Professional Documents
Culture Documents
LP Kehilangan Dan Ansietas
LP Kehilangan Dan Ansietas
Disusun Oleh :
Widia Oktavia Krisma
211FK04040
fisik.
– ketidakberdayaan.
D. Klasifikasi
Menurut Hidayat 2014 Kehilangan dikategorikan dalam beberapa tipe
diantaranya :
a. Actual Loss
Kehilangan yang dapat dikenal atau diidentifikasi oleh orang lain, sama
dengan individu yang mengalami kehilangan.
b. Perceived Loss (Psikologis)
Perasaan individual, tetapi menyangkut hal – hal yang tidak dapat diraba
c. Anticipatory Loss
yang akan berlangsung. Sering terjadi pada keluarga dengan klien (anggota)
E. Rentang Respon
Menurut Hidayat, 2014 mengatakan rentang respon pada kehilangan individu
dalam rentang yang fluktuatif yakni dari tingkatan yang adaptip hingga
maladaptip
F. Faktor Predisposisi
1. Genetic
2. Kesehatan fisik
3. Kesehatan mental
tingkat kepekaan yang tinggi terhadap suatu kehilangan dan beresiko untuk
kambuh kembali
G. Faktor Presipitasi
Factor pencetus kehilangan adalah perasaan stress nyata atau imajinasi
individu dan kehilangan yang bersifat bio-psiko-sosial seperti kondisi sakit,
kehilangan fungsi sesksual, kehilanhan harga diri, kehialngan pekerjaan,
kehilangan peran dan kehilangan posisi dimasyarakat.
H. Mekanisme Koping
Pasien yang mengalami kehilangan akan mengalami tahapan penolakan,
marah, tawar menawar depresi dan peenrimaan. Peran keluarga yaitu orang tua
atau kerabat dekat pasien, teman dekat serta perawat dalam mebeberikan
terdiri atas tiga proses, yaitu syok dan tidak percaya, perkembangan
b. Perkembangan kesadaran
dalam.
c. Restitusi
kehilangan.
2) Fase jangka Panjang
alkohol
1. Faktor Predisposisi
a. Genetik : Seorang individu yang memiliki anggota keluarga atau
b. Kesehatan fisik : Individu dengan kesehatan fisik prima dan hidup dengan
2. Faktor Presipitasi
Faktor pencetus kehilangan adalah perasaan stres nyata atau imajinasi individu dan
kehilangan yang bersifat bio-psiko-sosial, seperti kondisi sakit, kehilangan fungsi seksual,
kehilangan harga diri, kehilangan pekerjaan, kehilangan peran, dan kehilangan posisi di
masyarakat.
3. Perilaku
b. Marah.
c. Putus asa.
4. Mekanisme Koping
a. Denial
b. Regresi
c. Intelektualisasi/rasionalisasi
d. Supresi
e. Proyeksi
I. MASALAH KEPERAWATAN
1. Kehilangan atau berduka
2. Isolasi sosial
3. Ansietas
4. Ketidakberdayaan
5. Harga diri rendah
J. ANALISA DATA
No. Data Masalah
1. Data Subyektif : Kehilangan/berduka
1. Klien mengatakan merasa sedih
2. Klien mengatakan merasa putus asa
dan kesepian
3. Klien kesulitan mengekspresikan
perasaan
4. Klien mengatakan sulit
berkonsentrasi
Data Obyektif :
1. Klien tampak menangis
2. Klien tampak mengingkari
kehilangan
3. Klien tampak tidak berminat dalam
berinteraksi dengan orang lain
4. Klien tampak merenung perasaan
bersalah yang berlebihan
K. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Kehilangan atau berduka
L. INTERVENSI
NO DX PERENCANAAN
TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
1 2 3 4 5
1 Kehilangan atau Pasien mampu: Setelah…..pertemuan klien mampu: SP
berduka 1. Klien dapat 1. Klien dapat membina hubungan saling 1. Bina hubungan saling percaya dengan klien
berinteraksi dengan percaya dengan perawat 2. Berikan motivasi klien untuk mendiskusikan
orang lain 2. Klien mampu mengontrol tingkah laku dan pikiran dan perasaannya.
2. Klien merasa harga menunjukkan perbaikan komunikasi dengan 3. Jelaskan penyebab dari harga diri yang
rendah.
dirinya naik orang lain.
4. Dengarkan klien dengan penuh empati, beri
3. Klien menggunakan 3. Membantu klien menerima perasaan dan
respon dan tidak menghakimi.
koping yang adaptif pikirannya.
