Professional Documents
Culture Documents
Analisis Perkuatan Tanah Dasar Pada Tanggul Sungai
Analisis Perkuatan Tanah Dasar Pada Tanggul Sungai
PENDAHULUAN
Berdasarkan penelitian keterangan yang diperoleh dari Dinas Pekerjaan Umum (DPU) Kota Surakarta yang telah
melakukan kajian kondisi tanggul Sungai Gajah Putih bersama peneliti dari Universitas Sebelas Maret Surakarta
(UNS) berupa pengecekan kekerasan tanah tanggul, mengatakan bahwa tanah bagian bawah tanggul termasuk
tanah lunak yang menyebabkan tanah tidak kuat menahan beban dan bergerak kebawah tanggul menggeser
tanggul keluar sehingga tanggul pecah.
METODOLOGI
Tahapan penelitian:
1. Studi kasus, meninjau lokasi tanggul yang longsor.
2. Pengumpulan data, data yang digunakan berupa data sekunder.
3. Menganalisis tanggul keadaan awal.
4. Menganalisis tanggul setelah perbaikan tanpa cerucuk kayu.
5. Menganalisis tanggul setelah perbaikan yang diberi perkuatan cerucuk kayu dengan variasi konfigurasi
kelompok tiang.
6. Menganalisis hasil perhitungan untuk mendapat konfigurasi tiang cerucuk yang optimum.
Data sekunder didapat dari instansi terkait yaitu Laboratorium UNS.
Tabel 1. Data tanah hasil pengujian laboratorium pada BH 2.
Parameter Satuan BH – 2
Tanah 4,00 – 4,50 m 7,50 – 8,00 m
W % 56,40 44,78
γb gram/cm3 1,797 1,764
Gs - 2,68 2,63
Gravel % 0,28 0,00
Sand % 9,60 9,00
Silt+clay % 90,12 91,00
LL % 83,76 80,83
PL % 25,40 33,80
IP % 58,36 47,03
Sketsa penampang lereng Gajah Putih yang dianalisis ditunjukan pada Gambar 1, variasi muka air tanah
ditunjukan pada Gambar 2, serta variasi jarak antar tiang dan panjang tiang cerucuk ditunjukan pada Gambar 3.
e-Jurnal
Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL Vol. 2 No. 1/Maret 2014/150
2014/
ISSN 2354-8630
Variasi ini meliputi panjang tiang cerucuk kayu dan jarak antar tiang cerucuk kayu dalam meningkatkan kapasitas
dukung tanah dengan jumlah tiang yang digunakan sama yakni 9 tiang
e-Jurnal
Jurnal MATRIKS TEKNIK SIPIL Vol. 2 No. 1/Maret 2014/151
2014/
ISSN 2354-8630
2. Pengaruh perbaikan tanpa cerucuk kayu terhadap stabilitas DPT.
Perbaikan dinding penahan tanah tanpa cerucuk kayu yang didalamnya termasuk perubahan dimensi dinding
penahan tanah dan penggantian tanah urug memberikan pengaruh perubahan kenaikan nilai faktor aman (SF).
Dari hasil yang didapat pada analisis dinding penahan tanah (DPT) dapat ditarik kesimpulan bahwa DPT
sebelum maupun setelah perbaikan tidak kuat dalam mendukung stabilitas geser dan stabilitas terhadap kapasitas
daya dukung tanah, sedangkan untuk stabilitas gulingnya bisa dikatakan memenuhi kecuali untuk kondisi ekstrim
seperti variasi MAT di kedalaman ¾ H DPT atau 1 H DPT, karena muka air tertinggi di lapangan hanya sampai
kedalaman ⅔ H DPT. Maka diperlukan cerucuk kayu untuk meningkatkan stabilitas geser dan stabilitas daya
dukungnya, cerucuk kayu dianalisis dalam kelompok tiang dengan variasi panjang tiang (L) dan jarak antar tiang
(s).
Gambar 4. Grafik hubungan kedalaman MAT dengan faktor aman (SF) kelompok tiang pada variasi jarak antar
tiang (s).
