You are on page 1of 13
Sayan, Mens Sate Kon Memaknai Struktural Konflil sebagai Unit Analisis Perubahan Sosial On Sitahudin Stat Pengaloe SIA Gognsnsi Bandung Abstrak Hontik pata masyarokat indonesia dewaca inl, merupaken [pengalaman yang nyata untuk mengeloiadinamika Koti tersebut, pertama dan tervtama eagamans memaham kar perscalankonfk sosalyang ean sehingge penyslesaian ken ‘lau vekonsiasisosial dapat siakukan dengen proses dialog Secaraniscaya, untuk menjawabhaltesebut sah barangtents _aéanya kesungguhan darkelompok yang sedang berkonik, sera _aéanya kebutthan akan hidup berdampingan secara damai dan hharmonis dalam kordor persamaan dalam perbedaan, Sehingoa, konstruksicosial masyarakat Ingonesa yang majemuk dapat «ibangun dengan aganyainterakscosial antarKelompok dengan bak. Karenanya, masa depan Indonesia pun tidak luput atau ‘tentukan oleh hubungan antarkelompok sosial yang ada, Dengan demain, rests! Kontk tac lndbuunkan strtep ‘memanami kebuiuhar/kepentingan kelompok yang secang betkonfik. agar pengololaannya d-mene] dengan ar, tanpa ‘erugikan atau mengoroarkan Kelompok yang satu dan menguntungkan Kelompok yang lan, nun berada dalam rontguras log secaraterbuka dan ferus menerus sehinaga ‘menemuion dan sekaigus mergdenifasikepentngonberama, ee, 38 Adinistratur w vs Pendahuluan Penson. gosint adalah persoalan konllik. Bahkan Konfite disadarl atau tidak, ‘merapacan reaitas socal dalam pergaulan dan pergumulan Keehidupan masyarakat bangsa sehari-hari, Apa penyebab ‘tama adanya konflik dalam Kehidhpan masyarakat umm nya(?} Konflik sosial adalat Bagian integral. konstrukel sosial yang dibangun oleh pluralistic kelompok etinik, Stat onde terjad, setidaknye arena ada dua individu ataa kelompak kepentingan yang berbeda. Bepitu pun, adegan-adegan politike yang dipertontonkan flielit poliakeakhir-akhir ini, Sesunagunnya merwjuk kepada Kepentingan-kepentingan individ atau kelompokeya, Tt Sebabnya, konflle yang terjadi i tingkat elit politike elas Hake lepas dari adanya kepentingan. Kepentingan tertentu (vested interest. Kenyataan tersebut, Konflik elit politik sedikit banyak membawa pengarub yang tak bisa dinindari dalam pergummulan kehidupan polite pasional. ‘Memang, Konfik tidak bisa ibursihanguskan dalam kehi- up polit ez bangss tion state) int. fa senentiaga menghiasa pergulatan perpo: Titikanaya. Baile itu “dihis dengan memanfaatkan sen: timen politik SARA (suku, Am 208982 08 ——_ ‘agama, ras dan antargolonean) ‘AaGpee earena pertimbangan. Torimbangan kepentingan Ekonomi, ket sebebnya, Konflc pada dagacnya mempunyal Rarakteristik’ yang secara Rincaya hampir sama yaitu arena kepentingan-kepen- fingansmasing-roasingkelom- pok berbeda, ‘Tanpa pertim- Bangan kepentingan, tampak- nya tak emungsin terjadt kon. Dengan perkataan lain, bax pgunan adsl (baca: Konstrulst ‘osial) seperti Negara Indonesia, Secare alamish niscaya me- hyicapeo pervedaan-perbedaan yang tak bisa diabaikan dalam pergumulan dan pergaulan Rehidupanaya, sehingga secara Substansial potensial akan menimbulkan konfik. Dengan Gemikian, konflik menurat Chusnul Mariyah, merupakan onselaens! logs dari konstruks sosial dari masyaralat negara Indonesia di mana Indonesia dibangun dari berbagai kelompole etnile yang berbeda dan Kelompok agama yang Derbeda Persoalanaya, bagalmana ‘menyikapi konfitktersebut agar dapat