You are on page 1of 12
PENGELOLAAN * PULAU-PULAU KECIL 8 re A. SEKILAS TENTANG PULAU-PULAU KECIL Indonesia merupakan negara kepulauan dengan juinlah pulau yang, eveup besar. Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia tahun 2006 10 esia sebanyak 17.504 pulau, Sebanyak 7.470 pulau di 2ete- pulau di Indon ranya telah mempunyai nama, sedangkan 9.634 pulau belum mesniliki neta Pulau merupakan daratan yang terbentuk secara alaini, dikelilingy oleh air dan selalu muncul/berada di alas air pasang. Pengertian pulau keel) mens: rut Undang-Undang 27 ‘Tahun 2007 merupakan pulau dengan lua wbih ben cil atau sama dengan 2.000 km? beserta kesatuan ckosisternnya. Eeosistern padang pulau-pulau kecil terdiri atas ekosistem daralan, pantai, mange Jamun, dan terumbu karang yang ada pada pesisir pulau. Pulau kecil m liki karakteristik secara ekologis yaitu terpisah dari pulau induknya (muinland island); memiliki batas fisik yang jelas dan terpencil dari habitat pulau in- sular; mempunyai banyak jenis endemik dan ke- duk, sehingga bersifa anekarogaman yang tipikal dan bernilai tinggi; tidak mampu memengaruhi hidroklimat; memiliki daerah tangkapan air (catchment area) relatif hingga sebagian besar aliran air permukaan dan sedimen masuk k il se- laut. Di samping itu, pulau kecil juga memiliki karakteristik segi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat pulau-pulau kecil bersifat khas dibandingkan dengan pulau induknya. Potensi pembangunan di pulau-pulau kecil cukup besar karena letaknya ekonomi, pertahanan, dan keamanan. Di samping itu, di strategis dari asp> pulau-pulau kecil tersebut memiliki ekosistem khas tropis dengan produk- tivitas hayati tinggi yaitu terumbu karang (coral reef), lamun (seagrass), dan G12 Ekosistem Pesisir dan Laut Indonesia Mangrove. Ketiga ekosistem tersebut saling berinteraksi secara fisik, atau Pun dalam bentuk bahan organik terlarut, bahan organik partikel, migrasi fauna, dan aktivitas manusia, Pulau-pulau kecil memiliki potensi yang terba- rukan dan tidak terbarukan, seperti pertambangan dan energi kelautan. Di Samping itt, pulau-pulau kecil memiliki potensi jasa-jasa lingkungan yang "inggi nilai ckonomisnya, yaitu sebagai kawasan berlangsungnya kegiatan wisata, media komunikasi, konservasi, dan jenis pemanfaatan lainnya. Palat ke: memitiki Karakteristik yang unik dibandingkan dezgan pulau besar ditinjau dari segi ekologis, fisik, sosial ekonomi, dan budaya. Dalam Pengelolaan pulau kecil perlu adanya pendekatan yang memperhatikan karakteristik pulau-pulau kecil terseLut. Pulau kecil memiliki r iko terha- dap tekanan lingkungan yang tinggi, daya dukung (lahan dan air tawar) yang terbatas, serta memiliki spesies endemik dan keanekaragaman hayati yang bernilai tinggi. 1. Batasan dan Definisi Pulau Kecil Berdasarkan UNCLOS (United Nations Convention of the Law on The Sea) 1982 Pasal 121, pulau merupakan daerah yang terbentuk secara alami yang dike- lilingi oleh air, muncul ke permukaan pada saat pasang tertinggi, mampu menjadi habitat dan memberikan kehidupan ekonomi dari dirinya sendiri bagi kehidupan manusia secara berkelanjutan dan dimensinya lebih kecil dari daerah daratan, Sementara itu, menurut UU No. 17 Tahun 1985, pulau merupakan daratan yang ierbentuk secara