You are on page 1of 46
PEDOMAN GIZI TERKAIT PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTING DI RUMAH SAKIT UMUM YAPIKA RSUYAPIKA RUMAH SAKIT UMUM YAPIKA TAHUN 2022 RUMAH SAKIT UMUM YAPIKA JL Abd. Kadir Dg.Suro No. 140 Kel-Samate, Kec. Somba Opu, Kab. Gowa Telp (0411)8980000 / (0411]8980008 Email. Rsvvapikal @amail.com PERATURAN DIREKTUR NOMOR : 770/RSUY.HV/E/X11/2022 TENTANG PEDOMAN GIZI TERKAIT PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTING DI RUMAH SAKIT FATIMA, DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM YAPIKA Menimbang: a. bahwa pemerintah telah menetapkan program nasional dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat dan menurunkan angka kesakitan; b. bahwa pogram nasional tersebut bertujuan menurunkan angka kematian ibu dan bayi serta meningkatkan angka kesehatan ibu dan bayi, menurunkan angka kesakitan HIV/AIDS, menurunkan angka kesakitan tuberculosis, pengendalian resisten _antimikroba, penurunan prevalensi stunting dan wasting, penyelenggaraan sistem rujukan untuk kasus gangguan gizi serta melakukanpendampingan intervensi dan penguatan jejaring rujukan; ¢. bahwa rumah sakit yang menyelenggarakan pendidikan keschatan harus mengutamakan tata kelola Klinis yang baik, perke\mbangan ilmu dan teknologi kedokteran serta kesehatan lain berbasis bukti dengan memperhatikan aspek etika profesi dan hukun kesehatan 4. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud di atas perlu ditetapkan dengan Peraturan Direktur Rumah Sakit Umum Yapika Mengingat: 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia 2. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 23 tahun 2002 tentang, Perlindungan Anak 3. Undang-Undang Republik Indonesia nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik kedokteran 4, Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan 5. Undang- Undang Republik Indonesia nomor 44 tahun 2009 tentang rumah sakit RUMAH SAKIT UMUM YAPIKA JI. Abd. Kadir Dg.Suro No. 140 Kel.Samota, Kec. Somba Opu, Kab. Gowa Telp (041 1]8980000 / (041 1}8980008 Email. Ruyapiko 1 @amailcom 6. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 604 tahun 2008 tentang Pedoman Pelayanan Maternal Perinatal Pada Rumah Sakit Umum Kelas B, Kelas C dan Kelas D 7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV/AIDS 8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 79 tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pelayanan Geriatri di rumah sakit 9, Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 8 tahun 2015 tentang Program Pengendalian Resistensi Antimikroba di rumah sakit 10. Peraturan Menteri Keschatan Republik Indonesia nomor 67 tahun 2016 tentang Penanggulangan Tuberkulosis 11, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 tahun 2021 tentang percepatan penurunan stunting 12. Keputusan Badan Pengurus Yayasan Sentosa Ibu Nomor 019/YPK/IV/2022 tentang Pengangkatan dr. Yulia Pitriani sebagai Direktur Rumah Sakit Umum Yapika MEMUTUSKAN Menetapkan : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM YAPIKA PEDOMAN GIZI TERKAIT PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTING DIRUMAH SAKIT UMUM YAPIKA Ditetapkan di: Gowa RUMAH SAKIT UMUM YAPIKA Jl. Abd. Kadir Dg.Suro No. 140 Kel.Samato, Kec. Somba Opu, Kab. Gowa, Telp (041 1)8980000 / (0411)8980008 Email. Rsuyapikal@amaicom LAMPIRAN PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM YAPIKA NOMOR TANGGAL TENTANG ‘7TO/RSUY AIVE/X11/2022 :30 DESEMBER 2022 : PEDOMAN GIZI TERKAIT PENURUNAN PREVALENSI STUNTING DAN WASTINGDI RUMAH SAKIT FATIMA PAREPARE BABI KETENTUAN UMUM. Pasal | Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK). Gerakan 1000 HPK dan Pencegahan Stunting dan Wasting merupakan program keschatan global yang meliputi seluruh dunia, yang terkenal dengan istilah Gerakan “Scaling Up Nutrition (SUN Movement).” Gerakan ini merupakan kelanjutan dari Program MDGs, yang saat ini dikenal dengan nama SDGs. . Penurunan stunting penting dilakukan sedini mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yang merugikan seperti terlambatnya tumbuh kembang anak. ‘Stunting mempengaruhi perkembangan otak schingga tingkat kecerdasan anak tidak ‘maksimal. Hal ini berisiko menurunkan produktivitas pada saat dewasa. Program 1000 HPK dan pencegahan stunting dan wasting mencakup di dalamnya selain peningkatan gizi ibu hamil juga termasuk program penyclenggaraan Inisiasi Menyusu Dini (IMD) dan ASI Eksklusif Program-program tersebut harus terintegrasi karena saling berkaitan erat dalam menentukan keberbasilan program 1000 HPK dan pencegaban stunting dan wasting . Dalam jangka pendek stunting menyebabkan gagal tumbuh, hambatan perkembangan kognitif dan motorik, dan tidak optimalnya ukuran fisik tubuh serta gangguan metabolisme. Dalam jangka panjang, Stunting menyebabkan menurunnya kapasitas intelektual. Upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi yaitu intervensi gizi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi sensitive untuk ‘mengatasi penyebab tidak Iangsung . Target indikator utama dalam intervensi penurunan stunting