan primer dalam kegiatan proses produksi pencelupan, pencapan, maupun penyempurnaan teksti. Karena itu, kompetensi di bidang pengukuran warna memiliki peranan yang signifikan dan utama dalam melaksanakan pekerjaan di bidang kimia tekstil. Beberapa posisi pekerjaan yang melibatkan kemampuan pengukuran warna antara lain: 1, Bagian laboratorium dyeing-finishing (colour matching) dan/atau departemen produksi di industri kimia tekstil. Dipindal dengan Camscanner 2. Bagien quelty conto! dan‘atau PPC (Production Planning ont Contra) pada Indust pencelupan dan pencanan 3. Bagian produks! darvatau qualty contro! pada indust manufaktur pemeuatan zatwama dan zat pembantu teksti, 4, Bagian Isboratorium pengujian, laboratorium forensik, an industri makanan. 6. TUJUAN PEMBELAJARAN Tujuan pembelajaren praktkum Pengukuran Warna adalah membekali mahasiswa dengan pengetahuan dan keterampian meiakukan pengukuran dan penandingan wama, sehingga dapat dterapkan secara nyata dalam kegiatan yang releven. 7. CEK KEMAMPUAN Keberhasian dalam proses pembelajaran praktkum Pengukuren Wama seca' umum dapat dievaluasi secare maniti (settassessment) melalui daftar cok kemampuan sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 1. ‘abel 1, Evaluasi Keberhasiien Pembelajaren Prekthum Pengukuren Wama vee Isteh kotor hecd pada setap Kelompok Komponen Kemarrguan (K'SIA) dengan angha sesuai dengan Arter scbagal berit 1 = karang: 2+ cots: Gan S=BSK Kemampuan dan Kriteria penilsian mandir I Roan Kewrampilan 1 (S~skil) | j Kriteria [Naat | ] Nila | [PERCOBAANA [Mem pengesstusn |_| ampu Welaksanakan semua \utuh tentang teknik mengoperasikan_ tahap Percobaan A penguauren wera spektrofotometer dengan tertb, disipin, elem lenutan zat warna “spectronic 20" untuk dan memenuhi kriteria smengukur wama pada 8 \ lanan zat waa, Wemanam Kersep hampu menentukan hutum Lambert Seer konsentrasilarutan 2at Gengan bak ‘wama yang tidak gietahui [PERCOBAANE | Mengenal tekrin-leink Tarp menentan encampuran wera ompocsl Canard Teinanae sora 1 teotse ponertian acon dengan ter, isipin, | komposisi zat wama ik ‘memenuhi kriteria ‘campuran secara rmatematis dengan menggunakan ‘spektrofotometer sebagai alat bantu PERCOBAAN C emis Ment pengeteteis Mampu menentukan [ifelaksanakensemua_T 5 Dipindl dengen Camscanner om Kemampuan dan Kaitorla ponialan mandin Fongetaruan Taioamplon [aa {K - knowledge) (S-skil)_| = Kriteria Nilai Kriteria Nila ao} sg tekn 3 7 | [Tahiap Percobaan * Tentang teknik anal onsentrasi zat waina ai. ppengukuran zat warna yang terserap pada . ‘yang terserap pada Dahan, dan mement! bahan menggunakan 13 metode | spektrofotomet -—| Menguasaiteknik ‘ampu menentukan ppengukuran larutan zat intensitas zat warna ‘warna, larutan sis yang terserop pada pencelupan dan larutan bahan, sebelum dan sisa pencucian setelah pencucian. menggunakan metode spektrofotomett 1 PERCOBAAN D ‘Memiliki pengetahuan Mampu Telaksanakan semua teknk pengukuran mengoperasikan tahap Percobaan warna pada bahan spektrofotometer dengan tert, dsipin, teksti (media opaque) Minolta C6006" ddan memenuhi kiteria ‘yang berwarna dengan pant lurk K3 Trenggunakan metode "spectra Magic” , spektrofotometri secara danlatau “Premier Komputerisasi. Colourscan SS 6200" ‘untuk mengukur wamna pada larutan zat warna Memahami konsep ‘ampu menentukan hukum Kubelka = Munk onsentrasi zat warna pada bahan yang tidak iketahui BERCOBAAN E ‘Memiiki pengetahuan ‘tampa menentukan Welaksanakan semua werorpenandingan |, | Komposisizat wama tahap Percobaan A Geenamenggunekan |" | pada bahan yang telah dengan teri, disipin, rmetode spektrofotomett ‘icolup dengan zat dan memenui kriteria Memilki pengetanuan ‘wama campuran K3 menentukan konsentrasi zatwarna campuran pada bahan enggunakan metode Sspektrofotomet yang terkomputersasi dengan bantuan pirant | tunak, PERCOBAAN F emilki pengelahuan Mampu menganalca Me vergapargrasa | Waiaasian sams sistem rvang warna dan mampu menghitung eee teknik menentukan beda beda warnapada lengan tertib, cisiplin, ana ae ddan memenuhi kriteria Menge eo Mampa s analisa karakterstk rmangoperasikan waa dan beds wana instrumen pengukuran Imenggnotan meta oe yanakan metode wiickeal) spektiootomet eeseciarenameees PERCOBAAN G Mengetahui teknik Wa pembuatan seg tiga let geerese Welaksanakan seus | Wwarna atau katalog mangat Sere"? tahap Percobaan A wama secara manual dengan tet, ask ddan memenuhi kites 6 Dipindl dengan Camscanner oe __ Kemampuan dan Kriteria penilaian mandi Dipindal dengan Camscanner Pongetahuan Keterampilan Perilaku (K-knowledge) (S- shill) (a-attitude) riteria ila Rriteria Nila Reriteria Wemanarni Fonsep ‘ampu menghitung % pencampuran waa, Komposisi zal warna pettitungan komposis ‘dasor pada proses dan validias data yong peneampuran warna diperoleh secara ‘untuk membuat data manual bose wama yang vali secara manual PERCOBAAN HL “Menguasai teknik ‘Mampu melakukan Melaksanakan semua penandingan warna penandingan warna tahap Percobaan menggunakan data secara manual dengan tertit iptin, base warna yang telah meupun dengan an memenuhi kiteria disusun baik secara menggunakan K3 ‘manual maupun dengan Spettrofotometer. rmenggurakan Spektrofotometer Memiiki pengalaman ‘Wampu menganalee dan ketorampian dalam hasil penandingan melakukan penandingan waa yang telah wana Giikukan dan ‘Mem Kemamuan meniabarkannya dalam mengaralisahasi fencana dan proses penandingan warna dan pencelupan mmenjabarkannya dalam Tencana dan proses pencelupan 7 BABI PERCOBAAN A: TRANSMITANS! DAN ABSORBANS! LARUTAN ZAT WARNA 1.4 Pendahuluan 4.4.4 Maksud dan Tujuan Percobaan Maksud Percobaan A adalah melakukan pengukuran spektrofotometri terhadap larutan zat warna tunggal, dengan tujuan-tujuan spesifik sebagai berikut 4. Menentukan hubungan antara transmitansi dengan panjang gelombang suatu zat warna dalam larutan tunggal 2 Menentukan hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang sual zat warna dalam larutan tunggal. 3, Menentukan persamaan regresi dan membuat kurva kalibarasi zat warna dalam larutan tunggal. 4. Menentukan konsentrasi larutan zat warna yang tidak diketahui dengan menggunakan persamaan regresi sebagai dasar perhitungan. 4.4.2. Deskripsi Percobaan Pada Percobaan A, mahasiswa dikenalkan dengan teknik pengukuran dan analisa warna untuk larutan zat warna tunggal menggunakan spektrofotometer konvensional dengan sistem analog dan sistem digital terkomputerisasi Keduanya dikenalkan secara bersamaan untuk memberikan spektrum pengalaman yang lebih lengkap kepada mahasiswa. Namun demikian, pengukuran dengan menggunakan alat Konvensional lebih diutamakan untuk memberikan pengalaman dan pemahaman konseptual yang lebih tepat mengenai prinsip-prinsip dan teknik pengukuran warna larutan, 4.1.3. Manfaat Percobaan Keterampilan mengoperasikan alat spektrofotometer “Spectronic 20° dan mengolah serta menganalisa data hasil pengukurannya dapat bermanfaat untuk menentukan karakter warna suatu zat warna, terutama panjang gelombang maksimum dan konsentrasi larutan. Analisa tentang panjang gelombang dan konsentrasi zat warna dapat dimanfaatkan untuk tahap awal proses penandingan ie Disamping itu, penguasaan terhadap hukum Lambert-Beer dapat pula dimanfaatkan untuk menentukan koefisien absorptifitas zat waa yang akan Dipindal dengan Camscanner bermanfaat dalam menentukan ukuran partikel dan adanya agregasi zat warn, serta sifat-sifat kimia-fisika lainnya. 4.2 Teori Pendekatan 1.2.1 Konsep Warna Wama, dalam terminologi sains berarti radiasi cahaya ‘elektromagnetik.' Warna lebih merupakan fenomena psikologis akibat dari stimulasi visual cahaya pada panjang gelombang tertentu (Gambar 1) terhadap retina mata yang kemudian diinterpretasi di dalam otak manusia nev ae 500 nm 2000 700.00 trum Cahaya Tampak dalam Spektrum Cahaya Gelombang E Elektromagnetik Lspectrum-tahting) il dari terlinat berwama pada saat terjadi penyerapan sebagian cahaya tampak secara selektif, dan memantulkan atau jan lainnya.? Warna-warna hasil penyerapan dan pemantulan dapat dilihat pada Tabel 2. 1n dan Pemantulan Spektra Cahaya Tampak* ; Warna Cahaya yang Dipantulkan yang Diserap dan Tampak oleh Mata (Warna Komplementer) Kuning Kehijauan Kuning Oranye Merah Magenta Biru Biru Kehjauan ( Bin-hjau Dipindal dengan Camscanner 4.2.2 Penyerapan Cahaya Berdasarkan Hukum Lambert-Beer Secara umum, peristiwa modifikasi cahaya oleh obyek terjadi melalui dua sera pemantulan dan/atau penghamburan | mata dan peristiwa, yaitu penyerapan/absorpsi, (scattering). Sejumlah cahaya yang dipantulkan akan menstimulas| diinterpretasi sebagai wana (Gambar 2) ; Onan \ secon yt ‘re. purple AX is 68 aN vane S, N it 8 SY Green aboobed Ty eace Gambar 2. Peristiwa Terbentuknya Wana (kin) dan interaksi Cahaya pada Permukaan Berwarna (kanan) Ri {Gambar diambil dar: Roy S. Sinclair, hal. 2, 1997) Adanya perisitwa penghamburan cahaya dalam pengukuran warna dapat menurunkan akurasi data, terlebin untuk partikel berukuran Kurang dari 0,2 4m. Oleh karena itu, pengukuran warna partikel berukuran mikro atau lebih kecil lagi lebih efektit dilakukan dalam bentuk larutan, sehingga objek berwarna akan memodifikasi cahaya hanya melalui absorpsi, tanpa penghamburan (scattering), karena sisa penyerapan cahaya ditransmisikan seluruhnya. Transmisi cahaya monokromatik yang dilalukan pada suatu larutan atau dispersi partikel warna yang sangat kecil didasarkan pada dua teori/hukum,° yaitu: (a) Hukum Lambert atau Bouguer yang menyebutkan bahwa lapisan partikel sejenis yang memiliki ketebalan sama akan mentransmisikan radiasi cahaya monokromatik dalam jumlah yang sama, berapapun intensitasnya. (b) Hukum Beer yang menyebutkan bahwa jumlah cahaya yang diserap setara jumlah molekul yang diserap sepanjang lintasan cahaya. Bila panjang lintasan dapat ditentukan, maka penurunan jumlah cahaya yang ditransmisikan setara dengan penurunan konsentrasi zat warna yang terlarut, 10 Dipindal dengan Camscanner Bila kedua hukum tersebut digabungkan, maka diketahui bahwa jika sinar i larutan berwama, maka intensitas cahaya yang monokromatis melalui sel beri in oleh Gambar 3. ditransmisikan akan berkurang (I> 1), sebagaimana ditunjukka - , Gambar 3. Intensitas Cahaya yang Ditransmisikan ransmisikan (I) dengan intensitas Perbandingan antara intensitas cahaya yang dit dengan nilai T awalnya (le) dengan panjang lintasan tertentu dinyatakan * Logaritma dari (1/1) diketahui sebagai nilal menjelaskan bahwa dengan maka nilai absorbansi (transmitansi), dimana T=H/lo. absorbansi, Hukum Lambert-Beer dapat bertambahnya panjang lintasan atau ketebalan sel, meningkat secara linier, sementara intensitas cahaya akan menurun secara ‘eksponensial, sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 4.