>
BAB6
ETIKA PERIKLANAN
Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, pembaca diharapkan
dapat:
« Menjelaskan fungsi iklan.
e Menyebutkan beberapa persoalan etis dalam iklan.
« Menjelaskan makna etis menipu dalam iklan
e Menggambarkan dimensi etis sebuah iklan
Iklan pada hakikatnya merupakan suatu strategi
pemasaran untuk mendekatkan barang yang hendak
dijual kepada konsumen. Iklan merupakan sarana bagi
produsen untuk mengkomunikasikan produknya kepada
konsumen. Secara positif iklan adalah suatu metode yang
digunakan untuk memungkinkan barang dapat dijual
kepada konsumen.
Iklan mempunyai andil besar dalam menciptakan
citra bisnis. Masyarakat dapat menilai baik buruknya
suatu kegiatan bisnis melalui tayangan iklan. Banyak iklan
menyajikan informasi yang berlebihan, palsu, mengecoh,
dan mengecewakan masyarakat tanpa memperhatikan
norma moral. Iklan seperti ini akan menciptakan citra
negatif tentang bisnis, seakan bisnis adalah kegiatan tipu-
menipu, kegiatan yang menghalalkan segala cara demi
mencapai tujuan, yaitu keuntungan.
1296.1 Fungsi Iklan | /
(3)? ' } (~60 Cas
Iklan sebagai Pemberi Informasi / pot
Iklan berfungsi untuk membeberkan tm
menggambarkan seluruh kenyataan yang rinci tentan,
suatu: produk. Sasaran iklan adalah agar konsumer,
dapat mengetahui dengan baik keberadaan Produk
itu, kegunaannya, kelemahannya, dan kemudahan.
kemudahannya. Iklan Dalam hal ini, hanyalah Media
informasi yang netral (tanpa manipulasi dan bujuk Tayu)
dan menyerahkan keputusan untuk membeli kepada
konsumen itu sendiri. Pandangan ini sangat ditekankan
oleh David Ogilvy, seorang raja iklan Amerika, menurutnya
untuk bisa berhasil dalam mengiklankan dan menjual
sebuah produk, berilah fakta kepada konsumen. Keliru
kalau agen iklan beranggapan bahwa konsumen tidak
membutuhkan fakta, orang tolol, dan mudah ditipu, dan
itu berbahaya.
Apabila iklan memberikan informasi yang palsu
tentang sebuah produk, maka sebenarnya bukan hanya
kegiatan iklan saja yang akan dibenci masyarakat, produk
yang diiklankan juga akan dibenci dan dijauhi. Karena
itu, iklan yang tidak benar akan membawa dampak yang
bertentangan dengan tujuan iklan dan pada akhirnya
akan merugikan tidak hanya bagi perusahaan iklan, tetapi
juga produsen. Dengan kata lain, perlunya memberikan
informasi yang benar kepada konsumen tidak hanya
merupakan tuntunan moralitas demi moralitas, melainkan
juga demi kepentingan periklanan dan produsen.
Sehubungan dengan iklan sebagai pemberi informasi
yang benar kepada konsumen, maka pihak yang terlibat
dan bertanggungjawab secara moral atas informasi yang
disarmpaikan sebuah iklan adalah:
1. Produsen yang memiliki produk tersebut.
Dalam hal ini, tanggungjawab moral atas informasi
130yang, benar tentang sebuah produk pertama
dipikul oleh pihak produsen. Oleh karena itu, pihak
venlusenharusmemberikan semua data dan itrtnes
yang akurat dan benar tentang produk yang akan
giiklankan Produsen harus menyetujui iklan yang
gibuat biro iklan untuk memastikan apakah isi iklan
menggambarkan kenyataan sebenarnya dan tidak
ada unsur pemalsuan intormasi yang disengaja untuk
menyesatkan konsumen. Persetujuan isi ikl.
-tama
an ini
penting untuk mengetahui tanggungjawab produsen
dan biro iklan kalau sampai terjadi ketidaksesuaian
informasi, pelanggaran etis atas nilai-nilai_ moral
tertentu. dalam masyarakat, serta kemungkinan
kerugian yang dialami pihak tertentu (konsumen
khususnya atau pihak ketiga lainnya). Jadi, kalau
iklan tertentu mendapat sambutan negatif karena
informasinya yang palsu, tanggungjawab tidak bisa
dilemparkan kepada biro iklan karena toh produsen
telah menyetujuinya. Demikian pula sebaliknya, kalau
termyata iklan yang sampai pada publik melenceng
dari yang disepakati bersama dan ternyata menyulut
protes masyarakat, biro iklan dapat dituntut.
Biro iklan yang mengemas iklan dalam segala
dimensinya: etis, estetik, informatif, dan sebagainya.
Pihak biro iklan harus mendapat kepastian dari pihak
produsen bahwa apa yang dikatakannya dalam iklan
bukan hal yang palsu atau menipu. Ini terutama demi
Citra biro iklan itu sendiri dan untuk menghindarkan
biro iklan itu dari kecaman dan tuntutan hukum dari
Pemerintah atau masyarakat.
Bintang iklan.