alami, dikelilingi oleh air, dan se- alu muncul/berada di atas air pasang Pulau Pulau Kecil (PPK) di Indonesia mengacu pada UU No. 27 Tahun 2007 didefinisikan sebagai pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km? beserta kesatuan ekosistemnya. Selain pulau kecil, terdapat pula istilah pulau sangat kecil alau pulau mikro (wikro island). Menurut UNESCO (1991) dalam Bengen & Retraubun (2006), pulau dengan ukuran tidak lebih besar dari 100 km? atau lebarnya kurang atau sama dengan 3 km dikategori- kan sebagai pulau sangat kecil, Berdasarkan PP No. 62 Tahun 2010 terdapat isulah Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPK). Pulau-Pulau Kecil Terluar (PPKT) adalah pulau-pulau kecil yang memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum BAB A Pengelola Pulo-PulauKecd 413 internasional dan nasional. [’?KT merupakan kawasan Strategis Nasional Tertentu (KSNT) yang pengelolaannya langsung diatur oleh pemerintah pusat 2. Prinsip Pengelolaan SDA dan Lingkungan Pulau-Pulau Kecil Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil menurut UU No. 27 Tahun 2007 merupakan proses perencanaan, pemanfaatan, pengawasan, dan pe- ngendalian sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil antarsektor, antara pemerintal: pusat dar erintah daerai, antara ckosistem darat don lant, serla antara ilmu pengetahuan dan manajemen untuk meningkatkan ke- sejahteraan rak yal. Pulau-pulau kecil memiliki keunikan dan kekhasan se- hingga pengelolaannya harus mengg:unakan pendekatan yang khas pula. Pasal 23 UU No. 27 Tahun 2007 menyebutkan bahwa pengelolaan PPK hanya dapat digunakan untuk kepentingan konservasi, pendidikan dan pela- tihan, penclitian dan pengembangan, budi daya laut, kepariwisataan, usaha penangkapan dan industri perikanan secara lestari. pertanian organik, serta peternakan sepanjang tidak merusak ekosistem dan daya dukung lingkungan. Secara umum, pengelolaan atau pembangunan PPK harus mengacu pada kai- dah pembangunan yang berkelanjutan. PP No. 62 Tahun 2010, menyebutkan bahwa pemanfaatan PPKT untuk tu- juan pertahanan dan keamanan, kesejahteraan masyarakat, dan untuk peles- tarian lingkungan sesuai dengan daya dukung dan daya tampung PPKT. Lebih lanjut, di dalam PP tersebut disebutkan bahwa untuk kesejahteraan masyarakat sekitar, PPKT dapat dimanfaatkan untuk usaha kelautan dan perikanan; b. ekowisata bahari; _ pendidikan dan penelitian; d. pertanian; e. penempatan sarana dan prasarana sosial ekonomi; f. industri jasa maritim. 3. Potensi dan Kerentanan Pulau-Pulau Kecil PPK memiliki satu atau lebih ekosistem pesisir dan sumber daya pesisir. Eko- sistem pesisir tersebut dapat bersifat alami ataupun buatan (man-made). Eko- 414 Ekosistem Pesisir dan Laut Indonesia E sistem alami yang terdapat di pesisir pulau-pulau kecil antara lain mangrove, Padang lamun (seagrass beds), terumbu karang (coral reefs), pantai berpasir (sandy beach), pantai berbatu (rocky beach), formasi pescaprea, formasi barringto- ‘ma, estuari, laguna, dan delta. Adapun ekosistem buatan antara lain kawasan Pariwisata, kawasan budi daya (marine culture), dan kawasan pemukiman, Formasi pescaprae biasanya didominasi oleh vegetasi pionir seperti kang- kung laut (Ipomoea pescaprae) yang tumbuh menjalar dan berdaun