° transmitansi °° Absorbansi % ° 02 cs 08 08 Te Panjang lintasan cahaya/ketebalan sel (em) Gambar 4.Perubahan Nilai Transmitansi dan Ab: i sorbansi Ber Panjang Lintasan CahayalKetebalan Sek tan Perubanan Hubungan antara transmitansi dan absorbansi dengan ketebalan_ sel sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 4 menunjukkan bahwa dengan ketebalan sel tetap ()), maka terdapat hubungan linier antara absorbansi (A) dengan konentrasi (C), yang dinyatakan dalam gabungan hokum Lambert-Beer ‘evan ai A= log (1/T) = £.C.1_ dimana e adalah koefisien absorptifitas molar ee dinyatakan dalam mol/iter.° Jika C dinyatakan sebagai gram/liter, maka A= C.l, 1 Dipindal engen Camscanner =a.M it dan absorptivitas. Bila M= berat molekul zat terlarut, maka © k molekul atau ion yang terlaru idak bergantung pada dimana dimana e merupakan nilai spesifik untul menyerap cahaya pada panjang gelombang tertentu dan f konsnetrasi dan panjang lintasan cahaya. Hubungan antara A dan C pada | konstan ternyata tidak selalu linier, sehingg@ diketahui adanya kemungkinan penyimpangan hukum Lambert-Beer, baik dalam bentuk penyimpangan nyata yang berkaitan dengan keterbatasan penggunaan hukum Lamber-Beer ataupun penyimpangan semu yang disebabkan oleh perubahan kimia yang bethubungan dengan perubahan konsentrasi atau penyimpangan alat. Diantara keterbatasan hukum Lambert-Beer adalah aplikasinya yang hanya cocok untuk larutan encer, agar diperoleh ketidaktergantungan antara koefisien 5 Sebaliknya,dalam larutan dengan pada indeks refraksi absorptifitas dengan konsentrasi_larutan. konsentrasi tinggi, © akan berubah-ubah bergantung larutan, Oleh Karena itu, pengukuran dengan menggunak Uvivis atau Vis harus dilakukan pada rentang nilai aman berdasarkan hukum an spektrofotometer Lambert-Beer. Di bawah kondisi terbaik, Keteltian prosedur fotometri dibatasi oleh nilal absorbansi rendah dan tinggi. Pada nilai absorbansi rendah, intensitas sinar yang datang dan yang ditransmisikan hampir sama, sehingga menghasikan kesalahan fotometri yang relalif besar. Sebaliknya, pada nilai absorbansi tinggi, energi cahaya yang ditransmisikan sangat kecil sehingga tidak dapat diukur 16,8%. Ketelitian dapat dengan teliti. Kesalahan relatif terkecil yaitu pada nilai diperoleh pada rentang 15% dilewatkan pada sebuah monokromator. Monokromator menggunakan diffraction grating, sebuah komponen optik yang dapat memisahkan sinar pada panjang gelombang yang berbeda. Masing-masing sinar pada setiap panjang gelombang akan dipancarkan melalui aperture, sebelum kemudian diserap oleh contoh tarutan berwama. Selanjutnya, intensitas dan jumlah cahaya yang terserap dapat diukur melalui detektor, 13 Dipindl dengan Camscanner Data yang diperoleh dari pengukuran larutan zat warna dapat diinterpretas! secara kuantitati, misalnya untuk menentukan konsentrasi larutan (berapa banyak material terlarut dalam larutan) melalui pendekatan hukum Lambert-Beer Perbedaan panjang golombang yang terserap dapat menjadi informasi untuk ‘mengidentifikasi karakter warna material yang diukur. light source diffraction grating aperture detector © 2001 B.M. Tisax| Gambar 6. Skema Kerja Spektrofotometri Larutan (Sumber gambar: http:/Avww.files.chem.vt.edulchem-ed/speciuv-vis/singlebeam. html) Spektrofotometer_mengukur intensitas sinar sebelum dan setelah melewati sampel, lalu membandingkan keduanya. Dengan Spectronic 20, penentuan panjang gelombang dan kalibrasi instrumen pada panjang gelombang tersebut merupakan tahap penting sebelum melakukan pengukuran. Dalam menggunakan cuvette, perlu diperhatikan faktor-faktor penting seperti cara membersinkan dan memegangnya agar hasil pengukuran dapat lebih akurat. Larutan kalibrasi juga harus diperhatikan dengan memperhatikan material yang diukur dan material lain yang terdapat pada larutan, 1.3 Tugas Pendahuluan Lakukan studi pendahuluan dan penyusunan risalah sebagai berikut sebelum melakukan Percobaan A secara in 1. Buat resume singkat tentang bagaimana tiga unsur pembentuk warna distandarkan. 2. Tuliskan tahapan prosedur praktikum dalam buku jurnal 14 Dipindal dengan Camscanner 4.4 Alat dan Bahan - Zatwarna - Airdestilasi = Spektrofotometer “Spectronic 20° = Tabung cuvette = Labu ukur 100 mL. = Gelas piala 100 mL - Corong gelas = Pipet gelas 10 mL - Pengaduk = Labu semprot = Timbangan analitis 4.5 Cara Kerja 4.5.1 Persiapan Larutan Induk dan Larutan Contoh +. Buat larutan induk dengan konsentrasi 1 g/L. 2. Dengan sistem pengenceran, buat larutan dengan beberapa konsentrasi berbeda, dan lakukan pengukuran awal menggunakan Spectronic 20 untuk menentukan rentang Konsentrasi dengan hasil pengukuran paling baik’teliti (untuk menghindari terjadinya penyimpangan hukum Lambert-Beer). 4.5.2 Penentuan Transmitansi dan Absorbansi Larutan Zat Warna 4. Baca terlebih dahulu tata cara mengoperasikan Spectronic 20, kalibrasi, dan persiapan cuvette sebelum melaksanakan percobaan. 2. Ukur rilai % transmitansi larutan zat warna yang sudah dipersiapkan pada setiap panjang gelombang (400-700 nm). 3. Konversikan nilai %T ke nila absorbansi (A), dengan menggunakan alat atau dengan perhitungan sebagai berikut: A= 2~—log %T 4, Buat grafik hubungan antara %T vs. panjang gelombang dan A vs. panjang gelombang. ae 5. Tentukan panjang gelombang maksimum, minimum, dan antara dari zat warna yang diukur. Dipindal dengen Camscanner 1.5.3 Penentuan Kurva Kalibrasi Larutan Zat Warna 1. Siapkan contoh larutan zat warna pada lima konsentrasi berbeda dengan rentang konsentrasi yang sama 2. Ukur nilai absorbansi kelima larutan tersebut pada panjang gelombang maksimumnya, 3. Buat grafik A vs. konsentrasi pada panjang gelombang maksimum tersebut. 4. Lakukan analisa regresi (tentukan persamaan regresi y=axtb, dimana y= nilai absorbansi, x= konsentrasi) dengan menggunakan Microsoft Excel, atau dihitung manual sebagai berikut: n(E xy(Fx)E y) n (Ex?}(Ex)* _ ENExX)- ENED) n (Ex? Ex)? banyaknya larutan contoh (lima konsentrasi,n = 5) b n 4.5.4 Penentuan Konsentrasi Larutan Zat Warna yang Belum Diketahui 1. Buat satu konsentrasi larutan zat warna. 2. Dengan asumsi bahwa konsentrasi larutan tersebut belum diketahui, ukur nilai absorbansi larutan tersebut. 3. Tentukan konsentrasi larutan tersebut dengan menggunakan persamaan regresi yang sudah diperoleh dari percobaan 1.5.3. 1.5.5 Pengoperasian Spectronic 20 41. Periksa voltage stabilizer dan Spectronic 20. 2. Panaskan alat selama 15 menit. 2. Kalibrasi alat dengan menggunakan air suling (distilled water), tepat pada nilai 0 %T dan 100%T. Lakukan kalibrasi ini pada setiap perubahan panjang gelombang. 4, Ukur nilai %T atau A tarutan zat warna Catatan: Cara membersihkan Cuvotte 1. Jangan pernah menggunakan sikat untuk membersihkan cuvette. 2, Bilas cuvette dengan air selama beberapa menit. 16 Dipindal dengan Camscanner 3, Masukkan kurang lebih 1 mL larutan contoh yang akan diukur. Bolak-balik cuvette, sehingga terjadi kontak antara permukaan dalam cuvette dengan larutan zat warna, Lakukan sebanyak dua kali. 4, Masukkan larutan yang akan diukur sebanyak % penuh tabung cuvette. 5. Bersihkan permukaan Ivar cuvette dengan tissue khusus (misalnya chemwvipe) untuk membersihkannya dari kelembaban jari tangan atau kotoran lainnya. 6. Sebaiknya, cuvette dipegang pada bagian pinggir, sehingga badan cuvette tidak mengalami kontaminasi 4.6 Tugas Akhir dan Pertanyaan Tus semua hasil yang telah dikerjakan beserta tugasnya pada buku jurnal perorangan, lalu jawab pertanyaan berikut: 4. Uraikan penyimpangan-penyimpangan data yang terjadi, dan terangkan penyebabnya. Kaitkan pula dengan kemungkinan adanya penyimpangan hukum Lambert-Beer. 2. Jelaskan karakter warna dan dugaan mengenai ukuran partikel zat wana yang Anda gunakan. Bandingkan dengan informasi valid tentang zat ware yang Anda gunakan, seperti nama, struktur kimia, dan berat molekul zat warna tersebut. 4.7 Umpan Balik Ukur keberhasilan Anda dalam melaksanakan Percobaan A dengan cara mengisi tabel Cek Kemampuan untuk Percobaan A, penilaian jurnal, dan jawaban atas pertanyaan di bagian 1.6, lalu dihitung dengan rumus sebagai berikut: X = 0,3a + 0,35b + 0,35¢ Dimana: X = nilai akhir yang diperoleh a= skor total nilai pada Tabel Cek Kemampuan, b= skor total dari nilai jurnal c= skor total dari nilai jawaban pertanyaan pada poin 1.6 4.8 Tindak Lanjut ‘Anda boleh melanjutkan praktikum pada Percobaan B hanya bila: 1. Telah memperoleh angka X > 70, 2, Telah memperoleh data valid pada semua hasil praktikum Percobaan A. 7 Dipindal dengan Camscanner Apabila dua syarat di atas belum terpenuhi, maka Anda harus mengulang Percobaan A atau melakukan koreksi sebelum melaksanakan Percobaan 6: 18 Dipindl dengan Camscanner BABII PERCOBAAN B: KOMPOSISI KOMPONEN ZAT WARNA DALAM LARUTAN CAMPURAN ZAT WARNA 2.1 Pendahuluan 2.4.1 Maksud dan Tujuan Percobaan Maksud Percobaan B adalah melakukan pengukuran larutan zat Ww ktrofotometti. ara ‘campuran (gabungan dua zat warna tunggal) dengan metode spe Tujuan percobaan ini adalah: 4. Menentukan grafik warna dari larutan campuran dua zat warna. 2. Menentukan komposisi zat warna di dalam larutan zat warna campuran. 