ID Faktor Risiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Konjungtivitis Pada Pekerja Penge PDF

You might also like

You are on page 1of 9

JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,

Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013


Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

FAKTOR RISIKO YANG BERHUBUNGAN DENGAN


KEJADIAN KONJUNGTIVITIS PADA PEKERJA
PENGELASAN DI KECAMATAN CILACAP TENGAH
KABUPATEN CILACAP

Tri Wahyuni
1.
Mahasiswa Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro
2.
Staf Pengajar Peminatan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Diponegoro

ABSTRACT

Conjunctivitis photoelectric was an inflammation of the conjunctiva caused by ultraviolet rays.


Ultraviolet rays was a by-product of the welding process. Cilacap district had many small
informal industries of trellis manufacture which had welding processes.Based on the survey held
in July 2012, there were 80.6% of respondents experienced red eyes, eyes pain, eyes feel hot, like
there was sand in the eyes, and watery eyes which were symptoms of conjunctivitis excess after
work. The purpose of this research was to analyze the risk factors related to the photoelectric
conjunctivitis on welding workers. This research was a kind of quantitative and explanatory
research used cross-sectional. The samples were 28 workers, it was taken by using total sampling
method. Eyes examinations for each respondent carried out by nurses. The results showed that
there was a correlation between the working period, length of exposure and knowledge with the
incidence of conjunctivitis photoelectric with p-value 0013, 0024 and 0037 and there was no
correlation between age, education, type of welding, the use of PPE with conjunctivitis
photoelectric with p-value 0225 , 0247, 0869 and 0354. Working period and knowledge were not
risk factors of photoelectric conjunctivitis. Meanwhile duration of exposure was a risk factor of
photoelectric conjunctivitis. Workers with length of exposure more than 4 hours had 2.667 greater
risk of affected conjunctivitis photoelectric than workers with length of exposure ≤ 4 hours.
Key words : individu charateristics, conjunctivitis photoelectrica, welder.

PENDAHULUAN

Sektor informal saat ini merupakan upaya kelima dari 15 upaya


mengalami proses pertumbuhan yang kesehatan yang tercantum dalam
lebih pesat dibandingkan dengan sektor Undang-Undang No. 13 Tahun 1992
formal, sehingga menjadi salah satu tentang Kesehatan. Salah satu
penopang perekonomian di Indonesia. permasalahan kesehatan kerja di
Dari jumlah total tenaga kerja Indonesia adalah 70-80% angkatan
Indonesia menurut BPS sebesar 116 kerja bergerak di sektor informal.
juta orang pada tahun 2010, lebih dari Sektor informal memiliki pola kegiatan
73 juta orang terserap ke sektor tidak teratur, baik dalam arti waktu,
informal. permodalan maupun penerimaannya
Kebijakan Keselamatan dan serta pada umumnya tidak tersentuh
Kesehatan Kerja Sektor informal
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