terintegrasi adalah a. Prevalensi gizi kurang dan gizi buruk pada anak balita dan baduta Presentasi bayi dengan berat badan lahir rendah Prevalensi kekurangan gizi pada anak balita Prevalensi stunting dan wasting Presentasi bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif Prevalensi anemia pada ibu hamil rPeaes RUMAH SAKIT UMUM YAPIKA J. Abd. Kadir Dg Suro No. 140 Kel-Samato, Kec. Somba Opu, Kab. Gowa Telp (041 1)8980000 / (0411)8980008 Email. Rsuyani i BABII STANDAR KETENAGAAN Pasal 2 . Dokter spesialis anak: adalah dokter yang telah mendapat ijasah dokter spesialis anak yang disabkan dan dikukubkan oleh Kolegium Ilmu Kesehatan Anak Indonesia (AD IDAI Pasal 1 Ayat 1) dan memiliki tugas, tanggungjawab, dan wewenang ‘melaksanakan praktik spesialis anak, Abii gizi adalah sescorang yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenangsecara penuh oleh pejabat berwenang untuk melakukan kegiatan teknis fungsional dibidang, pelayanan gizi, makanan, dan dietetik dirumah sakit. Perawavbidan adalah penghubung utama antara pasien dan anggota tim lainnya, karena perawat memiliki kontak secara terus-menerus dengan pasien, Tugas dan perawat dalam asuhan gizi yaitu melakukan pemesanan makanan sesuai dengan preskripsi diit yang telah ditetapkan, mengamati pasien saat makan serta hal-hal yang muncul yang berkaitan dengan makanan atau diit yang diberikan. Apoteker adalah scorang yang bertanggungjawab terhadap obat-obatan dan cairan parenteral yang dibutuhkan. Adapun tugas farmakologi dalam asuban yaitu ‘memberikan masukan tentang sifat-sifat obat, metabolism obat dan interaksi obat, ‘memberikan penjelasan tentang produk enteral dan parenteral Humas adalah sebagai educator dan promosi rumah sakit. BAB III STANDAR FASILITAS Pasal 3 ‘Tata ruangan untuk pelayanan rawat inap dan poli anak terdiri dari: 1 2, 3 4. 5 Ruang Tungeu Ruang Pemeriksaan Ruang makan dan Minum . Kamar mandi pasien Kamar mandi pegawai. RUMAH SAKIT UMUM YAPIKA Jl Abd. Kadir Dg.Suro No. 140 Kel.Samoto, Kec. Somba Opu, Keb. Gowa Telp (041 1)8980000 / (0411)8980008 Email. i i BABIV TATALAKSANA PELAYANAN Pasal 4 Tatalaksana untuk pelayanan stunting dan wasting pada balita di bagi menjadi 2 yaitu: pelayanan rawat jalan dan rawat inap. Tatalaksana anak gizi buruk terdiri dari 4 fase perawatan dan pengobatan namun tidak semua balita gizi buruk akan mengalami 4 fase yaitu: fase stabilisasi transisi, rehabilitasi, dan fase tindaklanjut Indeks Antropometri yang digunakan untuk menentukan status gizi pada balita sebagai berikut Berat Badan menurut umur (BB/U), Panjang Badan atau Tinggi Badan menurut umur (PB/U atau TB/U), Berat Badan menurut Panjang Badan atau tinggi Badan (BB/PB) atau (BB/TB), Lingkar Lengan Atas (LILA) pada balita usia 6-59 bulan. Tatalaksana gizi buruk pada layanan rawat inap terdiri dari meliputi balita gizi buruk usia 6-59 bulan dan bayi dibawah 6 bulan. Tanda-tanda pada balita diatas 6-59 bulan yang perlu layanan rawat inap yaitu: Edema pada seluruh tubuh (edema derajat +3), Score Z BB/PB atau BB/TB <-3SD, Berat kurang dari 4 kilo, LILA < 11,5 em, ada komplikasi yang dimaksud (anorexia, dchidrasi berat seperti muntah terus-menerus dan diare, letargi atau penurunan kesadaran, demam tinggi, pncumonia berat seperti sulit bernafas atau bernafas cepat, Anemia berat. ‘Tanda-tanda pada balita dibawah 6 bulan yang perlu layanan rawat inap yaitu : Score Z BB/PB <-3 SD (jika panjang > 45 em, ada edema, terlalu lemah untuk menyusu, berat badan tidak naik atau turun, terdapat atau tidak tanda-tanda komplikasi medis Pada layanan rawat inap terdiri atas 3 fase yaitu Fase Stabilisasi, Fase Transisi, Fase, Fase Rehabilitasi. a. Kriteria pulang dari layanan rawat inap dan pindah ke rawat jalan yaitu : tidak ada komplikasi medis, edema berkurang, nafsu makan baik, secara Klinis baik. . Kriteria sembuh untuk balita gizi buruk (selama 2 minggu berturut-turut: LILA 2 12,5 cm (hijau), Score-Z BB/PB (atau BB/TB) > -2 SD, tidak ada edema secara klinis baik. ¢. Kriteria pindah kelayanan rawat jalan yaitu kondisi klinis baik, bayi sadar dan tidak ada masalah medis, bayi dapat menyusu dengan baik, mendapatkan asupan yang cukup, kenaikan berat badan yang cukup (> 5 g/KgBB/hari selama 3 hari berturut-turut, Kriteria pulang dari layanan rawat inap dan pindah ke rawat jalan. Kriteria pulang dari layanan rawat inap dan pindah ke rawat jalan antara lain. vi WL 12, 13. 