You are on page 1of 14
PCCW URI] PETROGRAFI DAN GEOKIMIA BATUBARA DI DAERAH PAHIRANGAN DAN SEKITARNYA, KABUPATEN KOTAWARINGIN TIMUR, PROVINS! KALIMANTAN TENGAH PETROGRAPHY AND GEOCHEMISTRY PROPERTIES OF PAHIRANGAN COAL, EAST KOTAWARINGIN REGENCY, CENTRAL KALIMANTAN PROVINCE Sigit A. Wibisono, Eska P. Dwitama, dan ludhi O. Prahesthi Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi sigit arso@esdm.go.id ABSTRAK Komposisi maseral dan mineral serta peringkat batubara merupakan beberapa parameter yang digunakan untuk penentuan karakteristik batubara. Penelitian di daerah Pahirangan dan sekitamya bertujuan mengetahul karakteristi« batubara Formasi Dahor berupa komposisi maseral dan mineral serta peringkat batubara. Komposisi maseral dan mineral dilakukan dengan analisis petrografi untuk mengetahui material organik pembentuk batubara, sementara identifikasi peringkat batubara dilakukan dengan analisis geokimia dan pengukuran reflektansi vitrinit. Analisis dilakukan tehadap 42 conto di Formasi Dahor. Komposisi kelompok maseral utama didominasi oleh huminit yang berkisar antara 64,40% s.d. 93,60% dan sebagian kec!l inertinit (2,00% s.d. 20,40%) serta liptinit (0,00% s.d. 10,00%). Berdasarkan parameter hasil perhitungan, nilai reflektansi vitrnit, kandungan air, Hardgrove Grindabilly Index, unsur hidrogen, oksigen, dan karbon mengindikasikan batubara di daerah penelitian termasuk dalam peringkat lignit-subbituminus, sedangkan material organik pembentuk batubara berasal dari tumbuhan berkayu Kata kunci: geokimia, petrograt, reflektans| vitrinit, batubara, huminit ABSTRACT Maceral and mineral composition as well as coal rank are used to identify coal characteristics. The objective of coal research in Pahirangan area and its vicinity is to identify coal characteristics in Dahor Formation based on maceral and mineral composition as well as coal rank. Maceral and minerals compositions were determined by organic petrography analysis to identity organic material in coal, while the identification of coal rank was carried out by geochemical analysis and vitrinite reflectance measurement. 42 coal samples were subjected to these analyses. Laboratory analyses results indicate that main maceral group composition is dominated by huminite (64.40% to 93.60%), followed by inertinte (1.40% to 20.00%) and liptinite (0.00% to 7.40%). Assesment on the value of vitrinite reflectance, moisture content, hardgrove grindability index, hydrogen, oxygen, and carbon elements indicates. that Pahirangan coals is lignite-subbituminous in which formed from woody plants. Keywords: petrographic, geochemistry, vitrinite reflectance, coal, huminite PENDAHULUAN sebagian besar terdistribusi di Sumatera dan Kalimantan. Kalimantan Tengah Indonesia merupakan salah satu negara memiliki jumlah sumber daya_ dan produsen batubara di dunia dengan cadangan —_batubara_—_masing-masing sumber daya dan cadangan_ batubara sebesar 10,100 miliar ton dan 2,698 miliar masing-masing sebesar 151,399 miliar ton ton atau sekitar 6% dari total sumber daya ddan 39,890 millar ton (Anonim, 2018) yang dan cadangan batubara Indonesia, 65 _ ile UCN @ CRIT Batubara_ di provinsi ini umumnya didominasi oleh peringkat batubara kalori ‘sedang - sangat tinggi (Anonim, 2018). Maseral_merupakan komponen organik dalam batubara yang dapat terlinat di bawah mikroskop Pengelompokan maseral berdasarkan bentuk morfologi, waa antul, ukuran, reliet, komposisi_kimia, struktur dalam, tingkat pembatubaraan, den intensitas refleksi dibagi menjadi 3 kelompok utama, yaitu vitrinit, inertinit, dan liptinit (Stach dkk., 1982). Perubahan peringkat batubara dapat terladi pada saat proses diagenesis yang menyebabkan perubahan maseral dalam batubara oleh suhu, tekanan, dan waktu geologi. Proses ini secara tidak langsung menggambarkan, baik Kedalaman dan gradien geotermal, maupun pengaruh Panas dari intrusi Datuan