oleh peraturan dan ketentuan yang klamidia, virus, parasit, riketsia, alergi
ditetapkan (Prihantoyo, 2003). dan radiasi sinar ultraviolet
Penyakit Akibat Kerja (PAK) (fotoelektrik) (Sidarta Ilyas, 2002).
adalah setiap penyakit yang disebabkan Berdasarkan hasil penelitian
oleh pekerjaan atau lingkungan kerja. ketajaman penglihatan oleh
PAK sering dianggap sebagai “The Trisnowiyanto tahun 2002 terhadap
Silent Killer”, tidak saja merugikan pekerja pengelasan listrik di Pasar
pekerja yang tanpa sadar telah Semanggi, Surakarta, didapatkan
mengidap penyakit akibat intensitas cahaya las sebesar 289,7 –
pekerjaan/lingkungan kerja, melainkan 348,0 luks, sebesar 23,08% responden
juga mengakibatkan kerugian sosial mengalami gangguan ketajaman
dan ekonomi serta menurunnya penglihatan ringan dan 30% responden
produktivitas. Dalam pelaksanaan mengalami konjungtivitis (Bambang
pekerjaan sehari-hari, pekerja di Trisnowiyanto, 2002)
berbagai sektor akan terpajan dengan Walaupun memiliki dampak
risiko PAK. Risiko ini bervariasi mulai baik dalam perekonomian masyarakat,
dari yang paling ringan sampai yang pengelasan juga memiiki dampak yang
paling berat tergantung jenis buruk bagi kesehatan apabila proses
pekerjaannya. pengelasan tidak sesuai standar
Salah satu industri sektor operasional prosedur yang berlaku.
informal yang banyak terdapat di Industri sektor informal dengan skala
Cilacap adalah industri pengelasan atau kecil, dengan permodalan kecil, dan
bengkel las. Tiap wilayah kecamatan keuntungan yang tidak terlalu besar
yang terdapat di Kabupaten Cilacap menyebabkan pengelola usaha (baik
memiliki banyak bangkel las, di pemilik dan pekerja) lebih berfokus
Kecamatan Cilacap Tengah saja pada hasil produksi yang didapatkan
terdapat kurang lebih 13 industri las dibandingkan dengan perhatian pada
rumahan yang jumlah pekerja di tiap kesehatan dan keselamatan kerja.
bengkelnya tidak melebihi 12 orang. Peralatan dan perlengkapan
Pengelasan merupakan proses keselamatan yang seadanya
penyambungan antara dua keping memperbesar peluang mereka terkena
logam menjadi satu bentuk yang penyakit akibat kerja maupun
diinginkan. Proses pekerjaan kecelakaan kerja, apalagi jika ditambah
pengelasan ini menimbulkan hasil dengan kurangnya perhatian dan
samping berupa asap las, gas Nitrogen kehati-hatian dalam bekerja.
Oksida (NOX), gas Nitrogen Dioksida Cara berfikir juga
(NO2), sinar infra merah dan sinar mempengaruhi mereka dalam
ultraviolet. Sinar ultraviolet yang memperhatikan kesehatan mereka.
dihasilkan dari proses pengelasan Selama mereka tidak terganggu,
tersebut dapat merusak selaput keluhan kesehatan akan dianggap
konjungtiva mata, dengan gejala mata lumrah atau biasa sehingga mereka
seakan-akan ada pasir di dalamnya tidak akan membutuhkan pelayanan
(A.R.Elkinton, 1996). Konjungtivitis kesehatan apabila gangguan kesehatan
ialah radang pada konjungtiva yang yang mereka rasakan belum benar-
dapat disebabkan oleh bakteri, benar parah.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Pengelasan dengan berbagai Penelitian ini bertujuan untuk


