You are on page 1of 115

Cek Plagiarisme Turnitin

Submission date: 14-Mar-2023 01:29AM (UTC-0400)


Submission ID: 2036808426
File name: Proposal_Thesis_Harley_Agustian.pdf (1.24M)
Word count: 20340
Character count: 133822
Cek Plagiarisme Turnitin

ORIGINALITY REPORT

1
etheses.uin-malang.ac.id
Internet Source 17%
2
dspace.uii.ac.id
Internet Source 12%
3
repository.umsu.ac.id
Internet Source 7%
4
repository.radenfatah.ac.id
Internet Source 6%
5
www.ui.ac.id
Internet Source 2%
6
id.123dok.com
Internet Source 1%
7
www.scribd.com
Internet Source 1%
8
repository.ar-raniry.ac.id
Internet Source 1%
9
core.ac.uk
Internet Source 1%
10
123dok.com
Internet Source 1%
11
Submitted to Padjadjaran University
Student Paper 1%
12
hadeethenc.com
Internet Source 1%
13
jurnal.bwi.go.id
Internet Source 1%
14
repository.radenintan.ac.id
Internet Source 1%
15
media.neliti.com
Internet Source 1%
16
eprints.walisongo.ac.id
Internet Source 1%
17
arpusda.semarangkota.go.id
Internet Source 1%
18
Submitted to Universitas Diponegoro
Student Paper <1%
19
karyailmiah.unisba.ac.id
Internet Source <1%
20
Submitted to UIN Raden Intan Lampung
Student Paper <1%
21
www.iaei-pusat.org
Internet Source <1%
<1%
22
Submitted to Sriwijaya University
Student Paper

23 Submitted to Universitas Muhammadiyah


Sumatera Utara
<1%
Student Paper

24 repository.uinsu.ac.id
Internet Source <1%
25 journal.iainkudus.ac.id
Internet Source <1%
26 text-id.123dok.com
Internet Source <1%
27 hadisstory.top
Internet Source <1%
28 idoc.pub
Internet Source <1%
29 repositori.usu.ac.id
Internet Source <1%
30 www.jurnalfai-uikabogor.org
Internet Source <1%
31 Submitted to Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia
<1%
Student Paper

32 Submitted to STIE Perbanas Surabaya


Student Paper <1%
33
Submitted to Perbanas Institute
Student Paper <1%
34
Submitted to Universitas Negeri Medan
Student Paper <1%
35
www.cikalcendikiasalsabila.id
Internet Source <1%
36
konsultasiskripsi.com
Internet Source <1%
37
repositori.umsu.ac.id
Internet Source <1%
38
Submitted to Ironwood Ridge High School
Student Paper <1%
39
digilib.uin-suka.ac.id
Internet Source <1%
40
journal.stiemb.ac.id
Internet Source <1%
41
lib.ui.ac.id
Internet Source <1%
42
Submitted to Universitas Muria Kudus
Student Paper <1%
43
eprints.iain-surakarta.ac.id
Internet Source <1%
44
www.kompasiana.com
Internet Source <1%
<1%
45
repository.uin-suska.ac.id
Internet Source

46 repository.iainpurwokerto.ac.id
Internet Source <1%
47 www.wakafnews.com
Internet Source <1%
48 www.jurnalintelektiva.com
Internet Source <1%
49 Submitted to IAIN Kudus
Student Paper <1%
50 Submitted to Universitas Islam Negeri
Sumatera Utara
<1%
Student Paper

51 Submitted to Universitas Putera Indonesia


YPTK Padang
<1%
Student Paper

52 ejournal.unesa.ac.id
Internet Source <1%
53 Submitted to State Islamic University of
Alauddin Makassar
<1%
Student Paper

54 Submitted to Universitas Pelita Harapan


Student Paper <1%
55 ejournal.unhasy.ac.id
Internet Source <1%
56
repository.ibs.ac.id
Internet Source <1%
57
repository.ub.ac.id
Internet Source <1%
58
www.researchgate.net
Internet Source <1%
59
Submitted to Universitas Sebelas Maret
Student Paper <1%
60
nanopdf.com
Internet Source <1%
61
Submitted to Universitas Islam Negeri
Antasari Banjarmasin
<1%
Student Paper

62
es.scribd.com
Internet Source <1%
63
jurnal.pancabudi.ac.id
Internet Source <1%
64
Submitted to Trisakti School of Management
Student Paper <1%
65
Submitted to Binus University International
Student Paper <1%
66
Submitted to KYUNG HEE UNIVERSITY
Student Paper <1%
67
digilib.uinsby.ac.id
Internet Source

<1%
68
eprints.undip.ac.id
Internet Source <1%
69
muslimnegarawankammi.blogspot.com
Internet Source <1%
70
repository.ut.ac.id
Internet Source <1%
71
Submitted to General Sir John Kotelawala
Defence University
<1%
Student Paper

72
Submitted to Universitas Negeri Surabaya The
State University of Surabaya
<1%
Student Paper

73
hendrakholid.net
Internet Source <1%
74
Submitted to iGroup
Student Paper <1%
75
docplayer.info
Internet Source <1%
76
e-campus.iainbukittinggi.ac.id
Internet Source <1%
77
kumparan.com
Internet Source <1%
78
pt.scribd.com
Internet Source <1%
79
Submitted to Higher Education Commission
Pakistan
<1%
Student Paper

80
Jusuf Fadilah, Dina Andriana, Widarti Widarti.
"Faktor Yang Mempengaruhi Minat
<1%
Mahasiswa Program Studi Periklanan Dalam
Matakuliah Komputer Desain Grafis I", J-IKA,
2020
Publication

81
Submitted to University of Malaya
Student Paper <1%
82
adoc.pub
Internet Source <1%
83
eprints.uniska-bjm.ac.id
Internet Source <1%
84
Submitted to Universitas Jambi
Student Paper <1%
85
digilib.iain-jember.ac.id
Internet Source <1%
86
documents.mx
Internet Source <1%
87
journal.uinsgd.ac.id
Internet Source <1%
88
repo.iain-tulungagung.ac.id
Internet Source <1%
89
takaful-ekonomikita.blogspot.com
Internet Source <1%
90
www.readbag.com
Internet Source <1%
91
adoc.tips
Internet Source <1%
92
archives.kdischool.ac.kr
Internet Source <1%
93
ejournal.kopertais4.or.id
Internet Source <1%
94
lib.unnes.ac.id
Internet Source <1%
95
repository.uinjkt.ac.id
Internet Source <1%
96
repository.umnaw.ac.id
Internet Source <1%
97
slidetodoc.com
Internet Source <1%
98
www.khazzanahumrohhaji.com
Internet Source <1%
99
Mardzelah Makhsin, Nurulwahida Hj
Azid@Aziz, Mohd Aderi Che Noh, Mohamad
<1%
Fadhli Ilias. "PENGUKUHAN AQIDAH AHLI
SUNNAH WA AL-JAMAAH (ASWJ) DALAM
PENDIDIKAN ISLAM KE ARAH MENANGANI
GERAKAN SYIAH DI MALAYSIA", Proceedings
of the ICECRS, 2017
Publication

100
digilib.iain-palangkaraya.ac.id
Internet Source <1%
101
e-journal.unipma.ac.id
Internet Source <1%
102
teriakanillahi.wordpress.com
Internet Source <1%

Exclude quotes On Exclude matches Off


Exclude bibliography On
ANALISIS PENGARUH LITERASI KEUANGAN SYARIAH
DAN PENDAPATAN TERHADAP INTENSI WAKAF UANG
PADA CASH WAQF LINKED SUKUK (CWLS RITEL) YANG DI
MEDIASI OLEH RELIGIUSITAS

THE IMPACT ANALYSIS OF SHARIA FINANCIAL LITERACY


AND INCOME TO ENDOWMENT ON CASH WAQF LINKED
SUKUK (CWLS) WITH RELIGIUSITY AS INTERVENING
VARIABLE

TESIS

HARLEY AGUSTIAN
216110101032

PROGRAM MAGISTER ILMU MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
LHOKSEUMAWE
2023
ii

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb
Syukur Alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah SWT atas keberkahan
ilmu ini dan rahmatNya yng tidak terhitung serta Sholawat kepada Rasulullah Nabi
Muhammad SAW sebagai tauladan bagi seluruh muslim didunia dan sudah
seharusnya hati terbuka untuk mengikuti sunnahnya untuk mengembalikan masa
keemasan dimasanya dan para sahabat-sahabatnya serta penerus kekhalifaannya,
hingga selayaknya sebagai umat Rasulullah patutlah diri ini mempelajari semua
warisan ilmu yang ditinggalkan agar menjadi pribadi rahmatan lil’alamin.
Alhamdulillah penulisan proposal tesis ini dimulai dan diselesaikan atas
jejak sejarah yang ditinggalkannya. Penulisan proposal tesis ini dilakukan dalam
rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Magister Sains Manajemen
(S2) pada Program Magister Ilmu Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Malikussaleh. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan proposal tesis ini,
sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan tesis ini. Pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya teristimewa dan Ibunda tercinta
HERNA MALINI atas segala daya dan upaya yang telah membesarkan, mendidik,
memberikan dukungan, dan doa’nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
ini.
Tidak lupa penulis menyampaikan ucapan terima kasih sebesar-besarnya
kepada pihak yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Herman Fithra, S.T., M.T., IPM., ASEAN.Eng selaku Rektor
Universitas Malikussaleh
2. Bapak Dr. Hendra Raza, S.E., M.Si.,Ak., CA selaku Dekan Fakultas Ekonomi
dan Bisnis Universitas Malikussaleh
3. Bapak Dr. Marbawi, S.E., M.M. selaku Ketua Program Magister Ilmu
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh

ii
Program Magister Ilmu Manajemen
iii

4. Bapak Dr. Damanhur Abbas, L.C., M.A selaku Dosen Pembimbing Pertama
yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya
dalam penyusunan proposal tesis ini
5. Bapak Dr, Gahazali Syamni, S.E., M.Sc. selaku Dosen Pembimbing Kedua yang
telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan proposal tesis ini
6. Pihak Instansi terkait di Provinsi Aceh, Pimpinan Daerah Muhammadiyah
(PDM) Kota Lhokseumawe, Badan Wakaf Indonesia (BWI), WaCIDS dan
Baitulmal Khatulistiwa yang telah membantu penulis dalam usaha memperoleh
data yang diperlukan;
7. Seluruh Dosen dan Staf Administrasi Program Magister Ilmu Manajemen
(PMIM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh
8. Kepada keluarga saya, ibu Herna Malini dan Istri Faizah Rahmatillah yang
senantiasa selalu mensupport dalam kondisi apapun sehingga Allah mudahkan
saya untuk dapat menyelesaikan proposal tesis ini.

Akhir kata, penulis berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan
semua pihak yang telah membantu penulis. Semoga proposal tesis ini membawa
keberkahan bagi pengembangan ilmu pengetahuan terutama bidang Ilmu Manajemen
dan Manajemen Keuangan Syariah.

Medan, 2023
Penulis,

HARLEY AGUSTIAN
216110101032

iii

Program Magister Ilmu Manajemen


iv

MOTTO

‫لَ ْن تَنَالُوا ا ْل ِب َّر َحتّٰى ت ُ ْن ِفقُ ْوا ِم َّما ت ُ ِحبُّ ْو َن َۗو َما ت ُ ْن ِفقُ ْوا ِم ْن ش َْيءٍ فَا َِّن اللّٰهَ ِب ٖه‬
‫ع ِل ْيم‬
َ

Kamu sekali-kali tidak akan memperoleh kebajikan, sebelum kamu menginfakkan


sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa pun yang kamu infakkan, tentang hal itu.
Sesungguhnya, Allah maha Mengetahui
(QS. Ali Imran : 92)

‫ت ِلغ ٍَۚد‬
ْ ‫س َّما قَدَّ َم‬ ٌ ‫ظ ْر نَ ْف‬ ُ ‫ٰ ٰٓياَيُّ َها الَّ ِذيْنَ ٰا َمنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ َو ْلتَ ْن‬
َ‫َواتَّقُوا اللّٰهَ ۗا َِّن اللّٰهَ َخ ِبي ٌْر ۢ ِب َما ت َ ْع َملُ ْون‬
Wahai orang-orang yang beriman ! Bertakwalah kepada Allah dan
hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah dipersiapkan untuk
hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya, Allah
maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.
(QS. Al-Hasyr : 18)

‫س َّه َل اللَّهُ لَهُ بِ ِه َط ِريقًا إِلَى ا ْل َجنَّ ِة‬ ُ ‫سلَكَ َط ِريقًا يَ ْلت َ ِم‬
َ ‫س فِي ِه ِع ْل ًما‬ َ ‫َو َم ْن‬
”Barang siapa menempuh jalan untuk mencari ilmu, maka Allah akan mudahkan
jalannya menuju surga.”
(HR. Muslim, no. 2699)

Program Magister Ilmu Manajemen


v

DAFTAR
iv ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ............................................................................... .. i
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
MOTTO ..................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. viii

BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................... 1


1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................ 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................. 12
1.3 Batasan Masalah........................................................................ 13
1.4 Perumusan Masalah .................................................................. 13
1.5 Tujuan Penelitian ...................................................................... 14
1.5 Manfaat Penelitian .................................................................... 15

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA ..................................................................... 16


2.1 WAKAF ................................................................................... 16
2.1.1 Pengertian Wakaf ............................................................. 16
2.1.2 Wakaf Menurut Para Ulama ............................................ 18
2.1.3 Sejarah Wakaf .................................................................. 21
2.1.3.1 Awal Mula Wakaf ................................................. 21
2.1.3.2 Wakaf Pertama masa Rasulullah........................... 23
2.1.3.3 Masa Dinasti Kejayan Islam ................................. 25
2.1.4 Perkembangan Wakaf di Indonesia.................................. 29
2.1.5 Dasar Hukum Wakaf dan Wakaf Uang ............................ 31
2.1.6 Rukun dan Syarat Wakaf ................................................. 34
2.1.7 Jenis harta benda wakaf ................................................... 35
2.1.8 Wewenang BWI bagi Pengembangan Wakaf Uang ........ 36
2.1.8 Peluang Wakaf Uang........................................................ 39
2.2 Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) .......................................... 42
2.2.1 Gambaran Umum CWLS ................................................. 42
2.2.2 Mekanisme Pembiayaan CWLS ...................................... 44
2.2.3 Perkembangan CWLS di Indonesia ................................. 45
2.3 LITERASI KEUANGAN SYARIAH .................................... 46
2.3.1 Pengertian Literasi Keuangan Syariah ............................. 46
2.3.2 Strategi Nasional Literasi Keuangan Syariah .................. 49
2.3.3 Manfaat Pembangunan Literasi Keuangan Syariah ......... 50
2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Literasi Keuangan Syariah . 52
2.3.5 Indikator Literasi Keuangan Syariah ............................... 53
2.4 KAJIAN PENDAPATAN ....................................................... 54
2.4.1 Pendapatan Secara Umum................................................ 54

Program Magister Ilmu Manajemen


vi

2.4.2 Pendapatan dalam Pandangan Islam ................................ 55


2.4.3 Jenis Pendapatan .............................................................. 56
2.4.4 Sumber Pendapatan .......................................................... 57
2.4.5 Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan .......................... 58
2.4.6 Indikator Pendapatan ........................................................ 61
v
2.5 INTENSI .................................................................................. 62
2.5.1 Pengertian Intensi ............................................................. 62
2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Intensi ................................. 62
2.5.3 Indikator Intensi ............................................................... 64
2.6 RELIGIUSITAS ...................................................................... 65
2.6.1 Pengertian Religiusitas ..................................................... 65
2.6.2 Faktor yang Mempengaruhi Religiusitas ......................... 67
2.6.3 Indikator-indikator Religiusitas ....................................... 68

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ................. 71


3.1 Kerangka Konseptual ............................................................. 71
3.1.1 Hubungan Literasi Keuangan Syariah Berpengaruh ........
terhadap Intensi Berwakaf Uang Pada CWLS ................. 71
3.1.2 Hubungan Pendapatan Berpengaruh terhadap Intensi ..
Berwakaf Uang Pada CWLS ........................................... 72
3.1.3 Hubungan Religiusitas Berpengaruh terhadap Intensi .....
Berwakaf Uang Pada CWLS ........................................... 73
3.1.4 Religiusitas Dapat Memoderasi Pengaruh Literasi ......
Keuangan terhadap Intensi Berwakaf Uang pada CWLS 74
3.1.5 Religiusitas Dapat Memoderasi Pengaruh Pendapatan .
terhadap Intensi Berwakaf Uang pada CWLS ................ 75
3.2 Hipotesis ................................................................................... 76

BAB IV METODE PENELITIAN .......................................................... 77


4.1 Jenis Penelitian .......................................................................... 77
4.2 Objek dan Lokasi Penelitian ..................................................... 78
4.3 Populasi dan Sampel ................................................................. 78
4.3.1 Populasi ............................................................................ 78
4.3.2 Sampel .............................................................................. 79
4.4 Teknik Pengambilan Sampling ................................................. 80
4.5 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data ........................... 81
4.6 Pengukuran Variabel / Instrumen ............................................. 82
4.7 Pengukuran Instrumen Penelitian ............................................. 83
4.7.1 Uji Validitas ..................................................................... 83
4.7.2 Uji Reliabilitas ................................................................. 84
4.8 Metode Analisis Data ................................................................ 85
4.8.1 Statistik Deskriptif ........................................................... 85
4.8.2 Analisis Structural Equation Model (SEM)..................... 85
4.8.3 Analisis Model Pengukuran (Outer Model) ..................... 86
4.8.4 Analisis Model Struktural (Inner Model)......................... 87
4.9 Pengujian Hipotesis................................................................... 88

Program Magister Ilmu Manajemen


vii

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL
vi Halaman
Tabel.1.1 Data Wakaf Uang dan Nazhir pada CWLS 2022 ................... 5
Tabel.4.1 Populasi berdasarkan Institusi ................................................. 79
Tabel.4.2 Skala Likert ............................................................................. 81
Tabel.4.3 Instrumen Penelitian ............................................................... 82

Program Magister Ilmu Manajemen


viii

DAFTAR GAMBAR
vii Halaman
Gambar 2.1 Pemetaan pengelolaan aset wakaf produktif .......................... 30
Gambar 3.1 Kerangka Berfikir ................................................................... 76
Gambar 4.1 Model SEM-PLS Bervariabel Intervening ............................. 90

viii Program Magister Ilmu Manajemen


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pada masa abad ke 12 M, pertumbuhan wakaf sudah mulai terbangun

semenjak ulama atau ahli ilmu datang ke nusantara hingga wakaf terus berkembang

hingga pesat sampai sekarang, hingga wakaf menjadi inovasi dalam membangun

peradaban besar setiap masanya. Dalam sejarah juga tercatat bahwa era keemasan

dalam islam dimasa abad 8 sampai 15 tidak dapat kita dipisahkan dari peran wakaf

sebagai salah satu elemen ekonomi umat. Begitupula besarnya peran wakaf dalam

pembangunan peradaban Islam (Saptono, 2018 : 118). Hingga saat ini eskisitensi

wakaf menjadi begitu strategis, lembaga wakaf mempunyai potensi besar dalam

menciptakan lapangan kerja, kebutuhan pendidikan, dan untuk mengurangi

ketergantungan pada dana pemerintah (Yunanda & Rahman, 2016 : 17).

Sejarah mencatat bahwa wakaf menjadi peradaban terbesar dalam

membangun pendidikan, teknologi hingga menjaga keberlangsungan hidup suatu

daerah. Sehingga, setiap perkembangan peradaban Islam dimanapun wakaf selalu

menjadi penompang dalam peradaban sebuah negeri. Kehadiran wakaf telah

terbukti dapat memberikan efek yang sangat baik untuk masyarakat bahkan daerah

maupun suatu negeri. Aktifitas yang dilakukan menghasilkan modal serta asset

yang produktif, hingga kumulatif dan terus meningkat untuk kegiatan kebajikan

(Musari, 2016).

Seiring dengan berkembangnya kemajuan zaman yang terkadang sering

berubah cepat hingga terus berkembang setiap masa, sehingga system pada

1
2

keuangan dalam Islam jaga seharusnya menyesuaikan dan melakukan berbagai

inovasi tanpa keluar dari syariat-syariat Islam yang telah termaktubkan dalam Al

Quran dan Sunnah, semua itu bertujuan untuk menjaga sistem keuangan Islam agar

terus bisa eksis hingga dapat menjadi tolak ukur dalam upaya pengambilan

keputusan terbaik untuk sekitarnya. Justru hal ini menjadi semangat baru untuk kita,

agat sistem keuangan Islam dapat terus eksis dalam setiap perubahan zaman yang

tidak dapat diperkirakan. Baru-baru ini, muncul sebuah tren baru dalam inovasi

wakaf, yaitu menjadikan wakaf sebagi sukuk untuk di kolaborasikan yang tujuan

untuk pembangunan dan kemakmuran NKRI. Dimana, kita mengetahui bahwa

sukuk adalah instrumen keuangan Islam yang menjadi bagian penting untuk

menjaga kestabilan ekonomi dan keuangan negara.

Hari ini, sukuk telah menjadi produk industri keuangan syariah paling besar

selain perbankan. Menurut Musari (2016) menyampaikan sukuk adalah salah satu

alternatif pembiayaan yang sangat baik dibandingkan pembiayaan hutang

dikarenakan sifatnya kerjasama investasi ataupun sharing of risk. Kehadiran sukuk

menjadi solusi terbaik, ditambah lagi dengan menggabungkan sukuk antara wakaf

hal ini justru semakin berdampak besar hingga dapat menyelesaikan masalah

ekonomi Negara bahkan dapat menjadi bukti terbangunnya peradaban.

Dalam Omar & Rahman (2014), menekankan bahwa wakaf dan sukuk bisa

digabungkan dan mendorong sekuritisasi wakaf melalui sukuk sebagai skema

modern untuk pemberdayaan aset wakaf. Kemudian dikuatkan oleh Musari (2016),

yang menyatakan kolaborasi wakaf dan sukuk dapat menjadi inovasi luar biasa

untuk kemajuan ekonomi terutama untuk memperoleh dana tanpa ada bunga. Solusi

Program Magister Ilmu Manajemen


3

seperti ini bukan hanya untuk menjembatani kesenjangan antara sektor nonprofit

ataupun profit, melainkan membantu menyempurnakan serta mengembangkan

kedua sektor dalam berbagai hal bahkan mampu meningkatkan kinerja sektor-

sektor nirlaba secara efektif dan efesien melalui alat keuangan Islam.

Penggabungan antara wakaf dan sukuk dalam sistem keuangan Islam sangat

dilirik oleh banyak Negara sehingga Negara-negara besar juga mengikuti. Bahkan,

program tersebut dijadikan sebagai program berkelanjutan jangka panjang bagi

Negara lain. Misalnya, terdapat program wakaf yang bernama King Abdul Aziz

waqf di Arab Saudi dengan membangun Zam-Zam Tower melalui program sukuk

waqf al- intifa'. Kemudian, Malaysia yang telah melakukan program Sustainable

and Responsible Invesment (SRI) atau sukuk bertujuan untuk pemberdayaan asset-

asset wakaf yang ada di Malaysia, dan di Indonesia juga tidak kalah saing, negeri

tercinta kita juga telah memiliki sistem pengelolaan aset wakaf produktif dengan

sekema wakaf yang dihubungkan melalui sukuk Sukuk Linked Wakaf (SLW).

