You are on page 1of 7

TRADISI “MAKKULIWA” DI MASYARAKAT POLEWALI MANDAR

DARMAWAN
NIM : 10156122063
STAIN MAJENE
darmawandarmawan203@gmail.com

Abstrak
Makkuliwa merupakan salah satu ungkapan rasa syukur masyarakat terhadap rezeki yang
Allah SWT berikan kepadanya, dan juga agar harta atau barang tersebut mudah-mudahan
bisa menjadi berkah dan membawa manfaat. makkuliwa merupakan tradisi turun temurun dari
nenek moyang, tradisi ini dikombinasikan dengan nilai-nilai islam, misal doa keselamatan
untuk pemakaian barang dan doa semoga berkah dan bermaafaat atas barang tersebut. Hal ini
tertuju pada sesuatu benda yang baru kita miliki, sebelum digunakan terlebih dahulu
dikuliwakan dengan tujuan agar benda dan penggunanya sendiri memperoleh keselamatan.
Tradisi Makkuliwa merupakan tradisi yang mengajarkan kepada kita bahwasanya setiap apa
yang kita miliki itu semua datangnya dari Allah SWT. Masyarakat mandar sangat
memandang positif, sebab tradisi ini selalu mengingatkan kita untuk bersyukur serta
senantiasa berbagi dan menjalin silaturahim antar sesama. Mengeluarkan zakat ketika kita
memiliki suatu benda yang baru kita miliki itu adalah inti dari tradisi Makkuliwa tersebut.
Tujuan dari tradisi ini yaitu sebagai rasa syukur atas suatu pencapaian. Tradisi makkuliwa
dilaksanakan secara sederhana, dimana hanya di laksanakan oleh keluarga yang
bersangkutan. Prosesi tradisi makkuliwa ini secara umum pembacaan barzanji atau doa
kesalamatan, Adapun sesajian yang disediakan itu secara sederhana hanya ule-ule (bubur
kacang hijau), kue-kue, dan air untuk di letakkaan di depan imam atau ustadz lalu di siram
atau dicipratkan ke motor atau mobil yang dikuliwa. Pengaruh tradisi makkuliwa terhadap
masyarakat polewali mandar adalah masyarakat setempat merasa lebih berani, percaya diri
dan tidak ada beban jika tradisi tersebut sudah dilaksanakan. Masyarakat akan merasa tidak
ragu dalam menggunakan yang sudah dikuliwa karena mereka beranggapan bahwa jika
terjadi kecelakaan atau musibah itu disebabkan karena belum dikuliwa.
Kata kunci: masyarakat, tradisi, makkuliwa

Pendahuluan
Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang akan kaya terhadap keanekaragaman
budaya dan tradisi yang unik dan khas di setiap daerah. Tradisi berasal dari praktik kehidupan
yang sudah lama berjalan, sehingga tradisi muncul sesuai dengan kebiasaan yang dijalankan
para penganut agama seperti tradisi yang bersumber dari agama islam, Kristen, hindu dan
budha. Salah satunya adalah tradisi yang ada di Sulawesi Barat khususnya di polewali
mandar pada suku mandar. Masyarakat suku mandar memiliki banyak tradisi hasil dari
pencampuran antara ajaran islam dengan kebudayaan leluhur, contohnya seperti mappatama
(khatam qur’an), mambaca-baca (syukuran), massunnaq (sunatan), mammunuq (maulid
Nabi), makkuliwa, dan masih banyak lagi. Tradisi ini merupakan komponen kebudayaan yang
1
cukup tua yang telah dipertahankan oleh masyarakat mandar. Tradisi yang lebih dikenal
dengan istilah makkuliwa. Makkuliwa merupakan ritual yang memiliki makna
menyeimbangkan yang di interpretrasikan oleh masyarakat sebagai bentuk menjaga
harmonisasi dengan alam. Selain itu, tradisi ini merupakan serangkaian upacara yang tidak
lepas dari sesajian pokok sebagai bentuk simbol dan memuat nilai filosofis yang mengandung
berbagai macam doa dan harapan.1 Tradisi makkuliwa adalah tradisi turun temurun oleh
sebagian tokoh masyarakat mandar adalah warisan agama hindu-budha seteleh islam masuk
di mandar, ritual ini merupakan kombinasi dengan nilai-nilai islam misalnya pembacaan
barzanji, dan doa keselamatan untuk memakai barang.
Tradisi makkuliwa ini biasanya dilakukan pada saat masyarakat mandar mendapatkan
rezeki baik berupa rumah, kendaraan, harta melimpah, dan lain sebagainya. Tradisi ini
dilakukan sebagai rasa syukur atas barang tersebut, doa keselamatan agar saat memakai
barang tersebut terhindar dari marabahaya dan semoga berkah serta bermanfaat. Saat
dilaksanakannya tradisi ini tidak pernah lepas dari sesajian yang isinya seperti ule-ule (bubur
kacang hijau), sokkol, telur, memotong ayam, kambing, atau sapi sesuai dengan kemampuan-
kemampuan masyarakat tersebut, tradisi makkuliwa pada era modern saat ini tidak banyak
diketahui lagi oleh kalangan remaja. Mereka cenderung tidak tertarik untuk mengetahui dan
memahami tradisi tersebut, terlepas dari semua itu, makkuliwa sudah menjadi kebiasaan
masyarakat mandar. Ia telah menjadi tradisi yang harus dilaksanakan dan bahkan Sebagian
masyarakat menganggap tradisi tersebut adalah tradisi yang wajib dilaksanakan.
Oleh karena itu, tradisi makkuliwa menjadi masalah yang sangat menarik untuk
diteliti. Sehubungan dengan masih banyak kalangan remaja di era modern ini sudah
menghiraukan dan menganggap tradisi tersebut sebagai hal yang sudah kuno selain itu pula
hal yang sangat menarik adalah ada sebagian masyarakat mandar yang menganggap tradisi
yang wajib untuk di tunaikan. Penulis akan mengangkat judul “Tradisi makkuliwa pada
masyarakat polewali mandar”.

Pembahasan
Pengertian tradisi makkuliwa
Menurut khasanah Bahasa Indonesia, tradisi berarti segala sesuatu seperti adat
kebiasaan, ajaran dan sebagainya, yang turun temurun dari nenek moyang, ada pula yang
menginformasikan bahwa tradisi berasal dari kata traditium yaitu segala sesuatu yang
ditransmisikan oleh warisan masa lalu ke masa sekarang. Hal yang paling mendasar dari
tradisi adalah adanya informasi yang diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis
maupun (sering kali) lisan, karena tanpa adanya tradisi ini akan dapat punah.
Secara harfiah, makkuliwa berarti “sama lewa”, “sitottong” yang bermakna tidak
miring ke kanan dan tidak miring ke kiri. Dari arti tersebut dapat di definisikan bahwa kuliwa
adalah “menyeimbangkan”, suatu pengharapan untuk mendapatkan rezeki yang stabil. Kata
makkuliwa berasal dari Bahasa mandar, yakni kuliwa yang artinya syukuran keselamatan,
baca-baca atau semacamnya. Dalam masyarakat polewali mandar diartikan dengan
melakukan syukuran, atau melakukan selamatan terhadap sesuatu. makkuliwa merupakan

1
Tabrani Tajuddin, study living qur’an masyarakat nelayan desa pambusuang, jurnal, hal. 5

2
tradisi turun temurun dari nenek moyang, tradisi ini dikombinasikan dengan nilai-nilai islam,
misal doa keselamatan untuk pemakaian barang dan doa semoga berkah dan bermaafaat atas
barang tersebut.
Menurut salah satu narasumber yang penulis wawancarai, yang bernama Muh.Armin,
ia mengatakan bahwa makkuliwa merupakan salah satu ungkapan rasa syukur masyarakat
terhadap rezeki yang Allah SWT berikan kepadanya, dan juga agar harta atau barang tersebut
mudah-mudahan bisa menjadi berkah dan membawa manfaat. Jadi tradisi makkuliwa ini
tidak keluar dari ajaran islam karena masih mengharapkna doa-doa yg baik kepada Allah
SWT walaupun tradisi ini masih berbau mistis. Doa keselamatan dan bacaan Al-Qur'an itu
pula memiliki berbagai makna yang keseluruhannya merujuk pada kebaikan dan keselamatan
baik di dunia maupun di akhirat. Selain itu juga bahwa makkuliwa dianggap mampu
mendatangkan kebaikan dan kemudahan dalam menjalaninya.
Disamping itu, pada zaman milenial sekarang banyak kalangan remaja yang tidak tau
dengan tradisi ini karena mereka kurang berinteraksi dan tidak ingin tahu tentang adat dan
kebiasaan mandar serta mereka lebih condong ke gadget sehingga tidak mencari tahu ap aitu
kuliwa, bagaimana itu sejarahnya makkuliwa, apa makna makkuliwa. Dan juga remaja
sekarang ini lebih mementingkan dengan ilmu sosialnya sehingga lupa akan ilmu sejarah dari
daerahnya sendiri tentang tradisi-tradisi yang ada. Hal ini sesuai dengan pernyataan salah satu
informan yang mengatakan:
“Remaja yang sekarang itu kurang mengetahui yang namanya kuliwa karena remaja
pada zaman ini berada pada zaman milenial ndai sittengan diolo maie (tidak seperti
pada zaman dulu) sehingga budaya-budaya yang terdahulu kurang dipahami oleh
Kalangan remaja sekarang, makanya toma-tomauwweng ta totia (orang tua kita) kalau
ada anak muda yang beli barang baru pasti tomauwweng tu’u mauwwang pakkuliwao
mie ana’a (orang tua mengatakan makkuliwa nak) karena meraka sudah
memahaminya.”
Menurut informasi diatas dapat disimpulkan bahwa, pada zaman milenial sekarang
banyak remaja yang tidak tau dengan tradisi makkuliwa tersebut karena zaman ini sudah
berbeda dengan zaman terdahulu sehingga tradisi terdahulu kurang dipahami oleh kalangan
remaja sekarang.
Prosesi tradisi makkuliwa
Tradisi makkuliwa dilaksanakan secara sederhana, dimana hanya di laksanakan oleh
keluarga yang bersangkutan. Tahapan pertama yang dilakukan yaitu tahap perencanaan
terkait waktu pelaksanaan dan Persiapan dana. Selanjutnya tahapan persiapan yaitu
menyiapkan perlengkapan yang digunakan dalam melaksanakan makkuliwa, seperti
disebutkan dalam buku Muhammad Ridwan Alimuddin, ritual makkuliwa memerlukan syarat
menu ritual sebagai berikut:
1. Satu baki besar tujuh piring sokkol yang lima diantaranya satu butir telur ditiap-tiap
puncuk sokkol
2. Satu baki besar yang berisi enam sisir pisang, masing-masing berisi pisang manurung,
pisang tirak, pisang barangan, pisang balambangan, empat belas sokkol yang
dibungkus daun pisang, dan empat belas cucur.

3
3. Satu baki besar yang berisi air gelas air putih, tiga piring lauk, masing-masing berisi
daging ayam, ikan, dan sayur. Baki ini diletakkan di dekat posi arriang,
4. Satu baki besar yang berisi pisang tirak dan diatas pisang tersebut terdapat satu piring
sokkol dan satu butir telur putih.
5. Kappar yang berisi hidangan tersebut diatas
6. Satu baki kecil yng berisi delapan gelas ule-ule (bubur kacang hijau).
Setelah tahap tersebut sudah dipersiapkan dan kendaraan yang dibeli sudah siap dikuliwa
maka si tuan rumah akan miperoa (mengundang) beberapa orang tetangga terdekat, keluarga,
sahabat maupun kerabat, karena dengan melibatkan keluarga, sahabat, maupun katabat akan
menumbuhkan nilai solidaritas yang tinggi berdasarkan pada nilai kekeluargaan dan
ketetanggaan. Selanjutnya jika semua sudah tersedia maka akan dilakukan pembacaan
barzanji, kemudian doa dan makan bersama. Hal ini sesuai dengan pernyataan sesuai dengan
pernyataan salah satu informan yang bernama Sadli ali, beliau mengatakan:
“iya ri’o makkuliwao mua’ secara umum barzanji ri nabaca, jari mua’ ita didini di
mandar mappasadiai ule-ule, diang tomo kande-kande, kemudian mappande toi mua’ to
melo’ mappaande. Secara umum itu ule-ule ri napasadia, anna’ mappasadia toi wai, iya
ri’o waiyo naanna i dio diolona ustadz atau imam kemudian nabangani pa’doangang
atau barzanji. Mua’ purami na bacangan do’a iya ri,o waiyo napake mattolloi motor na
atau oto na”
Artinya:
“makkuliwa itu secara umum hanya pembacaan barzanji, jadi kalau masyarakat mandar
menyediakan bubur kacang hijau, ada juga kue, kemudian menyediakan makanan bagi
yang mau menyediakan. Secara umum itu hanya bubur kacang hijau yang disediakan dan
menyediakakn air, itu air di letakkan di depan ustadz atau imam kemudian dibacakan doa
atau barzanji, setelah itu pembacaan doa maka air tersebut digunakan untuk disiram atau
menyemprotkan ke motor atau mobil tersebut.”
Dari pemaparan diatas, peneliti menyimpulkan bahwa tradisi makkuliwa itu hanyalah
pembacaan doa-doa atau barzanji dan yang paling harus ad aitu adalah ule`-ule` atau bubur
kacang hijau dan air yang diletakkan di depan imam atau ustadz untuk dibacakan doa
ke`mudian di siram atau di cipratkan pada barang yang dikuliwa. Keberadaan imam atau
ustadz dan tokoh agama lainnya dalam tradisi keislaman amatlah penting, karena kehadiran
mereka sebagai jalan atau jembatan menuju Tuhan. Peran penting tercermin ini dapat dilihat
di masyarakat dalam konteks kenelayanan. Dalam tradisi makkuliwa lopi, annangguru
sebagai penghubung spiritual dengan adanya pembacaan doa-doa dan barazanji. Doa-doa
yang digunakannya pun diadaptasi dari bacaan-bacaan al-Qur’an. Oleh karenanya tradisi-
tradisi keislaman masih bertahan hingga saat ini termasuk tradisi makkuliwa lopi karena
adanya titik pertemuan antara budaya lokal dan nilai-nilai Islam dan mampu diterima di
masyarakat.
Pada masyarakat polewali mandar, pelaksanaan makkuliwa biasanya dilakukan pada malam
hari karena mayoritas masyarakat sibuk bekerja, jadi makkuliwa itu lebih baik dilaksanakan
pada malam hari. Tetapi ada juga masyarakat yang melakukannya pada siang hari, tergantung
dari keinginan masing-masing.
Pengaruh tradisi makkuliwa

4
Setiap agama dalam artian luas memiliki aspek fundamental (dasar) yaitu terkait
aspek kepercayaan, keyakinan maupun religi, terutama kepercayaan terhadap sesuatu yang
sakral, yang suci atau hal ghaib. Islam dan tradisi merupakan dua hal yang berlainan, tetapi
dalam perwujudannya dapat saling tertaut, saling mempengaruhi, saling mengisi, dan saling
mewarnai perilaku manusia. Sedangkan tradisi merupakan suatu hasil budi daya manusia
yang bersumber dari ajaran nenek moyang. Adat istiadat, budaya sebagai khazanah sosial
yang memiliki nilai positif dalam mempengaruhi kehidupan masyarakat. Tradisi telah
dijadikan sebagai alasan komunikasi sosial dan sekaligus sebagai perekat antar individu atau
antar masyarakat.
Pengaruh islam dan budaya tradisi memberi dampak terhapap penyebaran islam
karena dengan pencampuran budaya islam dengan budaya tradisi penyebaran islam lebih
mudah diterima. Terlepas dari semua itu, banyak tradisi- tradisi yang mempengaruhi sosial
dalam masyarakat baik dari segi kesenian, upacara-upacara adat dan sebagainya. tradisi yang
dipegang oleh masyarakat polewali mandar dalam makkuliwa memberi pengaruh yang sangat
besar dalam kehidupan bermasyarakat. kebiasaan yang dilakukan akan menjadi sebuah tradisi
dalam suatu lingkupan masyarakat. Ketika tradisi tersebut tidak dilakukan lagi maka akan
berpengaruh pada kehidupan masyarakat bagi yang mempercayainya. Jangankan tidak
dilakukan, dilakukan saja pun pengaruhnya tetap ada, baik positif maupun negatif, itu
tergantung dari pribadi seseorang. Masyarakat di polewali mandar dalam melakukan tradisi
makkuliwa akan merasa lebih berani dan percaya diri Ketika tradisi tersebut sudah dilakukan.
Masyarakat akan merasa tidak ada beban atau tidak ada lagi rasa ragu ketika menggunakan
yang sudah dikuliwa, kerena mereka percaya atau beranggapan bahwa jika terjadi
kecelakaan, hal tersebut di sebabkan karena belum di kuliwa atau belum dibacakan doa
keselamatan. Namun, tidak semua masyarakat setempat beranggapan seperti itu karena setiap
peristiwa musibah ataupun bahkan kematian semuanya sudah ditentukan oleh Alah SWT.
Menurut salah satu informan ada sedikit perbedaan yaitu beliau mengatakan:
“sebenarnya kalau masalah pengaruh, tidak terlalu berpengaruh untuk masyarakat karena
kuliwa itu untuk diri sendiri palling masyarakat mauwwani kuliwa, kuliwa tomo I’o mua’
andiang, andiang taomi I’o tania barang-barannu (masyarakat mengatakan kuliwa,
kuliwa sendiri, kalau tidak, ya tidak masalah karena bukan barang saya), tatapi bagi
orang makkuliwa itu bukan semata-mata untuk pamer tetapi hanya mereka bersyukur
atas pencapainnya telah membeli sesuatu atau mendapatkan sesuatu”
Jadi, kesimpulan yang kita ambil dari yang dikatakan oleh salah satu informan yaitu
makkuliwa itu tidak semua masyarakat mempunyai pengaruh akan tradisi ini karena ada juga
masyarakat yang menganggap ini biasa-biasa saja atau tradisi ini hanyalah untuk pribadi
seseorang.

Penutup
Simpulan
Kata makkuliwa berasal dari Bahasa mandar, yakni kuliwa yang artinya syukuran
keselamatan, baca-baca atau semacamnya. Hal ini tertuju pada sesuatu benda yang baru kita
miliki, sebelum digunakan terlebih dahulu dikuliwakan dengan tujuan agar benda dan
penggunanya sendiri memperoleh keselamatan. Tradisi Makkuliwa merupakan tradisi yang

5
mengajarkan kepada kita bahwasanya setiap apa yang kita miliki itu semua datangnya dari
Allah Swt. Masyarakat mandar sangat memandang positif, sebab tradisi ini selalu
mengingatkan kita untuk bersyukur serta senantiasa berbagi dan menjalin silaturahim antar
sesama. Mengeluarkan zakat ketika kita memiliki suatu benda yang baru kita miliki itu adalah
inti dari tradisi makkuliwa tersebut. Tradisi ini dikombinasikan dengan nilai-nilai islam,
misal doa keselamatan untuk pemakaian barang dan doa semoga berkah dan bermaafaat atas
barang tersebut. Pada zaman milenial sekarang, banyak kalangan remaja yang tidak tau
dengan tradisi ini karena mereka kurang berinteraksi dan tidak ingin tahu tentang adat dan
kebiasaan mandar serta mereka lebih condong ke gadget sehingga tidak mencari tahu apa itu
kuliwa, bagaimana itu sejarahnya makkuliwa, apa makna makkuliwa. Dan juga remaja
sekarang ini lebih mementingkan dengan ilmu sosialnya sehingga lupa akan ilmu sejarah dari
daerahnya sendiri tentang tradisi-tradisi yang ada. Tradisi makkuliwa dilaksanakan secara
sederhana, dimana hanya di laksanakan oleh keluarga yang bersangkutan. Prosesi tradisi
makkuliwa dimulai dari adanya barang yang ingin dikuliwa, contohnya motor, rumah, perahu
dan lain sebagainya. Selajutnya menyiapkan beberapa hidangan tetapi yang haru ada itu ule-
ule atau bubur kacang hijau dan air yang di letakkan di depan imam atau ustadz kemudian
pembacaan do’a atau barzanji. tradisi yang dipegang oleh masyarakat polewali mandar dalam
makkuliwa memberi pengaruh yang sangat besar dalam kehidupan bermasyarakat. melakukan
tradisi makkuliwa akan merasa lebih berani dan percaya diri Ketika tradisi tersebut sudah
dilakukan. Masyarakat akan merasa tidak ada beban atau tidak ada lagi rasa ragu ketika
menggunakan yang sudah dikuliwa.

Daftar Pustaka
Muliadi Ifdal Muhammad. “Makna dan Nilai Makkuliwa Masyarkat Mandar.” Skirpsi,
Universitas Muhammadiyah Makassar, 2018

6
Tajuddin Tabrani “Study Living Qur’an Masyarakat Nelayan” Jurnal Budaya Makkuliwa xv,
no. 30 (2019): 5
Salenda Kasjim, Arhamarrahimin “Tradisi Makkuliwa Lopi Pada Masyarakat Mandar
Balanipa Pada Perspektif Hukum Islam” Jurnal Ilmiah Mahasiswa Perbandingan
Mahzab 3, no. 1 (2022)
Kusnadi. “Eksplorasi Nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Makkuliwa Pada Masyarakat
Mosso Dhua Kab. Majene.” Tesisi, Institut Agama Islam Negeri Pare-Pare, 2021
Goncing Irlana Isna “Tradisi Makkuliwa Lopi Dalam Masyarakat Mandar Majene.” Skripsi
UIN Alauddin Makassar, 2017
Alwi Muh “Akulturasi Budaya Islam dan Tradisi Makkuliwa Pada Masyarakay Tubo Tengah,
Skripsi, IAIN Pare-Pare, 2020
Kiraman “Pengaruh Tradisi Makkuliwa Terhdap Masyarakat Mandar, Skripsi, Universitas
Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarya, 2015

You might also like