efek yang ditimbulkan dari hasil menganalisis faktor – faktor yang
samping yang didapatkan, pada sektor berhubungan dengan kejadian
informal yang pada umumnya tidak kojungtivitis fotoelektrik pada pekerja
tersentuh oleh pelayanan kesehatan pengelasan. Hasil penelitian ini
serta kurangnya perhatian tentang diharapkan dapat digunakan sebagai
keselamatan dan kesehatan oleh tenaga masukan untuk meningkatkan jaminan
kerja menjadi alasan pentingnya kesehatan kerja dengan mengambil
penelitian ini dilakukan. kebijakan yang sesuai.
Survei pendahuluan yang
dilakukan pada 31 responden yang BAHAN DAN METODE
diwawancarai 80,6% merasakan
gangguan pada mata sebelum, saat dan Penelitian ini dilakukan di
sesudah bekerja berupa mata pedih, industri pembuatan teralis (pengelasan)
mata berair berlebih, mata seperti sektor informal yang dilaksanakan pada
kemasukan pasir, mata terasa panas, bulan November 2012. Jenis penelitian
mata terasa gatal, penglihatan menjadi ini adalah explanatory research dengan
buram dan perasaan pusing setelah pendekatan cross sectional, dalam hal
bekerja. 35,5% mengeluhkan gangguan ini menggambarkan kejadian
pernafasan dan 80% mengeluhkan konjungtivitis fotoelektrik pada
terjadinya pengelupasan kulit setelah pekerja.
bekerja. Berdasarkan hasil tersebut Populasi dalam penelitian ini
dapat dilihat proporsi responden yang adalah pekerja pengelasan yang
mengeluhkan gangguan pada terdapat di Kecamatan Cilacap Tengah
penglihatan terbanyak bila Kabupaten Cilacap yang bekerja
dibandingkan dengan proporsi selama ≤8 jam per hari dengan jumlah
responden yang mengeluhkan tenaga kerja sebanyak 31 orang, yang
gangguan pada kulit dan gangguan keseluruhan berjenis kelamin laki-laki.
pernafasan. Sampel yang diambil merupakan total
Gejala konjungtivitis yang populasi sebanyak 28 orang karena 2
dirasakan oleh responden yang orang pindah dan 1 orang sedang cuti.
diwawancarai merupakan Proses penelitian dilakukan
konjungtivitis fotoelektrik yang dengan dua tahapan yaitu observasi
merupakan penyakit yang ditimbulkan penggunaan APD (goggle), jenis
oleh pekerjaannya karena responden pengelasan pada pekerja dan
mengatakan keluhan akan hilang atau wawancara pekerja untuk mengetahui
tidak dirasakan apabila responden karakteristik pekerja (umur, lama
berhenti atau libur melakukan paparan, masa kerja) dan pengetahuan
pengelasan. Selain itu, gangguan yang mengenai dampak pengelasan terhadap
dirasakan tidak hanya dirasakan oleh kesehatan.
beberapa orang saja melainkan seluruh Observasi penggunaan APD
pekerja mengaku merasakan gejala dilakukan tiga kali dalam rentan waktu
tersebut apabila telah melakukan yang berbeda. Tujuan observasi ini
pengelasan. adalah untuk mengamati apakah
pekerja selalu, kadang- kadang atau
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

tidak menggunakan APD pada saat b. 10-19 8 28,6


bekerja. c. 20-29 2 7,1
Data yang diperoleh kemudian Total 28 100,0
dikumpulkan dan dianalisis dengan Berdasarkan tabel 1 rentang
analisis univariat dengan menggunakan umur responden terbanyak pada
distribusi frekuensi dan analisis rentang 31-40 tahun degan presentase
bivariat, dengan jenis uji statistic sebesar 57,1%. Kebanyakan pekerja
meliputi Shapiro Wilk dengan nilai p- pengelasan di Kecamatan Cilacap
value < 0,05 untuk variabel dengan Tengah Kabupaten Cilacap 57,1%
skala data rasio (umur dan masa kerja) merupakan lulusan SMA/STM. Pekerja
dengan hasil data berdistribusi normal dengan pengetahuan dibawah rata-rata
dan uji korelasi yang digunakan adalah memiliki presentase terbanyak sebesar
koefisien biserial. Variabel bebas 60,7%. Responden terbanyak terdapat
berskala nominal (lama paparan) pada rentang 0-9 tahun sebanyak
dengan variabel terikat berskala 64,3%.
nominal menggunakan uji korelasi Tabel 2 Distribusi Frekuensi Lama
fisher’s exact dan variabel berskala Paparan Sinar Ultraviolet Pada
ordinal (pemakaian APD, pengetahuan, Pekerja Pengelasan di Kecamatan
dan jenis pengelasan) dan variabel Cilacap Tengah Kabupaten Cilacap
berskala nominal (konjungtivitis) Tahun 2012
menggunakan uji korelasi kendall’s Lama Paparan
tau. No F (%)
(Jam)
1 ≤4 4 14,3
HASIL DAN PEMBAHASAN 2 >4 24 85,7
Total 28 100.0
Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan tabel 2 dapat
Karakteristik Pekerja Pengelasan di diketahui bahwa responden dengan
Kecamatan Cilacap Tengah lama paparan >4 jam perhari sebesar
Kabupaten Cilacap 2012 85,7%.
No Variabel F (%) Tabel 3 Distribusi Frekuensi
1 Umur : Pemakaian APD Pekerja Pengelasan
a. 21-30 8 28,6 di Kecamatan Cilacap Tengah
b. 31-40 16 57,1 Kabupaten Cilacap Tahun 2012
c. 41-50 4 14,3 Pemakaian
2 Pendidikan : No F (%)
APD
a. SD 3 10,7 1 Tidak Pakai 0 0
b. SMP 9 32,2 2 Kadang-kadang 6 21,4
c. SMA/STM 16 57,1 3 Selalu Pakai 22 78,6
3 Pengetahuan : Total 28 100.0
a. Dibawah 17 60,7 Berdasarkan tabel 3 dapat
rata-rata diketahui bahwa 78,6 responden selalu
b. Diatas rata- 11 39,3 menggunakan APD ketika bekerja.
rata
4 Masa Kerja :
a. 0-9 18 64,3
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Tabel 4 Distribusi Frekuensi JenisTabel 5 Distribusi Frekuensi Hasil


Pengelasan yang Digunakan Pekerja Pemeriksaan Konjungtiva Pekerja
Pengelasan di Kecamatan Cilacap Pengelasan di Kecamatan Cilacap
Tengah Kabupaten Cilacap Tahun Tengah Kabupaten Cilacap Tahun
2012 2012
Jenis Hasil
No F (%)No F (%)
Pengelasan Pemeriksaan
1 Las Listrik 18 64,3 Positif
1 16 57,1
2 Las Asetilen 3 10,7 Konjungtivitis
3 Keduanya 7 25 2 Negatif
12 42,9
Total 28 100.0 Konjungtivitis
Dapat dilihat pada tabel 4 jenis Total 28 100.0
pengelasan terbanyak yang digunakan Hasil pemeriksaan yang
oleh responden yaitu las listrik terdapat pada tabel 5 menjelaskan
sebanyak 64,3%. bahwa 57,1% responden yang diperiksa
mengalami konjungtivitis fotoelektrik.
Tabel 9 Hasil Uji Bivariat Hubungan Umur, Masa Kerja, Pendidikan,
Pemakaian APD, Jenis Las dan Pengetahuan, dengan Konjungtivitis
Fotoelektrik Pada Pekerja Pengelasan Kecamatan Cilacap Tengah
Kabupaten Cilacap Tahun 2012
Koefisien
Variabel bebas P-value Makna
korelasi
Umur -0,237 0,225 Tidak ada hubungan
Masa Kerja -0,462 0,013 Ada hubungan
Pendidikan -0,215 0,247 Tidak ada hubungan
Jenis Las 0,031 0,869 Tidak ada hubungan
Lama Paparan 0,426 0,024 Ada hubungan
Pemakaian APD 0,244 0,354 Tidak ada hubungan
Pengetahuan 0,401 0,037 Ada hubungan

Analisis Data digunakan untuk mengetahui hubungan


karakteristik individu (umur, masa
Berdasarkan tabel 9 setelah dilakukan kerja), dengan kejadian konjungtivitis
uji normalitas dengan menggunakan uji fotoelektrik menggunakan uji statistic
statistic Shapiro Wilk didapatkan hasil koefisien biserial.
bahwa p-value umur adalah 0,880 dan
p-value masa kerja adalah 0,080 yang Umur dengan Konjungtivitis
>0,05 sehingga dapat disimpulkan Fotoelektrik
bahwa seluruh data berdistribusi Umur terkait dengan
normal. kemampuan tubuh seseorang untuk
Tabel 9 Normalitas Dengan melakukan proses penyembuhan /
Menggunakan Uji Shapiro Wilk Test recovery. Proses penyembuhan pada
Karena data berdistribusi usia non produktif (lebih dari 45 tahun)
normal maka uji statistic yang lebih lambat dibandingkan dengan
Umur Masa
Kerja
Asymp. Sig. (2- 0,880 0,080
tailed)
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