beku dan fluida hidrotermal yang terjadi pada saat proses pembatubaraan (Okeefe dkk, 2013) Peringkat batubara _berkaitan’ dengan tingket kematangan —batubara— dan dipengaruhi oleh salah satu atau gabungan dari faktor tekanan, sunu, dan waktu ‘geologi selama proses pembatubaraan. ‘Secara_umum, peringkat batubare dapat diidentiikasi ‘melalui kendungan zat terbang, air, Karbon tertambat, abu, nilai kalori, Karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur, dan oksigen. Selain itu, peringkat batubara dapat diidentiikasi ‘berdasarkan _nilai reflektansi vitrinit yang terkandung di dalamnya. Analisis geokimia merupakan salah satu analisis yang digunakan untuk mengidentifikasi peringkat batubara, terdiri atas analisis proksimat dan uttimat. Analisis proksimat merupaken salah satu metode dasar dalam penentuan peringkat batubara meliput; penentuan kandungan zat terbang (volatile matter), kadar air (moisture), karbon tertambat (fixed carbon), dan abu (@sh), sedangkan analisis ultimat bertujuan untuk mengidentifikasi unsur-unsur kimia yang terdapat dalam batubara_meliputi karbon, hidrogen, nitrogen, sulfur, dan oksigen (Belkin dkk., 2070; Baihagi dkk., 2017; Rautenbach dkk., 2018). Selain analisis _geokimia, _penentuan peringkat batubara dapat diiakukan dengan menggunakan analisis petrografi organik Analisis ini merupaken salah satu analisis yang digunakan untuk mengetahul tingkat kematangan (peringkal) dan komposisi maseral dalam batubara (Cook, 1982; Teichmuller, 1989; Diessel, 1992; Taylor kk, 1998; Scott, 2002; Amijaya dan Littke, 2005; Baihagi dkk., 2017) Analisis geokimia dan petrografi dilakukan tethadap conto inti bor batubara untuk mengetahui karakteristik batubara Formasi Dahor berupa komposisi maseral dan mineral serta peringkat batubara di daerah tersebut. Conto batubara diambil dari daerah Pahirangan dan sekitarya Kabupaten Kotawaringin Timur, Provinsi Kalimantan Tengah. (Gambar 1) GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Daerah Pahirangan dan sekitarnya terletak di bagian barat dari Cekungan Barito yang merupakan salah satu cekungan sedimen yang memiliki potensi hidrokarbon dan batubara di indonesia. Cekungan Barito dibatasi oleh Pegunungan Schwaner di agian barat, Cekungan Kutai di bagian utara, dan Pegunungan Meratus di bagian timur (Gambar 2), Proses sedimentasi di Cekungan Barito terdiri atas fase transgresif dan regresif (Siregar dan Sunaryo, 1980). Fase transgresif terjaci pada umur Eosen - Miosen Awal, bersamaan dengan engendapan Formasi Tanjung dan Formasi Berai, sedangkan fase_regresif berlangsung pada umur Miosen Tengah - Pliosen, bersamaan dengan pengendapan Formasi Warukin_ dan Formasi Dahor (Kusuma dan Nafi, 1986). en sab i MAKALAH ILMIAH Gambar 2. Tatanan tektonik Pulau Kalimantan (modifikasi dari Kusnama, 2008) UCN @ CRIT Stratigrafi daerah penelitian disusun oleh batuan berumur Tersier terdiri atas Satuan Batupasir - Batulempung (Formasi Dahor) dan Endapan Aluvial (Gambar 3) Formasi Dahor berumur Miosen Tengah - Piistosen sebagai formasi _pembawa batubara di daerah penelitian, terdiri atas konglomerat berwama coklat kehitaman, agak padat, Komponen terdiriatas fragmen kuarsit dan basal, berukuran 1 cm sampai 3. cm, kemas terbuka dengan matriks berukuran—pasir._Konglomerat ini berselingan dengan batupasir berwama sedimen silang-siur. Batulempung wama kelabu, agak lunak, karbonan setempat mengandung lignit, tersingkap sebagai sisipan dalam batupasir dengan ketebalan 20 cm s.d. 60 cm (Nila dkk., 1995). Kenampakan —_megaskopis _(ltotipe) batubara di Formasi Dahor berwarna hitam = kecoklatan, kilap Kusam, segar - sedikit lapuk, agak kompak, kekerasan sedang - gelas. Bagian atas batubara membentuk struktur menyerpih atau berlembar dan sebagian mudah hancuriretak, terdapat struktur cleat, sisipan batulempung kelabu kekuningan sampai kelabu, berbutir - kecokelatan, dan banyak pengotor ‘sedang kasar, setempat berstruktur mineral lempung serta resin. Tabel 1. Tabulasi titik pengeboran di daerah penelitian. Kode Keooinat Blovasi Kodalarman Babar yang dlombus Bor X (BT) Ys.) (my Bor(m)) Dari Sampai__Tebal 2022 2005 — 0.35 25,20 25,40 26,50__ 27,60 kxs.02 112960000" 2008770" 2500 © 100A. KKB.00 112'960090" ODA EO" 2400 100 48.15 5000 53,60 __ 55,60 60,65 61,70 2,065 10 16551875 870 —a8,30 — 190 1500_— 15.0 0.30 2002370 — 1.40 24,45 20.95 5,50 30,35 32,80 KKB.04 112969090" ZOT0Re0" 260 100 75507570 0.20 7585 76.15 0.00 76,35 76,55 0,20 84,25 84,60 0,35 85.0 — 6585 e650 — 8780 1.10 66 st sumone cu ee 4210 Bo MAKALAH ILMIAH Gambar 3. Peta geologi dan sebaran batubara di daerah penelitian (modifikesi dari Nila dkk., 1995) HASIL ANALISIS Geologi Analisis korelasilapisan _batubara menunjukkan bahwa endapan batubara membentuk pola homoklin dengan arah jurus relatif barat lauttenggara dengan Kemiringan relatif landal (8° s.d. 12°) ke arah timur laut, sehingga kompleksitas struktur_ daerah penelitian dianggap sederhan dan tidak banyek berpengaruh pada pelamparan lateral maupun vertikal lapisan batubara tersebut. Meskipun demikian, secara_ stratigrafis terdapat lapisan yang menunjukkan pola menebal, menipis atau menghilang dan mengikuti pelamparan jurus lapisan. Interpretasi hasil korelasi lapisan batubara berdasarkan data profil litologi dari ketiga titi bor menghasilkan 10 lapisan yang mempunyai ketebalan bervariasi antara 1 meter dan 5,5 meter, yang terdapat dalam Satuan Batupasir - Batulempung (Formasi Dahor) dan diberi notifikasi dari atas ke bawah, yaitu lapisan 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7,8, 9, dan 10 (Gambar 4). Lapisan 1, 2, dan 3 merupakan lapisan batubara yang ditemukan pada tik bor KKB-03 dengan _kedalaman_lapisan bervariasi antara 5,7 meter dan 24,15 meter. Ketebalan ketiga lapisan batubara berkisar dari 1 meter sampai 3,15 meter dengan kisaran kemiringan lapisan relatif landai yaitu 10° s.d. 11°. Lapisan 4 dan 5 merupakan lapisan batubara yang ditembus oleh titik bor KKB- 02 dan KKB-03 dengan kedalaman lapisan bervariasi antara 26,5 meter dan 50 meter. Ketebalan kedua lapisan berkisar dari 1,1 meter sampai 1,15 meter dengan kemiringan lapisan sebesar 8° UCN @ CRIT Lapisan 6, 7, dan 8 merupekan lapisan batubara yang ditemukan pada titik bor KKB-02, KKB-03, dan KKB-04 dengan kedalaman lapisan bervariasi antara 22,3 meter dan 66,1 meter dengan kemiringan lapisan berkisar berkisar dari 8° sampal 12° Lapisen 9 dan 10 merupakan lapisan batubara yang ditembus oleh titik bor KKB- 03 dan KKB-04 dengan kedalaman lapisan bervariasi antara 58,4 meter dan 88,3 meter dengan kemiringan lapisan berkisar dari 11° sampal 12° Keterangan: Tanah (Soil) Batupasir Batulempung Batulempung batubaraan Batubara Gambar 4. Korelasi lapisan batubara di daerah penelitian (tanpa skala) 70 | Buotn Sumber Daya Goologi Volume 14NNomor1 2019. 65-78 Analisis Petrografi Analisis petrografi organik yang dilakuken terhadap 42 conto batubara dari daerah Pahirangan terdiri dari pengukuran nilai reflektansi vitrinit dan komposisi maseral Pengukuran nilai reflektansi vitriit/huminit menunjukkan nilai Rvmax 0,27% s.4. 0,4% dengan nilai rata-rata 0.34%, sementara komposisi maseral didominasi_kelompok maseral huminit (64,4% s.d. 93,6%), liptinit (0% sd. 10%), dan inertinit (2% sd 20,4%). Selain ketiga kelompok maseral tersebut, analisis petrografi organik juga mengidentifikasi adanya pengotor dalam batubara yang meliputi; mineral lempung (0% sd. 21,2%), oksida besi (0% sd. 4,6%), dan pirit (0% - 7.6%) seperti yang dapat dilinat pada Tabel 2. Analisis Geokimia - Proksimat Hasil analisis proksimat terhadap 42 conto inti bor yang berasal dari 10 lapisan batubara di daerah penelitian dapat dilihat pada Tabel 3. Hasil analisis dalam basis dara Kering (air dried _basis/adb) menunjukkan kandungan zat terbang MAKALAH ILMIAH (volatile matterNM) sebesar 29,19% s. 47.72%, air (moisture) sebesar 7,37% sd. 13,74%, karbon tertambat (fixed carbon/FC) sebesar 24,85% s.d. 50,39%, abu (ash) sebesar 3,41% s.d. 38,6%. Selain keempat parameter _tersebut, enentuan rilai kalori (calorific value/CV) cilakukan dengan menggunakan analisis combustion properties, sedangkan nilai HGI dan densitas ditentukan dengan menggunakan analisis physical properties. Hasil analisis ketiga parameter tersebut dalam basis adb menunjukkan kisaran nilai kalori (3.539 kalig sd. 5.803 kal/g) densitas (1.4% sid. 1,75%), dan HGI (38 5.0. 64), - Ultimat. Hasil analisis ultimat dilakukan terhadap 42 conto inti bor yang berasal dari 10 lapisan batubara di daerah penelitian dapat dilihat Pada Tabel 4. Hasil analisis dalam basis daf menunjukkan kisaran unsur karbon (65.33% s.d. 72.25%), hidrogen (4.51% s.d. 5,63%), nitrogen (0,47% s.d. 1,03%), sulfur (0,12% s.d. 4,38%), dan oksigen (21,44% s.d. 27,15%). Tabel 2. Tabulasi hasil analisis petrografi batubara di daerah penelitian Reflektans! Kode —,baplsan —Kedalaman yiginiyHumint Hurt Inert Liptnt Mineral OKSI08 yi, Gono Saitera Cano mee int Lempung Best % % % % % %_% KKEOZI Toa 2565 0.40 Hao 7400 440000 0,000.00 KKE-022 = 2520-2540 034 ‘8120 12.00 0,006.00 0,600.20 KKB.02.3 4 _——-26,50-27,60 0.32 83,00 940 0,00 5,60 0,002.00 KKE-02-4 3 30.10-3125 0:30 99,80 9.40 0,80 0,00 0,000.00. KKBA025 6 0.34 85.80 6.20 0,00 620 1,000.80 KKE025 7 ~—36.65-37,80 0.32 72.80 7.20 1.407.40 3,607.60. ‘3 38.90-40,00 0.38 7320 18,20 0,00__5,80 1,401.40. 8 40,00-41,00 0,33 3,60 440 0,00 1,400,00 0.60) B41,00- 4240 0.36 83,60 6,600.40 5,40__0,60_1,40) KKEOS1 1___570-7,00 0.32 76.60 1320 1,60 620 0,000.40. KKB-03-21__7.00-7.90 0.36 75,40 1880 0,00 8000.40 0.40 KKB-O33 2 ——42.18-13,18 0.7 76a0 640 040 11,00 4,60 0.80 KKB-O%4 3 21,00-22,00 0,30 79,60 9,80 1,607.00 1,400.60 KKB.O3-5 3 2.00-23,00 0.29 e120 1320 2,00 260 0200.00) KKB-035 3 23,00-24,00 0,33 80580 1,80 380000 2.00 KKB-O47 = 37.08-37,50 0.31 ‘1,80 9,00 1,60 5,00 0,80 1,80) KKB.O%8 44420-4405 0,34 4,80 6,60 0,60 21,20 3,80 1,00 KKE-039 5 48.36-40.20 0,36, ‘wa0880 3.20240 0,001.00. KKEAO310 5 49.20-00,00__0.38 9,203.20 1,80 080 0400.60 UCN @ CRIT ROTERTANST Kode —baplsanKedaleman yiriniyHumint Hurinit Inet —_Lipiit Pat ono Sates "Conor Mineral Oksida % % % % %_ % RREOSTT 65300-54600. Tez 14.20 2.60 0.00 7.60 KKB.03-12 6 _6460-55,60 0.34 7420 8.20 4.80 280 2.60. KKB.03-13 7 60.65-6,70 0,30. 75,00 6,002.40 0,605.40. KKB-O31s 8 62,10-6300 0.28 720,80 6,604.20 0805.80. KKB.03-15 6 63.00-64,00 0,34 72,60 2.00 1,60 1.20240 KKB.03-16 8 6400-6500 0.37. 90,00 4,20 3,00 0,001.00. KKB-O%17 8 65,00- 65,100.35, 88,206.00 2.40 0800.20. KKB-O%-18 9 €7,00- 8800030 88,60 540 1,402.80 0401.40) KKB.0-10 9 68.00-68.30 0,38 ‘9100200440020 1,201.20 KKB.04-1 1500-1530 0.27. ‘e480 7007.40 0,00 0,000.60. KKB-04-2 6 22,90-23,70 0.37 72,00 11,20 660 3,20 0,80 6.20 KKB-04-3 7 —24.48-2545 0.37 74,80 17.20 5,60 040 0.20 1.80 72545-2645 0,38 6,80 20,00 6,00 3,00 0,30 4,00_ 72645-2745 0,30 ‘67,00 19,00 9.60080 0.20340) 72745-2845 0.22 e0620 2,60 3.40020 0,80) 72845-2045 0.32 7640540 0,20 1,60 0.60 6.80 83035-3135 0.34 4.402040 10,00 260 0,202.40. 3318-2280 0.39 77801140 840120 0.20 1,00 = 3480-3560 0.36 340880 3.20360 0.40 0,60_ 28875-5745 035 8820 520320200 040_1,00 KKB.04-12 9 —58.40-50,60 0.38. 88.80 6202.00 1,40 0,001.60. KKB-04-13 9 60,60-60,80 0.37. 