Program SLW juga bagian dari inovasi kolaborasi wakaf-sukuk, selain itu

ada pengembangan daripada SLW yang bernama program Cash Wakaf Linked

Sukuk (CWLS). Program CWLS ini di mulai pada 4 Oktober 2018 berketetapan

pada World Bank & Annual Meeting IMF. Menurut Direktorat Pembiayaan dan

Pengelolaan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan RI (2021), menjelaskan

bahwa CWLS merupakan salah satu bentuk komitmen Pemerintah untuk

mendukung Gerakan Wakaf Nasional, juga membantu pengembangan investasi

sosial, dan pengembangan wakaf produktif di Indonesia. CWLS telah menjadi

instrumen yang dapat menghubungkan sukuk dan wakaf uang, program ini di inisiasi

Program Magister Ilmu Manajemen


4

untuk memberikan alternatif dalam sistem pengelolaan asset wakaf dalam

instrument keuangan Islam yang efektif dan efesien.

Tujuan CWLS adalah untuk memfasilitasi para pewakaf uang, baik yang

bersifat temporer ataupun permanen agar menempatkan wakaf uangnya pada

instrumen investasi sosial yang aman dan juga produktif (Siregar, et al., 2021).

Penerapan CWLS dalam wakaf produktif yang dihimpun BWI melalui lembaga

LKS pada instrument sukuk negara (SBSN), selanjutnya hasil yang diperoleh dari

wakaf sukuk akan diberikan kepada penerima manfaat atau mauquf alaih, kemudian

hasil penerbitan wakaf sukuk akan digunakan pemerintah sebagai pembiayaan

asset-aset yang berupa infrastruktur atau kebutuhan lainnya bagi negara.

Terdapat 1,9 miliar penduduk muslim yang ada di dunia dan Islam menjadi

agama terbesar di dunia. Indonesia merupakan Negara muslim yang besar terdapat

237,56 juta muslim di Indonesia atau sebesar 80 % penduduk muslim terbesar

(BPS, 2022). Dengan melihat data tersebut, sudah seharusnya sistem keuangan

Islam seperti wakaf dapat terus berkembang dengan pesat dalam kehidupan

muslimin maupun masyarakat umum. Dalam sejarah bahwa wakaf menjadi peran

yang sangat penting dalam memelihara harta yang produktif sehingga dapat

bermanfaat untuk masyarakat dan daerahnya.

Hasil laporan dari BWI yang disampaikan oleh Beik, I. S. (2022),

menukilkan bahwa data wakaf dalam tiga tahun terakhir, mengalami peningkatan

yang signifikan. Berawal pada tahun 2011-2018 menghimpun dana wakaf uang

mencapai Rp255 miliar. Dibandingkan, tahun 2018-2021, angkanya meningkat

menjadi Rp 855 miliar, atau 236 %. Demikian pula dengan kinerja Lembaga

Program Magister Ilmu Manajemen


5

Kenazhiran BWI yang meningkat pada tahun 2020, jumlah wakaf uang yang

dihimpun BWI mencapai angka Rp 66,35 miliar, dan pada 2021, angkanya naik

menjadi Rp 77,75 miliar. Kenaikan sebesar 17,18 persen ini merupakan indikasi

peningkatan partisipasi publik dalam gerakan wakaf (Beik, I. S. 2022).

Potensi wakaf baik berupa asset wakaf maupun wakaf uang di Indonesia

terbukti sangat besar dan potensial hingga menjadi investasi terbaik. Hal tersebut

juga dapat kita lihat pada pelaksanaan program sukuk wakaf atau CWLS yang baru

saja dilaksanakan dalam waktu 2 tahun, sebagai berikut:

Tabel 1.1 Data Wakaf Uang dan Nazhir Wakaf pada Program CWLS 2022
Program Nazhir Wakaf CWLS / Wakaf Uang
SWR001 483 instansi / orang Rp. 14,902 Miliar
SWR002 591 instansi / orang Rp. 24,141 Miliar
Wakaf Uang 2022 1500 instansi / orang Rp. 250 Miliyar
Sumber: Badan Wakaf Indonesia. (2023)

Data di atas menunjukan bahwa tingginya intensi seseorang berwakaf.

Dapat dilihat dari presentase pelaksanaan CWLS Ritel Seri SWR001 yang

diterbitkan pada tahun 2020 dan dilanjutkan penerbitan SWR002 pada tahun 2021,

menunjukan bahwa pada SWR002 meningkat sebesar 22,4% atau sebanyak 108

nazhir wakaf dan wakaf uang pada CWLS yang terkumpul juga ikut meningkat

sebesar 62% atau sebanyak Rp. 9,239 Miliyar. Seri SWR002 sukses besar dalam

menarik minat wakif baru yaitu 91,03% (Dirgantara, 2021).

Laporan Wakaf Uang 2022 juga terdapat peningkatan, terdapat instansi

PTN di Indonesia berwakaf uang pada CWLS. IPB melakukan wakaf uang sebesar

Rp. 200 Miliyar dan ITS Rp. 50 Miliyar. Dilanjutkan dengan total nazhir wakaf

Program Magister Ilmu Manajemen


6

yang terkumpul dan berlisensi BNSP semenjak didirikan LSP BWI pada akhir 2021

hingga kini jumlah nazhir menjadi 1500 orang.

Disamping itu, BWI (2021) juga menginformasikan dalam penyajian

makalah secara online tentang “Wakaf Untuk Kemandirian Umat” Bahwa potensi

wakaf uang di Indonesia dapat mencapai 178,65-180 triliun sehingga peluang pasar

sukuk sangat menjanjikan. Tetapi realisasi tahun 2021 Wakaf Uang Nasional baru

terkumpul sebanyak Rp. 831.344.386.998.

Berdasarkan data diatas menjelaskan bahwa intensi atau minat dalam

berwakaf sangat signifikan. Potensi berwakaf di Indonesia juga sangat tinggi

sehingga meningkatkan intensi masyarakat. Intensi adalah kekuatan utama yang

menjadi motivasi untuk bertingkah laku tertentu, semakin kuat intensi, maka

semakin besar kemungkinannya untuk melakukan tindakan tersebut ( Ajzen, 2012).

Intensi diartikan sebagai sebuah kecenderungan yang tinggi terhadap sesuatu gariah

dan keinginan (Johan, 2019). Menurut Rahmatsyah (2011), yang diperkuat

Ferinaldy dkk (2019), intensi terdapat tiga bagian, mencoba menggunakan, berniat

menggunakan dan berencana menggunakan. Intensi dapat diukur dengan

ketertarikan, tindakan, perasaan senang, perhatian dan keterlibatan (Septiani et al.,

2020). Intensi berwakaf juga dipengaruhi oleh beberapa faktor Menurut As

Shadiqqy (2018) menyampaikan bahwa faktor religiusitas memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap minat berwakaf. Kemudian Pramudia & Syarief (2020)

menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi intensi berwakaf yaitu literasi,

religiusitas dan media informasi.

Program Magister Ilmu Manajemen


7

Dengan melihat potensi wakaf, memperlihatkan terjadinya hambatan dalam

praktek menghimpun dana CWLS yang ditargetkan mencapai Rp.180 Triliun pada

sukuk, namun realisasi dilapangan dana CWLS yang terhimpun masih rendah,

dikarenakan keputusan masyarakat dalam berwakaf masih rendah. Hal ini juga

menunjukan walaupun Indonesia sudah berada di peringkat atas pada Islamic

Finance Country Index dikarenakan hadirnya gagasan CWLS, namun pada praktek

penghimpunan dana nya masih belum optimal. Fenomena tersebut terindikasi

bahwa masih ada gap besar atau sesuatu yang ganjal antara potensi dengan realisasi

penghimpunannya.

Masih minimnya realisasi pada program wakaf produktif juga disebabkan

karena beberapa faktor lain, kurangnya pengetahuan literasi tentang wakaf. Hal

tersebut dikarenakan pengetahuan mengenai wakaf kurang disampaikan oleh tokoh

masyarakat maupun para juru dakwah disetiap daerah. Akibatnya, persepsi

masyarakat muslim terhadap wakaf sangat terbatas, sehingga sedikit masyarakat

yang mau berwakaf kecuali yang sudah belajar secara pribadi tentang wakaf.

Menurut hasil penelitian Amalia (2018), tentang hubungan intensi dalam

berwakaf, dimana hasil penelitiannya menunjukkan bahwa intensi atau minat

masyarakat untuk melakukan wakaf dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya,

pendapatan, religiusitas, literasi, tingkat pendidikan, pengetahuan, program

sosialisasi wakaf uang dan kepercayaan pada, citra lembaga wakaf, pengaruh

informatif, keakraban dengan lembaga wakaf, kebajikan dan faktor demografi.

Berdasarkan faktor yang dapat mempengaruhi intensi dalam berwakaf

peneliti menggunakan faktor literasi (Amalia, 2018), tentang religiusitas dan faktor

Program Magister Ilmu Manajemen


8

pendapatan (Amalia, 2018) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi dalam

berwakaf uang. Sehingga, peneliti menggunakan variabel tersebut karena memiliki

pengaruh terhadap intensi dalam berwakaf uang. dimana literasi keuangan syariah

merupakan faktor penting untuk mengetahui tujuan dan manfaat daripada

melakukan aktifitas wakaf uang, oleh kareana itu pentingnya kemampuan

mengetahui informasi dan ilmu pengetahuan terkait wakaf uang. Pewakif akan

mempertimbangkan setelah memahami maksud dan tujuan daripada program wakaf

yang dilaksanakan dengan literasi keuangan syariah, sehingga semakin banyak

informasi yang diperoleh terkait mengenai keuangan syariah maka semakin besar

intensi seseorang untuk berwakaf uang tersebut.

Robert F. Duvall (1998) mengatakan literasi ekonomi atau literasi keuangan

menjadi salah satu elemen terpenting, Presiden dari the National Councial on

Economic Education, USA, menyebutkan bahwa “Economic Literacy is a vital

skill, just as vital as reading literacy”. Dengan tingkat literasi keuangan syariah

yang tinggi berpontensi memberi nilai produktivitas yang tinggi. Literasi keuangan

syariah juga perlu diterapkan secara lebih luas untuk membangun masyarakat yang

mempunyai potensi untuk mewujudkan kesejahteraan ekonomi.

Maka dari pada itu, semakin banyak negara yang memposisikan literasi

keuangan syariah menjadi program utama meskipun menggunakan berbagai cara

dalam penerapan strateginya. Survei OECD Grifoni dan Messy (2009),

menunjukkan bahwa sebagian besar negara menggunakan istilah edukasi keuangan

(financial education) dan literasi keuangan (financial literacy) dan hanya sebagian

Program Magister Ilmu Manajemen


9

kecil negara mengaitkannya dengan kebijakan perlindungan konsumen (consumer

protection).

Literasi keuangan menurut Remund (2010), berhubungan dengan

kemampuan seseorang dalam mengelola dananya. Kemudian dikuatkan lagi dalam

penelitian Remund (2010) yang menyatakan lima kategori tentang konseptual

mengenai literasi keuangan syariah: (1) pengetahuan terhadap konsep keuangan,

(2) ketangkasan dalam mengelola keuangan pribadi, (3) kemampuan untuk

berkomunikasi mengenai konsep keuangan, (4) kemampuan dalam merencanakan

keuangan masa depan yang sesuai yang dibutuhkan, (5) kemampuan di dalam

membuat keputusan keuangan yang tepat.

Literasi keuangan Syariah merupakan pengetahuan tentang keuangan dalam

islam yang digunakan untuk pengambilan keputusan keuangan perusahaan (Razak

dan Abdullah, 2015). Literasi keuangan syariah adalah sebuah langkah atas

tingkatan yang dapat memahami konsep dari keuangan dan proses dari sebuah

kemampuan untuk mengelola keuangan secara tepat, baik secara jangka pendek

bahkan seumur hidup sehingga mampu mengubah kedaaan ekonomi. Razak dan

Abdullah (2015), menjelaskan bahwa literasi keuangan syariah dalam aspek yang

lebih luas yang terdiri dari manajemen keuangan atau kekayaan dasar (pendapatan,

konsumsi dan tabungan), perencanaan keuangan (skema pensiun, takaful dan

investasi berbasis syariah), hukum waris dan wasiyyah, zakat, sumbangan amal

(wakaf dan sedekah).

Faktor literasi merupakan faktor penting dalam menentukan minat

masyarakat untuk mengambil keputusan melakukan niat untuk berwakaf produktif

Program Magister Ilmu Manajemen


10

khususnya wakaf uang. Seseorang yang memiliki kemampuan literasi keuangan

yang memadai dapat mempertimbangkan dan menjadikan sebuah keputusan

keuangannya atau membuat rencana untuk berinvestasi. Fitriani Rasela (2022),

menyampaikan bahwa pengaruh Literasi wakaf terhadap minat mahasiswa

berwakaf pada forum wakaf mahasiswa Indonesia berdasarkan hasil uji t

sebagaimana telah menunjukan bahwa variabel literasi berpengaruh positif

signifikan terhadap minat berwakaf uang yang artinya apabila variabel literasi

keuangan syariah pada mahasiswa ditingkatkan maka minat mahasiswa berwakaf

uang juga akan meningkat.

Selanjutnya, faktor yang mempengaruhi intensi adalah pendapatan (Amalia,

2018), faktor tersebut juga sangat penting dalam menentukan seseorang untuk

berwakaf uang atau berwakaf produktif. Pendapatan adalah keseluruhan

penerimaan yang didapatkan pada waktu tertentu (Reksoprayitno, 2004).

Berdasarkan definisi diatas dapat diketahui bahwa pendapatan sebagai total

penerimaan oleh seseorang atas hasil kerja kerasnya yang berbentuk uang, pada

waktu tertentu. Dimana, dalam hal mewakafkan harta, pewakif nantinya

mempertimbangkan besar kecilnya pendapatan yang menjadi dasar dalam

melakukan wakaf kepada lembaga wakaf. Maka, semakin besar pendapatan maka

semakin banyak juga intensi untuk berwakaf uang.

Berdasarkan hasil penelitian Prastika (2019) menunjukan ternyata di

lapangan masih terdapat beberapa kendala yaitu rendahnya partisipasi dalam

program wakaf yang disebabkan oleh banyak hal. Dikuatkan oleh Murwanti dan

sholahudin (2017), perilaku berwakaf setiap orang ditentukan dua faktor, pertama

Program Magister Ilmu Manajemen


11

yaitu mengacu berapa besar pendapatan yang diterima dan untuk keperluan

konsumsi, kedua yaitu mengacu seberapa besar pendapatan yang diterima dan

disisihkan untuk ditabung. Adapun indikator pendapatan menurut Reksoprayitno

(2004), kesempatan dan pengalaman kerja, penghasilan yang diterima, anggaran

biaya sekolah dan beban keluarga yang ditanggung.

Faktor pendapatan merupakan bagian penting dalam menumbuhkan intensi

untuk berwakaf uang. Dikarenakan, berapapun uang yang ada pada seseorang dapat

digunakan untuk berwakaf uang melalui LKS (Attamimy, dkk., 2015). Sehingga,

pewakif tidak harus menunggu sampai kaya raya hanya untuk berwakaf, karena

wakaf lebih mudah karena bisa dibuat pecahan dan dapat melakukan wakaf kolektif

(Nafis, 2012).

Dalam penelitian Anwar dan Nisa’ (2019), menyampaikan terdapat

hubungan rendah dan signifikan antara pendapatan dengan minat berwakaf. Hal ini,

dikarenakan bahwa tinggi rendahnya pendapatan tidak mempengaruhi aktifitas

berwakaf. Hal ini dikarenakan, masih banyak yang belum mengetahui tentang

wakaf secara menyeluruh, sehingga wakaf hanya dianggap sebatas kegiatan amal,

seperti infaq, shadaqah dan zakat. Seiringan dengan penelitian Salmawati dan

Meutia (2018), membuktikan pendapatan secara signifikan positif mempengaruhi

intensi atau minat dalam berwakaf uang atau berwakaf produktif.

Selanjutnya faktor yang dapat memediasi intensi adalah religiusitas

(Rochimi, 2018). Religiusitas merupakan pemahaman pribadi terhadap agamanya

dan istiqomah pada agama yang dijalankannya, religiusitas juga menjadi penentu

Program Magister Ilmu Manajemen


12

sosial yang penting dalam aktifitas ibadah. Menurut Osman, Htay, dan Muhammad

(2012), religiusitas dapat mempengaruhi aktifitas dalam berwakaf uang.

Hasil penelitian Shiddiqy (2018) tentang Pengaruh Pendapatan,

Religiusitas, Jarak Lokasi, Tingkat Pendidikan dan Akses Informasi Terhadap

minat masyarakat untuk berwakaf uang. Hasil dari penelitian ini membuktikan

bahwa hanya religiusitas yang berpengaruh Terhadap minat masyarakat untuk

berwakaf produktif. Hal ini serupa dengan penelitian Hiyanti (2020), Rochimi

(2018), Lammam dan Gabler (2012), Osman et. Al (2012), yang membuktikan

religiusitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap intensi berwakaf uang.

Faktor religiusitas juga berpengaruh dalam kehidupan spiritual. Sehingga dapat

disimpulkan, semakin tinggi religiusitas maka intensi atau minat untuk berwakaf

semakin tinggi.

Berdasarkan fenomena serta kasus yang telah disampaikan diatas, maka

peneliti sangat tertarik untuk menguji dan mengethaui mengenai pengaruh literasi

keuangan syariah, pendapatan dan juga religiusitas yang dapat menumbuhkan

intensi berwakaf melalui penelitian yang berjudulkan “Analisis Pengaruh Literasi

Keuangan Syariah Dan Pendapatan Terhadap Intensi Wakaf Uang Pada Cash

Waqf Linked Sukuk (CWLS-Ritel) Yang Di Mediasi Oleh Religiusitas”.

Program Magister Ilmu Manajemen


13

1.2 Perumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang diatas, maka

dapat dirumuskan beberapa permasalahan yaitu :

1. Bagaimanakah pengaruh literasi keuangan syariah terhadap intensi

berwakaf pada Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS)?

2. Bagaimanakah pengaruh pendapatan terhadap intensi berwakaf pada Cash

Waqf Linked Sukuk (CWLS)?

3. Bagaimanakah pengaruh religiusitas terhadap intensi berwakaf pada Cash

Waqf Linked Sukuk (CWLS)?

4. Bagaimanakah pengaruh literasi keuangan syariah terhadap intensi

berwakaf pada Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) melalui religiusitas ?

5. Bagaimanakah pengaruh pendapatan terhadap intensi berwakaf pada Cash

Waqf Linked Sukuk (CWLS) melalui religiusitas ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah penelitian diatas, maka adapun tujuan

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk menguji pengaruh literasi keuangan syariah terhadap intensi

berwakaf pada Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS)

2. Untuk menguji pengaruh pendapatan terhadap intensi berwakaf pada Cash

Waqf Linked Sukuk (CWLS)

3. Untuk menguji pengaruh religiusitas terhadap intensi berwakaf pada Cash

Waqf Linked Sukuk (CWLS)

Program Magister Ilmu Manajemen


14

4. Untuk menguji pengaruh literasi keuangan syariah terhadap intensi wakaf

pada Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) melalui religiusitas

5. Untuk menguji pengaruh pendapatan terhadap intensi wakaf pada Cash

Waqf Linked Sukuk (CWLS) melalui religiusitas

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

baik secara teoritis maupun praktisi, antara lain sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi para ahli ilmu atau

pengembangan ilmu ekonomi dan keuangan Islam. Penelitian ini juga

berharap dapat berkontribusi baik dalam pengembangan ilmu ataupun

penyempurnaan dari penelitian-penelitian selanjutnya sehingga dapat

menjadi acuan sumber referensi untuk membangun peradaban hebat.

b. Bagi Mahasiswa, melatih mahasiswa untuk dapat menguraikan dan

membahas suatu permasalahan secara ilmiah, teoritis, dan sistematis.

Serta sebagai tambahan pembelajaran bagi mahasiswa mengenai

pembahasan yang terkait.

c. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini diharapkan dapat

digunakan sebagai referensi dan literatur untuk penelitian yang akan

datang.

Program Magister Ilmu Manajemen


15

2. Manfaat Praktis

a. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi semua pihak dalam

pengelolaan wakaf sebagai pedoman dalam mengambil keputusan

ataupun memberi informasi yang dibutuhkan dalam program wakaf.

b. Penelitian ini bertujuan sebagai masukan dan acuan untuk melanjutkan

penelitian di masa yang akan datang

c. Penelitian ini memberikan tambahan informasi bagi masyarakat untuk

mendukung program wakaf produktif yang dilakukan pemerintah pusat

maupun di Kota Lhokseumawe melalui program peningkatan literasi

keuangan syariah dan pemahaman tentang mindset wakaf sehingga

tercapainya target potensi wakaf yang di harapkan.

Program Magister Ilmu Manajemen


16

BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 WAKAF PRODUKTIF

2.1.1 Pengertian Wakaf

Wakaf menurut bahasa artinya adalah penahanan. Berasal dari kata wakafa-

yaqifuwaqfan maksudnya habasa-yahbisu-habsan (menahan). Jika kita membuka

kamus Lisanul Arab maka wakaf secara bahasa memiliki beberapa makna:

a) Al habs yang artinya menahan. Seperti layaknya polisi yang menahan seorang

penjahat dan memasukkannya ke dalam penjara agar ia tidak bisa melakukan

kejahatannya kembali.

b) Al man’u artinya mencegah. Seperti seorang ibu yang mencegah anaknya

bermainmain dengan api karena berbahaya dan agar ia tidak terbakar oleh api.

c) As sukun artinya berhenti atau diam. Seperti seseorang berhenti dari berjalan

atau juga seperti seekor unta yang berhenti dari berjalan (Sarwat, 2018)

Sedangkan menurut Sayyid Sabiq wakaf adalah penahan pokok dan

pengembangan. Penahanan pokok yang dimaksud adalah penahanan pada harta dan

penggunaan manfaatnya di jalan Allah SWT (Sabiq, 2008).

Wakaf berasal dari bahasa arab waqafa-yaqifu-waqfan dan awqafa-

yuqifu- iqafan yang berarti tetap berdiri, menahan, gelang, dan diam (Afifuddin

Muhajir, 2020). Kata wakaf terdapat dalam al qur’an (as-Shaffat [37]:24) yaitu

َ‫َو ِقفُ ْو ُه ْم اِنَّ ُه ْم َّم ْسـُٔ ْولُ ْون‬


“Dan tahanlah mereka karena sesungguhnya merekan akan dimintai

pertanggungjawaban”

16

Program Magister Ilmu Manajemen


17

Selain itu, menurut Al-Quran mendefinisikan wakaf adalah memberikan

harta yang dicintai dijalan Allah. Hal ini telah tertuang dalam surah Al-Imran

(92) sebagai berikut:

ْ ‫لَ ْن تَنَالُوا ْال ِب َّر َحتّٰى ت ُ ْن ِفقُ ْوا ِم َّما ت ُ ِحب ُّْونَ َۗو َما ت ُ ْن ِفقُ ْوا ِم ْن ش‬
‫َيء فَا َِّن اللّٰهَ بِ ٖه َع ِل ْي ٌم‬
“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum kamu

menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu

nafkahkan maka sesungguhnya Allah mengetahuinya.”

Berinfak dengan harta juga diminta untuk dikeluarkan dengan harta yang

paling baik sebagaimana firman Allah SWT dalam QS Al Baqarah ayat 267 berikut

ini:

َ‫س ْبت ُ ْم َو ِم َّما ٰٓ أ َ ْخ َر ْجنَا لَ ُكم ِمن‬ ِ َ‫طيِ ٰب‬


َ ‫ت َما َك‬ َ ‫وا ِمن‬ ۟ ُ‫ٰ ٰٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٰٓو ۟ا أَن ِفق‬
۟ ‫ض‬
‫وا‬ ُ ‫َل أَن ت ُ ْغ ِم‬
ٰٓ َّ ِ‫اخذِي ِه إ‬
ِ َٔ‫يث ِم ْنهُ تُن ِفقُونَ َولَ ْستُم بِـ‬ َ ِ‫وا ْٱل َخب‬۟ ‫ض ۖ َو ََل تَيَ َّم ُم‬ ِ ‫ْٱْل َ ْر‬
ٌ ‫ى َح ِميد‬ َ َ‫فِي ِه ٍۚ َوٱ ْعلَ ُم ٰٓو ۟ا أ َ َّن ٱللَّه‬
ٌّ ِ‫غن‬
“Wahai orang-orang yang beriman! Infakkanlah sebagian dari hasil

usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi

untukmu. Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal

kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata

(enggan) terhadapnya. Dan ketahuilah bahwa Allah Mahakaya, Maha Terpuji.”

