You are on page 1of 7
Bentuk-bentuk Folktor Indonesia | pabila kebudayaan pada umumnya, men at Linton dan kawan-kawan, Lae me disebut cultur universals,'® yang kemudian diperine) aktivitas-aktivitas_ke dejo (a ee ey unsur-unsur (tait complexes), un ur (tit kecil (items), '* maka folkdor juga nen ‘ome yang disebut dengan istilah Prancis genre (baca syaure), atau dapat dit Kan menjadi benuk (bahasa Inggrisnya: form) dalain bahasa Indonest Jika kebudayaan mempunyai tujuh unsur kebudayaan universal, sistem mata pencaharian hidup (ekonomi), sistem peralatan dan perlen hidup (reknologi), sis rakatan, Bahasa, kes sistem ngetahuan, dan sistem aka_folklor menurut Jan Harold Bruny 1 dari AS, dapat digolongkan ke dalam tiga kelom ae £(1) folklor lisan (verbal folklore), (2) folklor sebag (partly verbal folklore), dan (3) folkKlor bukan lisan (non vertal felktore) (Bran 19682 2-3) atau masiny-masing dengan istilah mentifacts sociofact, dan at (Brunvand, 1978: 3). Folklor lisqu: .. Folelorligan adalah folkdor yang bentuknya, memang muri sap. Peas ekeraarena alam belomoe ini a 4) bahasa rakyat (folk speech) seperti logat, julukan, pangkar wadisi tice ngsawanan; (b) un pan tradisional, seperti petbahas, pep 15 Pembagian kebudayaan menjadi unsur-unsur kebudayasn wniversal fda ae hasil pemikiran Clark Wissler (1923: 265). yang Revit ie dianut antropologi lainnya seperti Clyde Kluckhon (1953: 507-52 ¢ 16 beaican oe rats menjadi cullural activitics. selanjucnya Ke dala rat scbagainya, adalah dari Ralph Fanton (Linton. 1964: 387-389), Mengenat es dayaan ini dapat juga dibaca lebih terperinci dalam karangan Koensjaranin Pengantar Antropologi (1965: 78-80). yang Deak dl antaa.namsenala atari Co mereka menciptakan bahasa yahasianya dengan cara menukarkan konsonan suku kata pe ke suku kara kedua dan sebaliknya dari suatu istilah. Umpamanya istilah bangin setel telah ditukarkan konsonanny2 dari kedua suku katanya berubah menjadi gt bruit, kata makan menjadi kam, kata baca menjadi aiba, dan tens menjadi ros. Bentuk cant yang terakhir ingin kami kemukakan di sini adalah bahasa rahasia anak-anak Jawa Tengah yang prinsip cara pembentukannya adalah sama dengan yang dipergunakan para remaja Jakarta, yakni dengan membalik konsonan (huruf mati) suatu kata Jawa, seperti misalnya kata kowe setelah dibalik letakkan hurf matinya dari suku-suku kataiya berubah menjadi woke (lihat Jasawijata dan Kartadarmadja, 1921). Bahasa rakyat lainnya yang mirip dengan slang adalah yang disehut sho talle atau_bahasa para pédagang. Di Jakarta, terutama: di~ Neeser i, bahasa pedagang mereka selalu diwarnai dengan is Istilah-istlah i jigo (dua pulub lima)- nama Keluarga. Untuk memberi nama pada seorang anak, Para orang tu, farus memperhitungkan tanggal dan hari lahi nya. sehingga sesu; ; nama yang akan diberikan. Orang Jawa al menukar nama py setelah ia dewasa, akan menukar lagi namanya kedudukan di dalam pemerintahan, dan dengan kedudukannya yang baru apabila | sen, 1970. dan Prijohoetomo, 19 Sehubungan dengan cara untuk memberi j dengan nama Sj Jantuke apabila Nama julukan sering kali juga dibc nkepada. D seorang anak dari