6207.40 1,80 2,00 0,602.00 KKB-04-1@ 10 86,80-87.00 0.31 ‘76601240 1,80 2.20 2,80 4.20 Tabel 3. Tabulasi hasil analisis proksimat, physical dan combustion properties di daerah penelitian ™ ke ae, oer EE Mw FS fh 15S WGl_S6—oV onto Batubara_—Conto (m) % (at) 9 (ado) (ad) ta RKE-OZT 7 WS BOGS ATE 4071 1058 300536 SOT 0560-84774 KKE-02-2 = 2%6,20-25,40 40.06 46.25 0.58 34,00 22.47 2328 0.38 0 31,61 4281 KKB-02-9, 4 26,50-27,60 41,54 47,120.84 36,35 32.30 21,82 0,30 060 1,61 4.408 KKB.02-4 5 30,10-31,25 4563 6262 1123 41,98 42,49 4,31 030 0431.47 5.562 KKB-025 6 33,00- 34,70 45,38 51,30 10.84 38,04 98,11 12,12 058 0451.55 6.017 KKE-025 726,65 97,80 40,37 48,137.08 34,22 26,60 20.12 240 0661.88 4.063, KKB-02-7 ‘338,00 40,00 44,27 40,740.82 41,20 33,52 16.38 0,60 0511.54 4.005 KxB.02.8 8 40,00-47,00 45,46 91,58 11,23 43.07 30,19 653 028043 1.485.410 KKB-02.0, 8 41,00-42,40 45,17 50,068 10.56 44,25 36,81 8.38 034048 146 5.012 KKB-02-1 1 370-7,00 46.00 51,07 0.40 43.55_97,82 0.24 0.30 0 - 1.47 6.261 KKB.03.2 7 7,00-7.90 42.4 47.23 040 35,420,596 27.52 0,330 - 1.65 4.018 KKB-03-3, 212,15. 13,15 45,00 90,38 9.78 4367 34,35 12.20 022 0691.48 5.103. KKB-03-4 3 __21,00-22,00 46,03 51,58 10,28 46,50 35,76 7.38 022 0-146 5.504 KKB-03.5, '3__22,00-23,00 47,07 82,00 11.19 _47,72 3768341016 0-143 5.575 KKB.03.5 323,00. 24,00 47,20 53,16 11,14 46.02 30.42 343023 0. 1.44 5.072 KKB.03.7 37,05 = 37,50 45.24 50,75 1007 4001 3082 19,11 031 0 431.6 4616 KKB-03.8 4420-4495 36.59 4452 0.21 34,51 3023 26,07 026 0 481,65 4.112 KKB-029) 348,35 -40,20 50,22 85,82 11,07 41,06 40.28 7,621,380 - 140 5.301 KKB.03-10 5 40.20-50,00 44.26 50,33 10.80 30,00 30,86 10.15 0.580 - 1.55 5.080 KKB.03-11 6 _§3,60-54,60 45.33 5146 1122 4147 41,33 599 035 0-148 5.402 KKB-0212 6 _§4,60-85,60 41.02 46,65 0.55 4584 22,42 2220 074 0-161 4.209 KKB.0%12 7 60,65-61,70 47.50 42,70 8.42 4382 27,44 0043257 064 1,72 3.080 KKB.0214 8 62,10 -63,00 41,12 46,98 8.04 35.24 31,56 2426 203 0. 1,60 4.383 72 [sos sane Daya cai voi 1 Naa San Kode Lapisan Kedalaman —PM_TM_M__Vil_FC_Ash_TS_Si_HGl_SG_cV_ Conio —Batubara onto (m) san) 96 (ab) (ad) (aa KKEOGAS 8 ——« ODS RS AST DOTS BaRS SGD OOS 3.530 KKE.O3.16 8 —_64,00-68,00 44.61 50,74 11,08 4008 40.55 6.31 0610 148 6.362 KKE.03-17 8 __65,00-66.10 43,68 49.52 10.37 35.07 35,50 1608 040 0 - 1.53 4.656 KKB.03-18 _ _67,00-866,00 4600 62.80 11.11 41.42 41,02 887 063 0-142 8.558 KKEOS.19 9 ——68,00-68,30 46.16 53.57 1374 36.39 43.33 4.55 022 0. 1.445.331 KKE.08.1 = 16.00 16.30 0,01 65,51 11,01 40.20 47,16 7,63 0,18 0. 1.44 8.356 KKB.04.2 ©2230-2370 42.03 47.38 023 30,87 34.20 1671 0451.51 4.638 KKB.043 7 24,65-2545 44,02 49,25 0.35 36,52 50,303.74 0 §8 141 5.803 KKE.O44 72545-2645 4500 5040 0.82 45,36 40,75 4.08 O10 5.605 KxB.04-5 72645-2745 4405 40.48 0.71 45,36 40,76 4.16 O_. 141 8.705 KKB.08-5 7 27.48-28.45 45,65 51,16 10,13 4545 40,104.24 oO . 140 8.688 KK.04.7 7 28,48-29.45 44,65 40,74 0,18 40,75 _94.75 78,39 0511.49 4.080 KKB04-5 8 _—-30,35-31,35 45.32 60,00 10,02 44.49 30,30 6,11 0. 141 5.500 KKG.08.9 8 31,35-32.80 42.47 47,779.21 38,68 32.73 10,40 O41 534611 KKB.04-10 - 34,80-35,60 42.60 48,60 10,00 42,33 35.58 12.12 O46 8.211 KKB.04-17 3675.57.45 44,35 5121 1231 0. 474.960 KKB-04-12 058,40 -69.60 44,65 50,00 11.20 42.86 41,62 4.25 i182 5.684 KX.04-13 8 59,60-60.00 43,38 40,46 10734128 36,20 11,84 = 1.46 8.158 “KKB.04-14 10 86,80-67.00 30,50 45,180.25 A773 31,28 21,76 aT 53 487 Keterangen FM. Free Moisture FC: Faxed Carbon SG: Specic Graviy «TM Tota Mosse TS Total Subhur GV Calome Vaive M Mostre 3 Sweting Inder YM Voltie Mater HI: Haraorove Gandabty Index Tabel 4. Tabulasi hasil analisis ultimat batubara di daerah penelitian ‘apisan —Kedalaman Karbon —Hidrogen Nitrogen Sullur _Oksigen Kode Corto gatubara___Conto (m) 3 (dat) KBAR : 2032-2065 6872402 0970402400, KKB.02-2 = 25.20 -25.40__ 67.91, 3.12, 0020.57 25.48, KKB.02.3 4 26,50 -27,60 68.01 515, O91 0.43___25.40 KKB02-4 5 3010-3125 70,36 476 0800.36 23,63, KKB.02-5 6 '33,00-3470 69,30 4,84 0840.75 24,18 KKB.02-6 7 36,65 37,80 66.07 8.40 075397 23,82 KKB.02.7 38,90 -40,00 68,86 5,00, 0.02 0.922420, KKB-02-8 & 40,00-41,00 69.97 4,86 0950.31 2391 KKB.02.0 8 41,00 -4240_ 70.19 8,13. 0.86 0.42 23,40, KKB.O3-1 4 5,70-7,00 60,11 5,09) 098 0.37 24.45 KKB03-2 1 7,00-7,90 68,145.33 087051 27.15 KKB.03-3 2 72.15- 13.15 60.41 3.47, 070020 24.34 KKBA03-4 3 2100-2200 6992 5,23 0980.27 23,59 KKB.03-5 22,00 -23,00 70,09 814093 0.10 23,66 KKB03-6 3 23.00 -24,00 60.91 4.93, 0.08 0.27 23,00 KKB.03-7 z 37,05 -37,50 68,08 5,26. 