2.1.2 Deskripsi Percobaan Percobaan B sama dengan Percobaan A, namun dilakukan pada larutan zat waa campuran, Pada percobaan ini, mahasiswa diperkenalkan pada karakter grafik warna yang diperoleh dari hasil pengukuran spektrofotometri, serta analisa komposisi campurannya 2.1.3 Manfaat Percobaan Kemampuan menganalisa komposisi suatu campuran zat wama sangat bermanfaat dalam melakukan penandingan wama dalam kondisi ril di lapangan, karena proses pencelupan hamper tidak pernah menggunakan zat warna tunggal. 2.2. Teori Pendekatan Pengukuran dan analisa warna suatu larutan zat wana campuran didasarkan pada teori yang sama dengan pengukuran larutan zat warna tunggal. Karena itu, uraian teori pendekatan untuk Percobaan A dapat dibaca kembali sebagai landasan konseptual pengerjaan Percobaan B. Bagian teori yang perlu ditambahkan pada percobaan ini adalah beberapa konsep tentang pencampuran warna dan kaitannya terhadap karakter warna dalam larutan. Secara umum, pencampuran wama dapat dibagi menjadi dua sistem, yaitu: (1) Pencampuran substraktit yang terjadi dalam pencampuran Dipindal dengan Camscanner if yang terjadi wama substrat seperti cat dan zat wama; dan (2) Pencampuren actif yang ten dalam proses pencampuran wama cahaya. RGB) Warna primer dalam pencampuran cahaya adalah merah hijau, dan biru ( i tif), dan biasa disebut dengan istilah additive primary colours (wara primer ad sedangkan wama-wama primer dalam pencampuran substrat adalah sian magenta, dan kuning (CMY), dan biasa disebut dengan istilah substractive primary colours (warna primer substraktif). Gambar 7. Pencampura’ (Sumber gam: ‘Analisa lanutan campuran dua atau lebih zat w metode spekirofotometri selama syarat- na dapat dilakukan dengan arat di bawah ini dapat dipenuhi:® 4. Kura absorpsi masing-masing komponen wama dalam campuran tidak sama. 2. Tidak terjadi interaksi antara masing-masing komponen zat wama, sehingga absorbansi campuran pada setiap panjang gelombang merupakan jumiah dari nilai absorbansi semua komponen zat warna 3, Masing-masing Komponen zat warna harus memenuhi hukum Beer daft diketahui koefisien absorpsinya pada panjang gelombang maksimum: (optimum). Panjang gelombang maksimum masing-masing komponen Zat warna sebaiknya berbeda jauh Dengan perhitungan matematis, komposisi komponen zat warna dapat dianalisa.. Untuk campuran dua komponen zat warna dalam larutan yang diukur dalam Dipindl dengan Camscanner ditentukan. Namun demikian, cuvet 10mm (/ = tem), maka nilai absorbansi dapat | zat warna dalam perlu diperhitungkan pula kemungkinan adanya agregasi campuran yang dapat menurunkan akurasi nial absorbansi campuran warna dalam larutan. Apabila campuran dua atau lebih larutan zat warna diukur pada cuvet dengan tebal 10 mm (/ = 1 om), maka nilai absorbansi (Asm dan Aem) untuk campuran pada panjang gelombang As dan Ap ditentukan dengan persamaan (1) dan (2): 4 Cy + Ko Co (1) Pada hy: Aam Pada Ay : Apm = Apt tAn2 = Kos C1 + Ko2 C2 (2) maka nilai Konsentrasi (C: dan C2) dapat sgantung pada ketelitian dalam atau Dengan persamaan (1) dan (2), dianalisa. Akurasi hasil analisa sangat be’ mempersiapkan larutan contoh sebelum pengukuran dan kalibrasi pengukuran larutan blanko (nilal referensi untuk larutan bening). Untuk campuran tiga Komponen zat wama dalam larutan, pengukuran dapat diambil pada panjang gelombang optimumnya yang ditentukan dengan persamaan (3), (4), dan (5) Pada Aa: Asm = Ko C1 + kez Co * Kas Co (3) Pada hp: Anm = Kot C1 + Koz Co + koa Co (4) Pada A, : Am = Kos C1 + Kez C2 + Kea Co 6) Konsentrasi C;, Cz, dan C. dapat ditentukan dengan penyelesaian matriks sebagai berikut: Aum Bam em Cy=| Kaz Koz Kez | +K Kes Kea Kea Asm Aom Rem Co=| ker Koz Kea | +K Koo Kea Kea Cy=| ker hoo Kez | +K | Aym Rem Kos Kes Kea 2 Dipindal dengan Camscanner dimana: Kar Kor Ken K= |Kar ker Ket Kor Kea Kea Salah satu cara untuk menyelesaikan persamaan matriks di atas adalah dengan menggunakan matriks aljabar, yang dapat dikerjakan dengan mudah menggunakan komputer. Dalam bentuk persamaan, matriks di atas dapat dituliskan sebagai berikut: A=KC ©) dimana vektor A mengandung semua elemen absorbansi Ay ‘Aq dari campuran dan vektor © menyatakan konsentrasi cy .. Gj matriks K menyatakan koefisien absorpsi. Dengan demikian persamaan di atas dapat dituliskan kembali menjadi: c=KA ” dimana matriks invers K" dapat dengan mudah dihitung menggunakan metode standar aljabar matriks. 2.3. Tugas Pendahuluan Tuliskan diagram alir Percobaan B dalam buku jurnal individu. Tambahkan fingkasan teori tentang agregasi campuran zat warna dan buat analisa kemungkinan adanya agregasi pada zat waa yang Anda gunakan. Catatan: campuran warna yang dianalisa dalam Percobaan B terdiri atas dua wama primer substraktif dan salah satunya adalah zat warna yang telah digunakan pada Percobaan A) 2.4 Alatdan Bahan ‘lat dan bahan yang digunakan sama dengan yang digunakan pada Percobaan ‘A, namun ditambah satu jenis zat warna primer lain yang memiliki panjang gelombang berjauhan. 22 Dipindal dengen Camscanner 2.5 Cara Kerja 25. 1. 2.5.i Noose 1 Penentuan Absorbansi Zat Warna Tunggal Kedua Buat satu buah larutan induk zat warna dengan warna yang berbeda dari jenis zat warna yang sama dengan percobaan A. Buat dengan konsentrasi tertentu (contoh 1 g/L) menggunakan sistem pengenceran. Dari larutan induk, buat suatu larutan zat warna dengan konsentrasi tertentu untuk ditentukan % transmitansinya pada panjang gelombang 400 - 700 nm dengan selang nilai 10 nm. Buat grafik hubungan antara % Transmitansi_ dengan panjang gelombang. Konversikan nilai % T ke A (absorbansi) dengan rumus : A=2-log%T, Buat grafik hubungan antara Absorbansi dan panjang gelomband- Tentukan panjang gelombang maksimumnya. 2 Penentuan Komposisi Komponen Zat Warna dalam Larutan Campuran Siapkan larutan induk zat warna tunggal yang digunakan pada percobaan A dan percobaan B bagian 2.5.1. Dari kedua larutan induk tersebut, masing-masing dibuat larutan yang terdiri dari campuran kedua wama tersebut dengan komposisi tertentu. Buat 3 konsentrasi yang berbeda komposisinya, misal: a. ZWA:2WB=1:3 b. ZWA:2WB=1:1 c. ZWA:2WB=3:1 Ukur %T larutan campuran pada semua daerah panjang gelombang dari 400-700 nm dengan interval 10 nm. Buat grafik % transmitansi vs. panjang gelombang kelima larutan tersebut. Konversikan nilai % T lima larutan tersebut ke dalam nilai Absorbansi. Buat kurva absorbansi vs panjang gelombang kelima larutan tersebut. Dari data hasil pengukuran diatas, tentukan nilai-nilai 24, 22, Ar, Az, Bu Ba: D, dan D, untuk digunakan dalam perhitungan. 23 Dipindal dengan Camscanner Sistematika Perhitungan Komposisi Komponen Zat Warna dalam Gampuran Misal campuran terdiri dari zat warna A dan zat warna B dy = Amaks. zat wana A de = Amaks, zat waa B Ay =nilai absorbansi zat warna tunggal A pada } ‘Az =nilai absorbansi zat warna tunggal A pada iz B, = nilai absorbansi zat warna tunggal B pada > B, _=nilai absorbansi zat warna tunggal B pada 22 D, __ =nilai absorbansi campuran zat warna A dan B pada ?. D; = nilai absorbansi campuran zat wamna A dan B pada 72 Masukkan nilai-nilai tersebut pada persamaan : Pada dy: Dy = Qdm).Ar + (yin). By...» (1) Pada hz: Dz = (x/m).Az + (yin). By ....-- (2) Dari persamaan (1) dan (2) dapat ditentukan harga x dan y, dimana: x= konsentrasi zat warna A y = konsentrasi zat wama B 2.6 Tugas Akhir dan Pertanyaan Tulis semua hasil yang telah dikerjakan erta tugasnya pada buku jurnal perorangan, lalu jawab pertanyaan berikut 1. Berdasarkan hasil perhitungan, apakah perbandingan komposisi zat warna yang Anda peroleh sama dengan yang Anda buat? Jika tidak, analisa penyebab perbedaannya! 2.7 Umpan Balik Ukur keberhasilan Anda dalam melaksanakan Percobaan B dengan cara mengisi tabel Cek Kemampuan untuk Percobaan B, penilaian jurnal, dan jawaban atas pertanyaan di bagian 2.6, lalu dihitung dengan rumus sebagai berikut: X = 0,3a + 0,35b + 0,35¢ Dimana : X = nilai akhir yang diperoleh a= skor total nilai pada Tabel Cek Kemampuan b= skor total dari nilai jurnal c= skor total dari nilai jawaban pertanyaan pada poin 2.6 24 Dipindal dengan Camscanner 2.8 Tindak Lanjut ‘Anda boleh melanjutkan praktikum pada Percobaan C hanya bila: 1. Telah memperoleh angka X > 70. 2, Telah memperoleh data valid pada semua hasil praktikum Percobaan B. Apabila dua syarat di atas belum terpenuhi, maka Anda harus mengulang Percobaan B atau melakukan koreksi sebelum melaksanakan Percobaan c. 28 Dipindal dengan Camscanner BAB Il PERCOBAAN C: ANALISA ZAT WARNA YANG TERSERAP PADA BAHAN 3.4 Pendahuluan 3.1.4 Maksud dan Tujuan Percobaan Maksud Percobaan C adalah melakukan pencelupan dan pengukuran larutan berwarna, dengan tujuan: Menentukan konsentrasi larutan sisa pencelupan. Menentukan zat warna yang terserap pada bahan sebelum pencucian. 3, Menentukan konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan setelah pencucian. 3.1.2 Deskripsi Percobaan Percobaan C terdiri atas dua kegiatan, yaitu pencelupan dan pengukuran larutan berwama, Kedua tahap percobaan tersebut sebaiknya dilakukan pada hari yang sama, Namun demikian, keterbatasan jumiah alat dapat menyebabkan waktu lebih, sehingga praktikum tidak bisa diselesaikan dalam satu pertemuan. Apabila terpaksa harus melaksanakan praktikum dalam dua kali pertemuan, maka beberapa hal berikut harus diperhatikan: 4. Zat warna yang digunakan harus dipastikan tidak mengalami dekomposisi oleh selama penyimpanan, seperti adanya hidrolisis pada wat warna reaktif. 2. Zat warna yang digunakan dipastikan tidak bereaksi satu sama lain dan/atau beragregasi selama penyimpanan. Kemungkinan ini biasanya terjadi pada zat warna yang memiliki sifat ionik. 