5. Berikan motivasi klien untuk menyadari
4. Klien dapat 4. Membantu klien menjelaskan konsep dirinya
aspek positif dan negatif dari dirinya.
mengontrol dan hubungannya dengan orang lain melalui
6. Beri dukungan, Support dan pujian setelah
perasaannya keterbukaan.
klien mampu melakukan aktivitasnya.
5. Berespon secara empati dan menekankan
7. Masukan ke jadwal kegiatan harian pasien.
bahwa kekuatan untuk berubah ada pada
klien.
SP
1. Mengevaluasi pada pertemuan pertama
2. Membantu klien menerima perasaan dan
pikirannya
3. Membantu klien menjelaskan konsep dirinya
dan hubungannya dengan orang lain melalui
keterbukaan
4. Berespon secara empati dan meekankan
bahwa kekuatan untuk berubah ada pada klien
5. Membantu klien mengkonseptualisasikan
tujuan yang realistic
6. Membantu klien mengurangi rasa bersalah
7. Masukan ke jadwal harian kegiatan pasien
1. Kasus Ansietas
a. Definisi
Kecemasan adalah perasaan yang tidak jelas dan samar yang
disertai dengan perasaan tidak pasti, tidak berdaya, isolasi, dan tidak
aman (Rahmi, dkk, 2021).
Ansietas adalah kondisi emosi dan pengalaman subyektif individu
terhadap objek yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya
yang memungkinkan individu melakukan tindakan untuk menghadapi
ancaman (SDKI, 2017).
b. Tanda dan gejala
Menurut SDKI (2017) menjelaskan bahwa tanda gejala ansietas dibagi
menjadi dua yaitu :
1. Data subjektif
a. Klien mengatakan merasa bingung.
b. Klien mengatakan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi
yang dihadapi.
c. Klien mengatakan sulit berkonsentrasi.
d. Klien mengeluh pusing
e. Klien mengatakan tidak mau makan
f. Klien mengatakan tidak berdaya
2. Data objektif
a. Klien tampak gelisah.
b. Klien tampak tegang.
c. Klien tampak sulit tidur.
d. Frekuensi nafas klien meningkat.
e. Frekuensi nadi klien meningkat.
f. Tekanan darah klien meningkat.
g. Klien tampak Diaphoresis.
h. Klien tampak tremor.
i. Klien tampak pucat.
j. Suara klien tampak bergetar.
k. Kontak mata berkurang.
l. Sering berkemih.
m. Berorientasi pada masa lalu.
c. Tingkatan
Menurut Rahmi, dkk (2021) menyatakan bahwa tingkatan ansietas
dibagi menjadi 4 yaitu:
1. Ansietas ringan
Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lahan
persepsinya. Ansietas dapat memotivasi belajar dan menghasilkan
pertumbuhan serta kreativitas.
2. Ansietas sedang
Memungkinkan seseorang untuk memusatkan perhatian pada hal
penting dan mengesampingkan yang lain sehingga seseorang
mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan sesuatu
yang lebih terarah. Pada tingkatan ini lapangan persepsi seseorang
menyempit. Sensori penglihatan dan pendengaran tidak setajam
pada tingkat ansietas ringan.
3. Ansietas berat
Ansietas tingkatan ini ditandai dengan lahan persepsi yang sangat
kurang. Seseorang cenderung untuk memusatkan perhatian pada
detail tertentu saja dan mengabaikan hal lain. Semua perilaku
ditunjukan untuk mengurangi ansietas. Individu tidak mampu
berfikir berat lagi dan membutukan banyak arahan agar dapat focus
pada hal lain.
4. Ansietas panik
Berhubungan dengan rasa ketakutan dan terror. Individu pad
kondisi iini tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan
pengarahan. Aktivitas motorik meningkat, kemamapuan beriteraksi
dengan orang lain menurun, persepsi terditorsi dan kehilangan
pemikiran rasional adalah gejala dari panic. Kemampuan
berkomunikasi dan
fungsi tidak dapat berjalan dengan efektif. Tingkat ini tidak dapat
dibiarkan lama karena seseorang tidak dapat bertahan hidup pada
tingkat ini. Panic yang terjadi dalam waktu yang panjang akan
mengakibatkan kelelahab dan kematian. Dan tingkatan ini dapat
ditangani dengan aman dan efektif.