Yang menarik adalah sejauh ini bintang iklan hampir
tidak pernah digugat dalam kaitan dengan etika
Periklanan. Padahal, bintang iklan, yang dibayar
mahal, harus juga punya tanggungjawab moral atas
131isi dan bentuk iklan yang, ditampilkannya 1
tidak bisa seenaknya mengelak denyar man tig
bahwa isi iklan adalah tanggungjavab bire anal
produsen, dan bukan tanggungjawabny, aT) a,
seorang bintang, iklan mengatakan baby» pri
Oty
ang, diiklankannya lebih tahan lama, mene, fi
| Paling
ersih, dan seterusnya, dan setuju mengatayan 5.)
itu, ia ikut bertanggungjawab atas Klaimn bern
ketika apa yang dikatakannya itu ternyata fdas
sesuai dengan kenyataan Karena itu, ia sendin; hare
benar-benar berhati-hati dalam menyampaikan ae
iklan tertentu. Ini terutama berlaku bagi bintang
iklan yang mengatakan kesaksiannya sebagaimang
menjadi kecenderungan akhir-akhir ini. Apakah benar
apa yang dikatakannya itu? Kalau ternyata pihak
tertentu Lembaga Konsumen misalnya memperoleh
bukti penelitian yang sebaliknya, mereka ikut
bertanggungjawab atas apa yang, tidak sesuai itu
dengan yang dikatakannya itu.
Demikian pula, bintang iklan ikut bertanggungjawab
secara moral atas iklan-iklan yang bertentangan
dengan perasaan dan nilai masyarakat. Kalau iklan
dituduh melecehkan wanita secara seksual, misalnya,
bintang, iklan yang wanita itu harus ikut pula
bertanggungjawab. Mengapa ia mau menampilkan
tubuhnya dalam format yang merangsang? Mengapa
ia mau mengiklankan produk tertentu yang dapat
menimbulkan_ pelecehan seksual, dan seterusnya?
Mengapa mereka mau dieksploitasi oleh produsen
dan iklan sambil seakan menikmati perannya sebagai
bintangikian yang seksi dan sensual? Sering dikatakan,
karena itu tuntutan masyarakat yang maskulin.
Narnun, seandainya semua bintang iklan wanita
bersatu dengan sesama wanita lainnya yang berjuang,
membela hak dan harkat wanita Jalu menolak semua
132tuk iklan yang melecehkar warita, park seaaile
ben iklan yang, melecehkan warita? % xex9 y* hale,
ee toh tidak ada lagi bintariy jielar, JOU, trams
camel dalam posisi yang meng) urkar
Media massa yang menayar akan tklary
- gat sulit bagi produsen untuk dapat erage CAws
kK asumer yang heterogen dan tersetar di wilayst
yang juas tanpa melalui penayangar
perhagai media massa
kien
Peripualar space sicko
pakan komponen utama perdapater sedis
massa, lanpa iklan suatu media massa tidak sar
memperoleh pendapatan yang digunaxar urdeasc
menutup biaya operasionalnya.
penghubung antara produsen dan Suter, rrexdti
massa juga mempunyai tanggungiawab moral stag
iklan yang ditayangkan. Iklan yang ditayangear
dapat mempengaruhi citra sebuah media cases.
Media massa dituntut selektif dalam menayangear
iklan agar tidak bertentangan dengan nilai-r
a) Tera.
men
ee thetic
merusak moral masyarakat.
3. Masyarakat
Masyarakat
mMempunyai tanggungjawab moral
terhadap
penayangan suatu iklan. kritis
yang tidak benar.
. Prinsip bahwa iklan harus memberikar faktz
“an Mengatakan yang benar tentang sebuah produk,
udak berarti bahwa iklan perlu men,
tentang sebuah produk, termasuk
"egatif tentang produk itu. Dalam
Pegangan biro iklan adalah jan
gatakan semua hal
segala sesuatu yang
hal ini, yang menjadi
gan sampai merugikan
133pihak mana pun. Biro iklan mempunyai kewaiiba,
untuk mencegah konsumen membelj Produk .
yang diketahuinya merugikan atau berbahay ert
hy
maksimal yang dapat dilakukan biroiklan dala
% Tindaya
™ me, n
kerugian bagi konsumen adalah menolak ae nega
, i . at
produk ita. Dengan demikian, pihak Produ, iklay,
bangkan apakah akan terus me; Sen bis,
mempertimbangkan ¢ Memproduk :
dan
menjual barang itu atau tidak. Dalam hal Ni, organisag
iklan perlu difungsikan untuk menindak biro ik i Dire,
nekat membuat iklan dengan maksud untuk me}
konsumen.
Persoalannya menjadi lain kalau Produk ity
bagi masyarakat, namun mempunyai efek samp
kondisi tertentu yang merugikan. Dalam hal ini,
boleh mengiklankannya dengan kewajiban
membeberkan informasi mengenai efek samping atay
kondisi yang merugikan itu. Dengan demikian, konsumen
akan tahu mengenai kondisi yang sebenarnya dari produk
itu.
a
tan yang
™Perday,
bergun
ING atay
biro iklan
tambahan
Sehubungan dengan fungsi iklan di atas, pihak
konsumen diharapkan mencari informasi yang memadai
terlebih dahulu tentang sebuah produk sebelum
membelinya. Dalam hal ini, pihak produsen (dan biro iklan
sejauh terkait) berkewajiban untuk memberi informasi
yang diperlukan oleh konsumen itu. Untuk itu, Lembaga
Konsumen, yang berada dalam posisi yang netral, bahkan
lebih memihak konsumen dapat sangat diandalkan.
Informasi yang disebarkan baik secaracuma-cuma maupun
dengan imbalan ala kadarnya kiranya sangat bermanfaat
bagi konsumen dalam menentukan pilihannya.
Sejauh __iklan berfungsi semata-mata sebaga!
pemberi informasi, iklan tetap menghargai kebebasan
para konsumen untuk memutuskan dalam membeli suatu
Produk. Sejauh iklan memberi informasi yang benar
kesalahan atau kekeliruan dalam membeli sebuah produ
134——
dibebankan sepenuhnya kepada iklan. Sejauh
bisa
tidak
annya bebas dalam menentukan pilihannya, akibat
ayang, terjadi dalam membeli produk itu tetap juga
apa lar tanggungiawab pembeli
merle da kenyataannya tidak semua konsumen
* vai standar kemampuan menyerap informasi
sama, Memang, agak sulit untuk mencari iklan
sevara cua dengan masyarakat yang, heterogen. Karena
yan ee ideal adalah bahwa iklan sedapat mungkin
0 per informasi sedemikian rupa sehingga tidak
sampai memperdaya konsumen. Juga, iklan perlu peka
; adap nilai moral dan budaya dalam
dan tanggap ter
masyarakat tersebut serta aspirasi dan keluhan masyarakat
ng iklan-iklan yang, muncul dalam masyarakat.
Pada masa mendatang, iklan informatif akan lebih
konsume
mempuny
tental
digemari, karena:
1. Masyarakat semakin kritis, sehingga konsumen tidak
mudah dibohongi atau _ditipu oleh iklan-iklan yang
tidak mengungkapkan kenyataan yang sebenarnya.
Pengalaman juga mengajarkan konsumen untuk tidak
terlalu percaya dan peduli dengan bunyi iklan.
Masyarakat sudah bosan bahkan muak dengan
berbagai iklan yang hanya melebih-lebihkan suatu
produk. Oleh karena itu, masyarakat jauh lebih suka
iklan yang tampil sederhana tetapi menyentuh dan
menarik. Iklan yang hanya merupakan isapan jempol
tidak lagi disukai. Iklan yang bombastis justru punya
efek yang negatif.
3. Peran Lembaga Konsumen yang semakin gencar
memberi informasi yang benar dan akurat kepada
konsumen menjadi tantangan serius bagi iklan.
Apalagi dalam sistem sosial yang semakin terbuka
dan kritis, konsumen akan dengan mudah dan berani
menuntut iklan-iklan yang dianggap manipulatif dan
tidak baik.
wv
135j Pembentuk Pendapat Umum
4) tklan an ini, fungsi iklan mirip dengan funy
cand politik yang, berusaha mempengaruhj Si
ypaganda in, fungsi iklan adalah y
pemilin Dengan kata tar ate membeli Produk i,
menarik aaexenampilkan model iklan yang Manipulatig
dengan cara m tendensius dengan maksud Menggiring
persuatif, oes membeli produk _ tersebut. Oleh
an rien seperti ini juga disebut sebagaj iklan
eee etis, iklan manipulatif jelas dilarang kareng
iklan semacam itu benar-benar memanipulasi ppauaa
dan segala aspek kehidupannya, sebagai alat demi tujuan
tertentu diluar dirimanusia. Iklan Persuasif sangatberagam
sifamya sehingga kadang-kadang Sulit untuk dinilai etis
tidaknya. Bahkan batas antara manipulasi terang-terangan
dan persuasif kadang-kadang sulit ditentukan.
Untuk bisa membuat penilaian yang lebih memadai
mengenai iklan 1 eee ada baiknya kita bedakan dua
macam asi, yaitu:
iE tins casted = prhe
Persuasi rasional tetap menghargai otonomi atau
kebebasan individu dalam membeli sebuah produk.
Suatu persuasi dianggap rasional sejauh daya
Persuasinya terletak pada isi argumennya dan bukan
Pada cara penyajian dan penyampaian argumen
itu. Persuasi rasional bersifat impersonal. Ia tidak
menghiraukan siapa sasaran dari argumen itu. Yang
penting adalah isi argumen tersebut tepat. Iklan yang
mengandalkan persuasi tasional lebih menekankan
isi iklan yang mau disampaikan. Jadi, kebenaran
iklan itulah yang ditonjolkan dan Dengan demikian,
konsumen terdorong untuk membeli produk tersebut.
Iklan Semacam ini memang berisi informasi yang benar,
hanya saja kebenaran informasi tersebut ditampilkan
136~
wujud yang, sedemikian menonjol dan kuat
dalam konsumen terdorong untuk membelinya.
ohne Kata lain, persuasinya didasarkan pada fakta
Der isa dipertanggungjawabkan
yreuas non-rasional.
Persuasi non-rasional tidak menghiraukan otonomi
kebebasan individu. Persuasi non-rasional
ymumnya hanya memanfaatkan kelemahan psikologis
manusia untuk membuat konsumen bisa terpukau,
tertarik, dan terdorong untuk membeli produk yang
diiklankan itu. Daya persuasinya tidak terletak pada
jsi argumen yang bersifat rasional, melainkan pada
cara penampilan. Hal yang dipentingkan adalah
kesan yang ditampilkan dengan memanfaatkan efek
suara (desahan), mimik, lampu, gerakan tubuh, dan
semacamnya. Juga logika iklan tidak diperhatikan
dengan baik. Misalnya, dengan menggunakan
kosmetik merk tertentu, seorang suami akan betah di
rumah. Seolah-olah kosmetik merk tersebut adalah
solusi satu-satunya atas hubungan harmonis suami
dan istri. Padahal, keharmonisan itu tidak hanya bisa
diselesaikan hanya dengan penggunaan kosmetik
tersebut. Ini persuasi yang tidak rasional dan
menipu.
atau
Iklan yang menggunakan cara persuasi dianggap
tidak etis kalau persuasi itu bersifat non-rasional karena:
1
Iklan semacam itu tidak mengatakan mengenai
apa yang sebenarnya, melainkan manipulasi aspek
psikologis manusia melalui penampilan iklan yang,
menggiurkan dan penuh bujuk rayu.