tebal. Kangkung laut ini dapat bertahan terhadan hempasan gelombang dan angin. Penamaan formasi pescaprae mengacu pada nama vegetasi pionir tersebut. Se- mentara itu, formasi barringtonia berkembang di pantai berbatu tanpa deposit Pasir dan vegetasi pescaprae tidak dapat tumbuh, Formasi barringtonia ditum- buhi oleh komunitas rerumputan dan belukar. Komposisi barringtonia sera- gam di seluruh Indonesia, Formasi barringtonia juga memiliki beberapa jenis pepohonan seperti cemara laut (Caswarina equisitifel) dan Callophyllum innop- phylhum. Kawasan PPK memiliki ekosistem yang kompleks, sangat bervariasi, dan produktif. Oleh karena itu, sumber daya perikanan di kawasan PPK tersebut sangal tinggi. Selain itu, PPK memiliki potensi jasa-jasa lingkungan yang be- Ko- moditas perikanan yang dibudidayakan di kawasan PPK biasanya komoditas ragam, seperti wisata bahari, perhubungan laut, dan kegiatan budi d yang mempunyai nilai ekonomi tinggi seperti ikan, udang, dan rumput laut. Dengan demikian, komoditas perikanan tersebut dapat meningkatkan pen- dapatan masyarakat sekitar dan pendapatan nasional. Keanekaragaman dan keindahan yang dimiliki PPK tersebut menjadi daya tarik tersendiri dalam pengembangan jasa pariwisata. Ekosistem PPK memiliki peran dan fungsi yang sangat berpengaruh bagi kesinambungan pembangunan ekonomi dan kelangsungan hidup manusia, Peran dan fungsi ekosistem pesisir dan lautan di PPK di antaranya sebagai pengatur iklim global, siklus hidrologi dan biogeokimia, sumber plasma nutfah, dan sistem penunjang kehidupan lainnya di daratan. Pemanfaatan sumber daya di kawasan tersebut harus seimbang seiring dengan upaya konservasi sehingga dapat berlangsung secara optimal dan berkelanjutan (Dahuri, 2003). BAB PengelslaPulau-Pulsu es! 815 PPK memiliki karakteristik, di antaranya memiliki luas daratan yang ke- cil, relatif jauh dari daratan induk, serta relatif peka dalam kontcks ekonomi dan lingkungan (Srinivas 1998 dalam Adrianto 2004). Selanjutnya, Susilo (2003) menjelaskan bahwa pembangunan yang, berkelanjutan dan kesejahte- raan masyarakat sangat bergantung, pada kondisi lingkungan, sistem sosial, serta ekonomi yang sehat, produktif, dan aman, Sifat khas pulau keeit yang, rentan terhadap dampak kegiatan manusia perlu dipertimbangkan. Potensi gangguan manusia terhadap ehosistem PPK antata lain: a. mengubah jenis dan komposisi ekosistem; b. mengubah kekayaan jenis biota; © membawa hewan/tumbuhan introduksi yang, dapat mengganggu kese- imbangan ekosistern; 4. menimbulkan polusi dan kerusakan lingkungan yang dapat menurun- kan daya dukung lingkungan, termasuk SDA dan jasa lingkungan; ¢ mengubah atau merusak habitat alamiah. Debance (1999) dalam Adrianto (2004) berpendapat bahwa pembangun- an fisik oleh manusia ataupun perubahan-perubahan alam seperti beneana alam menjadi salah satu penyebab utama penurunan kualitas lingkungan PPK. Dalam konteks faktor lingkungan, Hall (1999) dalam Adrianto (2004) membagi persoalan lingkungan di PPK menjadi dua kategori yaitu persoalan lingkungan secaraumum dan persoalanlingkungan loka, Persoalan ingkungan secara umutn meliputi limbah lokal, perikanan, kehutanan, penggunaar lahan, dan hat ulayat pulau, Persoalan lingkungan lokal meliputi hilangnya tanah ). limbah padat dan bahan kimia beracun, serla masalah spesies langka. Selain (coil loss) baik seeara fisik maupun kualilas, kekwurangan air (utter shortay itu, PPK, rentan terhadap bencana alam seperti angin topan, gempa bumi, dan banjir sehingga perlu mendapat perhatian lebih banyak. PPKT juga mempunyai banyak ancaman, misalnya penurunan kualitas lingkungan, seperti pencemaran, perusakan ekosistem, dan penangkap ikan yang, berlebihan (over fishing). Di samping ita, PPKT juga mempunys aksesibilitas yang masih rendal dan kesejabteraan masyarakat lokal yang, rendah. Oleh ke na itu, untuk mengantisipasi perubahan dan ancaman ter 416 Etnsistem Pesisir dan Laut Indonesia sebut, pemanfaatan PPKT harus dilakukan secara komprehensif, terpadu, dan berkesinambungan. B. SOSIALEKONOMI BUDAYA MASYARAKAT PULAU-PULAU KECIL Masyarakat di pulau-pulau kecil (PPK) memiliki karakteristik sosial budaya tersendiri yang merupakan korsekuensi dari proses evolusi budays yang terjadi dari rangkaian proses interaksi manusia dengan lingkungannya. Interaksi manusia dengan lingkungannya membentuk pola yang berlembagakan dan [-_ menghasilkan adaptasi yang berpola. Hal tersebut merupakan bagian dari sistem yang lebih luas yang disebut budaya. Keberadaan PPK sebagai suatu Tuang bagi masyarakat mempunyai fungsi sosial tertentu, terkait dengan Pemanfaatan sumber daya alam yang bersifat terbuka (open access) untuk memenuhi kebutuhan hidup kelompok masyarakat atau suatu sistem sosial. Fungsi-fungsi ersebut dapat berupa fungsi ekonomi secara langsung ataupun fidak langsung yang sudah menjadi tradisi atau kebiasaan bagi masyarakat. Fungsi-fungsi langsung dapat berupa pemanfaatan sumber daya alam pada ckosistem pulau, sedangkan fungs tidak langsung berupa pemanfaatan pulau- Pulau sebagai tempat perlindungan atau persinggahan sementara bagi nelayan tradisional ketika cuaca buruk atau bagi kelompok etnis atau suku tentu yang memiliki kehidupan di laut (Tebay, 2011). -suku ter- Kepadatan penduduk di pulau kecil dipengaruhi oleh ketersediaan air tawar. Pulau kecilyang memilikiketersediaan airtawar cukup maka kepadatan penduduk di pulau tersebut tinggi. Kepadatan penduduk di Pulau kecil relatif lebih besar dibandingkan pulau besar. Akan tetapi, jika ketersediaan air tawar tidak cukup, kepadatan penduduk di pulau kecil tersebut rendah, atau bahkan hanya dihuni oleh beberapa orang atau keluarga saja. Penduduk asli di pulau kecil memiliki budaya yang khas, yaitu mata pencahariannya ‘memanfaatkan sumber daya lokal atau maskan produksi yang berasal dari {ar pulau. Sebagai contoh, masyarakat Kepulauan Wakatobi beberapa puluh tahun lalu memiliki mata pencaharian membuat peralatan rumah tangga dan pertanian dari besifbaja bekas yang bahannya berasal dari daerah lain, Aksesibilitas yang rendah membuat penduduk pulaw kecil te risolasi. Kegiatan BAB 8 Pengelola Pulsu-Pulay Kecil an eee ekonomi penduduk te antung pada sarana transportasi dan cuaca, Pada saat cunien buruk huang: an pulau keeil dengan pulau lainnya tergangeu Pada masalah kesehatan masyarakat, keters diaan dokter dan para medis sangat terbatas, Adanya rumah sakil lerapung yaitu kapal yang diperuntukkan sebagai rumah sakit yang datang se ra reguler hanya ada sekitar semingyu sehali, Namun, hal tersebut