Program Magister Ilmu Manajemen


18

2.1.2 Wakaf Menurut Para Ulama

Para ulama fiqh memberikan definisi yang beragam tentang wakaf,

yaitu diantaranya sebagai berikut:

1) Mazhab Syafiiyah

‫حبس مال يمكن اإلنتفاع به مع بقاء عينه بقطع التص رف في رقبته على مصرف مباح‬

Artinya : “Wakaf adalah menahan harta yang dapat dimanfaatkan dengan

tetap utuh bendanya untuk sesuatu yang diperbolehkan”

(alAnshari,1357/III:576 ; al-Qulyubi, 1995/III:94).

2) Mazhab Malikiyah

‫اعطاء المنافع على سبيل التأبيد‬

Artinya: “Wakaf memberikan manfaat wakaf selama-lamanya” (Ibnu

Abdussalam, 1993/VI:18).

3) Mazhab Hanabilah

‫تحبيس اْلصل وتسبيل الثمرة‬

Artinya: “ Wakaf adalah menahan pokok wakaf dan menyedekahkan

hasilnya” (Ibnu Qudamah, 1992/XIII:184).

4) Mazhab Hanafiyah

‫عبارة عن حبس الملوك عن التمليك من الغير‬

Arinya: “Wakaf adalah suatu ungkapan menahan harta dari kepemilikan

orang lain” (as-Sarakhsi, 1993/XII:27)

Pendapat ulama lain, menurut Imam Abu Hanifah wakaf adalah menahan

kepemilikan harta dari pihak yang mewakafkan (Wakif) dan menyedekahkan

Program Magister Ilmu Manajemen


19

kemanfaatan atas harta tersebut untuk tujuan kebaikan (Zuhaili, 2011). Maka

menurut Abu Hanifah transaksi wakaf ini bukanlah melepaskan hak wakif atas harta

yang diwakafkan. Melainkan berbagi manfaat atau hasilnya dan bukan memberi

fisik benda atau harta yang diwakafkan. Ikrar wakaf ini tidak mengikat atau bersifat

sementara ,jadi jika sewaktu-waktu dapat dibatalkan dan diminta atau ditarik

kembali menjadi milik wakif (Muzarie, 2010). Pendapat Imam Abu Hanifah ini

terkenal cukup kontroversial di kalangan jumhur ulama. Hal ini karena menurut

beliau harta yang sudah diwakafkan tetap masih menjadi milik pemberi wakaf.

Berbeda dengan kedua murid beliau yaitu Abu Yusuf dan Muhammad yang tidak

sependapat dengan guru mereka mengenai hal ini. Menurut kedua ulama besar

mazhab Hanafi ini bahwa kepemilikan harta wakaf sama sebagaimana pendapat

para jumhur ulama yaitu harta yang sudah diwakafkan maka harta tersebut menjadi

milik Allah dan bukan lagi menjadi hak pemberi wakaf (Sarwat, 2018).

Pendapat Imam Maliki menyatakan bahwa wakaf bukan melepas harta yang

diwakafkan tapi harta tersebut tetap dalam kepemilikan pewakaf (wakif) tetapi

menahan dari semua bentuk pengelolaan dari hasil harta tersebut dan

menyedekahkan hasilnya untuk tujuan kebaikan (Zuhaili, 2011). Jadi manfaat

kebaikan harta wakif ini diberikan atau digunakan oleh penerima wakaf dan namun

secara kepemilikan masih kepunyaan wakif. Contohnya mewakafkan harta untuk

kebaikan di jalan Allah SWT adalah seperti menahan kuda atau senjata untuk

kepentingan perang (Muzarie, 2010). Wakaf ini hanya berlaku untuk masa waktu

tertentu yang di pertimbangkan oleh orang yang mewakafkan. Jadi tidak boleh

Program Magister Ilmu Manajemen


20

disyaratkan sebagai wakaf yang berlaku selamanya atau kekal (Muzarie, 2010;

Zuhaili, 2011).

Imam Syafi’i berpendapat bahwa wakaf adalah menahan harta yang bisa

diambil manfaatnya beramal keabadian ainnya, untuk dibelanjakan pada hal-hal

yang mubah dan ada (Sarwat, 2018). Berdasarkan definisi ini menunjukkan bahwa

wakaf itu melepaskan hak pengawasan, pengelolaan atas harta yang diwakafkan

dan harta wakaf tersebut juga tidak bisa diwarisi oleh ahli warisnya juga tidak

menjadi milik orang lain tetapi menjadi milik Allah SWT. Semua hasil atau manfaat

dari harta wakaf ini harus disedekahkan sesuai dengan tujuan pewakafan tersebut.

Jangka waktunya pun menurut Imam Syafi’i dan Imam Hambali ini dilaksanakan

dengan waktu yang tidak terbatas karena harta wakaf telah menjadi milik Allah

SWT (Zuhaili, 2011).

Beberapa pengertian tentang wakaf dapat melahirkan pemahaman dan

praktik wakaf yang dinamis di masyarakat. Definisi tersebut tidak hanya meliputi

wakaf konsumtif dan jangka waktunya bersifat selamanya(muabbad) akan tetapi

juga meliputi wakaf yang bernilai ekonmis dan bertempo(muaqqat). Dengan

demikian, wakaf bertujuan untuk memberikan manfaat harta yang diwakafkan

kepada orang yang berhak dan dipergunakan sesuai dengan ajaran islam. Selain itu,

cakupan objek wakaf tidak hanya kepentingan ibadah namun juga melingkupi

kesejahteraan umum.

Program Magister Ilmu Manajemen


21

2.1.3 Sejarah Wakaf

2.1.3.1 Awal Mula Wakaf

Sejarah wakaf bermula dan sangat eksis ketika dimasa Rasulullah dan para

sahabatnya. Dimana, Salah satu dalil anjuran untuk melaksanakan wakaf adalah

tentang wakaf yang dilaksanakan Umar bin Khattab r.a adalah sebagaimana

dijelaskan oleh Rasulullah SAW dalam Hadits Muttafaq’alaih:

“Dari Abdullah bin Umar -raḍiyallāhu 'anhumā-, ia berkata, "Umar

memperoleh tanah di Khaibar lalu ia datang menemui Nabi - ṣallallāhu 'alaihi wa

sallam- untuk berkonsultasi tentang tanah itu. Dia berkata, "Wahai Rasulullah,

sesungguhnya aku telah memperoleh tanah di Khaibar. Aku sama sekali belum

pernah memperoleh harta yang sangat berharga bagiku sebelum ini, lalu apa yang

engkau perintahkan kepadaku mengenai tanah ini?" Rasulullah -ṣallallāhu 'alaihi

wa sallambersabda, "Jika engkau mau, wakafkan tanah pokoknya dan

bersedekahlah dengannya (hasilnya)!" Abdullah bin Umar berkata, "Lantas Umar

bersedekah dengan tanah itu. Hanya saja tanah pokok itu tidak dijual, tidak

dihadiahkan dan tidak diwariskan." Abdullah bin Umar berkata, "Selanjutnya Umar

bersedekah kepada orang-orang fakir, kerabat, budak sahaya, sabilillah, ibnu sabil

(orang yang bepergian) dan tamu. Tidak ada dosa bagi orang yang mengurus tanah

itu untuk memakan sebagian hasilnya dengan cara yang makruf atau memberi

makan sahabat tanpa menjadikannya sebagai harta." Dalam satu lafal, "Tidak

menjadikannya sebagai harta simpanan.”

Hadits ini menjelaskan sahabat Rasulullah SAW yang pertama kali

mendapat saran dari Rasulullah SAW untuk mewakafkan kebun kurmanya yang

Program Magister Ilmu Manajemen


22

menjadi haknya dari pembagian harta rampasan dalam perang Khaibar. Perang ini

terjadi pada tahun ketujuh hijriah, dimana keadaan kaum muslim pada waktu itu

dalam kondisi yang kekurangan. Tapi peperangan ini merupakan perang yang

fenomenal karena selain menjadi peristiwa penumpasan kekuatan yahudi yang

tercerabut dari akarnya tetapi juga menghasilkan pemasukan yang besar bagi kaum

muslimin dan mampu memperbaiki kondisi perekonomian Madinah ketika itu. Hal

ini dikuatkan oleh di dalam buku Syaikh Mubarakfury yang menceritakan kondisi

para sahabat dari muhajirin setelah perang khaibar ini mampu melunasi hutang-

hutangnya kepada para sahabat kalangan anshar (Mubarakfury, 1999)

Selain itu, Praktek yang tampak serupa dengan konsep wakaf sebenarnya

sudah dikenal lama dalam sejarah panjang kehidupan manusia meski dengan istilah

yang berbeda-beda. Di jaman Mesir kuno, ketika masa pemerintahan Raja Ramses

Kedua mempraktekkan pengelolaan tanah milik kerajaan dan para orang kaya, yang

sekilas tampak seruhpa dengan konsep wakaf. Dimana dari hasil pengolahannya

dihibahkan kepada para tokoh agama (Kemenag, 2017). Tokoh agama ini diberikan

kebebasan untuk mengelola hasil hibah tersebut, seperti untuk pemeliharaan tempat

ibadah ataupun diberikan kembali sebagai bantuan untuk rakyat miskin. Bangsa

Yunani dan Romawi kuno juga membuat alokasi khusus dari keuntungan

pengelolaan propertinya untuk kepentingan pendidikan dan membangun

perpustakaan (Kahf, 2011). Para ulama muslim berpendapat bahwa wakaf yang

pertama kali dikenal manusia adalah pada bangunan Ka’bah (Baitullah). Hal ini

berdasarkan firman Allah SWT dalam QS surat Ali Imran ayat 96.

Praktek di masa pra Islam ini dinilai nampak serupa dengan konsep wakaf

Program Magister Ilmu Manajemen


23

namun hal ini dibantah oleh Sayyid Sabiq yang menyatakan bahwa kaum terdahulu

(jahiliyah) tidak mengenal istilah wakaf. Hal ini karena wakaf adalah syariat yang

diserukan dan dianjurkan oleh Rasulullah SAW sebagai bentuk kepedulian terhadap

golongan orang miskin dan bentuk kasih sayang terhadap orang-orang yang

membutuhkan bantuan. Pendapat ini juga dikuatkan oleh pendapat Imam Syafii’

yang menyatakan bahwa yang mempraktekkan wakaf hanyalah umat Islam dan

orang-orang jahiliyah tidak mempratekkan wakaf. (Sabiq, 2008; Zuhaili, 2011).

2.1.3.2 Wakaf Pertama masa Rasulullah SAW

Berdasarkan sumber literatur yang ada menunjukkan bahwa ada dua

pendapat dari para fuqaha tentang siapa sebenarnya yang pertama kali

melaksanakan wakaf. Menurut pendapat yang pertama, sebagian ulama

mengatakan bahwa yang pertama kali melaksanak syariat wakaf ini adalah

Rasulullah SAW, dimana beliau mewakafkan tanahnya untuk kemudian dibangun

masjid Quba. Mesjid ini dikenal sebagai mesjid pertama yang dibangun Rasulullah

setelah hijrah ke Madinah. Mesjid Quba ini dibangun di tahun 622 , terletak sekitar

400 kilometer dari utara Kota Makkah (Kahf, 2011).

Kemudian enam bulan berikutnya, Rasulullah SAW mewakafkan tujuh

kebun kurma di Madinah yang dibeli dari dua anak yatim Bani Najjar senilai 800

dirham. Di tanah inilah dibangun Masjid Nabawi (Kahf, 2000). Hal ini

berdasarkan keterangan sebagaimana yang disampaikan dari Hadits Rasulullah

SAW berikut ini:

Program Magister Ilmu Manajemen


24

“Telah bercerita kepada kami Musaddad telah bercerita kepada kami Abdul

Warits dari Abu At Tayyah dari Anas r.a berkata: Nabi shallallahu’alahi wasallam

memerintahkan untuk membangun masjid lalu berkata: “Wahai Bani Najjjar

tentukanlah harganya (juallah) kepadaku kebun-kebun kalian ini”. Mereka berkata

: “Demi Allah kami tidak membutuhkan uangnya kecuali kami berikan untuk

Allah (Al-Bukhary, 2002)

Menurut pendapat yang kedua, sebagian ulama berpendapat bahwa yang

pertama kali melaksanakan syari’at wakaf adalah Umar bin al Khathab r.a atas

bagian tanahnya di Khaibar. Wakaf yang dilaksanakan oleh Umar bin Al Khathab

ini ternyata mendorong para sahabat lainya untuk bersegera dalam mewakafkan

hartanya, seperti Abu Thalhah r.a yang mewakafkan kebun kesayangannya,

Bairahah terutama setelah turunnya QS Ali Imran ayat 92. Kemudian, Semangat

berwakaf ini diikuti pula oleh Ali bin Abi Thalib r.a yang mewakafkan tanahnya

yang subur kemudian diikuti Utsman bin Affan r.a yang menyedekahkan bagian

tanahya di Khaibar dan berwakaf atas sumur Raumah menjadi sumber air bagi

masyarakat Madinah dan masih masyhur hingga kini (Kemenag, 2017).

Sepeninggal Rasulullah SAW, wakaf tetap dikelola dengan baik. Di jaman

Umar bin al Khatab, Baitul Mal sudah dilembagakan dan bersifat indipenden dan

dilengkapi dengan sistem administrasi yang baik yang didukung dengan adanya

diwan atau lembaga yang menjaga, mengatur pemasukan dan penyaluran dana

untuk pengurus dan bagi yang berhak menerimanya (Fitmawati, 2019). Khalifah

Umar bin Khatab juga menuliskan dokumen wakaf atas tanah khaibar yang

dilaksanakannya di tahun ketujuh hijriyah dengan para saksi dan

Program Magister Ilmu Manajemen


25

mengumumkannya ke masyarakat pada masanya (Kahf, 2011). Selama sepuluh

tahun kepemimpinannya, tanah wakaf yang ada semakin meluas dan bertambah

seiring dengan pembebasan tentara kaum muslimin di wilayah seperti Syam,

Mesir dan Iraq. Salah satu hasil musyawarah dengan para sahabat, termasuk

diantaranya dengan Ali bin Abi Thalib di dalamnya adalah tidak memperbolehkan

tanah pertanian yang ada di daerah pembebasan menjadi milik para tentara dan

mujahid, tanah tersebut dijadikan wakaf bagi umat, namun jika ada petani yang

menggunakan tanah wakaf tersebut maka akan dikenai beban berupa pajak

(kharaj). Hasil musyarawah ini diperkuat oleh dasar dalil Al Qur’an surat al Hasyr

dari ayat 7 hingga ayat 10 (Fitmawati, 2019).

2.1.3.3 Masa Dinasti Kejayaan Islam

Perkembangan wakaf menjadi lebih luas lagi ketika di masa dinasti Bani

Umayyah dan Abbasiyah. Di masa Bani Umayyah ini dimulainya peralihan jalur

pemerintahan islam dari kekhalifahan menjadi kerajaan turun temurun. Meski

diwarnai pergeseran nilai dan menjadi sarana memperkaya diri tetapi ketika

dinasti Umayyah berada bawah pimpinan Umar bin Abdul Aziz, beliau

menerapkan kembali ajaran Islam pada jalurnya, seperti mengembalikan harta

kekayaan keluarganya kepada Baitul Mal dan memprioritaskan untuk

pembangunan umat dan memperbaiki kehidupan masyarakatnya dengan

meningkatkan taraf hidup masyarakat secara keseluruhan. Penghapusan pajak

pada kaum muslimin, sekaligus juga memperbaiki pertanian juga membangun

jalan-jalan, menyantuni fakir miskin dan berbagai kebijakan yang meningkatkan

Program Magister Ilmu Manajemen


26

kesejahteraan masyarakatnya hingga kesulitan mencari rakyatnya yang layak

menerima zakat (Amalia, 2010).

Pada masa khalifah Hisyam bin Abdul Malik, dibentuk lembaga wakaf

tersendiri di bawah pengawasan hakim. Lembaga wakaf inilah yang menjadi

lembaga yang melakukan administrasi wakaf yang pertama kalinya di Mesir.

Dibawah pengawasan hakim Taubah bin Ghar al Hadramiy, wakaf dikelola

dengan baik dan hasilnya diberikan kepada yang membutuhkan dan berhak

menerimanya (Khusaeri, 2015).

Masa keemasan Bani Abbasiyah terjadi pada periode awalnya yaitu dari 132

H / 750 M sampai 232 H/847M dimana kekuasaan berada di tangan para khalifah

sepenuhnya sebelum berpindah ke Bani Saljuk hingga kemundurannya dan

akhirnya kalah oleh bangsa Mongol pada tahun 1258 M. Perekonomian semakin

berkembang pesat pada saat tampuk kekuasaan berada di bawah khalifah Harun

Al Rasyid. Pengelolaan Baitul Mal yang baik dimana Ia menunjuk wajiz yang

menjadi kepala beberapa jenis diwan (lembaga). Berbagai jenis pendapatan negara

dimasukkan ke dalam Baitul Mal dan dikeluarkan berdasarkan kebutuhan

pemerintahannya. Pendapatan Baitul Mal juga dialokasikan untuk riset-riset

ilmiah, biaya penterjemah buku-buku Yunani juga untuk biaya pertahanan serta

pengeluaran rutin pegawai (Amalia, 2010). Pada masa Bani Abbasiyah, terdapat

lembaga wakaf tersendiri yang mengatur dan mengelola wakaf. Lembaga inilah

yang mengelola wakaf dengan baik hingga masyarakat pada masa itu merasakan

manfaatnya.

Program Magister Ilmu Manajemen


27

Pada masa dinasti Mamluk, wakaf berkembang dengan sangat besar,

walaupun sebagian besar yang diwakafkan bentuknya ketika itu adalah tanah

pertanian dan bangunan. Hasil pengelolaanya disalurkan untuk pengembangan

kegiatan pendidikan. Salah satu kebijakan dari Shalahudin al Ayyuby adalah

menetapkan bahwa bagi orang Nasrani yang berdagang di Mesir wajib membayar

bea cukai. Hasil bea cukai ini dikumpulkan dan diwakafkan kepada para fuqoha

dan keturunannya. Pada masa ini, harta milik Baitul Mal dijadikan modal untuk

diwakafkan dan dikembangkan untuk pendidikan dimana dari dengan majunya

pendidikan di masyarakat di masa Ayyubiyah ini berhasil mengurangi dan

menghilangkan pengaruh ajaran syi’ah yang dibawa oleh dinasti Fatiminyah yang

telah berkuasa sebelumnya. Pada dinasti Mamluk sudah ada perundang-undangan

tentang wakaf, tepatnya sejak 1260 M / 658H, dimana di dalam undang-undang

tersebut menyebutkan bahwa wakaf terbagi menjadi tiga kategori (Khusaeri,

2015), yaitu :

a) pendapatan negara dari hasil wakaf yang diberikan penguasa pada orang-orang

yang berjasa.

b) wakaf untuk membantu Haramain (fasilitas Mekkah dan Madinah).

c) Kepentingan Masyarakat Umum.

Sedangkan pada masa Ustmaniyah, penghasilan negaranya banyak

bersumber dari tanah pertanian dan pajaknya dan hampir 20 % dari wilayahnya

merupakan tanah wakaf. Pembangunan untuk pusat pelayanan sosial masyarakat

seperti masjid, madrasah, rumah sakit, penginapan, kanal air, pasar, jalan juga

jembatan semuanya didanai oleh penghasilan dari pengelolaan wakaf. Jadi

Program Magister Ilmu Manajemen


28

berbagai pembanguan yang ada di kota Istanbul didukung dan didanai oleh hasil

proyek wakaf. Disni terlihat bagaimana negara Ustmani melakukan pengelolaan

kekayaaanya dengan sangat baik hingga kesejahteraaan masyarakatnya tetap

terjamin. Sistem pengelolaan wakaf yang baik juga membantu negara Ustmani

dalam menjalankan pemerintahannya. Keindahan jejak peninggalan kekhalifahan

negara Ustmani hingga kini masih kita bisa lihat dan ini menunjukkan bagaimana

kekuatan dan kejayaan dari pusat negara Islam pada masanya (Supratman, 2019).

Wakaf yang dikelola pada masa Ustmaniyah tidak hanya diberlakukan

untuk harta yang tidak bergerak saja seperti tanah dan bangunan tetapi, berlaku

untuk bentuk harta tidak bergerak lainnya seperti peralatan pertanian bahkan juga

dalam bentuk uang. Pengembangan kepada wakaf uang ini dimulai pada abad ke

15. Walaupun ada perdebatan dikalangan para ulama tentang hukum wakaf uang.

Sebagian ulama yang memperbolehkannya adalah Imam Hanafi, Imam

Muhammad Syaibani dan Abu Yusuf, disertai dengan beberapa syarat didalamnya

(Iskandar, 2020).

Wakaf uang ini terus dikembangkan dan dijadikan salah satu pemasukan

negara Ustmaniyah ketika itu. Hasil dari wakaf tersebut digunakan menyediakan

fasilitas masyarakat juga disalurkan dalam bentuk bantuan bagi masyarakat yang

miskin. Pada masa keruntuhan kesultanan Ustmaniyah , wakaf sempat ditiadakan

namun akhirnya dijalankan kembali dengan pendirian lembaga keuangan yang

bernama Vakif Bank Turki, dimana modal bank ini adalah hasil wakaf uang pada

masa kesultanan Ustmaniyah(Iskandar, 2020).

Program Magister Ilmu Manajemen


29

2.1.4 Perkembangan Wakaf di Indonesia

Wakaf sebagai salah satu syariat yang dibawa oleh Rasulullah SAW

merupakan salah satu instrumen yang menarik dalam kerangka ibadah yang

berhubungan dengan berbagi atau memberikan harta kepada orang lain. Selain

karena ketentuannya tidak terlalu ketat layaknya pada zakat, hasil dari wakaf bisa

dialokasikan untuk apa pun, tidak hanya untuk pembangunan infrastruktur saja

(jalan, jembatan, rumah sakit) tetapi bisa untuk pemberian modal usaha pedagang

kecil, beasiswa bahkan menciptakan lapangan kerja baru untuk masyarakat. Hal

ini menunjukkan keistimewaan dan keunggulan wakaf sebagai salah satu dari

sistem syariat Islam yang mengelola harta untuk kebaikan dan kesejahteraan umat

(Sarwat, 2018).

Di Indonesia sistem wakaf telah dikenal sejak Islam masuk ke Indonesia

(Kemenag, 2017). Namun penegelolaanya masih harus banyak mengejar

ketertinggalan jika dibandingkan dengan pengelolaan di negara muslim lainnya.

Berdasarkan data dari Sistem Informasi Wakaf (SIWAK) Kementrian Agama

menunjukkan Indonesia memiliki potensi wakaf tunai mencapai 180 Triliun per

tahunnya (KNEKS, 2019). Menurut data informasi SIWAK, menunjukkan aset

wakaf yang berupa tanah di Indonesia adalah seluas 562.776.400 m2 yang tersebar

di 430,758 lokasi dan 58,7 % sudah bersertifikat wakaf (Kementerian Agama,

2020).

Program Magister Ilmu Manajemen


30

Gambar 2.1 Pemetaan pengelolaan aset wakaf produktif

Dari data di atas terlihat bahwa aset wakaf masih didominasi dalam bentuk

masjid sebagai sebesar 43,7% dan sebagai musholla sebesar 9,24%. Ini

menunjukkan bahwa aset wakaf yang ada belum dikelola secara produktif karena

masih disalurkan sebagai layanan sosial masyarakat, belum mengarah pada

pengelolaan yang bisa menghasilkan nilai ekonomis yang lebih tinggi. Padahal

potensi wakaf yang tinggi ini jika dikelola dengan profesional bisa menjadi

instrumen yang bisa memberikan kontribusi besar bagi peningkatan kesejahteraan

hidup masyarakat. Disinilah Indonesia perlu mengadaptasi sistem pengelolaan

wakaf di negara-negara muslim lainnya agar potensi yang ada bisa terkelola

dengan baik dan profesional dan berdaya manfaat lebih luas lagi.

Pada tahun 2004 dibentuklah Badan Wakaf Indonesia (BWI) yaitu lembaga

negara yang independen khusus untuk mengembangkan pengelolaan wakaf.

Badan in mendata juga membina nazhir (pengelola aset wakaf) agar aset wakaf

bisa dikelola lebih baik dan bisa memberikan manfaat yang lebih besar bagi

masyarakat, baik itu dalam bentuk pelayanan sosial, ekonomi maupun

pembangunan infrastruktur (Badan Wakaf Indonesia, 2019). Bulan Maret 2022

Program Magister Ilmu Manajemen


31

yang lalu BWI melalui Pusat Kajian Transformasi Digital (PTKD) meluncurkan

Laporan Indeks Wakaf Indonesia (IWN) sebagai laporan kerja kinerja

pengelolaan wakaf nasional pertama di Indonesia. Dengan adanya IWN ini

diharapkan seluruh masyarakat turut memantau perkembangan wakaf terkini.

IWN sebagai laporan kinerja yang transparan dan didukung oleh sistem yang

terpercaya, dapat meningkatkan kredibilitas IBW sebagai lembaga pengelola

wakaf yang berkualitas dan profesional (Badan Wakaf Indonesia, 2022)

2.1.5 Dasar Hukum Wakaf dan Wakaf Uang

Wakaf uang merupakan mewakafkan harta berupa uang yang dikelola oleh

nazir yang keuntungannya akan diberikan kepada penerima manfaat, modalnya

tidak bisa diganggu, sedangkan dana yang terkumpul selanjutnya dapat

diinvestasikan dan digulirkan oleh nazir ke dalam berbagai sektor usaha yang halal

dan produktif, sehingga keuntungannya dapat dimanfaatkan untuk pembangunan

umat dan bangsa secara keseluruhan. (Suganda, 2014)

Secara umum dalam al –qur’an tidak ada yang menjelaskan secara perinci

tentang konsep wakaf. Dikarenakan wakaf termasuk salah satu golongan infaq

dijalan Allah SWT maka para ulama menjelaskan dan menerapkan konsep wakaf

dengan keumuman ayat-ayat alqur’an yang berkenaan dengan infaq, yaitu

diantaranya surat al baqarah ayat 267:

َ‫س ْبت ُ ْم َو ِم َّما ٰٓ أ َ ْخ َر ْجنَا لَ ُكم ِمن‬ ِ َ‫طيِ ٰب‬


َ ‫ت َما َك‬ َ ‫وا ِمن‬ ۟ ُ‫ٰ ٰٓيَأَيُّ َها ٱلَّذِينَ َءا َمنُ ٰٓو ۟ا أَن ِفق‬
۟ ‫ض‬
‫وا‬ ُ ‫َل أَن ت ُ ْغ ِم‬
ٰٓ َّ ‫اخذِي ِه ِإ‬
ِ َٔ‫يث ِم ْنهُ تُن ِفقُونَ َولَ ْستُم ِبـ‬ َ ‫وا ْٱل َخ ِب‬۟ ‫ض ۖ َو ََل تَيَ َّم ُم‬ ِ ‫ْٱْل َ ْر‬
ٌ ‫ى َح ِميد‬ٌّ ِ‫غن‬َ َ‫فِي ِه ٍۚ َوٱ ْعلَ ُم ٰٓو ۟ا أ َ َّن ٱللَّه‬

Program Magister Ilmu Manajemen


32

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah)

sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kami

keluarkan dari bumi untuk kamu. dan janganlah kamu memilih yang burukburuk

lalu kamu menafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau

mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. dan

Ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji”.

Hukum wakaf di Indonesia diatur dalam peraturan perundang-undangan

wakaf. Legalisasi Undang-Undnag No 41 tahun 2004 tentang wakaf menjadikan

hukum wakaf islam mendapat pengatturan secara khusus dalam peraturan

perundang-undang di Indonesia. Negara membuat paying hukum terhadap praktik

wakaf benda tidak bergerak dan bentuk wakf produktif wakaf benda bergerak

(wakaf uang), peraturan perundang-undang tentang wakaf di Indonesia sebagai

berikut (Ulya Kencana, 2017) :

1) Undang-undang : Undang-undang No 41 Tahun 2004 tentang wakaf.

2) Instruksi Presiden no 1 Tahun 1991 tentang kompilasi Hukum Islam Buku III

Hukum Perwakafan.

3) Keputusan Presiden nomor 75/M tahun 2007 ditetapkan di Jakrta, tanggal 13Juli

2007 tentang kenaggotaan Badan Wakaf Indonesia diangkat oleh Presiden

Republik Indonesia.

4) Peraturan Pemerintah

a) Peraturan pemerintah No 28 Tahun 1977 tentang perwakafan Tanah Milik.

b) Peraturan pemerintah No 42 tahun 2006 tentang pelaksanaan undnagundang

No 41 tahun 2004 tentang wakaf.

Program Magister Ilmu Manajemen


33

5) Peraturan Menteri Agama

a) Peraturan Menteri Agama No 4 tahun 2009 tentang administrasi pendaftaran

wakaf uang.

b) Peraturan menteri agama republik Indonesia tentang penetapan bank

syari’ah sebagai lembaga keuangan syari’ah penerima wakaf uang.

6) Keputusan Menteri Agama

a) Keputusan menteri agama No 73 Tahun 2013 tentang tatacara perwakafan

benda tidak bergerak dan benda bergerak selain uang.

b) Keputusan menteri agama republic Indonesia tentang daftar lembaga

keuangan syari’ah penerima wakaf uang.

c) Keputusan Direktur Jendral Bimbingan Masyarakat Islam No DJ.II/420

tahun 2009 tentang model, bentuk dan spesifikasi formulir wakaf uang.

7) Peraturan Badan Wakaf Indonesia

Beberapa peraturan BWI diantaranya yaitu:

a) Peraturan BWI No 2 tahun 2009 tentang pedoman penerimaan wakaf uang

bagi Nazhir BWI

b) Peraturan BWI No 2 Tahun 2010 tentang tatacara pendaftaran Nazhir wakaf

uang.

c) Peraturan BWI No 4 Tahun 2019 tentang pedoman pengelolaan dan

pengembangan harta benda wakaf.

8) Fatwa Majelis Ulama Indonesia tanggal 11 mei 2002 tentang wakaf uang.

Kedudukan hukum islam dalam sistem hukum di Indonesia memperoleh

pengakuan yuridis, meski masih berkisar pada bidang hukum keluarga, perdata dan

Program Magister Ilmu Manajemen


34

ekonomi islam. Wakaf uang sebagai bagian dari aturan hukum islam termasuk

dalam system hukum indonesia yang berasal dari nilai, asas, dan norma hukum

islam. Sunaryati Hartono mengemukakan paling sedikit ada dua belas unsur yang

saling mempengaruhi dalam system hukum, yaitu nilai kehidupan berbangsa,

filsafat hukum, budaya hukum, norma hukum, bahasa hukum, lembaga hukum,

prosedur di lembaga hukum, sumberdaya manusia, pendidikan hukum, dan

anggaran pembangunan hukum. Elemen-elemen tersebut bersifat dinamis dan

selalu berkaitan dengan perencanaan pembangunan hukum jangka panjang.

Hukum Indonesia menganut tiga system hukum, yaitu hukum islam, hukum

adat dan hukum barat. Sedangkan hukum wakaf indonesia dapat dikaji dengan

ketiga aspek hukum tersebut. Filosofi hukum wakaf di Indonesia adalah untuk

memajukan kesejahteraan umum berdasarkan pada keadilan sosial sesuai dengan

pancasilandan UUd 1945 melalui sistem hukum wakaf indonesia.

2.1.6 Rukun dan Syarat Wakaf

Abdul Wahab Khallaf membagi rukun wakaf menjadi 4 yaitu (Afifuddin

Muhajir, 2020):

1) Wakif

Wakif adalah orang yang berwakaf atau pemilik harta benda yang melakukan

tindakan hukum. Syarat-syarat menjadi seorang wakif yaitu baligh, berakal

dan mempunyai kemauan sendiri. Wakaf merupakan bentuk amal jariyah yang

menjadi salah satu dari perbuatan tabarru’(derma). Seseorang dapat dikatakan

mempunyai kecakapan tabarru’ dalam wakaf jika ia merdeka, benar-benar

Program Magister Ilmu Manajemen


35

pemilik harta yang diwakafkan, berakal sehat, baligh dan pandai (rasyid)

2) Mauquf

Mauquf adalah harta yang diwakafkan. Syarat –syarat harta yang diwakafkan

adalah:

a) Harta wakaf memiliki nilai (berharga) dan jelas wujudnya

b) Diketahui jumlah/kadarnya

c) Dimiliki penuh oleh orang yang berwakaf

d) Hartanya berdiri sendiri, tidak bercampur atau melekat dengan harta lain

3) Mauquf ‘alaih

Mauquf ‘alaih adalah orang yang menerima wakaf. Adapun syarat-syarat

orang yang menerima wakaf

4) Sighat wakaf

2.1.7 Jenis harta benda wakaf

Menurut Undang- undang Nomor 41 tahun 2004 menyatakan bahwa harta

benda wakaf hanya dapat diwakafkan jika dimilik dan dan dikuasai oleh wakif yang

sah. Adapun harta benda wakaf adalah sebagai berikut:

1) Benda Tidak Bergerak

Benda tidak bergerak yang dapat diwakafkan adalah: tanah dengan status hak

milik, Hak Guna Bangunan, hak pakai, hak guna usaha, bangunan, tanaman

dan benda lain yang berkaitan dengan tanah serta hak milik atas satuan rumah

susun dan benda tidak bergerak lainnya yang sesuai dengan ketentuan syariah

dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Program Magister Ilmu Manajemen


36

2) Benda bergerak selain uang

Benda bergerak selain uang yang dapat diwakafkan adalah sebagai berikut:

a) Benda bergerak karena sifatnya

Contoh benda bergerak menurut sifatnya seperti: kapal, pesawat, motor,

mobil, mesin atau peralatan industri, logam atau batu mulia dan lain-lain.

b) Benda bergerak menurut perundang-undangan.

c) Hak atas kekayaan intelektual.

d) Hak atas benda bergerak lainnya

3) Benda bergerak berupa uang/Tunai

2.1.8 Wewenang BWI bagi Pengembangan Wakaf Uang di Indonesia

Perkembangan hukum wakaf di Indonesia sejak dahulu sampai sekarang

akrab dengan wakaf tanah, masjid serta madrasah. Legalisasi UU No 41 tahun 2004

tentang wakaf mengubah paradigm berpikir tentang jenis-jenis harta benda yang

diwakafkan, salah satunya boleh wakaf dengan menggunakan uang. Wakaf dalam

ranah hukum di Indonesia berada dibawah wewenang Peradilan agama. Dalam

tataran hukum ekonomi islam ( muamalat ) dan aspek hukum bisnis islam wakaf

dianggap sebagai system ekonomi yang mampu meminimalisasi kesenjangan

ekonomi umat melalui pemberdayaan perekonomian Indonesia.

Untuk mencapai tujuan hukum maka wakaf uang perlu dikelola dan

dikembangkan secara maksimal untuk mencapai kemaslahatan masyarakat

berkelanjutan. Perlu sebuah lembaga atau badan yang berwenang dan

bertanggungjawab terhadap perkembangan wakaf di Indonesia. Oleh karena itu

Program Magister Ilmu Manajemen


37

BWI (Badan Wakaf Indonesia) sebagai lembaga independen yang yang berwenang

melakukan pengembangan perwakafan di Indonesia sangat penting keberadaan nya.

Kedudukan hukum yang ada disuatu tempat adalah bertujuan untuk

kemakmuran dan kemashlahatan masyarakat. Adanya hukum karena ada

masyarakat dan adanya masyarakat juga membutuhkan hukum untuk mengatur dan

mengarahkan sehingga menjadi lebih baik. Hukum wakaf ada karena praktik wakaf

sudah dilakukan masyarakat Indonesia sejak dahulu dan mungkin sudah menjadi

tradisi. Sehingga dengan adanya aturan wakaf maka akan terkonsep atau mampu

terealisasi dengan baik.

Penegakan hukum (rule of law) merupakan doktrin hukum yang muncul

seiring dengan adanya Negara konstitusi dan demokrasi. Rule of law berfungsi

sebagai jaminan formla bagi rasa keadilan untuk rakyat Indonesia yang berkeadilan

social. Keadilan social diartikan sebagai suatu keadaan yang menggambarkan

bahwa hasil pembangunan dapat dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia.

Pengertian keadilan social lebih luas daripada keadilan hukum, karena

keadilan social bukan sekedar berbicara tentang keadilan (dalam arti tegaknya

peraturan perundang-undang atau hukum) melainkan berbicara tentang lebih luas

tentang hak warga Negara dalam suatu Negara. Konsep rule of law dalam hukum

wakaf islam dibangun atas dasar keadilan, ada hak sama untuk menikmati manfaat

harta kekayaan benda wakaf uang berdasarkan perintah agama. Hakikat yang akan

dicapai melalui hukum wakaf uang di Indonesia adalah agar dapt mewujudkan

keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia. Tujuan filantropi islam tidak

sematamata hanya melaksanakan kewajiban kebaikan dengan memberi sebagian

Program Magister Ilmu Manajemen


38

harta kepada orang lain namun juga bertujuan untuk memperkuat kesejahteraan

masyarakat. Kesejahteraan yang dimaksud adalah menghilangkan kesenjangan

yang lebar antara kelompok kaya dan miskin sebagai cara untuk mewujudkan

keadilan social.

Dalam ajaran berwakaf terdapat nilai keadilan sosial ekonomi, dapat

membebaskan rasa ketimpangan dan kecemburuan sosial yang berpangkal pada

kepemilikan harta benda. Sebagai salah satu aspek ajaran islam yang berdimensi

sosial, wakaf menempati posisi yang penting dalam upaya membangun suatu

system sosial yang berkeadilan dan berkesejahteraan.

Pengelolaan wakaf uang oleh nazhir dikaitkan dengan konsep keadilan

rawls, untuk mengukuhkan situasi adil pada badan hukum sebagai nazhir pengelola

wakaf uang memerlukan jaminan terhadap hak dasar yang berlaku bagi semua

pengelola wakaf uang baik perseorangan, organisasi, dan badan hukum

berkebebasan dimata hukum. Rekonstruksi BWI dalam konteks pengelolaan wakaf

uang, dalam hukum wakaf Indonesia menetapkan sebagai mitra kerjanya dalam

pengembangan wakaf uang di Indoneisa melalui LKS-PWU. Berkaitan dengan

politik pembangunan hukum ekonomi islam indonesia dalam hukum wakaf uang,

pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf uang menggunakan Lembaga

Penjamin Syariah yang berupa Lembaga Keuangan Syari’ah ( bank syari’ah) yang

ditunjuk oleh Menteri Agama atas persetujuan Bank Indonesia dan BWI.

Program Magister Ilmu Manajemen


39

2.1.9 Peluang Wakaf Uang

Peluang wakaf uang di Indonesia memiliki masa depan yang cerah yang

dapat diaplikasikan untuk mengentaskan kemiskinan. Hal ini karena ada afirmasi

penguasa, dalil-dalil wakaf yangbbersifat Dhanni, wakaf sebagai potensi ekonomi,

keluwesan dalam model distribusi wakaf, berwakaf uang tidak perlu kaya.

1) Afirmasi penguasa

Hukum wakaf uang dalam UU 41 tahun 2004 memiliki tiga aspek kekuatan,

yang pertama aspek teologis. Undang-undang ini memberi peluang pada umat

islam untuk menjalankan perintah Allah dalam bentuk wakaf uang. Kedua,

aspek hukum. Undang-undang terssebut memberi kekuatan hukum yang

sebelumnya belum mencakup aturan wakaf uang. Ketiga, aspek sosial

ekonomi. Undang-undnag tersebut dapat menggerakkan dan memacu

pemberdayaan ekonomi dan kesejahteraan melalui wakaf uang. Dengan

diundang-undangkan UU 41 tahun 2004, kedudukan wakaf uang semakin kuat

bukan dari aspek fiqhiyyah saja, tetapi juga aspek tata hukum nasional.

2) Dalil- dalil bersifat Dhanni

Mundzir qahf (2005:151) menemukan bahwa az-Zarqa’ mengemukakan setia

hukum yang berkaitan dengan wakaf adalah persoalan ijtihat dan ijma’ ulama.

Wakaf berbeda dengan zakat. Hadis menggunakan kata “habs” yang berarti

menahan. As-Sarakhsi dalam kitab al-mabsuth mengistilahkan wakaf dengan

al-waqf , imam syafi’I menyebut wakaf dalam kitab al-Umm dengan al-ahbas,

dan imam menyertakan hadishadis tentang wakaf dengan istilah kitab al-

washaya. Keberagaman nomenklatur wakaf menunjukan bahwa wakaf bersifat

Program Magister Ilmu Manajemen


40

ijtihadi karena tidak ada satupun dalil naqli yang jelas dan pasti (sharih dan

qoth’i) tentang wakaf ( Mubarok, 2008:16). Ada pendapat masyhur dikalangan

malikiyyah yang membolehkan wakaf uang kontan. Ulama yang

membolehkan sewa dirham dan dinar juga membohkan wakaf dengan nya dan

ulama yang tidak membolehkan dengan nya juga tidak membolehkan wakaf

dengan nya.

Wakaf ditinjau dari aspek akad dalam hukum islam termasuk bidang

muamalah. Prinsip muamalah terdiri dari empat prinsip. Pertama, pada

dasarnya segala bentuk muamalah adalah boleh kecuali ada dalil yang

mengharamkan. Kedua, dilaksanakan dengan cara saling rela (taradli). Ketiga,

dilakukan dengan pertimbangan mendatangkan manfaat dan menghindari

kemlaratan. Keempat, dilaksanakan dengan memelihara keadilan,

menghindari unsur-unsur penganiayaan, dan unsur-unsur mengambil

kesempatan dalam kesempitan.

3) Wakaf sebagai potensi ekonomi

Secara fungsional, wakaf mengandung misi kemanusiaan yaitu kesejahteraan

manusia sesuai dengan tujuan syariah islam. K.H Thalchah Hasan

beranggapan bahwa pengembangan wakaf uang perlu model kerjasama,

sehingga wakaf sebagai instrument untuk kesejahteraan social dan peradaban

umat. Ditinjau dari tujuan dan kontribusi wakaf uang, keberadaan wakaf uang

di Indonesia palin tidak ada beberapa hal yang mengakibatkan pentingnya

pemberdayaan wakaf di Indonesia. Pertama, angka kemiskinan di Indonesia

masih tinggi yang perlu perhatian dan langkah-langkah konkret. Kedua,

Program Magister Ilmu Manajemen


41

kesenjangan social antara kaya dan miskin. Ketiga, Indonesia sebagai

penduduk yang mayoritas muslim sehingga potensi wakaf sebagai ajaran islam

juga tinggi. Keempat, beberapa bencana yang mengakibatkan deficit APBN

sehingga memerlukan kemandirian masyarakat melalui instrument wakaf.

4) Keluwesan dalam model distribusi wakaf

a) Model konsumtif tradisional

Model tersebut adalah wakaf dibagikan secara langsung untuk kebutuhan

konsumsi sehari-hari. Pola tersebut merupakan program jangka pendek

dalam mengatasi permasalahan umat

b) Model konsumtif kreatif

Wakaf diberikan dalam bentuk barang konsumtif dan digunakan untuk

membantu oarng yang miskin dalam mengatasi masalh pendidikan, social

dan ekonomi. Bantuan tersebut bias berupa alatalat tulis, bantuan sarana

dan prasaran ibadah seperti sarung dll.

c) Model produktif konvensional

Model seperti ini adalah wakaf yang diberikan dalam bentuk barangbarang

prodyktif agar mauquf ‘alaih dapat menciptakan suatu usaha.

d) Model produktif kreatif

Pendistribusian wakaf secara produktif kreatif adalah diwujudkan dalam

bentuk pemberian modal bergulir baik untuk permodalan proyek social,

sarana kesehatan maupun modal usaha untuk pengembangan usaha para

pedagang atau pengusaha kecil

Program Magister Ilmu Manajemen


42

5) Berwakaf uang tidak perlu kaya

Wakaf uang sebagaimana dipelopori Badan wakaf Indonesia (BWI)

menciptakan kemudahan dalam berwakaf. BWI memiliki jargon “Siapapun

bisa berwakaf, tidak perlu menunggu kaya atau jadi tuan tanah”. Secara resmi

wakaf uang telah diluncurkan melalui “Pencangan Gerakan nasional wakaf

uang”

2.2 Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS)

2.2.1 Pengertian CWLS

CWLS atau Cash Waqf Linked Sukuk merupakan program yang diluncurkan

dengan menggabungkan antara sukuk dan wakaf yang diinisiasi oleh beberapa

lembaga diantaranya BWI, Kementrian Keuangan, Kementerian Agama dan Bank

Indonesia, hal tersebut diinisikan untuk meningkatkan peran wakaf sebagai sektor

alternatif dalam menyediakan kebutuhan yang di lakukan di berbagai negara. BWI

melakukan program CWLS dengan menjalin kerjasama bersama Kementrian

Keuangan, Kementerian Agama dan Bank Indonesia pada tahun 2018. Dilanjutkan

oleh Kemenkeu yang meresmikan launching CWLS, sebuah program terintegrasi

antara sektor keuangan publik dan keuangan sosial. Alasan dibalik adanya program

ini adalah menyediakan ruang investasi menarik pada dunia perwakafan indonesia.

CWLS merupakan inovasi sukuk dengan basis berupa wakaf uang. Dana

wakaf yang telah terkumpul diinvestasikan pada sukuk negara yang aman dan tidak

memiliki risiko gagal bayar. Diharapkan melalui CWLS ini dapat membantu

penggalangan dana untuk pembiayaan di lingkungan sosialseperti kesehatan dan

Program Magister Ilmu Manajemen


43

pendidikan (Faiza, 2019). CWLS melibatkan lima pemangku kepentingan,

termasuk Bank Indonesia yang merupakan akselerator yang mendorong

implementasi dari CWLS dan Bank Kustodian. Kedua, BWI adalah regulator,

leader, dan nazhir yang mengelola CWLS. Ketiga, Kemenkeu yang dalam hal ini

sebagai issuer SBSN serta pengelola dana di sektor riil. Kemudian yang keempat

ialah sebagai mitra BWI, NazhirWakaf Produktif bertanggung jawab menghimpun

dana wakaf. Selanjutnya kelima sekaligus sebagai yang terakhir yaitu Bank Syariah

(Bank Muamalatdan BNI Syariah) sebagai LKSPWU dan Bank Opersional BWI.

CWLS merupakan sebuah instrument yang dapat mengakomodir tigasektor

sekaligus yaitu pemerintah, sosial dan capital market. Selain itu, ini dapat

menyediakan benchmark produk pada pengelolaan wakaf produktif. Manfaat nyata

dari ini ialah terintegrasinya sektor keuangan komersial dengan sektor sosial Islam,

investasi tidak hanya menguntungkan individu maupun kelompok semata

melainkan pada masyarakat umun dan tersedianya ruang trusted investment bagi

publik. Potential investor CWLS sangatlah variatif, tidak terbatas hanya pada

individu semata, melainkan semua jenis lembaga keuangan Bank, Lembaga

Keuangan Non Bank, BUMN dan korporasi.

Kolaborasi antara wakaf uang dan instrumen sukuk menjadi salah satu

inovasi potensial mewujudkan kehidupan manusia yang bermartabat,

meminimalisir berbagai ketimpangan sosial, Pendidikan, ekonomi dan Kesehatan.

Sebagaimana di jelaskan, Cash waqf linked sukuk merupakan kombinasi antara

instrumen keuangan komersial dan keuangan sosial.

Program Magister Ilmu Manajemen


44

2.2.2 Mekanisme Pembiayaan CWLS

Cash Waqf Linked Sukuk dijalankan oleh 5 lembaga atau

stakeholders yang saling bekerjasama yaitu:

a. Bank Indonesia sebagai lembaga akselerator dalam mendorong implementasi

Cash Waqf Linked Sukuk dan Bank Kustodian;

b. Badan Wakaf Indonesia (BWI) sebagai lembaga regulator, leader

sekaligus sebagai nadzhir yang mengelola Cash Waqf Linked Sukuk

c. Kementerian Keuangan sebagai lembaga issuer Surat Berharga Syariah

Nasional (SBSN) dan juga sebagai pengelola dana di sektor riil;

d. Nadzhir wakaf produktif sebagai lembaga mitra Badan Wakaf Indonesia yang

melakukan penghimpunan dana wakaf; dan Bank Syariah sebagai Lembaga

Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKSPWU).

Jika seseorang ingin berinvestasi dengan metode Cash Waqf LinkedSukuk,

maka dapat melakukan mekanisme sebagai berikut:

a. Mendatangi customer service di dalah satu Bank Syariah yang tentunya

mengadakan fitur Cash Waqf Linked Sukuk;

b. Mengisi formulir wakaf dan menandatangani persetujuan dalam formulir

tersebut;

c. Memberikan uang wakaf sejumlah yang tertera dan disetujui dalamformulir

tersebut;

d. Seorang yang berwakaf tersebut (wakif) kemudian akan mendapatkan

sertifikat atau akta wakaf.

Namun, saat ini telah tersedia pula layanan Cash Waqf Linked Sukukmelalui

Program Magister Ilmu Manajemen


45

mekanisme daring yakni dengan website. Dalam contoh kasus Bank Muamalat,

Bank Muamalat memberikan suatu fasilitas Cash Waqf Linked Sukuk melalui

website https://www.bankmuamalat.co.id/ziswaf. Dalam website tersebut,

mekanisme yang dilakukan adalah menghimpun dana dari perseorangan wakif.

Sistem ini juga dapat disebut dengan sistem crowdfunding. Istilah crowdfunding

berarti pendanaan secara beramai-ramaimelalui sebuah platform berbasis website.

Melalui crowdfunding memungkinkan puluhan hingga ratusan orang yang

berpatungan mewujudkan suatu proyek komersial maupun penggalangan dana

untuk kepentingan sosial.

2.2.3 Perkembangan CWLS di Indonesia

Sampai saat ini sukuk seri SW001 menjadi salah satu diterbitkan oleh

kementrian keuangan melalui skema Private Placement dengan nominal sebesar Rp

50.849.000.000,00. Keuntungan dari pada Sukuk seri SW001 di gunakan untuk

pembeliaan alat dan Renovasi bangunan kesehatan Retina Centre pada Rumah sakit

wakaf Achmad Wardi yang berlokasi di Serang Banten, Pelayanan operasi katarak

gratis bagi kaum Dhuafa dalam 5 tahun sebanyak 2.513 pasien di Rumah Sakit

Achmad Wardi, Pengadaan Mobil Ambulance dan Melaksanakan program 1.000

kacamata untuk santri.

Program Magister Ilmu Manajemen


46

2.3 LITERASI KEUANGAN SYARIAH

2.3.1 Pengertian Literasi Keuangan Syariah

Literasi keuangan (financial literacy) yang artinya melek keuangan,

menurut buku podoman Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia, yang

dimaksud dengan literasi keuangan adalah rangkaian proses atau aktivitas untuk

meningkatkan pengetahuan (knowledge), keyakinan (confidence) dan ketrampilan

(skill) konsumen dan masyarakat luas sehingga mereka mampu mengelola

keuangan yang lebih baik (OJK, 2014). Berdasarkan pengertian tersebut, dapat

disimpulkan bahwa konsumen produk dan jasa keuangan maupun masyarakat luas

diharapkan tidak hanya mengetahui dan memahami lembaga jasa keuangan serta

produk dan jasa keuangan, melainkan juga dapat mengubah atau memperbaiki

perilaku masyarakat dalam pengelolaan keuangan sehingga mampu meningkatkan

kesejahteraan mereka.

Salah satu elemen penting dari literasi adalah literasi ekonomi atau literasi

keuangan Robert F. Duvall, Presiden dari the National Councial on Economic

Education, USA, menyebutkan bahwa “Economic Literacy is a vital skill, just as

vital as reading literacy”. Masyarakat dengan tingkat literasi keuangan syariah yang

tinggi berpontensi memberikan nilai produktivitas yang lebih tinggi selain itu,

literasi keuangan syariah perlu diterapkan secara lebih luas untuk membentuk

masyarakat yang memiliki daya saing yang lebih tinggi dalam mewujudkan

kesejahteraan keuangan, tanpa terkecuali. Oleh karena itu, banyak negara yang

menempatkan literasi keuangan syariah sebagai salah satu program prioritas

walaupun menggunakan berbagai istilah dalam strategi nasionalnya. Survei OECD

Program Magister Ilmu Manajemen


47

Grifoni dan Messy, menunjukkan bahwa sebagian besar negara menggunakan

istilah edukasi keuangan (financial education) dan literasi keuangan (financial

literacy) dan hanya sebagian kecil negara mengaitkannya dengan kebijakan

perlindungan konsumen (consumer protection).

Definisi dasar literasi keuangan menurut Remund berhubungan dengan

kemampuan seseorang untuk mengelola dananya. Konsep ini awalnya tidak

dideskripsikan sebagai sebuah literasi keuangan syariah, tetapi gagasan ini ada di

awal tahun 1900 bersamaan dengan sebuah penelitian akan pendidikan terhadap

konsumen yang ada di Amerika. Menurut penelitiaanya yang dimulai sejak tahun

2000, Remund menyatakan limakategori tentang definisi konseptual mengenai

literasi keuangan: (1) pengetahuan terhadap konsep keuangan, (2) kemampuan

untuk berkomunikasi mengenai konsep keuangan, (3) ketangkasan dalam

mengelola keuangan pribadi, (4) kemampuan di dalam membuat keputusan

keuangan yang tepat, (5) kemampuan dalam merencanakan keuangan masa depan

yang sesuai yang dibutuhkan.

Literasi keuangan islam adalah pengetahuan tentang keuangan islam yang

digunakan dalam pengambilan keputusan keuangan. Literasi keuangan syariah

yang merupakan sebuah langkah atas sebuah tingkatan yang mana dapat memahami

konsep dari keuangan dan proses dari sebuah kemampuan untuk mengurus

keuangan pribadinya secara tepat, baik dalam jangku waktu pendek, sedang,

maupun seumur hidup dan merubah kedaaan ekonominya.

Razak dan Abdullah menyatakan bahwa literasi keuangan syariah dalam

aspek yang lebih luas yang terdiri dari manajemen keuangan atau kekayaan dasar

Program Magister Ilmu Manajemen


48

(pendapatan, konsumsi dan tabungan), perencanaan keuangan (takaful, skema

pensiun dan investasi berbasis syariah), zakat, hukum waris dan wasiyyah,

sumbangan amal (wakaf dan sedekah).

Definisi untuk literasi keuangan syariah merujuk pada literasi keuangan

konvensional tetapi disesuaikan dengan sistem dan kewajiban yang harus dipenuhi

dalam keuangan islam, dan istilah lainnya adalah “literasi halal” yaitu kemampuan

untuk membedakan halal dan haram berdasarkan syariah Salehudin. Antara et al,

mengemukakan pendapatyang sama bahwa literasi keuangan syariah merupakan

sebagai kemampuan seseorang dalam menggabungkan seperangkat

pengetahuankeuangan, kesadaran dan keterampilan dan sikapnya dalam mengelola

sumber daya keuangan menurut ajaran islam. Selain itu juga literasi keuangan

syariah merupakan kewajiban agama bagi setiap warga muslimkarena hal tersebut

berdampak pada realisasi Al-Falah (kesuksesan) di dunia dan akhirat.

Selain itu ada juga ayat yang menjelaskan tentang pentingnya pengetahuan,

yaitu Surah Al-Mujadilah ayat 11.

‫سحِ ٱللَّهُ لَ ُك ْم ۖ َو ِإذَا ِقي َل‬ ۟ ‫س ُح‬


َ ‫وا َي ْف‬ ْ ‫وا ِفى ٱ ْل َم َٰ َج ِل ِس َف‬
َ ‫ٱف‬ َّ َ‫َٰ ََٰٓيأ َ ُّي َها ٱ َّل ِذينَ َءا َمنُ َٰٓو ۟ا ِإذَا ِقي َل لَ ُك ْم تَف‬
۟ ‫س ُح‬

۟ ‫وا ِمن ُك ْم َوٱلَّ ِذينَ أُوت‬


ٍ ‫ُوا ٱ ْل ِع ْل َم د ََر َٰ َج‬
‫ت ۚ َوٱللَّهُ بِ َما ت َ ْع َملُونَ َخبِير‬ ۟ ُ‫وا يَ ْرفَع ٱللَّهُ ٱلَّ ِذينَ َءا َمن‬
۟ ‫وا َفٱنش ُُز‬
۟ ‫ٱنش ُُز‬
ِ
Artinya: “Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu

dan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu

pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu

kerjakan” (Surah Al-Mujadilah: 11).

Karena Allah akan meninggikan derajat orang-orang yang beriman dan dan

yang mempunyai pengetahuan di surga-Nya nanti. Oleh karena itu dapat

Program Magister Ilmu Manajemen


49

disimpulkan bahwa literasi keuangan syariah yaitu seorang yang mampu

menggunakan pengetahuan keuangan, ketrampilan keuangan dan mengevaluasi

informasi yang relevan untuk mengelola sumber daya keuangan Islam dalam

rangka mencapai kesejahteraan yang sesuai dengan landasan hukum Islam, yaitu

Al-Qur’an dan Hadist.

kuesioner dalam bentuk pengetahuan umum tentang tabungan dan

pinjaman, asuransi dan investasi. Lusardi menggunakan konsep pengukuran

pemahaman dasar keuangan meliputi; (i) menghitung dan memahami tentang suku

bunga dan bunga majemuk; (ii) memahami inflasi; dan (iii) memahami difersifikasi

risiko, sementara bunga atau riba tidak dibenarkan dalam Islam, oleh karenanya

ukuran tersebut tidak dapat dituangkan dalam mengukur literasi keuangan syariah

bagi umat muslim. Di Indonesia sendiri belum ditemukan penelitian yang

mengukur tingkat literasi keuangan khususnya di masyarakat muslim dan juga

belum ada studi yang menemukan model pengukuran yang dapat mengkaitkan

aturan-aturan muamalah tentang sumber dan pemanfaatan dana seperti tentang

larangan maysir, gharar dan riba. Model pengukuran yang tepat tentunya dapat

digunakan sebagai dasar pengukuran literasi keuangan untuk menentukan pada

tataran mana solusi literasi itu harus diatasi.

2.3.2 Strategi Nasional Literasi Keuangan Syariah

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di dalam Strategi Nasional Literasi

Keuangan Indonesia sudah menetapkan visi, misi dan prinsip literasi keuangan.

Menurut OJK visi literasi keuangan Indonesia adalah: “mewujudkan masyarakat

Program Magister Ilmu Manajemen


50

Indonesia yang memiliki tingkat literasi keuangan yang tinggi (well literate)

sehingga masyarakat dapat memilih dan memanfaatkan keuangan guna

meningkatkan kesejahteraan”.

Adapun misi dari literasi keuangan Indonesia yakni: (1) melakukan edukasi

di bidang keuangan kepada masyarakat Indonesia agar dapat mengelola keuangan

secara cerdas; dan (2) meningkatkan akses informasi serta penggunaan produk dan

jasa keuangan melalui pengembangan infrastruktur pendukung literasi keuangan.

Agar program peningkatan literasi keuangan Indonesia kepada masyarakat berjalan

dengan baik maka setiap program literasi harus memiliki prinsip sebagai berikut:

1. Inklusif : mencakup semua golongan masyarakat.

2. Sistematis dan terukur : literasi keuangan disampaikan secara terprogram,

mudah dipahami, sederhana, dan pencapaiannya dapat diukur.

3. Kemudahan akses : layanan dan informasi keuangan tersebar luas di seluruh

wilayah Indonesia dan mudah diakses.

4. Kolaborasi : melibatkan seluruh stakeholders secara bersamasama dalam

mengimplementasikan literasi keuangan syariah.

2.3.3 Manfaat Pembangunan Literasi Keuangan Syariah

Financial literacy (literasi keuangan) merupakan salah satu program

strategis yang menjadi bagian dari upaya pemerintah dan masyarakat di berbagai

negara dalam mewujudkan masyarakat yang melek mengenai jasa keuangan.

Pengalaman dari berbagai negara membuktikan bahwa literasi keuangan syariah

telah menjadi program nasional untuk meningkatkan kemakmuran dan

Program Magister Ilmu Manajemen


51

kesejahteraan masyarakatnya, mengingat literasi keuangan syariah memiliki

berbagai manfaat. Karena keberhasilan itu, maka Indonesia melakukan gerakan

nasional pembangunan literasi keuangan. Bagi masyarakat dan rakyat Indonesia,

menurut Agustianto program literasi keuangan syariah memiliki manfaat yang

besar antara lain:

1. Masyarakat mampu memilih dan memanfaatkan produk dan jasa keuangan

syariah yang sesuai kebutuhan mereka.

2. Masyarakat mampu melakukan perencanaan keuangan (financial planning)

secara syariah dengan lebih baik.

3. Masyarakat terhindar dari aktivitas investasi pada instrumen keuangan yang

tidak jelas (bodong).

4. Masyarakat mendapat pemahaman mengenai manfaat dan risiko produk serta

jasa keuangan syariah.

Manfaat dari literasi keuangan diungkap oleh Upendra Singh yang

melakukan penelitian Financial Literacy, menyatakan hal sama dengan data yang

telah dipaparkan terlebih dahulu. Berikut kutipan dari hasil penelitiannya: Terfokus

kepada literasi keuangan syariah menurut pembahasan juga memiliki manfaat.

Masyarakat dan lembaga jasa keuangan syariah saling membutuhkan sehingga

semakin tinggi tingkat literasi keuangan syariah masyarakat, maka semakin banyak

masyarakat yang akan memanfaatkan produk dan jasa keuangan syariah. Dalam hal

ini potensi keuntungan yang akan diperoleh lembaga jasa keuangan syariah juga

semakin besar. Disamping itu, literasi keuangan syariah juga mendorong industry

jasa keuangan untuk terus mengembangkan dan menciptakan produk dan jasa

Program Magister Ilmu Manajemen


52

keuangan yang lebih inovatif, bervariasi dan lebih terjangkau, sesuai dengan

kebutuhan semua golongan masyarakat

2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Literasi Keuangan Syariah

Ada banyak faktor yang mempengaruhi literasi keuangan syariah. Seperti

yang kita ketahui literasi keuangan syariah merupakan kemampuan untuk

menggunakan pengetahuan keuangan yang dimiliki untuk membuat keputusan dan

menggambarkan kemampuan serta menerapkan konsep yang relevan dengan

keuangan. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi literasi keuangan syariah.

Menurut Huston (2010) menyatakan bahwa faktor -faktor seperti kebiasaan,

kognitif, ekonomi, keluarga, teman sebaya, komunitas, dan institusi dapat

berdampak pada kebiasaan keuangan. Sedangkan menurut Monticone (2010),

menjelaskan faktor yang mempengaruhi literasi keuangan terdiri dari sosio

demografi, kemampuan kognitif, latar belakang keluarga, kekayaan, dan preferensi

waktu.

Kemudian, Chen dan Volpe (1998) menyebutkan beberapa dimensi literasi

keuangan yaitu pengetahuan umum keuangan, tabungan dan pinjaman, asuransi,

serta investasi. Dikuatkan oleh Razak dan Abdullah (2015), menjelaskan bahwa

literasi keuangan syariah dalam aspek yang lebih luas yang terdiri dari manajemen

keuangan atau kekayaan dasar (pendapatan, konsumsi dan tabungan), perencanaan

keuangan (skema pensiun, takaful dan investasi berbasis syariah), hukum waris dan

wasiyyah, zakat, sumbangan amal (wakaf dan sedekah).

Program Magister Ilmu Manajemen


53

Sehingga, dari beberapa uraian diatas dapat disimpulkan literasi keuangan

syariah adalah kemampuan mengelola perencanaan keuangan untuk meningkatkan

kesejahteraan dipengaruhi oleh faktor dari individual seperti keadaan sosial dan

ekonomi.

2.3.5 Indikator Literasi Keuangan Syariah

Secara lebih luas variabel literasi keuangan mengukur kemampuan

seseorang berkaitan dengan pemahaman mengenai nilai tukar uang, fitur jasa

layanan keuangan, pencatatan keuangan, sikap dalam mengeluarkan keuangan.

Menurut Chen dan Volpe (1998), Ada empat aspek penilaian tingkat literasi

keuangan yaitu pengetahuan umum (general knowledge), simpanan dan pinjaman

(saving and borrowing), asuransi (insurance) dan investasi (investments).

Adapun penjabaran keempat indikator diatas adalah sebagai berikut (Chen

dan Volpe, (1998) dalam Anastasia Sri M dan Suramaya Suci Kewal, 2012) :

1. Likuiditas suatu aset


2. Manfaat pengetahuan keuangan pribadi
3. Pengetahuan tentang aset bersih
4. Pengetahuan tentang pengeluaran dan pemasukan
5. Pengetahuan tentang perencanaan keuangan pribadi
6. Karakteristik deposito / sukuk
7. Pengetahuan tentang bunga kartu kredit
8. Perhitungan mengenai bunga majemuk
9. Pengetahuan tentang manfaat menabung
10. Pengetahuan tentang jenis pinjaman
11. Pengetahuan umum tentang asuransi
12. Pengetahuan tentang premi asuransi
13. Kelompok masyarakat yang memiliki risiko yang paling besar
14. Pengetahuan tentang jenis asuransi
15. Pengetahuan tentang risiko asuransi
16. Pengetahuan tentang jenis saham
17. Pengetahuan tentang investasi jangka panjang
18. Pengetahuan tentang risiko investasi

Program Magister Ilmu Manajemen


54

19. Pengetahuan tentang reksa dana


20. Pengaruh harga terhadap investasi

Indikator pengukuran literasi keuangan yang digunakan dalam penelitian ini

yaitu pengetahuan umum, tabungan dan pinjaman, asuransi dan investasi. Hal ini

dikarenakan untuk penyeseuaian pada penelitian tentang wakaf di CWLS.

2.4 KAJIAN PENDAPATAN

2.4.1 Pendapatan Secara Umum

Menurut Reksoprayitno mendefinisikan pendapatan sebagai total

penerimaan yang diperoleh pada periode tertentu. Dengan demikian dapat

disimpulkan bahwa pendapatan adalah sebagai total penerimaan oleh perorangan

atas hasil kerjanya dalam bentuk gaji, pada periode tertentu. Sedangkan menurut

Mubyarto mendefinisikan pendapatan sebagai hasil berupa uang atau material

lainnya.

Soekartawi menjelaskan bahwa seringkali dijumpai dengan bertambahnya

pendapatan, maka barang yang dikonsumsi bukan saja bertambah, tapi juga kualitas

barang tersebut ikut menjadi perhatian. Misalnya sebelum adanya penambahan

pendapatan beras yang dikonsumsikan adalah kualalitas yang kurang baik, akan

tetapi setelah adanya penambahan pendapatan maka konsumsi beras menjadi

kualitas yang lebih baik.

Menurut Sunuharjo mendefinisikan bahwa pendapatan sebagai imbalan

atau penghasilan selama satu bulan baik berupa uang atau barang yang diterima

oleh sesorang yang bekerja. Pendapatan dapat digolongkan menjadi tiga yaitu :

a. Pendapatan berupa barang, yaitu penghasilan yang sifatnya reguler akan

Program Magister Ilmu Manajemen


55

tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa yang diterima dalam bentuk barang

dan jasa.

b. Pendapatan berupa uang, yaitu sebagai penghasilan berupa uang yang

sifatnya reguler dan biasanya diterima sebagai balas jasa atau

kontraprestasi.

c. Penerimaan yang bukan merupakan pendapatan, yaitu penerimaan yang

berupa pengambilan tabungan, penjualan barang-barang yang dipakai,

pinjaman uang, hadiah, warisan, dan sebagainya.

Pendapatan masyarakat pada dasarnya sangat bergantung pada tingkat

pekerjaan dan posisi, tingkat pendidikan umum, produktivitas besarnya

pendapatan. Dari faktor-faktor yang memengaruhi pendapatan di atas, maka dapat

disimpulkan indikator-indikator yang dapat mengukur pendapatan diantaranya

jenis usaha atau pekerjaan, penghasilan yang diterima, dan tanggungan keluarga.

2.4.2 Pendapatan dalam Pandangan Islam

Pendapatan dalam Islam merupakan prinsip keadilan yang sangat dijunjung

tinggi dalam setiap urusan baik berkaitan dengan sosial, politik,maupun ekonomi.

Dalam urusan ekonomi yang berkaitan dengan pendapatan, Islam mengajarkan

bahwa dalam setiap pekerjaan akan mendapat imbalan sesuai apa yang dikerjakan.

Seperti ayat yang disebutkan dibawah ini yaitu surat al-Jatsiyah ayat 22

ْ ‫ت َو ُه ْم ََل ي‬
َ‫ُظلَ ُمون‬ ِ ‫ض ِب ْٱل َح‬
َ ‫ق َو ِلتُجْ زَ ٰى ُك ُّل نَ ْف ٍۭس ِب َما َك‬
ْ ‫س َب‬ َ ‫ت َو ْٱْل َ ْر‬ َّ ‫َو َخلَقَ ٱللَّهُ ٱل‬
ِ ‫س ٰ َم ٰ َو‬

Program Magister Ilmu Manajemen


56

Artinya : Dan Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan yang

benar dan agar dibalasi tiap-tiap diri terhadap apa yangdikerjakannya, dan

mereka tidak akan dirugikan.

Dalam ayat diatas menjelaskan tentang profesionalisme dan keadilan

dalam melakukan pekerjaan, salah satunya khususnya dalam masalah

pembayaran upah, bahwa besar kecilnya upah setiap orang harus ditentukan

bedasarkan kerjaannya dan sumbangsih dalam kerjasama,untuk itu ia harus

dibayar tidak kurang dan tidak lebih dari apa yang ia kerjaan dan mereka tidak

akan dirugikan dalam menerima balasan amalnya itu.

Pendapatan juga menjadi sebuah alasan orang berwakaf jika pendapatan

seseorang tidak melebihi akan suatu kebutuhan sehari-hari minat untuk

berwakaf tidak menjadi sebuah tujuan. Apabila pendapatan melebihi dari

kebutuhan sehari-hari minat untuk berwakaf akan menjadi sebuah tujuandalam

berwakaf di jalan Allah SWT. Pendapatan ialah tambahan harta yang diperoleh

dari sumber yang diketahui dan bersifat tetap. Sumber pendapatan dapat bersifat

material, seperti tanah atau non material seperti pekerjaan atau bisa dari

keduanya. Sehingga pendapatan terbagi atas penghasilan, gaji/upah dan

keuntungan. Islam telah menganjurkan berwakaf atas kekayaan juga

mensunahkan shodaqah, infaq dan juga wakaf uang atas pendapatan.

2.4.3 Jenis Pendapatan

Jika dilihat dari periode waktu penerimaan serta jumlahnya, maka

pendapatan menurut Surono pendapatan digolongkan menjadi dua (Nizar, 2014):

Program Magister Ilmu Manajemen


57

a. Penghasilan/ Pendapatan Tetap

Pendapatan yang bisa diukur metode penerimaanya (rutin) dan jumlah yang

diterimanya. Dalam hal ini termasuk gaji honor tetap, tunjangan tetap dan

lain sebagainaya yang tergolong sebagai pemasukan tetap. Periode

penerimaanya bisa mingguan, bulanan, maupun tahunan sepertiTunjangan

Hari Raya (THR).

b. Penghasilan/Pendapatan Tidak Tetap

Pendapatan tidak tetap adalah arus kas masuk tidak tetap dalam setiap

periodenya (tidak rutin) maupun jumlahnya. Dalam hal ini misalnya komisi,

bonus, yang didapat dari pekerjaan tidak tetap dan lain-lain yangtergolong

pemasukan tidak tetap lainnya.

Dalam penelitian ini menggunakan pendapatan yang tetap. Hal ini

dikarenakan responden yang akan diteliti adalah karyawan/pegawai yang berkerja

di perkantoran Perguruan Tiggi Keagamaan Islam Negeri di Jawa Timur, yang

mana mereka setiap bulannya mendapatkan gaji yang sudah ditetapkan dari

perusahaan tersebut.

2.4.4 Sumber Pendapatan

Menurut Ibnu Sina harta pribadi pada umumnya berasal dari dua cara yaitu:

a. Harta warisan, yaitu harta yang diterima dari keluarga yang sudah meninggal.

Orang yang mendapatkan warisan tidak perlu bersusah payah untuk

memperoleh kekayaan karena menerima pusaka dari orangtuanya yang sudah

meninggal dunia, bahkan ada juga warisan dari kakek nenek yang terdahulu.

Program Magister Ilmu Manajemen


58

Sesungguhnya mereka hanya tinggal memuaskan dirinya dengan harta

warisan itu, tanpa memerlukan kerja untuk mencarinya.

b. Harta usaha, yaitu harta yang diperoleh dari dari bekerja . harta usaha haruslah

dengan bekerja mati-matian dan mencucurkan keringat untuk

memperolehnya.

Ibnu sina mewajibkan bagi setiap orang untuk bekerja dan berusaha.

Kewajiban itu pada hakikatnya berlaku juga bagi mereka yang menerima warisan,

karena mereka harus sadar bahwa harta yang diperolehnyaadalah hasil kerja dengan

cucuran keringat bapak, nenek, atau keluarga yang memberikan warisan

kepadanya.

2.4.5 Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan

Ada banyak faktor yang mempengaruhi pendapatan. Seperti yang kita

ketahui Faktor pendapatan merupakan bagian penting dalam menumbuhkan intensi

untuk berwakaf uang. Dikarenakan, berapapun uang yang ada pada seseorang dapat

digunakan untuk berwakaf uang melalui LKS (Attamimy, dkk., 2015). Sehingga,

pewakif tidak harus menunggu sampai kaya raya hanya untuk berwakaf, karena

wakaf lebih mudah karena bisa dibuat pecahan dan dapat melakukan wakaf kolektif

(Nafis, 2012). Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan yaitu :

Menurut Arfida BR (2003: 157-159) berbagai tingkat upah atau pendapatan

terkait dalam struktur tertentu yaitu:

1) Sektoral, yaitu Struktur upah sektoral mendasarkan diri pada kenyataan bahwa

kemampuan satu sektor berbeda dengan yang lain. Perbedaan karena alasan

Program Magister Ilmu Manajemen


59

kemampuan usaha perusahaan. Kemampuan finansial perusahaan ditopang oleh

nilai produk pasar.

2) Jenis jabatan, yaitu Dalam batas-batas tertentu jenis-jenis jabatan sudah

mencerminkan jenjang organisatoris atau keterampilan. Perbedaan upah karena

jenis jabatan merupakan perbedaan formal.

3) Geografis, yaitu Perbedaan upah lain mungkin disebabkan karena letak geografis

pekerjaan. Kota besar cenderung memberikan upah yang lebih tinggi dari pada

kota kecil atau pedesaan.

4) Keterampilan, yaitu Perbedaan upah yang disebabkan keterampilan adalah jenis

perbedaan yang paling mudah dipahami. Biasanya jenjang keterampilan sejalan

dengan jenjang berat-ringannya pekerjaan.

5) Seks, yaitu Perbedaan diakibatkan jenis kelamin, di mana seringkali upah

golongan wanita lebih rendah daripada apa yang diterima laki-laki, ceteris

paribus.

6) Ras, yaitu Meskipun menurut hukum formal perbedaan upah karena ras tidak

boleh terjadi, namun kenyataannya perbedaan itu ada. Hal ini mungin karena

produk kebudayaan masa lalu, sehingga terjadi stereo type tenaga menurut ras

atau daerah asal.

7) Faktor lain yaitu, Daftar penyebab perbedaan ini mungkin dapat dapat

diperpanjang dengan memasukan faktor-faktor lain, seperti masa hubungan

kerja, ikatan kerja dan lainnya.

Sedangkan menurut Sukirno (2008) faktor-faktor yang menimbulkan

perbedaan Pendapatan antara lain:

Program Magister Ilmu Manajemen


60

1) Permintaan dan penawaran tenaga kerja, yaitu dalam sesuatu jenis pekerjaan

sangat besar peranannya dalam menentukan upah di sesuatu jenis pekerjaan.

Di dalam sesuatu pekerjaan di mana terdapat penawaran tenaga kerja yang

cukup besar tetapi tidak banyak permintaannya, upah cenderung rendah.

Sebaliknya di dalam sesuatu pekerjaan di mana terdapat penawaran tenaga

kerja yang terbatas tetapi permintaannya sangat besar, upah cenderung

tinggi.

2) Perbedaan corak pekerjaan, yaitu Kegiatan ekonomi meliputi berbagai jenis

pekerjaan. Ada diantara pekerjaan tersebut merupakan pekerjaan ringan dan

sangat mudah dikerjakan. Tetapi ada pula pekerjaan yang harus dikerjakan

dengan mengeluarkan tenaga fisik yang besar, dan ada pula pekerjaan yang

harus dilakukan dalam lingkungan yang kurang menyenangkan.

3) Perbedaan kemampuan, keahlian, dan pendidikan para pekerja di dalam

sesuatu jenis pekerjaan adalah berbeda. Jika hal tersebut lebih tinggi maka

produktivitas akan lebih tinggi upah yang didapat pun akan lebih tinggi.

Tenaga kerja yang lebih berpendidikan memperoleh pendapatan yang lebih

tinggi karena pendidikan mempertinggi kemampuan kerja dan kemampuan

pekerja menaikan produktivitas.

4) Pertimbangan Bukan Uang, yaitu Daya tarik sesuatu pekerjaan bukan saja

tergantung kepada besarnya upah yang ditawarkan. Ada tidaknya

perumahan yang tersedia, jauh dekatnya rumah pekerja, apakah berada di

kota besar atau di tempat yang terpencil, dan pertimbangan lainnya. Faktor-

faktor bukan keuangan seperti ini mempunyai peranan yang cukup penting

Program Magister Ilmu Manajemen


61

pada waktu seseorang memilih pekerjaan. Seseorang sering kali menerima

upah yang rendah apabila pertimbangan bukan keuangan sesuai dengan

keinginannya.

5) Mobilitas Pekerja, yaitu Upah dari sesuatu pekerjaan di berbagai wilayah

dan bahkan di dalam sesuatu wilayah tidak selalu sama. Salah satu faktor

yang menimbulkan perbedaan tersebut adalah ketidaksempurnaan dalam

mobilitas tenaga kerja. Ketidaksempurnaan mobilitas pekerja disebabkan

olah faktor geografis dan institusional.

2.4.6 Indikator Pendapatan

Dari faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan diatas, terdapat beberapa

instrument atau indikator-indikator yang dapat mengukur pendapatan, yaitu sebagai

berikut (Reksoprayitno, 2004) :

1. Penghasilan yang diterima

2. Pekerjaan dan pengalaman kerja

3. Anggaran biaya sekolah

4. Beban keluarga yang ditanggaung

Indikator yang akan digunakan dalam penelitian ini yaitu sesuai dengan apa

yang ada diatas. Hal ini dikarenakan sesuai untuk penelitian yang akan diteliti.

Program Magister Ilmu Manajemen


62

2.5 INTENSI

2.5.1 Pengertian Intensi

Intensi merupakan indikasi seberapa kuat keyakinan seseorang akan

mencoba perilaku dan seberapa besar usaha yang akan digunakan untuk melakukan

perilaku (Ajzen, 2005). Menurut teori dari John C. Mowen, Michael Minor,

keinginan berperilaku (Behavioral intention) adalah keinginan konsumen untuk

berperilaku menurut cara tertentu dalam rangka memiliki, membuang dan

menggunakan produk atau jasa (Mowen, 2002). Dari M. Nur Prabowo S, intensi

adalahniat dan motif dari tindakan seseorang yang sifatnya subjektif. Secara normal,

setiap orang tentu memiliki maksud, niat dan motif tertentu dari setiaptindakannya

(Setyabudi, 2017).

Maka dapat disimpulkan bahwa intensi adalah niat atau keinginan seseorang

yang secara kuat mendorongnya untuk melakukan suatu tindakan tertentu. Jadi,

intensi dalam membayar wakaf uang adalah niat atau keinginan seseorang yang

secara kuat mendorong seseorang untuk menyerahkan hartanya ke lembaga wakaf

yang dituju di waktu tertentu.

2.5.2 Faktor yang Mempengaruhi Intensi

Ada banyak faktor yang mempengaruhi Intensi dalam berwakaf. Seperti

yang kita ketahui bahwa intensi merupakan motif dan niat dari tindakan oranglain

dan sifatnya subjektif. Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi pendapatan

yaitu :

Program Magister Ilmu Manajemen


63

Menurut Pamungkas, R., & Fitianto, B. (2022) menyampaikan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi Intensi dalam berwakaf yaitu sikap, norma

subjectif, kepercayaan, pendapatan dan pelayanan. Sedangkan Menurut Amalia

(2018), faktor yang mempengatuhi hubungan intensi dalam berwakaf diantaranya,

pendapatan, religiusitas, literasi, tingkat pendidikan, pengetahuan, program

sosialisasi wakaf uang dan kepercayaan pada, citra lembaga wakaf, pengaruh

informatif, keakraban dengan lembaga wakaf, kebajikan dan faktor demografi.

Menurut Muhibin Syah (2008), faktor yang mempengaruhi minat meliputi:

a. Faktor internal, faktor ini dibagi menjadi dua aspek, yaitu :

1) Aspek fisiologi yang terdiri dari kondisi umum jasmani.

2) Aspek psikologis yang terdiri dari intelegensi, sikap, bakat dan motivasi.

b. Faktor eksternal, faktor ini dibagi menjadi dua aspek, yaitu :

1) Aspek lingkungan sosial yang terdiri dari keluarga, teman dan masyarakat.

2) Aspek non lingkungan sosial yang terdiri dari rumah dan sekolah.

Menurut Lester D. Crow dan Alice Crow (1973) dalam Wahyudi (2002)

mengemukakan beberapa faktor yang mempengaruhi minat, yaitu:

a. The Factor Inner Urge, yaitu Rangsangan yang datang dari lingkungan atau

ruang lingkup yang sesuai dengan keinginan atau kebutuhan seseorang akan

mudah menimbulkan minat. Misalnya kecenderungan terhadap belajar, dalam

hal ini seseorang mempunyai hasrat ingin tahu terhadap ilmu pengetahuan.

b. The Factor Of Social Motive, yaitu Minat seseorang terhadap objek atau

sesuatu hal. Di samping itu juga dipengaruhi oleh faktor dari dalam diri

Program Magister Ilmu Manajemen


64

manusia dan oleh motif sosial, misal seseorang berminat pada prestasi tinggi

agar dapat status sosial yang tinggi pula.

c. Emotional Factor, yaitu Faktor perasaan dan emosi ini mempunyai pengaruh

terhadap objek misalnya perjalanan sukses yang dipakai individu dalam suatu

kegiatan tertentu dapat pula membangkitkan perasaan senang dan dapat

menambah semangat atau kuatnya minat dalam kegiatan tersebut. Sebaliknya

kegagalan yang dialami akan menyebabkan minat seseorang berkembang.

Maka dapat disimpulkan berdasarkan beberapa faktor yang mempengaruhi

intensi adalah sebuah motif dan juga niat serta kemampuan dalam diri yang berupa

literasi, pendidikan serta gerakan dalam diri untuk melakukan sebuah tindakan.

2.5.3 Indikator Intensi

Adapun indikator untuk mengukur intensi menurut Charler Spielberger

yaitu target atau sasaran yang akan dicapai, action atau tindakan yang mengiringi

perilaku, context atau situasi yang akan membentuk perilaku dantime atau waktu

terjadinya perilaku (Spielberger).

Hal yang sama juga dinyatakan oleh Joseph Jacobsen, diambil dariTheory

of Reasoned Action (TRA) milik Fishbein dan Ajzen bahwa intensi atau keinginan

seseorang bisa diukur dari action atau tindakan, sasaran, situasi dan waktu. Intensi

atau niat dapat diukur dengan indikator sebagai berikut (Nuraini, dkk. 2018):

1) Sasaran (Target), yaitu hal yang ingin dicapai dalam melakukan suatu perilaku

tertentu

2) Situasi (Context), yaitu suatu kondisi atau keadaan tertentu yang akan

Program Magister Ilmu Manajemen


65

membuat seseorang melakukan tindakan

3) Waktu (Time), yaitu adanya targetan waktu dalam melakukan suatu

perilaku

Sedangkan menurut Septiani et al., (2020) menyampaikan minat atau intensi

dapat diukur dengan beberapa indikator yaitu; tindakan, ketertarikan, perhatian,

perasaan senang dan keterlibatan.

Berdasarkan indikator-indikator diatas, maka peneliti akan menggunakan

indikator tindakan, ketertarikan, perhatian, perasaan senang dan keterlibatan untuk

penelitian ini. Hal ini dikarenakan sesuai untuk penelitian yang akan diteliti.

2.6 RELIGIUSITAS

2.6.1 Pengertian Religiusitas

Religiusitas merupakan keyakinan yang dimiliki seseorang terhadap

agamanya yang diwujudkan dengan tindakan-tindakan yang disertai dengan

penghayatan, kesadaran, serta kesungguhan terhadap ajaran agama dalam bentuk

tingkah laku yang taat terhadap segala perintah Allah dan menjauhi segala

larangannya. Menurut (Glock & Stark, 1996) memberikan makna religiusitas

yaitu sebagai sistem keyakinan, sistem nilai, sistem simbol, dan sistem tingkah

laku yang disimbolkan, yang seluruhnya berfokus pada isu-isu yang paling

bermakna.

Religiusitas adalah konsepsi seseorang terhadap agama dan tingkat

komitmen seseorang terhadap agamanya. Maksud dari tingkat konseptualisasi

adalah tingkat pengetahuan seseorang terhadap agamanya, sedangkan yang

Program Magister Ilmu Manajemen


66

dimaksud dengan tingkat komitmen adalah suatu hal yang perlu dipahami secara

menyeluruh, sehingga terdapat berbagai cara individu untuk menjadi religius

(Yazid, A. 2017). Religiusitas merupakan penentu sosial yang penting dalam

beramal (Lammam & Galber, 2012). Religiusitas berarti menunjukkan aspek

religi yang telah dihayati individu dalam hati, diartikan seberapa jauh

pengetahuan seberapa kokoh keyakinan, dan seberapa pelaksanaan

Menurut Ancok keberagaman atau religiusitas diwujudkan dalam

berbagai sisi kehidupan manusia. Aktivitas beragama tidak hanya terjadi ketika

seseorang melakukan ritual (beribadah), tetapi juga ketika melakukan aktivitas

lain yang didorong oleh kekuatan supranatural. Oleh karena itu, keberagaman

seseorang akan meliputi berbagai macam sisi atau dimensi (Ancok & Suroso,

2004). Menurut Anshori religiusitas menunjuk pada aspek agama yang telah

dihayati oleh seseorang dalam hati. Definisilain mengatakan bahwa religiusitas

mengarah pada kualitas penghayatan dan sikaphidup seseorang berdasarkan nilai-

nilai keagamaan yang diyakininya. Sehingga religiusitas merupakan tingkat

keterikatan individu terhadap agamanya (Fadhilatul, 2019).

Dalam Islam religiusitas pada garis bersarnya bercermin dalam

pengelamanakidah, Syariah dan akhlak, atau dengan kata lain: iman, Islam dan

ihsan. Apabila semua unsur tersebut telah dimiliki oleh seseorang, maka dia itulah

insan beragama yang sesungguhnya. Dalam buku ilmu jiwa agama, Dradjat

mengemukakan istilah kesadaran agama dan pengalaman agama. Kesadaran

agama merupakan segi agamayang terasa dalam pikiran dan dapat diuji melalui

intropeksi, atau dapat dikatakan sebagai aspek mental dari aktivitas agama.

Program Magister Ilmu Manajemen


67

Sedangkan pengalaman agama adalah unsur perasaan dalam kesadaran agama

yaitu perasaan yang membawa kepdada keyakinan yang dihasilkan oleh Tindakan

(Annisa, 2016).

Religiusitas merupakan tingkat keyakinan, kepercayaan, dan keshalehan

seseorang dalam menjalani syariat agama (Fajar & Pandu, 2019). Apapun istilah

yang digunakan oleh para ahli untuk menyebut aspek religius di dalam diri

manusia, menunjuk kepada suatu fakta bahwa kegiatan kegiatan religius itu

memang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. didalamnya terdapat

berbagai hal menyangkut moral atau akhlak, serta keimanan dan ketaqwaan

seseorang (Annisa, 2016).

2.6.2 Faktor Yang Mempengaruhi Religiusitas

Thouless dalam Sayyidatul menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi

sikap keagamaan adalah sebagai berikut (Maghfiroh, 2018):

a. Pengaruh pendidikan atau pengajaran dan berbagai tekanan sosial. Faktor

inimencakup semua pengaruh sosial dalam perkembangan keagamaan itu,

termasuk pendidikan dari orangtua, tradisi-tradisi sosial untuk

menyesuaikandiri dengan berbagai pendapat dan sikap yang disepakati oleh

lingkungan itu.

b. Faktor Pengalaman, berkaitan dengan berbagai jenis pengalaman yang

membentuk sikap keagamaan terutama pengalaman mengenai keindahan,

konflik moral dan pengalaman emosional keagamaan. Faktor ini umumnya

berupa pengalaman spiritual yang secara cepat dapat mempengaruhi

Program Magister Ilmu Manajemen


68

perilakuindividu.

c. Faktor kehidupan Kebutuhan-kebutuhan ini secara garis besar

dapat dibedakan menjadi empat yaitu: kebutuhan akan keamanan dan

keselamatan, kebutuhan akan cinta kasih, kebutuhan untuk memperoleh

hargadiri, kebutuhan yang timbul karena adanya ancaman kematian.

d. Faktor Intelektual Berkaitan dengan berbagai proses penalaran verbal atau

rasionalisasi.

Penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap individu memiliki tingkat

religiusitas yang berbeda-beda dan tingkat religiusitasnya bisa dipengaruhi dari dua

macam faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal yaitu

pengalaman-pengalaman spiritual, kebutuhan akan keamanan dan keselamatan,

kebutuhan akan cinta kasih, kebutuhan untuk memperoleh harga diri, dan

kebutuhan yang timbul karena ancaman kematian. Sedangkan faktor eksternal yaitu

pengaruh pendidikan dan pengajaran dan berbagai tekanan sosial dan faktor

intelektualitas.

2.6.3 Indikator-Indikator Religiusitas

Religusitas pada prakteknya juga dilakukan ketika seseorang melaksanakan

aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan supranatural, tidak hanya dilakukan saat

seseorang melaksanakan ritual saja. Menurut Glock & Stark, religiusitas terdiri dari

lima dimensi, yaitu :

a. Keyakinan atau Ideologi

Pada dimensi ini berisi pengharapan bahwa umat beragama dapat menganut

Program Magister Ilmu Manajemen


69

pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran doktrin tersebut.

Setiap agama memiliki seperangkat keyakinan yang dianut oleh orang

beriman. Menurut Ancok & Suroso sesuai dengan konsep Glock & Stark,

dalam agama Islam dimensi keyakinan meliputi keyakinan tentang Allah,

para malaikat, kitab-kitab Allah, rasul, beserta qadha dan qadar. (Suroso &

Ancok, 2008)

b. Praktik Agama atau Ritualistk

Pada dimensi ini meliputi ibadah, ketaatan, dan apa yang dilakukan

seseorang untuk menunjukkan komitmennya pada agama. Menurut Ancok

& Suroso dimensi praktik agama atau ritualistik dalam Islam diantaranya

seperti melaksanakan shalat, puasa, zakat, haji, kurban, membaca Al-quran,

berdoa, dan berzikir kepada Allah. (Suroso & Ancok, 2008)

c. Pengalaman

Pada dimensi ini mencakup fakta bahwa semua agama pada dasarnya

mengandung suatu pengharapan tertentu. Dimensi ini berkaitan dengan

pengalaman beragama, persepsi dan perasaan yang dialami seseorang.

Menurut Ancok & Suroso dimensi pengalaman dalam agama Islam,

terwujud dalam perasaan dekat dengan Allah, perasaan tentram ketika

mendengar adzan dan membaca Al-quran, perasaan ketika doanya terkabul,

atau perasaan bersyukur kepada Allah. (Suroso & Ancok, 2008)

d. Pengetahuan Agama

Pada dimensi ini menunjukkan harapan bahwa umat beragama diharapkan

memiliki setidaknya beberapa pengetahuan dasar tentang kepercayaan,

Program Magister Ilmu Manajemen


70

kitab suci, dan tradisi. Menurut Ancok & Suroso, dimensi ini dalam agama

Islam mengarah pada seberapa jauh tingkat pengetahuan serta pemahaman

seorang Muslim terhadap ajaran agama Islam, seperti pengetahuan tentang

isi Al-quran, rukun iman, rukun Islam, hukum-hukum Islam, dan sejarah

Islam. (Suroso & Ancok, 2008)

e. Konsekuensi

Pada dimensi ini mengacu pada akibat-akibat yang ditimbulkan dari dimensi

keyakinan, dimensi praktik agama, dimensi pengalaman, dan dimensi

pengetahuan agama yang dimiliki seseorang dari hari ke hari. Menurut

Ancok & Suroso, dimensi ini dalam agama Islam mengarah pada seberapa

jauh seorangmuslim termotivasi oleh ajaran-ajaran Islam, meliputi perilaku

berinfak atau bersedekah, tolong-menolong, tidak mengambil riba dan

senantiasa mematuhi ajaran agama Islam. (Suroso & Ancok, 2008)

Indikator pengukuran religiusitas yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

keyakinan, pengalaman, pengetahuan, dan ketaatan. Hal ini dikarenakan indikator

tersebut sesuai dengan keadaan di lokasi penelitian.

Program Magister Ilmu Manajemen


71

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual adalah gambar pada penelitian yang akan diteliti.

Melalui kerangka konseptual tersebut dapat tergambar prosedur-prosedur dan apa

yang akan diteliti dalam penelitian ini. Kerangka konseptual ini berisikan poin-poin

dan alur konsep dari penelitian yang akan dilakukan nantinya. Kemudia, kerangka

konseptual juga menggambarkan teori yang akan digunakan dalam penelitian.