proses penyembuhan pada usia tidak terpapar ultraviolet dalam kurun


produktif. (Sidarta Ilyas, 2002) waktu 36-48 jam (Sidarta Ilyas, 2002).
Hasil penelitian dengan Pemulihan yang terhenti karena
menggunakan uji korelasi koefisien terjadinya paparan yang berulang dapat
biserial menunjukkan bahwa tidak ada menyebabkan semakin banyak
hubungan antara umur dengan kejadian kerusakan yang ditimbulkan. Sehingga
konjungtivitis fotoelektrik. hasil ini pekerja beresiko mengalami gangguan
sejalan dengan penelitian yang penglihatan yang lebih parah di
dilakukan oleh Aryani Pujiyanti. kemudian hari. Pada konjungtiva yang
Hasil tersebut dapat telah mengalami reaksi akibat sinar
dikarenakan konjungtivitis yang sinar ultraviolet, reaksi tersebut akan
disebabkan oleh radiasi sinar ultraviolet semakin parah apabila mendapatkan
merupakan penyakit akut yang dapat paparan dari asap las yang dihasilkan
timbul pada usia manapun, selama pada proses pengelasan yang bersifat
individu tersebut menerima paparan iritatif.
sinar ultraviolet dengan besar energi
radiasi tertentu selama 4-8 jam. Pemakaian APD dengan
Konjungtivitis Fotoelektrik
Lama Paparan dengan Uji korelasi menggunakan
Konjungtivitis Fotoelektrik fisher’s exact menghasilkan tidak
Lama paparan sinar ultraviolet adanya hubungan antara pemakaian
berkaitan dengan iradiasi efektif yaitu APD dengan kejadian konjungtivitis
besarnya radiasi yang diterima pekerja. fotoelektrik. Hasil ini sejalan dengan
(Iyan Dharmawan, 1977). Tanda dan penelitian yang dilakukan oleh Aryani
gejala konjungtivitis akan muncul Pujiyanti.
setelah 4-6 jam dari paparan. Semakin Kacamata las (goggle) sangat
lama paparan maka efek yang diterima penting digunakan pada saat mengelas,
semakin banyak maka kerusakan untuk melindungi mata dari radiasi
jaringan semakin berat (Daniel sinar ultra violet, sinar tampak dan
Vaughan, 1996). sinar inframerah (A. Bintoro, 1999).
Dalam penelitian ini, sebagian
Hasil penelitian dengan mengguanakan besar responden yang mengalami
uji Fisher exact ini menghasilkan konjungtivitis berada dalam kategori
adanya hubungan antara lama paparan responden yang selalu menggunakan
dengan kejadian konjungtivitis APD saat bekerja. Seharusnya pekerja
fotoelektrik. Perhitungan rasio prevalen yang menggunakan pelindung tidak
menghasilkan nilai 2,667 dimana akan mengalami gangguan kesehatan.
pekerja dengan lama paparan >4 jam Kemungkinan responden yang selalu
per hari memiliki risiko 2,667 lebih menggunakan APD tersebut tidak
besar dibandingkan pekerja dengan menggunakan APD dengan baik dan
lama paparan ≤4 jam per hari untuk benar. Kemungkinan lain adalah karena
terkena konjungtivitis fotoelektrik. jenis kacamata yang digunakan
Efek dari radiasi ultraviolet merupakan kacamata standart safety
yang dirasakan oleh pekerja pada tubuh saja, bukan kacamata goggle khusus
dapat kembali pulih selama pekerja pengelasan ditambah tidak
menggunakan perisai/pelindung wajah.
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Pengetahuan dengan Konjungtivitis kendall’s tau >0,05 sehingga dapat