Iklan semacam itu merongrong kebebasan memilih
pada konsumen. Konsumen dipaksa dan didorong
secara halus untuk mengikuti kemauan pengiklan,
bukan atas dasar pertimbangan yang rasional dan
terbukti kebenarannya.
137aN
Dari segi etika teleologi, jawaban terhadap PTSoalan
; a. Suatu persuasi dian,
ite mee a6 bee dinilai_berdasarkan a
mak fan asi itu. Jadi, iklan hanya bisa dinilai
| oe segi akibat yang ditimbulkannya, K
we af itu berakibat baik bagi konsumen,
dengan itu konsumen bisa punya pertimbang
membeli sebuah produk dan akhirnya Puas dengan
itu, iklan tersebut dinilai baik. Jadi, sejauh sebuah iklan
berakibat baik menolong konsumen memilih Produk
secara tepat, iklan persuasif itu akan dinilai baik dari segi
etika. Sebaliknya, sejauh iklan persuasif itu mengakibatkan
Konsumen tertipu dan juga menimbulkan
merugikan baik secara fisikologis maupun
masyarakat, iklan semacam itu tidak etis dan karena
itu perlu dilarang. Dengan kata lain, akibat iklan perly
dipertimbangkan dalam menilai baik burukn:
baik atay
alau iklan
Misalnya
an dalam,
efek yan;
Moral pada
dak Mengangeu kebebasan individu
konsumen, dan Sejauh iklan tersebut tidak merugikan
atau masyarakat pada umumnya.
6.2 Beberapa Persoalan Etis dalam Iklan
Ada beberapa Persoalan etis yang ditimbulkan oleh
iklan, khususnya iklan yang manipulatif dan persuasif
Non-rasional, yaitu:
nFwe
we
khususny@ iklan ‘manipulatif dan_ persuasif yang,
tidak rasional. Ini justru sangat bertentangan dengan
imperatif moral Kant bahwa manusia tidak boleh
diperlakukan hanya sebagai alat demi kepentingan di
juar dirinya. Manusia harus dihargai sebagai mahkluk
yangmampu menentukanpilihannyasendiri, termasuk
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari.
Pada fenomena iklan manipulatif, manusia benar-
benar menjadi objek untuk mengeruk keuntungan
sebesar-besarnya dan tidak sekadar diberi informasi
untuk membantunya memilih produk tertentu.
Menciptakan kebutuhan manusia dengan akibat
manusia modern menjadi konsumtif.
Secara ekonomis hal ini baik karena Dengan demikian,
akan menciptakan permintaan dan ikut menaikkan
daya beli masyarakat. Bahkan, dapat mengacu
produktivitas kerja manusia hanya demi memenuhi
kebutuhan hidupnya yang terus bertambah dan
meluas itu. Namun, dipihak lain muncul masyarakat
konsumtif, di mana banyak dari apa yang dianggap
manusia sebagai kebutuhannya sebenarnya bukan
benar-benar kebutuhan.
Membentuk dan menentukan identitas atau citra dari
manusia modern.
Manusia modern merasa belum menjadi dirinya kalau
belum memiliki barang sebagaimana ditawarkan
iklan. Seseorang merasa tidak percaya diri kalau
belum memakai minyak rambut seperti diiklankan
bintang film terkenal misalnya. Identitas manusia
modern lalu hanyalah rancangan pihak tertentu, di
fabricated. Yang dipuja pun lebih banyak kali adalah
kesan luar, polesan, dan kepura-puraan.
Merongrong rasa keadilan sosial masyarakat.
Iklan yang menampilkan serba mewah sangat ironis
dengan kenyataan sosial di mana banyak anggota
139h berjuang hanya untuk sekada,
ah tampil seakan tanpa Punya
sesamanya yang miskin,
at masil
masyaraka ve
hidup. Iklan yang, mew
rasa solidaritas dengi
; i beberapa prinsip yang kiranya
ape anda i lah:
perlu ornate hin iklan adalal
Iklan tidak boleh menyampaikan eels yang palsu
dengan maksud memperdaya Konsumeny 7
> TRlan wajib menyampaikan semua informasi tentang
- produk tertentu, khususnya menyangkut keamanan
dan keselamatan manusia;
Iklan tidak boleh mengarah pada pemaksaan,
Khususnya secara kasar dan terang-terangan; dan
Iklan tidak boleh mengarah pada tindakan yang
bertentangan dengan moralitas: tindakan kekerasan,
penipuan, pelecehan _—_seksual, —_diskriminasi,
perendahan martabat manusia, dan sebagainya.
1
6.3 Makna Menipu dalam Iklan
Entah sebagai pemberi informasi atau sebagai
pembentuk pendapat umum, iklan pada akhirnya
membentuk citra sebuah produk, bahkan sebuah
perusahaan di mata masyarakat. Citra ini terbentuk bukan
terutama karena bunyi atau penampilan iklan itu sendiri,
melainkan terutama terbentuk oleh kesesuaian antara
kenyataan sebuah produk yang diiklankan dengan apa
yang disampaikan dalam iklan itu, baik secara tersurat
atau Pun tersirat. Karena itu, iklan sering dimaksudkan
cebon ea untuk mengungkapkan hakikat dan misi
Prinsi etika bisns ae i
prinsip keicura @Disnis yang paling relevan di sini adalah
; in, yakni mengatakan hal yang benar
Kepentingan banyak
kepentingan perusahas namun juga menyangkut
an atau bisnis seluruhnya sebagai
140ee
Namun, persoalannya adalah
profes! Va nipu? Sejauh mana sebuah iklan
spa makina «meniptt dan dikutuk secara moral?
ikatagonikan nenjawab pertanyaan tersebut, terlebih
untuk meta arti menipt secara moral, Pertama
w dima melihat perbedaan antara menipu dan
“Dalam pemakaian sehari-hari_ keduanya
au dicampuradukkan pengertiannya
ada perbedaan besar antara
si yang, baik.
dabull
tama, kita
arbohong,
. jisamakan at
wean, sesumggunnya
squanya dengan implikasi moral yang, mendalam.
Hat Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989), kata
mengandung pengertian perbuatan dan perkataan
ang tidak jujur (bohong, palsu, dan sebagainya) dengan
maksud untuk menyesatkan, mengakali atau mencari untung
penekanan ditambahkan). Dengan kata lain, menipu
adalahmenggunakan tipu muslihat, mengecoh, mengakali,
memperdaya, atau juga perbuatan curang yang dilakukan
dengan niat yang telah direncanakan. Dalam tindakan
menipu ada niat sadar dari pelaku untuk memperdaya dan
mengecoh orang lain. Dari sudut pandang moral, menipu
dilihat sebagai tindakan yang tidak jujur dengan maksud
untuk memperdaya orang lain. Karena bertentangan
dengan prinsip kejujuran, maka secara moral menipu
dinilai sebagai tindakan tidak baik. Menurut Kant (dalam
Keraf,1998: menipu adalah memberi pernyataan yang
salah secara sengaja dengan maksud untuk memperdaya
orang lain dan/ atau kalau orang yang memberi pernyataan
itu telah berjanji untuk mengatakan apa yang sebenarnya
atau kalau pernyataan itu disampaikan kepada orang yang
berhak mengetahui kebenarannya.
Jadi, paling tidak ada tiga kondisi yang bisa
dikategorikan sebagai menipu:
1) Pernyataan yang salah secara sengaja dengan maksud
6 memperdaya orang lain;
) Pernyataan yang salah itu berkaitan dengan janji
sering ¢
141kepada pihak yang dituju untuk Menpat
‘akan
adanya; apa
(3) Pernyataan salah itu: diberikan kepada oran,
berhak mengetahui kebenarannya, 8 yang
Sebaliknya, berbohong diartikan sebagai Petkataan
atau pernyataan yang tidak sesuai dengan hy,
keadaan yang sebenarnya. Bohong adalah perk,
benar dan tidak sesuai dengan kenyataan. Bo
terbatas pada tidak sesuainya apa yang dikatakan dengan
kenyataan, bukan menyangkut tindakan atau perbuatan
Yang pokok di sini adalah bahwa bohong tidak Melibatkan
maksud dan niat si subjek untuk mengecoh Orang lain,
sedangkan menipu justru sebaliknya melibatkan maksud
atau niat si subjek. Karena itu, secara moral berbohong
bersifat netral. Bohong, tidak punya kualitas moral apa
pun, karena bohong hanya soal salah atau tidak benarnya
suatu ucapan. la hanya menyangkut benar atau tidaknya
suatu pernyataan dari segi faktual. Dari pengertian
menipu dan berbohong di atas, dapat disimpulkan bahwa
berbohong dapat menjadi menipu, tetapi tidak semua
berbohong itu menipu. Berbohong, dapat jadi menipu
kalau ucapan atau pernyataan yang tidak benar itu disertai
dengan niat untuk memperdaya orang lain. Karena itu,
tidak semua pernyataan atau ucapan yang tidak benar
berarti menipu. Misalnya, dalam lagu “Nina Bobo” ada
disebutkan bahwa kalau tidak bobo bisa digigit nyamuk.
Isi lagu tersebut tidaklah bermaksud menipu, melainkan
berbohong. Ini tidak punya kualitas moral apa pun.
Sehubungan dengan itu, perlu dibedakan antara menipu
“Positif” dan menipu “Negatif”. Menipu positif berartt
Secara sengaja mengatakan hal yang tidak ada dalam
kenyataan dengan maksud untuk memperdaya orang lain.
Menipu negatif adalah secara sadar tidak mengatakan (atau
menyembunyikan) kenyataan yang sebenarnya (biasanya
al atay
ataan tidak
hong hanyaang tidak baik atau berbahaya) sehingga orang,
ataany
pes penyataan praktis tidak gampang, menilai
Daia'
a sebuah iklan masih terbatas sebagai iklan
seat ma atau sudah mengarah pada menipu. Pihak
yang Eeeeren produsen bisa saja berkelit bahwa mereka
piro iklan ‘a maksud untuk memperdaya konsumen. Jadi,
tidak ae hanya sekadar bohong dan bukan menipu.
iKlan ajar yang tidak memberi pernyataan yang salah ;
juga 26 nae gikatakan dalam iklan memang benar, tetapi
ja op punya akibat menyesatkan dan memperdaya
umen.
es George bahkan mengatakan: “Tanpa membuat
oernyataan apa pun yang tidak benar, sebuah iklan bisa
menyesatkan ‘atau memperdaya. Iklan yang menyesatkan
pukanlah iklan yang memberi atau membuat pernyataan
yang tidak benar, melainkan iklan yang membuat
pernyataan yang sedemikian rupa sehingga orang yang
normal sekali pun paling kurang sebagian besar orang
kebanyakan, yang membacanya secara cepat dan tanpa
memperhatikannya dengan seksama dan banyak pikir,
akan menarik kesimpulan yang sal:
Jadi, karena konsumen adalah pihak yang berhak
mengetahui kebenaran sebuah produk, iklan yang
membuat pernyataan yang menyebabkan mereka salah
menarik kesimpulan tentang produk itu tetap dianggap
menipu dan dikutuk secara moral kendati tidak ada
maksud apa pun untuk memperdaya. Dengan kata lain,
bahkan iklan yang hanya bohong, dan tidak ada maksud
memperdaya, sekalipun sudah dikategorikan sebagai
penipuan, karena itu dianggap sebagai tidak etis.