3.1.1 Hubungan Literasi Keuangan Syariah Berpengaruh terhadap Intensi

Berwakaf Uang Pada CWLS

Literasi keuangan islam adalah pengetahuan tentang keuangan islam yang

digunakan dalam pengambilan keputusan keuangan. Literasi keuangan syariah

yang merupakan sebuah langkah atas sebuah tingkatan yang mana dapat memahami

konsep dari keuangan dan proses dari sebuah kemampuan untuk mengurus

keuangan pribadinya, baik dalam jangku waktu pendek, sedang, maupun seumur

hidup dan merubah kedaaan ekonominya. Razak dan Abdullah (2015), menyatakan

bahwa literasi keuangan syariah dalam aspek yang lebih luas yang terdiri dari

manajemen keuangan atau kekayaan dasar (pendapatan, konsumsi dan tabungan),

perencanaan keuangan (takaful, skema pensiun dan investasi berbasis syariah),

zakat, hukum waris dan wasiyyah, sumbangan amal (wakaf dan sedekah).

Faktor literasi merupakan faktor penting dalam menentukan minat

masyarakat untuk mengambil keputusan melakukan niat untuk berwakaf produktif

71

Program Magister Ilmu Manajemen


72

khususnya wakaf uang. Seseorang yang memiliki kemampuan literasi keuangan

yang memadai dapat mempertimbangkan dan menjadikan sebuah keputusan

keuangannya atau membuat rencana untuk berinvestasi. Fitriani Rasela (2022),

menunjukan bahwa pengaruh Literasi wakaf terhadap minat mahasiswa berwakaf

pada forum wakaf mahasiswa Indonesia berdasarkan hasil uji t sebagaimana telah

menunjukan bahwa variabel literasi berpengaruh positif signifikan terhadap minat

mahasiswa berwakaf uang yang mengandung arti jika variabel literasi wakaf pada

mahasiswa ditingkatkan maka minat mahasiswa berwakaf uang.

H1 : Literasi keuangan berpengaruh positif terhadap intensi berwakaf pada CWLS

3.1.2 Hubungan Pendapatan Berpengaruh Terhadap Intensi Berwakaf

Uang Pada CWLS

Pendapatan adalah imbalan yang diterima oleh seseorang setelah orang

tersebut menyelesaikan pekerjaannya untuk mencari nafkah (Yuningsih et al.

2015). Dapat disimpulkan, pendapatan adalah pemberian atas usaha yang

dilakukan sebagai tenaga kerja atas keterlibatan dalam penciptaan barang dan jasa.

Dengan demikian, melalui pendapatan inilah seseorang dapat memenuhi

kebutuhannya setiap saat (Tho’in& Marimin, 2019). Pendapatan sangat erat jika

dihubungkan dengan keadaan ekonomi, sehingga pendapatan menjadi faktor yang

peting dalam memengaruhi intensi berwakaf uang pada CWLS.

Hasil penelitian yang dilakukan Nisa’ & Anwar (2019) dan Salmawati &

Fitri (2018), juga menunjukkan bahwa pendapatan seseorang berpengaruh positif

dan signifikan terhadap minat masyarakat dalam berwakaf tunai. Kemudian,

Program Magister Ilmu Manajemen


73

dikuatkan oleh hasil penelitian Hudzaifah (2019) menyatakan bahwa variabel

tingkat pendapatan secara positif dan signifikan mampu memengaruhi

masyarakat untuk berwakaf uang. Maka berdasarkan uraikan tersebut, dapat

dirumuskan hipotesis :

H2 : Pendapatan berpengaruh positif terhadap intensi berwakaf pada CWLS

3.1.3 Hubungan Religiusitas Berpengaruh terhadap Intensi Berwakaf Uang

Pada CWLS

Religiusitas adalah tingkat kepatuhan seseorang terhadap agama dan tingkat

istiqomah seseorang terhadap agamanya (Yazid, 2017). Menurut Ancok (2001),

keberagaman atau religiusitas diwujudkan dalam berbagai sisikehidupan manusia.

Aktivitas dalam agama bukan hanya melakukan beribadah, tetapi juga melakukan

aktivitas lain yang didorong oleh kekuatan dari dalam diri atau supranatural.

Dalam hal ini religiusitas mendorong untuk bertingkah laku dan bertindak sesuai

dengan ajaran agama, sehingga hal ini dapat berpengaruh terhadap minat

berwakaf seseorang.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Lammam dan Gabler (2012),

Hiyanti (2020), Ashsidqy (2018) tentang intensi berwakaf pada CWLS,

menunjukkan bahwa religiusitas memengaruhi intensi berwakaf pada CWLS

secara signifikan dan positif. Maka berdasarkan uraikan tersebut, dapat

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H3 : Religiusitas berpengaruh positif terhadap intensi berwakaf pada CWLS

Program Magister Ilmu Manajemen


74

3.1.4 Religiusitas dapat memoderasi Pengaruh Literasi Keuangan Syariah

terhadap Intensi Berwakaf Pada CWLS

Literasi keuangan syariah adalah pengetahuan tentang keuangan islam yang

digunakan dalam pengambilan keputusan keuangan. Menurut Razak dan Abdullah

(2015), menyatakan bahwa literasi keuangan syariah dalam aspek yang lebih luas

yang terdiri dari manajemen keuangan atau kekayaan dasar (pendapatan, konsumsi

dan tabungan), perencanaan keuangan (takaful, skema pensiun dan investasi

berbasis syariah), zakat, hukum waris dan wasiyyah, sumbangan amal (wakaf dan

sedekah). Dan, religiusitas merupakan tingkat konseptualisasi seseorang terhadap

agamadan tingkat komitmen seseorang terhadap agamanya Yazid (2017).

Dengan hadirnya informasi tentang literasi keuangan syariah pada CWLS,

harus dapat dipahami pada pewakif agar hasil manfaatnya dapat dirasakan. Jadi

semakin tingginya tingkat literasi keuangan syariah akan mempengaruhi intensi

seseorang untuk berwakaf tunai pada CWLS. Selain itu jika diimbangi dengan

tingkat keyakinan religiusitas yang tinggi maka akan mempengaruhi masyarakat

yang mempunyai pengetahuan wakaf untuk melakukan wakaf pada CWLS.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Hiyanti, H., Fitrijanti, T.,

& Sukmadilaga, C. (2020), tentang pengaruh Literasi dan Religiusitas terhadap

Intensi Berwakaf, hasil penelitian menunjukkan secara signifikan bahwa literasi

dan religiusitas mempengaruhi intensi berwakaf pada CWLS signifikan dan

positif. Hasil tersebut menunjukan bahwa tingginya literasi dan religiusitas

masyarakat maka akan meningkatkan intensi dalam berwakaf pada CWLS. Maka

berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Program Magister Ilmu Manajemen


75

H4 : religiusitas mampu memoderasi pengaruh literasi keuangan syariah terhadap

intensi berwakaf pada CWLS

3.1.5 Religiusitas dapat memoderasi Pengaruh Pendapatan terhadap

Intensi Berwakaf Pada CWLS

Instrumen keuangan Islam seperti wakaf tunai pada CWLS apabila

berkembang dengan pesat akan berperan penting dalam fungsi sosial. Dengan

demikian wakaf harus bisa menjadi lahan produktif agar hasil manfaatnya dapat

terus dirasakan. Jadi semakin banyaknya pendapatan akan mempengaruhi intensi

seseorang untuk berwakaf tunai pada CWLS. Selain itu jika diimbangi dengan

tingkat keyakinan religiusitas yang tinggi maka akan mempengaruhi masyarakat

yang mempunyai pendapatan untuk melakukan wakaf pada CWLS.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Hasan dan Asraf (2010),

Kanzu dan Soesanto (2016), Asraf et al. (2017), Nanik dkk(2021), hasil penelitian

menunjukkan secara signifikan bahwa religiusitas dapat memoderasi variabel

pendapatan terhadap intensi berwakaf pada CWLS. Artinya, bahwa tingkat

religiusitas dapat memperkuat variabel lain terhadap intensi berwakaf pada

CWLS. Maka berdasarkan uraian tersebut dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

H5 : religiusitas mampu memoderasi pengaruh pendapatan terhadap intensi

berwakaf pada CWLS

Program Magister Ilmu Manajemen


76

X1
Literasi Keuangan
Syariah

Z Y
Religiusitas Intensi Wakaf Uang

X2
Pendapatan

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual

Keterangan:
Variabel independen : X = Literasi Keuangan Syariah & Pendapatan
Variabel dependen : Y = Intensi berwakaf uang pada CWLS
Variabel moderasi : Z = Religiusitas

3.2 Hipotesis

Hipotesis penelitian merupakan jawaban sementara penelitian untuk

menjawab rumusan masalah pada penelitian yang telah diambil, dimana rumusan

masalah yang diambil telah tersampaikan, diantaranya:

1. Terdapat pengaruh literasi keuangan syariah terhadap intensi berwakaf pada

Cash Waqf Linkek Sukuk (CWLS)

2. Terdapat pengaruh pendapatan terhadap intensi berwakaf pada Cash Waqf

Linked Sukuk (CWLS)

3. Terdapat pengaruh religiusitas terhadap intensi berwakaf pada Cash Waqf

Linked Sukuk (CWLS)

4. Religiusitas mampu memoderasi pengaruh literasi keuangan syariah terhadap

intensi berwakaf pada Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS)

5. Religiusitas mampu memoderasi pengaruh pendapatan terhadap intensi

berwakaf pada Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS)

Program Magister Ilmu Manajemen


BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh literasi keuangan

dan pendapatan terhadap intensi berwakaf uang pada Cash Waqf Linked Sukuk dan

religiusitas sebagai variable intervening. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif

kuantitatif yaitu menyampaikan dan menjelaskan gap serta fenomena dengan

menggunakan informasi, data-data dan numerik.

Menurut Puguh (2009) pendekatan kuantitatif adalah salah satu jenis

kegiatan penelitian yang spesifikasinya adalah sistematis, terencana dan terstruktur

dengan jelas sejak awal hingga pembuatan desain penelitian, baik tentang tujuan

penelitian, subjek penelitian, objek penelitian, sampel data, sumber data, maupun

metodologinya (mulai pengumpulan data hingga analisis data). Kemudian, Uhar

(2012) menyampaikan analisis tersebut menggunakan statistik untuk menjawab

pertanyaan atau hipotetsis penelitian yang sifatnya spesifik dan untuk melakukan

prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain.

Adapun subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah pengelola

wakaf atau masyarakat beragama muslim yang melakukan aktifitas wakaf uang dan

komunitas-komunitas Wakaf (BWI, WaCIDS / Waqf Center for Indonesian

Development & Studies). Dalam penelitian ini jauga akan dilakukan pendekatan

cross-sectional yaitu penelitian yang dalam pengumpulan datanya akan dilakukan

dengan satu periode tertentu. Setiap subjek studinya hanya akan dilakukan satu

1
77
78

kali pengamatan selama penelitian, disaat memberikan kuesioner hanya satu kali

saja tidak dilakukan perulangan (Umar, 2005).

4.2 Objek dan Lokasi Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah Literasi Keuangan Syariah, Pendapatan,

Religiusitas dan Intensi Wakaf Uang yang akan dilakukan pada Intrumen Keuangan

Syariah yang terbaru yaitu CWLS-Ritel yang dilkeluarkan oleh 4 lembaga BWI,

Bank Indonesia, Kementerian Agama dan Kementerian Keuangan. Waktu

pelaksanaan penelitian ini dimulai dari bulan November 2022 hingga bulan April

2023. Dalam pelaksanaan penelitian ini, penulis mengambil studi kasus pada

Program Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS) terhadap pengelola wakaf atau

masyarakat beragama muslim yang melakukan aktifitas wakaf uang dan komunitas-

komunitas Wakaf (BWI dan Waqf Center for Indonesian Development & Studies).

4.3 Populasi dan Sampel

4.3.1 Populasi

Populasi merupakan sekumpulan orang atau objek yang memiliki kesamaan

dalam satu atau beberapa hal yang membentuk masalah pokok dalam suatu

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah pewakif atau instansi pengelola

wakaf uang/produktif, masyarakat muslim yang pernah mewakafkan hartanya dan

komunitas wakaf yang diharapkan dapat mempresentasikan secara keseluruhan

dari hasil penelitian, populasi tersebut diteliti berdasarkan institusi diantaranya.

Program Magister Ilmu Manajemen


79

Tabel 4.1 Populasi berdasarkan Institusi

Institusi Keterangan Data


Badan Wakaf Indonesia (BWI) Kordinator Wakaf null
Organisasi Muhammadiyah Memiliki aset-aset
null
Provinsi Aceh (PDM Aceh) wakaf produktif
Kopsyarmu Kota Lhokseumawe Pengelola Wakaf null
WaCIDS (Waqf Center for
Komunitas Wakaf null
Indonesian Development & Studies)
Wakaf Warior Komunitas Wakaf null
Baitul Mal Kota Lhokseumawe Pengelola Wakaf null
Baitulmal Khatulistiwa Pengelola Wakaf null
Sumber: Data informasi diolah 2023

4.3.2 Sampel

Sampel adalah sejumlah ataupun bagian tertentu yang akan diambil dari

populasi dan diteliti secara detail untuk mendapatkan hasil penelitian yang terbaik.

Sampel tersebut yang akan menjadi bagian dari analisa untuk penelitian.

Ukuran sampel yang baik dan disarankan untuk penggunaan estimasi

Maximum Likelihood pada Structural Equation Model (SEM) adalah sebesar 100-

200 (Ghozali & Fuad, 2008), Tetapi Hair et al. (2014) mengatakan data penelitian

kuantitatif yang dibutuhkan minimal 100 kuisioner sudah layak dan memenuhi

syarat digunakan. Berdasarkan dengan kebutuhan peneliti untuk menggunakan

teknik analisis data menggunakan SEM dan juga karena nantinya akan digunakan

teknik maximum likelihood estimation yang membutuhkan jumlah sampel

sebanyak 100-200 sampel, maka peneliti akan mengambil sampel sebanyak 100-

200 responden pada pengelola wakaf atau masyarakat beragama muslim yang

melakukan aktifitas wakaf uang dan komunitas-komunitas Wakaf (BWI, WaCIDS

/ Waqf Center for Indonesian Development & Studies).

Program Magister Ilmu Manajemen


80

Untuk mendapatkan sampel tersebut, maka teknik pengambilan sampel

yang digunakan adalah menggunakan metode purposive sampling yaitu sampel

didasarkan pada beberapa kriteria yang sesuai dengan kebutuhan penelitian ini,

adapun kriteria alasan dijadikan sampel dalam penelitian ini yaitu:

1. Beragama Muslim
2. Pernah melakukan aktifitas wakaf uang atau wakaf produktif lainnya
3. Memiliki pendapatan bersih +2,5jt / bulan
4. Mengetahui tentang dasar wakaf atau sukuk wakaf (CWLS)
5. Merupakan pengelola wakaf produktif dan wakaf uang baik di instansi wakaf
pendidikan seperti misalnya pada perserikatan Amal Usaha Muhammadiyah
(AUM) ataupun instansi wakaf produktif lainnya.
6. Merupakan warga muslim yang taat dalam beribadah dan rutin bersedekah

4.4 Teknik Pengambilan Sampling

Teknik Pengambilan sampel pada penilitian ini menggunakan teknik

nonprobability sampling dengan teknik metode purposive sampling yaitu suatu

teknik penentuan sampel dengan mempertimbangkan sesuatu. Maka, unit sampel

yang dihubungi disesuaikan dengan kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan

berdasarkan tujuan penelitian ataupun permasalahan pada penelitian. Dalam

penelitian ini responden yang dipilih adalah pengelola wakaf atau masyarakat

beragama muslim yang melakukan aktifitas wakaf uang dan komunitas-komunitas

Wakaf (BWI, WaCIDS / Waqf Center for Indonesian Development & Studies)

karena sudah mempunyai pengetahuan dasar tentang wakaf atau keuangan syariah

dan memiliki pendapatan sendiri serta pengalaman dalam bidang wakaf.

Program Magister Ilmu Manajemen


81

4.5 Sumber Data dan Teknik Pengumpulan Data

Data adalah hasil pencatatan yang dilakukan oleh peneliti, baik data yang

berupa angka dan fakta. Data merupakan sejumlah informasi yang dapat

memberikan gambaran tentang suatu keadaan (Arikunto, 2010). Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan data sekunder.

Data Primer

Merupakan data yang dikumpulkan dan diperoleh langsung di lapangan oleh

peneliti (Bungin, 2008). Dalam penelitian ini data diperoleh melalui penyebaran

kuesioner secara online kepada para pewakif atau komunitas pengelola wakaf dan

masyarakat muslim yang pernah mewakafkan hartanya. Data primer didapatkan

dengan menyebarkan kuesioner melalui Google Formulir ke responden yang telah

terpilih sesuai dengan sampel yang telah ditentukan. Menurut Juliandi, dkk (2015)

Kuisioner suatu pertanyaan/pernyataan yang disusun peneliti untuk mengetahui

pendapat atau persepsi responden penelitian tentang suatu variabel yang diteliti.

Data tersebut diperoleh dengan dengan mengajukan lembaran angket kepada

para responden, yang berisikan daftar pertanyaan yang bersifat tertutup yaitu

jawaban yang telah disediakan. Semua jawaban responden dalam kuesioner akan

dicatat dan direkam dalam server serta menggunakan skala likert.

Tabel 4.2 Skala Likert


No Keterangan Nilai
1 Sangat Setuju (ST) 5
2 Setuju (S) 4
3 Ragu-ragu (RR) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1
Data: diolah

Program Magister Ilmu Manajemen


82

4.6 Pengukuran Variabel / Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data

supaya mendapatkan hasil yang sistematis dan terbaik agar dapat diolah. Peneliti

akan menggunakan alat kuesioner, jawaban responden tersebut akan di ukur dengan

menggunakan skala likert untuk mengetahui fenomena. Fenomena sosial ini telah

ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya disebut sebagai variabel

penelitian. Variabel yang diukur kemudian dijabarkan menjadi indikator variabel.

Kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-

item instrument yang berupa pertanyaan atau pernyataan.

Tabel 4.3 Instrumen Penelitian


Butir
No Variabel Definisi Indikator Skala
Angket
1. Literasi Literasi Keuangan Syariah 1. Pengetahuan umum 1,2
Keuangan didefinisikan sebagai 2. Tabungan dan 3,4
Syariah kemampuan seseorang untuk pinjaman
(Chen dan mendapatkan, memahami 3. Asuransi Investasi 5,6
Volpe, dan mengevaluasi informasi
Likert
1998) yang relevan untuk
pengambilan keputusan
dengan memahami
konsekuensi finansial yang
ditimbulkannya.
2. Pendapatan Pendapatan adalah sebagai 1. Beban keluarga yang 7,8
(Reksoprayi total penerimaan oleh ditanggung
tno,2004) perorangan atas hasil 2. Pekerjaan dan 9,10
kerjanya dalam bentuk gaji pengalaman kerja Likert
pada periode tertentu. 3. Penghasilan yang 11,12
diterima
4. Biaya yang dikeluarkan 13,14
3. Intensi Intensi merupakan indikasi 1. Tindakan 15, 16
Wakaf Uang seberapa kuat keyakinan 2. Ketertarikan 17, 18
(Septiani et seseorang akan mencoba 3. Perhatian Likert 19, 20
al., 2020) perilaku dan seberapa besar 4. Perasaan Senang 21, 22
usaha yang akan digunakan
5. Keterlibatan 23, 24
untuk melakukan perilaku.

Program Magister Ilmu Manajemen


83

4. Religiusitas Religiusitas adalah 1. Keyakinan 25, 26


(Suroso & keseluruhan dari fungsi jiwa 2. Pengalaman 27, 28
Ancok, individu mencakup 3. Pengetahuan agama 29, 30
2008) keyakinan, perasaan dan 4. Ketaatan 31, 32
perilaku yang diarahkan
secara sadar pada pelajaran
agamanya dengan Likert
mengajarkan lima dimensi
keagamaan yang di dalamya
mencakup tata cara ibadah
wajib maupun sunah serta
pengalaman dan
pengetahuan agama dalam
diri individu.

4.7 Pengukuran Instrumen Penelitian

Uji validitas dan reliabilitas merupakan uji prasyarat untuk menentukan

kesahihan dan keterpercayaan suatu instrumen penelitian yaitu alat-alat yang

digunakan dalam penelitian (Sangadji & Sopiah, 2010).

4.7.1 Uji Validitas

Menurut Sugiyono (2008), uji validitas ini bertujuan untuk mengetahui

apakah instrumen yang dicantumkan dalam angket sudah layak untuk digunakan

sehingga menghasilkan data yang akurat sesuai dengan ukuran tujuannya. Jika

valid instrumen tersebut maka dapat digunakan untuk mengukur apa yang

seharusnya diukur dalam penelitian.

Menurut Juliandi, dkk (2015) Pengujian validitas dilakukan untuk

mengetahui valid atau tidak nya instrument penelitian yang dibuat. Valid berarti

instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

rxy = n(Σx¡y¡) – (Σx¡)(Σy¡)


√[n. Σx¡² – (Σx¡)²][n. Σy¡²–(Σy¡)²]

Program Magister Ilmu Manajemen


84

Dimana:
n= banyaknya pasangan pengamatan
Σxi = jumlah pengamatan variabel x
Σyi = jumlah pengamatan variabel y
(Σxi²) = jumlah kuadrat pengamatan variabel x
(Σyi²) = jumlah kuadrat pengamatan variabel y
Σxiyi = jumlah hasil kali variabel x dan y

Program yang digunakan untuk menguji validitas dan reliabilitas instrument

adalah program Computer Statiscal Program For Science (SPSS) yang terdiri dari

uji validitas dan reliabilitas.

4.7.2 Uji Reliabilitas

Menurut Juliandi, dkk (2015) Selanjutnya instrument yang valid diuji

reliabilitas nya untuk mengetahui apakah seluruh item pertanyaan dari tiap

variabel sudah menerangkan tentang variabel yang diteliti, pengujian reliabilitas

dilakukan dengan menggunakan Cronbach’s Alpha. Kriteria penilaian dalam

menguji reliabilitas instrument adalah apabila nilai Cronbanch’s Alpha > 0,60

maka penelitian tersebut dianggap reliabel.

r11=[ K ] [Σσb²]
[(K –1)] [σ1²]
Dimana:
r11 = reliabilitas instrument
k = banyak butir pertanyaan
Σσb² = jumlah varians butir
σ1² = varians total

kriteria pengujiannya:

1) Jika nilai koefisien reliabilitas yakni Alpha > 0.60 maka reliabilitas cukup baik.

2) Jika nilai koefisien alpha < 0.60 maka reliabilitas kurang baik.

Program Magister Ilmu Manajemen


85

4.8 Metode Analisis Data

4.8.1 Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah metode penelitian yang berusaha

menggambarkan dan menginterpretasikan objek apa adanya (Sangadji & Sopiah,

2010). Tujuannya adalah untuk menggambarkan secara sistematis fakta, objek

atau subjek apa adanya dengan tujuan menggambarkan secara sistematis fakta dan

karakteristik objek yang diteliti secara tepat. Termasuk dalam statistik deskriptif

antara lain adalah penyajian data melalui tabel, grafik, penyebaran data,

perhitungan persentase sebaran jawaban responden (distribusi frekuensi), rata-

rata, mean dan modus, nilai minimum dan nilai maksimum selanjutnya akan diuji

dengan analisis SEM-PLS.

4.8.2 Analisis Structural Equation Model (SEM)

Penelitian ini di analisa menggunakan Structural Equation Model (SEM),

dengan menggunakan bantuan software PLS (Partial Least Square). SEM

merupakan salah satu jenis analisis multivarat dalam ilmu sosial, analisis

multivarat merupakan aplikasi metode statistika untuk menganalisis beberapa

variabel penelitian secara simultan atau serempak. Pengujian model struktural

dalam PLS dilakukan dengan bantuan software Smart PLS versi 3 for Windows.