h roh “dijual” kepada orang penjualan” anak ini lemperbaiki kesehatan seorang. sakit. “ een lang di Indonesia dengan nama yang Pant fePercayaan bahwa nama bagus yang as” bagi anak tertentu, sehingga ia terus galamj kecelakaan, Nama-nama itu, misalnye di jakarta Pah) den Si Bakul| (keranjang), DiJawa Eps dianggap dapat menambah kesehare ade ee dan ca Di antara orang Cina akan van bahwa jika putranya disebut beg Toh jahat, maka untuk menghindari an julukan A kew yang berarti anjing. Det rob jahat tidak akan mengganggunya lagi karena disangkanya anjing dan bukan manusia. adal ar awanan atau jabatan fradisional. Gelay n anan Ee di Jawa Tengah, dengan urururutan dari yang Saline tendah — sampai yang paling tinggi. adalah_ma _raden, raden_mas, raden_pargi, reden rumtenggung, radon ngabehi, raden.mas par) dan raden mas aria; dan bag: wanita ‘adalah raden roro, raden ajeng. dan raden ayu (likat Berg. 1902; inter, 1854). Beberapa gelar jabatan Jawa Kuno adalah: kabayan, (m)abhandagina, dan bhi- jangga (Aichele, 1931). Gelar-gelar jabatan kunosemacam itu sampai sekarang masih dipergunakan di Pulau Bali oleh anggota desa adat Trunyan, seperti misalnya: kubuyan, ban mcuk, bau wadenan, bau werapat, saing nen, saing pitu, saing rcrus, saing sanga, saing diyésta. punggawa, pasek dan penyarikan (lihat Danandjaja, 1930: 265-266). Bentuk lain lagi bahasa rakyat adalah yang disebut bahasa bertingkat (speech level). Bahasa bertingkat ini berlaku pada masyarakat yang berdasarkan sistem pemerintahan kerajaan, seperti yang berlaku diJawa Tengah, Sunda, dan Bali pada zaman sebelum kemerdekaan Indonesia. Bahasa bertingkat adalah bahasa yang dipergunakan dengan mengingat akan adanya perbedaan dalam lapisan masyarakat, tingkatan masyarakat, atau tingkatan umur. Pengzunaan bahasa ini ada hubungannya dengan nilai bu- days pemakainya dan ada hubungannya dengan adat sopan santunnya. Bebe- rapa bahasa bertingkat orang Jawa Tengzh adalah: bahasa xgoko, bersifat Iuurang hormat dan tidak resmi; bahasa madyo, hersifat sedikit hormat dan setengah resmi; dan bahasa komo, bersifat hormat dan resmi (lihat Poedjosoedarmo, 1968), Bahasa bertingkat orang Sunda adalah: bahasa kasar, bersifat kurang sopan dan tidak resmi; bahasa perengah, bersifat sedikit sopan dan setengah resmi; dan bahasa lemes, bersifat sopan dan resmi (lihat juga Ker, 1906). Selanjutnya bahasa bertingkat orang Bali adalab: bahasa nista, bersifat kurang sopan dan tidak resmi; bahasa madia, bersifat sedikit sopan dan setengah resmi: dan babasa tanya, bersifat sopan dan resm (lihat juga Vroom, 1972)- Sebagai akibat adanya adat penggunaan bahasa bertingkatini, maka timbul- ah lelucon yang mengatakan bahwa orang Jawa yang telah migrasi ke Surina- me (Guiana Belanda) di Amerika Tengah beberapa puluh tahun yang lalu, telah juga mengkromonisasikan bahasa Belanda di sana. Misalnya mereka Katanya telah mengganti nama suatu Japangan umum di sana, yang bemama Oranje Plein, yang dalam bahasa Belanda berarti lapangan dinasti Oranye, menjadi mborenyeplén. Hal ini disebabkan menurut orang Jawa di sana kata ora (yang dalam bahasa Jawa berartitidak) adalah istilah