Te
menipu, karena itu secara mo u iilan
yang secara sengaja menyampaikan pernyataan yang tidak
Sesuai dengan kenyataan dengan maksud menipu atau
ko
143Fi emyataan yang, bisa menimbulkan
7 ilkan vi ada pihak konsumen yang
vane iran yang ee mendapatkan informasi yang
renee ny Prentang produk yang dlitawarkan datarn
penar apa acany” Jain, berdasarkan prinsip kejujuran,
pasa en dan dite seeara moral adalah iklar,
iklan Teer perl pernyataan atau informasi yang benar
g mel
v pagal adanya
. Konsumen /
eee Affulent Society, John K. Galbraith
Dalam Puke taka bahwa produksilah yang
2000:2/ 0), an, yang kemudian dipuaskannya.
an permintaan yang, melahirkan
sebaliknya, produksi yang
melahirkan permintaan. Artinya, apa yang dianggap
agai permintaan’ masyarakatsesungguhnya disebabkan,
di timbulkan, dan diciptakan oleh adanya_produksi.
Permintaan muncul karena adanya produksi barang
tertentu yang ditawarkan dalam pasar. Demi menciptakan
membangkitkan permintaan inilah, iklan memainkan
peranan yang sangat penting dan strategis.
Persoalan moral dan etis yang timbul di sini
adalah bahwa kebebasan individu dalam menentukan
kebutuhannya dalam masyarakat modern sekarang ini
hampir tidak ada sama sekali. Permintaan atau permintaan
yang sudah dianggap sebagai kebutuhan, tidak timbul
secara bebas, melainkan dipengaruhi dan dirangsang oleh
pasar, oleh iklan. Dalam mekanisme semacam ini, iklan
dak sejalan dengan konsep mengenai kebutuhan atau
care yang ditentukan bebas oleh konsumen sendiri
: , baeniklan di sini adalah menciptakan permintaan
tidak dirasakan ae K kebutuhan sebelumnya yang
tidak lagi merupakan Sesun atau kebutuhan konsumen
in sesuatu yang mandiri, melainkan
6.4
(Bertens, :
menciptakan perminta!
Dengan kata lain, buk
produksi melainkan
144, sepenuhnya pada produsen dan iklan.
panting 7 .
tere Dengan demikian, dalam mekanisme semacam ity
stabil konsumen bisa memutuskan atau Memilih secara
mu apa Yang menjadi kebutuhannya, Sebagian terbesar
ee cbutuhan konsumen merupakan kebutuha
eenran oleh produsen dan iklan. Maka, ko
Lath pada ketentuan-ketentuan iklan Itulah yang
‘hocbut Galbraith sebagai “Efek Ketergantungan”.
. Ditinjau dani segi fungsi atau model iklan, kita
angsung bisa menyimpulkan bahwa iklan yang disajikan
dalam bentuk persuasi non-rasional bertentangan dengan
sip kebebasan konsumen. Namun, kita juga bisa
npertanyakan, apakah iklan yang menggunakan
pentuk persuasi rasional masih tetap netral dan menghargai
» individu? Betapa pun tasionalnya persuasi itu,
‘kali mempertahankan bahwa iklan akan tetap netral
dan tetap manghargai kebebasan konsumen.
INan yang informatif pun belum tentu netral
dan dak merongrong kebebasan konsumen dalam
menentukan pilihan barang dan jasa tertentu. Ditinjau dari
sudut pandang Galbraith di atas, iklan yang informatif
adak lagi netral karena informasi yang disampaikan telah
menciptakan kebutuhan atau paling kurang keinginan
dalam diri konsumen.
Pandangan Galbraith itu tidak begitu disetujui oleh
Frederick A. von Hayek (Bertens, 2000: 271). Menurut von
Hayek, sedikit sekali kebutuhan kita benar-benar bersifat
“absolut”, dalam Pengertian tidak tergantung pada
‘ingkungan sosial atau tidak dipengaruhi oleh contoh
dari orang lain. Kebanyakan kebutuhan kita sebenarnya
adalah kebutuhan yang dipengaruhi oleh peradaban kita
bersama, Dengan ini von Hayek mau mengatakan bahwa
kebutuhan-kebutuhan kita yang bersifat kultural, mau
tidak mau, dipengaruhi oleh lingkungan kita. Bahkan
sebagai makhluk sosial, selera, pikiran serta kepercayaan
IN yang
Msumen
145Kita dibentuk oleh lingkungan bud.
walaupun dalam situasi terter 1 :
menciptakan kebutuhan” tal ay bah ;
produksi menentukan kebutuhan kita fee “enditinys
Dapat dikatakan bahwa sebagai ity
memang tidak bisa lepas dari Pengaruh is SOsial kits
dari orang lain Tetapi, ini tidak berart) bahv,, informa
tersebut membelenggu dan Meniadaka “ Pengaryh,
setiap individu. Kendati ada benarnya bahve van
punya dampak negatif terhadap manusia, i
mempunyai peran_positif dalam me: Ff
sosial manusia. Walaupun ada benarnya prody
ke arah “menciptakan kebutuhan’, timbuln vat bekerja
tidak semata-mata ditentukan oleh ae “Put
Timbulnya kebutuhan ditentukan oleh banya fakton ne
produsen tidak hanya satu dan iklan pun tidak hany “aba
Itu berarti konsumen masih tetap mempunyai ke toss
untuk menentukan pilihannya.
Betapa pun benarnya apa yang dikatakan von Hayek
abad informasi dan industri dewasa ini menampilka,
permasalahan yang sangat pelik mengenai_kebebasan
manusia. Pilihan-pilihan konsumsi pribadi sermakin
mendalam dipengaruhi dari luar oleh berbagai_iklan,
entah yang informatif belaka atau pun yang terang.
terangan bersifat manipulatif. Oleh karena itu, iklan perlu
dipertimbangkan secara matang, terutama menyangkut
dampaknya pada kehidupan manusia. Kalau ternyataiklim
periklanan sudah mengarah pada merugikan kepentingan
masyarakat, maka sudah saatnya diambil tindakan legal
politis tertentu untuk membatasinya.
aya kita
ONG men,
basan
aN dapat
Sia, iklan jupy
Wujudkan hakiyy
Uhan
bebasan
klanan di Indonesia
bungdalam
PPP!) telah
unaan
6.5. Implementasi Etika Peri!
Parapelakuindustri periklananyangterga
Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (
berhasil menyelesaikan dan menyepakati penyemp
146a Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia
opp, int merupakan penyempurnaan kedua atas
arr! cerupa yang, pertama kali diikrarkan (anggal
dokume - 1981. Penyempurnaan kedua ini dilakukan
" set akya perubahan yang terjadi dalam
karena veriklanan dalam lima tahun’ terakhir yang
industt) PS kup dalam TKTCPI lama, Dalam kaitan ini,
pelum we penyempurnaan yang diperlukan adalah
scbagun vn verluas perspektif setiap permasalahan etika,
untuk ne lain pihak, mempertajam subjek klausal
Namun Sebagian lainnya dari penyempurnaan yang
4 min adalah untuk menampung tiga gejala penting
ae menjadi penyebab terjadinya perubahah besar dalam
5 ‘ dustri periklanan Indonesia saat ini, yaitu: ;
i Lompatan teknologi komunikasi dan informasi yang
memunculkan berbagai wujud pesan dan media
periklanan baru.
>. Konvergensi media yang mengharuskan adanya
konsistensi perlakuan antar media, antarklausal.
Kebutuhan untuk berkampanye pemasaran yang
menyeluruh dan terpadu, sehingga memunculkan
juga bentuk - bentuk jasa, dan metode baru dalam
berprofesi, serta berpraktek usaha.
stas buku! Tat
te
Penyempurnaan keseluruhan aspek tentang buku
TKICPI selanjutnya disepakati disebut “Etika Pariwara
'ndonesia” (EPI). Beberapa butir penting EPI terkait
dengan etika adalah sebagai berikut:
Sikap Industri
Dalam kaitan komitmen, terdapat ketegasan dalam
ae isu penting periklanan, khususnya dalam hal-
lal;
a Swakrama, sebagai sikap dasar industri periklanan
Yang dianut secara universal.
147—_—_— Ut
data otra EEE HAL aapgt
vathe etka
Manemnpnl dub Heaygant BEHEHTURE HEEL dg
yy onlin +
ote le flat Phakic
Hetiperotely HTH aay
var
rdarggane oebana
vitayal
Hennetee hha!
Seal tans webiath nnitaglis Hen MAO g
whanniye Helo Thay PeEaT AL HOAki a
stggeneanhe
syaral fevtente
prahany hewetanaan fender bivteay
Hak, pertintiepan atau pain
dtonygane ayaral
Menaygebitobeanes
avhaday pormaniaat
poribortayaan ferbacap perenyeuan
Hortindingan terhactap hak bak danar anak
Menutap cian getak bat ekeaptoitaal day
pomantaatan pornogeatidalany perth tanan,
Menibuk idiribag hemuingk inanteriaberkombanynya
ini cayam, pemeran, dan walana periktanan
Duh oogan bagi segala apaya yang sab dan wajar untuk
dapat meningkathan belanja por kapita. periktanan
nanional dengan membuka peliang bagi beberapa
inetituad tertenta untuk beriktan secara penuh atau
pun terbatan
Anonianl Pendulung
Vara pengurun punat atag PimMpinan dati berbagai
cvostasl alad lembaga telah meratitikast dan Mmenyepakati
diberlokukannya HPL ink, Mereka adalah
1
AMET (Anoniani Verusahaan Media Luar geiya
Indonesia)
APT (Anoniani Verusahaan Vengiklan Indonesia)
ASTINDO (Anontani Pemrakaria dan Penyantun tklan
Indonesia)
ATVLI (Anontani ‘Televiai Lokal Indonesia)
AIVSI (Anontant Televini Swanta Indonesia)
GPBSI (¢ vabunyan Perusahaan Bioskop Indonesia)
PPUL (Versatuan Verunahaan Periklanan Indonesia)
VRSSNI (Versatuan Radio Siaran Swasta Nasional
148a
Indones enerbit Suratkabar)
ia)
5 kat P
ps Ger isi Republik Indonesia)
9 ralev!
yayasan Telev
i
selain para asosiasi. atau lembaga pengemban
: 1 EPI juga mendapat masukan dari Komisi
tersebu Indonesia, Badan Pengawas Obat dan
Penyiara® International Advertising Association, serta
Makanen i dalam dan luar negeri yang terkait. EPI ini
nee bagi pihak-pihak lain yang ingin secara resmi
Me asi pernyataan tertulis - menjadi pengemban, atau
pendukungnya-
Pose Pl ini mengukuhkan adanya kepedulian yang
setara pada industri periklanan, antara keharusan untuk
melindungikonsumen atau masyarakat, dengan keharusan
untuk dapat melindungi para pelaku periklanan agar
dapat berprofesi dan berusaha - dan memperoleh imbalan
dari profesi atau usaha tersebut - secara wajar.