dikelola dengan kon atruktif dan meminimalisir Kekerasan? Pendekatan apa Sajnsebagai terapi untuk menyelesaikan Konic, sehing a konf li. tersebut tidak dlangeap rigid dalam stratesi perubahan.sosial? Tulisan Singkat ini mencoba menge- laborast pendekatan struktural konflik sebagai unit analists perubahan sosial atas realitas Konfik yang terjad ai dalam Kehidupan masyaralcat bangs negara ink Konflike sebagai Titik Singgung Interaksi Konflik merupakan fakta sosial dalam setiap dimenst pergaulan dan pergumulan ‘kehidupan yang bersifat univer- sal, kendati yang menunjuk- kan kadar signifikansinya besar-kecilnya dari konseleuensi konfli tersebut, Iti sebabnya, dalam dunia nyata konflik tai bisa dibindari sebagai wajud- nyata dalam realitas interaks Kehidupan masyarakat maupun dalam kehidupan politi negara bbangsa (nation state). Seperti kkonilik vertikal antara rakyat foaca: GAM, Papua Merdeka) dengan negara, maupun konflik-konflik yang terjadi antara elit dengan elit dan rakyat dengan rakyat (konfli horizontal), menunjukkan benturan-benturan kepen- tingan yang masih eksis belum adanya titike tema antara yang sedang berkonfilk Seiring dengan kenyataan tersebute akankeab oniik ‘menjadi sebuah ancaman (dis integrastsosil) atau seal nya, sebuah perubahan yang signifikan dalam pergaulan kehidupan masyarakat, sehing ga menuju pada sebuah kor Sensus (integrasi sosial) Yo" mendasar manakala sistem Ssosial yang berbeda-beda itu ‘menanggalkan exoisme kelorn- poknya atau kepentingannya ‘masing-masing. eicaraeltae bahwa: ey (a) perubahan tate oar ae poe fae tan pate sarees 1 at a ae Tey a me soa (arg mera tri wa eee Sona os Dai asumsi dasar tersebut, teori konflik sesungguhnya merupakan strategi konfltk marxian modera yang meng- fjukan proposisi yang Kemu- dian dapat dielaborasi untuk ‘menjadi sebuah strategi kontik, Beberepa prinsip utamastrategi int menurut Stephen K. Sanderson (2000) adalah sebagai berilut. (1) Kenidupan sosial pada dasarnya merupakan arena konflik atau pertentangan di antara dan di dalam 3 Administratur « Volt kelompok-kelompok ¥a"6 bertentangan. (2) Samber.sumber daya ¢ko nomi dan keknasaan Krekuasaan politik mer pakan hal penting, Yank Derbagai kelompok bert eaha merebutnya {@) Akibat tipikal dari perten fangan ini adalah pemba- sian masyarakat menjadi Kelompok yang determina secara ekonomi dan kelom- pok yang tersubordinast (4) Pola-pota sosial dasar suatu masyarakat sangat diten- fukan oleh pengarub sosial dari kelompole yang secara ekonomi merupakan ke- lompok yang determinan. (6) Konfik dan pertentangan sosial di dalam dan dt antara berbagai masyarakat melahirkan kekuatan- Kekuatan yang meng sgerakkan perubahan sosial (6) Karena konfle dan pertes tangan merupakan ciri dasar kehidupan sosial, maka perubahan so menjadi hal yang umum dan sering terjadi. Identitas _Keindonesian Wogara Indonesia disadari atau tidak paling tidak dicirikan oleh pluralisme sosial. Realitas pluralistie masyarakat Indone- ‘ia, secara niscaya mempunye kebiasaan-kebiasaan yang berbeda satu sama lainnya yang menjadi cri khas, bablcan “no 1 As 2006 $3 senantiasa_menonjol Ke ma iean, Keaneksaragaman per pasa ini dats pale udev Pinoval dasa “pemba- meni, nan ait pak naa. dipungkiri dapat tar pipalkan masalah Yang seri Apalagl pertentangan bereA (auku, agama, ras dan SARA iongen) baik itt secara