3. Penyimpanan dilakukan pada suhu di bawah 10 °C. Pada percobaan ini, penyerapan zat warna ke dalam bahan dianalisa melalui konsentrasi larutan sisa pencelupan dan pencucian, dengan menggunakan regresi linier zat warna yang digunakan, Karena itu, zat warna yang dipakai untuk pencelupan harus sudah dianalisa terlebih dahulu, 26 Dipindal engen Camscanner 3.1.3 Manfaat Percobaan Molalul porcobaan ©, mahasiswa dibekali toknik analisa penyerapan zat warna dalam bahan dengan menggunakan motode spektrofotometr. Teknik analisa ‘semacam ini dapat pula dimanfaatkan untuk analisa lainnya soperti kompatibilitas zat warna, migrasi zat warna, dan analisa adsorpsi lainnya pada berbagal kegiatan penelitian, 3.2 Teori Pendekatan Hukum Lambert-Beer masih digunakan sebagai Konsep utama dalam kegiatan analisa pada Percobaan C, schingga mahasiswa disarankan untuk kembali mempelajari konsep yang diuraikan di bagian teorl pada Percobaan A. Dalam proses pencelupan, terjaci tiga tahap perpindahan partikel, yaitu (1) migrasi, (2) adsorpsi; dan (3) difusi Pada tahap pertama, parikel zat warna dalam larutan bergerak (bermigrasi) ke dekat permukaan Kain (serat) akibat adanya perbedaan potensial kimia antara zat wama dan serat. Partikel zat warna kemudian bergerak ke permukaan serat. Peristiwa tersebut disebut adsorpsi, yaitu perpindanan partikel dari fasa yang berbeda. Setelah terjadi adsorpsi, zat warna akan bergerak ke pusat serat dan bermigrasi secara merata untuk memenuhi semua pusat-pusat interaksi (kimia dan/atau fisika) antara zat warna dengan serat.” Peristiwa perpindahan molekul pada fasa yang sama tersebut disebut difusi Setelah terjadi difusi secara maksimum, zat warna akan terfiksasi di dalam serat, sehingga diperoleh ikatan yang permanen. Banyaknya zat warna yang terfiksasi sangat bergantung pada jenis zat warna dan serat yang dicelup serta ikatan yang terbentuk antara zat warna dengan serat. Fiksasi dapat terjadi melalui beberapa metode, bergantung pada jenis serat dan zat warna serta metode pencelupannya. Pada tahap fiksasi, diharapkan terjadi ikatan atau interaksi Kuat yang terbentuk antara zat wana dengan serat. Ikatan atau interaksi yang terbentuk bisa secara kimia ataupun fisika, sehingga kekuatan ikatan atau interaksinya pun berbeda. Secara umum, fiksasi zat wama dengan serat dapat dikelompokkan sebagai berikut: 7 Dipindal dengan Camscanner 4. Fiksasi melalui ikatan kovalen. ikatan Kovalen terbentuk Karena adanye penggunaan pasangan elektron secara bersama-sama, sehingga kekuatan ikatannya sangat besar. Contoh fiksasi dalam bentuk ikatan kovalen adalah yang terjadi antara zat warna reaktif dengan serat selulosa. Kain selulosa yang sudah dicelup dengan zat warna reaklif memilki ketahanan luntur terhadap pencucian yang sangat baik. 2, Fiksasi melalui ikatan ionik (elektrovalen). Ikatan ini terbentuk karena adanya transfer elektron antara satu molekul atau atom ke molekul atau atom lainnya. Kekuatan ikatan ionik juga sangat tinggi, namun lebih leah bila dibandingkan dengan ikatan kovalen. Contoh fiksasi zat warma dengan serta melalui ikatan ionik adalah yang terjadi pada pencelupan serat nilon (poliamida) dengan zat wama asam, poliakrilat dengan zat warna basa, dan serat protein dengan zat warna asam atau basa. 3, Fiksasi melalui ikatan hidrogen, yaitu adanya ikatan antara atom hidrogen pada satu molekul dengan atom lainnya pada molekul yang lain. Conteh fiksasi melalui ikatan hidrogen terjadi pada pencelupan serat selulosa dengan zat wama direk. Dibandingkan dengan dua jenis ikatan kimia lainnya, ikatan hidrogen memilki kekuatan yang lemah, namun lebih kuat dibandingkan dengan gaya-gaya fisika. Hasil pencelupan melalui ikatan hidrogen memiliki ketahanan luntur terhadap pencucian yang sedang hingga rendah. 4, Fiksasi melalui gaya-gaya fisika seperti gaya-gaya Van der Waals (gaya dipol-dipol, gaya dispersi London, dan ikatan hidrofobik), misalnya yang terjadi pada hasil pencelupan serat poliester dengan zat warna dispersi dan serat selulosa dengan zat warna bejana. Secara prinsip, dengan diketahuinya konsentrasi awal larutan celup, larutan sisa pencelupan dan sisa pencucian, maka banyaknya zat warna yang terserap ke dalam bahan dapat dianalisa melalui pengukuran nilai absorbansi larutan berwarna tersebut. Namun harus diperhatikan bahwa pengukuran dengan metode spektrofotometri dapat menghasilkan analisa yang valid dan teliti selama warna yang dianalisa bekerja pada panjang gelombang yang sama dan dengan konsentrasi yang tepat. Dalam proses pencelupan, pencucian merupakan tahap yang sangat penting karena bertujuan untuk melepaskan zat wana yang tidak berfiksasi dengan 28 Dipindal dengen Camscanner serat, Dengan mengukur jumlah zat warna yang terdapat dalam larutan sisa pencucian, maka total jumlah zat warna yang terserap ke dalam bahan akan dapat dianalisa secara spektrofotometri 3.3 Tugas Pendahuluan Buat diagram alir langkan Percobaan C dan lakukan analisa teoritis tentang zat warna yang akan digunakan dalam proses pencelupan. Uraikan karakter pencelupan dan penyerapan zat warnanya. Hasil analisa teoritis ini dapat digunakan sebagai pembanding bagi hasil perhitungan yang dilakukan melalui percobaan. 3.4 Alat dan Bahan ‘Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah : ‘Spektrofotometer (Spectronic 20) Labu ukur 100 mi Gelas piala 100 mt Corong gelas Tabung cuvet Pipet gelas 10 ml Pengaduk Labu semprot © emrnoane ene |. Timbangan teknis 40. High Temperature Dyeing atau Ahiba Texomat Bahan yang digunakan untuk percobaan adalah : zat warna primer (merah, kuning atau birv) yang digunakan pada percobaan A, kain disesuaikan dengan jenis zat warna, 3.6 Cara Kerja 3.5.1 Proses Pencelupan 4. Buat resep pencelupan sesuai dengan zat warna dan bahan yang akan dicelup. (Jenis zat warna yang digunakan sama dengan zat warna yang digunakan pada percobaan sebelumnya) Konsentrasi zat warna: 0,4%, 0,42%, 0,46%, 0,5%, 1% dan 2% 2. Catat konsentrasi larutan celup sebelum pencelupan dilakukan 29 Dipindl dengan Camscanner 3. Lakukan pencelupan sesuai dengan resep yang Anda buat dengan sistem pencelupan exhaustion (perendaman) menggunakan mesin HT-Dyeing. pan. 4, Tampung sisa larutan celup di akhir proses pencelu larutan sis@ pencucian Cuci bahan yang telah selesai dicelup dan tampund di akhir proses pencucian. 6. Keringkan bahan yang telah dicuci untuk digunakan pada percobaan bab selanjutnya. ja bahan pan dan sis 3.5.2 Penentuan konsentrasi zat warna yang terserap pad: 4. Ukur % transmitansi atau absorbansi larutan sisa penceluy pencucian pada 2 moss 2 Masukkan filai absorbansi pada persamaan regresi percobaan A untuk menghitung konsentrasi larutan sisa celup dan cuci 3, Tenlukan konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan sebelum pencucian, dengan rumus = 2) Konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan Konsentrasi larutan celup - konsentrasi larutan sebelum pencuciat pencelupan atau »% zat warna yang terserap pada bahan sebelum pencucian = ” Kons ar. Celup — kons, Lar. Sisa celup x 100% Kons. Lar. Celup 4, Tentukan Konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan setelah pencucian, dengan rumus ‘5 Konsentrasi zat warna yang terserap pada bahan setelah pencucian = Konsentrasi larutan celup ~ (kons. Lar. sisa colup + kons. Lar. Pencucian) atau ) % zat warna yang terserap pada bahan setelah pencucian = Kons. Lar. Colup ~ (kons. Lar. Sisa celup + kons. Lar. Cuci) x 100% Kons. Lar. Celup 3.6 Tugas Akhir dan Pertanyaan Tulis semua hasil yang telah dikerjakan beserta tugasnya pada buku jurnal perorangan, lalu jawab pertanyaan berikut 4, Apakah larutan pencelupan, larutan sisa celup dan larutan sisa pencucian yang Anda ukur dapat terbaca pada alat spectronic 20? Jika tidak, apa yang ‘Anda lakukan? Sertai dengan contoh perhitungan jika diperlukan 30 Dipindal dengen Camscanner 2, Menurut analisa Anda, apakah penentuan zat warna yang terserap pada bahan dapat terukur dengan baik motalui metode ini? Jika tidak, tuliskan Kemungkinan penyimpangan yang terjadi! 3.7 Umpan Balik Ukur keberhasitan Anda dalam melaksanakan Percobaan C dengan cara mengisi tabel Cek Kemampuan untuk Percobaan C, penilaian jurnal, dan jawaban atas pertanyaan di bagian 3.6, lalu dihitung dengan rumus sebagai berikut: X= 0,3a + 0,35b + 0,356 Dimana : X = nilai akhir yang diperoleh a= skor total nilai pada Tabel Cek Kemampuan b = skor total dari nilai jumal c= skor total dari nilai jawaban pertanyaan pada poin 3.6 3.8 Tindak Lanjut Anda boleh melanjutkan praktikum pada Percobaan D hanya bila: 1. Telah memperoleh angka X > 70. 2. Telah memperoleh data valid pada semua hasil praktikum Percobaan C. Apabila dua syarat di atas belum terpenuhi, maka Anda harus mengulang Percobaan C atau melakukan koreksi sebelum melaksanakan Percobaan D. 31 Dipindal dengan Camscanner BABIV PERCOBAAN D: REFLEKTANSI DAN K/S WARNA BAHAN 4.1 Pendahuluan 4.1.1 Maksud dan Tujuan Percobaan Maksud Percobaan D adalah melakukan pengukuran spektrofotometri terhadap bahan tekstil yang telah dicelup dengan zat warna tunggal, dengan tujuan: 4, Menentukan hubungan antara reflektansi dengan panjang gelombang 2. Menentukan hubungan antara K/S dengan panjang gelombang. 3, Menentukan hubungan antara K/S dengan konsentrasi 4.1.2 Deskripsi Percobaan Pada Percobaan D, mahasiswa diperkenakan pada konsep lain tentang pengukuran wama, yaity dengan pendekatan hukum Kubelka-Munk untuk menganalisa ketuaan warna bahan yang telah dicelup. Pada percobaan ini, media yang diukur berbentuk padat (opaque), tidak transparan seperti halnya larutan berwarna. Terdapat beberapa perbedaan teknik dan konsep yang diuraikan lebih detail pada bagian teori pendekatan. Mahasiswa juga mulai dikenalkan pada penggunaan spektrofotometer digital terkomputerisasi 4.1.3 Manfaat Percobaan Pengukuran %R atau K/S warna bahan dapat dimanfaatkan untuk menganalisa ketuaan warna dan dalam melakukan penandingan warna. 4.2 Teori Pendekatan 4.2.1 Modifikasi Cahaya pada Permukaan Bahan Berwarna Jika cahaya putih jatuh pada permukaan berwarna, maka akan terjadi dua insiden utama cahaya, yaitu: (1) sebagian mengalami refraksi; dan (2) sebagian lainnya mengalami refleksi Cahaya yang direfraksi akan melewati lapisan berwarna hingga terjadi penyerapan (absorpsi) dan penghamburan (scattering) cahaya. Namun demikian, modifikasi cahaya oleh permukaan berwarna juga melibatkan insiden optik lain 32 Dipindal dengan Camscanner yang berpengaruh terhadap kenampakan suatu benda berwama, misalnya karena adanya perbedaan kerataan permukaan, klau, dan lain-lain. Dalam hal ini, spektrum cahaya tampak (visible light) pada rentang panjang gelombang 400- 700 nm dapat dilnat pula sebagai kumpulan gelombang yang mengalami vibrasi sehingga jika jatuh pada sualu permukaan berwarna akan memungkinkan terjadinya polarisasi cahaya. Polarisasi cahaya merupakan salah satu. contoh peristiwa optik yang terjadi pada permukaan glossy atau cermin. 