You are on page 1of 14
Etika Bisnis dan Profesi HAKIKAT FILSAFAT hulu, Mesk begity, untuk mula mendefinisikany, kena sjak amma da fisafat berasal dari dua kata Yunay, at dari iy erarti bijaksana. Dengan demikian, Philoshopig a sophia er Abdul Hamid Mutawalli, 2003). Namy Istilah filsafat sudah cukup di k ternyata bukan perkara mudah, Bila dil: i dang! jlo dan shopia, Philo berarti cinta, se sophia vera Berart cinta terhadap kebijaksanaan (Fuad Farid Eo a A inl dengan wea untuk membuks pemahaman febih Tanjat tentang filsalely pan cm) dengan fae i sdakan an Suriasumantri (2000) yang membe Sia ae Penpeaban dino! dr asa ing oh, kepastan dla ae ase ag rant yang mengumpamakan dari keduanya, Selanjutnya, Suriasumantri mengutip pernyataan ae an (oceails filsafat sebagai pasukan marinir yang merebut pantai untuk pen‘ a kellouan Sa ilmu pengetahuan). Filsafatlah yang memenangkan tempat berpijak agi mn pergi dan selinjutae Panta dapat direbot oleh pasukan marinrfilsafat), maka pasukan marinir elcan ports €20 sy | tugas pasukan infanteri (ilmu pengetahuan) untuk menyempurnakan tempat yang tersebut. Karakteristik utama berpikir filsafat adalah sifatnya yang menyeluruh, sangat zoendast dan | spekulatif. Sifatnya yang menyeluruh, artinya mempertanyakan hakikat keberadaan dan tent tentang keberadaan itu sendiri sebagai satu kesatuan secara keseluruhan, bukan dari perspektifbidang per bidang, atau sepotong-sepotong. Menurut Suriasumantri (2000), pokok permasalahan yang dikaji filsafat mencakup tiga segi, yaitu: apa yang disebut benar dan apa yang disebut salah (logika), mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika), serta apa yang dianggap indah dan apa yang dianggap jelek (estetika). Itulah sebabnya, filsafat dikatakan sebagai induk dari seluruh cabang ilmu pengetahuan dan seni. IImu pengetahuan merupakan cabang yang sudah terspesialisasi, melihat hakikat kebenaran dari sudut pandang yang berbeda-beda atas suatu objek keberadaan yang tunggal Sifatnya yang mendasar berarti bahvwa filsafat tida bahwa ilmu itu adalah benar, Sifatnya yang spekulatif Karena filsaft selatu ingin mencori jawab bukan saja pada suatu hal yang sudah diketahui, tetapi juga segala sesuatu yang belum di Theo Huijbers (dalam Abdulkadir Muhammad, 2006) menjel intelektual yang metodis, sistematis, dan secara reflektif menangkap makna hakiki keseluruhan yang ada, Objek filsafat bersifat universal dan mencakup segala cesustu yang dialami manusta, Selanjutnya Abdulkadir Muhammad menjclaskan fisafat dengan melihat unsur-unsurnya sebagai ber Kegiatan intelektual (pemikiran), Mencari makna yang hakiki (interpretasi). Segala fakta dan gejala (objek), Dengan cara refleksi, metodis, dan sistematis (metode), Untuk kebahagiaan manusia (tujuan), tu saja percay hui, filsafat sebagai kegiatan Pao re Untuk dapat lebih memperjelas perbedaan filsafat den membedakan suatu cabang ilmu dengan cabang ilmo hainny, objek yang dikajt (ontologis),(b) prosedur/metode untuk mei Penggunaan filsafav/ilmu ita sendiri (aksiologis) Pada Tabel 2.1 divingkas perbedaan filsafat dengan ilmu penget gan ilmu pengetahuan, atau untuk '% dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu: (a) 'ngkajinya (epistemologis), dan (c) tujuan ahuan dilihat dari ketiga a ini. o- Tabel 2.1 Porbedaan Filsafat dengan tn im i Ontoloais Segala sesuatu yang bersifat fisik dan nonfsik, baik yan dapat divekam melalui indra smaupun yang tidak atan yang b teflektif atau ri ifat nal-deduktif nologis Sangat abstrak, bermant tetapi tidak secara langsung sesuatu yang bersifat lan yang dapat direkam ‘melalui indra Pendekata mengqunakan dua pendekatan; deduktif dan induktif secara ngkapi_—_ Sangat konkret, langsung dapat dimanfaatkan bagi ingan wnat manusia | bagi umat manusia HAKIKAT AGAMA Untuk memperoleh pemahaman te bawal ni dikutip beberapa pengertian dan definisi ng aga tentang agama. 1. Agus M. Harjana (2005) mengutip pengert Hassan Shadily, Agama berasal dari bahasa Sanskerta: a berarti tidak, gam berarti pergi, dan a berarti bersifat atau keadaan, Jadi istilah agama berarti: bersifat tidak pergi, tetap, lestari, kekal, tidak berubah, Dengan demikian, agama adalah pegangan atau pedoman bagi manusia untuk mencapai hidup kekal. Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Mutawalli (2003) menjelaskan bahwa agama adalah satu 1g berakal—dengan pilihan mereka sendiri n agama dari Ensiklopedi Indonesia karangan bentuk ketetapan Ilahi yang mengarahkan mereka y terhadap ketetapan Mahi tersebut—kepada kebaikan hidup di dunia dan kebahagiaan hidup di akhirat. 