Teknik statistik yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah teknik

regresi dengan variabel intervening (mediator/penghubung) yakni analisis jalur

(path analsysis). Menurut Juliandi, dkk (2015) variabel intervening merupakan

variabel yang manjadi perantara hubungan variabel bebas dengan variabel terikat.

Program Magister Ilmu Manajemen


86

SEM mempunyai fleksibelitas yang lebih baik bagi peneliti untuk

menghubungkan antara teori dan data. Peneliti seringkali dihadapkan pada situasi

dalam sebuah penelitian dimana ukuran sampel cukup besar, namun hubungan

antar variabel yang dihipotesiskan memiliki landasan teori yang kurang baik.

Menemukan hubungan yang sangat kompleks antar variabel, bagaimanapun,

bukanlah hal yang aneh, tetapi ukuran sampel datanya terbatas. Untuk mengatasi

masalah ini, Partial Least Square (PLS) dapat digunakan.

Dalam Analisis PLS biasanya menggunakan dua sub model yaitu model

pengukuran (outer model) digunakan untuk uji validitas dan uji reabilitas,

sedangkan model struktural (inner model) digunakan untuk uji kausalitas atau

pengujian hipotesis untuk uji model prediksi.

4.8.3 Analisis Model Pengukuran (Outer Models)

Analisis Model Pengukuran (Outer Model) bertujuan untuk mengevaluasi

konstruk variabel yang diteliti yaitu validitas variabel (akurasi) dan reliabilitas

(reliabilitas), meliputi: (1) Konsistensi Internal (Reliabilitas Komposit), (2)

Validitas Konvergen (Validitas Konvergen / Rata-rata Bervariasi) Diekstrak /

AVE), dan (3) Validitas Diskriminan (Hairt Hult, Ringle & Sarsteds.2014)

a. Konsistensi Internal

Pemeriksaan kualitas internal digunakan untuk menentukan konsistensi

hasil di seluruh item pada tugas yang sama dalam bentuk keandalan. Ini

akan memutuskan apakah (yaitu, jika korelasi antar item besar) item

menghitung konstruksi serupa di peringkat mereka. Pengujian ini

Program Magister Ilmu Manajemen


87

menggunakan nilai reliabilitas komposit, suatu variabel konstruk dikatakan

reliabel jika nilai reliabilitas kompositnya > 0,60 (Hair, Hult, Ringle, &

Sarsteds, 2014)

b. Validitas Konvergen

Validitas konvergen adalah sejauh mana sebuah pengukuran berkorelasi

secara positif dengan pengukuran alternatif dari konstruk yang sama. Untuk

menilai suatu indikator dari suatu variabel konstruk adalah valid atau tidak

adalah dilihat dari nilai outer loading. Jika nilai outer loading> 0,7 maka

suatu indikator adalah valid (Hair Hult, Ringle & Sarsteds, 2014).

c. Validitas Diskriminan

Tujuan pengujian validitas diskriminan untuk menilai suatu indikator dari

suatu variabel konstruk adalah valid atau tidak dilihat dari kriteria Fornell-

Larcker, yakni jika nilai-nilai akar kuadrat dari nilai AVE lebih besar dari

nilai korelasi tertinggi suatu variabel dengan variabel lainnya, maka

variabel memiliki validitas diskriminan yang baik/ valid. (Hair, Hult

Ringle, & Sarsteds 2014)

4.8.4 Analisis Model Struktural (Inner Models)

Menurut Juliandi (2018) analisis model struktural bertujuan untuk menguji

hipotesis penelitian. Minimal ada dua bagian yang perlu dianalisis didalam model

struktural ini, antara lain : (1) R-square; (2) pengujian hipotesis yakni (a) direct

effect; (b) indirect effect; dan (3) goodness of fit.

Program Magister Ilmu Manajemen


88

1. R-Square (R²)

R-square untuk setiap variabel laten endogen sebagai kekuatan prediksi dari

model struktural. Perubahan pada nilai R-squares dapat digunakan untuk

menjelaskan pengaruh pada variabel laten eksogen tertentu terhadap variabel laten

endogen yang mempunyai pengaruh yang subsantif. Nilai R-squares 0.75, 0.50 dan

0.25 dapat disimpulkan bahwa model kuat, moderate dan lemah. Semakin tinggi

nilai berarti semakin baik model prediksi dari model penelitian yang diajukan.

Adapun krteria penelitian nya adalah sebagai berikut :


a. Jika nilai R2 = 0.75 , model adalah substansial (kuat)
b. Jika nilai R2 = 0.50 , model adalah moderate (sedang)
c. Jika nilai R2 = 0.25, model adalah lemah (buruk)

4.9 Pengujian Hipotesis

Pengujian Hipotesis (hypotesis testing) mengandung tiga sub analisis, antara

lain: (a) direct effect; (b) indirect effect; dan (c) goodness of fit.

a. Direct Effect (Pengaruh Langsung)

Tujuan analisis direct effect berguna untuk menguji hipotesis pengaruh

langsung suatu variabel yang mempengaruhi (eksogen) terhadap variabel yang

dipengaruhi (endogen) Juliandi (2018). Kriteria untuk pengujian hipotesis

direct effect adalah seperti terlihat di dalam bagian di bawah ini.

Menurut Juliandi (2018) kriteria pengaruhh langsung ada dua yaitu :

Pertama, koefisien jalur (path coefficient): (a) Jika nilai koefisien jalur (path

coefficient) adalah positif, maka pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain

adalah searah, jika nilai nilai suatu variabel meningkat/naik, maka nilai

variabel lainnya juga meningkat/naik; dan (b) Jika nilai koefisien jalur (path

Program Magister Ilmu Manajemen


89

coefficient) adalah negatif, maka pengaruh suatu variabel terhadap variabel

lain adalah berlawan arah, jika nilai nilai suatu variabel meningkat/naik, maka

nilai variabel lainnya akan menurun/rendah. Kedua, nilai

probabilitas/signifikansi (P-Value): (1) Jika nilai P-Values < 0.05, maka

signifikan; dan (2) Jika nilai P- Values > 0.05, maka tidak signifikan.

b. Indirect Effect (Pengaruh Tidak Langsung)

Menurut Juliandi (2018) tujuan analisis indirect effect berguna untuk

menguji hipotesis pengaruh tidak langsung suatu variabel yang mempengaruhi

(eksogen) terhadap variabel yang dipengaruhi (endogen) yang

diantarai/dimediasi oleh suatu variabel intervening (variabel mediator).

Kriteria menetukan pengaruh tidak langsung (inderct effect) (Juliandi,

2018) adalah : (1) jika nilai P-Values < 0.05, maka signifikan, artinya variabel

mediator (Z/E-Satisfaction), memediasi pengaruh variabel eksogen (X1/Brand

Image) dan (X2/E-Service Quality menggunakan dimensi Reliability,

Fulfillment dan Responsiveness) terhadap variabel endogen (Y/E-Loyalty).

Dengan kata lain, pengaruhnya adalah tidak langsung dan (2) jika nilai P-

Values > 0.05, maka tidak signifikan artinya variabel mediator (Z/E-

Satisfaction) tidak memediasi pengaruh suatu variabel (X1/Brand Image) dan

(X2/E-Service Quality menggunakan dimensi Reliability, Fulfillment dan

Responsiveness) terhadap variabel endogen (Y/E-Loyalty). Dengan kata lain,

pengaruhnya adalah langsung.

Program Magister Ilmu Manajemen


90

c. Goodness Of Fit

Untuk memvalidasi model secara keseluruhan, maka digunakan

goodness of fit (GoF) yang diperkenalkan oleh Hu and Bentler, (1999) dalam

Hair et al., (2017). GoF index ini merupakan ukuran tunggal yang digunakan

untuk memvalidasi performa gabungan antara model pengukuran dan model

structural. Nilai GoF ini diperoleh dari nilai Standardized Root Mean Square

Residual (SRMR). Dengan kriteria jika nilai Standardized Root Mean Square

Residual (SRMR) < 0,08 model akan dianggap baik.

Model analisis SEM-PLS yang menggunakan variabel intervening dalam

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 4.1 Model SEM-PLS Bervariabel Intervening

Program Magister Ilmu Manajemen


91

DAFTAR PUSTAKA

Al-Quran Terjemahan. 2015. Departemen Agama RI. Bandung: CV Darus Sunnah.


Abdullah Zaky Al-Kaaf, Ekonomi Dalam Prespektif Islam.
Abi al-Husaini Muslim bin al-Hujaj al-Qasyiri al-Nasaburi, Shahih Muslim, Juz 2,
(Beirut: Dar al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1998).
Agustianto, “Membangun Literasi Keuangan Syariah” bag 3,
http://www.agustiantoentre.com/p=1676, “diakses pada” 10 November 2022.
Pukul 13.46
Agustin, Erni (2016). “Analisis Rasio Keuangan Untuk Penilaian Kinerja Keuangan
Pada PT. Indofarma (Persero) Tbk. Jurnal ilmu Administrasi Bisnis.
Universitas Mulawarman. Vol.4 No.1. 2016
Ahmad Nizar, ―Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wakif tentang wakaf
uang‖ , Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 4, No. 1, April 2014. h. 26.
Ahmad Nizar, Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi wakif tentang wakaf
uang, Jurnal Bisnis dan Manajemen, Vol. 4, No. 1, April 2014, 26.
Ajzen, I. 2012. “The Theory of Planned Behavior”. In P. A. M. Lange, A. W.
Kruglanski & E. T. Higgins (Eds.), Handbook of theories of social psychology
(Vol. 1, pp 438-459). London, UK: Sage
Ajzen, Icek. Attitude, Personality and Behavior (England: Open University Press,
2005), 101.
Alvien Nur Amalia, “Keputusan Wakif Jakarta dalam Berwakaf Uang pada
Lembaga Wakaf,” Syi‘ar Iqtishadi,Vol.2 No.2, November 2018. h.1
Amalia, N., Lubis, D., & Muthohharoh, M. (2020). Faktor-Faktor yang
Mempengaruhi Milenial Berdonasi Online Melalui Crowdfunding Platform:
Studi pada Kitabisa.com. Jurnal Hukum Dan Ekonomi Syariah, 08(02), 181–
194.
Ancok, D., & Suroso, F. N. (2004). Psikologi Islami. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Ancok, D., & Suroso, F. N. Psikologi Islami (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2004),
54.
Annisa Fitriani, Peran Religiusitas dalam Meningkatkan Psychological Well
Being,( Jurnal A- Adyan, No. 1, 2016), 12-13.
As Shadiqqy, M. (2018). Pengaruh Pendapatan, Religiusitas, Jarak Lokasi, Tingkat
Pendidikan dan Akses Informasi Terhadap Minat Masyarakat untuk
Berwakaf Uang di Badan Wakaf Uang Tunai MUI DIY. Panangkaran: Jurnal
Penelitian Agama Dan Masyarakat, 2(2), 249.
https://doi.org/10.14421/panangkaran.2018.0202-05
Asraf A, & Hasan M. K., An Integrated Poverty Alleviation Model Combining
Zakat, Waqaf And Microfinance. In Seventh International Conference- The

Program Magister Ilmu Manajemen


92

Tawhidic Epistemology: Zakat And Waqf Economy, Bangi, Malaysia, PP


(261-281)
Attamimy, M., dkk. (2015). Tanya Jawab Tentang Wakaf Uang. Jakarta:
Kementerian Agama RI Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam
Direktorat Pemberdayaan Wakaf. hlm, 73.
Azman Ab Rahman, Mohammad Haji Alias, Dan Syed Moh Najib Syed Omar,
“Zakat Institution In Malaysia: Problebs And Issues,” Global Jurnal Al-
Thaqafah, 2014
Cizakca M. “The Waqf Is Basic Operational Structure, Development And
Contribution,” WEIF UITM OCCASIONAL PAPER 2014, 15
David L. Remund, “Financial Literacy Explicated: The Case for a Clearer
Definition in an Increasingly Complex Economy, “The Journal of concumer
Affairs volume 44, No 2 (2010), hlm 279.
David L. Remund, “Financial Literacy Explicated: The Case for a Clearer
Definition in an Increasingly Complex Economy, “The Journal of concumer
Affairs volume 44, No 2 (2010), hlm 279.
Deni Rahmatsyah, 2011. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan
Produk Baru (Studi Kasus: Uang Elektronik Kartu Flazz BCA)” Tesis.
Fakultas Ekonomi Program Studi Magister Manajemen Universitas Indonesia.
Jakarta
Dirgantara, H. (2021). Meski Ada Pandemi, CWLS Ritel Seri SWR002 Menarik
91,03% Wakif Baru. https://investasi.kontan.co.id/news/meski-ada-pandemi-
cwls-ritel-seri-swr002-menarik-9103- wakif-baru
Duvall, Robert F. 1998. “Do We Know Enough About Economics?”. Federal
Reserve Bank Of Minneapolis.
https://www.minneapolisfed.org/publication/the-region/do-we-
knowenough-about-economics.
Ferinaldy, Muslikh & Huda. 2019. Pengaruh Sikap, Norma Subyektif, Kendala
Perilaku, dan Religiusitas Terhadap Intensi Menggunakan Uang Elektronik.
Jurnal Ekonomi, Keuangan, Perbankan, dan Akuntansi. Volume 2 Nomor 11.
Global Islamic Finance Reporting.
Glock, C. Y., & Stark, R. Religion and Society in Tension (New York: Rand
McNally & Company, 1996), 184.
Hair, Joseph, E, Jr. et al (2014). A Primer On Partial Least Squares Structural
Equation Modeling (PLS-SEM). SAGE Publication,Inc. California. USA
Hida hiyanti, dkk. “Pengaruh Literasi Dan Religiusitas Terhadap Intensi Berwakaf
Pada Cash Waqf Linked Sukuk (CWLS),” JIMEA Jurnal Ilmiah MEA. Vol.4
no.3, 2020.
Hidayatur Rochimi. “Pengaruh Strategi Penggalangan Wakaf Tunai dan
Religiusitas Terhadap Minat Masyarakat untuk Berwakaf Pada Pengelolaan

Program Magister Ilmu Manajemen


93

Wakaf Ranting Muhammadiyah Kertosari Kabupaten Ponorogo Tahun


2018”. IAIN Ponorogo, 2018.
Hiyanti, H., Afiyana, I., & Fazriah, S. (2020). “Potensi Dan Realisasi Wakaf Uang
di Indonesia Tahun 2014-2018,” Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi,
& Akuntansi), 4(1), 77-84.
Hiyanti, H., Fitrijanti, T., & Sukmadilaga, C. (2020). Pengaruh Literasi dan
Religiusitas terhadap Intensi Berwakaf pada Cash Waqf Linked Sukuk
(CWLS). Jurnal Ilmiah MEA (Manajemen, Ekonomi, Dan Akuntansi), 4(3),
493–507.
Hudzaifah, A. “Factors Influencing Willingness To Contribute In Cash Waqf:
Case Of South Tangerang, Indonesia,” KITABAH, 3 (1) 2019, 1–18.
Ida Nuraini, Erika, Achmad Fauzi. “Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Intensi
Dalam Membayar Wakaf Uang Pada Pegawai Kantor Wilayah Kementrian
Agama Provinsi DKI Jakarta,” Jurnal UNMA vol. 1 No. 2 (November 2018),
99
Juliandi Azwar dkk, (2015) Metotelogi penelitian bisnis. Medan Umsu Press
Kanzu, A. H., Soesanto, H. “Analisis Pengaruh Persepsi Kualitas Pelayanan dan
Perceived Value terhadap Kepuasan Religius untuk Meningkatkan Minat
Menabung Ulang,” Jurnal Studi Manajemen & Organisasi, 13 (Juni, 2016),
14-27.
Kemenkeu RI. (2022). Cash Waqf Linked Sukuk.
https://www.kemenkeu.go.id/single-page/sukukwakaf/
Kharirunnisa & Musari, “Waqf 2016.
Kharirunnisa & Musari, “Waqf Sukuk Enhancing The Islamic Finance For
Econmic Sustanbility In Higher Education Intitutions,” World Islamic
Countries University Leaders Summit 2016
Lammam, C. & Gabler, N. Determinants of charitable giving: A review of the
literature. Fraser Forum March/April 2012
Lubis M. S. Erdawati. “Religiusity On The Effect Of Sharia Label Equity Indecision
Of Selecting Sharia Bank Mandiri Product In West Pasaman,” UNES Jurnal
Of Social And Economics Research. 2(1) 2017, 72-84.
M. Ash-Shadiqqy. “Pengaruh Pendapatan, Religiusitas, Jarak Lokasi, Tingkat
Pendidikan dan Akses Informasi Terhadap Minat Masyarakat untuk Berwakaf
Uang di Badan Wakaf Uang Tunai MUI DIY. PENANGKARAN, Jurnal
Penelitian Agama Dan Masyarakat, 2(2) 2018, 249–262.
Mowen, J. C., & Minor, M. Perilaku Konsumen. (Jakarta: Erlangga, 2002), 322.
Muhammad Ash-Shiddiqy, “Pengaruh Pendapatan, Religiusitas, Jarak Lokasi,
Tingkat Pendidikan dan Akses Informasi Terhadap Keputusan wakif untuk
Berwakaf Uang di Badan Wakaf Uang Tunai MUI DIY”, Jurnal Penelitian
Agama dan Masyarakat Volume 2, Nomor 2, (Desember 2018). 249.

Program Magister Ilmu Manajemen


94

Muhammad Ayoub Ledhem, Does Sukuk Financing Boost Economic Growth


Empirical Evidence From Shoutheast Asia,” PSU Research Riview, 2020
Murwanti, S., & Sholahuddin, M. (2013). Peran Keuangan Lembaga Mikro
Syariah untuk Usaha Mikro di Wonogiri. Call Paper Sancall, 300–309
Nafis, M. Cholil. (2012). Aplikasi Wakaf Uang di Indonesia. bwi.or.id. Tersedia di
https://bwi.or.id/index.php/in/publikasi/artikel/974-aplikasi-wakaf-uangdi
indonesia.html.
Nanik Setyo Utami, Ahmad Mifdlol, Musalim Ridho, “Analisis Tingkat
Pendapatan, Kepercayaan,Dan Reputasi Terhadap Minat Muzkkidalam
Membayar Zakat Dengan Religiusitas Sebagai Variabel Moderating,”
IQTISHODUNA, Vol. 17 (1) 2021, 8.
Nisa’, K., & Anwar, M. K. “Hubungan Pendapatan dan Sikap Masyarakat Muslim
Kecamatan Semampir Surabaya dengan Minat Membayar Wakaf Uang,”
Jurnal Ekonomi Islam, 2(2) 2019, 136–148.
Nizar, A “Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Persepsi Wakif Tentang Wakaf
Uang Esensi” Jurnal Bisnis dan Manajemen, 4 2014.
OECD (2009). Financial Literacy and Consumer Protection: Overlooked Aspects
of the Crisis. Paris, OECD.
Osman , A. F. dkk, Determinants Of Cah Waqf Giving In Malaysia: Survei On
Selected Works. Worksop Antara Bangsa Pembangunan Berteraskan Islam,
10 April 2019, Medan Indonesia.
Osman , A. F. dkk, Determinants, 2019.
Otoritas Jasa Keuangan, “Literasi , Edukasi, dan Inklusi Keuangan”. Direktorat
Literasi dan Edukasi (2014). hlm 4
Pamungkas, R., & Fitianto, B. (2022). ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI MINAT MASYARAKAT BERWAKAF TUNAI
SEPERTI YANG DIJELASKAN TEORI PLANNED BEHAVIOR. Islamic
Economics and finance in Focus, 1(3).
Prastika Zakiyatul Husniah, Literasi Wakaf Pada Masyrakat Untuk Memunculkan
Minat Berwakaf. Skripsi. UIN Sunan Ampel 2019.
Puguh Suhardi, Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis Filosofi dan Praktis,
(Jakarta: PT. Indeks 2009), 3.
Puguh Suhardi, Metode Penelitian Kuantitatif untuk Bisnis Filosofi dan Praktis,
(Jakarta: PT. Indeks 2009), 3.
S. Rahim, et.al, Islamic Literasi Keuangan and Its Determinants among University
Student: An Exploratory Factor Analysis (T,tp.: Internatinal journal of
Economics and Financial Issues, 6 (S7), 2016, hlm 32-35
Salmawati dan Fitri Meutia, “Pengaruh Tingkat Pendapatan, Religiusitas,
Akuntabilitas, Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Muzakki Membayar

Program Magister Ilmu Manajemen


95

Zakat Mal Kota Banda Aceh,” Jurnal Ilmiah Mahsiswa Ekonomi Akuntansi
JIMEKA, 3 (1) 2018, 54-66.
Salmawati dan Fitri Meutia, “Pengaruh Tingkat Pendapatan, Religiusitas,
Akuntabilitas, Dan Kualitas Pelayanan Terhadap Minat Muzakki Membayar
Zakat Mal Kota Banda Aceh,” Jurnal Ilmiah Mahsiswa Ekonomi Akuntansi
JIMEKA, 3 (1) 2018, 54-66.
Sayyidatul Maghfiroh, Pengaruh Religiusitas, Pengetahuan dan Lingkungan sosial
terhadap minat menabung di Bank Syariah pada Santri Mahasisi Darush
Shalihat, (Yogyakarta: Universitas negeri Yogyakarta, 2018), 24.
Setyabudi, M. N., & Hasibuan, A. A. Pengantar Studi Etika Kontemporer. (Malang:
Universitas Brawijaya Press, 2017), 12.
Siregar, K. H., Manday, C. C. R., & Efendi, B. (2021). Model Cash Waqf Linked
Sukuk (CWLS): Instrumen Ketahanan Pangan Indonesia SDGs. Jurnal Kajian
Ekonomi Dan Kebijakan Publik, 6(2), 601–609.
Soediyono Reksoprayitno, Sistem Ekonomi Dan Demokrasi Ekonomi (Jakarta:
Bina Grafika, 2004), 104
Suroso F. N. dan Ancok D. Psikologi Islami: Solusi Islam Atas Problem-Problem
Psikologi, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008)
Tho’in, M., & Marimin, A. “Pengaruh Tingkat Pendapatan, Tingkat Pendidikan,
dan Tingkat Religiusitas Terhadap Minat Muzakki Membayar Zakat,” Jurnal
Ilmiah Ekonomi Islam, 5 (03) 2019, 225– 230.
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan,
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2012) hlm, 49
Uhar Suharsaputra, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan,
(Bandung: PT. Refika Aditama, 2012) hlm, 49
Umar Husein, Metodologi Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, (Jakarta, PT
Raja Grafindo Persada: 2005), 42.
Umar Husein, Metodologi Penelitian Untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, (Jakarta, PT
Raja Grafindo Persada: 2005), 42.
Upendra Singh, “Financial Literacy and Financial Stability are Two Aspects of
Efficient Economy”, Journal of Finance, Accounting and Management, (juli
2014), hlm 66
Yazid, A. A. (2017). Faktor-faktor yang memengaruhi Minat muzakki dalam
Menunaikan Zakat di Nurul Hayat Cabang Jember. Jurnal Ekonomi Dan
Hukum Islam, 8(2), 5.
Yuningsih, A., Abdillah, & Nasution, M. “Pengaruh Faktor Pendapatan,
Pengetahuan Zakat Dan Kredibilitas Lembaga Pengelola Zakat Terhadap
Kepercayaan Masyarakat Pada Lembaga Pengelola Zakat (Kecamatan Medan
Satria Kota Bekasi),” Jurnal Akuntansi, Keuangan Dan Perbankan, 1(4)
2015, 308– 315.

Program Magister Ilmu Manajemen


96

Program Magister Ilmu Manajemen

You might also like