4.21.1 Refraksi dan Refleksi Cahaya Refraksi atau pembiasan terjadi bila cahaya melewati media yang me" indeks bias berbeda. Hukum Snell? menyatakan bahwa bila cahaya jatuh melalui jum lain dengan milk suatu media dengan nilal indeks refraksi n,, lalu memasuki medi nilei indeks refraksi np (linat Gambar 8), maka sinar terbiaskan sebesar sudut tertentu berdasarkan persamaan (8): Dimana: i = sudut datang cahaya;dan r = sudut refraksi Ai eteave inaeen) Pat medion (eetracove ee) 1 Sng otvescton Gambar 8. Refraksi Cahaya pada Lapisan Permukaan Berwarna? Sudut refraksi sangat bergantung pada panjang gelombang waranya. Sebagai contoh, saat cahaya putin dilewatkan pada suatu prisma, indeks refraksi radiasi warna biru yang bernilai lebih besar dari warna merah terlihat pada spektrum cahaya tampak yang terbentuk. Karena itu, indeks refraksi biasanya diukur menggunakan panjang gelombang standar seperti garis radiasi natrium D (kuning-oranye dengan panjang gelombang 589,3 nm). 33 Dipindal dengan Camscanner Sebagaimana diuraikan di atas, selain direfraksi, cahaya yang melewati meciun dengan indeks bias berbeda, sebagian kecinya dipantuvkan, dengan memen#s Hukum Fresnel (Persaman 9):” (n-17 Dimana: p = faktor pemantulan (reflection factor) dan 0 = ft Istilah refleksi dalam terminologi pengukuran wama digunazan untuk perictwa pemantulan cahaya sempuma. Ada bentuk pemantulan Iain yang tde% sempuma, disebut pemantulan difusi (difuse reflection) yang akan divanas eon lanjut pada bab ini. Dalam pengukuran benda opaque (permutaan lapisan p22", tidak transparan), nilai yang diukur biasanya merupakan jumlah cahay2 yen2 dipantulkan, dan disebut persen reflektansi (7R). Cehaya putih yang jatuh ke suatu permukaan akan dipantulkan semua, s2ringse terillhat putih pula, namun bila cahaya putih yang dipantulkan sebagian kecinys. yang berarti terjadi absorpsi seleklif pada panjang gelombang tertentu, make terlihat warna. Karena itu, dalam pengukuran warna menggunakan instrumen, harus jelas diindikasikan, apakah nilai reflektansi yang diukur memasuikan nilai pemantulan sempurna (SPIN ~ Specular Reflection Included) atau tidak (SPEX — Specular Reflection Excluded). 08 EL Refection factor» g T Gambar 9, Pemantulan Terpolarisasi Fresnel pada Antar Muka UdaralGelas (7=1.5; Brewster angle pada 55°C)? 4 Dipindal dengan Camscanner Dalam medium udara (n=1) dan lapisan resin, jumlah pemantulan cahaya pada sudut normal adalah 4% (p=0,04). Sebaliknya, jika pemantulan cahaya terjadi di luar sudut normal, maka jumlah pemantulan sempurna bergantung pada polarisasi cahaya yang terjadi, seperti ditunjukkan oleh Gambar 9. Kurva pada Gambar 9 menyatakan bahwa pemantulan komponen yang terpolarisasi secara tegak lurus, pada sudut tertentu (disebut dengan Brewster angle) bernilai nol, denganpolarisasi sinar pantul pada satu arah. Pada sudut 90°, permukaan memantulkan 100% sinar datang, sehingga selalu terlihat berkilau (glossy). 4.24.2 Scattering (Penghamburan cahaya) dan Diffuse Reflection (Pemantulan terdifusi) Interaksi dengan partikel_pigmen menyebabkan suatu insiden cahaya mengalamu penghamburan (scattering) ke segala arah. Banyaknya cahaya yang mengalami penghamburan sangat bergantung pada ukuran partikel dan perbedaan indeks refraksi antara partikel pigmen dan medium pendispersiannya Pada pigmen putih seperti titanium dioksida (n>2), penghamburan cahaya tidak bergantung pada panjang gelombang dan kebanyakan cahaya yang jatuh akan dinamburkan secara acak ke segala arah, lalu terlihat kembali di permukaan dan meningkatkan jumlah cahaya yang dipantulkan secara terdifusi (diffuse reflection). Serat atau kain tekstil berwarna putih akan menghasikan diffuse reflection yang banyak. Untuk serat alam, hal ini disebabkan oleh penghamburan sejumlah banyak antar muka dalam struktur mikrofibril katun, wol, dan sutera. Untuk serat sintetik, tingginya scattering dapat disebabkan oleh adanya pigmen titanium dioksida dalam serat. Gambar 10 memperlihatkan adanya keseimbangan jumlah cahaya yang dipantulkan sempurna dan terdifusi.® Lghtis attusely Sone ple ‘Most of the light reflected to give a ie ee speeulaty reflected to give, lnepenuterratecea 9), an eggehel finish togive a gloss frizh ‘Gambar 10. Distribusi Polar Cahaya yang Dipantulkan? 35, Dipindal dengan Camscanner Penentuan kilau berdasarkan jumlah komponen yang mengalami pemantulan ‘sempurna dapat dilakukan bila sampel dilihat pada sudut yang sama dengan sudut datang, yaitu 60°, sedangkan komponen terdifusi (yang memberikan benwarna) dilihat pada sudut 0°, sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 11. Vormne g x oe vere Vv. Gambar 11. Sudut Pengamatan untuk Analisa Kilau dan Komponen Berwarna” Uraian di atas menunjukkan bahwa arah pemantulan cahaya berperan penting dalam menentukan kenampakan permukaan berlapis. Bila cahaya pantul berjumlah banyak dan memiliki sudut sama dengan sudut datang, maka permukaan akan terlihat berkilau, dan sebaliknya.” Perisitiwa modifikasi cahaya oleh obyek lainnya adalah penyerapan (absorpsi), namun tidak diuraikan lagi pada bagian ini karena sudah diuraikan terlebih dahulu pada bagian teori pendekatan untuk Percobaan A. Pembahasan berikutnya pada sub-bab ini adalah bagian terpenting untuk menganalisa warna medium padat, yaitu kombinasi peristiwa absorpsi dan scattering yang dinyatakan dalam hukum Kubelka-Munk. 4.2.2. Hukum Kubelka-Munk (Kombinasi Absorpsi dan Scattering Cahaya) Hampir semua objek opaque yang dijatuhi sinar putih akan menghasilkan radiasi warna dari sinar pantul yang terdifusi yang berasal dari kombinasi peristiva absorpsi dan scattering. Bila peristiwa cahaya tersebut diasumsikan secara sederhana sebagamana terlihat pada Gambar 12, dimana sudut datang dan sudut pantul dianggap sebagai komponen terpisah, dengan K dan S masing- masing sama dengan koefisien absorpsi dan scattering, maka berlaku ketentuan sebagai berikut: Flux (dengan intensitas 1) sudut datang: Penurunan absoprsi = - K/ dx Penurunan scattering = - SI dx 36 Dipindal dengan Camscanner Peningkatan Backscattering = + SJ dx (berasal dar radiasi sudut datang) Bila ketiga asumsi digabungkan, akan diperoleh persamaan (10): dl = -KI dx SI dx +S) dx = -(K +S) dx+ SJ dx Pada saat yang sama, Flux sudut pantul (dengan intensitas J): Penurunan absorpsi = - SJ dx Penurunan Scattering = - KJ dx Peningkatan backscattering = + SI dx Penggabungan tiga asumsi di atas menghasilkan persaman (11): dJ = -KJ dx -S) dx + SI dx (K + S)Jdx+SIdx ‘Surface of paint fim J Thin layer that is nist large compared with size of y pigment particles but small ‘compared with total ‘Substrate ee Gambar 12. Analisa Kubelka-Munk Penyelesian kedua persamaan di atas sangat bergantung pada kondisi, namun untuk flux sinar datang, persamaan (3) mengarah pada hukum Lambert-Beer bila $0 (tidak terjadi scattering). Untuk lapisan yang menyerap dan menghamburkan cahaya secara isotropis, yaitu yang Ketebalannya tidak dapat ditentukan atau sangat tebal sehingga pemnantulan dari belakang lapisan dapat diabalkan, dua persamaan di atas menghasilkan persamaan Kubelka-Munk (persamaan 12):° (-R.P KIS = Se Dimana: Re = vJo/lo adalah faktor pemantulan cahaya pada permukaan sampel dengan ketebalan tak hingga. Persamaan Kubelka-Munk, dengan nila-nilai K, S, dan K/S juga dapat digunakan untuk menunjukkan adanya kaitan linier antara reflektansi dengan konsentrasi zat warna dan pigmen, Sebagai contoh, untuk kain berwarna yang scattering-nya dinitung keseluruhan dari bahan tekstil sehingga tidak bergantung 37 Dipindal dengan Camscanner pada konsentrasi zat warna [D], dapat diterapkan persamaan (13) yang bergantung pada konsentrasi zat warna sebagai berikut: Dimana: K, dan Ke adalah koefisien absorpsi cahaya untuk serat dan zat warna pada panjang gelombang pengukuran, dan Sf adalah koefisien scattering serat pada panjang gelombang yang sama. 4.2.3 Spektrofotometri Permukaan Bahan Berwarna Secara umum, terdapat dua jenis alat ukur wama, yaitu kolorimeter tristimulus dan spektrofotometer. Kolorimeter tristimulus merupakan alat yang murah dengan cara kerja yang sederhana (linat Gambar 13) dan dapat digunakan untuk mengukur beda wama pada kegiatan pengendalian mutu, namun memiliki keterbatasan yang cukup serius, yaitu akurasi absolut yang hanya cocok dengan standar perhitungan CIE dan hanya menggunakan satu jenis iluminan sehingga mengakibatkan tingginya efek metameri. Dengan demikian, spektrofotometer digunakan secara lebih luas untuk hasil pengukuran yang lebih luas dan akurat ata processor Light-detecing diodes |— Red, green and bive fiters, Light Light source ‘source GS Sample Gambar 13. Skema Umum Kolorimeter Tristimulus Spektrofotometer mengukur perbandingan antara sinar pantul dan sinar datang (disebut nilai reflektansi) suatu sampel pada setiap poin di area spektrum cahaya 38 Dipindal dengan Camscanner tampak. Nilai reflektansi dinyatakan dalam bentuk persen (%R), dengan %R 100 untuk pemantulan difusi sempurna. Spektrofotometer pengukur waa bekerja dengan mengikuti tecri pembentukan wara. Suatu sumber cahaya digunakan untuk menyinari sampel dengan penyinaran dan geometri spesifx. Cahaya yang direfleksi atau ditransmisi kemudian dilewatkan pada penganalisa spektra, dimana cahaya dipisahkan menjadi beberapa komponen spektra, sehingga dapat diukur pada setiap poin di sepanjang spektrum cahaya tampak. Adanya penganalisa spektra inilah yang memberikan kelebihan hasil pengukuran spektrofotometer dibanding kolorimeter sederhana. Integrating ‘sphere (152 mm) Gambar 14, Model Skema Alat Spektofetometer double-beam ("Datacolor Spectrafiash Gambar 14 menunjukkan model skema alat spektrofotometer “Datacolor Spectraflash 500" (DSF 500) yang merupakan referensi spektrofotometer double beam klasik. DSF 500 didesain pada akhir tahun 1980-an dan banyak ditemui di berbagai laboratorium standarisasi di seluruh dunia. Sumber cahaya yang digunakan adalah lampu pulsed xenon yang difiter untuk mendekati nilal Spectral Power Distribution (SPD) iluminan Des. Keberadaan sinar UV dari lampu ini dikontrol oleh suatu motor roda filter yang juga berguna untuk mengukur material berfluoresensi seperti OBA (optical brightening agent) Dipindal dengan Camscanner Sampel yang akan diukur diletakkan pada tempatnya sehingga mengalami iluminasi secara menyebar dari semua sudut. Cahaya yang dipantulkan dari sampel pada sudut 8° dikumpulkan dan dikirimkan ke penganalisa spektra. 