3. Abdulkadir. Muhammad (2006) memberikan dua rumusan agama, yaitu: (a) menyangkut hubungan antara manusia dengan suatu Kekuasaan Ivar yang lain dan lebih daripada apa yang dialami oleh manusia, dan (b) apa yang disyariatkan Allah dengan perantara para nabi-Nya, berupa perintah dan larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat. Dati beberapa definisi di atas, dapat dirinci rumusan agama berdasarkan unsur-unsur penting sebagai berikut: 1. Hubungan manusia dengan sesuatu yang tak terbatas, yang transendental, yang Hahi—Tuhan Yang Maha Esa. 2. Berisi pedoman tingkah Iaku (dalam bentuk larangan dan perintah), nil norma yang diwahyukan langstng oleh Hahi melalui nabi-nabi. 3. Untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan hidup kekal di akhirat. nilai, dan norma- Sebenarnya dalam pengertian agama tercakup unsur-unsur utama sebagai berikut 1. Ada kitab suei. 2. Kitab suci yang ditulis oleh Nabi berdasarkan wahyu langsung dai 3. Ada suatu lembaga yang membina, menuntun umat manusia, dan me han. afsirkan kitab suct bagi Kepentingan umatnya. 25 edoman tentang: 4. Setiap agama berisi ajaran dan pedoman tang Ket a, Tatwa, dogma, doktrin, atau filsafat te b. Susila, moral, atau etika, cc. Ritual, upacara, atau tata cara beribadat 4. Tyjuan agama. anan. mang hakikat Allah (Tuhan) yang { manusia dan dunia. Tujuan, terbatas (Tuhan YME) yang keberadaan inj skan te TTatwa, dogma, atau filsafat ketuhanan_merumusks ya bagi wmal dlikenal, dialami, diyakini, dan dipercaya serta kehendak-Nya ne ta tatwa ini adalah untuk meyakinkan mat manusia bahwa ada kel ees seluruh merupakan sumber segalakeberadan (esistens) sekallgus Yang me ai dan yang Susila, etika, atau moral berisi norma perilaku yang menjadi pedoma di seseorang maupun dalam tidak sesuai menurut kehendak Allah (Tuan), baik itu dalam hidup mv ee ae (dunia). Sementat hubungan pribadi seseorang dengan orang lain (masyarakat) dan deng: va metode dan tats it ritual, upacara, atau tata cara beribadat menetapkan bagaimana Sane Laer manusia berhubungan dengan Allah (Tuhan). ‘Tujuan semua agama adalah men agar memperoleh kebahagiaan (di dunia) dan kchidupan kekal di akhirat, HAKIKAT ETIKA Erika berasal dari kata Yunani ethos (bentuk tunggal) yang berarti: tempat tinggal, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat, watak, perasaan, sikap, cara berpikir, Bentuk jamaknya adalah (a etha, yang berarti adat istiadat. Dalam hal ini, kata etika sama pengertiannya dengan moral. Moral berasal dari Kata Latin: mos (bentuk tunggal), atau mores (bentul jamak) yang kelakuan, watak, tabiat, akblak, cara hidup (Kanter, 2001), Untuk memperoleh pemahaman lebih lanjut mengenai etika, di pengertian ctika. ti adat istiadat, kebiasaan, awah ini dikutip beberapa 1. Ada dua pengertian etika; sebagai praksis dan sebagai tel nilai dan norma-norma moral baik yang dipraktikkan seharusnya dipraktikkan, Eka sebagai praksis sama artinya dengan moral atau moral apa yang harus dilakukan, tidak boleh lakukan, pantas dilakuk: n, dan sebagainy: refleksi adalah pemikiran moral (Bertens, 2001), 2 _Blikasecara etimologis dapat daetikan sebagt snus tentang apa ya tentang adat kebiassan yang berkenasn dengan hidup yang bale dan yar buruk (Kanter, 2001 5. Sal ain dart etka adslch suse, Su artnga bn, dan sa artinyakebinsenn we tng tk Jac, suslaerarti kebiaszan atau tingkah laku periuatan manuny yang bail Luka eae ing disebut tate susla, yang mempelajar tata 1 Sele Yang harus dikerjakan atau dihindari sehingya tercipta hubumes ns eM Petal manusia (Suhardana, 2006), mngan yang baik di 4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indo fleksi. Sebagai praksis, etika berarti nilai- atau justru tida dipraktikkan, walaupun as—yaitu a. Btika sebagai biasa dilakukan, atau ilmu ilmu an, apa antara sesama nesia terbitan De el Per (1988), etka dirumuskan dalam pengertian sebagai berikens nn mlikan dan Kebudays a. tim tentang apa yang baik dan apa y, . lan apa yang bu aa Geen aalang ak dan eee ue coe 26 Bab 2:Filsafat, Agama, Etika, dan Hukum b. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; ‘mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat. ip oleh Duska dan Duska (2003), ada «2 5, Menurut Webster’ Collegiate Dictionary, sebagaimana di cempat arti ethic sebagai berikut a, The discipline dealing with what is good and bad and with moral duty and obligation; b. A set of moral principles or values; cA theory or system of moral values; 4. The principles of conduct governing an individual or group. 