Jika diperhatikan pada tabel rekapitulasi analisis tiang cerucuk kayu, penambahan jarak antar tiang (s) dalam
kelompok tiang hanya berdampak pada faktor aman daya dukung sedangkan untuk faktor aman gaya lateral tidak
berubah. Ini dikarenakan pada analisis daya dukung terdapat efisiensi tiang kelompok dimana dalam tanah
kohesif semakin dekat jarak tiang maka semakin menurun faktor amannya. Sedangkan hasil yang didapat
menunjukkan semakin dekat jarak antar tiang, maka semakin besar faktor aman daya dukungnya. Ini
dimungkinkan karena struktur yang ditopang merupakan struktur menerus sehingga jika jarak tiang diperbesar
tidak hanya menambah kapasitas dukung tiang kelompok tapi juga menambah bidang beban yang harus ditopang
oleh tiang kelompok. Dalam hal ini terjadinya penambahan beban yang harus ditopang lebih besar dari
penambahan kapasitas dukung kelompok tiang.
2. Hasil analisis variasi panjang tiang
Gambar 5. Grafik hubungan kedalaman MAT dengan Gambar 6. Grafik hubungan kedalaman MAT dengan
faktor aman gaya lateral (SF gl) kelompok tiang pada faktor aman daya dukung (SF ddt) kelompok tiang pada
variasi panjang tiang (L). variasi panjang tiang (L).
Berbeda dengan pengaruh jarak antar tiang, penambahan panjang tiang cerucuk mempengaruhi faktor aman daya
dukung dan faktor aman gaya lateral. Semakin panjang tiang yang dipakai semakin besar faktor amannya, namun
kenaikan ini harus dipertimbangkan lagi dari beberapa segi lainnya, misalnya pada tanah granuler tegangan
Gambar 7. Grafik hubungan kedalaman MAT dengan faktor aman (SF) kelompok tiang konfigurasi 7L 2,5d
setelah perbaikan dibebani beban mati dan hidup.
a. SF daya dukung
SF daya dukung mulai turun setelah posisi muka air tepat di ujung tiang (z ) = H + L sampai muka air di dasar
DPT atau (z) = H. Hal ini dikarenakan dalam persamaan kapasitas dukung yang terdapat pada tahanan ujung
maupun tahanan gesek menggunakan berat volume tanah dibawah DPT. Jika daerah ini terendam atau
sebagian terendam maka γ yang dipakai akan berubah menjadi γ’ sesuai posisi MAT. Semakin banyak daerah
yang terendam semakin turun faktor aman daya dukung.
b. SF gaya lateral
SF gaya lateral naik setelah posisi muka air tepat di dasar DPT atau (z) = H sampai muka air di permukaan (z
= 0), ini dikarenakan tekanan air memberikan kontribusi terhadap DPT. Semakin tinggi posisi air maka
semakin tinggi pula tekanannya, sehingga semakin turun faktor aman pada tahanan gaya lateralnya.
SIMPULAN
1. Perbaikan dinding penahan tanah yang didalamnya termasuk perubahan dimensi dinding penahan tanah dan
penggantian tanah urug memberikan pengaruh perubahan kenaikan nilai faktor aman (SF) sebesar 210% pada
stabilitas geser, 87% pada stabilitas guling dan 433% pada stabilitas daya dukung dinding penahan tanah.
2. Pemasangan cerucuk kayu dengan konfigurasi 7L 2,5d meningkatkan faktor aman (SF) pada stabilitas gaya
lateral rata-rata sebesar 200% dan pada stabilitas daya dukung rata-rata sebesar 1116%.
3. Pengaruh perubahan berupa penambahan panjang tiang (L) dari 6L menjadi 6,5L, 6,5L menjadi 7L, 7L
menjadi 8L berturut turut memberikan hasil kenaikan faktor aman terhadap stabilitas gaya lateral sebesar
24,5%, 22% dan 41,8% sedangkan kenaikan faktor aman (SF) terhadap stabilitas daya dukung sebesar 7,5%,
7% dan 13%. Pengaruh penambahan jarak antar tiang (s) pada kelompok tiang tidak berpengaruh pada
stabilitas gaya lateral, namun penambahan jarak antar tiang dari 2,5d menjadi 3d dan dari 3d menjadi 4d
berturut turut memberikan hasil penurunan faktor aman (SF) pada stabilitas daya dukung sebesar 10% dan
18%.
4. Dari hasil analisis maka didapat konfigurasi tiang kelompok cerucuk kayu yang optimum, yaitu 7L 2,5d.
Artinya panjang tiang yang digunakan adalah 7m, dengan jarak antar tiang pada kelompok tiang yaitu 2,5d.
UCAPAN TERIMAKASIH
Ucapan terima kasih kepada Dr.Niken Silmi Surjandari, ST., MT dan Dr.Techn.Ir. Sholihin As'ad, MT yang telah
membimbing, memberi arahan dan masukan dalam penelitian ini.