4.3 Tugas Pendahuluan 4. Tuliskan tahap-tahap percobaan dalam buku jurnal individu, termasuk Instruksi Kerja alat yang tertera di laboratorium, yaitu: (1) Dokumen IK-KTB- 015; dan (2) IK-KTB-007. 2. Terangkan alasan penggunaan sudut 8° untuk analisa sudut pantul pada spektrofotometer DSF 500. 4.4 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah Spektrofotometer “Minolta M3600" dengan piranti lunak “Spectra Magic’ dan/atau “Premier Colourscan $$ 6200" yang dilengkapi dengan alat pengkalibrasi hitam (black body) Bahan yang digunakan untuk percobaan adalah : kain berwarna hasil percobaan c. 4.5 Cara Kerja 4.5.1 Pengukuran reflektansi dan K/S dengan Spektrofotometer 4. Baca terlebih dahulu tata cara mengoperasikan instrumen spektrofotometer yang digunakan, kalibrasi, dan persiapkan bahan sebelum melaksanakan percobaan 2. kuti perintah yang ada pada program yang tersedia. 3. Ukur nilai %Reflektansi bahan pada panjang gelombang 400-700 nm. 4. Buat grafik hubungan antara reflektansi dan panjang gelombang untuk tiap sampel yang telah dicelup dengan konsentrasi berbeda. 5. Tentukan nilai K/S dengan mengubah setting data pada program atau dinitung dengan rumus KIS = (1—R? 2R Koefisien penyerapan cahaya S = Koefisien penghamburan cahaya R= Cahaya yang dipantulkan Dimana Buat grafik hubungan antara K/S dengan panjang gelombang untuk tiap sampel. 40 Dipindal dengan Camscanner 7. Tentukan nilai K/S zat warna dengan rumus KISzatwama = K/Spanante 8. Buat grafik hubungan antara K/S, wana dengan konsontrash op KISpan tn Catatan : Perhatikan semua aspek yang berkaitan dengan persiapan bahan dan mempengaruihi hasil pengukuran, misal: bahan kain rata, kain bertoksturm kain rajut, dan benang harus disiapkan dengan cara yang berbeda 4,6 Tugas Akhir dan Pertanyaan jakan beserta tugasnya pada buku jurnal Tulis semua hasil yang telah dit perorangan, lalu jawab pertanyaan berikut 4. Uraikan dengan bahasa saudara, perbedaan prinsip pengukuran warna pada percobaan A dan D! 2. Dapatkah proses pengukuran wana pada bahan dengan metode spektrofotometri diterapkan pada semua jenis kain dan semua jenis metode pencelupan? Jelaskan alasan saudara disertal contoh apabila diperlukan! 4.7 Umpan Balik Ukur keberhasilan Anda dalam melaksanakan Percobaan D dengan cara mengisi tabel Cek Kemampuan untuk Percobaan D, penilaian jurnal, dan jawaban atas pertanyaan di bagian 4.6, lalu dihitung dengan rumus sebagai beriki X= 0,3a + 0,35b + 0,35¢ lai akhir yang diperoleh Dimana: XX a= skor total nilai pada Tabel Cek Kemampuan b = skor total dari nilai jumal c= skor total dari nilai jawaban pertanyaan pada poin 4.6 4.8 Tindak Lanjut ‘Anda boleh melanjutkan praktikum pada Percobaan E hanya bila: 1, Telah memperoleh angka X > 70. 2. Telah memperoleh data valid pada semua hasil praktikum Percobaan D Apabila dua syarat di atas belum terpenuhi, maka Anda harus_mengulang Pe . ercobaan D atau melakukan koreksi sebelum Melaksanakan Percobaan E. a. Dipindal dengan Camscanner BAB V PERCOBAAN E: KOMPOSISI KOMPONEN ZAT WARNA CAMPURAN PADA BAHAN 5.1 Pendahuluan 5.1.4 Maksud dan Tujuan Percobaan Maksud Percobaan E adalah melakukan pencelupan dengan zat warne campuran dua warna dan mengukumya dengan spektrofotometer, dengan tujuan untuk menentukan konsentrasi masing-masing Komponen zat warna dalam campuran. 5.1.2 Deskripsi Percobaan Pada Percobaan E, mahasiswa dikenalkan pada dasar penandingan warna, yaitu menentukan komposisi zat wana pada bahan yang telah dicelup dangan zat warna campuran. Percobaan dibagi menjadi dua tahap, yaitu pencelupan dan pengukuran, dan dilaksanakan dalam dua pertemuan. 5.1.3 Manfaat Percobaan Keterampilan dalam menentukan komposisi zat wana campuran pada suatu bahan tekstil yang sudah dicelup berguna untuk menentukan resep pencelupan dalam suatu kegiatan penandingan warna. Hampir semua proses pencelupan menggunakan zat warna lebih dari dua, sehingga pencekatan ini dapat dijadikan model dalam melakukan penandingan warna yang nyata dikerjakan di industri. 5.2 Teori Pendekatan Secara_umum, prinsip teori analisa wama campuran pada kain dengan spektrofotometer sama dengan prinsip teori analisa wama campuran dalam bentuk larutan. Perbedaan mendasarya adalah bahwa dalam mengukur larutan, diukur intensitas cahaya yang diserap dan ditransmisikan dengan menggunakan Pendekatan hukum Lambert-Beer (hat Sub Bab 1.2). Sebaliknya, dalam mengukur warna pada bahan, yang dianalisa adalah jumlah cahaya yang pantulkan, diserap, dan dhamburkan, dengan perhitungan mengacu pada teori atau persamaan Kubelka-Munk (Iihat Sub Bab 3.2) 42 Dipindal dengan Camscanner Prinsip pencampuran warna suatu substrat telah diketahul seeara Umum, bahwa campuran merah dan biru menghasilkan ungu, merah dan kuning menghasilkan oranye, serta kuning dan biru menghasilkan hijau, sementara campuran merah, kuning, dan bir menghasiikan warna abu-abu atau hitam. Namun demikian, pencampuran wamna cahaya justru menghasikan warna yang berbeda: Sebagai contoh, cahaya biru yang dicampur dengan cahaya kuning memberikan wane putin, sementara cahaya merah dan hijau yang dicampurkan akan menghasilkan ara kuning, Pencampuran seperti itu disebut dengan pencampuran adit. Jenis pencampuran wama lainnya adalah yang disebut dengan pencampuran substraktf, Pencapuran ini dapat memberikan hasil yang lebin mudah diprediksi meskipun sebenamya proses yang terjac lebih kompleks. Contoh paling relevan dengan pencampuran substraktif adalah campuran pigmen atau campuran zat warna pada proses pencelupan, Misainya, zat warna meran dan hijau iaptikasikan secara tunggal dan dalam campuran pada kain berwarna putin: zat waria merah tunggal akan menghasilkan kain berwama yang memantulkan cahaya pada panjang gelombang 600-an lebih sedikit dibandingkan panjang gelombang lainnya. Selanjutnya, mata kita melihat campuran dari seluruh panjang gelombang, namun karena kebanyakan cahaya yang dipantulkan berwarna merah, maka warna substrat terlihat merah. Hal yang sama terjadi pada fenomena warna bahan yang dicelup dengan zat warna hijau. Untuk warna campuran, kedua wama akan bekerja pada masing-masing panjang gelombangnya. Pada panjang gelombangnya masing-masing, kedua zat warna akan menyerap cahaya, tetapi dengan jumlah yang berbeda pada panjang gelombang yang berbeda. Perhitungan jumiah cahaya yang dipantulkan dapat dilakukan dengan prinsip teori Kubelka-Munk, namun tidak selamanya hasil perhitungan tersebut memberikan nilai yang akurat, contohnya apabila terjadi interaksi antara dua zat warna yang diaplikasikan. Secara kualitatif, warna yang terfinat oleh mata dari campuran dua zat warna berasal dari cahaya yang belum diserap olen kedua zat warna tersebut.” pengukuran wama campuran yang bekerja pada campuran panjang gelombang maksimum juga telah diuraikan sebelumnya pada Sub Bab 2,2 5.3 Tugas Pendahuluan Buat rencana umum proses pencelupan dengan menggunakan campuran dua warna dengan menguraikan hal-hal sebagai berikut. 43 Dipindal dengan Camscanner = Informasi MSDS kedua zat warna yang digunakan dilengkapi dengan karakter kimianya. - Resep pencelupan disertai fungsi masing-masing zat. - Skema proses. 5.4 Alat dan Bahan Alat-alat yang digunakan: 4. Spektrofotometer “Minolta CM3600d" dengan piranti lunak “Spectra Magic” dan/atau “Premier Colourscan SS 6200" yang dilengkapi dengan alat pengkalibrasi hitam (black body) 2. Mesin HT-Dyeing dan peralatan gelas untuk persiapan pencelupan 5.5 Cara Kerja 5.5.1 Pencelupan (Pertemuan ke-1) 41. Buat resep pencelupan campuran dua jenis zat warna yang sesuai jenis bahan yang akan dicelup dengan tiga komposisi yang berbeda, termasuk pencelupan masing-masing zat warna tunggalnya (total didapatkan 5 buah hasil pencelupan yang siap diukur). Catatan: = Lebih disarankan jika menggunakan zat warna yang sudah dianalisa karakternya pada percobaan-percobaan sebelumnya, = Untuk memudahkan dan meningkatkan akurasi pengukuran, gunakan larutan induk. - Gunakan viot larutan celup yang sesuai dengan jenis proses pencelupan. 2. Lakukan proses pencelupan sesuai dengan resep yang telah dibuat. 3. Cuci, bilas, dan keringkan hasil pencelupan untuk dianalisa spektrofotometi. 5.5.2, Pengukuran Warna Hasil Pencelupan (Pertemuan ke-2) 1. Ukur nilai %R dan K/S kelima kain hasil pencelupan pada panjang gelombang 400-700 nm dengan menggunakan spektrofotometer. 2. Buat grafik hubungan %R vs. panjang gelombang, . Tentukan nilai K/S zat waa dengan rumus seperti pada Percobaan D dan buat grafik hubungan K/S vs. panjang gelombang Catatan: Grafik dapat dibuat secara manual atau dengan langsung melakukan setting data pada program komputer. 