6. Menurut Lawrence, Weber, dan Post (2005), etika adalah suatu konsepsi tentang perilaku benar dan salah. Etika menjelaskan kepada kita apakah perilaku kita bermoral atau tidak dan berkaitan dengan hubungan Kemanusiaan yang fundamental—bagaimana kita berpikir dan bertindak terhadap orang lain dan bagaimana kita inginkan mereka berpikit dan bertindak terhadap kita. Menurut David P. Baron (2005), etika adalah suatu pendekatan sistematis atas penilaian moral yang didasarkan atas penalaran, analisis sintesis, dan reflektif Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa ternyata etika mempunyai banyak arti, Namun demikian, setidaknya arti etika dapat dilihat dari dua hal berikut: a, Etika sebagai praksis; sama dengan moral atau moralitas yang berarti adat istiadat, kebiasaan, nilai-nilai, dan norma-norma yang berlaku dalam kelompok atau masyarakat, b. Btika sebagai ilmu atau tata susila adalah pemikiran/penilaian moral. Etika sebagai pemikiran moral bisa saja mencapai taraf ilmiah bila proses penalaran terhadap moralitas tersebut bersifat keritis, metodis, dan sistematis. Dalam taraf ini ilmu etika dapat saja mencoba merumuskan suatu teori, konsep, asas, atau prinsip-prinsip tentang perilaku manusia yang dianggap baik atau tidak baik, mengapa perilaku tersebut dianggap baik atau tidak baik, mengapa menjadi baik itu sangat bermanfaat, dan sebagainya, HAKIKAT NILAI Istilah nilai bukan hal yang asing bagi hampir setiap orang dalam kehidupan sehari-hari, Bagi setiap ibu rumah tangga yang berbelanja ke pasar tahu persis berapa nilai (uang) dari setiap barang yang dibeli di pasar. Dalam hal ini, nilai barang sama pengertiannya dengan harga barang yang dibayar. Nilai uuang (harga) yang dibayar untuk memperoleh barang tersebut sering disebut sebagai nilai ekonomis. Sesuatu mempunyai nilai ekonomis karena sesuatu tersebut dapat bermanfaat untuk memenuhi Kebutuhan hidup secara fisik, atau memberi kenikmatan rasa dan fisik, atau untuk meningkatkan citra/ Sengsi. Para akuntan, pelaku bisnis, ibu rumah tangga, tukang becak paham betul cara menghitung dan melaporkan nilai uang/nilai ekonomis dari harta (kekayaan) yang dimilikinya dari kegiatan bisnis atau dari pekerjaan yang dilakukannya, Namun marilah direnungkan, apakah nilai hanya diartikan sebatas nilai ekonomis saja? Untuk memahami pengertian nilai secara lebih mendalam, di bawah ini dikutip beberapa definisi tentang nila, 1. Doni Koesoema A. (2007) mendefinisikan nilai sebagai kualitas suatu hal yang menjadikan hal itu dapat disukai, diinginkan, berguna, dan dihargai sehingga dapat menjadi semacam objek bagi kepentingan tertentu. Nilai juga merupakan sesuatu yang memberi makna dalam hidup, yang. ‘memberikan titik tolak, isi, dan tujuan dalam hidup. 27 © agai standart, Kan nilai sel ay (2003) merum Selanjutnya dikatakan bahy, sutawalli A 2. Fuad Farid Ismail dan Abdul Hamid Ne neg seal Set rersebut, juga SesUai dengs, lem f caitan de ukuran (norma) yangkitaganakan untuk jenisjenl Materials yang berkaitan denga, ada bermacam-macam hukum nilai s Ja sesuat, Ada nila rapkan tentang sigan, beragamnya perhaian kita mengenal sega S00 tka arta pada di Kt ada nila Resch © Kesehatan dalam pandangan Kits, ada nila ie YO Keadilan dan Kesetiaan dalam hati kita, serta ilai-nil 7 signifikansi kesuksesan dalam kehidupan praktis, ee iat dasar yang, melandasi sem 3. Sorokin dalam Capra (2002) mengungkapkan tiga siste . idealistis. Sistem nilai indriay manifestasi suatu kebudayaan, yaitu: nilai indriawi, Ce ee akhir (ultima), dan bahwa menekankan bahwa nilai-nilai indriawi (materi) Paes sistem ini berpandangan bahwa fenomena spiritual hanyalah suatu manifestasi dari materi. veapakan satu-satunya. Sumber semua nilai etika bersifat relatif dan bahwa persepsi indriawi pa rmlain dimana realitas sejat pengetahuan dan kebenaran. Sistem nilaitdeasionalberada pada ek ihwa pengetahuan sejati dapat berada di luar dunia materi (berada dalam alam spiritual), dan bal i nilai-nilai etika absolut zi ear riee kebenaran, serta keindahan yang supramanusiawi. Gambari wee ideasional yang meyakini realitas sejati adalah alam spiritual, yang di Barat a i Peni Plato dan Yahudi-Kristen (roh dan citra Tuhan). Di Timur, misalnya kisah Mahabaral d ddan Budha (di India), Tao di Cina, dan Islam di negara-negara Arab, Tarik-menarik dan saling ‘memengaruhi antara kedua paham ini menghasilkan suatu tahap sintesis tingkat menengah, yaitu sistem idealists yang merupakan perpaduan harmonis dan seimbang antara Kedua nilai ekstrem indriawi dan ideasional tersebut. Dengan mempelajari sejarah peradaban umat manusia, Sorokin menyimpulkan bahwa proses peradaban selalu mengikuti siklus perputaran dari tiga sistem nilai itu. Saat ini, dengan dipelopori budaya Barat, telah terjadi proses penurunan dan kehancuran tahapan ideasional dan idealistis menuju kenaikan dan dominasi tahapan indriawi, Sebenarnya pembahasan sekitar persoalan tatanan nilai secara lebih konseptual diungkapkan oleh filsuf cemerlang asal Jerman, Max