You are on page 1of 58
A. ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN KELAPA a. Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan Individu tungau dapat dilihat dengan mikroskop stereo, berwama putih transparan, berbentuk vermiform, dengan panjang 205 - 255 ym dan lebar 36 - 52 um, memiliki dua pasang tungkai, dan pada tubuhnya_ terdapat beberapa seta (rambut) yang berukuran panjang. Hidup secara berkelompok dalam populasi yang besar dan padat di bawah kelopak buah. Imago betina meletakkan telur pada buah kelapa yang masih muda. Siklus hidup dari telur sampai imago sekitar 40 hari, sehingga populasinya berkembang cepat. Tungau menyerang buah muda dengan cara menusuk dan mengisap cairan buah di bawah kelopak sehingga buah mengering dan mudah terlepas dari tangkainya. Jika buah dapat bertahan sampai tua, maka permukaan buah yang terserang menunjukkan gejala retak-retak berwama coklat, kadang-kadang mengeluarkan getah, buah cacat dengan kulit mengeras. a | kb bee ead Dipindai dengan CamScanner Gambar 1. a. Tungau Aceria guerreronis b. dan c, Gejala Serangan Pada Buah Kecil/Muda d. Gejala Serangan Pada Buah Besar Sumber : Jawariah, Disbun Sulut b. Pengendalian ¢ Mekanis : memotong tandan buah muda kemudian dikumpulkan dan dibakar Kultur Teknis ; pemupukan dan sanitasi kebun Kimiawi : injeksi/bor batang atau infus akar (tanaman muda) dengan insektisida sistemik. Aplikasi pestisida dilakukan setelah_panen. ——— 2 Dipindai dengan CamScanner a. Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan Stadia hama terdiri dari telur, larva, pupa dan imago, namun stadia yang merusak adalah larva dan imago. Telur berwarna coklat, diletakkan satu per satu secara terpisah atau dalam rangtaian 5 butir, diletakkan pada permukaan bagian dalam daun muda yang belum terbuka penuh. Larva berwama putih kekuningan dengan kepala besar berupa kapsul, panjang 8 - 10 mm, sisinya berduri, ujung abdomen terdapat embelan seperti huruf “U", hidup di dalam jamur kelapa. Larva mengalami 4 - 6 instar. Lama perkembangan 35 - 54 hari. Pupa berwama putih kekuningan, panjang 9 - 10 cm dan lebar 2 cm, ujung abdomen terdapat embelan seperti “U". Lama perkembangan pupa 4 - 6 hari. Imago berwarna merah coklat sampai hitam, panjang 7,5 - 10 mm dan lebar 1,5 - 2 cm, tidak menyukai cahaya. Seekor betina meletakkan telur + 50 - 100 butir. Lama hidup berkisar 2,5 - 3 bulan. Siklus hidup sekitar 33 - 52 hari. Larva dan kumbang menyerang janur dengan memakan lapisan epidermis parenkhim sehingga menimbulkan |} Dipindai dengan CamScanner k-bercak coklat memanjang dan sejajar. Bercak eal mengering dan mengeriput sehingga setelah menyatu, " pelepah terbuka terlihat seperti terbakar. atin af fee LL Gambar 2.a. Telur b. Larva c.Pupa d. Imago B. ongissima 8. dan f, Gejala Serangan B. longissima ‘Sumber : Jawariah, Disbun Sulut Dipindai dengan CamScanner b. Pengendalian Mekanis : menurunkan dan membakar janur yang terserang berat. Janur diturunkan dengan cara diikat, dipotong dan diturunkan dengan tali. uspensi jamur Metarrhizium Biologis :penyemprotan s' pelepasan parasitoid Tetrastichus anisopliae dan brontispae. Langkah kerjanya sebagai berikut : Metarhizium anisopliae - Membuat suspensi jamur Metarhizium dengan konsentrasi 20 gram/liter air dan memasukkannya ke dalam simple hand sprayer. Menyemprotkan suspensi jamur pada janur yang terserang, terutama pada bagian pangkalnya. Tetrastichus brontispae - Masukkan 5 - 6 pupa terparasit dalam kain kasa - Jepitkan kasa dalam koker dan mengikatnya sehingga parasit dapat keluar namun jika gagal, imago Brontispa tidak dapat keluar. Gantungkan koker di dekat pucuk tanaman kelapa terserang pada 5 titik secara menyebar. Dipindai dengan CamScanner Gambar 3. a. Imago B. Jongissima Terinfeksi Jamur M. anisopliae b. Pupa B. longissima Terparasit T. brontispae Sumber : Jawariah, Disbun Sulut EEE 6 Dipindai dengan CamScanner a. Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan Stadia hama terdiri dari telur, larva, pupa dan imago. Telur seperti biji labuh, berwarna kecoklatan. Larva muda mengorok daun tua dengan membuat saluran di dalam jaringan parenkim daun yaitu antara epidermis atas dan bawah. sepangang + 10 cm dan lebarnya sampai 1 cm. Larva gemuk dengan kepala besar, berwarna krem, panjang 9,54 mm dan lebar 1,54 mm. Stadia larva 32 hari. Pupa berwama coklat, berada di dalam saluran jaringan daun. Stadia pupa 7,3 hari. Kumbang berwarna coklat oranye, panjang 7,5 - 10 mm, lebar 1,6 - 2 mm, bergerak lambat dan tidak dapat terbang jauh. Siklus hidup 7 - 8,5 minggu. Kumbang betina meletakkan telur sekitar 120 butir selama 2 - 2,5 minggu dan dapat hidup selama 8 - 15 minggu. Beberapa generasi sering terjadi tumpang tindih. Larva mengorok dan memakan bagian mesofil daun sehingga daun seperti melepuh dan akhirnya mengering. Pada serangan berat pelepah kelihatan seperti terbakar. Larva, pupa dan imago hidup di dalam liang gorokan. ET Dipindai dengan CamScanner Gambar 4. a. Larva b. Pupa c. Imago P. cumingii d. Gejala Serangan P. cumingii ‘Sumber : Jawariah, Disbun Sulut b. Pengendalian Mekanis : memotong pelepah terserang kemudian dikumpulkan dan dibakar. Kultur Teknis : melakukan sanitasi kebun. Kimiawi : injeksi/bor batang atau infus akar (tanaman muda) dengan insektisida sistemik. Aplikasi pestisida dilakukan setelah panen. Dipindai dengan CamScanner | a. Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan Stadia hama terdiri dari telur, larva, pupa dan imago, | Stadia yang merusak tanaman adalah larva dan imago. Telur diletakkan pada lubang gerekan yang dibuat atau lubang bekas gerekan Oryctes rhinoceros, berukuran | fata-rata 2,6 mm. Larva berwarna putih, berbulu pendek dan jarang, kepala berwama merah kekuningan, dan | tidak mempunyai mata dan kaki, ukuran 50 mm. Pupa diselimuti oleh kokon berbentuk oval, awalnya berwarna | kekuningan kemudian menjadi coklat. Imago memiliki bentuk mulut panjang seperti belalai, pada kumbang | jantan berbentuk lurus sedangkan kumbang betina agak bengkok ke bawah. Panjang imago jantan 3 - 4 cm dan | panjang imago betina 3,4 - 4,6 cm. Imago betina dapat | menghasilkan 76 — 355 butir telur. Imago aktif pada siang dan malam hari. Larva membuat gerekan pada batang atau pucuk untuk mencari jaringan muda yang banyak mengandung air. Pada tanaman muda larva dapat merusak akar, batang dan tajuk sedangkan pada tanaman dewasa hanya tajuknya. Gerekan pada pucuk 9 Dipindai dengan CamScanner a. Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan Stadia hama terdiri dari telur, larva, pupa dan imago, Stadia yang merusak tanaman adalah larva dan imago. Telur diletakkan pada lubang gerekan yang dibuat atau lubang bekas gerekan Oryctes rhinoceros, berukuran rata-rata 2,6 mm. Larva berwarna putih, berbulu pendek dan jarang, kepala berwama merah kekuningan, dan tidak mempunyai mata dan kaki, ukuran 50 mm. Pupa diselimuti oleh kokon berbentuk oval, awalnya berwarna kekuningan kemudian menjadi coklat. Imago memiliki bentuk mulut panjang seperti belalai, pada kumbang jantan berbentuk lurus sedangkan kumbang betina agak bengkok ke bawah. Panjang imago jantan 3 - 4 cm dan panjang imago betina 3,4 - 4,6 cm. Imago betina dapat menghasilkan 76 — 355 butir telur. Imago aktif pada siang dan malam hari. Larva membuat gerekan pada batang atau pucuk untuk mencari jaringan muda yang banyak mengandung air. Pada tanaman muda larva dapat merusak akar, batang dan tajuk sedangkan pada tanaman dewasa hanya tajuknya. Gerekan pada pucuk 9 Dipindai dengan CamScanner Mengakibatkan patah pucuk dan bila mencapai titik tumbuh tanaman tidak dapat menghasilkan daun baru. Gerekan pada batang mengakibatkan kerusakan pada tanaman, dari liang gerekan keluar sisa-sisa serat dan kotorannya. Pada tanaman muda sering keluar lendir merah coklat. NCCT sala | as? a6} a a Gambar 5. a. Larva R. ferrugineus b. Imago R. ferrugineus Jantan (kiri) Betina (kanan) Sumber : Jawariah, Disbun Sulut Uff Dipindai dengan CamScanner aoe 5 b. Gejala Kerusakan R. ferrugineus Pada Pelepah/Pucuk ‘Sumber : Jawariah, Disbun Sulut b. Pengendalian ¢ Mekanis : memotong /memusnahkan pohon kelapa yang sudah mati agar tidak menjadi sumber infeksi. « Kultur Teknis : melakukan sanitasi kebun. « Kimiawi : memasukkan insektisida ke dalam kain kasa dan digantung di atas pohon kelapa, jika terkena tetesan air hujan insektisida dapat menyebar dan mengenai sasaran. Insektisida yang dapat digunakan yaitu berbahan aktif karbofuran, diazinon 10 % dan karbaryl 85 %. Dipindai dengan CamScanner a. Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan Telur lonjong putih, panjang 3 - 3,5 mm dan lebar 2 mm. Larva putih berbentuk “U” panjang 7 - 10,5 cm dan lebar 2,5 cm. Pupa coklat, panjang 4 - 5 cm dan lebar 2 cm. Kumbang hitam dan bagian bawah coklat kemerahan, panjang 4 - 5 cm dan lebar 2 cm, mempunyai tanduk kecil, ujung abdomen betina berbulu halus sedangkan jantan tidak. Siklus hidup sekitar 6 — 9 bulan. rw RAT a 8 Gejala serangan pada daun berupa bekas guntingan dengan pola seperti huruf “V" karena menyerang pada APR saat daun belum membuka. Kumbang membuat gerekan AR melalui tangkai pelepah sampai ke pucuk mengarah vertical ke titik tumbuh. Bila menyerang pada titik tumbuh maka tanaman akan mati. b. Pengendalian « Mekanis : memusnahkan larva yang terdapat pada sisa-sisa_ batang kelapa yang busuk atau penangkapan kumbang dewasa. « Kultur Teknis : membersihkan kotoran hewan, sampah organik dan tunggul kelapa. Dipindai dengan CamScanner menaburkan jamur Metarhizium anisopliae Biologis : ' 250 gr/m? sarang (timbunan sampah atau serbuk gergaji). ! © Kimiawi : memasang perangkap feromon. Gambar7.a. Larva b. Imago O. rhinoceros c. Gejala Serangan O. rhinoceros Sumber : Jawariah, Disbun Sulut Dipindai dengan CamScanner a. Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan Kutu perisasi berkembang biak secara partenogenesis (tanpa kawin). Seekor kutu betina bertelur sebanyak 40 — 400 butir. Telur kuning, lonjong, diletakkan di bawah perisai_mengelilingi tubuh induknya. Nimfa kuning, memiliki tungkai dan antena, setelah ganti kulit, tungkai dan antena hilang dan membentuk perisai pelindung, betina perisainya bulat, jantan perisainya lonjong. Imago betina kuning sampai kuning hijau, jantan merah AAR AAA AAA jambu sampai merah jingga. Gejala serangan pada daun kelapa yaitu bercak kuning pada tempat yang diserang, bahkan dapat menjadi kuning seluruhnya jika bercak bersatu. Pada serangan berat daun tetap kecil, tidak tegak, tajuk terkulai dan akhirnya mati. b. Pengendalian « Mekanis : memotong dan membakar pelepah daun yang terserang. * Kultur teknis : membersihkan kebun dan pemupukan, 14 Dipindai dengan CamScanner * Biologis melepaskan predator kumbang buas Chilocorus politus. * Kimiawi : injeksi/bor batang atau infus akar (tanaman muda) dengan insektisida sistemik. Aplikasi pestisida dilakukan setelah panen. Gambar 8. a. Koloni Kutu Perisai A. destructor b. Gejala Serangan A. destructor Sumber : Jawariah, Disbun Sulut Dipindai dengan CamScanner a. Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan Stadia hama yang menyerang adalah nimfa dan imago. Panjang tubuh sekitar 12 cm, ada yang berwarna hijau dan ‘ada juga yang berwarna coklat, ovipositor seperti pedang. Seekor betina dapat bertelur sekitar 50 butir, diletakkan satu persatu di dalam tanah di sekitar pangkal batang kelapa. Telur berbentuk seperti “gabah” dengan Panjang sekitar 12 mm. Nimfa dan imago memakan daun kelapa dari pinggir dan meninggalkan bekas gigitan yang tidak rata. Serangan dimulai dari pelepah yang paling bawah. Sebelum daun bagian bawah habis hama tidak akan berpindah ke daun bagian atas. Pada serangan berat yang tertinggal hanya beberapa pelepah pucuk, sedangkan daun bagian bawah tinggal lidi saja. Dipindai dengan CamScanner x ITAAWARAARAR RA! Gambar 9, a. Belalang Sexava spp. b. Gejala Serangan Sexava spp. Sumber : Jawarlah, Disbun Sulut Dipindai dengan CamScanner b. Pengendalian Mekanis : memusnahkan telur dan nimfa. Kultur Teknis ; menanam tanaman penutup tanah (Centrocema sp. dan Calopogonium sp.) dan membersihkan gulma di sekitar pangkal batang tanaman kelapa (pembuatan bobokor) Biologis : melepaskan parasitoid Leefmansia bicolor, Langkah kerjanya sebagai berikut : - Masukkan 5 telur terparasit kedalam kain kasa - Jepit kain kasa dalam koker dan ikat sedemikian sehingga parasit dapat keluar namun jika tidak terparasit, nimfa Sexava tidak dapat keluar. - Gantung koker di bawah tanaman kelapa pada lokasi tanaman kelapa yang terserang Sexava, pada 5 titik secara menyebar. Kimiawi : injeksi/bor batang atau infus akar (tanaman muda) dengan insektisida sistemik. Aplikasi pestisida dilakukan setelah panen. Dipindai dengan CamScanner A a a. Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan Thosea sp. termasuk ngengat yang mengalari metamorfosa sempuma yaitu telur, larva, pupa dan imago. Stadia yang merusak adalah larva. Telur diletakkan berkelompok pada permukaan bawah anak- anak daun. Larva yang baru keluar memakan dahulu kulit telurnya kemudian memakan jaringan daun. Larva berbentuk oval, cembung, berwarna hijau terang dengan garis abu-abu pada punggungnya, dan terdapat 11 Pasang rambut mengelilingi bagian pinggir bawah larva dan 9 pasang rambut pada bagian punggungnya. Apabila rambut larva tua tersentuh kulit akan menyebabkan rasa sakit, gatal dan pedih seperti terbakar. Larva dewasa membuat kokon pada pangkal-pangkal lidi atau pada sampah di tanah dan sering berkelompok. Pupa berwama coklat tua, mengkilat, dan melekat pada bagian bawah. Pupa seringkali berjatuhan ke tanah, sehingga memberikan peluang untuk melakukan pengendalian. Imago aktif pada malam hari. Dipindai dengan CamScanner Dipindai dengan CamScanner Ulat memakan habis daun, mulai dari bagian daun yang tua sampai daun muda sehingga kelihatan tinggal lidinya. Apabila terjadi musim panas yang berkepanjangan, maka kerusakan yang ditimbulkan sangat serius. Serangannya Sangat cepat meluas dan tanaman kelapa rusak dalam waktu beberapa minggu. Serangan ulat api Thosea sp. dapat timbul dalam waktu singkat dan akan berhenti setelah 1 atau 2 generasi saja. . Pengendalian * Mekanis : memusnahkan semua stadia hama (telur, larva, pupa dan iamgo). ¢ Kultur Teknis : Memangkas semua daun yang terserang lalu membakamya serta | memupuk tanaman untuk mempercepat pemulihan tanaman. * Biologis : menyemprot daun kelapa dengan virus MNPV (Multi-Nucleo — Polyhydro Virus). Jumlah tanaman yang disemprot hanya 10 - 20 % ¢ Kimiawi : injeksi/bor batang atau infus akar (tanaman muda) dengan insektisida sistemik. Aplikasi pestisida dilakukan setelah panen. Cara ini hanya digunakan apabila ditemukan lebih dari 30 ekor larva muda per pelepah, dan tidak tersedia virus. Dipindai dengan CamScanner a. Pengenalan Penyebab penyakit yaitu jamur Phytophthora palmivora. Patogen ini bersifat tular tanah (dapat bertahan hidup di tanah) dan dapat bertahan pada jaringan sakit. Kondisi lingkungan dengan drainase jelek dan kelembaban tinggi akan memacu perkembangan penyakit. Serangan dimulai dari daun tombak, satu persatu helaian anak daun tombak mulai terkulai dan akan berubah warna menjadi kuning kemudian kuning kecoklatan. Bila daun tombak telah terkulai menandakan tanaman tidak dapat diselamatkan lagi karena titik tumbuh telah busuk dan hancur. Bila ditebang dan dibuka bagian pucuknya maka akan terlihat jaringan berbercak coklat yang lembek dan berbau busuk. b. Pengendalian * Mekanis : memotong dan membakar pucuk tanaman kelapa yang terserang. * Kultur Teknis : membuat saluran drainase agar air tidak tergenang serta melakukan pemupukan dan Sanitasi kebun yakni membersihkan sampah organik ee Dipindai dengan CamScanner terutama sebelum musim hujan dan membersihkan sisa-sisa penggergajian, tumpukan kotoran ternak untuk mengurangi serangan Oryctes rhinoceros yang merupakan pembawa penyakit. Biologis : menaburkan agens hayati Trichoderma sp. sebanyak 200 gr/pohon terutama 2 baris tanaman di sekitar tanaman yang mati/dibongkar. Cara ini dilakukan pada awal dan akhir musim hujan. Kimiawi : melakukan aplikasi fungisida sistemik berbahan aktif Fosetyl-Al atau asam phosphorous dengan cara injeksi/bor batang atau infus akar setiap 6 bulan pada awal dan akhir musim hujan. Jumlah tanaman yang diberi perlakuan adalah minimal 2 baris atau 16 tanaman disekeliling tanaman terserang. Dipindai dengan CamScanner B. ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN CENGKEH a. Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan Stadia yang menyerang adalah larvanya. Telur berbentuk lonjong tertutup substansi padat, berwarna hijau muda mengkilat dan tembus cahaya, panjang sekitar 4 mm dan lebar 1,5 mm, stadium sekitar 23 hari. Larva yang baru menetas tidak langsung menggerek batang tetapi tetap tinggal dalam penutup telur selama 13 - 15 hari. Bentuk larva langsing berwarna putih pucat dan kepala berwarna coklat kehitaman. Stadia larva 130 - 350 hari. Stadium prepupa sekitar 20 hari. Pupa berwarna putih, panjang 2,5 -3 cm, stadium 22 - 26 hari. Gejala serangan pada batang, terdapat lubang-lubang berukuran 3 - 5 mm yang ditutupi serbuk kayu hasil gerekan dan keluar cairan kental bercampur kotoran hama yang mengalir ke bawah. Lubang gerekan bersifat melingkar/menggelangi batang. Umumnya menyerang tanaman yang berumur lebih dari 6 tahun. Akibat serangannya, daun-daun menjadi kekuningan dan rontok serta pohon mudah tumbang. Dipindai dengan CamScanner Gambar 12. a. Larva H. semivelutina b, Lubang Gerekan Pada Batang Cengkeh ¢ dan d. Tanaman Cengkeh Yang Mati Terserang H. semivelutina Sumber : Jawariah, Disbun Sulut Dipindai dengan CamScanner b. Pengendalian © Mekanis : memusnahkan telur pada kulit batang dan menutup lubang gerekan dengan pasak kayu. Memotong dan membakar tanaman yang terserang berat. ¢ Kultur Teknis : melakukan sanitasi kebun dan pemupukan dengan pupuk organik dosis 300 kg/ha « Kimiawi: - Memasukkan insektisida (racun pemafasan) ke lubang gerekan lalu ditutup dengan pasak kayu. - Melakukan aplikasi insektisida sistemik cair (Dimehipo 400 g/l) atau butiran (karbofuran) dosis 115-150 gr/ pohon, interval 3 bulan sekali. - Infus akar dengan pestisida nabati (ekstrak biji bitung, konsentrasi 50 %) sebanyak 20 cc/pohon. Dipindai dengan CamScanner a. Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan 1S Cryptophasa_watungi merupakan hama yang baru ditemukan menyerang pada tanaman cengkeh di Sulawesi Utara pada tahun 2013. C. watungi disebut penggerek batang ban kuning (PBBK) karena pada tubuh larva terdapat ban kuning. Hama ini mengalami metamorfosa sempurna, yaitu: telur, larva, pupa dan imago. Larva dan pupa hidup di dalam jaringan xylem. Stadia yang menyerang adalah larvanya. Larva berbentuk selinder, panjang sekitar 3 cm, berwarna hitam, mempunyai 9 sabuk (ban) kuning pada punggungnya dan terdapat rambut/bulu pendek berwarna putih pada bagian kepala dan samping abdomen. Pupa berwarna coklat kemerahan. Imago betinanya berwarna krem dengan tanda spot hitam pada bagian sayap depan. PBBK berperilaku menyerang berbeda dari penggerek batang lain dan lebih berbahaya karena lebih cepat membunuh tanaman_ cengkeh. Aktivitas makan pada saat malam. Serangan dapat terjadi pada beberapa cabang/ranting. Dipindai dengan CamScanner PBBK mengebor cabang-cabang batang tanaman cengkeh dan menembus 2 - 3 cm mengakibatkan kematian tanaman lebih cepat karena mengupas kulit batang secara melingkar sehingga memutus aliran makanan pada batang bagian atas. Jika batang masih kecil gerekan dapat berlanjut sampai ke batang. Akibat serangannya cabang/ranting akan kering. PBBK cerdas karena dapat melindungi diri dengan membangun sarang. Setelah makan, larva mengeluarkan kotoran untuk menutup lubang pada cabang batang yang juga jadi tempat tinggalnya. Semut rangrang, predator hama penggerek batang, tak bisa masuk. Gambar 13, a. Lubang Gerekan Pada Cabang Batang Cengkeh Tertutup Daun dan Kotoran b. Larva C. watungi Pada Cabang Batang Cengkeh ‘Sumber : Jawariah, Disbun Sulut eee 70 Dipindai dengan CamScanner Larva menutup lubang dengan daun untuk mencegah air masuk dan membuatnya tak bisa bernapas. Larva tinggal di dalam lubang hingga pupasi (jadi kepompong) dan bermetamorfosis jadi ngengat. b. Pengendalian e Mekanis : memusnahkan semua stadia hama. e Kultur teknis : memotong cabang/ranting yang terserang lalu dibakar dan melakukan pemupukan untuk mempercepat pemulihan tanaman. e Kimiawi : memasukkan kapas yang dibasahi insektisida ke dalam lubang gerekan lalu ditutup dengan pasak kayu, atau infus akar dengan insektisida sistemik. Dipindai dengan CamScanner & & & a. Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan Kutu putih Paraputo odontomachi merupakan hama yang baru ditemukan menyerang akar tanaman cengkeh di Sulawesi Utara pada tahun 2013. Gejala awal ditandai dengan layunya daun-daun kemudian menjadi kuning dan akhirnya tanaman mati tetapi daun masih tetap menggantung. Tidak dijumpai adanya lubang gerek pada batang. Pada pangkal batang terdapat tumpukan tanah seperti sarang rayap. Jika tanah tersebut digali akan terlihat kutu berwarna putih P. odontomachi. Kematian tanaman terjadi akibat banyaknya kutu yang mengisap cairan pada akar sehingga tanaman tidak memperoleh suplai makanan. b. Pengendalian ¢ Kultur teknis : melakukan sanitasi kebun dan pemupukan dengan pupuk organik. « Kimiawi : melakukan aplikasi insektisida sistemik butiran (Karbofuran). Dipindai dengan CamScanner Gambar 14. a. Gejala Serangan Pada Pangkal Batang Cengkeh b. Koloni Kutu Putin P. odontomachi Sumber : Jawariah, Disbun Sulut Dipindai dengan CamScanner C. ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN PA a. Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan Telur berwama putih kemudian menjadi kecoklatan, Panjang 8,5 - 9,0 mm dan lebar 6 - 7 mm, stadia 7 - 8 hari. Larva muda berwama kuning bening, menggerek jaringan kulit kayu dan kambium membentuk saluran gerekan sehingga bagian kulit dengan sendirinya terpisah dari jaringan kayu. Larva dewasa berwarna putih kekuning-kuningan, kepalanya berwarna coklat dengan mandibel berwarna coklat hitam, panjang 8,5 - 10,5 cm. Pupa terletak di dalam lubang gerekan, berwarna putih kekuningan, panjang sekitar 7,5 cm. Imago keluar dari liangnya dengan mengerat lubang batang, berbentuk lonjong, berwarna kelabu hitam, panjang imago jantan berkisar 12,5 - 12,8 cm dan betinanya hanya 8,4 - 9,0 cm. Stadia hama yang menyerang adalah larva. Gejala serangan ditandai dengan adanya lubang gerekan pada batang dengan diameter 0,5 - 1 cm, dan pada permukaan lubang keluar serbuk dan cairan berwarma merah coklat yang selanjutnya mengkristal berwarna 33 Dipindai dengan CamScanner kuning keputih-putihan. Gejala lanjut adalah kulit kayu mulai terpisah dari jaringan kayu, daun-daun mulai gugur dan sebagian cabang mengering hingga akhirnya seluruh jaringan kulit kayu dan kambium rusak. Bagian tanaman yang banyak mengalami kerusakan adalah pangkal batang kemudian ke bagian atas. Pada serangan berat menyebabkan batang berlubang-lubang —sehingga tanaman pala cepat lapuk dan akhirnya mati. b. Pengendalian e Mekanis : memusnahkan semua stadia hama dan menutup lubang gerekan dengan pasak kayu. e Kultur teknis : sanitasi kebun dan pemangkasan cabang wiwilan sejak tanaman masih muda untuk mengurangi kelembaban kebun. « Kimiawi : melakukan bor batang atau infus akar dengan _insektisida _sistemik. Dapat pula menggunakan bensin/premium kemudian dituutp dengan pasak kayu. Dipindai dengan CamScanner ran. TRARnRARAA Gambar 15. a. Pohon Pala Terserang B. hercules b. Lubang Gerekan B. hercules Pada Batang Pala c. Serbuk Kayu Pada Cabang Tempat Keluar Imago d. Larva B. hercules ‘Sumber : Jawariah, Disbun Sulut Dipindai dengan CamScanner a. Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan Hama Thrips sp. (Thysanoptera ; Thripidae) terdiri dari stadia telur, nimfa, prepupa, pupa dan imago. Stadia yang merusak adalah nimfa dan imago. Berkembang biak dengan cara partenogenesis, jumlah telurnya 80-120 butir. Telur berbentuk oval, diletakkan satu per satu pada jaringan daun muda bagian bawah. Nimfa berwama kuning muda, panjang 0,5 - 0,9 mm, _ beberapa segmen/ruas abdomennya berwama merah. Prapupa muncul setelah berganti kulit dengan ciri terbentuknya kerangka sayap yang belum sempurna dan gerakannya pasif. Selanjutnya kerangka sayap menjadi sempuma, tetapi bulu sayap yang berumbai-umbai belum terbentuk. Pupa berwama coklat muda dengan beberapa garis melintang berwarna coklat tua. Setelah berganti kulit yang terakhir, panjang tubuh menjadi sekitar 2 mm. Imago berwarna coklat kehitaman, panjang sekitar 2 mm, antena pendek terdiri dari 6 segmen/ruas. Perkembangan dari telur sampai imago sekitar 33 hari. Va met JO Dipindai dengan CamScanner Gejala serangan pada permukaan daun yaitu terdapat bercak-bercak berwama perak karena masuknya udara ke dalam jaringan sel yang telah dihisap cairannya. Bercak berubah menjadi coklat dan akhimya daun mati. Pada serangan berat, tepi daun menggulung ke dalam dan kadang-kadang terdapat bisul. Serangan berat terjadi pada musim kemarau. . Pengendalian Mekanis : memotong daun terserang kemudian dibakar agar hama Thrips sp. tidak menyebar. Kultur Teknis : melakukan pemangkasan dan pemupukan untuk memperkuat kondisi tanaman. Biologis : memanfaatan musuh alami seperti kumbang Coccinellidae sebagai predator dan jamur entomopatogen. Kimiawi : melakukan aplikasi insektisida berbahan aktif Karbosulfan, fipronil atau imidaklopid dengan dosis 1 mi/liter. Insektisida nabati juga dapat digunakan seperti ekstrak biji/daun mimba dengan dosis 4 milliter. Insektisida tersebut bersifat sistemik, racun kontak dan lambung. Aplikasi dapat dilakukan dengan cara infus akar, injeksi batang atau semprot. 37 Dipindai dengan CamScanner Gambar 16. a. Nimfa Thrisp sp, b. Prapupa Thrisp sp. c. Imago Thrisp sp. d. Gejala Serangan Thrisp sp. Sumber : Jawariah, Disbun Sulut Dipindai dengan CamScanner } 4. Pengenalan Penyebab penyakit busuk buah basah adalah jamur Colletotrichum gloesporioides . Umumnya menyerang buah pada musim hujan dan berumur 4 bulan atau lebih. Gejala serangan dimulai dari pangkal buah berupa bercak berwama kecoklatan kemudian menjalar ke buah. Bercak berkembang cepat sekali, dalam waktu beberapa ' hari sudah mencapai 2,5 cm, berwarna coklat seperti habis direbus, daging buah busuk, lunak, berair dan ! mudah gugur. Pada cuaca kering buah mengeriput dan pada cuaca lembab, permukaan buah ditumbuhi miselium berwarna jingga. b. Pengendalian : « Mekanis : menghilangkan sumber inokulum dengan cara mengumpulkan dan membenamkan buah-buah terserang ke dalam tanah atau dengan cara membakarnya di tempat yang aman. « Kultur Teknis : | - Menjaga suasana kebun agar tidak terlalu lembab | dengan cara penjarangan pada jarak 8m x 10 m } | 39 Dipindai dengan CamScanner atau 10 mx 10m, mengurangi tanaman Pelindung (pohon kelapa, duku dan rambutan) pada waktu tanaman pala berumur 4 - 5 tahun dan melakukan pemangkasan cabang dan ranting yang sudah saling bersentuhan. - Melakukan pemupukan agar tanaman pala menjadi kuat sehingga menghasilkan sebanyak mungkin buah pala sampai masak. e Kimiawi : melakukan penyemprotan fungisida berbahan aktif mancozeb konsentrasi 2 g/l dengan interval waktu aplikasi 2 - 4 minggu sekali. Gambar 17. Gejala Serangan Penyakit Busuk Buah Basah Sumber : Jawariah, Disbun Sulut ET AC) Dipindai dengan CamScanner a. Pengenalan Penyebab penyakit busuk buah kering adalah jamur Stigmina myristicae (Coryneum myristicae). Biasanya menyerang buah umur 4 - 6 bulan Gejala serangan ditandai dengan adanya bercak berwama coklat kecil, bulat dan cekung. Selanjutnya bercak meluas hingga 3 cm, dan kadang-kadang dua bercak yang berdekatan bersatu menjadi bercak yang lebih besar. Pada permukaan bercak terdapat jamur berwarna hijau kehitaman yang terdiri atas konidiofor dan konidium jamur. Selanjutnya bercak-bercak tersebut mengering dan keras (mumifikasi), daging buah menjadi terbelah kemudian gugur sebelum tua. b. Pengendalian « Mekanis : menghilangkan sumber inokulum dengan cara mengumpulkan dan membenamkan buah-buah terserang ke dalam tanah atau dengan cara membakarnya di tempat yang aman. « Kultur Teknis : a Dipindai dengan CamScanner Mengurangi kelembaban kebun dengan cara mengurangi tanaman pelindung (pohon kelapa, duku dan rambutan) pada waktu tanaman pala berumur 4 - 5 tahun dan melakukan pemangkasan cabang dan ranting yang sudah saling bersentuhan. Melakukan pemupukan agar tanaman pala menjadi kuat sehingga menghasilkan sebanyak mungkin buah pala sampai masak. « Kimiawi : melakukan penyemprotan fungisida berbahan aktif mancozeb konsentrasi 2 g/l dengan interval waktu aplikasi 2 - 4 minggu sekali. Gambar 18, Gejala Serangan Penyakit Busuk Buah Kering ‘Sumber : Jawariah, Disbun Sulut ee Sen ned Dipindai dengan CamScanner D. ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN KOPI a. Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan Penggerek buah kopi terdiri dari stadia telur, larva, pupa dan imago. Stadia yang merusak adalah larva dan imago. Telur berwama putih bening, berbentuk lonjong, stadia telur 5 - 9 hari. Larva berwarna putih, panjang sekitar 1,5 mm, hidup dalam keping biji kopi, stadia larva 10 - 21 hari dengan masa istirahat sebelum menjadi pupa (prapupa) selama 2 hari. Pupa berwarna putih kekuningan, stadia pupa 4 - 8 hari. Imago berwama hitam coklat atau hampir hitam mengkilap, tubuh kecil, Panjang 1,2 - 1,7 mm dan lebar 0,6 - 0,7 mm. Seekor kumbang betina mampu meletakkan telur 15 - 56 butir. Lama hidup kumbang betina 87 - 102 hari, sedang kumbang jantan lebih pendek yaitu 10 - 35 hari. Apabila buah kopi selalu tersedia sepanjang tahun maka dapat terjadi 8 - 10 generasi. Daur hidup dari telur sampai dewasa 25 - 35 hari. Kumbang betina terbang dan siap bertelur pada sore hari pukul 16.00 - 18.00, sedang kumbang jantan tetap tinggal_di dalam biji kopi. Dipindai dengan CamScanner nen cnnnainmmennncemcecs Kemampuan terbang mencapai 350 m. Hama PBKo menyerang buah kopi pada saat biji mulai mengeras (umur sekitar 3 bulan) sampai selesai dipanen. Serangan juga dapat terus berlangsung di gudang penyimpanan. Kumbang betina membuat lubang dan masuk ke dalam biji untuk meletakkan telurnya, selanjutnya menetas dan berkembang sampai buah kopi matang berwarna merah bahkan berwana hitam. Apabila menyerang buah muda akan menyebabkan buah gugur karena tidak berkembang dan busuk. Gejala serangan ditandai dengan adanya bekas lubang gerekan pada ujung buah. Akibat gerekan tersebut, biji kopi berlubang sehingga menurunkan mutu kopi. b. Pengendalian : ¢ Mekanis : - Petik bubuk yaitu memetik semua buah yang berlubang sebulan sekali kemudian dimusnahkan dengan cara dibenamkan atau dibakar - Rampasan/racutan yaitu memetik semua buah yang berukuran lebih dari 5 mm pada akhir panen. - Lelesan yaitu mengambil semua buah yang jatuh dan dimusnahkan /dibakar. Dipindai dengan CamScanner ¢ Biologis : melakukan penyemprotan agens hayati jamur Beauveria bassiana pada sore hari. Gambar 19. Gejala Serangan Hypothenemus hampei Sumber : Jawariah, Disbun Sulut Dipindai dengan CamScanner E. ORGANISME PENGGANGGU_TUMBUHAN KAKAO a. Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan Stadia hama penggerek buah kakao terdiri dari telur, larva, pupa dan imago. Stadia yang merusak adalah larva. Telur berwama jingga, ukuran 0,5 x 0,2 mm, diletakkan satu per satu pada kulit buah, stadium 2 - 7 hari. Larva putin kekuningan atau hijau muda, menggerek daging buah, panjang 11 mm, stadium 14 - 18 hari. Pupa putih, ukuran 10 mm, diselubungi kokon transparan kuning kotor yang kedap air, melekat pada buah, daun dan serasah, stadium 5 - 8 hari. Imago berukuran panjang 7 mm, aktif malam hari, stadium 7 - 8 hari, bertelur 50 - 100 butir, siklus hidup 26 - 33 hari. Buah terserang berwana kuning tidak merata, bila berwama kehitaman saling melekat satu sama lain. Menyerang buah kecil ukuran 3-8 cm, umumnya lebih menyukai buah ukuran 8 cm. Dipindai dengan CamScanner Gambar 20. a. Larva b. Pupa c. Imago C. cramerella ‘Sumber : Jawariah, Disbun Sulut Dipindai dengan CamScanner Gambar 21. Gejala Serangan Penggerek Buah Kakao C. cramerella ‘Sumber : Jawariah, Disbun Sulut b. Pengendalian : - Mekanis : membenamkan kulit buah, buah busuk dan sisa panen dalam tanah sedalam 20 cm kemudian diberi Tichoderma sp. dan ditutup dengan tanah. Panen sering : semua buah yang sudah masak atau masak awal dipanen seminggu sekali. Cara ini bertujuan untuk memutus siklus hidup PBK. Sarungisasi : kantong plastik ukuran (15 x 30 cm) yang sudah dilubangi bagian bawahnya dipasang Ns enema AS Dipindai dengan CamScanner Pada buah yang berumur 3 bulan atau berukuran Panjang sekitar 8 - 10 cm. Cara ini bertujuan untuk mencegah imago PBK bertelur pada kulit buah. Biologis : melakukan penyemprotan agens _hayati B. bassiana pada sore hari pukul 16.00-18.00. Kultur Teknis : melakukan pemangkasan dan pemupukan. Tanaman kakao dipangkas dengan ketinggian tajuk kurang dari 4 m. Pemupukan dilakukan untuk memperkuat tanaman. Dipindai dengan CamScanner aa sc.) a. Morfologi, Biologi dan Gejala Serangan Stadia hama penghisap buah kakao terdiri dari telur, nimfa dan imago. Telur putih, lonjong, diletakkan pada tangkal buah, jaringan kulit buah, tangkai daun, buah atau ranting, stadium 6 - 7 hari. Nimfa terdiri dari 5 instar, tidak bersayap, stadium 10 - 11 hari. Imago berwarna jingga, terdapat tonjolan berbentuk jarum pentul pada punggunya. Perkembangan dari telur sampai imago 30 - 48 hari. Imago betina mampu bertelur sampai 200 butir. Waktu menyerang pagi dan sore, tidak menyukai tempat yang terbuka dan terang. Serangan dilakukan dengan cara menusuk kulit buah muda maupun yang sudah tua menggunakan mulutnya yang menyerupai jarum. Mulutnya itu kemudian menghisap cairan manis yang ada di dalam kulit buah, lalu bersama dengan tusukan tersebut mulutnya Mengeluarkan cairan racun yang dapat mematikan sel dan jaringan yang terdapat disekitar lubang tusukan. Buah muda yang terserang akan mengering lalu gugur. Jika dapat terus tumbuh, permukaan kulit buah retak dan aoe SL) Dipindai dengan CamScanner terjadi perubahan bentuk. Serangan pada buah tua hanya akan mengakibatkan kulit buah berbercak-bercak Coklat kehitaman dan retak-retak. b, Pengendalian - Kultur Teknis : memangkas cabang-cabang yang tidak produktif yang saling bertumpang tindih. - Biologis : melakukan penyemprotan agens hayati B. bassiana pada sore hari pukul 16.00-18.00. Dapat | juga dilakukan inokulasi kutu putih untuk mengundang semut hitam. Semut hitam yang | beraktivitas disekitar buah-buah kakao akan membuat imago tidak sempat meletakan telur dipermukaan buah kakao. Semut hitam juga memakan telur-telur | penghisap buah kakao yang terdapat dipermukaan buah. | - Kimiawi : merupakan pilihan terakhir setelah pengendalian kultur teknis dan pengendalian biologis tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Dapat dilakukan dengan aplikasi insektisida sesuai dosis anjuran. a nee S| Dipindai dengan CamScanner Gambar 22. a. Imago Helopettis sp. b. Buah Terserang Helopeltis sp. ‘Sumber : Jawariah, Disbun Sulut eaersetianecsoeaetn neem nearecemansansrmcmenres Sah 57 Dipindai dengan CamScanner a. Pengenalan Penyebab penyakit yaitu jamur Phytophthora palmivora. Patogen ini bersifat tular tanah (dapat bertahan hidup di tanah) dan dapat bertahan pada jaringan sakit. Penyakit ini dapat menyerang pada berbagai umur buah sejak buah pentil hingga menjelang masak. Serangan pada buah dapat dimulai dari pangkal, bagian tengah atau ujung buah, yaitu berupa bercak coklat kehitaman dengan batas yang jelas. Pada keadaan lembab, bercak akan meluas dengan cepat ke seluruh permukaan buah sehingga buah menjadi busuk, basah dan kehitaman. Serangan pada buah muda menyebabkan buah rusak dan tidak bisa dipanen, sedangkan serangan pada buah dewasa menimbulkan kerusakan pada biji tetapi masih dapat dipanen walaupun kualitasnya menurun. b. Pengendalian « Mekanis : menghilangkan sumber inokulum dengan cara mengumpulkan semua buah terserang yang ada di pohon dan membenamkannya ke dalam tanah atau dengan cara membakarnya di tempat yang aman. 53 Dipindai dengan CamScanner Kultur Teknis : mengurangi kelembaban kebun dengan cara mengatur naungan dan pemangkasan tanaman kakao serta pengaturan drainase pada saat menjelang musim hujan. Varietas Tahan : menggunakan klon tanaman kakao yang tahan/toleran terhadap penyakit busuk buah kakao. Klon yang relatif resisten adalah DRC 16 untuk kakao mulia. Untuk kakao lindak, hasil Persilangan yang menunjukkan ketahanan yang cukup tinggi, antara lain ; Sca 6, Sca 12 dan ICS 6 Biologis : menggunakan jamur antagonis Trichoderma harzianum dan Trichoderma viride Kimiawi : melakukan penyemprotan fungisida sebagai tindakan pencegahan agar perkembangan penyakit tidak meluas. Fungisida yang banyak digunakan adalah Dithane M-45 atau Manzate, Copper Sandoz, Nordox, Cupravit, Vitigram Blue, Fosetil-Al dan Ridomil 250 EC Dipindai dengan CamScanner eh i il el tm!’ of’ Gambar 23. Gejala Serangan Penyakit Busuk Buah Kakao a. Serangan Dimulai Pada Pangkal Buah b. Serangan Dimulai Pada Ujung Buah Sumber : Jawariah, Disbun Sulut ee Dipindai dengan CamScanner a. Pengenalan Penyakit VSD menyerang semua stadia tanaman, sejak | pembibitan hingga stadium produktif. Jamur membentuk basidiospora yang dapat disebarkan oleh angin pada malam hari saat kelembaban tinggi. Infeksi awal hanya terjadi pada daun muda yang belum mengeras, selanjutnya menyebar mengikuti jaringan pembuluh xylem. Gejala serangan penyakit VSD adalah : - Daun menguning terutama daun kedua atau ketiga dari ujung. - Pada daun tersebut terdapat bercak-bercak hijau kecil yang berbatas tegas, yang tersebar pada latar belakang kuning dan akhirnya daun gugur. - Pada ranting yang bersangkutan terjadi gejala “ompong” satu atau dua daun gugur, sementara beberapa daun di sebelah atas dan bawahnya masih lengkap. Dipindai dengan CamScanner Pada bekas dudukan daun yang sakit tampak 3 bintik kecoklatan. Permukaan ranting menjadi kasar dan belang-belang, bila ranting dibelah membujur akan tampak garis- garis kecoklatan. Penyakit ini menyebabkan matinya ranting, bahkan kematian jaringan sampai cabang dan batang pokok. Gambar 24. Gejala Serangan Penyakit VSD Sumber : Jawariah, Disbun Sulut Dipindai dengan CamScanner b. Pengendalian Mekanis : memotong ranting/cabang yang terserang sampai batas garis cokelat pada xylem ditambah 30 cm ke arah bagian yang sehat kemudian dibakar. Kultur Teknis : membuat parit drainase untuk menghindari genangan air saat musim hujan. Melakukan pangkasan sanitasi 2 minggu sekali. Untuk daerah kering (tipe curah hujan D) pangkasan sanitasi 1-3 kali. Biologis : melakukan penyemprotan agens hayati Trichoderma sp. Varietas Tahan : menggunakan klon tanaman kakao yang tahan/toleran terhadap penyakit VSD. Klon yang relatif resisten adalah DRC 16 untuk kakao mulia. Untuk kakao lindak, hasil persilangan yang menunjukkan ketahanan yang cukup tinggi, antara lain ; Sca 6, Sca 12 dan ICS 60 Dipindai dengan CamScanner

You might also like