4a Dipindal dengan Camscanner 4, Dari data-data yang diperoleh, tentukan rilal-nilai berikut: As; Asi K/Szwas K1Sewnai K/Srwati K/Szwn2; K/Spuant; dan K/Szyan2, dimana: » = panjang gelombang maksimum zat warna A hs = panjang gelombang maksimum zat warna B K/Siwar = K/S zat warna A pada hy K/Sma2 = KIS zat warna A pada Ay K/Sivar = K/S zat warna B pada Ay \/Siver = K/S zat warna B pada hz K/S.an = K/S zat warna campuran pada Ay K/S.wn2 = K/S zat warna campuran pada hz 5. Masukkan data-data di atas pada persamaan-persamaan berikut: Dat K/Szants = (K/SawardCr + (K/Seves)C2 a) Der K/Siwe = (K/Sawaa)Cr + (K/Sewez)C2 (2) 6. Tentukan harga C; dan C, berdasarkan perhitungan menggunakan dua persamaan di atas, dimana: C, = konsentrasi zat warna A dan C2 = konsentrasi zat warna B. 5.6 Tugas Akhir dan Pertanyaan Tulis semua hasil yang telah dikerjakan besrta tugasnya pada buku jumal perorangan, lalu jawab pertanyaan berikut: 1. Bandingkan komposisi konsentrasi zat warna_hasil_perhitungan dengan konsentrasi nyata yang Anda gunakan dalam eksperimen. Apabila terdapat perbedaan, jelaskan mengapa perbedaan tersebut dapat terjadil 5.7 Umpan Balik Ukur keberhasitan Anda dalam melaksanakan Percobaan E dengan cara mengisi tabel Cek Kemampuan untuk Percobaan E, penilaian jumal, dan jawaban atas pertanyaan di bagian 2.6, lalu dihitung dengan rumus sebagai berikut: X = 0,3a + 0,35b + 0,35¢ lai akhir yang diperoleh a= skor total nilai pada Tabel Cek Kemampuan b= skor total dari nilai jurnal Dimana : X = skor total dari nial jawaban pertanyaan pada poin 5.6 45, Dipindal dengan Camscanner 5.8 Tindak Lanjut ‘Anda boleh melanjutkan praktikum pada Percobaan F hanya bila: 41. Telah memperoleh angka X > 70. 2. Telah memperoleh data valid pada semua hasil praktikum Percobaan E, Apabila dua syarat di atas belum terpenuhi, maka Anda harus mengulang Percobaan E atau melakukan koreksi sebelum melaksanakan Percobaan F. 46 Dipinda dengan ComScanner BAB VI PERCOBAAN F: SISTEM RUANG WARNA DAN BEDA WARNA 6.1 Pendahuluan 6.1.1 Maksud danTujuan Percobaan Maksud Percobaan F adalah mengenalkan berbagal sistem wand wama dan perhitungan beda wama berdasarkan sistem-sistem ruang Warn? yang relevan. Tujyannya adalah agar mahasiswa memahami manfaat penggunaan sistem ruang wama pada hasil proses tekstil dan mampu menggunakannya sebagai szlsh satu alat dalam melakukan analisa karakteristik warna dan beda warna pade bahan, baik benang maupun kain. 6.1.2 Deskripsi Percobaan pada Percobaan F, mahasiswa dikenalkan pada penggunaan alat Ukur wara pada media opaque menggunakan spektrofotometer digital terkomputerisasi yeng sudah dilengkapi piranti lunak pengukuran warna. Karakteristik dan beda warna bahan yang diukur dianalisa berdasarkan hasil pengukuran yang sudah diperoleh. Percobaan dibagi menjadi dua tahap, yaitu: (1) pengukuran warna dengan menggunakan Spektrofotometer “Minolta cv3s00d" dengan piranti lunak “Spectra Magic” dan/atau “Premier Colourscan S$ 6200" yang dilengkapi dengan alat pengkalibrasi hitam (black body); dan (2) Analisa komprehensif karakteristik dan beda warna bahan yang sudah diukur. 6.1.3 Manfaat Percobaan Kemampuan mengoperaskan instrumen pengukuran warna dan menganalisa hasilnya dapat dimanfaatkan dalam kegiatan quality contro! hasil pencelupan pada skala laboratorium maupun pabrik. Kemampuan tersebut juga dapat dimanfaatkan untuk melakukan proses penandingan warna dai nyusun database untuk proses penandingan warna ne a7 Dipindal dengan Camscanner 6.2 Teori Pendekatan 6.2.1 Pengantar Sebagaimana telah diuraikan pada bab awal modul ini, warna merupakan suatu persepsi visual yang sulit untuk diukur. Suatu benda akan terlihat berwarna apabila memenuhi ketiga unsur pembentuk warna, yaitu sumber cahaya, objek dan pengamat. Cahaya yang dapat ditangkap indera manusia mempunyai panjang gelombang antara 400-700 nanometer. Jika sumber cahaya merupakan umber penghasil cahaya nyata, maka iluminan merupakan grafik hubungan antara energi relatif dengan panjang gelombang yang menunjukkan karakteristik spektra dari berbagai sumber cahaya yang berbeda, misalnya A (cahaya fampu jar), C (cahaya rata-rata matahari sehari penuh), dan D65 (cahaye matahari ang hati). Dengan adanya iluminan ini, maka karakteristik spektra dari bendalobjek pertama yang diamati dapat diukur dan distandarisasi. Wama dapat dibagi dalam beberapa bagian yang sering dinamakan dengan sistem wama. Sistem warna yang disebut “Prang System’, diperkenalkan oleh Louis Prang, pada 1876 meliputi : +. Hue, merupakan istlah yang digunakan untuk menunjukkan nama suatu warna. Dengan kata lain, hue adalah wama yang dipantulkan atau Gitransmisikan oleh suatu obyek, contohnya merah, kuning, biru, hijau dsb. 2. Value, atau disebut juga brightnessfightness adalah nilai terang gelapnya wama, yang biasanya dinilai dengan ukuran persen, dimana 0% = hitam dan 400% = putin. 3. Chroma, atau disebut juga saturation, merupakan nilai cerah atau suramnya warna atau tingkat kemurnian warna. Chroma 0% berwarna abu-abu (desaturated) dan 100% menjadi warna yang sangat murni/cerah (saturated). Contoh : merah (saturated), pink (desaturated). 6.2.2 Sistem Ruang Warna CIE 1931 Sistem ruang wamna merupakan skema yang menggambarkan suatu wana yang Biasanya terdi dari 3 rilal yang disebut dengan koordinat warna. Berbagal sistem telah dikembangkan untuk mengukur warna. Salah satu sistem ruang warna yang penting adalah sistem ruang warna yang ditetapkan oleh International Commission on ilumination (CIE), yakni sistem ruang wama CIE. 48 Dipindal dengan Camscanner warna yang pertama Pada tahun 1931, CIE mempublikasikan sistem ruang (Gambar 15). Sistem pengukuran warna tersebut didasarkan pada prinsip bahwa wara merupakan kombinasi dari tiga unsur, yaitu cahaya, objek dan pengamat, Standar pengamat yang pertama kali digunakan dalam sistem ruang warna ini adalah standar observer 2° (CIE 1931). Seiring dengan perkembangan ceksperimen di bidang pengukuran warna, diketahui bahwa sudut pandand retina mata manusia temyata dapat menjangkau hingga sudut 40°, sehingga pada tahun 1964, ditetapkan standar observer 10° (CIE 1964), terutama untuk objek berukuran besar. Violet} Od: 03.04 08 06 7 x mbar: http:/hyperphysics.phy-astr.gsu.eduihbase/vision/cie. html 48, Sistem Ruang Warna CIE 1931"° njang gelombang tertentu. Nilai tristimulus X, ¥, Z na pada sistem ruang wama CIE 1931 yang “i 2 ae (14) rlaku bahwa x+y+z = 1 untuk semua i Koordinat x dan y untuk diplot ke 49 Dipindl dengen Camscanner dalam sistem ruang wama dua dimensi CIE 1931 (linat Gambar 15) Plot nilai x dan y pada rvang wama CIE 1931 dapat memberikan informasi tentang corak warna, kecerahan, kejenuhan (kemurnian) warna, serta panjang gelombang dominannya. Koordinat warna CIE 1931 biasanya dituliskan sebagai Y xy. Nila Y dapat berati pula sebagai nilai kuantitatif dari kecerahan warna- sistem ruang wama CIE 1931 mampu menggambarkan dan mengalur posisi suatu warna tertentu melalui sistem koordinat warna dan diagram. Sistem ini juga memiliki kemampuan untuk membandingkan warna. Data grafik dan angka digunakan untuk menggambarkan warna dan perbedaannya menggunakan fungsi Y, x, y, Kemurnian dan panjang gelombang dominan, Namun demikian, sistem ruang warna ini pada kenyataannya memiliki keterbatasan dalam pengaplikasiannya, diantaranya tidak dapat menggambarkan perbedaan warna yang sesuai dengan persepsi visual. 6.23 Sistem Ruang Warna Lab (Hunter Lab 1958 dan CIE Ltatb* 1976) Sistem ruang wara CIE 1931 dikembangkan menjadi sistem ruang warna CIE 4976 dengan mengatur perbedaan setiap warna sehingga menjadi lebih sesval dengan persepsi visual. Pada tahun 1976, CIE merekomendasikan penggunaan sistem ruang warna CIE L'atb* atau CIE LAB. Skala warna pada CIE LAB sudah hampir mendekati seragam. Skala wara yang lebih seragam tersebut dapat meminimalkan perbedaan yang terjadi antara rencana pewarnaan dan hasil nyata yang diperoleh. Sistem ruang wamna CIE LAB disusun dalam satu bentuk kubus. Nilai axis L* ditunjukkan pada arah vertical dari atas ke bawah, dengan nilai maksimum di posisi atas yakni 100 dan nilai minimum 0 di posisi terbawah. Nilai at dan bt menunjukkan kecenderungan arah warna. Nilai a* (+) menunjukkan warna merah, a* (-) hijau, b* (+) kuning, dan b* (biru). Diagram ruang warna CIE LAB ditunjukkan oleh Gambar 16. Koordinat warna L*, a", b* dari sebuah objek dihitung dengan tahapan sebagai berikut : 1. Objek diukur dengan menggunakan spektrofotometer. 2. Pemilihan iluminan sebagai sumber cahaya. 3. Pemilihan standar observer. 50 Dipindal dengan Camscanner 4. Penghitungan nitai tristimulus (X, Y, Z) berdasarkan data yang diperoleh dari cahaya, objek, dan pengamat ‘Sumber gambar: http:/hvww labcognition com/onlinehelp/enicie_? 1976_|_a_b__color_model.htm Gambar 16. Sistem Ruang Warna LAB (CIE 1976)" Saat ini, terdapat dua sistem ruang warna Lab yang sangat populer dan digunakan secara luas sebagai standar warna di berbagal industri pewarnaan, Yaitu sistem ruang wana Hunter Lab (1958) dan CIE Ltatb" (1976). Kedua sistem ruang warna tersebut memilki pengaturan warna dan kenampakan visual yang sama karena secara matematis sama-sama diturunkan dari nial tristimulus XYZ, namun hasil numeris keduanya memilki sedikit perbedaan. Hunter Lab memilki rung wama yang sedikit lebin panjang di area warna biru, sementara CIE La",b* memiliki area yang lebih panjang di spektrum warna kuning. Sistem CIE L*a*b* saat ini lebih direkomendasikan untuk digunakan secra universal kKedua sistem ruang warna L,a,b dapat dihitung dari data nilai tristimuls obyek (X, Y, Z) dan sumber cahaya (Xn, Yn, dan Zn) dengan menggunakan persamaan (15): Hunter Lab CIE Lratbt L = 100 (Y/Yn)'? LY = 116 (Y/Yn)"® — 16 = Ka (Xn = ie * a Se Yio a* = 500 [(X/Xn)" — (y/¥n)"] b= Kb (¥/Yn= Zn) 7 Yin — Z/Zn) = 200 [(V/Yn)"° — (Z/Zn)""} (Yn) 51 Dipindal dengan Camscanner Sistem ruang wama CIE L*a’b* 1976 biasa juga disebut dengan koordinat persegi panjang (rectangular coordinate), sedangkan sistem ruang warna L" h biasa disebut koordinat polar, yanga kan dibahas pada sub bab berikutnya. 6.2.4 Sistem Ruang Warna Polar Lcth Sistem L*C*h merupakan bentuk representasi polar dari sistem ruang warna CIE L+a*bt (Linat Gambar 17). Secara numerik, sistem ruang warna polar L*C*h menggambarkan warna dengan pendekatan nilai yang sama dengan “Prang sistem’, yaitu hue, lightness (value), dan chroma (saturation). tri. Bila menggunakan rumus “Pitagoras”, maka persamaan: (C*)’ = (a*)? + (b*)?, sedangkan nilai h ematiknya, sistem polar L*Cth tidak meri dibandingkan dengan sistem CIE L*a°b*, 52 Dipindl dengen Camscanner sehingga hingga saat ini sistem CIE L*a*b* 1976 masih direkomendasikan dan digunakan secara luas dalam industri pewarnaan. 6.2.5 Beda Warna Beda warna (AE) adalah nilai yang menunjukkan perbedaan karakter wane dua objek berwarna yang diukur serta dibandingkan secara kuantitatif dan dihitung dari resultan semua nilai Koordinat atau karakter warna pada suatu sistem rvand Wwarna, Terdapat perbedaan toleransi nilal beda warna yang dapat diterima untuk setiap industri yang berbeda, misalnya: untuk warna cat otomotif, nifai toleransi eda warna yang dapat diterima sangat kecil dan mendekati batas persePs! minimum, sebaliknya untuk warna makanan, nilai toleransi beda warn yang dapat diterima cukup besar dan mencapai batas maksimum. Nilai beda warna dihitung dari selisih nilai wama standar dan sampel (nilai warna standar — nilai warna sampel). Dalam sistem ruang warna CIE Lta’b* 1976, berlaku kriteria sebagai berikut: = Sika nilai AL* posit, maka warna sampel lebih muda dibanding wera standar, Sebalknya, jika nilai AL* negati, maka wamna sampel lebin tua dibanding wama standar. - Jika nilai Aa* posit, maka sampel berwamna lebih merah (kurang hijau) Gibanding warna standar, dan sebaliknya, jika Aa* negatif, maka sampel berwama lebih hijau (kurang merah) dibanding warna standar. = Jika nilai Ab* positif, maka sampel berwama lebih kuning (kurang biru), sementara jika Ab* negatif, maka sampel berwarna lebih biru (kurang kuning) Nilai toleransi beda wama ditentukan oleh beberapa aspek, terutama permintaan konsumen berdasarkan standar tertentu yang dipersyaratkan, Namun demikian, hingga saat ini tidak ada standar yang dijadikan acuan utama dalam menentukan rilai toleransi beda warna. Nilai AE juga tidak dapat dijadikan satu-satunya acuan dalam melakukan proses penandingan warna, karena adanya beberapa kelemahan seperti ketidakseragaman visual. Sebagai contoh: jika warna semakin muda, maka toleransi nilai AL" bisa lebih besar, namun toleransi nilai Ja* dan Ab* semakin kecil. Sebaliknya, jika warna semakin jenuh, maka nilai toleransi ‘a* dan Ab* bisa ditentukan lebih besar. 53 Dipindal dengan Camscanner Nilai AE tidak selalu memiliki reliabilitas yang mutlak untuk dijadikan standar kualitas warna, Dengan nilai AE yang sama-sama memenuhi standar, dua karakter hasil pengukuran dapat memiliki ketidakseragaman visual, atau bahkan h, dua hasil pencelupan iki nilai AL*, Aa’, dan ‘Aa*, dan Ab™ secara visual tampak jelas bedanya, Sebagai contol memberikan nilai AE sama, yaitu 1. Hasil pertama mem Abt masing-masing 0,57, sedangkan hasil kedua memilikinilal AL" masing-masing 0, 1, dan 0, Bila difhat secara visual, arah warns hasil celup un tingkat kecerahannya eda (jauh lebih muda) namun kedua sangat baik dengan tidak terjadi perbedaan, nam sangat jauh, sehingga warna sampel terlihat sangat be dibanding wama standar. Secara angka, nilai beda warna dapat diterima, secara visual, warna yang diperoleh tidak dapat diterima. Seballknya, hasil celup pertama dapat diterima secara angka maupun visual Nilai beda warna dapat dihitung berdasarkan sistem ruang warna- Untuk sistem konvensional CIE 1931, dimana X, Y, dan Z adalah nilai tristit warna dapat dihitung dengan persamaan (16): BE xyz = VX)? + (YP? + (02)? (16) Nilai beda warna yang dihitung dengan sistem CIE 1931 int memiliki paling tidak imulus, nilai beda dua kelemahan. Pertama adalah Karena sistem ini hampir tidak pernah digunakan, terutama dalam hasil akhir penghitungan pengukuran warna. Kedua, nilai X, Y, dan X tidak memilki hubungan langsung dengan karakteristik warna secara visual, sehingga sulit untuk diinterpretasi secara langsung. Sistem CIE 1976 dapat memberikan informasi lebih obyektif dan relevan dengan karakter warna yang diinterpretasi secara visual, meskipun masih mengandung kelemahan seperti tidak adanya keseragaman visual sebagaimana telah diuraikan sebelumnya. Nilai beda warna pada sistem ruang warna CIE 1976 dihitung dengan persamaan (17) sebagai berikut: AE gp. = V (AL)? + (4a +)? + (Ab +)? (17) Nilai beda warna pada sistem polar L*C" hit h dapat dihitung d i sesual dengan persamaan (18) iaicalhiaiatoa 4H = {Ea +b +)? = AL +)? = C2 (18) 54 Dipindal dengan Camscanner dimana: AH menunjukkan besarnya perubahan hue (motif warna). Kelemahan akurasi nitai beda warna yang ditentukan berdasarkan dua sistem ruang warna CIE La*b* dan L*C*h telah dikoreksi dengan menggunakan sistem elipfik AEgye. Dengan sistem ini, ketidakseragaman visual diperbaiki dengan memperhitungkan aspek rasio antara L:C (kecerahan berbanding kejenuhan warna) Rumus perhitungan nilai beda warna eliptik CMC dapat dilihat pada persamaan (1g)."* AE cuctie) = oF 5 a dimana: cf = commersial factor (bila tidak diketahui, maka nila cf yang baik adalah 1); ke = lightness to chroma ratio; AL", AC*, dan AH" adalah perbedaan rilai lightness, chroma, dan hue antara standar dan sampel berdasarkan sistem CIE LAB: I dan c adalah toleransi perbedaan relatif lightness dan chroma yang diterapkan dengan memperhitungkan perbedaan hue Nilai ie yang balk biasanya ada pada rasio 2:1, dan: 0,040975lte ya LA. A * Se ny ka L's 16 atau SL=0,511 jika L*, < 16 T4 00133 Crens SC = 0,638 + SH = SC (TF + 1-F) ay oy ° - (Caps) = dimana: F = (See GI? dan T= ki | ke C08 (Mans * ke)| dimana: k (i = 1,2,3) dengan nilai masing-masing sebagai berikut: k1=0,36; k:=0,4; dan ks=35 jika Hs < 164 atau Hs 2 345 atau k,=0,56; k: dan k3=168 jika 164 70. 2, Telah memperoleh data valid pada semua hasil praktikum Percobaan F. ‘Apabila dua syarat di atas belum terpenuhi, maka Anda harus mengulang Percobaan F atau melakukan koreksi sebelum melaksanakan Percobaan G. 57 Dipindal dengan Camscanner BAB Vil PERCOBAAN G: PEMBUATAN SEGITIGA WARNA 7.4 Pendahuluan 7.1.1 Maksud dan Tujuan Percobaan Maksud Percobaan G adalah melakukan pencelupan kain tertentu dengan zat warna tertentu dan pada konsentrasi tertentu, yang terdiri atas campuran tiga wama dasar, dengan komposisi bervariasi dari 0-10. Tujuannya adalah untuk membuat suatu katalog warna yang berasal dari suatu jenis zat warna tertentu pada bahan tertentu, agar diperoleh data base warna secara manual, sehingga dapat digunakan untuk membantu proses penandingan warna, 7.1.2 Deskripsi Percobaan Pada Percobaan ini, mahasiswa diberi tanggung jawab untuk membuat data base hasil pencelupan suatu zat warna tertentu yang diaplikasikan pada kain tertentu dengan komposisi yang sudah diatur sedemikian rupa sehingga jka ditampilkan dalam bentuk 2 dimensi akan membentuk sebuah piramida atau segitiga sama sisi. Setiap ujung dari segitiga tersebut adalah warna primer.. Setiap kelas diberikan keleluasaan untuk mengatur pembagian kerja setiap kelompok, mulai dari pembagian komposisi, perhitungan bahan, pencelupan, hingga penyusunan Katalog 7.1.3 Manfaat Percobaan Melalui percobaan ini, mahasiswa diharapkan mampu membuat suatu komposisi warna yang baik yang dapat dijadikan sebagai data base warna. Mahasiswa dituntut untuk terampil dalam menghasilkan kain celupan dengan perubahan warna yang konsisten. 7.2 Teori Pendekatan ‘Segitiga warna merupakan kumpulan warna yang merupakan campuran dari tiga warna tunggal dengan berbagai komposisi dan disusun sesuai dengan gradasinya, Kumpulan warna ini disus i un sesuai dengan un mposisinya membentuk piramida. Contoh pee susunan segitiga w: T aoa ‘ga warna dapat dilinat pada 58 Dipindal dengan Camscanner ‘Gambar 18. Contoh Susunan Piramida Warna (Segitiga Warna)' Segitiga warna (piramida warna) merupakan sistem klasik yang dikembangkan oleh para ahli warna untuk menggambarkan sistem warna. Sebagai contoh, piramida warna yang ditunjukkan oleh Gambar 18 dikembangkan oleh seniman Jerman bernama Johanes Tobias Mayer (1723-1762) untuk menggambarkan sistem wama yang mungkin terbentuk dari pencampuran tiga warna tunggal (dasar) dan sekaligus memberi nama pada masing-masing warna yang dihasilkan. ° Sistem warna yang disusun dalam piramida warna hanya hasil dari Pencampuran hingga tiga wara dengan hanya memperhitungkan hasil Pencampuran corak wama, Pada tahun 1772, Johann Heinrich Lambert, yang juga berkebangsaan Jerman mengembangkannya secara lebih komprehensif dengan sistem piramida tiga dimensi (3D) )"® yang memasukkan aspek kejenuhan warna (saturation), Sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 19. Sistem warna Yang disaian oleh Lambert merupakan pengembangan yang hasilnya diyakini akan sangat bermanfaat bagi industri tekstil sebagai Petunjuk inventarisasi waa yang dikerjakan. Bagi penghasil zat wana, sistem warna yang dikembangkan ini juga dapat dijadikan inspirasi atau petunjuk untuk i yang lebih luas.° Sa Oe ata 59 Dipindal dengan Camscanner Gambar 19. Piramida Warna Tiga Dimensi"® Dengan demikian, terlihat bahwa segitiga warna merupakan bentuk paling sederhana dari sistem warna. Dari sistem paling sederhana tersebut, lahirlah berbagal sistem ruang warna sebagaimana yang berkembang dan digunakan las saat ini. Sistem ruang warna yang dikembangakan, awal mulanya dibuat dalam bentuk fisik dan dipakai sebagai bank wama. Dengan sistem terkomputerisasi, sistem warna ini telah dikembangkan dalam bentuk digital dan terintegrasi dalam bentuk piranti lunak alat ukur wama. Bahkan, sistem ruang warna telah distandarisasi secara universal dan dapat dianalisa secara kuantitatf, Walaupun segitiga warna merupakan cara paling klasik dalam menyusun warna, ‘metode ini masih digunakan dalam praktikum Pengukuran warna ini. Alasannya adalah untuk memberikan Pengalaman konseptual bagi mahasiswa dalam 60 Dipindal dengan Camscanner pengembangan sistem ruang warna, juga untuk melatih keterampilan dan intuisi dalam melakukan pencampuran warna dalam proses pencelupan. 7.3 Tugas Pendahuluan Satu paket segitiga (piramida) warna disusun oleh satu grup praktikum. Tentukan fencana pembuatannya dengan berdasarkan pada skema templat yang bisa dilinat pada Gambar 20 di bawah ini, Ye Yolow yran warna (bisa 0-10 atau 0-20 untuk masing-masing n dengan dosen dan asisten pada saat praktikum kan berdasarkan kebutuhan dalam membangun isusun atas komponen-komponen sebagai berikut: Untuk setiap orang dalam satu kelompok setiap komposisi warna proses pencelupan 61 Dipindal dengen Camscanner

You might also like