Fotoelektrik ditarik kesimpulan bahwa tidak ada
Tingkat pengetahuan seseorang hubungan antara jenis las dengan
tentang segala sesuatu yang dihadapi kejadian konjungtivitis fotoelektrik.
tidak lepas dari status pendidikannya, Tidak adanya hubungan antara
dimana seseorang mempunyai jenis las dengan kejadian konjungtivitis
pengaruh dalam berfikir dan bertindak fotoelektrik dapat dikarenakan jenis las
dalam menghadapi pekerjaannya. listrik yang digunakan oleh responden
Keberhasilan tenaga kerja dalam menggunakan elektroda diameter kecil
melakukan pekerjaan yang dibebankan sehingga menghasilkan tingkat energi
kepadanya ditentukan oleh tingkat radiasi dan densitas luasan daya yang
pengetahuan dan pengetahuan tenaga besarnya tidak terlalu berbeda dengan
kerja yang sangat ditentukan oleh yang dihasilkan oleh las asetilen.
latihan yang diperoleh (Eko Penelitian di Amerika tahun
Nurmianto, 2004). 1987 tentang “Evaluasi bahaya
Hasil uji korelasi antara potensial dari radiasi optik pada
pengetahuan dengan kejadian pengelasan listrik” menyatakan bahwa
konjungtivitis menggunakan kendall’s tipe elektroda berdasarkan perbedaan
tau menghasilkan kesimpulan bahwa diameter dan tingkat ampere elektroda
ada hubungan antara pengetahuan mempengaruhi tingkat keparahan
dengan kejadian konjungtivitis. konjungtivitis pada pekerja las listrik.
Pekerja dengan pengetahuan Pengelasan listrik diketahui memiiki
yang cukup diharapkan dapat bekerja potensi bahaya radiasi sinar ultraviolet
dengan baik sesuai prosedur dan terbesar dari elektrodanya bila
menjalankan pekerjaannya lebih hati- dibandingkan dengan pengelasan
hati agar terhindar dari kecelakaan dengan gas asetilen (F.A. Patty, 1991).
maupun penyakit akibat kerja. Dalam
penelitian ini didapatkan responden Masa Kerja dengan Konjungtivitis
yang mengalami konjungtivitis lebih Fotoelektrik
banyak pada kelompok responden yang Masa kerja dapat
memiliki pengetahuan diatas rata-rata. mempengaruhi seseorang terhadap
Hal tersebut kemungkinan dikarenakan pekerjaan dan lingkungan dimana ia
responden yang memiliki pengetahuan bekerja. Semakin lama ia bekerja
yang lebih justru bekerja tidak lebih semakin banyak pengalamannya. Hal
hati-hati dibandingkan dengan ini akan mempengaruhi persepsi, sikap,
responden yang memiliki pengetahuan melakukan pekerjaan yang lebih
dibawah rata-rata atau dengan terkontrol. Tenaga kerja baru biasanya
kemungkinan lain yaitu responden belum mengetahui secara mendalam
menganggap enteng dampak pekerjaan seluk beluk pekerjaan dan
yang mereka lakukan terhadap keselamatannya, selain itu tenaga kerja
kesehatan mereka. baru sering mementingkan selesainya
sejumlah pekerjaan yang diberikan
Jenis Pengelasan dengan kepada mereka sehingga keselamatan
Konjungtivitis Fotoelektrik tidak cukup mendapatkan perhatian
Nilai signifikansi yang didapat (Silalahi Bennet, 1995).
dari uji korelasi menggunakan
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Sedikit berbeda dengan fotoelektrik memiliki nilai p-value