Sepanjang yang menyangkut periklanan, EPI
ini menjadi induk yang memayungi semua standar
etika periklanan intern yang terdapat pada kode etik
masing-masing asosiasi atau lembaga pengemban dan
pendukungnya. Dokumen-dokumen kode etik dimaksud
antara lain:
a. Pedoman Prilaku Televisi Indonesia - ATVSI
b. Standar Profesional Radio Siaran - PRSSNI
c. Standar Perusahaan Periklanan Indonesia - PPPI
d. Kode Etik Periklanan Suratkabar — SPS
Pijakan Awal
EPI mengakui bahwa periklanan adalah juga profesi
dan bisnis kepercayaan, sehingga seharusnyalah ia sarat
dengan kandungan nilai-nilai batiniah. Karena itu, dalam
149-
Wty er a
aah MOWATT
sepa?
a tagnienabant Vall La eile toredat
rgakan YANG . a ayrennnnguanld patel eth vite Hanya
’ atau
Venton atl
ANY MANERA HeCany
honed eatiy
hn penktanan
pe
“ dan tahur senate tanta
ROTEL 6 seeker Ap Wenn kena Pelaky
atanan etka
Fpnakan vetish Wenabathan
vail “avant vay, BOHATAE MA Ai tina
ala ae
&
nh Agart fap Demat secata sehat dan
: , cdapat hutuay
perkiant
“ dak dimaksudhan UANUK Mengponer
N telah tui
coh
angawat kepada: pihak lain
LAAWRUNYN
sip Swakramawt
ms ery usunan dan penegakan etika periklanan yang
dalam EPL dilakukan sejalan dengan. Prinsip
sip swakramawi (si! fon) yang dianut oleh
b anan secant universal, Prinsip prinsip
pore mujukan bahwa suatu etika periklanan
akan lebih efektih justru: kalau ia disusun, disepakati,
fs ditegakkan oleh para pelakunya sendiri, Prinsip
but juga mengakui bahwa meskipun telah disusun,
at dan ditegakkan oleh para pelakunya sendiri,
saan tetap terbuka kemunghinan ada saat-saat ia Kurang,
i akan, Karena ity dipertukan Upaya terus-menerus
untuk menyosialisasikan dan Mengkoordinasikan gerak
skah negakkannya oleh segenap komponen industri
Pengaruh Globalisasi
Secara keseluruhan, EPI
menerjemahKan kompleksitas - ekonomi, gaya hidup, dan
ae - as terkait dengan Slobalisasi beserta seluruh
a lan camel Pemasaran, Selain itu, terdapat dua
8 St yang muncul akibat globalisasi yang dapat
juga telah mencoba
150rektif etka, yaitu
alam komunikasi pemasaran juga
amya sikap individualis
tatanan etika
” pers
wae d
‘at mendorong kian mencu
un serilaku materialis Karena itu
on Pc anding dalam EPL int bukan sekadar harus
oe atau pun pelengkap tatanan
yatanan moral
in haruslah juga benar-benar mampu
nv kehidupan
pi samping itu, dari pengalaman di banyak negara
gisimpulkan pahwa upaya untuk melindungi budaya
akan jauh lebih efektit jika dilakukan dengan juga
berdayakan pelaku dan industri periklanan
dibandingkan dengan hanya menangkis
atau pun memberi perlindungan.
reradt
sku name
hu
menjadi tatandl
1d
mem
sendin.
serangan
kepedulian Utama
Dalam hal etika profesi, kepedulian EPI adalah
cemata-mata pada isi dan metode penyebarluasan pesan
periklanan kepada masyarakat, bukan pada unsur-unsur
efektivitas, estetika dan seleranya. Dalam etika usaha, EPI
hanya mengatur praktek usaha para pelaku periklanan
dalam memanfaatkan ruang dan waktu iklan yang adil
be semua pihak, dan dalam saling berhubungan, bukan
dalam kegiatan wi i
on ‘ee a perniagaan antar mereka sendiri,
Lembaga Penegak
ve ssosias pendukung menyepakati untuk
‘taper, i nea EPI ini melalui lembaga Badan
dilea raangan tr yang merupakan lembaga tetap
Kelombayeans im ewan Periklanan Indonesia (DPI).
iii te ou ini sendiri berbentuk federasi
Rincian med . an semua asosiasi pendukung EPI
bagian lant dan tugas Badan ini terdapat ada
uku ini. Rujukan juga diperoleh "tar
151pengalaman lembaga-lembaga Penegak etika .
j 1
dalam menangani kasus-kasus selama ini, by lana,
“Susny,
dari:
Badan Musyawarah Etika (BME) yan
* ktural De Perikig oe UPakan
lembaga_ struktura wan Periklanan Indone.
Sia
DPD
b. ee Pengawas Periklanan (BPP) Ppp]
EPI banyak memperoleh bahan dari "Diskusi Besar
Etika Periklanan (DB:EP) yang diselengyarkan oleh
Komisi Periklanan Indonesia (KPI) - sekaran 8 Dewan
Periklanan Indonesia (DPI) - dan dilaksanakan di
Jakarta, pada 27 - 28 Juni 2002.
Khusus yang menyangkut periklanan politik, telah
dilakukan juga rujuk-silang dengan hasil-hasil "Dikusi
Besar: Iklan Politik” (DB:IP) yang berlangsung di Jakarta
pada tanggal 13 Mei 2004, dan diprakarsai oleh PPP.
Diskusi ini selain menampilkan pembicara dari praktisi
periklanan dan pakar komunikasi pemasaran, juga dari
wakil-wakil masyarakat, Komisi Pemilihan Umum (KPU),
Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu), dan
Dewan Perwakilan Rakyat RI (DPR-RI).
‘N