0020.44 25,32 "KKB.03-8 4 44,20-44,05 66,58 5.38 0820.41 26,81 KKB.03-0 5 48,35-4020 69.23 4,02 095170 23,20 KKB.03-10 5 49.20 -50,00 68,47 4,83, 0,020.73 25,04 KKB03-11 6 53,60-54,60 60.42 4,82 ‘091 043 24.42 KKB-03-12 6 -84,60-85,60 68,10 —~*5.12 085 1.08 24,77, KKB-03-13 7 6085-6170 6533 5.52 067 4.102420 KKB.O3-14 a 62.10-63,00 66,005.22 0724.38 22,79 KKB.03-15 8 163,00 -64,00 68,10 5.51 076 174 23,89, KKB.03-16 8 164,00 -65,00 70,06 4,80 091 076 23.30 KKBA0-17 8 165.00 -65,10 68,50 4,89 087 0.56 25,00 UCN @ CRIT Koue Conto-LapisanKedalaman Karbon Hidrogen Nitrogen Sufur_Oksigen Batubara Conta (m) (dat) KREIS 9 7,00-88,00 70,10 4,86 0980752322 KKB03-19 3 '88,00-88,30 6967 4,51 0800.27 24,75 KKB-04-1 z 7500-1530 69,17 4,77 0470.22 2537 KKB-04-2 @ 2230-2370 67.00 522 080 0.43 25.65, KKBA04-3 7 2445-2545 60,57 5,09 oat 0.16 24.28 KKB-04-4 7 2545-2645 5.01 0930.18 24.58 KKB-04-5 7 26,45 -27,45 499 0860.12 28,73 KKB-04-6 7 2745-2845 314 085 0.16 21,96 KKB-04-7 7 28.45 -20.45 5.32 096021 22.64 KKB-04-8 3 3035-9135 72.25 621 0800.10 24.45; KKB-04.0 a 31,35 - 32,80 70.01, 5.236 087027 23.48 KKB-04-10 : ‘34,80 -35,60_ 72,175.38 Ose 0.102144 KKB-04-17 3675-5745 70,75 4.81 403020 73.42 KKB-04-12 9 3840-5060 72.25 6,00 0960.24 21.55 KKB-04-13 9 50,60 -60,80_ 71,60 827 092 0,2321,90 KKB-04-14 70 86,8087 9071.41 563 O78 041 2,77 PEMBAHASAN pengukuran nilai reflektansi vitrinit seluruh Berdasarkan hasil analisis geologi, jumlah lapisan batubara di daerah Pahirangan adalah 10 lapisan dengan ketebalan bervariasi antara 1 meter dan 5,5 meter dan kedalaman bervariasi antara 5,7 meter sd. 87,9 meter berada pada_ satuan batupasir - batulempung Formasi Dahor. Komposisi kelompok maseral_utama seluruh conto batubara di daerah penelitian didominasi oleh humintt (64,4% s.d. 96,3%) yang mengindikasikan bahwa material organik pembentuk batubara berasal dari tumbuhan tingkat tinggi yang mengandung serat kayu (akar, batang, dahan, dan serat daun), Sementara komposisi liptinit yang relatf rendan (0% sd. 10%) mengindikasixan bahwa material organik Penyusun dan pembentuk — batubara umumnya tidak berasal dari tumbuhan tingkat rendah (alga, spora, dan kutikula). Selain itu, komposisi inertinit yang relatit rendah (1,4% s.d. 20%) mengindikasikan batubara ‘terendapkan pada lingkungan yang basah, tingkat oksidasi rendah, dan tergenang olen ait yang menghalangi proses oksidasi dan pembusukan (Stach dkk,, 1982), Pengukuran nilai reflektansi vitrinitfhuminit merupakan salah satu metode yang digunakan untuk menentukan —tingkat kematangan batuan—induk. —_Hasil 74 | euct conto batubara berkisar antara 0,27% dan 0.4% yang _mengindikasikan _tingkat kematangan batuan induk mengalami tahapan proses diagenesis (Flores, 2014) dan termasuk Kategori belum matang (Ro < 0,6%) (Waples, 1985). Komposisi mineral selurun conto batubara didominasi oleh mineral lempung (0% s.d. 21,2%), serta sebagian kecil pint (0% s.d 7,6%) dan oksida besi (0% sd. 4,6%) Komposisi_ mineral lempung sebagai pengotor dalam batubara yang relatif tinggi umumnya —menyebabkan — penurunan peringkat batubara. Parameter kandungan _kelembaban (moisture) dalam analisis proksimat dan nilai reflektansi vitrinit dalam analisis petrografi_ dapat digunakan untuk mengidentifikasi peringkat batubara di daerahpenelitian, Berdasarkan _hasil interpretasi dari parameter kandungan moisture (M) dan Rv pda Tabel 2 dan 3, batubara di daerah penelitian termasuk dalam peringkat lignit-subbituminus dan produk hidrokarbon yang dihasilkan berupa gas biogenik (Flores, 2014) (Gambar 5). Penentuan peringkat batubara dapat pula itentukan berdasarkan indeks Hardgrove Grindabilty Index (HGI) yaitu indeks yang menggambarkan tingkat kemudahgerusan batubara oleh alat penggerus yang proses pembakaran batubaranya_menggunakan artikel halus (pulverized fuel). Semakin tinggi nilai_peringkat suatu batubara (kecuali antrasit), semakin tinggi juga nilai HGl-nya (Berkowitz, 1979). Hubungan nila HGI juga dapat dipengaruhi faktor lainnya seperti kandungan abu batubara yang rendah dan nilai zat terbang (Rance, 1975) Kombinasi parameter nilai HGI dan kandungan zat terbang (volatile matter/VM) dapat digunakan untuk _mengidentiikasi peringkat batubara (Berkowitz, 1979). Berdesarkan niiai HGI dan VM pada Tabel 3, batubara di daerah penelitian termasuk dalam —peringkat —_ lignit-subbituminus (Gambar 6). Penentuan peringkat batubara berdasarkan analisis ultimat dapat dilakuken dengan perbandingan antara annie A 20 10 30 = 7) cnet decanters 40 MAKALAH ILMIAH unsur hidrogen dengan karbon (H/C) dan ‘oksigen dengan karbon (O/C) yang kemudian diplot dalam diagram | van Krevelen yang telah dimodifikasi oleh Comelius " (1978). Berdasarkan hasil perhitungan H/C dan O/C yang kemudian dilakukan plotting dalam diagram van Krevelen tersebut mengindikasikan bahwa batubara di daerah penyelidikan termasuk dalam —peringkat _lignit-subbituminus dengan kerogen Tipe Ill (Gambar 7). Tipe Il sebagian besar terdiri dari_maseral huminitvitinit yang mengincikasikan material tumbuhan pembentuk dan enyusun batubara berasal dari tumbuhan yang mengandung serat kayu dan mempunyai —_kecenderungan untuk menghasikkan dan menyimpan gas dalam jumlah besar. (Tissot dan Welte, 1984). espe Perea Ratageness Gambar 5. Plot silang antara kandungan mo/sture (M) dengan nilal reflektansi Vitrinit (Rv) (modifikasi dari Flores, 2014), UCN @ CRIT Hot i rset omnes a © Prcotntsa sete HO ch tai i bm Ce 70 vm, 96 (dat) Gambar 6, Plot silang antara parameter VM terhadap HGI (modifikasi dari Berkowitz, 1979), TIPE! ao o/c TIPE I TIPE Hit { Perconth tbr dt tbe Ke ‘Odntat Porconth btubara dl thier 48.03 em @ reconthsubas dark tk bor KKB O8 Gambar 7. Plot rasio H/C dan O/C (modifikasi dari Cornelius, 1978). KESIMPULAN Komposisi kelompok maseral batubara di daerah penelitian umumnya _didominasi oleh huminit mengindikasikan bahwa material organik pembentuk —batubara berasal dari tumbuhan yang mengandung serat. kKayu dan terendapkan pada lingkungan basah dengan tingkat oksidasi serta Komposisi inertinit relatif_rendah. Vatiasi nilai reflektansi vitrinit (0,27% s.d 0.4%) mengindikasikan batubara sebagai batuan induk memiliki tingkat kematangan termal hidrokarbon “belum —matang’ 76 | Bustin Sumber Daya Gootogi Volume 14Nomor1 2019. 65-78 (<0,6%) dikarenakan masih dalam tahap diagenesis. Komposisi mineral didominasi oleh mineral lempung, sementara mineral lempung dapat bertindak sebagai pengotor dalam batubara yang dapat menyebabkan penurunan peringkat batubara Peringkat batubara di daerah penelitian yang relatit rendah (lignit-subbituminus) berdasarkan hasil analisis petrografi dan geokimia dapat disebabkan oleh komposisi mineral khususnya lempung yang relat tinggi dan nilai reflektansi vitrinit yang relatif rendah, UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada unit Pusat Sumber Daya Mineral, Batubara dan Panas Bumi, Badan | Geolodi, Kementerian Energi’ dan Sumber Daya Mineral yang telah membantu pembiayaan dalam kegiatan penelitian in DAFTAR PUSTAKA. Amijaya, H. dan Littke, R. (2005): Mictofacies and —_depositional environment of Tertiary Tanjung Enim low rank coal, South Sumatra Basin, Indonesia. International Journal of Coal Geology, 61, 197 - 221 Anonim (2018): Pemutakhiran data dan neraca sumber daya energl, Pusat Sumber Daya Mineral Batubara dan Panas Bumi, Bandung, Indonesia, (Tidak dipublikasikan), AS 2856.2 (1998): Coal petrography part 2: Maceral analysis, Standards Association of Australia, The Crescent, Homebush, NSW. ASTM 02798 (2011): Standard test method for microscopical determination of the vitrinite reflectance of coal, PA. ASTM 7582-12 (2012): Standard Test Methods for Proximate Analysis of Coal and Coke by Macro Thermogravimetric Analysis, PA. Bainagi, A, Susilawati, R., Fauzielly, L., dan Muljana, B., I. (2017): Studi erbandingan karakteristik kimia dan petrografi batubara lapangan x, Cekungan Sumatera Selatan dan lapangan y Cekungan Sumatera Tengah, Indonesia, Buletin Sumber Daya Geologi, 12, 87-102. Belkin, H. E., Tewalt, S. J., Hower, J. C., Stucker, D. J., O'Keefe, J., M. K. Tatu, C., Buia, A G. (2010): Petrography and geochemistry of Oligocene bituminous coal from the Jiu Valley, Petrogani basin (southern Carpathian Mountains), Romania, Intemational Journal’ of Coal Geology, 82, 68-80. MAKALAH ILMIAH Berkowitz, N. (1979): An introduction to coal technology, Academic Press, New York, 345, Cook, A. C. (1982): The origin and petrology of organic matter in coal, oi! shales and petroleum source rocks, University of Wollongong, Wollongong, New South Wales. Cornelius, C., D. (1978): Muttergesteinfazies als parameter der erdolbidung, Erdo l-Erdgas Zeitschrift 3, 90-94. Diessel, C.F. K. (1992): Coat-bearing depositional systems, Springer- Verlag, Berlin, Heidelberg Flores, R. (2014): Coal and coalbed gas fueling the future, Elsevier Inc, Waltham, MA, USA. Kusnama (2008): Batubara_Formasi Warukin di Daerah Sampit dan Sekitarnye, Kalimantan Tengah, Pusat Survei Geologi, Bandung. Kusuma, M. 1. dan Nafi, AN. (1986) Prospek —hidrokarbon —Formasi Warukin di Cekungan Barto, Kalimantan, Prosiding Pertemuan limiah Tahunan XIV IAGI, Jakarta, 105-124 Nila, E. S., Rustandi, E., dan Heryanto, R. (1995): Peta. Geologi Lembar Palangkaraya, Kalimantan, Skala 4:250.000, Puset Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung. O'Keefe, J. M. K., Bechtel, A., Christanis, K., Dai, S., Dimichele, W. A., Eble, C. A, Esterle, J. S., Mastalerz, M., Raymond, A. L.. Valentim, B. V.. Wagner, N. J., Ward, C. R., dan Hower, J.C. (2013): On. the fundamental difference between coal rank and coal type, Intemational Joumal of Coa! Geology, 118, 58-87. Rance, H., C. (1975): Coal Quality Parameters and their influence in Goal Utilisation, Shell Intemational Petroleum Co. Ltd, Technical Reports on Coal UCN @ CRIT Rautenbach, R., Strydom, C. A., Bunt, J Scott, A. (2002): Coal petrology and the Siregar, M. S. dan Sunaryo, R. (1980): 78 R., Matjie, R.H., Campbell, Q. P., dan Van Alphen, C (2018): Mineralogical, chemical, and petrographic properties of selected South African power stations’ feed coals and their corresponding density separated fractions using float-sink and reflux classification methods, International Journal of Coal Preparation and Utilization, 1923- 2702. origin of coal macerals: a way ahead?, International Journal of Coal Geology, Elsevier. Science Publishers B.v. 50, 119-134. Depositional environment and hydrocarbon prospects, Tanjung Formation, Barito Basin, Kalimantan. Proceedings Indonesian Petroleum Association, Sth annual convention, 379-400, Stach, E., Taylor, G. H., Teichmuller, Tissot, Waples, D. Malkowskey, —M-Th., Teichmuller, M. Taylor, G. H., Chandra, D.,Teichmuller, R. Stach’s textbook of coal petrology, 3rd (1982): Stach’s textbook of coal petrology, 3rd edition, Gebruder Borntreger, Berlin-Stuggart, 535. M., Davis A., Diessel, C.F. K., Littke R.. dan Robert P. (1998): Organic petrology, Gebruder Borntreager, Berlin, Stuttgart. Teichmuller, M. (1989): The genesis of coal form the viewpoint of coal petrology, International Joumal of __ Coal Geology, Elsevier ‘Science Publishers B.V., 12, 1-87. B. P. dan Welte, D. H. (1984): Petroleum formation and occurrence. 2nd Edition. Berlin, Springer-Verlag, 699, (1985): Geochemistry in Petroleum Exploration, International Human Resources Co., Boston, 232 Diterima 20 Februari 2019 Direvisi 25 Maret 2019 Disetujui 31 Mei 2019 Bulotn Sumber Daya Goologi Volume 14 Nomor 1 -2010. 65-78

You might also like