penelitian Ari Sigit Purnama yang masing-masing 0,025; 0,869 dan 0,354
menyatakan pekerja dengan masa kerja sehingga dapat disimpulkan bahwa
lebih dari 5 tahun memiliki tidak ada hubungan antara umur, jenis
kemungkinan lebih besar mengalami las dan pemakaian APD dengan
konjungtivitis dibandingkan dengan kejadian konjungtivitis fotoelektrik.
responden dengan masa kerja ≤5 tahun Hasil perhitungan nilai signifikansi
dan pekerja dengan masa kerja lebih pada uji korelasi antara masa kerja dan
dari 5 tahun memiliki resiko 1,974 pengetahuan dengan kejadian
lebih besar untuk terkena konjungtivitis konjungtivitis fotoelektrik masing-
fotoelektrik dibandingkan pekerja masing sebesar 0,013 dan 0,037. Hal
dengan masa kerja kurang dari 5 tahun, ini menunjukan adanya hubungan
pada penelitian ini hubungan antara antara masa kerja dan pengetahuan
masa kerja dengan kejadian dengan konjungtivitis fotoelektrik. Uji
konjungtivitis merupakan hubungan korelasi antara lama paparan dengan
terbalik dimana pekerja dengan masa kejadian konjungtivitis fotoeletrik
kerja ≤ 5 tahun lebih banyak terkena menghasilkan nilai signifikansi 0,024
konjungtivitis fotoelektrik daripada dengan nilai rasio prevalen 2,667. Hal
pekerja dengan masa kerja > 5 tahun. ini menunjukan bahwa lama paparan
Hal tersebut dapat dikarenakan merupakan faktor risiko terjadinya
responden dengan masa kerja yang konjungtivitis dimana pekerja dengan
lebih lama sudah terbiasa dengan lama paparan >4 jam per hari memiliki
pekerjaannya sehingga lebih dapat risiko 2,667 lebih besar untuk terkena
mengantisipasi kemungkinan terjadinya konjungtivitis dibandingkan dengan
penyakit akibat kerja. pekerja dengan lama paparan ≤4 jam
Masa kerja terkait dengan per hari.
tingkat keparahan gangguan yang
dialami pekerja. Paparan sinar UV DAFTAR PUSTAKA
dapat mengakibatkan gangguan akut
dan kronis. Paparan akut radiasi UV Bennet, Silalahi. Rumondang B,
misalnya, menyebabkan fotokeratitis Silalahi. 1995. Manajemen
(welder’s flash eye atau arc eye) yang Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
ditandai dengan sensasi benda asing Jakarta : Saptodadi.
pada mata (grittiness), fotofobia, mata
berair, blefarospasme dan nyeri. Bintoro, A. 1999. Dasar – Dasar
Paparan kronis radiasi UV terkait Pekerjaan Las. Yogyakarta : Kanisius.
dengan prevalensi yang tinggi dan Dharmawan, Iyan. 1977. Referensi
perubahan jangka panjang di bagian Visual Terapi Empirik Infeksi Bakteri.
luar mata pada tukang las (K.G.Davies, Jakarta: Elek Media Komputindo.
2007).
Elkinton, A.R dan P.T Khaw. 1996.
KESIMPULAN Petunjuk Penting Kelainan Mata.
Jakarta : EGC.
Hasil analisis korelasi antara
umur, jenis las dan pemakaian APD
dengan kejadian konjungtivitis
JURNAL KESEHATAN MASYARAKAT 2013,
Volume 2, Nomor 1, Tahun 2013
Online di http://ejournals1.undip.ac.id/index.php/jkm

Ilyas, Sidarta. 2002. Ilmu Penyakit Pujiyanti , Aryani. 2004. Faktor-Faktor


mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Yang Berhubungan Dengan
Universitas Indonesia. Konjungtivitis Pada Pekerja
Pengelasan Listrik Di Bengkel Radas
K. G. Davies, U. Asana, C. O. Nku and Jaya Semarang [Skripsi].
E. E. Osim. 2007. Ocular Effects of
Chronic Exposure to Welding Light on Purnama, Ari Sigit. 2008. Analisis
Calabar Welders. Nigerian Journal of Faktor - Faktor Risiko Kejadiann
Physiological Sciences. Vol. 22, No. 1- Konjungtivitis Fotoelektrik pada
2, pp. 55-58. Pekerja Pengelas di Sebuah
Perusahaan Karoseri PT. X Semarang
Nurmianto, Eko. 2003. Ergonomi, [skripsi].
Konsep Dasar dan Aplikasi, Edisi
Pertama. Jakarta : Guna Wijaya. Trisnowiyanto, Bambang. 2002.
Beberapa Faktor Yang Berhubungan
Patty, F.A. 1991. Industrial Hygiene Dengan Ketajaman Penglihatan
and Toxicologi 4th ed. New York : Pekerja Las Listrik di Pasar Besi Tua
John Wiley and Sons. Semanggi Surakarta. Skripsi FKM
UNDIP. Semarang.
Prihantoyo. 2003. Potensi Bahaya
Faktor Fisik di Tempat Kerja. Makalah Vaughan,Daniel dan Taylor Asburg.
Pelatihan Hiperkes. Dinas Transmigrasi 1996. Olflaktomologi umum jilid 1.
dan Tenaga Kerja. Yogyakarta. Jakarta : PT. Widya Medika.

You might also like