d. Klasifikasi
Menurut Triantoro (2021) menjelaskan bahwa ansietas dibagi menjadi
5 bagian sebagai berikut:
1. Separation anxiety (kecemasan perpisahan)
Keccemasan perpisahan ini merupakan ketakutan yang tidak
adekuat akibat perpisahan dari figure yang menjadi sumber
kenyamanan dan perlindunga (attachment figure). Gangguan
kecemasan paling banyak dialami oleh anak-anak sebelum
memasuki masa remaja. Kecemasan perpisahan ini juga
mengakibatkan munculnya reaksi anak menolak untuk sekolah
(school refusal). Gangguan ini jika tidak ditangani dengan baik
akan menyebabkan prognosis yang buruk bagi perkembangan anak
selajutnya. Menurut data empiris diperkirakan 1/3 anak dengan
gangguan panic dengan agoraphobia sekunder.
2. Phobia
Gangguan phobia ini ditandai dengan ketakutan yang kuat,
berulang-ulang, dan irasional yang tidak proporsional jika melihat
situasi nyata. Gangguan ini melibatkan reaksi takut yang spesifik,
terutama jika berdekatan atau melihat objek phobianya.
Terdapat tiga jenis gangguan phobia yaitu:
a. Gangguan phobia sederhana
Adalah gejala patologis yang dicikan sebagai ketakutan yang
berlebih, irasional, dan tidak realistis terhadap hewan, objek,
atau situasi tertentu dsb.
b. Gangguan phobia sosial
Merupakan phobia yang terjadi ketika seseorang mengalami
rasa takut atau cemas yang menetap ketika sedang berada
dalam situasi sosial yang melibatkan orang banyak.
c. Gangguan agrophobia
Agoraphobia berasal dari bahasa yunani agora yang artinya
pasar. Agoraphobia merupakan rasa takut pastologis terhadap
tempat terbuka atau tempat-tempat umum.
3. Generalized anxiety (kecemasan menyeluruh)
Gangguan ini ditandai dengan kecemasan yang tidak realistic dan
berlebihan dan kekhawatiran yang tidak berhubungan dengan
situasi spesifik atau adanya stressor eksternal.
4. Gangguan panic
Merupakan gangguan yang tidak dapat diduga serangnya, tidak
diakibatkan oleh adanya stimulus/keadaan/objek yang
mendahuluinya, sehingga mengakibatkan rasa cemas yang
berlebih.
5. Post traumatic stress disorders (gangguan stress pasca trauma)
Gangguan ini terjadi setlah individu mengalami suatu persitiwa
yang sangat hebat seperti bencana alam. Terdapat tiga
symptom post traumatic stress disorder yaitu:
a. Instrusive reexperiencing
Kembalinya peristiwa traumatic dalam ingataka.
b. Avoidance
Selalu menghindari dari sesuatu yang berhubungan dengan
trauma dan adanya perasaan terpecah.
c. Arousal
Kesadaran secara berlebih.
e. Rentang respon
Menurut Rahmi, dkk (2021). Mengatakan bahwa rentang respons
ansietas bervariasi antara respons adaptif dan maladaptive.
Respons adaptif Respons maladaptif
f. Factor predisposisi
Menurut Stuart (2013) terdapat tiga faktor penyebab terjadinya
ansietas, yaitu :
1. Faktor Biologis
Berupa ancaman yang mengancam akan kebutuhan sehari-hari
seperti kekurangan makanan, minuman, perlindungan dan
keamanan. Otak mengandung reseptor khusus untuk
benzodiazepine, obat-obatan yang meningkatkan neuroregulator
inhibisi asam gamaaminobutirat (GABA), yang berperan penting
dalam mekanisme terjadinya ansietas. Selain itu riwayat keluarga
mengalami ansietas memiliki efek sebagai faktor predisposisi
ansietas.
2. Faktor Psikososial
Yaitu ancaman terhadap konsep diri, kehilangan benda/ orang
berharga, dan perubahan status sosial/ ekonomi.
3. Faktor Sosial
Ancaman yang menghadapi sesuai usia perkembangan, yaitu masa
bayi, masa remaja dan masa dewasa.
Selain tiga hal di atas, Jiwo (2012) menambahkan bahwa
individu yang menderita penyakit kronik seperti diabetes melitus,
kanker, penyakit jantung dapat menyebabkan terjadinya ansietas.