Scheller dalam bukunya setebal 590 halaman yang berjudul Der Formalisme in der Ethik und die Materiale Wertethik (dalam Suseno, 2006) Max Scheller sekitar persoalan nilai dapat dirangkum sebagai berikut: 3 Ia membantah anggapan Immanuel Kant bahwa hakikat moralitas terdiri atas kehendak untuk memenuhi kewajiban. Kewajiban bukanlah unsur Primer, melainkan mengikuti apa yang bernilai. Jadi, bukan asal memenuhi kewajiban, melaink, merupakan inti tindakan moral, ing menguns! mengung nilai sosiologis yan Jai yang lain. kapkan tentang Keduduksy 1g Menunjukkan, . Esensi dari pendapat ‘an realisasi nilai-nilai values) dan apa yang 8 Mera, ba merah day nat 3288 MUNCH pada. sebuah ‘muncul pada suatu benda, perbuatan, atau oa missle, ey Begitu pula nilai yang orang jujur, i indah, perbuatan mulia, d. Cara menangkap nilai bukan (tidak dibatasi dengan peras atau budi), dengan pikiran, melai Seba berk man pena dan terti antai (th (2) ¢ tidal (spir deng lain dilar peril yang dial oo ‘Ada empat gugus nilai yang mandiri dan jelas berbeda antara satu deng {gugus nilai-nilai sekitar yang enak dan yang tidak enak, (2) gugus niai-n Iuhur dan yang hina, (3) gugus nilai-nilai rohani, dan (4) gugus nilai-nilai terting yang kudus dan yang profane yang dihayati manusia dalam pengalaman religius. Keempat gugus nilai ini membentuk suatu tatanan atau hierarki; ada yang lebih rendah dan ada yang lebih tinggi, Gugus nilai enak dan tidak enak yang paling rendah, diikuti gugus nilai vital, selanjutnya gugus nilai rohani, dan yang paling tinggi gugus nilai-nilai sekitar yang kudus. Hierarki sekitar gugus nilai ini bersifat apriori, artinya terlepas dari segala pengalaman f Pada gugus ketiga (nilai-nilai rohani) dan gugus keempat (sekitar nilai-nilai yang kudus), keduanya mempunyai ciri khas yaitu tidak mempunyai acuan apa pun pada perasaan fisik di sekitar tubuh kita, Ada tiga macam nilai rohani, yaitu: (1) nilai estetik, (2) nilai-nilai yang benar dan yang tidak benar, dan (3) nilai-nilai pengertian kebenaran murni, yaitu bernilainya pengetahuan karena pengetahuan itu sendiri dan bukan karena ada manfaatnya. g Corak kepribadian, baik orang per orang maupun sebuah komunitas, akan ditentukan olch nilai-nilai mana yang dominan. e Dari penjelasan tentang nilai tersebut, sebenarnya dapat disimpulkan tiga hal, yaitu: a. Nilai sclalu dikaitkan dengan sesuatu (benda, orang, hal). b. Ada bermacam-macam (gugus) nilai selain nilai uang (ekonomis) yang sudah cukup dikenal, cc. Gugus-gugus nilai itu membentuk semacam hierarki dari yang terendah sampai dengan yang tertinggi. HUBUNGAN AGAMA, ETIKA, DAN NILAI Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang tertinggi berkat kelebihan akal/pikiran yang diberikan Tuhan kepada manusia. Berkat pikirannya, manusia mampu memperoleh ilmu (pengetahuan) tentang hakikat Keberadaan (duniawi) melalui proses penalaran serta mampu menyadari adanya kekuatan tak terbatas di luar dirinya yang menciptakan dan mengatur eksistensi alam raya. Hanya manusia yang mampu menyadari perlunya mencapai nilai tertinggi atau nilai akhir (hidup kekal di akhirat) yang harus dicapai di samping adanya nilai-nilai antara, yaitu nilai-nilai yang lebih rendah (kekayaan, kekuasaan, kenikmatan duniawi). Semua agama melalui kitab sucinya masing masing mengajarkan tentang tiga hal pokok, yaitu: (1) hakikat Tuhan (God, Allah, Gusti Allah, Budha, Brahman, Kekuatan tak terbatas, dan lain-lain), (2) etika, tata susila, dan (3) ritual, tata cara beribadat. Jelas sekali bahwa antara agama dan etika tidak dapat dipisahkan. Tidak ada agama yang tidak mengajarkan etika/moralitas. Kualitas keimanan (spiritualitas) seseorang ditentukan bukan saja oleh kualitas peribadatan (kualitas hubungan manusia dengan Tuhan), tetapi juga oleh kualitas moral/etika (kualitas hubungan manusia dengan manusia {ain dalam masyarakat dan dengan alam). Dapat dikatakan bahwa nilai ibadah menjadi sia-sia tanpa dilandasi oleh nilai-nilai moral. | Akhirnya, tingkat keyakinan dan kepasrahan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, tingkat/kualitas cae! dan tingkat/kualitas moral seseorang akan menentukan gugus/hierarki nilai kehidupan es a4 Fae ; ‘ licapai. Tyjuan semua agama adalah untuk merealisasikan nilai tertinggi, yaitu hidup kekal at (agama Hindu menyebut Moksa, agama Budha menyebut Nirwana). Dari sudut pandang 29 OO sgainitat yang edit rendah) by, ian tajuan antara, dan dian, dupan du! ‘ > nilai kehidups 1 tujgan aki (nila trying) akan tojua x mendukung Pe ‘ementara at apaian nilai- i Semua agama, pencapaian ncapaia ‘merupakan tujuan akhir, tetapi hany® mer hanya sebagai media atau alat (means) un kehidupan). HUKUM, ETIKA, DAN ETIKET satan dan mempunyat art aN harp Hukism, etika, dan etiket merupakan istlah yang sangat Laser sama walaupun terdapat juga perbedaan. Tabel 2.2 berikut in ketiga istilah tersebut. vjaskan persamaan dan perbediny Tabel22 Persamaan dan Perbedaan Hukum, Etika, dan Etiket | NS] SSE Hokum Ta aT a ale OO 1 __| Persamaan: Sama-sama mengatur perilaku manusia 2 | Perbedaan: ber Etiket A) Sumber hukams Suber Eta Gatongan Masyarakat Negara, Pemerintah Masyarakat oi mtoan 8] Sifat pengaturan: Sifat pengaturan: Pee Tertulis berupa Undang-undang, | Ada yang isan (berupa adat_ | Lisan Peraturan Pemerintah, dan kebiasaan) dan ada yang tertulis sebagainya. (berupa kode etik) - © | Objek yang diat Objek yang diatur: Objek yang diatur: Bersifat lahiriah (misalnya: Bersifat rohaniah, misalnya: Bersifat lahiriah, misalnya: hhukum warisan, hukum agraria, | perilaku etis Gujur, tidak menipu, | tata cara berpakaian (untuk hhukum tata negara) dan rohaniah | bertanggung jawab) dan perilaku | pesta, sekolah, pertemuan (misalnya: hukum pidana) tidak etis (korupsi, mencuri, resmni, berkabung, dan lain- berzina) lain), tata cara menerima tamu, tata cara berbicara dengan orang tua, dan sebagainya PARADIGMA MANUSIA UTUH Sebelum membahas model patadigma pembangunan manusia seutuhnya, dipshami pengertian beberapa konsep dan/atau hubungan antar berbagai kone dengan pembangunan manusia seutuhnya, anata lain: karate, kepih gelombang otak, tujuan hidup, agama, dan meditasi/ Karakter dan Kep adian Istilah kepribadian (personality) dan karakter/watak (character) Meskipun demikian, ternyata tidak mudah untuk memberikan definisi yang ser: sera; oleh para pakar Psikologi, ng yang menampilkan si ti pendidikan, pengalama 30 perlu terlebih dahulu -P penting yang terkait adian, Kecerdasan, etika, o— lingkut lingkur dari fo namur dapat kenya ja ake kenys meng Oleh oleh keny bert a. banyak dijumpai dalam ilmu psikolog. gam bila mempelajari Soedarsono (2002) misalnya, yang didapat n hidup, serta © Bab 2:Filsafat, Agama, Etika, dan Hukum lingkongannya. Karakter adalah sisi kepribadian yang didapat dari i pengalaman, pendidikan, dan lingkungan sehingga bisa dikatakan bahwa karakter adalah bagian dari epribadan dari faktor Ketorunan (seperti: bakat, kecerdasan, dan temperamen) memang sulit untuk diubah, namun sisi yang dibentuk berdasarkan pendidikan, pengalaman, dan lingkungannya (disebut karakter) dapat diubah. Cloud (2007) mendefinisikan karakter sebagai kemampuan untuk memenuhi tuntutan kenyatsan, Di sini Cloud menegaskan bahwa karakter seseorang akan sangat menentukan apakah ia akan bethasil dalam menghadapi tuntutan kenyataan dalam situash tertentu, sementara tuntutan kenyataan tersebut sangat banyak dan beragam, Sejalan dengan Cloud, Ezra (2006) bahkan berani smengatakan bahwa karakter adalah culture untuk sebuah kesuksesan yang langgeng dan tahan uji. Oleh karena itu, Til Agung (2007) mendefinisikan karakter sebagai kompetensi yang harus dimiliki yang didapat a. Karakter adalah Kompetensi yang hi pengembangan secara seimbang dan jitwa/roh (spiritual). b. Karakter menentukan keberhasilan Seseoran : ¥g (Sentanu menyebutnya sebagai “nasib”). Karakter dapat diubah, dibentuk, dipelajari melalui pendidikan dan pelatihan tiada henti serta melalui pengalaman hidup. 4. Tingkat Keberhasilan seseorang ditentukan oleh tingkat kecocokan karakter yang dimilikinya dengan tuntutan kenyataan/realita. ‘arus dimiliki oleh sescorang. Kompetensi ini mencakup ‘utuh ketiga lapisan, yaitu: fisik (body), pikiran (mind), dan Sejatinya, setiap manusia harus menyadari bahwa kesempatan hidup di dunia ini hendaknya dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk mencapai tingkat kesadaran Tuhan (kesadaran transendental! kesadaran spiritual). Sungguh menarik apa yang dikatakan oleh Chopra (2005) bahwa karakter/sifat- sifat yang dimiliki oleh mereka yang telah mencapai tingkat kesadaran Tuhan sebenarnya sama persis dengan karakter/sifat-sifat yang dimiliki oleh sel tubuh manusia. Adakah dari kita yang menyadati bagaimana sebenarnya sifat-sifat sel (tubuh)? Chopra menyebutkan ada 10 karakter sel (10C) yang seharusnya dapat dijadikan sebagai karakter umat manusia. 1. Ada maksud yang lebih tinggi. Setiap sel dalam tubuh menyadari bahvwa masing-masing sel bekerja bukan untuk kepentingan sendiri-sendiri, melainkan demi kesejahteraan tubuh secara kescluruhan. Sikap mementingkan diri sendiri (untuk kehidupan/kesejahteraan sel itu sendiri) bukanlah pilihan, 2. Kesatuan (keutuhan), Semua sel saling berhubungan dan berkomunikasi dengan segala jenis sel Jainnya. Menarik diri atau tidak mau berkomunikasi bukanlah pilihan, 3. Kesadaran, Sel-sel beradaptasi dari saat ke saat. Mereka cerdas dan tetap fleksibel terhadap situasi yang ada, Terperangkap dalam kebiasaan kaku bukanlah pilihan, 4. Penerimaan, Sel-slsaling mengenal satu dengan yang lain sebagai bagian yang sama pentingnya. Setiap sel saling memahami adanya saling ketergantungan antara satu dengan yang lain. Berfungsi sendirian bukanlah pilihan. 5. Kreatifitas. Walaupun setiap sel mempunyai fungsi unik, mereka mampu menggabungkan atau ‘menemukan cara-cara baru yang kreatif. Berpegang kepada perilaku lama bukanlah pilihan ” Etika Bisnis dan Profesi 6. Keberas kepada siklus univers 1a adanya saat istirahat day sal berupa adanya saat ist h siklus unis . sradaan, Sel-sel itu patul dalam kegiatannya, Semua makhluk memerltl berinkubasi, Begitu pun sel memerlukan istira i resif bukanlah pilihan. ela : sepenuhnya percaya bahwa mereka akan dipelihara. Dengan de : ing ‘makanan, udara, atau air berlebihan bukanlah pilihan. eter 8. Pembentukan ikatan, Karena kesamaan genetika, sel-scl itu tabu. sh ers Sada dy, sama, Mereka menyadari saling tergantung dan saling memerlukan V8. reka menjadi sel buangan bukanlah pilihan. ; ; 9. Member. Kegintan sel yang utama adalah memberi dan memelihara integritas sel-sel lainn Hanya menerima bukanlah pilihan, ant 10. Keabadian, Sel-sel bereproduksi untuk meneruskan pengetahuan, cee - a oe tanpa menahan apa pun untuk generasi sel berikutnya. Jurang antar generasi bul pilihan, | cheni sata rlukanisliraha/tidur Dalam keheningan ty a hat dalam keheningan total. Dengan deny ay, ” Kecerdasan, Karakter, dan Etika | Hal yang juga sangat menarik disampaikan oleh Wahyuni Nafis (2006), seorang Penullscendek muda Indonesia yang patut dibanggakan, Melaui pemahamannya atas pemikiran/ajaran tradisiong {slam dan diinspiasi oleh beberapa pemikiran Stephen R. Covey, ia menyebut tiga jenis kecerdasay dengan tiga golongan etika, yatu: (1) psiko etika, (2) sosio etika, dan (3) teo etika. Psiko etiks erupakan masalzh aku dengan aku, sosio etika menyangkut masalal etika menyangkut masalah aku dengan Tuhan, Masing-masing golos karakter sehingga secara keseluruhan ada sembilan karakter, h aku dengan orang lain, dan tea ngan etika ini ditandai oleh tiga Tabel 2.3 Etika dan Karakter ST 1. Teo Etika 9. Takwa (pasrah diri) Saling ketergantungan 8. Tkhlas (tulus) Masalah aku dengan Tuhan 7. Tawakal (tahan vji) 2. Sosio Etika 6. Silaturahii (tal kasihy Ketergantungan 5. Amanah (integritas) Masalah oku dengan orang lain 4 3. 2 1 + Husnuzan (baik sangka) 3. Psiko Etika . Tawaduk (berilmu) Kemandirian . Syukur Masalah aku dengan aku Fela sekali bahwa konsep etka Nafisjauh lebih Tuas pengertiannya dibandingkan dengia konsep etika yang sudah banyak dikenal selama ini, Konsep etika selama ini h; hubungan antar manusia dengan manus Tainnya, sedangkan konsep et Paradigma manusia utuh— uusia dengan dirinya sendiri, Jain dan alam, ‘anya dipahami sebatas ka Nafis berdasarkan manusia dengan manusi yaitu masalah man serta manusia dengan Tuhan, Hubungan antara pemikican Kecerdasan Cove etika menurut Nafisditunjukkan pa Ys karakter/sifat-sifat ida Tabel 2.4, a sel Chopra, dan golongs® 32 Ktif th an, an ya gi Bab 2: Filsafat, Agama, Etika, dan Hukum o Tabel 2.4 Hubungan Kecerdasan, Karakter Sel, dan Etika Tao z er Se Efisiensi (setiap sel menerima energi/makanan dengan | * Psiko ttika tidak berlebihan untuk mempertahankan hidup, tidak Pa ‘mau menimbun makanan/energi) * Kesadaran (kemampuan beradaptasi) '* Psiko Etika a * _Keabadian (meneruskan pengetahuan dan talenta kepada sel-sel generasi berikutnya) * Penerimaan (menerima kehadiran dan ketergantungan | Sosio Etika dengan sel-sellainnya) * Memberi (memberi/membantu integritas sel-sel 0 lainnya) * Pembentukan ikatan (kesadaran bahwa keunikan/ perbedaan fungsi setiap sel tidaklah meniadakan kesamaan identitas mereka) ‘*Maksud yang lebih tinggi (mengabdi kepada * Teo Etika Kepentingan tubuh/sesuatu yang lebih besar, lebih las, lebih tinggi, serta tidak mementingkan dirt sendiri) + Kesatuan (semua sel menyadari kesatuan/kebersamaan sa mereka) ‘* Kreatifitas (menemukan cara-cara baru, tidak berpegang pada perilaku lama) + Keberadaan (semua sel patuh pada siklus hidup universal) Karakter dan Paradigma Pribadi Utuh Walaupun ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengantarkan umat manusia pada pertumbuhan ekonomi dan kemajuan pembangunan fisik yang mengagumkan, namun itu tidak serta-merta membawa kebahagiaan bagi umat manusia. Justru berbagai kemajuan tersebut disertai dengan kemunculan berbagai masalah, seperti: makin banyak manusia yang miskin; melebarnya jurang antara golongan kaya dan miskin; berkurangnya pemimpin yang berkarakter; keresahan, kegelisahan, teror, serta kekerasan makin meluas; korupsi