14, RUMAH SAKIT UMUM YAPIKA JI. Abd. Kadir Dg Suro No. 140 KelSameta, Kee. Somba Opu, Kab. Gowa Telp (041 1)8980000 / (041 1)8980008 Email. Rsvyapike! @gmail.com a. Tidak ada komplikasi medis , Edema berkurang . Nafsu makan baik . Secara klinis baik. Kriteria sembuh untuk balita gizi buruk a. Selama 2 minggu berturut-turut: LILA > 12,5 em (hijau), b. Score-Z BB/PB (atau BB/TB) > -2 SD ¢. Tidak ada edema secara klinis baik. Bila balita gizi buruk masuk dengan bilateral edema, maka kriteria sembuh adalah: a. LILA > 12,5em (hijau), b. Score-Z BB/BB (atau BB/TB) > -2 SD ¢. Tidak ada edema, 4. Secara klinis baik. Kriteria pulang a. Keberhasilan relaktasi dengan menghisap efektif: kenaikan berat badan minimal 20g/hari selama 5 hari berturut-turut hanya dengan mengkonsumsi ASI ». Tidak ada edema bilateral selama 2 minggu . Kondisi klinis baik, bayi sadar dan tidak ada masalah medis, 4. Ibu sudah mendapat konseling cukup dan suplementasi zat gizi mikro yang diperlukan selama tinggal dirumah. Kriteria sembub/selesai perawatan a. Z-score BB/PB > - 2SD selama 3 hari berturut-turut ». Tidak ada edema selama 2 minggu c. Kondisi klinis baik 4. Anak sadar dan tidak ada masalah medis . Saat dipulangkan F100 yang diencerkan dapat diganti dengan formula bayi standar Kriteria pindah kelayanan rawat jalan a. Kondisi klinis baik . Bayi sadar dan tidak ada masalah medis . Bayi dapat menyusu dengan baik 4. Mendapatkan asupan yang cukup ¢. Kenaikanan berat badan yang cukup (> 5 g/KgBB/hari selama 3 hari berturut- turut. Pencatatan dan Pelaporan dan Evaluasi Pencatatan dan pelaporan gizi buruk dalam pembangunan kesehatan gizi telahsesuai dengan prosedur dan dilaksanakan dengan tepat. Sistem pencatatan danpelaporan di rumah sakit dilaksanakan dengan alur yang ada. Namun perlu vil RUMAH SAKIT UMUM YAPIKA JL Abd. Kadir Dg Suro No. 140 Kel.Samata, Kec. Somba Opu, Kab. Gowe Telp (041 1)8980000 / (0411)8980008 Email. Rsuyapikal @amail.com ditingkatkan koordinas tim kesehatan schingga pemeriksaan data dapat dilakukan dengan akurat, a. Persentase Balita Gizi Kurang (Wasting)/Gizi Buruk Rumus Persentase balita Jumlah balita gizi kurang/gizi buruk X 100 Gizi kurang/gizi buruk = _Jumlah balita yang ditimbang b. Persentase balita pendek (Stunting) Rumus: Pesiisitane Wala Jumlah balita gizi kurang/gizi buruk : = X 100 cm Jumlah balita yang ditimbang Persentase Ibu hamil Anemia Rumus: Persentase ibu hamil Jumiah ibu hamil anem i = x 100 anemia Jumlahibu hamil yang diperiksa Hb pertama kali d. Persentase Bayi dengan Berat Badan lahir Rendah (Berat badan kurang dari 2500gram) Rumus: Jumlah bayi BBLR = Saas NIU Jumlah bayi baru lahir hidup yang ditimbang Persentase bayi BBLR e. Persentase bayi kurang dari 6 bulan mendapat ASI Ekslusif Rumus: Jumlah bayi kurang dari 6 bulan __masih mendapat ASI Eksk’ Persentase bayi kurang X10 dari 6bulanmendapat | ——_Jumlah bayi kurang dari 6 bulan ASI Eksklusif’ yang direcall BABV LOGISTIK vill RUMAH SAKIT UMUM YAPIKA Jl Abd. Kadir Dg.Suro No. 140 Kel.Samata, Kec. Somba Opu, Kab. Gowa. Telp (041 1)8980000 / (0411)8980008 Email. Rsvyapikal @amail.com Pasal 5 1. Jalur manajerial dalam melaksanakan peran dan fungsinya mengupayakan pencegahan gizi buruk pada balita, meningkatkan cakupan dan kualitas pelayanan RUMAH SAKIT UMUM YAPIKA JL. Abd. Kadir Dg.Suro No. 140 Kel.Samata, Kec. Sombe Opu, Kab. Gowa, Telp (0411)8980000 / (0411)8980008 Email. Rsuyapikal@gmeil.com asus, serta membangun kemitraan dengan sektor/pihak terkait dan mengupayakan peran serta aktif masyarakat. Upaya pencegahan gizi buruk pada balita yaitu: a, Mengupayakan agar pemerintah daerah disetiap tingkat mengangkat masalah kekurangan gizi pada balita sebagai masalah prioritas yang harus segera diatasi b. Kerjasama dengan mitra pembangunan untuk pengembangan model penanggulangan gizi buruk didaerah dengan prevalensi tinggi . Kerjasama dengan media untuk menyebarkan informasi tentang pencegaban dan 41SD ppry | Sangat pendek (severely stunted) <38D ray | Bendek (stunted) “3 SD sd <2 SD tau [Normal -2SD sd +3 SD Tinggi 343 SD Gizi buruk (severely stunted) =-38D Gizi kurang (stunted) “3 SD sd <-28D pemp [S26 -2SD sd +1SD "aa | Betisiko gizi lebih (possible risk of | >+1 SD sd+2 SD Barre | overweight) Gizi lebih (overweight) 342 SD sd 43 SD Obesitas (obese) 343 SD Gizi buruk 42SD L [Normal - 3-2 SD sd <2 SD 5. Alur penepisan masalah gizi dan jenis layanan yang diperlukan 6. 1, Masalah gizi adalah suatu kondisi dimana terjadi kekurangan, kelebihan atau ketidakseimbangan asupan kalori. kekurangan gizi adalah suatu kondisi yang dapat terjadi secara akut dan kronis disebabkan oleh asupan zat gizi yang tidak memadai. Berdasarkan klasifikasi kurang gizi akut dibagi menjadi: ‘a. Balita gizi kurang adalah balita dengan indeks BB/PB atau BB/TB pada - 38D sampai kurang dari -2SD dengan pengukuran LILA berada diantara 11,5 em sampai kurang dari 12,5 em (usia 6-59 bulan) b. Balita gizi buruk adalah balita dengan indeks BB/PB (BB/TB) kurang dari -3SD atau dengan pengukuran LILA (11,5 om untuk usia 6-59 bulan) atau adanya pitting edema bilateral minimal pada punggung kaki. ‘Alur penapisan gizi buruk / kurang dan jenis layanan yang diperlukan: a. Rawat jalan : balita usia 6-59 bulan dengan gizi buruk tanpa komplikasi. Layanan ini dilakukan difasilitas keschatan tingkat pertama b. Rawat inap : balita < 6 bulan dengan gizi buruk (dengan atau tanpa komplikasi), balita gizi buruk usia 6-59 bulan dengan komplikasi atau penyakit penyerta, semua balita diatas 6 bulan dengan berat badan <4 kg. Sepuluh langkah tatalaksana gizi buruk dilayanan rawat jalan a. Tatalaksana pemeriksaan gizi buruk pada balita b. Penentuan status gizi buruk pada balita perlu dilakukan pemeriksaan sebagai berikut: 1) Berat badan dan panjang / tinggi badan 2) Lingkar Lengan Atas (LILA) 3), Pitting edema bilateral. Setiap balita yang berobat ke tenaga Kesehatan atau berkunjung ke fasilitas keschatan diperiksa dengan pendekatan MTBS agar balita terlayani secara komprehensif. Empat fase pada perawatan dan pengobatan gizi buruk pada balita Pemulihan anak gizi buruk memerlukan waktu kurang lebih 6 bulan, namum perawatan dilayanan rawat inap dilakukan sampai tidak ada Komplikasi, pitting edema bilateral berkurang dan nafsu makan baik (tanpa melihat status gizi berdasarkan indeks antropometri) tetapi pemulihan gizi hingga BB/PB atau BB/TB >-2SD dan atau LILA > 12,5 em dan tanpa pitting edema bilateral dapat tetap dilanjutkan dengan rawat jalan. ‘Tatalaksana anak gizi buruk terdiri dari 4 fase perawatan danpengobatan namun tidak semua balita gizi buruk akan mengalami 4 fasetersebut vyaitu: a. Fase stabilisasi 4 Merupakan fase awal perawatan yang umumnya berlangsung 1-2 hari tetapi dapat berlanjut sampai | minggu sesuai kondisi anak. Pemantauan pada fase stabilisasi dilakukan dengan mencatat tanda-tanda vital. b. Fase transisi Merupakan masa pemulihan dari fase stabilisasi ke fase rchabilitasi dengan tujuan memberi kesempatan tubuh untuk beradaptasi terhadap pemberian energi dan protein. c. Fase rehabilitas Fase ini dapat diberikan dilayanan rawat jalan maupun rawat inap. Fase ini adalah fase pemberian makanan untuk tumbuh kembang, pemberian energy sebesar 250-220 kkal/kgBB/hari dalam bubul F100 atau RUFT d. Fase tindak lanjut ada fase ini merupakan lanjutan pemberian makanan untuk tumbubkejar ‘dengan pemberian makanan keluarga dan pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P). 9, Sepuluh langkah tatalaksana berdasarkan kondisi klinis yang ditemukan: ‘a. Mencegah dan mengatasi hipoglikemia Semua balita gizi buruk berisiko mengalami hipoglikemia (kadar gula darah (3 mmoV/L atau < 54 mg/dl). Jika fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk kadar gula darah, maka semua anak gizi buruk dianggap menderita hipoglikemia dan segera ditangani dengan ‘memeberikan 50m! larutan glukosa 10% (1 sendok teh munjung gula pasir dalam 50 ml air) secara oral. b. Mencegah dan mengatasi hipotermia. Cara mencegah dan mengatasi hipotermia dengan menghangatkan tubuh balita dengan menutup seluruh tubuh termasuk kepala menggunakan selimut. c. Mencegah dan mengatasi dehidrasi Pada dehidrasi ringan / sedang, tetapkan upaya memberikan terapi rehidrasi oral. Apabila tidak mengukur secara oral. Cairan diberikan ‘melalui pipa nasogastric sampai anak bisa minum, 4. Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit Pada anak gizi buruk terjadi gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan mineral untuk mengatasi gangguan keseimbangan clektrolit diberikan mineral mix yang ditambahkan kedalam F75 atau F100 ©. Mengobati infeksi alita gizi buruk seringkali menderita berbagai jenis infeksi, namun sering tidak ditemukan tanda / gejala infeksi bakteri seperti demam. f. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro Semua anak gizi buruk mengalami defisiensi vitamin dan mineral ‘meskipun sering ditemukan anemia/ zat besi tidak boleh diberikan pada fase awal (fase stabilisasi dan transisi). 15 2. Memberikan makanan untuk fase stabilisasi dan transisi diberikan untuk anak gizi buruk dilayanan rawat inap h. Memberikan makanan untuk tumbuh kembang Pada fase rehabilitasi terjadi reaksi (pemulihan) jaringan tubuh sehingga diperlukan energi dan protein yang cukup i. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang Pada anak gizi buruk terjadi keterlambatan perkembangan mental dan prilaku, keterlibatan keluarga terutama ibu diperlukan dalam memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang anak. j. Mempersiapkan untuk tindak lanjut dirumah. Perawatan untuk tindak lanjut dirumah dapat dilakukan sejak awal. Bila balita keluar dari layanan rawat inap setelah sembuh maka dianjurkan untuk consult terutama saat pulang. 10. Langkahtangkah dalam layanan rawat jalan pada balita gizi buruk sebagai berikut: a. Status konfirmasi Hal yang perlu dilakukan dalam konfirmasi status gizi yaitu : 1) Menyampaikan penjelasan kepada keluarga tentang prosedur yang akan dilakukan 2) Melakukan pengukuran antrpometri dan pitting edema bilateral, pengukuran antrpometri meliputi BB,PB atau TB dan LILA untuk memastikan status gizi berdasarkan indeks BB/PB atau BBVTB dan LILA. Semua hasil pengukuran dicatatat dalam buku KIA selanjutnya lakukan pemeriksaan apakah ada pitting edema bilateral dan tentukan derajatnya (1+, 2+ atau 3+). Tabel Rujukan LILA, BB/PB atau BB/TB dan Pitting Edema Bilateral, WHO 2005 LILA 6-59 bulan) buruk yang langsung dirawat jalan adalah balita tanda 16 1) BB/PB atau BB/TB kurang dari -3 SD 2) LILA kurang dari 11,5 cm (6-59 bulan) 3) Pitting edema bilateral (+1 atau +2) 4) Nafsu makan baik tanpa komplikasi medis. Balita usia diatas 6 bulan dengan gizi buruk yang dirawat inap dapat melanjutkan perawatan dirawat jalan jika Kondisi Klinis baik, bayi sadar, tidak ada komplikasi medis, tidak ada pitting edema bilateral, kenaikan berat badan minimal 20gram/hari atau kurang lebih 5 gram/KgBB perhari selama 5 hari berturut-turut, ibu dan bayi ‘mendapatkan akses ke layanan rawat jalan termasuk akses formula bagi bayi yang tidak mendapatkan ASI Eksklusif, ibu sudah mendapatkan onseling menyusui dan gizi seimbang untuk ibu menyusui, ibu sudah mendapatkan konseling cara penyiapan pemberian formula serta pemberian makanan sesuai umur. ¢. Tindakan yang dilakukan sebelum balita keluar dari rawat jalan. 1) Informasikan kepada ibu/pengasuh tentang hal layanan rawat jalan 2) Berikan konseling ASI, MPASI (6 sampai ) < 24 bulan) dan makanan keluarga untuk balita > 24 bulan cara penyiapan dan pengolahan makanan 3) Bila balita mendapatkan F 100 maka diberikan jatah F100 untuk dua hari sesuai berat badan terakhir 4) Pastikan pengasuh memahami cara pemberian F100 untuk balita. 5) Minta ibu untuk menganjurkan orang tua, teman-teman dan keluarga balita yang menderita gizi buruk, atau pissing edema mengenai adanya pelayanan balita gizi buruk. TATALAKSANA LAYANAN DI RAWAT INAP Upaya pengelolaan gizi buruk terintegrasi menckankan pentingnya peran serta aktifkeluarga dan masyarakat serta lintas sector terkait dalam upaya penanggulangan ggizi buruk pada balita. Upaya ini juga menganjurkan layananrawat jalan untuk balita berusia 6-59 bulan dengan gizi buruk tanpa komplikasi.Bi la ada komplikasi, maka balita perlu menjalani rawat inap sampai komplikasi teratasi dan selanjutnya diperbolehkan menjalani rawat jalan sampai sembuh sepenubnya. Untuk bayi berusia kurang dari 6 bulan dengan gizi buruk , dianjurkan untuk rawat inap, walaupun tidak ada komplikasi. ‘Ada dua jenis protokol dalam rawat inap balita dengan gizi buruk sebagai berikut: 1. Balita gizi buruk usia 6-59 bulan dengan tanda beriki Edema pada seluruh tubuh (edema derajat +3), Score Z BB/PB atau BB/TB <- 38D, Berat kurang dari 4 kilo, LILA < 11,5 em, Ada komplikasi yang dimaksud (anorexia, dehidrasi berat seperti muntah terus-menerus dan diare, letargi atau penurunan kesadaran, demam tinggi, pneumonia berat seperti sulit bernafas atau bernafas cepat, Anemia berat. a. Rawat inap pada balita 6-59 bulan gizi buruk 7 ‘Tujuan rawat inap bagi balita gizi buruk dengan komplikesi dan bayidiatas 6 bulan dengan berat badan kurang dari 4 kilo sebagai berikut: 1) Mengupayakan stabilisasi Kkondisi balita dengan mengembalikan metabolisme untuk keseimbangan elektrolit, normalisasi metabolism, dan mengembalikan fungsi organ 2) Menangani komplikasi yaitu penyakit infeksi dan komplikasi lainnya. 3) Memberikan makanan bergizi untuk mengejar pertumbuhan yang dilakukan secara perlahan dan ditingkatkan dengan hati-hati agar tidak membebani system 4) Memberikan layanan rehabilitasi gizi lengkap. 5) Memberikan layanan rujukan rawat inap kepada balita gizi buruk yang semula menjalani rawat jalan. b. Adapun beberapa penilaian ketika masuk kelayanan rawat inap 1) Penegakkan diagnosis komplikasi/penyakit penyerta yang mengancam jiwa dan segera lakukan layanan darurat untuk mengatasinya. 2) Komfirmasi status gizi buruk dengan pengukuran BB, PB atau TB dan LILA sebagai data awal untuk pemantauan selanjutnya. 3) Hasil pemeriksaan dicatat pada rekam medis pasien. c. Terdapat tiga fase dalam tatalaksana rawat inap yait 1). Fase stabilisasi Pada fase ini diprioritaskan kegawatdaruratan yang mengancam jiwa. a) Hipoglikemia Semua balita gizi buruk berisiko mengalami hipoglikemia (kadar gula darah <3 mmoV/L atau 54 mg/dl), schingga setiap balita gizi bburuk diberi makan atau larutan glukosa 10% segera setelah masuk layanan rawat inap. Pemberian makanan yang sering (tiap 2 jam) sangat penting dilakukan pada anak gizi buruk, Jika fasilitas setempat tidak memungkinkan untuk memeriksakan kadar gula dalam darah maka semua anak gizi buruk dianggap menderita hipoglikemia dan segera ditangani sebagai berikut: + Berikan 50m larutan glukosa 10% (1 sendok teh munjung gula pasir dalam 50 ml air) secara oral/melalui NGT. Segera dilanjutkan dengan pemberian formula F100 yang pertama diberikan dua kali dalam 1x24 jam selama 2 hari berturut-turut masih mendapat ASI teruskan pemberian pemberian ASI diluar jadwal F100 » Jika anak tidak sadar/letargi, berikan larutan glukosa 10% secara intravena (bolus) sebanyak 5 ‘ml/kgbb, atau larutan glukosa/gula pasir SOml dengan NGT. Jika glukosa IV tidak tersedia, berikan | sendok teh gula ditambah | atau 2 tetes air dibawah lidah, pantau jangan sampai balita menelan gula tersebut terlalucepat sehingga _memperlambat proses penyerapan. 18 + Hipoglikemia dan hipotermi sering kali merupakan tanda adanya infeksi berat. Pemantauan + Bila kadar gula darah awal rendah, ulangi pengukurannya setelah 30 menit + Jika kadar gula darah dibawah 3 mmol/L (<$4 mg/dl), ulangi pemberian larutan glukosa/gula 10% + Tika suhu aksilaris <36 derajat Celsius atau kesadaran ‘memburuk mungkin hipoglikemia disebabkan oleh hipotermia, ulangi pengukuran kadar gula darah dan tangani sesuai keadaan (hipotermia dan hipoglemia) Pencegahan + Beri F100 sesegara mungkin, berikan setiap 4 jam selama 24 jam pertama, Bila ada dehidrasi, lakukan rehidrasi terlebih dahulu, Pemberian makanan harus teratur setiap 1-2 jam, siang dan malam + Minta pengasuh untuk memperhatikan setiap kondisi balita, ‘membantu memberi makan dan menjaga balita tetap hangat. + Periksa adanya distensi abdomen. b) Hipotermi Hipotermia (suhu aksilaris kurang dari 36 derajat Celsius sering ditemukan pada balita gizi buruk dan jika ditemukan bersama hipoglikemia menandakan adanya infeksi berat. Cadangan energy anak gizi buruk sangat terbatas, sehingga tidak mampu memprodukdi panas untuk mempertahankan suhu tubuh, Tatalaksana + Hangatkan tubuh balita dengan menutup seluruh tubuh, termasuk kepala, dengan pakaian dan selimut + Juga dapat dilakukan dengan meletakkan balita langsung pada dada atau perut ibunya (dari kulit ke kulit/metode kanguru) Pemantauan + Ukur axillah tiap 2 jam sampai suhu meningkat menjadi 36,5 derajat Celsius atau lebih + Pastikan bahwa anak selalu tertutup pakaian atau selimut terutama pada malam hari + Periksa kadar gula anak bila ditermukan hipotermia Pencegahan + Ganti pakaian dan seprai yang basah, jaga agar anak dan ‘tempat tidur tetap kering + Biarkan anak tidur dipelukan orangtuanya agar tetap hangat terutama dimalam hari + Hindarkan anak dari suasana dingin, 19 ©) Dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit Diagnosis dan derajat dehidrasi pada balita gizi buruk sulit ditegakkan secara akurat dengan tanda/gejala Klinis saja. Semua balita gizi buruk dengan diare/penurunan jumlah urine dianggap ‘mengalami dehidrasi ringan. Tatalaksana + Jangan gunakan infus untuk rehidrasi, kecuali pada kasus 2 tahun 100-200ml setiap buang air besar. jika balita gizi buruk dalam keadaan syok atau dehidrasiberat tapi tidak memungkinkan untuk diberi rehidrasi oral/melaluiNGT, ‘maka rehidrasi diberikan melalui infus cairan RL dan Dex 10% dengan perbandingan 1:1 Pemantauan Pantauan kemajuan proses rehidrasi dan perbaikan keadaan klinis setiap 30 menit selama 2 jam pertama kemudian tiap jam sampai 10 jam berikutnya, Waspadah terhadap kelebihan cairan, yang sangat berbahaya dan biasa mengakibatkan gagal jantung dan kematian, maka periksalah frekuansi nafas dan_nadi, frekuansi BAK dan jumlah produksi urine, frekuensi BAB encer dan muntab. Selama proses rehidrasi, frekuansi nafas dan nadi akan berkurang dan mulai ada diuresis. Tanda membaiknya dehidrasi antara lain kembalinya airmata, mulut basah, cekung mata dan fontanel berkurang, turgor kulit membaik namum pada gizi buruk tanda tersebut sering tidak ada walaupun rehidrasitelah terjadi itu ssangat penting untuk memantau berat badan. Bila ditemukan tanda kelebihan cairan (frekuansi nafas meningkat Sx/menit dan frekuansi nadi 15x menit) hentikan segera pemberian cairan Oralit dan lakukan penilaian ulang setelah 1 jam. Pencegahan Jika anak masih mendapatkan ASI lanjutkan pemberian ASi, berikan F100 sesegera mungkin. Anak gizi buruk yang mengalami defisiensi kalium dan magnesium mungkin membutuhkan waktu 2 minggu atau lebih untuk memperbaikinya. d) Infeksi Balita gizi buruk sering kali menderita berbagai jenis infeksi namun sering tidak ditemukan tanda/gejala infeksi bakteri seperti demam. Karena itu, semua balita gizi buruk dianggap ‘menderita infeksi pada saat datang ke Faskes dan segera 20 diberi antibiotic, Hipoglikemia dan Hiptermia sering kali ‘merupakan tanda infeksi berat. Tatalaksana Berikan kepada semua balita gizi buruk antibiotic dengan spectrum luas. + Imunisasi campak: jika balita berusia 6 bulan atau sama dengan atau belum pernah diimunisasi atau mendapatkan munisasi campak sebelum usia 9 bulan. Imunisasi ditunda bila balita dalam keadaan syok Pilihan antibiotik speculum luas. Pada balita gizi buruk dengan Komplikasi hipoglikemia dan hipotermia/_ penurunan kesadaran atau komplikasi lain maka pemberina antibiotic parenteral IM atau IV. + Gentamicin 7,5mg/KgBB sehari selama 7 hari + Berikan terapi untuk penyakit infeksi sesuai dengan standar terapi yang berlaku seperti Malaria, Meningitis, TB dan HIV Pemantauan + jika terdapat anorexia setclah pemberian antibiotic tersebut diatas lanjutkan terapi sampai 10 hari, jika nafsu makan belum membaik lakukan penilaian lang menyeluruh pada balita, 2), Fase Transisi Fase ini ditandai oleh transisi dari kondisi stabil ke kondisi yang memenuhi syarat untuk menjalani rawat jalan. Fase transisi dimulai ketika komplikasi medis teratasi, tidak ada hipoglikemia, nafsu makan pulih, edema berkurang, Pengolahan fase trasnsisi mempunyai 2 pendekatan sebagai berikut: transisi kelayanan rawat jalan, dan transisi ke layanan rawat inap. a ‘Transisi ke layanan rawat jalan ‘Tujuan transisi ke layanan rawat jalan adalah mempersiapkan rehabilitasi pada balita dengan gizi buruk agar dapat menjalani rawat jalan dan mengkonsumsi F100 dalam jumlah cukup untuk meningkatkan berat badan dan kesembuhan, memastikan balita tersebut untuk memperolch kebutuhan gizi yang dibutuhkan yang dilakukan dengan memperkenalkan dan meningkatkan proporsi harian pemberian F100 secara bertahap. Perlu diperhatikan bahwa lingkungan rumah sakit/tempat rawat inap berisiko mengakibatkan infeksi nosokomial yang dapat menyebabkan kematian, disamping itu, rawat inap yang terlalu lama biasa mengganggu kehidupan Keluarga terutama keluarga yang mempunyai banyak anak. Meskipun pemulihan untuk berjalan lebih lambat pada layanan rawat jalan, namun pilihan lebih baik. Dalam proses pemulihan, balita sebaiknya dipindahkan secepatnya kelayanan rawat 21 pass jalan dan mulai diajak bermain dengan bahan yang ada untuk stimulasi tumbuh kembangnya. bb. Transisi ke layanan rawat inap ila tidak tersedia layanan rawat jalan, balita dirawat dan dipulihkan sepenubnya dilayanan rawat inap. Bila setidaknya 80% dati jatah F100 yang diresepkan diminuim habis lewat mulutdan tidak ada masalah lain yang ditemukan. 