ugoko, yang kurang sopan, sedangkan bentuk sopannya (kromo) adalah mboten. Versi Jelucon semacam ini ada juga di Jawa Tengah, yang tersebar di antara para mahasiswa Jakarta, yang mengatakan bahwa di Yogya, orang tidak menyebut minuman sari jeruk 26 _~""_ ~~ | ini disebabkan kata- kan mborenyekTH- tap bahwa istilah ya orange-crush, melain! dengan nama orange-crust, i jelata mend y ertam?. nya orang Yogya dari kalangan rakyat 2 terakhir adalah bentuk kromo dari istilah ee ur kata-kata onomatapoe- ang disebut ka e Bentuk lain dari bahasa ray ada var an enon Bun tis fonommtopoetic), yakni kata igi : fi yang Derren : kata Betawi gereget, Y! ig Pe- Jamiah. Contohnya 4 F g yang menjadi sasaran arau su: : Se hing: hingin menggigit oan: Fan engcige ala ae Spoh searabersduny Jain lagi adalah kata Betawi kesengitan kira. Kata gereget i barisan gigi dari rahang atas fedompranean, yang berarti di dapur sec jatub ke lantai; dan memang asal kata ke yang ditiru dari suara piring pecah- akan kami kemukakan di sini adalah Bentuk terakhir bahasa rakyat yang yang disebut onomastis fonemastics), yakri nama tradisional jalan atau tempat- tempat tertentu yang mempunyai legenda sebagai sejarah terbentuknya. Su- dab tentu legenda itu tidak selalu dapat kita anggap sebagai sejarah sebenar- nya. Sebagai contoh misalnya, kata Betawi, yang menurut keterangan folk Betawi berasal dari kata-kata ambet dan tahi, yang berarti bau tahi (kotoran manusa). Legenda terbentuknya nama ini adalah kejadian pada zaman dahu- Flee enter rralkoloniallBelanda menyerang benteng tentara Sul di fayakarta, Benteng i oh edo gung di Jayakarta. Benteng itu baru dapat dihancurkan setelah Belanda m nyemprotnya dengan kotoran manusia, yang menyebabkan tentara Sul a pom meaiian diri karena tidak tahan mencium bau tahi. liner mca cnangkan kejadian itu, maka sejak itu Kota Jays jubah na - aah ees Vash tu tanyetovra eneads een ta merupakan kebenaran sejarah. Ss ars legends ee me ; 5 en faasage Dajat pils dinsalton pesca cal ane” Pee buahan, dan juga alias atau julukan seseoran Bae milange Dens tau julukan seseorang, dan lain-lai A mikianlah serba sedikit mengenai sub-sub bentuk Wor Bre hereah bah cljat Selene i entul folklor yang termasuk atuk ungkaan tradisional, kami akan ae Peri biea mena uraikan secara singkat beberapa fungsi sou ve agian ini dengan any syarakat folk ePerapa fungsibahasa rakyat dal i folknya. Fungsi bahasa rakyat cedik; alam kehidupan berma- ember seta mempetkokoh idenstasfollmea Glogs en cee Jargon, nama gelar, bahasa bertingkat as folknya (slang, cant, skop talk; argot 45) (b) unsuk melindungi folk ec ena nomatopoetis, di ; f ndungi folk pemilik folllor atopoetis, dan onomas- pa a slag, Bahasa, ral F lor itu dari ancaman kolektit lain Berane tokaya pada ee fan cant): (c) untuk memperkokoh + dan (d) untuk memperkokoh k masyarakat (gelar dan bahasa : epercayaan rakyat dari folknya ~ (sirkumlokusi dan jul; jul buruk keschatannye) atau alias yang diberikan, kepad k-anak yang a anak-anak yanj dan bawah. Contoh lain ‘ara kesar piring mangkuk dan panci domprangan adalah kata dasar prang sa cy

You might also like