dan kolusi makin menjadi-jadi; dan sebagainya. Covey (2005) telah memberikan jawaban atas semua itu yang sebenarnya sangat sederhana, yaitu bermula dari paradigma yang tidak komplet mengenai siapa sesungguhnya diri seseorang. Orang tidak lagi mampu memahami hakikat/kodratnya sebagai manusia utuh. Covey telah mengingatkan bahwa untuk membangun manusia berkarakter, diperlukan Pengembangan kompetensi secara utuh dan seimbang terhadap empat kemampuan manusia, yaitu: tubuh (PQ), intelektual (IQ), hati (EQ), dan jiwa/roh (SQ). Jad Lael van hal senada dengan Co, apkan hal ey sn banyak pakar yang MEMEUE’™ cmbangunan Karakter ay Akhir-akhir ini sudah makin bane taka pahwa ku Pe pie at NYS PASI Moy Sekadar contoh, Cloud (2007) send Tidak sekadar Bera perkonstrukst Kuk, gen, inertas Tent pemabaman ats itei98 I) pag, me Ez tetapi terkandung juga pengertian: utul - mempunyai konsistensi. lise . rr Kesadaran Spiritual : i Ke: Karakter dan Proses Transformast pada tahap perumusan aja. belu, Tn Merumuskan karakter memang diperlukan, tetapi ber rr hanya akan menjadi semacam dokty, | ™ ‘mencukupi Karena dikhawatickan rumusan karakter terse atau slogan yang disakralkan saja. Sebenarnya yang lebih penting adalah lang! melakukan proses transformasi diri untuk mencap: tersebut, an dan teknologi yang mampy yaitu bagaimana car ' ikutnya, kah konkret beri idealisme Karakte gum ai atau bergerak menue i Masalahnya, sampai sekarang belum banyak ilmu pengetahus ikologi mencoba memasky 8! menghaj anahsprtual melalui pendekatan rasonamia, tlm psikolog! MNT! ANAS ranah Kejiwaan, namun dalam perkembangannya ilmu ini cenderung are “alam br rea eae pada lapisan pikiran (mentalfemosional) dan tidak ada upaya untuk masul le a (Kesadaran spiritual/transendental). Sementara itu, ajaran agama yang seharusny@ dapat —_ panduan dalam pengembangan/olah batin, dalam perjalanannya sering kali pengajarannya lebih , bersifat indoktrinasi, sekadar menjalankan praktik berbagai ritual, serta kurang mengedepankan in pendekatan melalui proses nalar, pengamalan, dan pengalaman langsung melalui refleksi dit, se Akibatnya, ajaran agama yang mulia itu tidak mampu memberikan pencerahan kepada umatny, ke m D Hal ini mudah dilihat pada kehidupan schari-hari saat ini. Walaupun hampir sebagian besar umat manusia di dunia—teristimewa di Indonesia—mengaku telah menganut salah satu agama tertentu, namun berbagai bentuk kejahatan, seperti korupsi, kekerasan, konflik antar pemeluk agama berbeda, dan sejenisnya justru makin menjadi-jadi ‘Meskipun terlambat, akhir-akhir ini sudah mulai banyak pakar dari berbagai latar keilmuan— bahkan banyak yang bergelar Ph.D.—mulai berani dan tertarik untuk menyelami ranah spiritual ini B dari pendekatan yang lebih rasional. Hal yang menarik adalah bahwa apa yang mereka tulis sebenarnya bukanlah hal baru. Mereka hanya menulis ulang dengan kemasan baru—dalam arti ulasannya dengan Pendekatan yang lebih rasional—dar berbagai buku/literatur kuno yang telah ada sejak zaman dahulu —P Yang ditulis oleh para nabi, praktisi keagamaan, dan praktisi spiritual di negara-negara Timur, seperti 7 India, Cina, dan negara-negara Arab, Dengan cara ini justru masyarakat Barat makin banyak yang! ‘mulai berminat untuk menyelami dan menjlani praktik-praktk spiritual : b r Pikiran, Meditasi, dan Gelombang Otak : Olah pikir (brainware management) adalah suatu konsep dan k ; p dan keterampilan unt . otak manusia yang paling sesuai dengan aktivitasnyaschingga biss mens ne BELO 2007) Otakakan memancsrkanelombang suai dengan tngkatheadsanpi gee en Saat ini gelombang otak telah dapat dukur dengan ee lat aman eee |: dat fekuensi gelombangotak in, setidaknyagelombang wk des cera (EEG). Dilibss ng otak dapat digolong golongan sebagaimana telat pada Tabel 25 beri int a 34 Bab 2: Filsafat, Agama, Etika, dan Mukuum o- 9: ui] Tabel 2.5 Empat Kategori Gelombang Otak ; pian sada, ak cemas, was-was, khawatir, stres, fight or flight, disease, cortisol, norepinephrine. Khusyuk, telaksasi, meditatif, focus-alertness, superlearning, akses nurani bawah sadar, ikhlas, nyaman, tenang, santai, istrahat, puas, sega, bahagia, endorphine, serotonin Sangat | khusyuk, deep-meditation, problem solving, mimpi, intuisi, nurani bawah sadar,ikhlas, kreatif,integratif, hening, imajinatif, catecholamines, AVP Tidur lelap, non physical state, nurani bawah sadar kolektif, tidak ada pikiran dan perasaan, cellular regeneration, HGH Bet ‘ipha (8-13,9 H2) Theta (4-7.9 He) Delta (0,1-3,9 Hz) Sumber: Sena, Quantum hls: Teknologi Aktivosi Kekuetan Hoti. him. 71.2007 Ketika pikiran berada dalam Keadaan sadar (aktif), berarti pikiran sedang berada dalam gelombang beta. Dalam gelombang ini, pikiran