aeivelu/perorangan maupun itiinpot/gotongan. Narain WEinittan, sebagaimana dije- fhanan eich Poloma (2003), Keni dapat merupakan proses pene ‘bersifat. instrumental Wala pembentuken, pemnya- taan dan pemeliharaan strulcur toni. Konfle dapat menetap- ian can menjaga garis bates fntara dun atau lebih kelorpo Reafite dengan kelompok lain Gapat memperkuat kembalt identites Ketompole dan. metin- dunginya agar tidak lebur ke dalam dunia sosial sekellingnya. Dengan demikian, suku bangsa merupakan kelompok sosial yang secara sadar ‘mempunyai suatu kebudayaan sebagai ciri khas kelompok sosial tersebut dan bahkan secara niscaya menjadi suatu kesadaran kolektif yang ‘menjadi landasan wojudnya ta ‘adanya pengorganisasian sosial untuk melakukan interaksi sosial. Koentjaraningrat (1985) Imenielaskan bahwa Konsep fang tercakup dalam ietilah Suku bangsa adalah suatu ee iti tS olongan mansia yang tek Sieh Keaadaran damn Monttce than sual kebudayane, fedangkan ketadaran ian Hentins tad ering hal (ca tidak selatu) ikuatkan oh eeatuan babs ga Corak interaksi pada masyarakat yang majcmuk memang dipenganihi oleh ada atau tidaknya kebucaynan yang, dominan, dan kebudayaan yang dominan ini biasanya menjadi pengendali dan penyelaras interaksi antaretnik, suku, agama dan antargolongan. tu sebabnya, sebagaimana dije- taskan Koentjaraningrat (1990) masyaraket adalah memang sekumpulan manusia yang saling “bergau!” atau dengan istilah ilmiab, saling *berin- teraksi". Interaksi sosial yang dilakrukan masyaraicat melibat ‘kan anggota masyarakat dalam Xelompok sosial tertentu yang disebut sistem sosial. Selanjut- aya Koentjaraningrat (1990) mengatakan, — masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinys, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Memang, corak atau pola inure tsil disada Ala tidak dipengaruh oleh iden tte slater lal ssid bud \eslompok masing-masing, dan proses inteakattersebut alk Secara perorangen maupun say kelompok paling, tidak dapat aliednkan’ dalam dun Wale yaitu:(}}kontoka dn flora ist [Koentjoran Kontaxrtan em smyora ebiatuhian yang bia din. la alam pernaulannya, dan dalam kontale ata koma hikasi mengandung aspele ‘aspele yang positif dan negatif tergantung baik dalam cara interaksinya maupun dalam emaknaannya. tu sebabnya, Kontak dan komunikasi bisa posit dalam interaksi sosial, jika masing- ‘masing anggota masyarakat/ ‘tnis menyadari akan kelebihan ddan kekurangan yang berada dalam identitas kelompok/ golongan tersebut. Di samping itu, Kontak dan komunikasi un eeringlali menjadi sumber konflik, karena adanya kesalahpahaman atau terjadi pertentangan sebagai pangkal ‘utama dari adanya berbagai kketegangan yang ada pada setiap manyaralat Dengan pengertian lain, konflik bisa terjadi manakala setidaknya ada dua kepen. tingan yang. berlawanan/ berbeda. Faktor yang menjadi umber munculnya kon: tersebut di dalam masyarakat seperti dikatakan oleh Nasikun (2001) perubahan — sosial dianggap “bersumber" dt dalam faktor-faktor yang ada di dalam masyarakat itu sendiri. 7 2008 : 53-68 Acdministraturw v.10 1 VApens 2008: 88-68 ——_—_—___ Perubahan sosial yang dem kkian, teratama timbul karena adanya unsur-unusur yang saling bertentangan di dalam masyarakat. Kondisi tersebut terjadi arena di dalam masya- rakat mengenal pembagian ewenangan atau “otoritas” (au- thority) secara tidak merata yang, mengakibatkan timbulnya dua ‘macam kategori sosial di dalam ‘masyarakat, yakni mereka yang ‘memiliki otoritas, dan mereka yang tidak memiliki otoritas. Pembagian otoritas yang bersifat dikotomis tersebut oleh para yenganut pendekatan konflik dianggap menjadi sumber timbulnya konflik-konflik sosial di dalam setiap masya- rakat, karena adanya pemba- gian otoritas yang berbeda menimbulkan kepentingan- kepentingan yang berlawanan satu sama lain, Masyarakat, menurut Marx, terdiri atas Kekuatan yang mendorong perubahan sosial sebagai konsekuensi dari ketegangan-ketegangan dan perjuangan hidup. Perjuangan dan bukannya perkembangat damai merupakan mesi perubahan ke arah kemajuan, konflik adalah induk segala- galanya; oleh karenanya konflik sosial merupakan inti dari proses sejarah, Memang, para sosiolog membedakan dua jenis kon yang masing-masing memiliki Sebab yang berbeda dalam realitas pemunculannya, rea, ove Yank Dera deotrukif. Dalam konflik inj fterena diakibatkan oleh adanya kebencian yang berkembang Kembuh pada mereka masing- Wising Kelompok. Dalam hat Ini, salah satu penycbabnya bisa kecemburuan sosial ekonomi antara dua kelompok, Seperti konflik yang terjadi fantera suku Dayak dan melayu melawan suku Madura. Juga konflik destruktif pun bisa terjadi oleh penggunaan kekuasaan yang berlebihan oleh negara dan aparatnya seperti masa Orde Baru dengan penguasaan tanah rakyat oleh pemodal besar dengan Gukungan kekuasaan negara yang menimbulkan kemarahan di pihak rakyat ketika ada kesempatan. Termasuk seba- gian rakyat Aceh akibat diberlakukannya DOM (Daerah Operasi Militer) di wilayah mereka. Dengan demikian, konflik yang bersifat destruktif atau negatif, berarti konflik yang mengencam eksistensi sistem sosial atau sturktur sosial yang biasa dilakukan dengan cara- cara kekerasan atau pembumi- hangusan suatu identitas social (aca: genozide). Dan kedua, bentuk konflik yang fungsional, Dalam kon‘lik ini menghasilkan perubahan- Perubahan atau konsensus- konsensus baru yang bernaung _ SS ———_—— She: Mom! Setar) on ada perbeikan dalam tatarnn Kehidupan baile masyarsioy ‘20s perbedaan ras, perbe- maupun dalam Kehidupan (lh Dudava, perbedaan soxial a nega age NAMERH dan bah frirdamy haben kata lain, konfik fungsional alannya: tang eae berartt Konf lk yang \dak tole! terachat Ge mens sosial atau atruktur sosial, fomdldane aeons interaks! melainkan justra meng: lenin Iuan epee hergecken ferakkan pada integrasi socal, omyat anal Gorae aan Akar Konflik tidak seder. Petbedaan-perbedaan einis/ hhana seperti yang dibayangkan, SUKU dan Jain-lainnya, jastra ia cukup Kompleks karena Meniadi sumber daya bangunan adanya prasangka atau stereotit Ke-Indonesiaan yang dibs etnik yang cenderung negatif, lth kemajemukan tersebut Prasangka atau stereotif terse. S¢bagai penyangga integrasi ‘but dapat memunculkan ada-_ (*°sial). nya konflik dan bahkan —_Perbedaan menghambat interaks! sosial bahkan agama juga menunjak- yang baik. Termasuk dalam kan ada tidaknya dan atau Persaingan dan Ketidakadilan diterimanya interaksl sosial, Sumber daya ekonomi mempur sehingga dengan perbedaan ayai power effect untuk tersebut menjadi landesan mnelestarikan ata membesar= untuk terciptanya sister sos Kan pravangka atau stereotf yang meranglstm perbedaan- cient qa uan feng meen hares Gilembagakan dalarn pergaan Derdasesicen penebaman Stetbugen Salem pecomien tireenat, pelavekan adanya, Ninlscoat maryeraiat binges Konfllk aosial lea terjadh ',jiearnalcan kontak nti salle huvengea exiareuca (UaMCaiol yang evi dias bbangea dan sistem nila buddy “Yependence (oaling keter- yang memang tidal sama satu gchaingeny Sama lainnya. Mempertahanken © batas etnies memang dalam cree letdapen tampanga onflik dan Koneensus: eee alsin cael ere gate mentee tang Kealaudilvhat dari UU Pops pandang.integrasi (s0sial) ue Sesungguhnya tidak penting Para penganut eon cn qumentya dan Kensensua, senantiasa aaa eresiel radi dengan berlawanan dalam menjlaskan setitinns: melalui proses persoalan-persoalan sosial etnis/suku 8 Para ik melita sebagai i xkemaryarakatan eng tort kon Banwa konsensa® 8 Pa gon bera “ She namnea, Sedangken rjc tor genase? Pen ers just seal Ky alia maayarakat seboesl fistem it ‘gang memibuat ing. beker}® pembacan ee Prane-erang #4 Sama antak meningkatken SSiutkemaran mereka. Atou Salam batasa Parsons yang Gikuur oleh, Paul Johason {tose onic itu merupakan gejala ketegangan yang harus Sidtaa oleh stetem itu untuk Giempertehankan kescim Sunganave, Kebutuhan ata. Repentingan. individu yang Srcpguiomt ketegangan, secara Eonnnten tancule pada persya Sitar ‘sistem, keseluruhen Gnmuk mempertahankan ke- Scimbangan dan stabilitas Ectercuran sosialnya Konfik merupakan kon- sekenst logis dar bangunan Sesial seperd Indonesia yan itonstrticel oleh berbagal fslompak etna, dan kelompale agama yang berbeda pula. ilompackelompolemasyaralat Yang berbeda tereebut, scare Mlamniah menunjukan perd- dann:perbedaan sisters nila dan secara potensia®dapat smendorong sdanys kon In Sebabnyay mentrut Nasicun slam ‘Soleman B. Taneke (2966), bahwa aedikitnye ade dua facem uingkat Loofile ae munglin tere, yas: ieonfik di dalam tingkatny (0) Fa erst ieolog, dan Keanna dalam tingkatnya tng, bersifat polit hi sebanya, kontlie dalam realitas kehi- kopan ini sudah take bina Giinndari lagi akibat perbedaan tiventingan-kepentingan xePindividy atau kelompolk ‘husing-masing. Dengan perka- an iain, tidak perl mencar- we konflik atau bahkan Srenghindact terjadinya onli, Jamun bila terjadi konflikharus ferani menyelesaikannya. Memang, menghidari konflik sesunggubnya sama saja dengan menumpuk-numpukkan Konflik itu sendiri dalam masyarakat. Dalam bahasa Lockman Soetrisno (2003) menghindar dari kone akan mnembuka kesempatan untuk tesjadinya frustrasi di kalangen masyarakat yang kemudian pecan menjadi suatu konflik yang destruktif. Konflik yang. bersifat destruktif inilah yang hharus kita hindari. Seiring dengan pendapat di atas, konflik pada hakekatnya merupakan fakta sosial yang melekat dalam setiap dimensi Ikehidupan masyarakat, kendati konflik yang ter) berbagai lapisan masyarakat senantiasa memiliki derajat dan pola yang berbeda- karena sumber penyel @ tintin: Met Sita Kt mengisyaratkan bahwa kone fersebut tak bisa lepas dari keepentingan-kepentingan yang berbeda pula, atau belum adanya titik temunya, Babkan perilaku politik individu Individu atau kelompok- keelompok baik yang a tingkat clit politik maupun level infrasturktur politik satw sama lain mempunyai hubungan yang relatif sama, Harus diakui bahwa konfik itu bisa bersifat kontruktif kalau dikelola tanpa kekerasan dan ada pula yang bersifat destruktif manakala dikelola dengan kekerasan. Jadi, memahami konflik merupakan suatu keniscayaan yang mestinya dilembagakan, sehingga konflik yang terjadi dalam pergaulan kehidupan negara bangsa ini mengarah pada strategi peru- bahan sosial, yakni sebuah konsensus (integrasi sosial) yang berarti dalam tataran empirikya. Keniscayaan mema~ hhami konflik sebagai strategi perubahan sosial (integrasi sosial) yang fundamental, merapakan modal utama, ager integrasi sosial yang dibingkai oleh pluralisme sosial atau Perbedaan sistem sosial menjadi harapan yang niscaya terjadi. Dalam pemahaman lain, onflik sosial atau horizontal endati acapkali menunjulskan kebingungan yang dilatar belakangi oleh suk, ras, agama dan antargolongan, secara niscaya tidale bisa diredusir dari adanya ketidakbiasaan mengakui pluralistik sosial dalam pergumulan dan seka- ligus pergaulan kehidupannya, termagu juga dalam melakoni aaktivitas politik, Ketidalebiasaan itu, memang dalam realitas kebangsaan Indonesia (teru- tama zaman orde baru), sengaja dikerangkeng, agar persoalan pluralistik sosial tidak periu diperdebatkan dalam kancah kehidupan politik nasional yang membawa dampak yang berarti ketika —_koridor kekuasaan otoriter terdobrak oleh tuntutan reformasi. Dalam hal ini, kita dapat menyimak konflik’ horizontal (baik antara masyarakat dengan masyarakat (seperti konflik Poso, Ambon) ‘maupun konflik vertikal seperti Gerakan Aceh Merdeka dengan Negara. Seiring dengan uraian di atas, Berghe dalam Soleman B. Taneko (1986) menjelaskan bahwa Konflik mempunyai fungsi-fungsi sebagai berikut: yaitu sebagai alat untuk meme- lihara solidaritas; membanta menciptakan ikatan aliansi dengan kelompok lain; meng- aktifkan peranan individu yang semula terisolasi; fungst komunikasi. Dengan adanya konflik disadari atau tidak posisi dan batas kelompok menjadi lebih jelas. Nanum Retzer dalam’ Soleman_B. Taneko (1986) mempuny: pemikiran lain dari teori kon! SE om Administratur = V0! Administra = oti sei, menurutaya bahia onilik terlaly me! gavaikan Komi an gn stabiitos YO" ketoratg ada dalan ayers een a nia il YON Sia daar eer Begitu pun, David Lock: wood Stata Nasik (2001) wood enskan bahwa dalam Teuap stuns sosial senantiasa Feengandung dua hal: yt ata Bele sosial, yang bersifat ‘Spmau, dan sub-srat YON eranirkan kontik-konflik. aun tertib dan Konfik dalam Trasyarakat meat bersame- fama, tambuhnye tata teruib Soma! atau sister ila dalam ‘esyaraiea:justra mencermin- flan afanya kon yang bersifat petensial i dalam masyarakt Brabilitas sosial atau insta- bites sosial dalam masyarakat tnenggambarkan derajat Keber- haslnm atau kegagalan dari tat eb norma dalam facie cepentingan- ispecingit erm online berentangan Jaidaowil dilee(iocgupan Teton “pepinaa? saber iene eleeewages majemule tersebutjelas pe eae kane yang fenjachancamen integrasi sosial menyempit. Pengelolaan Ke Suatu Rekomendadt Pengelolaan konflik sosi Pe ing morctrvap trend tangkah dalam mengiden persoalafi-pertyss ik yang terjadi bai tingkat elit politike mauy fda ininstruleur masyargyae Menginventarisir dan seksi wengidentifikasikannya ig” jeu dan data-data yang cl fia. pada wilayah alau daerah gang. aedang berkontlik, yon kemudian, mengidentifikas: fujuan yang sama dengen petanyann mendasar mengepa Rarus menyelesaikan konfie yang ada/ atau secang terjaciy (alu, menjelaskan nilai-nila dan kepentingan-kepentingan sang setlang berkonflik, dengan Saseran mencarl persetujuan ddan membangun action plan bas kebutuhan penyelesalan konfi seeara damai * Didalam masyaraea sella terdapat dua kategori sosial yaita: mereka yang memilki Storitas dan mereka yang tsk tmemiliki otoritas, Dan menurtt para penganut pendekatat ont, kenyataan tereebut & atas menimbulkan kepe Singan-kepentingan yeng Jawanan/'berbeda yan Pat alihirmya menimbulkan per” tangan dalam masyarsket Dengan pengertian it mentinjukkan, bahvwa pad dusarnya dalam masyarakst a" negara, senan-tiaaa konsis® Mengendung, unsut-unst? Perubahan ie arah (ntea*ss! Serial baie itu melalui kondik yang dipahami sebueat tak! ‘exjadinga perubahan terse" ee ee maupun konflik bisa menjadi ancaman yang signifikan, kalau memang dipahami dari sudut pandang bahwa dengan konflie “membabibutakan* adanya menghalalkan segala ara atau dengan konflk justra isalabgunakan untuk kepen- tingan yang sempit dan sesaat seperti dengan mengkamp: pyekan kebencian dan permu- suban. Koentjaraningrat dalam ‘Taneko (1986) berpendapat bahwa sumber-sumber untuk onflik antara golongan pada ‘umumaya dalam negara-negara yang sedang berkembang seperti Indonesia, ada paling sedilct lima macam, yaitu: a Konilik dapat terjadi bila dua kelompok sosial yang berlawanan masing-masing bersaing dalam — hal mendapatkan lapangan ‘mata penca-harian hidup. b Konflile terjadi bila dua kelompok sosial mencoba memaksakan unsur-unsur kebudayaanaya. Pemaksaan konsep-konsep ‘agama pada kelompok sosial yang berbeda agama. 4. Mendominasi_kelompok lain secara politis. © Potensi kentflik terpendam ada bila dalam hubungan antar kelompok sosil telah bermusuhan secara adat. Sahadin: Memata/ Serta! Koni Pengelolaan konflik yang bijak namun adil merupakan keniscayaan yang harus dikelola dengan konstruktif yang tanpa mengabaikan anasir-anasir akar persoalan Konflik itu sendiri dalam masyarakat, agar konflik yang destruktifterabaikan oleh karena adanya penyelesaian secara damai dan membumi bagi ke~ lompok yang sedang berkontfik Seiring dengan paparan di atas, bentuk-bentuk pengen- datian konflik sosial yang pal- ing krusial menurut Nasikun (1985) adalah dengan konsiliasi conciliation). Pengendalian dengan cara konsiliasi dapat terwujud melalui lembaga lembaga tertentu yang me- mungkinkan tumbuhnya pola disicasi dan pengambilan kepu- tusan-keputusan di antara ppihak-pihak yang bertentangan. ‘Lembaga-lembaga yang dimakstd dapat berfungsi, harus meme- ‘muh sedikitnya empat hal beriaut. 1, lembaga-lembaga tersebut harus otonom dengan wewenang untuk meng- ambil keputusan; 2. kedudukan lembaga-lem- aga tersebut harus bersifat ‘monopolistis; 3, peranan lembaga-lembaga tersebut dapat menampung kepentingan yang berla- wanan satu sama lain dan mengilcat kelompok-kelom- ee embaga-lembaga tersebut * fihye demkrats, di mane setiep pihak harus dide- hearer dan diberi kesem- patan yang sama uatule frenyatakan pencapat- pendapatnya _ sebelum Ieeputusan diambil Selain adanya lembaga- tembaga seperti yang dise- butkan i atas, maka kelompole yang saling bertentangan itu juga harus memenuhi hal-hal sebagai beri. 1, Masing-masing kelompok menyadari adanya situasi ‘onilik di antara mereka; 2, Kelompok sosial yang terlibat dalam konfi haras terorganisir dengan jelas 3. Adanya komitmen untuk ‘mematuhi aturan-aturan permainan tertent Cari pengendalian tersebut disebut dengan mediasi, yaitu dengan menunjuk pihak Ketiga sebagai mediator untuk menye: lesaikan konfik, Cara ketiga dalam pengendatian konflik yyaitu melalui perwasitan (arbi. tration), dalam hal ini kedua pihak yang berkonflik mene: ‘ima hadirnya pihak ketiga yang akan mengatur penyelesian kkonflik tersebut. Ini berart, bahwa penyelesaian konflik secara damai mesti dilaleulan oe 1 yn 1 gs 2008 53 we el sich pak ketiga/ lembaga yan, Grunjuleoleh kedua belah phat Sang sedang berkontlik, age Yimbega atau pihak ketigs tersebut tidak dicurigai oie, Kelompok-Kelompok yang sedang bertika Dinamika konflik yang ata pada masyarakat Indonesia, Trerupakan pengalaman yang fata untuk mengelola dinamia Tonfie tersebut, pertama dan terutamaadalah_memahamiskar persoalan konflik sosial yang ferjaci, sehingga penyelesaian eonfik atau rekonsiliasisosiah dapat cilakkan dengan proses aloe Akan tetap,secaraniscaya Tuntule menjawab Kebuiihan dan Keinginan kelompok yang, sedang berkonfik tersebut diburuhkan adanya kesungguhan deri Telompok yang sedang berkoni, juga adanya kebutuhan aken hidup berdampingan secara dorsi dan harmonis. Dengan begitu, konstrukst sosial masyarakat Indonesia yang majermuk dapat dibangsn dengan adanya interaksi soil antar kelompok dengan bait Karenanya, masa depan Indo nesia pun tidak luput ate ditentukan oleh hubunge* antarlelompok sosial yang ad® Dengan demikian, untult menjawab resolusi konilk tad lain dibutuhkan strates! ‘memahami kebutuhan/ kepe tingan kelompok yang sede”® “@. Siohadin: Aemaen Seture Keo perkonflik. Menurut J. Paul 4) Peace adirach yang dikutif Chusnut 4 rssdenacl Mariyah, proses reionsiliasi _AdAM¥a harmoni, kescjah- penting untuk dilakukan, yang _‘*"##"- Fespek, dsb, nenyangkut: eal sebabnya, benturan uth (eben enturan kepentingan bail a) 0 varan) antar-elit politik maupun antar- Adanya pengalkuan, trans- Kelompok masyarakat, mestinya paransi dan kejelasan dikeloln dengan arif, karena mengenai persoalan/ issue ™eTupakan suatu keniscayaan yang menjadikan kelom, Y8N@ harus diselesaikan pok-kelompok tersebur Cenan balk; tanpa merugikan ni atau mengorbankan kelomopok - yang satu dan menguntungkan Justice (keadilan) kelompok yang lain, Sehings Menyangkut kesamaan Penyelesaian konflik berada pakcak yang dipesunis dalam koridor atau konfigurasi i Meer ” dialog secara terbuke dan terus } Mercy (pemanfaatan) mmenerus untuk menemukan dan sekaligus mengidentifikas- ikan kepentngan bersama. Penerimaan, dukungan, healing, kesabaran. Daftar Pustaka John Rex, 1985, Analisa Sistem Sosial. Bina Aksara, Jakarta Lea Jilinek, 1987, Seperti Roda Berputor-Perubahan Sosiel Sebuah Kampung di Jakaria, Jakarta, LPSES. Mariya, Chusnul, 2000, Memehami Konfik dan Pengelolaan Konfik Secara ‘Konsirukti (artke) dala Majalah Transformasi,ecisi April Maliki, Zainudin, 2003, Naras! Agung Tiga Teor! Sosial Hegemonik, LPAM, ‘Surabaya ‘Nasikun, 1986, Sistem Sosialladonesia, Fisipol Universitas Gajah Mada aul Johnson, Doyle, 1986, Teor Sosiologi Klasik dan Modern (jist & 2), (31 Indonesiakan oleh: Robert MZ. Lawang), Jakarta,Gramedia Poloma, Margaret M1, 2003, Sosiolog Kontamporer, PT Raja Grafindo Persada, akan Soetrisno, Loekman, 2003, Kanfk Sosiat: Studi Kesus Indonesia, Tait Press, Yogyakarta eee |

You might also like