cukup membantie masalah kesehat. (Mohammad, 2013). Huds n di PPK va Tokal di pulan kecil sering bertentangan dengan ‘nis pembangunan yang vieh pemerintan (Retraubun, 2007). Set an untuk kegiatan wisata di PPK yang tinggi invest. sering ditentang, oleh penduduk, Penduduk cenderung, tidak menerima conto, pemt we investasi dari luar jika tidak didahului dengan pendekatan budaya untuk merangkul dan mengikulsertakan masyarakat lokal EKOSISTEM PANTAI A. SEKILAS TENTANG PANTAI Xawasan pesisir memiliki bagian yang paling produktif yaitu wilayah muka pesisir atau biasa disebut pantai. Terdapat dua istilah yang sering digunakan dalam membahas morfologi pantai.Istilah tersebut untuk membedakan bagian daratan di pinggir laut yang dalam bahasa Inggris biasa disebut shore dan coast. Daerah pesisir shore ini akan tergenang saat pasang naik dan kering saat sedang surut. Pesisir memiliki habitat perairan dan daratan yang kompleks. Kompleksitas habitat pada pesisir tersebut dapat dilihat pada Gambar 5.1. Sementara itu, pantai adalah kawasan pesisir yang perairannya masih dipe- ngaruhi oleh aktivitas darat ataupun laut. Sebenamnya, coast atau pantai meru- pakan bagian dari pesisir atau shore, hanya dibedakan atas dasar kondisinya yang dihubungkan dengan penggenangan oleh air laut, Sumber: Pauly et al. 1998 dalam Dayton et al. 2014 Gambar 5.1 Skema sistem pantat BAB S Ekusistem Pantsi 223 Garis pantai merupakan suatu garis batas pertemuan antara daratan dan air laut, Setiap pantai memiliki garis pantai dengan posisi yang tidak tetap, dapat berpindah sesuai pasang surut air laut dan erosi yang terjadi. Pada pan. tai terdapat sempadan pantai, yaitu kaw. asan sepanjang pantai yang berperan penting dalam menjaga kelestari an fungsi pantai. Sempadan pantai memi- liki kriteria yaitu daratan sepanjang pantai dengan lebar sesuai bentuk dan Kondisi fsik pantai, atau minimal 100 m dari titik pasang tertinggi ke arah daratan. Gambaran lebih jelas mengenai pantai, garis pantai, dan sempadar, Pantai dapat dilihat pada Gambar 5.2 dan Gambar 5.3. Muka air pasang Muka air surut L Pantai Perairan pantai «—______] laut Sempadan pantai LL Sumber: Triatmodjo, 1999 Gambar 5.2 Definisi dan batasan pantai Pesisir Sempadan pantai ——+ laut at Sumber: Pratikto et al, 1997 Gambar 5.3 Batas daerah pantai 224 Chosistem Pesisir dan Laut Indone Menurut Prasetya et al. (1994), pantai di Indonesia dikategorikan men- jadi 4 kelompok berdasarkan asal mula terbentuknya, yaitu pantai tenggelam, pantai timbul, pantai netral, dan pantai campuran. a Pantai tenggelam atau sub-emergence merupakan pantai yang terbentuk oleh genangan air laut yang terjadi pada daratan yang tenggelam. Permu- kaan air menggenangi permukaan daratan yang mengalami penenggelam- an. Daratan yang tenggelam terjadi karena permukaan Bumi pada daerah bent fu mengalaini peugangkatan atau penurunan yang juga dapat me mengaruhi keadaan permukaan air laut. Pantai timbul atau emergence merupakan pantai yang terbentuk oleh genangan air laut yang terjadi pada daratan yang sebagian terangkat atau adanya penurunan permukaan air laut. Pengangkatan pantai ini disebab- kan antara lain terdapatnya bagian dataran gelombang yang terangkat, terdapatnya teras gelombang, terdapatnya gisik, terdapatnya