3) Fase Rehabilitasi Setelah fase transisi, balita mendapatkan perawatan lanjut ke fase rehabilitasi dilayanan rawat jalan atau tetap dilayanan rawat inap bila tidak tersedia layanan rawat jalan. Kemajuan terapi dinilai dari kecepatan kenaikan berat badan setelah fase transisi dan mendapatkan F100, timbang dan catat berat badan setiap pagi sebelum diberi makan, hitung dan catat kenaikan berat badan setiap 3 hari dalam gram/kgBB/hari. Score Z BB/PB <-3 SD Gjika panjang > 45 em ‘Ada edema ‘Terlalu lemah untuk menyusu Berat badan tidak naik atau turun ‘Terdapat atau tidak tanda-tanda komplikasi medis. Tatalaksana bayi kurang dari 6 bulan dengan gizi buruk berdasarkan status pemberian ASI: ‘Ada kemungkinan pemberian ASI: 1) Bayi masih mendapat ASI tapi kurang gizi 2) Bayi sudah tidak mendapat ASI tetapi ibu masih ingin menyusu 3) Bayi sudah berhenti menyusu misalnya ibu meninggal Tatalaksana 1) Fase stabili Pada fase ini atasi komplikasi sesuai dengan protokol umum. Bayi <6 ‘bulan sangat rawan terhadap hipoglikemia dan hipotermi, mulai refeeding dengan susu formula pengganti, beri formula dengan jumlah tetap ( 130mV/kgBB/hari), segera berikan F-100 yang diencerkan atau bila tidak ada , berikan formula dan teruskan pemberian 2-3 jam, berikan terapi gizi dengan menggunakan cangkir, atau seplementer (bilabayi mampu menghisap atau dengan tehnik drip-drop out atau NOT, dukungan pemberian ASI yang bertujuan meningkatkan produksi AST ‘dan menerapkan kembali ASI eksklusif sehingga bayi dipulangkan hanya dengan ASI. Bila ASI masih ada dan bayi mampu menghisapsatu jam sebelum pemberian F100 yang diencerkan /formula, berikan ASI selama lebih kurang 20 menit, lakukan hal ini siang dan malam. Pada saat ini F100 yang diencerkan/formula merupakan makanan utama, sedangkan ‘ASI merupakan makanan tambahan, awasi bahwa menyusui benar-benar dilakukan, Bila ASI masih ada tetapi bayi 22 ‘mampu atau tidak mau menyusu maka bantu ibu memerah ASI, yang dilakukan minimal 8x/hari selama 20-30 menit tiap kali, berikan ASI perah kepada bayi dengan cara drip-drop dengan cangkit/NGT. 2) Fase Transisi Pada fase transisi, formula yang digunakan tetap sama. Transisi yang terjadi adalah mengupayakan agar bayi semakin banyak mendapat ASI dan secara bertahap diharapkan bayi hanya mendapat ASI ketika pulang. 3) Fase Rehabilitasi Tujuan yang ingin dicapai pada fase ini adalah menurunkan jumlsh formula yang diberikan, mempertahankan kenaikan berat badan, ‘melanjutkan pemberian ASI. Kemajuan klinis pada bayi dinilai dari kenaikan berat badan setiap hari bila berat badan turun atau tidak naik selama 3 hari berturut-turut tetapi bayi tampak lapar dan menghabiskan semua formula yang diberikan, tambahkan 5 ml pada setiap pemberian formula, biasanya suplementasi formula tidak bertambah selama perawatan tetapi berat badan naik, yang berarti produksi ASI terus ‘meningkat, bila setelah beberapa hari bayi tidak lagi menghabiskanjatah formulanya tetapi BB tetap naik, berarti asupan ASI meningkat dan bayi ‘mendapat cukupan asupan untuk memenuhi kebutuhan, bayi ditimbang setiap hari dengan timbangan yang mempunyai ketelitian sampai 10 gram. b. TIDAK ada kemungkinan pemberian ASI 1) Fase sta Bayi diberi obat rutin dan suplemen. Pada fase ini harus diberikan F100 yang diencerkan. F100 tidak boleh diberikan dengan konsentrasi penuh, berikan formula dnegan cangkir atau dengan diteteskan melalui NGT, terapkan pemberian makanan yang tepat agar asupan makanan yang adekuat 2) Fase transisi Pada fase ini hanya F100 yang diencerkan, F100 yang diencerkan dinaikkan sepertiga dari jumlah yang diberikan pada fase stabilisasi 3) Fase rehabilitasi Hanya F100 yang diencerkan yang digunakan selama fase rehabilitasi, bayi mendapat formula terapeutik (F100 yang diencerkan) sebanyak 2x: jumlah yang diberikan pada fase stabilisasi. D. KRITERIA PULANG DARI LAYANAN RAWAT INAP DAN PINDAH KE RAWAT JALAN Keiteria pulang dari layanan rawat inap dan pindab ke rawat jalan antara lain. 1, Tidak ada komplikasi medis 2, Edema berkurang 3. Nafsu makan baik 4, Secara Klinis baik. E. KRITERIA SEMBUH UNTUK BALITA GIZI BURUK 1. Selama 2 minggu berturut-turut: LILA > 12,5 em (hijau), 2. Score-Z BB/PB (atau BB/TB) > -2 SD 3. Tidak ada edema secara klinis baik. BILA BALITA GIZI BURUK MASUK DENGAN BILATERAL EDEMA, MAKA KRITERIA SEMBUH ADALAH: 1. LILA > 12,5em (hijau), 2. Score-Z BB/BB (atau BB/TB) > -2 SD 3. Tidak ada edema, 4, Secara klinis baik. KRITERIA PULANG Keberhasilan relaktasi dengan menghisap efektif: kenaikan berat badan minimal 20g/hari sclama 5 hari berturut-turut hanya dengan mengkonsumsi AST 2. Tidak ada edema bilateral selama 2 minggu 3. Kondisi klinis baik, bayi sadar dan tidak ada masalah medis 4, Tbu sudah mendapat Konseling cukup dan suplementasi zat gizi mikro yang diperlukan selama tinggal dirumah. a. Perawatan bagi ibu 1) Ibu yang menyusui membutuhkan dukungan terutama bila mengalami stres. Hal yang perlu difokuskan adalah kondisi lingkungan yang mendukung dan dapat meningkatkan pemberian ASI misalnya konscling peroragan, dukungan antara ibu menyusui, ruang laktasi yangaman dan nyaman. 2) Ibu yang mengalami trauma/depresi perlu mendpatkan dukungan, ‘emosional dan mental agar ibu kembali bergairah dan lebih percaya diri untuk menyusui, 3) Penilaian status gizi ibu yang baik 4). Sadarkan ibu tentang resiko hamil/mempunyai anak lagi pada situasi saat ini. Gizi dan suplemen bagi ibu menyusui memerlukan energy extra 450 kal/hari, zat gizi ‘kro esensial yang terkandung dalam ASI berasal dari diet dan suplementasi zat gizi mikro yang diberikan kepada ibu karena itu sangat penting untuk memenuhi Kebutuhan energy dan zat gizi ibu menyusui dengan konsumsi paling sedikit 7500kal/hari dan sesuai dengan program ibu nifas, mendapat 2 kapsul vitamin A. H. KRITERIA SEMBUH/SELESAI PERAWATAN 1. Z-score BB/PB > - 2SD selama 3 hari berturut-turut 2, tidak ada edema selama 2 minggu 3. Kondisi klinis baik | 4, Anak sadar dan tidak ada masalah medis 24 5, Saat dipulangkan F100 yang diencerkan dapat diganti dengan formula bayi standar I. KRITERIA PINDAH KELAYANAN RAWAT JALAN 1. Kondisi klinis baik 2. Bayi sadar dan tidak ada masalah medis 3. Bayi dapat menyusui dengan baik 4, Mendapatkan asupan yang cukup. 5. kenaikan berat badan yang cukup ( > 5 g/KgBB/hari selama 3 hari berturut- turut). J. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI Masalah gizi masih menjadi masalah dibeberapa negara termasuk Indonesia. Masalah gizi buruk dan gizi kurang jika bertahan hingga dewasa akan berisiko mengalami perkembangan kognitif yang buruk dan produktivitas yang rendah bahkan sampai kematian, Rumah sakit adalah fasilitas pelayanan Kesehatan yang ‘menyelenggarakan upaya keschatan masyarakat. Penanggulangan gizi buruk dan gizi kurang di rumah sakit menggunakan metode deskritif kualitatif, data yang diperoleh dari assessment dan analisa terhadap data program. Tehnik analisa data dilakukan dengan empat komponen yaitu: reduksi data, penyajian data, analisa data, dan penyajian data. Pencatatan dan pelaporan dimulai dari Januari sampai Desember. Pencatatan dan pelaporan gizi buruk dalam pembangunan keschatan gizi telah sesuai dengan prosedur dan dilaksanakan dengan tepat. Sistem pencatatan dan pelaporan di rumah sakit dilaksanakan dengan alur yang ada, Namun perlu ditingkatkan koordinas tim kesehatan sehingga pemeriksaan data dapat dilakukan dengan akurat. 1, Persentase Balita Gizi Kurang (Wasting)Gizi Buruk a, Latar Belakang Berat badan kurang merupakan masalah gizi yang bersifat umum dapat disebabkan karena masalah kronis maupun akut, sehingga perlu dikonfirmasi lebih lanjut. Masalah gizi kurang/gizi buruk yang terjadi lama akan mengakibatkan gangguan pertumbuhan pada anak. b. Definisi Operasional 1) Balita adalah anak yang berumur dibawah 5 tahun (0-59 bulan) 2) Gizi kurang/gizi buruk adalah kategori status gizi berdasarkan indeks Berat Badan menurut umur (BB/U) dan BB/TB dengan Z-score kurang dari -2 sD 3) Persentase balita kurang/gizi atau gizi buruk adalah jumlah balita dengan kategori status gizi kurang/gizi buruk terhadap jumlah seluruh balita yang ditimbang dikali 100. . Ukuran indikator Rumus : Persentase balita Jumlah balita gizi kurang/gizi buruk Gizi kurang/gizi buruk x 100 Jumlah balita yang ditimbang 25 4. Data yang dikumpulkan Berat Badan, Tinggi Badan, umur, jenis kelamin . Frekuensi pelaporan Setiap bulan £. Mekanisme pelaporan 1) Penimbangan dan pengukuran Tinggi Badan dilakukan pada seluruh sasaran balita diwilayah Rumah Sakit Fatima Parepare 2) Laporan hasil penimbangan dan Pengukuran dicatat dan dientry oleh rumah sakit untuk selanjutnya ditentukan kategori status gizinya 3) Menghitung jumlah persentase jumlah balita gizi kurang/gizi buruk. 2. Persentase Balita Pendek (stunting) a. Latarbelakang Balita pendek merupakan masalah gizi yang bersifat kronis yang disebabkan oleh banyak faktor dari masalsh kesehatan maupun diluar kesehatan yang berlangsung lama. b. Definisi operasional 1) Balita adalah anak yang berumur dibawah 5 tahun (0-59 bulan) 2) Pendek adalah kategori status gizi berdasarkan indeks Tinggi Badan memurut umur ((TB/U) dengan Z-score kurang dari -2SD. 3) Persentase balita pendek adalah jumlah balita dengan kategori status gizi pendek terhadap jumlah seluruh balita diukur dikali 100% c. Ukuran Indikator Rumus: Persentase Balita Jumlah balita pendek Pendek

You might also like