Penyakit kronik dapat menimbulkan kekhawatiran akan masa
depan, selain itu biaya pengobatan dan perawatan yang dilakukan
juga akan menambah beban pikiran.
g. Factor presipitasi
a. Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan
fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk
melakukan aktivitas hidup sehari-hari.
b. Ancaman terhadap system diri seseorang dapat membahayakan
identitas, harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi dari
seseorang.
c. Kerentanan biologic
Gangguan ini cenderung berhubungan dengan abnormalitas
neurotransmitter (misalnya disregulasi GABA, serotonin, atau
norepinefrin) di dalam system limbic.
d. Gender
Gangguan ini menyerang wanita dua kali lebih banyak dari pada
pria.
e. Gangguan psikiatrik lainnya
Terdapat gangguan psikiatrik lainnya, termasuk gangguan depresi
dan panic.
f. Factor psikososial
Yang dimaksud seperti harga diri rendah, dan berkurangnya
toleransi terhadap stress (Rahmi, dkk, 2021).
h. Mekanisme koping
Tingkat ansietas menimbulkan dua jenis mekanisme koping sebagai
berikut :
1. Reaksi yang berorientasi pada tugas yaitu upaya yang disadari dan
berorientasi pada tindakan untuk memenuhi secara realistik
tuntutan situasi stres, misalnya perilaku menyerang untuk
mengubah atau mengatasi hambatan pemenuhan kebutuhan,
Menarik diri untuk memindahkan dari sumber stress, Kompromi
untuk mengganti tujuan atau mengorbankan kebutuhan personal.
2. Mekanisme pertahanan ego membantu mengatasi ansietas ringan
dan sedang, tetapi berlangsung tidak sadar dan melibatkan
penipuan diri dan distorsi realitas dan bersifat maladaptif (Dwi &
Mukhripah
, 2017).
4. Masalah keperawatan
1. Ansietas
2. Ketidakberdayaan
3. Gangguan pola tidur
5. Analisa data
No. Data Masalah
1. Data subjektif : Ansietas
a. Klien mengatakan merasa bingung.
b. Klien mengatakan merasa khawatir
dengan akibat dari kondisi yang
dihadapi.
c. Klien mengatakan sulit
berkonsentrasi.
d. Klien mengeluh pusing
e. Klien mengatakan tidak mau makan
f. Klien mengatakan tidak berdaya
Data objektif :
a. Klien tampak gelisah.
b. Klien tampak tegang.
c. Klien tampak sulit tidur.
d. Frekuensi nafas klien meningkat.
e. Frekuensi nadi klien meningkat.
f. Tekanan darah klien meningkat.
g. Klien tampak Diaphoresis.
h. Klien tampak tremor.
i. Klien tampak pucat.
j. Suara klien tampak bergetar.
k. Kontak mata berkurang.
l. Sering berkemih.
m. Berorientasi pada masa lalu.
6. Diagnosa keperawatan
Ansietas
7. Rencana tindakan keperawatan
Keluarga mampu: 1. Mendiskusikan SP 1 Keluarga : Penjelasan kondisi pasien dan cara merawat
kondisi pasien:
1. mengenal ansietas, penyebab, 1) Bina hubungan saling percaya
masalah ansietas proses terjadi, tanda a) Mengucapkan salam terapeutik, memperkenalkan diri
pada anggota dan gejala, akibat b) Menjelaskan tujuan interaksi: menjelaskan ansietas pasien dan cara merawat
keluarganya 2. Melatih keluarga agar proses penyembuhan lebih cepat
2. merawat anggota merawat ansietas
keluarga yang 2) Membuat kontrak (inform consent) dua kali pertemuan latihan cara merawat
pasien
mengalami ansietas 3. Melatih keluarga ansietas pasien
3. memfollow up melakukan follow up 3) Bantu keluarga mengenal ansietas:
anggota keluarga a) Menjelaskan ansietas, penyebab, proses terjadi, tanda dan gejala, serta
yang mengalami akibatnya
ansietas b) Menjelaskan cara merawat ansietas pasien: tidak menambah masalah (stres)
dengan sikap positif, memotivasi cara relaksasi yg telah dilatih perawat pada
pasien
c) Sertakan keluarga saat melatih teknik relaksasi pada pasien dan minta untuk
memotivasi pasien melakukannya
SP 2 keluarga : Evaluasi peran keluarga merawat pasien, cara merawat dan
follow up
Hidayat, A.A. 2014. Catatan Ilmu Kedokteran jiwa. Surabaya : Airlanga University
Pers
Yusuf, A., Fitryasari R., Nihayati N., 2015, Buku Ajar Keperawatan Kesehatan
Erlita, Dkk. (2019). Buku petunjuk praktikum keperawatan. Jakarta: UKI. Fitriani,
Yogyakarta:UAD PRESS.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia