You are on page 1of 35
Jurmal Sains Farmasi & Kinis,1(2), 195-206 Pengaruh Kombinasi Magnesium Stearat dan Talkum sebag: Lubrikan terhadap Profil Disolusi Tablet Ibuprofen Effect of Combination of Magnesium Stearate and Tale as a Lubricant on Dissolution Profile of Ibuprofen Tablets Syofyan’, Tri Yanuarto? & Maria Dona Octavia? Keywords: | ABSTRACT: A research has been conducted on the combination effect of Magnesium | magnesium stearate and tale as a lubricant to the dissolution profile of Ibuprofen stearat, | tablets. Of the three formulas made Ibuprofen tablets with wet granulation talcum, lubricant, | method. Evaluation of tablets include uniformity of size, weight uniformity, tablet disolution. | hardness, disintegration, friability of tablets, assay and dissolution. Results of dissolution percentage was done up to 60 indicated that the dissolution the rage was 95,72%, 97,65% and 99,93% consecutively for F 1, F Mand F MIL In addition, result of the dissolution efficiency up to 60 minutes for each formula was 82,10%, 87,58%, and 90,76%. According to the dissolution of the data, formula IIT which had the highest dissolution results compared to formula 1 and formula I, which likely due to the ratio of the combination of magnesium stearate and tale as a lubricant smaller levels of magnesium stearate. Kata kunci: | ABSTRAK: Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh kombinasi Magnesium | magnesium stearat dan talkum sebagai lubrikan terhadap profil disolusi stearat, | tablet Ibuprofen. Dari ketiga formula dibuat tablet Ibuprofen dengan Talcum, lubrikan, | metoda granulasi basah. Evaluasi tablet meliputi keseragaman ukuran, Disolusi. | keseragaman bobot, kekerasan tablet, waktu hancur, kerapuhan tablet, penetapan kadar dan disolusi. Hasil persen terdisolusi menit ke 60 menunjukkan bahwa disolusi rata-rata berturut-turut adalah 95,7209%, 97,6474% dan 99,9373%. Dan untuk hasil efisiensi disolusi pada menit ke 60 masing-masing formula adalah 82,1089%, 87.5888% dan 90,7635%. Dari data disolusi, formula Il yang mempunyai hasil disolusi yang tinggi dibandingkan formula | dan formula I! yang disebabkan oleh perbandingan kombinasi magnesium stearat dan talkum sebagai lubrikan lebih kecil kadar magnesium stearatnya ‘Fakultas Farmasi Universitas Andalas *Sekolah Tinggi imu Farmasi Padang Korespondensi Syofyan (sdsyofyan@yahoo.com) Jumal Sains Farmasi & Kinis (e-ISSN: 2442-5435) | Vol. 01 No. 02 | Mei 2015 125] Dipindai dengan CamScanner Pengaruh Kombinasi Magnesium Stearat dan Talkum sebagai Lubriken PENDAHULUAN (2). Selain keuntungan tablet yang besar, terdapat juga keterbatasan sediaan tablet diantaranya, beberapa zat aktif menahan ‘atau menolak pengempaan menjadi kompak padat karena sifat amorf yang kepadatannya rendah, zat aktif dengan pembasahan yang buruk, sifat disolusi yang rendah, tingkat dosis yang besar, atau kombinasi sifat-sifat tersebut mungkin sulit atau tidak mungkin diformulasi dan dibuat sebagai sediaan tablet yang akan memberikan ketersediaan hayati yang memadai (3), Secara umum pada sediaan-sediaan bat yang penggunaanya melalui oral, bahan obatnya harus larut lebih dahulu dalam cairan Pencernaan sebelum diabsorpsi_ melalui dinding usus. Sehingga usaha mempertinggi laju disolusi akan merupakan langkah yang menentukan tethadap kecepatan proses dan dapat mempertinggi absorpsi bahan bat terutama untuk bahan-bahan yang kelarutannya kecil (4). Salah satu obat yang ~mempunyai kelarutan yang kecil adalah ibuprofen. Ibuprofen, a-methy/-4-[2-methylpropyl] benzene acetic acid, merupakan obat | Syotyan ak. antiinflamasi non steroid yang mempunyal efek analgetik, antipiretik dan _memilki kelarutan praktis tidak larut dalam air, 0,049 mg/ml (5). Berdasarkan —prinsip—_formulasi pembuatan, sediaan tablet dapat digolongkan menjadi 3 yaitu, metode granulasi basah, granulasi kering dan cetak langsung Granulasi Basah yaitu memproses campuran artikel zat aktif dan eksipien menjadi partikel yang lebin besar dengan menambahkan cairan pengikat dalam jumiah yang tepat sehingga terjadi massa lembab yang dapat digranulasi. Metode ini biasanya digunakan apabila zat aktif tahan terhadap lembab dan panas. Umumnya untuk zat aktif yang sult dicetak langsung Karena sifat aliran dan kompresibilitasnya tidak baik (6), Komponen komponen dalam memformulasi tablet kempa terdiri atas zat aktif, bahan pengisi, bahan pengikat, desintegran, dan lubrikan, dapat juga mengandung bahan pewarna, bahan Pengaroma dan bahan pemanis (7). Salah satu bahan pembantu yang perlu mendapat Perhatian adalah lubrikan, yang berfungsi mengurangi gesekan selama proses pengempaan tablet dan juga untukmencegah ‘massa tablet melekat pada cetakan (3), Lubrikan yang baik harus mempunyai sifat pelumas, pelincir dan antilekat. Salah satu bahan yang mempunyai sifat pelincit dan anti lekat yang sering digunakan adalah talk, Bahan ini murah dan mudah didapat, tetapi sifat pelumas dari talkum kurang bagus. Untuk itu perlu ditambah bahan yang mempunyai sifat pelumas yang balk, sehingga bila keduanya digabungkan akan saling melengkapi. Bahan yang dimaksud adalah garam-garam stearat dan yang sering digunakan adalah magnesium stearat, tetapi +95] Jumal Sains Farmasi & Kiinis (e-ISSN: 2442-5435) | Vol.01 No. 02 | Mei 2015 Dipindai dengan CamScanner Artikel! Peneltian OPTIMASI FORMULASI TABLET IBUPROFEN DENGAN KOMBINASI (CMC— Na & SORBITOL SEBAGAI PENGIKAT DAN AMILUM SOLANI ‘SEBAGAI DISINTEGRAN TERHADAP WAKTU HANCUR TABLET ‘Yani Ambar, lif Hanifa Nurrosyidal, Sukarno Tejo Kusumo* “S3STIKES RS Anwar Medika Email: yaniambari87@ gmail.com ABSTRAK Tablet merupakan sediaan yang biasanya umum digunakan dalam pengobatan karena harganya relatif murah. Touprofen merupakan bahan obat yang memilik sifat ali yang, bburuk, bulk density rendah, dan mengalami deformasi clasts saat proses pengempaan, Penelitian kali ini bertujuan untuk membuktikan perbedaan konsentrasi pengikat dan pengancur amilum solani apakah mempengaruhi waktu hancur dari swat jprofen, Kombinasi pengikat bertujuan untuk meningkatkan viskositas dari sorbitol. Metode granulasi yang digunakan pada penelitian ini yaitu granulasi basah arena metode ini merupakan metode yang cocok untuk bahan ibuprofen yang memiliki bulk density yang rendah, Selain itu, Metode granulasi basah dapat ‘meningkatkan karakterisik dan sifat-sifatfisik granulasi yang baik karena sifat kohesif pengikat cair dapat menghasilkan ikatan dengan bahan tambahan yang minimal, Uji ‘waktu hancur tablet bertujuan untuk mengetahui berapa waktu yang dibutubkan untuk ‘mula kerja obat. Hasil dari penelitian ini telah membuktikan bahwa semakin rendah ‘onsentrasi bahan pengikat dan semakin tinggi konsentrasi bahan penghancur akan ‘mempercepat waktu hancur obat, Waktu yang telah dihasilkan dari masing-masing formulasi untuk tablet yaitu pada formula I sebesar 15 menit, formula 2 sebesar 23, ‘menit, dan formula 3 sebesar 25 menit. Formulasi | telah membuktikan bahwa sorbitol dan amilum solani berpengaruh terhadap waktu hancur tablet, sedangkan formulasi 2 ddan 3 tidak lolos uji waktu hancur Karena Konsentrasi pengikat semakin tinggt dan penghancur semakin rendah. Kata kunci : Sorbitol, Amilum solani, Granulasi basah, Waktu Hancur, Ibuprofen ABSTRACT Tablets are preparations that are commonly used in medicine because the price is relatively cheap. Ibuprofen is a drug that has poor flow properties, bulk density low, ‘and undergoes elastic deformation during compression, The present study aims 10 ‘prove the differences in the concentration of the sorbitol binder and the amylum solani ‘crusher whether it affects the disintegration time of an ibuprofen tablet. The combination of binders aims to increase the viscosity of sorbitol. The granulation ‘method used in this study is wet granulation because this method is a suitable method ‘for ibuprofen which has bulk density @ low. Besides, the wet granulation method can improve the characteristics and physical properties of good granulation because the ‘cohesive properties of the liquid binder can produce bonds with minimal additives. The tablet disintegration test aims to find out how much time it takes 10 start working on the drug. The results of this study have proven that the lower the concentration of the binder and the higher the concentration of the destroyer will accelerate the time of disintegration of the drug. The time that has been produced from each formulation for tablets is in formula I of 15 minutes, formula 2 of 23 minutes, and formula 3 of 25 ‘minutes. Formulation 1 has proven that sorbitol and starch solani affect the disintegration time of tablets, while formulations 2 and 3 do not pass the disintegration time test because the binder concentration is higher and the crusher is lower. Key Words : Sorbitol, Amilum solani, wet granulation, disintegration time, Ibuprofen 1 | Page ISSN: 2654-8364 Vol.2 No2 Desember 2019 Dipindai dengan CamScanner Artikel Peneltian PENDAHULUAN Menurut Farmakope Indonesia III tablet adalah sediaan padat kompak, dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk tabung pipih atau sirkuler, kedua permukaannya rata tau cembung, mengandung satu jenis obat atau lebih dengan atau tanpa. zat tambahan. ‘Tablet merupakan bentuk sediaan yang menguntungkan, karena masanya dapat dibuat secara masinel dan harganya murah, Tablet takarannya tepat, dikemas secara batk, praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan sertastabilitas obatnya terjaga dalam sediaannya dan mudah ditelan! Dalam formulas tablet ibuprofen memerlukan bahan tambahan yang berguna ‘untuk membawa ibuprofen sampai kepada tujuan yang diinginkan yaitu sebagai nalgesik. Bahan tambahan yang terdapat dalam pembuatan tablet dan harus ada dalam tablet yaitu bahan pengisi (diluent), bahan pengikat (binder), bahan penghancur (Gisintegran), dan bahan pelicin® Dalam formulasi tablet ibuprofen ini menggunakan kombinasi CMC ~ Na ‘dengan sorbitol sebagai bahan pengikat, Suatu jurnal menjelaskan buhwa sorbitol dapat digunakan sebagai bahan pengikat dengan metode kempa langsung dapat memperbaiki diperlukan’, Penel dengan metode granulasi basah apakah sorbitol dapat digunakan sebagai bahan proses ulang tablet bi Jali ini menggunakan sorbitol tetapi ‘pengikat dengan persentase yang berbeda tap formulanya untuk dapat juga mengetahui berapa persentase sorbitol yang optimum sebagai bahan pengikat. Sorbitol dapat «digunakan sebagai balan pengikat dalam konsentrasi 25-90% *. CMC Nadigunakan ‘untuk membantu viskositas dari pengikat sorbitol. Formulasi tablet menggunakan amilum solani sebagai bahan penghancur tablet. Amilum solani digunakan sebagai bahan penghancur tablet untuk mengetahui berapa konsentrasi yang optimum amilum solani sebagai zat penghancur tablet, Amilum solani dapat digunakan sebagai bahan penghancur dengan konsentrasi lazimnya 1-20 *Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kombinasi pengik: (CMC —Na dengan sorbitol dan disintegran amilum solani terhadap waktu hancur tablet ibuprofen dan mengetahui konsentrasi formulasi yang optimum ibuprofen dengan bbahan pengikat sorbitol dan disintegran amilum solani. 2 | Page ISSN: 2684-8364 Vol? No2 Desember 2019 Dipindai dengan CamScanner Formulasi Dan Uji Stabilitas Fisik Sediaan Tablet Ekstrak Buah Pare (Momordica charantia L.) Secara Granulasi Basah Ira Nur Fadhilah', Dwi Saryanti’ ‘Program Studi D3 Farmasi, Sekolah Tinggi lmu Kesehatan Nasional Surakarta Korespondensi : Iranurfudhilah174@ gmail.com ABSTRAK Pendabuluan. Bush pare merupakan salah satu jenis tanaman obat yang digunakan oleh masyarakat degan Kandungan charantin yang berkhasiat menurunkan kadar glukosa dalam drab, Sediaan tablet _mempunyai Keuntungan yaitu mudah dikonsumsi dan tepat tkarannya schingga pada penelitian ini buah pare dibuat sediaan tablet. Tujuan penelitian {ni adalah untuk mengetahui konsentrasi bahan pengikat gelatin yang dapat menghasifkan sediaan tablet ekstrak buah pare (Momontica charantia 1.) dengan mutu fisik yang baik serta untuk mengetahui pengaruh gelatin sebagai bahan pengikat pada uji stabiltas Fisik sediaan tablet ekstrak buah pare (Momontica charantia L) ‘Metode. Pembuatan sediaan tablet eksirak buah pare adalah dengan metode granulasi bbasah karena zat aktif buah pare tidak tahan terhadap pemanasan diatas 60°C. Hasil Formula sediaan tablet ekstrak buah pare (Momordica charantia L.) dengan bahan ppengikat gelatin pada Konsentrasi 5%, 7.5%, 10% mampu menghasilkan sediaan tablet ‘yang memenuhi persyaratan uji pemeriksaan fisik sediaan tablet selama 28 hari. Konsentrasi pengikat gelatin memberi pengarub terhadap sift fisik granul dan sifat fisik sediaan tablet, Konsentrasi pengikat gelatin yang paling buik adalah formula 1M dengan Konsentrasi gelatin 10%, Kesimpulan.Semakin tinggi konsentrasi bahan pengikat maka kekerassn akan semakin tinggi dan kerapuban semakin turun. Kata Kunci: buah pare (Momordica charantia Ly; gelatin; granulasi basah ABSTRACT Introduction. Bitter melon is one type of medicinal plant used by the community with ccharantin content which has the effect of reducing glucose levels in the blood, Tablet preparations have the advantage of being easy to consume and exactly the size, so that in this study pare fruit was made tablet preparations. The purpose of this study was to determine the concentration of gelatin binder which could produce good physical quality pare (Momordica charantia L.) fruit extract tablets and to determine the effect of gelatin as ‘binder on the physical stability test of biter fruit extract tablets (Momordica charantia L) ‘Methods:The making of pare fruit extract tablets és by wet granulation method! because the active ingredients of bitter melon fruit are not resistant to warming above 600. Results. Tablet dosage form of bitter melon extract (Momordica charantia L.) with gelatin binder at a concentration of 58%, 7.5%, 10% was able to produce tablet preparations that fulliled the requirements for tablet physical examination for 28 days. The gelatin binding concentration has an influence on the physical properties of granules and the physical properties of tablet preparations, the best concentration of gelatin binder is formula TIL with {gelatin concentration of 10%. Conclusion. The higher the concentration of the binding material, the higher the hardness, and fragility decreases. ‘Keywords: Bitter Melon Extract (Momordica charamtia L.): Gelatin binder: WetGranulation. ‘SMART MEDICAL JOURNAL (2019) Vol. 2 No.1. eISSN : 2621-0916 Dipindai dengan CamScanner Fadhila, Saryant.Formulasi Dan Uji Stabiltas Fisik SediaanTublet Ekstrk Bush Pare (Momordica charanta L.) Secara Granulasi Basah PENDAHULUAN Obat tradisional telah digunakan masyarakat Indonesia sejak zaman dahulu, Salah satu obat tradisional yang digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah adalah buah pare (Momordica charantia L). Kandungan zat aktif dalam buah pare yang berguna dalam penurunan glukosa darah adalah charantin dan polypeptide-P insulin (polipeptida yang mirip insulin) yang memiliki komponen yang —menyerupai sulfonylurea, Manfaat dari charantin dan polypeptide-P insulin ini adalah_mencegah penyerapan glukosa pada usus dan ‘meningkatkan deposit cadangan gula glikogen di hati ', Pemanfaatan buah pare (Momordica charantia L.) pada umumnya digunakan dalam bentuk utub atau segar, sehingea untuk ‘meningkatkan kepraktisan dan kestabilannya ‘maka dikembangkan menjadi bentuk sediaan yang stabil dan praktisyaitu sediaan tablet. Sediaan tablet mempunyai__beberapa keuntungan, diantaranya adalah mudah untuk takarannya tepat, variablitas sediaan yang rendah, memiliki’ keseragaman yang baik, dikemas secara baik, praktis transportasi. —dan_——_penyimpanannya (stabilitasnya terjaga dalam sediaannya) serta mudah — ditelan, —schingga_—_diharapkan masyarakat dapat tertarik-—— untuk mengkonsumsi sediaan tablet ekstrak buah pare (Momordica charantia L.). Zat aktif yang terdapat dalam buah pare (Momontica charantia 1), diperoleh dengan melakukan penyarian zat aktif dengan ‘metode maserasi yaitu dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Metode ini sesuai dengan zat berkhasiat dari pare yaitu charantin yang tidak tahan tethadappemanasan tinggi atau rusak pada pemanasan diatas suhu 60°C *. Maserasi juga ‘merupakan metode yang mudah dilakukan dan alat yang digunakan sederhana. Pelarut penelitian ini adalah pelarut etanol 70%, hal ini dikarenakan kandungan senyawa yang akandiambil dari buah pare (Momordica charantia L.) adalah senyawa triterpenoiddan polisakarida yang pada umumnya larut dalam etanol, Kandungan zat aktif ekstrak pare tidak tahan panas pada suhu diatas 60°C, tidak tahan terhadap tekanan tinggi, sifat alir jelek apabila menggunakan granulasi _kering’, Berdasarkan sifat-sifat tersebut maka metode Pembuatan tablet ini dapat -menggunakan Dalam suatu sediaan farmasi, selain zat aktif juga dibutubkan eksipien atau bahan penolong. Salah satu bahan tambahan yang penting dalam pembuatan tablet adalah bahan pengikat. Bahan pengikat ini dimaksudkan untuk memberikan kekompakan dan daya tahan tablet, sehingga bahan _pengikat ‘menjamin penyatuan beberapa partikel serbuk dalam sebuah butir granulat. Dalam penelitian ini digunakan gelatin dengan kadar 5%, 7.5%, 10% sebagai bahan —pengikat, —karena dibandingkan dengan pengikat lain seperti tragakan, gom arab, polivinilpirotidon, gelatin bersifat lebih baik Karena tidak mudah terkontaminasi seperti tragakan dan gom arab sementara polivinilpirolidon _bersifat hhidroskopis. Kelebihan dari gelatin adalah SMART MEDICAL JOURNAL (2019) Vol, 2No, 1. eISSN : 2621-0016 26 Dipindai dengan CamScanner ‘Majeleh Farmesi Indonesia, 203), 141 - 150, 2009 Pembuatan garam ibuprofen dan aplikasinya dalam sediaan tablet Ibuprofen salt production and its application in tablet dosage form Lannie Hadisoewignyo *", Achmad Fudholi ”) dan M. Muchalal *? Falaltas Farmasi Unika Widya Mandala Surabaya 2 akultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta Fakultas MIPA Universitas Gadjah Mada Yogyaiarta Abstrak Ibuprofen merupakan suatu obat antiinflamasi yang praktis tidak larut dalam air. Selain itu, titk leleh yang rendah dan sifat alir yang kurang baik dari ibuprofen dapat mempersulit dalam proses pembuatan tabletnya. Penelitian ini bertujuan membuat garam natrium ibuprofen yang memiliki kelarutan dalam air yang baik. Garam atrium ibuprofen diperoleh dengan mereaksikan ibuprofen dengan atrium hidroksida, kemudian dilakukan karakterisasi_ dengan menggunakan TG/DTA, DSC, spektrofotometer UV-VIS, spektrofotometer IR, difraksi sinar-X, dan SEM, Pembuatan tablet dilakukan dengan metode granulasi basah. Hasil yang diperolen dari karakterisasal natrium ibuprofen hasil sintesis menunjukkan bahwa natrium ibuprofen hasil sintesis merupakan bentuk dihidrat dengan titik leleh 199,9 °C. Granul natrium ibuprofen hasil sintesis memiliki sifat alir yang lebih baik dan densitas yang lebih besar dibanding dengan granul Ibuprofen. Pada pengujlan mutu fisik tablet, tampak bahwa formula tablet atrium ibuprofen hasil sintesis memiliki kompaktibilitas yang lebih balk dibanding dengan formula tablet ibuprofen. Bentuk garam natrium deri Ibuprofen menunjukkan kecepatan pelepasan yang lebih tinggi dari pada Ibuprofen sehingga dapat memberikan mula kerja obat yang lebih cepat. Kata kunci: natrium ibuprofen, ibuprofen, disolus Abstract Ibuprofen is an anti-inflammatory drug and is practically insoluble in water. The low melting point and the poor flowability of ibuprofen can lead to process difficulty in tablets production. The purpose of this research was to make the sodium salt form of ibuprofen which has better solubility in water. Sodium ibuprofen salt was prepared _by reacting the ibuprofen and sodium hydroxide, then characterized using TG/DTA, DSC, spectrophotometer UV-VIS, spectrophotometer IR, X-ray diffraction, and SEM. Tablets were prepared by wet granulation method. ‘The characterization result showed that sodium ibuprofen result of the synthesis was dehydrate form with melting point of 199.9 °C. Granules of sodium ibuprofen result of the synthesis had better fiowability and bigger density than Ibuprofen granules. The physical characterization of the tablet showed that the formula of sodium ibuprofen resulted from the. Sodium Ibuprofen showed the higher release rate than ibuprofen so can give quicker ‘onset of action. Key words: sodium ibuprofen, ibuprofen, dissolution Mejolch Farmasi Indonesia, 20(3), 2009 141 Dipindai dengan CamScanner Pendahuluan Berdasarkan masalah-masalah yang ada pada ibuprofen, maka pembentukan garam dati Abuprofen dapat menjadi salah satu solusi dari problem yang ada, tampa merubah sifat farmakologinya, karena_pembentukan garam tidak mengubah struktur kimin dari senyawa (Dong, 2005). Garam ibuprofen dapat meningkatkan —disolusi_—obat_— dengan rmeningkatkan kemampuan untuk terbasahi dan rmeningkatkan kelarutan dalam air; sera dapat ‘meningkathan tik leleh dati ibuprofen schingya masalah pada saat pengeringan dan pencetakan tablet dalam formulasi dapat teratasi Metodologi ‘lat Mesin tablet singe pamih (model "TDP, Shanghai, China}, moniorge tapping deve (nwa, Germany), hardest teser” Sehleuniger Harness Tester, tipe 6D-30, Germany), jriliion eer GErweka, tipe TA-3, Germany), disletion ter (Erveka, tipe DITO, Germany), spektroforometer UVMIS) itachi,” "ape U-L10, Japa, spekirofotometce IR (Shimada, IR-Prestge-21}, Erber Moking Paint Appanats (cobra N00), Thermal Groriony/ ier heral Anais (VG/DIASciko SSC 520011, Seiko Instrument Tne-Tokjo, Japan), Difireni Scoming Calricty DSC-Sciko SSC S200, Seiko Instrument Inokyo, Japan, Difraktometer sinar-X (EOL. {IDX 3530, japan). Bahan Ibuprofen (BP/PhiEur, Shasun Chemicals ‘And Drugs Limited, Pondicherry, India), laktosa ‘monobideat (DMV International-Veghel-the Netherlands, Nethedand), — amilum ‘magnesium stearat (Peter Greven CV, Nederland), hiklroksida (ja; Merck," Darmstad, 142 Pembvatan garam ibuprofen den aphikasin.... Germans), kalium dihideogen fosfat (pa; E: Merch, Darmstadt, Germany) Jalan penelitian Pembuatan garam natrium ibuprofen NaOH dilacutkan dalam ait, di dalam gelas piala, kemudian dipanaskan di atas bu pte magnets imer dengan. sub 60 ~ 63 °C. Ibuprofen dengan perbandingan mol techadap NaOH 105 5 1, larutkan sedikit-sedikit dalam lawtan NaOH dan diaduk dengan mengyunakan amgyntic stirer pada skala 7 (1320 epm) hingga selueuh ibuprofen larut Tarutan ibuprofen dalam NaOH dibiarkan pada suhu kamar sampai terbenruk keistal hasl sintsis Keistal yang dihasilkan dimurikan dengan ‘ckristalsasi menggunakan aseton sebagai ant leat dan dikeringkankembali pada suhu kamar. Dilakukan Karakterisasi beistal garam nateium, ‘ibuprofen yang diperoleh, Karakterisasi garam natrium iby Penetapan pola tesmogeam —TG/DTA (Chermal— Gravimety/ Difrental Thermal Analy) dilakukan dengan cara menimbang 6 mg sampel, kkemudian ditetapkan pola termogeam pada rentang uh dengan kecepatan pemanasin 10 °C/menit. Proses endotermik atau cksotermik yang terjad dicatat pada rekorder, slain ita diamati persentase air yang hilang. Penetapan pola termogeam DSC (Difrenial Scanning Calrionty) —diakukan dengan cara ‘menimbang 6 mg sampel, kemudian ditetapkan pola termogram pada rentang suhu 30-230 °C, dengan ecepatan pemanasan 10 °C/menit. roses endotermik atau eksoteemik yang teria dicatat pada ckorder. Spektrum ultraviolet diperoleh dengan cara mengamatiserapan ibuprofen dan atrium: ibuprofen dalam larutan NaOH 0,1 N, paca panjang sgelombang antara 200-400 nm, Spektrum inframerah diperoleh dengan cara mengamati serapan pelet ibuprofen mauypun hatrium ibuprofen pada bilargan gelombang 4000 400 em, Pelet diperoleh dengan cara menimbang sampel dengan kadar 1-2 % yang digerus bersama KBr sampai_halus dan homogen, kemudian ‘campuran terscbut ditekan dengan penekan hidrolik dalam uangan hampa sclama $ menit schingga iperoleh felt yang trnsparan. Selanjutnyn pelt tersebut dimasukkan dalam alat spektrofotometer inframerah, Penetapan pola difaksi sinae-X-diakulan dengan cara menimbang. 5 mg serbuk, diamati pada ‘du 20, interval 5 ~ 50°C, dengan radiasi Cu-kx. Morfologi permukaan artikel diamati ‘menggunakan SEM (Saamning Ehetron dengan ‘Majalch Farmesi Indonesia, 20(3), 2009 Dipindai dengan CamScanner JPSCR: Journal of Pharmaceutical Science and Clinical Research, 2019, 02, 95-108 DOI: 10.20961 /jpscr.v4i2.33622 Perbedaan Metode Penambahan Bahan Penghancur secar Intragranular- Ekstragranular terhadap Sifat Fisik serta Profil Disolusi Tablet Ibuprofen Sholichah Rohmani* dan Hilda Rosyanti Prodi D3 Farmasi, Fakultas Matematika dan Tima Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret Surakarta email korespondensi: licha.apt@ gmail.com ‘Abstrak: Amilum pro tablet (Amprotab) sebagai bahan penghancur memiliki kekuatan pada aksi kapiler yang akan menarik cairan ke dalam tablet dan diharapkan dapat mempercepat waktu hhancur tablet sehingga mempermudah ibuprofen untuk melarut. Kecepatan hancurnya tablet ditentukan oleh posisi bahan penghancur. Secara intragranular tablet akan dipecah menjadi partikel penyusun. Sedangkan secara ekstragranular tablet akan dipecah menjadi granul. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode penambahan bahan penghancur secara intragranular, ekstragranular dan kombinasinya terhadap sifat fisik dan profil disolusi tablet ibuprofen. Pembuatan tablet ibuprofen dilakukan dengan metode granulasi basah. Tablet formula | dibuat secara intragranular, formula 2 kombinasi intragranular-ekstragranular dengan perbandingan 50:50 dan formula 3 secara ekstragranular. Granul kering yang homogen kemudian diuji sifat fisik granul meliputi ; waktu alir dan sudut diam, Kemudian dicetak dengan diberi tekanan kompresi yang sama. Evaluasi tablet meliputi keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur, penetapan kadar dan disolusi. Hasil yang diperoleh dibandingkan dengan literatur standard dan dianalisis secara statistik. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa penambahan amprotab sebagai bahan penghancur secara intragranular dan ekstragranular dengan perbandingan konsentrasi yang berbeda mempengaruhi sifat fisik pada keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur serta profil disolusi tablet ibuprofen, tctapi tidak berpengaruh pada kadar ibuprofen yang terkandung dalam tablet. Formula tablet yang baik yaitu F2 karena menghasilkan tablet yang memenuhi semua syarat uji sifat fisik tablet dan profil disolusi tablet ibuprofen. Kata kunci: Tablet; Ibuprofen; Bahan penghancur, Profil disolusi Abstract. Difference in the Method of Mixing Intragranular-Extragranular Disintegrant ‘on the Properties Dissolution Profile of Ibuprofen Tablets. Amprotab as a disintegrating agent has strength in capillary action that will pull the fluid into the tablet and is expected to improve the solubility of ibuprofen. The speed of dissolving the tablet is determined by the position of the disintegrating agent, In intergranular way, the tablet will be dissolved into constituent particles. While, in the extragranular way, the tablet will be dissolved into granules. This research aims to find out the influence of intergranular and extragranular disintegrating agents adding and its combination towards physical properties and dissolution profile of ibuprofen tablet, The making of ibuprofen tablet is conducted by using wet granulation method. The tablet is made with comparison variation of disintegrating agents adding in intergranular and extragranular way with concentration of F1(100:0), F2(50:50) and F3(0:100), The homogeneous dry granules are then tested for its granule physical properties which include: time of flow and steady angle. Then they are printed with the same compression pressure. Tablet evaluation includes weight similarity, hardness, fragility, disintegration time, determination of the level and dissolution, The result obtained are compared with standard literature and are analyzed statistically. The results obtained show that the addition of amprotab as a Dipindai dengan CamScanner J Pharm Sci Clin Res, 2019, 02 96 disintegrating agent in intergranular and extragranular way with the different comparison of concentration influence the physical properties on weight similarity, hardness, and fragility as well as dissolution profile of ibuprofen tablet, However, it does not influence on the determination of the level. A good tablet formula is F2 because it produces tablets that meet the requirements of physical properties and dissolution profiles of ibuprofen tablets, Keywords: Tablet; Ibuprofen; Disintegrating agent; Dissolution profile 1, Pendahuluan Penggunaan obat dengan cara diminum atau oral menjadi pilihan pertama untuk mecapai efektifiitas terapi secara sistemik, dan sediaan yang banyak disenangi yaitu sediaan padat Baan tambahan tablet salah satunya yaitu bahan penghancur, Penggunaan zat penghancur pada formulasi tablet dimaksudkan untuk mempercepat larutnya obat selepas hancur menjadi fragmen kecil (Anief, 2013), Ibuprofen dipilih sebagai zat aktif karena ibuprofen salah satu obat_ ‘Schingga kecepatan pelepasan obat akan meningkat: Bahan penghancur dalam formulasi tablet dapat mempercepat waktu hancur dan mudah melarutkan bahan tambahan lain dalam tablet (Deshmukh, 2012). Bahan penghancur yang digunakan yaitu amprotab (amilum pro tablet) karena memiliki sifat pada aksi kapileya. Aksi kapiler dapat menyebabkan cairan medium menembus tablet. Mekanisme ini berlawananan dengan mekanisme aksi dari bahan pengikat sehingga akan membantu tablet untuk hancur. Amprotab juga merupakan bahan yang mudah didapatkan dan ckonomis (Voigt, 1994), Bahan penghancur dapat ditambahkan secara intragranular dimana pencampurannya dilakukan sebelum proses granulasi. Bahan penghancur juga bisa ditambakan secara ekstragranular, dimana proses pencampurannya setelah terbentuk ¢granul kering. Bahan penghancur juga dapat ditambahkan secara kombinasi intragranular dan ekstragranular (Odeku and Akinwande, 2012). Efisiensi mekanisme kerja bahan penghancur akan lebih optimal bila dikombinasikan dengam perbandingan 50:50 antara pencampuran intra dan ekstragranular, sehingga mekanisme penghancuran akan lebih baik karena adanya gabungan dari kedua metode tersebut, Bahan penghancur yang dicampur dengan secara ekstragranular menyebabkan pemerataan zat penghancur yang lebih baik karena menyebar di Dipindai dengan CamScanner PEMANFAATAN KULIT MANGGIS (Garcinia mangostana L) SEBAGAI FORMULASI TABLET ANTI KANKER YANG PRAKTIS DAN EKONOMIS Shalahuddin Al Madury (11613095), Farida Fakhrunnisa (11613037), Azizah Amin (11613 143). Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA Abstrak Based on data from the World Health Organization (WHO 2010) deadly dis- ease cancer is number two in the world after heart disease. Therefore, there is need for intensive treatment to overcome these health problems, as proclaimed in the drait long-term development of health of the Republic of Indonesia. One of the plants can be used as an anticancer is mangosteen, Garcinia mangostana L. This plant contains a compound-mangostin xanthone especially play a role in cancer treatment with antioxidants that work crate scavenge free radicals so that a non-radical compounds. Required best alternative in tablet dosage that use more practical and economical as the innovation of the preparation syrups tend to be more complicated and expensive. The method used in this study using the literature method. From the discussion carried out could be concluded that man- gosteen peel extract (Garcinia mangostana L) is effective for the treatment of cancer with good stability and a practical and economical, so is very potential to be accepted by society. Keywords: Cancer, Skin Extract Mangosteen (Garcinia mangostana L), Tablet, Practical, Economical. PENDAHULUAN vaskular, kanker, dan penyakit tidak menular lainnya (Anonim, 2009). Semakin tahun penderita kanker di dunia terus bertambah. Jumlah kasus Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang bidang kesehatan (RPJP) In- donesia tahun 2005-2025 menyebutkan bahwa, tantangan masa depan pem- bangunan kesehatan adalah pencegah- an dan pemberantasan penyakit salah satunya penyakit jantung, kardio- baru dan kematian akibat kanker pun ssemakin meningkat. Bahkan diperkira- kan jumlah penderita kanker di dunia naik hingga 300 kali lipat pada tahun 2030 dibandingkan dengan tahun 2005. 1 Dipindai dengan CamScanner KHAZANAH, Vol. 5 No.2 Januari 2012 dan tumbuh secara progressif, jika tidak dibuang, Akibatnya pola penyebarannya saringkali tidak teratur. Jadi, dua bahaya dari neoplasma ganas yaitu kemam- Puannya menginvasi jaringan normal dan kemampuannya membentuk metastasis.salah satu cara terjadinya metastasis adalah adanya infasi pem- buluh darah yang mengakibatkan me- tastasis hematogen ( Price, 1995). Tanaman manggis merupakan tanaman yang berbuah musiman. Mang- gis sejenis pohon hijau abadi dari daerah tropika yang diyakini berasal dari Kepu- lauan Nusantara. Tumbuh hingga men- capai 7 sampai 25 meter. Buahnya juga disebut manggis, berwarna merah keunguan ketika matang, meskipun ada pula varian yang kulitnya berwarna merah. Buah manggis dalam perda- gangan dikenal sebagai “ratu buah", sebagai pasangan durian, si ‘raja buah’. Buah ini mengandung mempunyai aktivitas antiinflamasi dan antioksidan. ‘Sehingga di luar negeri buah manggis dikenal sebagai buah yang memilikikadar antioksidan tertinggi di dunia. Klasifikasi ilmiah dari buah manggis sebagai berikut: ‘mangostanal..) (Anonim, 2012*) Kerajaan_: Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas: Magnoliopsida Ordo : Malpighiales Famili : Clusiaceae Genus —: Garcinia Spesies : G mangostana Buah dengan nama latin Garcinia mangostana L memiliki segudang manfaat baik dari isi, biji, sampai kulit- nya. Kulitnya mengandung senyawa a- mangstin dari golongan senyawa xan- thone. Senyawa ini merupakan zat antioksidan yang dapat menangkap radikal bebas dalam tubuh. Senyawa ini memiliki banyak kegunaan bagi ke- sehatan tubuh. Beberapa penelitian, salah satunya yang termuat dalam Journal of Pharmacy and Pharmacol- ogy menyebutkan bahwa xanthone mempunyai fungsi sebagai obat kanker (Na, 2009). Selain itu juga, senyawa dari kulit buah manggis ini juga memiliki ak- tivitas sebagai dengan atau tanpa ba- han pengisi. Berdasarkan metode pembuatannya, dapat diklasifikasikan 4 Dipindai dengan CamScanner Farmaka Suplemen Volume 16 Nomor 1 7 REVIEW ARTIKEL: FORMULASI DAN EVALUASI SEDIAAN GRANUL EFFERVESCENT DAN SEDIAAN TABLET DENGAN METODE GRANULASI BASAH Sharimina Venu Gopalan, Dolih Gozali Program Studi Sarjana Farmasi Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran, JI, Raya Bandung Sumedang km 21 Jatinangor 45363 sharmivenu03@ gmail ABSTRAK Dalam penelitian pertama, digunakan tanaman herbal Calliandra haematocephala (Fabaceae) yang berguna sebagai anti-oksidan, antiinflamasi, imunomodulator, antikonvulsan, antiulcerogenik dan juga antibakter. Daun kering serbuk tanaman diekstraksi dan dilakukan pendahuluan tes kimia. Kemudian diformulasikan ke dalam butiran-butiran halus dan kemudian dievaluasi untuk berbagai parameter seperti sudut istirahat, studi pembubaran, dan waktu berhentinya efervesen. Pendahuluan studi kimia menunjukkan bahwa ekstrak mengandung karbohidrat, alkaloid, flavonoid, glikosida dan protein. Diformulasikan granul effervescent menunjukkan sifat aliran yang sangat baik yang menunjukkan sudut istirahat yang baik, indeks Carr, rasio Hausner, jumlah besar kepadatan dan kerapatan yang disadap. Fenofibrate adalah obat dari kelas fibrat yang digunakan untuk mengurangi kadar kolesterol pada pasien yang berisiko penyakit kardiovaskular. Dalam penelitian ini, tablet fenofibrate disiapkan dengan metode granulasi basah menggunakan sodium lauryl sulfate (SLS) dan Povidone k-30 sebagai agen pengikat dengan berbagai konsentrasi dan dievaluasi untuk keseragaman berat, Kerapuhan, kekerasan, ketebalan, disintegrasi dan pembubaran. Di antara formulasi ini Fenol telah menunjukkan pelepasan yang lebih baik dari Feno2 dan Feno3. Kata kunci: formulasi, granul effervescent, granulasi basah ABSTRACT In the first study, herbs called Calliandra haematocephala (Fabaceae) were used as anti- oxidants, anti-inflammatory, immunomodulatory, anticonvulsant, antiulcerogenic and also antibacterial. The dried leaves of the plant powder are extracted and carried out the chemical test preliminary. It is then formulated into fine granules and then evaluated for various parameters such as rest angles, dissolution studies, and cessation time of effervescent. Introduction Chemical studies show that the extract contains carbohydrates, alkaloids, flavonoids, glycosides and proteins. Formulated effervescent granules exhibit excellent flow properties that exhibit good resting angles, Carr index, Hausner ratios, large amounts of density and density are tapped. Fenofibrate is a drug of the fibrate class used to reduce cholesterol levels in patients at risk of cardiovascular disease. In this study, fenofibrate tablets were prepared by wet granulation method using sodium lauryl sulfate (SLS) and Povidone k-30 as a binder agent with various concentrations and evaluated for heavy uniformity, brittleness, hardness, thickness, disimegration and dissolution. Among these formulations Fenol has shown a better release of Feno2 and Feno3. Keywords: formulation, effervescent granules, wet granulation Diserahkan: 03 Juli 2018, Diterima 03 Agustus 2018 Dipindai dengan CamScanner Farmaka Suplemen Volume 16 Nomor 1 PENDAHULUAN ‘airan yang ditambahkan memiliki peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk div antara partikel dan kekuatan ikatannya akan meningkat bila jumlsh cairan yang, ditambahkan meningkat, gaya tegangan permukaan dan tekanan kapiler paling penting pada awal pembentukan granu, bila cairan — sudah —_ditambahkan pencampuran dilanjutkan sampai_ tercapai 118 dispersi yang merata dan semua bahan pengikat sudah bekerja, jika sudah diperoleh_ massa basah atau lembab maka massa dilewatkan pada ayakan dan diberi tekanan dengan alat penggiling atau oscillating granulator tujuannya agar terbentuk granul sehingga Iuas permukaan ‘meningkat dan proses pengeringan menjadi lebih cepat, setelah pengeringan granul diayak kembali ukuran ayakan tergantung pada alat penghancur yang dugunakan dan ukuran tablet yang akan dibuat. FORMULASI BUTIRAN EFFERVESCENT HERBAL DAN SEDIAAN TABLET Digunakan metode — granulasi basah untuk kedua- dua penelitian effervescent butiran herbal dan juga sediaan tablet. Ekstrak dikeringkan dalam oven pada suhu 60°C hingga berat konstan dan digiling dalam lesung dan alu untuk membuat serbuk kemudian dicampur dengan jumlah Komponen lain yang dihitung. Bahan pengikat ditambahkan dan dibentuk menjadi pasta dan diratakan ‘menggunakan saringan No. 40, Kemudian cukup alkohol ~~ ditambahkan untuk membuat massa basah. Massa ini dilewatkan melalui saringan No, 20 untuk mendapatkan butiran dan butiran-butiran ini dikeringkan dalam oven udara panas Dipindai dengan CamScanner Majalah Farmasetika, 5 (2) 2020, 82-93 https:/doi.ora/10.24 Metode Pembuatan dan Kerusakan Fisik Sediaan Tablet ‘Nadya Nurul Zaman", lyan Sopyan? ‘Program Studi Profesi Apoteker, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran. 2Departemen Farmasetika dan Teknologi Farmasi, Fakultas Farmasi, Universitas Padjadjaran. Ji. Raya Bandung, Sumedang Km 21 Jatinangor, 45363 oak “E-mail: nadyanurulzaman@gmail.com (Submit 12/2/2020, Revisi 14/2/2020, Diterima 16/2/2020) Abstrak Rute pemberian obat secara oral sangat disukai oleh sebagian besar pengguna. Salah satu bentuk sediaan oral yang paling disukai adalah tablet. Tablet merupakan bentuk sediaan padat yang mengandung bahan aktif dengan atau tanpa bahan pengisi. Metode dalam penulisan review artikel ini adalah studi pustaka secara elektronik dengan mengakses situs pencarian jurnal internasional dan nasional yang memenuhi kriteria inklusi. Pada review artikel ini akan dibahas mengenai metode umum pembuatan tablet, yaitu terdapat tiga metode diantaranya metode granulasi basah, metode granulasi kering dan metode kempa langsung, serta kemungkinan - kemungkinan masalah umum terjadinya kecacatan fisik tablet yang sering ditemui bersama dengan penyebabnya dan cara mengatasi sumber masaiah tersebut. Selama proses pembuatan, penyimpanan dan pendistribusian tablet sering kali ditemui masalah kerusakan fisik tablet seperti capping, lamination, cracking, chipping, sticking, picking, binding, mottling dan double impression, yang dapat mengurangi penerimaan oleh pengguna dan keefektifan fungsional sediaan. Kata kunci: Tablet, Metode Pembuatan, Kerusakan Fisik. Outline Pendahuluan Metode Hasil & Pembahasan + Metode Umum Pembuatan Tablet + Masalah Umum Dalam Proses Pembuatan Tablet (visual defect) dan Cara Mengatasinya Kesimpulan Ucapan Terimakasih Daftar Pustaka Pendahuluan Dipindai dengan CamScanner N.N. Zaman, Majalah Farmasetika, 5 (2) 2020, 62-93 Tabel 1. Kelebihan dan Kekurangan Metode Granulasi Basah'? 2. Metode Granulasi Kering Metode granulasi kering sering digunakan apabila zat aktif yang digunakan dalam formulasi bersifat termolabil atau sensitif terhadap lembap dan panas, serta memiliki sifat alir dan kompresibilitas yang relatif buruk. Pembuatan tablet dengan metode granulasi kering bertujuan untuk dapat meningkatkan sifat alir dan atau kemampuan kempa massa cetak tablet. Metode granulasi kering dilakukan dengan cara menekan massa serbuk pada tekanan tinggi sehingga menjadi tablet besar (slug) yang tidak berbentuk baik, kemudian digiling dan diayak hingga diperoleh granul dengan ukuran partikel yang diinginkan. Keuntungan granulasi kering adalah tidak diperlukan panas dan kelembapan dalam proses granulasi sehingga cocok untuk zat aktif dan eksipien yang sensitif terhadap panas dan lembap. Pembuatan tablet dengan metode granulasi kering juga dapat dilakukan dengan meletakkan massa cetak serbuk diantara mesin rol yang dijalankan secara hidrolik untuk menghasilkan massa padat yang tipis, selanjutnya diayak atau digiling hingga diperoleh granul dengan ukuran yang diinginkan™"2.13, 385 Dipindai dengan CamScanner Prosiding Seminar Nasional Kesehatan | 2021 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Karakteristik dan Evaluasi Granul Ekstrak Daun Kersen (Muntingia calabura L.) dengan Metode Granulasi Basah Muti’ Sya’bania’, Dwi Bagus Pambudi”’, W. Wirasti’, St. Rahmatullah* 128 Program Studi Sarjana Farmasi, Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan, Indonesia email: dwibaguss89@qmail.com Abstract Kersen (Muntingia calabura L.) is a medicinal plant that has the effect of being a source of natural antioxidants that can counteract free radicals in the body. The purpose of this study was to determine the characteristics of Kersen leaf extract granules (Muntingia calabura L.) which can meet the physical requirements of good granules. The method of making granules is by using the wet granulation method. The evaluation of the granules carried out includes tests of moisture content, flow rate, angle of repose, and compressibility. Data analysis was carried out qualitatively by referring to the literature on the Theory and Practice of Industrial Pharmacy Editions II and III as well as Pharmaceutical Technology Textbooks. The granule characteristics of all formulas meet the requirements of a good granule evaluation test. The characteristics of the granules that are close to perfect are in formula It with 20% Avicel pH 101 and 10% Amprotab. The results of the evaluation of the granules obtained were 1.00% water content test, 19.08 gr/second flow rate test, 26.92° angle of repose test, 9.80% compressibility test. Keywords: Kersen Leaf Extract, Granules, Characteristics. Abstrak Kersen (Muntingia calebura \.) adalah tanaman obat yang mempunyal efek sebagai sumber antioksidan alami yang dapat menangkal radikal bebas dalam tubuh. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik granul ekstrak daun Kersen (Muntingia cafabura L.) yang dapat memenuhi persyaratan fisik granul yang baik. Metode pembuatan granul yaitu dengan menggunakan metode granulasi basah. Evalusi granul yang dilakukan yaitu meliputi uji kadar air, laju aliran, sudut diam, dan kompresibiltas. Analisis data dilakukan secara kualitatif dengan mengacu pada literatur buku Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi Il dan III serta buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Karakteristik granul semua formula memenuhi syarat dalam Uji evaluasi granul yang baik. Karakteristik granul yang mendekati sempuma yaitu pada formula II dengan kadar avicel ph 101 20% dan amprotab 10%. Hasil evaluasi granul yang didapat yaitu uji kadar air 1,00%, ui laju alir 19,08 gr/detik, uji sudut diam 26,92°, uji kompresibiltas 9,80%. Kata kunci: Ekstrak Daun Kersen, Granul, Karakteristik. 1. Pendahuluan Tanaman Kersen ini adalah salah satu tanaman obat yang dianggap memiliki efek sebagai sumber antioksidan alami (Nishantini et al., 2012). Karena tanaman kersen memiliki kandungan flavonoid, tanin, dan saponin yang berkhasiat sebagai aktivitas antioksidan (Danugroho & Widyaningrum, 2014) (Prasetyanti et al., 2016). Selain memiliki efek sebagai antioksidan, daun Kersen juga memiliki efek sebagai kardioprotektif, antipiretik, antiinflamasi, antidiabetes, antibakteri dan antiulcer oo Seminar Nasional Kesehatan, 2021 Page 1737 Dipindai dengan CamScanner Prosiding Seminar Nasional Kesehatan | 2021 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan 4, Evaluasi Granul 3. Hasil dan Pembahasan Hasil 1. Pembuatan Simplisia Tabel 3.1 Hasil Penyiapan Bahan Baku Ekstrak Berat Borat Berat_Randemen Daun basah kkering serbuk (%) n Hasil 4 2 05 125 2. Pembuatan Ekstrak ‘Tabel 3.2 Hasil Pembuatan Ekstrak Daun Kersen Ekstrak erat Pelarutetanol Maserat —Ekstrak — Randemen Daun serbuk 96% oO 1 (%) Kersen Hasil 500, 45 2 156 3 Se eal Seminar Nasional Kesehatan, 2021 Page 1740 Dipindai dengan CamScanner Prosiding Seminar Nasional Kesehatan | 2021 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan Hasil dari penelitian yang telah dilakukan hasil dari perhitungan bobot granul dengan waktu alimya didapatkan hasil Fl yaitu 15,73 gr/ detik, FIL yaitu 19,08 gr/detik, FIII yaity 14,75 gr/ detik dan FIV yaitu 15,96 gr/ detik. Sehingga simpangan deviasi yang didapat yaitu 1,874904 gr/detik yang artinya aliran granul yang didapat memenuhi syarat semua menurut Lachman, 1994 yaitu masuk dalam rentang bebas mengalir karena syarat sifat alir yang baik yaitu > 10 gr/detik yaitu bebes mengalir. Dapat disimpulkan bahwa FII adalah granul yang balk karena nilai alinya paling besar. Sehingga semakin besar sifat alir yang didapat maka semakin kecil sudut diam yang didapatkan. Granul yang telah dikeringkan dalam oven dapat kering dengan baik dan tidak lembab. Karena semakin granul lembab, maka akan semakin lama waktu granul untuk mengalir. Hal ini disebabkan karena granul yang lembab akan cepat menggumpal dan menempel pada partikel lainnya. . Sudut Diam Hasil pengujian sudut diam menunjukkan bahwa rata-rata hasil yaitu FL dengan hasil 25,31°, FII dengan hasil 26,92°, FIII dengan hasil 27,45° dan FIV dengan hasil 27,45°. Sehingga didapatkan simpangan deviasinya yaitu 1,012962°. Dari hasil ini didapat nilai rata-rata sudut diam terkecil pada F1 dan paling besar pada FIII dan FIV. Namun FI lebih baik karena paling mendekati syerat sangat balk yaitu < 25°, Hal ini dikarenakan adanya perbedaan variasi kadar bahan pengikat dan bahan penghancur pada masing-masing formula yang dapat mempengaruhi sudut diam dari massa granul. Sehingga Fl, FIL, FIIT dan FIV memenuhi syarat semua yaitu menurut Lachman, 1994 sudut diam dalam rentang 25-30° yaitu aliran granul baik. Namun formula yang balk yaitu FI karena gaya tarik dan gaya gesek antar partikel kecil. Sehingga semakin kecil ukuran partikelnya maka kohesivitas partikel akan semakin tinggi, maka dapat mengurangi kecepatan alirnya granul, sehingga sudut diam akan semakin besar. Aliran granul menjadi lebih buruk jika granul tersebut lembab. Dalam hal ini proses pengeringan dapat memperbaiki sifat alir granul. ‘Seminar Nasional Kesehatan, 2021 Page 1744 Dipindai dengan CamScanner Prosiding Seminar Nasional Kesehatan | 2021 Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan a. Kompresibilitas ‘Pada pengujian kompresibilitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui ‘kemampatan campuran granul atau serbuk dan untuk menentukan apakah p—— he rr Hasi pereabaon preseniase Kompresiblitas terhadap sft alten gran disimpulkan bahwa FI 11,11%, FIT 9,80%, FIII 13,33%, dan FIV 12%, Sehingga didapatkan simpangan deviasinya yaitu 1,486226 %. Menurut Voight, 1994 semua formula memenuhi syarat pada rentang 5-15% yaitu sifat aliran granul sangat baik, Namun hasil FIT menunjukkan nilai paling terkecil yaitu 9,8%, yang artinya granul tersebut dianggap lebih baik dari granul FI, FIII dan FIV, walaupun sama-sama sifat aliran granuinya sangat baik. Bahan pengikat yang digunakan yaitu Avice! ph101. Avicel ph 101 ini memiliki daya ikat yang kuat karena adanya ikatan hidrogen sehingga membentuk sediaan yang keras (Tovey, 2018). Dan bahan penghancur yang digunakan yaitu amylum manihot dengan konsentrasi 5% dan 10%. Konsentrasi ini sesuai dengan literatur bahan penghnacur yang baik yaitu 3-15 % (Rowe. dkk, 2003). Dengan kombinasi avicel ph 101 sebagai pengikat dan amprotab (amilum manihot) sebagai bahan penghancur memberikan kompresibilitas granul atau serbuk yang baik. Karena avicel adalah produk —aglomerasi dengan distribusi ukuran partikel yang besar dan menunjukkan sifat alir serta kompaktiblitas yang baik. 4. Kesimpulan Dari keempat formula dapat disimpulkan bahwa karakteristik granul semua formula memenuhi syarat dalam uji evaluasi granul yang baik menurut buku Teori dan Praktek Farmasi Industri Edisi II dan III serta buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Namun, karakteristik granul yang mendekati sempurna yaitu pada formula II dengan kadar avicel ph 101 20% dan amprotab 10%. Hasil evaluasi granul yang didapat yaitu Uji kadar air 1,00%, uji laju aliran 19,08 gr/detik, uji sudut diam 26,92", uji kompresibilitas 9,80%. Referensi [1] BPOM RI. (2013). Pedoman Cara Pembuatan Simplisia Yang Baik. jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia. [2] Danugroho, E.S. & Widyaningrum, NN.R. (2014). Aktifitas Analgetik Infusa Daun Kersen (Muntingia calabura L.) pada Mencit Jantan Ras Swiss. Indonesian Journal ‘On Medical Science. Vol. 1. No. 2. [3] Hadisoewignyo L. dan Fudholi A. (2013). Sediaan Solida. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. [4] Handayani, F., dan T. Sentat. (2016). Uji Aktivitas Ekstrak Etanol Daun Kersen (Muntingia calabura L.) Terhadap Penyembuhan Luka Bakar Pada Kulit Mencit Putih Jantan (Mus musculus). Jurnal IImiah Ibnu Sina. 1. pp. 131~ 142. se Seminar Nasional Kesehatan, 2021. Page 1745 Dipindai dengan CamScanner PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693 PENGARUH GELATIN, AMILUM DAN PVP SEBAGAIBAHAN PENGIKAT TERHADAP SIFAT FISIK TABLET EKSTRAK TEMULAWAK (Curcuma Xanthorrhiza, Rxob) Widya Cahya Ariswati, Agus Siswanto, Dwi Hartanti Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Purwokerto Abstrak ‘Temulawak (Curcuma Xanthoriza, Roxb) merupakan salah satu obat alam yang banyak tersebar di Indonesia. Berdasarkan penelitian dan pengalaman, temulawak telah terbukti berkhasiat dalam menyembuhkan berbagai penyakit dan juga sebagai hepatoprotektor-Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahul pengaruh gelatin, amilum, dan PVP pada konsentrasi 5% sebagai bahan pengikat terhadap sifat fisik tablet ekstrak temulawak. Pembuatan tablet menggunakan metode granulasi basah. Dalam penelitian ini dibuat tiga formula dengan menggunakan bahan pengikat berbeda tetapi konsentrasinya sama (gelatin 5%, amilum 5%, PUP 5%).Tablet yang dihasilkan diujisifat fisiknya yaitu keseragaman bobot, kekerasan, kerapuhan dan waktu hancur. Data yang. diperoleh dilakukan uji Anava satu jalan dan apabila ada perbedaan dilanjutkan uji BNT. Berdasarkan hasil percobaan diperoleh bahwa gelatin sebagai bahan pengikat tablet cekstrak temulawak menghasilkan tablet yang kekerasannya relatif besar, kerapuhannya kecil dan waktu hancurnya lama. Amilum sebagai bahan pengikat menghasilkan tablet ekstrak temulawak yang kekerasannya kecil, kerapuhannya relatif besar, waktu hancur cepat. PVP sebagai bahan pengikat menghasilkan tablet ekstrak temulawak yang. kekerasannya kecil, kerapuhannya relatif besar dan waktu hancurnya cepat. Kata kunci : Temulawak (Curcuma Xanthoriza, Roxb), gelatin, amilum , PVP Abstract Temulawak (Curcuma Xanthoriza, Roxb) is one of medicinal plant in Indonesia., temulawak hos been known effective os hepatoprotector. The purpose of this study is to determine the influence of gelatin, amilum and PVP at concentration of 5% as a binder to the physical properties of temulawak extract tablets. Tablets are made using wet granulation method. There are three formulas using different binder. The resulting tablets are tested for physical properties (weight uniformity, hardness, fragility, and disintegration time). The obtained data then proceed with one way anova and BNT test. From experimental results obtained that the gelatin as binder of temulawak extract tablet produced relatively hard, small fragility and long disintegration time, amilum as a tablet binder produce temulawak ekstract tablets that had the small level of hardness, the fragility ore relatifely big,quick time destruction and PVP as a binder produce temulawak extract tablet that had the small level of hardness, the fragility are relatfely big and quick time destruction. Keywoards : Temnulawak (Curcuma Xanthoriza, Roxb), gelatin, amylum, PVP. Dipindai dengan CamScanner PHARMACY, Vol.07 No. 02 Agustus 2010 ISSN 1693-3591, Pendahuluan Sediaan tablet_memiliki keuntungan Temulawak (curcuma diantaranya: penampilannya menarik, xanthorrhiza, Roxb.) adalah salah satu takaran dosisnya tepat, pemakalannya Jjenis tanaman asli indonesia yang mudah, stabil secara fisika dan kimia, tumbuh di daerah tropis. Berdasarkan pengemasan dan _penyimpanannya penelitian yang telah dilakukan praktis (Voigt, 1995:165). sebelumnya temulawak terbukti dapat ‘Adapun bahan yang digunakan menyembuhkan berbagai_penyakit. dalam penelitian ini adalah gelatin, Salah satu diantaranya yaitu dapat ‘amilum dan PVP yang berfungsi sebagai digunakan sebagai hepatoprotektor bahan pengikat dalam _pembuatan (Afifah, 2003: 1-3) tablet temulawak. Bahan pengikat akan Pesatnya perkembangan imu mempengaruhi balk buruknya suatu pengetahuan dan teknologi di bidang sediaan tablet. Amilum sebagai bahan farmasi_ menyebabkan —_terjadinya pengikat yaitu menghasilkan tablet yang. peningkatan kebutuhan formulas! yang rapuh sehingga waktu disintregannya tepat dalam mengolah bahan alam lebih singkat tetapi sulit dikeringkan. menjadi bentuk —sediaan yang acceptable (mudah diterima). Untuk mendapatkan suatu formulasi sediaan tapi" /Sedikit/RigrOSKODISY Gelatin yang memenuhi parameter kualitas, sebagai bahan pengikat yaitu maka perlu adanya upaya perbaikan digunakan pada senyawa yang Sulit secara terus menerus, —sehingga diikat, akan tetapi_—_cederung. diharapkan dapat meningkatkan minat menghasilkan tablet yang keras, masyarakat dalam mengkonsumsi obat- sehingga —waktu —_disintregannya obatan dari bahan alam (Afifah, 2003: membutuhkan waktu yang lama selain 12-13). itu rentan terhadap mikroba (Lachman Berdasarkan pemikiran tersebut kk, 1994:162). ‘maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh penambahan bahan pengikat ‘Metode Penelitian pembuatan tablet ekstrak temulawak. a. Ekstraks! Bentuk sediaan yang dipilin dalam Rimpang temulawak —dicuci Penelitian ini adalah sediaan tablet. bersin, dipotong —melintang dan Dipindai dengan CamScanner 4 Jurnal Pharmascience, Vol. 04 , No.01, Februari 2017, hal: 74 - 84 ISSN-Print. 2355 — 5386 ISSN-Online. 2460-9560 hitp://ips.unlam.ac.id/ Research Article Pengaruh Variasi Bahan Penghancur terhadap Sifat Fisikokimia dan Disolusi Tablet Aminofilin sebagai Terapi Asma ‘Taufikurrahmi!, Hani’atul Kharimah', Hanida Destriana Fatmawati' , Syarif Hidayatullah', Lutfi Chabib'* Prodi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam °Prodi Profesi Apoteker, Fakultas Matematika dan Imu Pengetahuan Alam Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta taufikkurrahmi@ gmail.com ABSTRAK Pembuatan tablet Aminofilin menggunakan metode granulasi__basah dikarenakan memiliki sifat alir dan kompaktibilitas yang kurang baik. Granulasi basah memerlukan bahan penghancur agar formula tablet sangat berlawanan dengan fungsi bahan pengikat. semakin kuat daya ikat bahan pengikat maka dipilih bahan penghancur dengan daya hancur yang semakin besar. Konsentrasi dari bahan penghancur akan mempengaruhi kecepatan disintegrasi. Tujuan dari penclitian adalah untuk mengetahui pengaruh dari konsentrasi bahan penghancur yaitu primojel yang digunakan terhadap kualitas tablet aminophilin yang dihasilkan. Pada penelitian akan dibuat sediaan tablet aminofilin dengan variasi bahan penghancur yaitu primojel. Dilakukan evaluasi granul seperti uji sifat alir serta evaluasi tablet seperti keseragaman bobot, ukuran, kandungan, kekerasan, kerapuhan, waktu hancur dan disolusi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa formula tablet yang mengandung bahan penghancur pada formula I, formula I, Formula TIT menghasilkan tablet yang memenuhi persyaratan tablet yang baik. Kata Kunci: Aminofilin, Granulasi Basah, Variasi Primojel ABSTRAK Aminophylline tablet manufacturing using wet granulation method due to having flow properties and compactibility unfavorable. Wet granulation requires a shredder ‘material that tablet formula is in contrast with the function of the binder. The stronger the power tie then selected binder material crushers with crushed greater power. The concentration of disintegrant will affect the speed of disintegration. The purpose of the study was to determine the effect of the concentration of primojel crushers are used to the quality of the resulting tablet aminophylline. The research will be made with a variety of aminophylline tablet dosage shredder material that is primojel. Test to evaluate the granules as flow properties and evaluation of tablets such as uniformity of weight, size, Volume 04, Nomor 01 (2017) Jurnal Pharmascience Dipindai dengan CamScanner 75 content, hardness, friability, disintegration time and dissolution. The results obtained from this study can be concluded that the formula tablets containing material crusher of formula I, Formula H, Formula III to produce a tablet that meets the requirements of a good tablet. Keywords: Aminophylline, Wet Granulation, Variation Primojel I, PENDAHULUAN Aminofilin, merupakan obat yang dipakai untuk mengobati_penyakit asma dimana mekanisme kerjanya, sebagai bronkodilator (Mary Novena et al., 2017). Memi yaitu dengan cara relaksasi otot polos dan 4 2 mekanisme aksi utama di paru menekan stimulan yang terdapat pada jalan nafas (suppression of airway stimuli). Mekanisme aksi yang utama belum diketahui secarapasti Diduga efek bronkodilasi disebabkan oleh adanya penghambatan 2 phosphodiesterase (PDE III) dan PDE IV (Malamatari et al., 2016). Sedangkan efek selain bronkodilasi berhubungan dengan isoenzim —_yaitu aktivitas molekular yang lain. Aminofilin juga dapat meningkatkan kontraksi otot diafragma dengan cara peningkatan uptake (Ca melalui Adenosin-mediated Chanels (Kim et al., 2016). Pada proses granulasi bash penambahan ——_bahan dimaksudkan untuk penghancur agar penghancur formula tablet sangat berlawanan dengan fungsi bahan pengikat (Rasinen et al., 2001). makin kuat daya ikat bahan pengikat maka dipilih bahan penghancur ‘Volume 04, Nomor 01 (2017) dengan daya hancur yang semakin besar. Konsentrasi dari bahan penghancur akan mempengaruhi kecepatan disintegrasi (Airaksinen et al, 2003). penyusun, ketika tablet kontak dengan cairn lambung —sehingga akan ‘meninggkatkan disolusi tablet, contohnya adalah amilum, avicel, solka alginat.explotak (sodium stearat gilkolat), gom guar, policlar at (crosslinked PVP) amberlite IPR 88, metilselulosa, CMC, HPMC (Shiohira et al., 2009). Metode ini membentuk —granul dengan cara mengikat serbuk dengan suatu perekat sebagai pengganti_ pengompakan, tebnik ini membutubkan larutan, suspensi atau bubur yang mengandung pengikat yang biasanya ditambahkan ke campuran serbuk atau dapat juga bahan tersebut dimasukan kering ke dalam campuran serbuk dan cairan dimasukan terpisah (Gift et al., 2009), Cairan yang ditambahkan memi peranan yang cukup penting dimana jembatan cair yang terbentuk di antara partikel dan kekustan ikatannya Jurnal Pharmascience Dipindai dengan CamScanner International Journal of Advanced Engineering, Management and Science (UAEMS) {nfogain Publication (infogoinpublication.com) {Wol-2,tssue-10, Oct- 2016] ISSN: 2458-1311 Formulation and Drug Release of Isoxsuprine HCL Enteric Coated Tablets V. Nagamani Department of chemical Technology, Osmania University, Hyderabad, India Abstract—The aim of the study 18 t0 formate and ‘evaluate enteric coated tablets using Isoxsuprine Hydrochloride as a model drug. Different core tablets and enteric coated tablets were prepared and drug release was studied. Iroxsuprine Hydrochloride core tablets were prepared by wet granulation method, using polymers, by changing drug ratios. The granules are evaluated for Physical properties and the in-vitro drug release studies Emeric coating was carried out using diferem sub coating ‘materials. Enteric coating was performed in « mini coating pan at 107 rpm using low-pressure air atomized liquid spray tecinique. BY changing the coating material, were done single coated, Double coated tablets are evaluated for uniformity hardness, fib, inviteo disintegration and Atisoluion studies, The imvitr drug release data was fted into various kinetic models All the formulations showed the values within the presried limit twas observed thatthe bigher rte and drag release was observed for the double coated tablets, this is because second layer having high Keyword— Double coated tablets, disintegration and dissolution studies, Ener coated tablets, formulations, Isoxsuprine Hydrochloride. 1. INTRODUCTION the drug profile data, such as and the quantity of drug needed, determine the desired release rate of the drug from! controlled release dosage form. Drugs that are easily absorbed from the G.LT and having a short half-life are eliminated quickly from the blood circulation. To avoid this problem the oral controlled release formulations have been developed, as these will release the drug slowly into the GIT and maintain a constant properties swiiaems.com drug concentration in the serum for a longer period of time Isoxsuprine, or Isoxsuprine hydrochloride, is a drug used as a vasodilator in humans and equines. Isoxsuprine is ‘most commonly used to treat hoof-related problems in the horse Most commonly for laminitis and nonvascular disease, as its effects as a vasodilator are thought to increase circulation within the hoof to help counteract the problems associated with these conditions. Enteric coatings are those, which remain intact in the stomach, but they dissolve and release the contents once it reaches small intestine, Their prime intension is to delay the release of drugs, drugs sensitive to the stomach contents or may cause nausea or bleeding by irttation of gastric mucosa. There are three reasons for putting such a coating on a tablet or capsule Ingredient to protect the stomach, to protect the drug from the stomach To release the drug after the stomach e.g. in the intestines. The drugs which most commonly cause stomach ulcers like aspirin, diclofenac and naproxen are frequently available with enteric coatings. Omeprazole, which is a ‘drug which stops the stomach from producing acid, i itself broken down im acid and therefore the drug generally has an enteric costing around it either as a granule in the capsules fo as a granule in the dispersible form. Sulfasalazine is used either for the treatment of arthritis or for the treatment of Corn’s disease which is inflammation of the intestines When used for anritis it is very often given without an enteric coating so that it can be absorbed more quickly, ‘whereas for Crowns’ where it is needed in the intestines to work it is given with an enteric coating. It can be scen that fan enteric coating is therefore there usually for a good reason and therefore such tablets of the contents of enteric coated capsules should never be crushed before being taken, To formulate and evaluate the Enteric coated tablets using Isoxsuprine Hydrochloride as a model drug by using different polymers, to evaluate the granules prepared from isoxsuprine Hel for: Bulk density, Tapped density Hausners ratio and cars index, to evaluate the prepared enteric coated tablets for: physical properties.Iovitro. drug release studies, Drug release mechanistn Page | 1740 Dipindai dengan CamScanner prISSN. 2443-15 eISSN, 2477-1821 JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(0), 83-90, 2017 FORMULASI TABLET EKSTRAK ANGKAK (RED YEAST RICE) DENGAN VARIASI CROSCARMELLOSE SODIUM SEBAGAL PENGHANCUR DAN LAKTOSA SEBAGAI PENGISI ‘Submitted ; 5 Mei 2017 Edited : 15 Mei 2017 Accepted : 23 Mei 2017 Adestria Resti', Aris Perdana Kusuma', Achmad Fudholi® ‘Prodi Farmasi Universitas Islam Indonesia *Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Email: arisperdana @uii.se.id ABSTRACT Angkak or better known as Red yeast rice is fermentation rice using a mold Monascus purpureus. Some studies of red yeast rice can lower cholesterol levels in the body because it contains monoakolin K or similliar with lovastatin compound. Generally in community consumption of red Yeast rice only with pour in the boilling water so it can causing inconvenience for its customers. This smdy aims to make a formulation tablet of red yeast rice extract which varied with the levels of croscarmellose sodium 5% -1% (32mg, 26mg, 19,5mg, 13mg, 6,5mg) and lactose (75,75mg, 82.25 mg, 88.75mg. 95,25mg. 101.7Smg) in order to get a hest physical properties of the tablet including friability and disintegration time. Angkak extract was made by remaseration method using ethanol 75% and the manufacture of tablets using wet ‘granulation method. Stastical test tablet extract angkak using One Way ANOVA with 95% ‘confidence level. Optimum formula obtained by using the Simplex Lattice Design (SLD) using Design Expert version 8.0.7.1. program and statistically tested using one-sample t-test. The results from test showed the proportion of croscarmellose sodium 6.Smg and 101.7Smg lactose produces tablets with the best of physical properties of red yeast rice extract.The result is indicate that the combination of croscarmetiose sodium and lactose may affect response the physical properties of red yeast rice extract tablets Keywords : Angkak, Extract, Tablet, Crascarmetiase sodium, Lactose . SLD. PENDAHULUAN Angkak merupakan fermentasi dari beras dengan menggunakan — kapang ‘monakolin-K atau lovastatin yang terdapat dalam ekstrak angkak mampu meningkatkan Kadar HDL darsh. Schingga dapat ‘Monascus purpureus yang mengandung senyawa golongan statin. Dalam suatu penelitian yang menggunakan tikus jantan ‘galur wistar yang diberikan diet ting lemak ddan diberikan ekstrak angkak dengan dosis 20mz/200gramBB dan 40mg/200gramBB, sesuai dengan dosis manusiasebesar 1200mg-2400mg/70kgBB hari dilaporkan terjadinya peningkatan HDL", Hal ini menunjukkan bahwa kandungan senyawa AKADEMI FARMASI SAMARINDA meminimalisir terjadinya penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular’”. Penggunaan angkak pada _pasien dengan penyakit kantiovaskular hendaknya didukung dengan sediaan obat yang praktis dan mudsh digunakan seperti tablet. Penelitian ini bertujuan untuk ‘memformulasikan ekstrak angkak menjadi sediaan tablet dengan beberapa Variasi bahan tambahan. Bahan yang divariasikan adalah Dipindai dengan CamScanner JURNAL ILMIAH MANUNTUNG, 3(0, 89-90, 2017 Croscarmellose sodium dan laktosa. Croscarmelloxe sodivm merupakan bahan kompaktibitasnya tidak sebaik 102. Kompaktibilitas tablet juga’ dengan adanya bahan pengikat pi granulasi basah METODE, Alat Neraca analitik (Meitler Toledo). Oven, corong buchner, kertas saring, rotary evaporator, UV, waterbath, ayakun nomor 16, 18, dan 50, moisture balance (Mettler Tolledo), viscometer (Brookfield), alat uji pengetupan, slat uji sudut diam, alat uji wwaktu alir, mesin kempa tablet single punch, hardness tester (Vanguard YD2) , disintegration tester (Erweka), friabilty tester dan jangka sorong digital. Bahan ‘Simplisia beras angkak diperoleh berasal dari Lembaga mu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Cibinong Bogor, Methanol pa, Kloroform p.a, Etanol 96% (Brataco), Aquades, ——Aerosil (Bratachem), Croscarmellose ——sodi-um = (EMC Byopolimer), Lakiosa_merek Lactose (Brataco) —_Polivinil-pirolidon K-30 (Hangzhou Nankang Industrial) dan Magnesium Stearat (Greven). Prosedur Kerja Ekstraksi Angkak Sebelum —dickstraksi —_dilakukan pemeriksaan berdasarkan sertifikat pemasok serta identifikasi simplisia beras angkak di Laboratorium Biologi Farmasi Universitas Gadjah Mada, Setelah ity dilakukan cekstraksi angkak dengan menggumakan ADESTRIA REST metode remaserasi. —Serbuk —_angkak ditimbang dan ditambahkan dengan pelarut etanol 759% dengan perbandingan 1:3 yaitu sampai semua setbuk terendam, kemudian didiamkan selama 24 jam dengan sesekali pengadukan. Remaserasi dilakukan hingga 6 kali, Setelah itu rendaman disaring dengan ccorong buchner. Pelarut dari hasil saringan diuapkan dengan menggunakan rotary ‘evaporator pada suhu 60°C. Setelah itu sisa penyari divapkan di atas waterbath pada suhu 60°C sampai didapatkan ekstrak kental kemudian disimpan di dalam desikator’”. Evaluasi Ekstrak Angkak Uji Organoleptis Fkstrak angkak diamati penampilan fisiknya. Ekstrak angkak diamati secara organoleptis meliputi warna, bau, rasa dan beatuknya!”, Uji Viskositas Ekstrak Uji. viskositas ekstrak dilakukan dengan menuangkan 50 mL ekstrak kental di dalam gelas beker 50 ml dan diuji viskositasnya dengan viscometer brookfield menggunakan spindel 64°. Uji Daya Sebar Ekstrak Uji daya sebar dilakukan dengan cara meletakkan ekstrak angkak 0.5 gram diantara dua lempengan aca transparan yang berskala kemudian di atasnya ditambabkan beban secarabergantian sebesar 50, 100, 200, 300 serta 500 gram dan didiamkan selama 1 menit, Lalu dicatat diameter penyebaran ekstrak’”. Uji Daya Lekat Ekstrak ‘Sebanyak 0,50 gram ekstrak diratakan pada salah satu gelas objek kemudian ditutup dengan gelas objek yang Iain. Pada agian atas diberi beban seberat 1 kg selama ‘5 menit. Pasangan gelas objek ini dipasang pada lat uji daya lekat, dan secara bersamaan dicatat waktu yang dibutuhkan oleh 2 objek gelas untuk terlepas™. AKADEMI FARMASI SAMARINDA Dipindai dengan CamScanner Jornal Sains Farmasi & Kinis, 1(2), 195-206 Pengaruh Kombinasi Magnesium Stearat dan Talkum sebagai Lubrikan terhadap Profil Disolusi Tablet Ibuprofen Effect of Combination of Magnesium Stearate and Talc as a Lubricant on Dissolution Profile of Ibuprofen Tablets ‘Syofyan', Tri Yanuarto? & Maria Dona Octavia? Keywords: | ABSTRACT: 4 research has been conducted on the combination effect of Magnesium | magnesium stearate and talc as a lubricant to the dissolution profile of Ibuprofen stearat, | tablets. Of the three formulas made Ibuprofen tablets with wet granulation talcum, lubricant, | method. Evaluation of tablets include uniformity of size, weight uniformity, tablet disotution. | hardness, disintegration, friability of tablets, assay and dissolution, Results of dissolution percentage was done up to 60 indicated that the dissolution the average was 95,722, 97,65% and 99,93% consecutively for F 1, F Wand F MI. In addition, result of the dissolution efficiency up t0 60 minutes for each formula was 82,10%, 87,58%, and 90,7626. According to the dissolution of the data, formula Il which had the highest dissolution results compared to formula Jand formula II, which likely due to the ratio of the combination of magnesium stearate and tale as a lubricant smaller levels of magnesium stearate. Kata kunci: | ABSTRAK: Telah dilakukan penelitian tentang pengaruh kombinasi Magnesium | magnesium stearat dan talkum sebagai lubrikan terhadap profil disolusi stearat, | tablet Ibuprofen. Dari ketiga formula cibuat tablet Ibuprofen dengan Talcum, lubrikan, | metoda granulasi basah. Evaluasi tablet meliputi keseragaman ukuran, Disolusi. | keseragaman bobot, kekerasan tablet, waktu hancur, kerapuhan tablet, penetapan kadar dan disolusi. Hasil persen terdisolusi menit ke 60 menunjukkan bahwa disolus! rata-rata berturut-turut adalah 95,7209%, 97.6474% dan 99,9373%. Dan untuk hasil efisiensi disolusi pada menit ke 60 masing-masing formula adalah 82,1089%, 87,5888% dan 90,7635%. Dari data disolusi, formula Ill yang mempunyai hasil disolusi yang tinggi dibandingkan formula | dan formula II yang disebabkan oleh perbandingan kambinasi magnesium stearat dan talkum ‘sebagai lubrikan lebih kecil kadar magnesium stearatnya *Fakultas Farmasi Universitas Andalas 2Sekolah Tinggi imu Farmasi Padang —_— Korespondensi Syofyan (sdsyofyan@yahoo.com) ymasi & Kinis (e-ISSN: 2442-435) | Vol. 01 No. 02 | Mei 2015 Jurnal Sains Dipindai dengan CamScanner

You might also like