sangat aktif sehingga akan memaksa otak untuk mengeluarkan hormon kortisol dan norepinephrin yang menyebabkan timbulnya rasa cemas, khawatir, gelisah, dan sejenisnya. Oleh karena itu, pikiran harus selalu dilatih untuk memasuki gelombang alpha untuk membangun karakter positif, seperti: tenang, sabar, nyaman, ikhlas, bahagia, dan sejenisnya. Kunci untuk membangun karakter adalah melatih pikiran untuk memasuki gelombang alpha. Latihan meditasi, yoga, zikir, retret, dan sejenisnya sangat efektif untuk memasuki gelombang alpha ini, Sudah banyak penelitian ilmiah yang telah berhasil membuktikan bahwa praktik meditasi dan sejenisnya mampu membantu melakukan transformasi diri menuju ke arah pengembangan karakter- karakter positif secara efektif. Meditasi (termasuk zikir dan sejenisnya) sebenarnya adalah upaya untuk mendiamkan suara percakapan dalam pikiran dan menemukan ruang yang tenang (Rodenbeck, 2007). Dengan ketenangan, pikiran akan memasuki gelombang alpha. Model Pembangunan Manusia Utuh Berdasarkan berbagai konsep/pemikiran yang telah dijelaskan sebelumnya, dapat dibuat dua model tentang hakikat keberadaan manusia, Gambar 2.1. menjelaskan suatu model hakikat manusia yang dilandasi paradigma tidak utuh (paradigma materialisme) schingga menimbulkan berbagai permasalahan yang memunculkan ketidakbahagiaan. Pada model ini, tujuan manusia hanya mengejar kekayaan, kesenangan, dan kekuasaan duniawi. Kecerdasan yang dikembangkan hanya IQ dan kesehatan fisik sehingga praktis kurang atau bahkan lupa mengembangkan EQ dan SQ Gambar 2.2 merupakan suatu model yang dikembangkan untuk kembali kepada paradigma tentang hakikat manusia seutuhnya, Karakter positif (karakter seperti sifat sel) hanya dapat dikembangkan melalui pengembangan hakikat manusia secara utuh. Dalam pengembangan manusia utub, perlu dikembangkan juga secara seimbang kecerdasan emosional dan spiritual di samping kecerdasan intelektual dan kesehatan fisik. Meditasi, zikir, retret, dan sejenisnya sangat efektif untuk melengkapi agama guna mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual. Bila keseimbangan ini dapat dicapai, maka manusia akan mempunyai karakter positif—karakter yang menyerupai sifat-sifat sel. Tyjuan hidup untuk mencapai kebahagiaan dapat diwujudkan hanya bila karakter positif ini dapat dikembangkan Setemdmes Gambar 24 uh ikat Manusia Tidal Maa tera KARAKTER NEGATIF KAYA/ TIDAK BAHAGIA PQ SEHAT (FISIK) MAKANAN ENAK OLAH RAGA TPTEK 10 TINGGI £GO TINGGI 0 SOMBONG, RENDAH GELISAH, BENCI EQ DAN SQ TIDAK DIKEMBANGKAN sa TIDAK PERCAYA RENDAH TUHAN Pola hidup masyarakat modern dewasa ini dilandasi oleh paradigma hakikat manusia yang tidak utuh. Manusia lebih berorientasi mengejar kekayaan materi, kesenangan indriawi, dan keluasaan Schingga kurang sekali atau bahkan lupa untuk mengembangkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Dengan kata lain, manusia dalam kehidupan mereka sehari-hari telah bertindak secara tidak ctis. Sikap dan perilaku tidak etis ini mengakibatkan terbentuknya karakter negatif umat man Sebagai konsekuensinya, walaupun dengan kemajuan iptek manusia telah re : rer Produk barang dan isa oa berbagai persoalan muncul sebagai akibat dari tedaban daak ke lan mengeml E i , atau kealpa gembangkan EQ dan SQ tersebut, antara lain: meluasnya korupsi dan kejahatan. melebarnya kesenjangan orang kaya dan orang miskin, meningk . ti . ketakutan, kemarahan,depresi, anarkisme, dan sebagainya, berbagai konflik, kegelisahan. Bab 2: Filsafat, Agama, Ftika, dan Hukum Gambar 2.2 Model Hakikat Manusia Utuh (Paradigma Manusia Utun) FISIK SQ TINGGI Untuk mengatasi hal ini, perlu dikembangkan paradigma hakikat manusia seutuhnya dengan mengembangkan sikap dan perilaku hidup etis dalam arti luas, yaitu dengan memadukan dan menyeimbangkan kualitas kesehatan fisik, pengetahuan intelektual (psiko etika), kematangan emosional dan kerukunan sosial (sosio etika), dan kesadaran spiritual (teo etika). Meditasi, zikir, retret, dan sejenisnya terbukti dapat melengkapi praktik keagamaan guna meningkatkan kecerdasan emosional dan spiritual. Meditasi/zikir melatih pikiran memasuki gelombang alpha, Transformasi Karakter akan terjadi bila pikiran memasuki gelombang yang sama dengan energi tak terbatas. Pelatihan dan praktik meditasi, zikir, dan retret akan mengembangkan lapisan emosional dan spiritual Serta melengkapi pengembangan intelektual melalui iptek dan kesehatan fisik yang diperoleh melalui olahraga dan makanan sehat. KARAKTER POSITIF (SIFAT SEL) MAKANAN ENAK OLAH RAGA PSIKO ETIKA Berilmu, Sabar, Syukur SOSIO ETIKA ———>| Silaturehmi, Baik MEDITASI, Sangka, Amanah, ZIKIR, RETRET TEO ETIKA Takwa, Ikhlas, Tawakal vw

You might also like