laut terbu- ka dan garis pantai yang lurus. Panta netral merupakan pantai yang pembentukannya tidak tergan- tung pada pengangkatan atau penurunan daratan, tetapi Pengendapan aluvialnya. Tidak ada tanda-tanda bekas pengangkatan atau penurunan daratan pada pantai jenis ini, Pantai ini dicirikan dengan pantai pada ujung delta yang dalam dengan bentuk pantai sederhana atau melengkung, Pan- tai netral meluas ke arah laut. Pantai campuran (compound) yaitu pantai yang terbentuk melalui proses pengangkatan dan penurunan daratan, yang ditandai dengan adanya daratan pantai (emergence) dan teluk-teluk (sub-emergence). Pantai cam puran mengalami perubahan relatif (naik dan turun) muka air laut yang berulang kali. Pantai jenis ini banyak terdapat di pantai selatan Jawa. Pantai memiliki beberapa bentuk topografi. Karakteristik bentuk pantai antara tempat yang satu dengan tempat yang lainnya berbeda-beda. Keada- an topografi dan geologi wilayah pesisir memengaruhi perbedaan bentuk Pantai. Berdasarkan keadaan topografinya, pantai terbagi menjadi pantai berpasir, pantai berbatu, dan pantai berlumpur. a Pantai berpasir umumnya terdapat di seluruh dunia dan lebih dikenal dibandingkan dengan pantai berbatu. Pantai berpasir ini menjadi pilihan BABS Eknsistem Pantsi 225 untuk melakukan berbaga as rekreani. Sebagian benar pantai ber. pasir terdiri dari batu kuarsa dan feldspar, Area pantai berpasir dibatasi hanya di daerah dengan gerakan air yang kuat mengangkut partikel yang halus dan ringan. Jumlah bahan organik dan organiome hidup yang terdapat di pantai yang berpasir jauh lebih wedikit dibandingkan dengan pantai jenis lain, Di samping, itu, pemanfaatan pantai yang, ber- substrat pasir putih lebih bervariasi daripada pavir bitam, Pantat dengan sir substzal pasir hitam digunekan untuk boaling, sedangkan pantai bery antara lain untuk boating, selancar, renang, snorkeling, dan diving Sumber: http://i1.wp.com/vaucherbali.id/wp-content/uplaads/2016/09/Pantai-Kuta-2,j9 b. Gambar 5.4 Pantai berpasir Pantai berbatu memiliki topografi yang berbatu, memanjang ke arah laut, dan terbenam di air. Pantai berbatu merupakan daerah yang mengan- dung mikroorganisme yang paling banyak schingga spesies hewan dan tumbuhannya sangat beragam. Kondisi tersebut sangat berbeda dengan pantai berpasir yang, hampir tandus. Pantai berbatu adalah habitat bagi bera-gam jenis moluska, bintang laut, kepiting, anemon, dan ganggang laut. Habitat pantai berbatu sangat produktif, bahkan dapat menghasil- kan sumber makanan bagi manusia. Sumber: https://yusnadidotcom. files wordpress.com/2015/12/d30,joq Gambar 5.5 Pantai berbatu Pantai berlumpur riemitiki substrat yang halus dan biasanya terbatas pada daerah intertidal yang benar-benar terlindung dari aktivitas laut terbuka. Pantai berlumpur dapat dijumpai di berbagai tempat seperti di teluk yang tertutup, gobah, pelabuhan dan terutama estuaria, Pantai berlumpur memiliki peran penting dalam ekologi laut, yaitu habitatnya sangat produktifdan beragam. Pantai berlumpur mempunyai keragaman spesies yang mungkin menyaingi hutan tropis. Sumber: http://2,bp.blogspot.com/-wdkrtFeYGCM/UyZ2wPDSmgl/AAAAAAAAAMM/LkDWd- ¢BT0Co/s1600/Photo1576,jg Gambar 5.6 Pantai beslumpur BABS Ekosistem Pantai 227

You might also like