You are on page 1of 39
@ AKADEMI ILMU PENGETAHUAN INDONESIA SG Poadicu AIPI ISSN: 2087-8419 Penerbit Pelindung Ketua Akademi thm Pengetahuan Indonesia, Pengarah Badan Pekerja Akademi tlm Pengetabuan Indonesia Penanggung Jawab Sekretaris Jenderal Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia Sidang Penyunting Penyunting Penyelia Bambang Hidayat Penyunting ‘Saswinadi Sasmojo Thee Kian Wie Washington P. Napitupul ‘Tjahjono D, Gondhowiardjo Penyunting Pelaksana Mien A. Rifai Pelaksana Sekretariat Indonesia Akademi tmu — Pengetahuan Pendukung, Para Asisten Profesional Para Staf Sekretariat Akademi Iinu Pengetahuan Indonesia ‘Tujuan dan Cakupan Podium AIPI merupakan organ resint Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIP), memuat tulisan ilmuwan (scientists), pandit (scholars), pakar (experts), dan cerdik cendekiawan Iain Indonesia, Setiap tulisan disusun dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dan mengupas —pelbagai—gatra penguasaan, pengembangan, pemanfaatan, dan pemajuan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan Tekayasa, seita seni. Sesuai dengan visi dan misi AIPI setiap tulisan hendaklah bersifat visioner, konseptual, berkearifim, serius, -menyajikan analisis dan sintesis yang berbobot, ilmiah, dan knits, seria mencerminkan kebijakan yang, tidak ferikat waktu dan bukan eksekusi bitokrasi yang aku, Selain tulisan lengkap, Podium AIP memuat pula ‘surat-surat’ yang _berisi pendangan, pengamatan, pengalaman, rekaman, dan saran urun rembuk seputar keilmuan, yang semuanya harus ringkas dan padat Serta imuarakan ke arah pencapaian tujuan, peran, tugas pokok, dan fungsi AIPL seperti digariskan Undang-Undang tentang AIPI, Obituari tokoh ilmuwan dan pandit, timbangan buku. imiah baru, dan tinjavan kritis bergagasan yang memperbincangkan persoalan aktual (terutama tas undangan) akan dimuat pula sebagai ppantulan perkembangan Kemajuan penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan pengetahuan, imu, teknologi, dan seni mutakhir. Kecuali dinyatakan lain, pendapat yang dimuat dalam Podium — AIP sepenubnya merupakan petnyalaan pengarangnya, dan tidak selalu mencerminkan pandangan Akademi Tlmu Pengetahuan Indonesia. Sema tulisan dalam odin AIP] werupakan ranak publik yang tidak ihakeiptakan schingga dapat dikutip, diperbanyak, atau disebariuaskan secara sebagian atau Keseluruhannya dengan menyebut sumbernya sesuai dengan kode etik ikmiah yang berlaku, Pengelolaan Podium AIP! merupakan berkala yang pemuatan artikelnya ditelaah oleh mitra bebestari secara anonim, dikelola di bawah asuhan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan iterbitkan oleh Sekretariat Akademi tlmu Pengetahuan Indonesia Ketersediaan Podium AIPI diterbitkan empat kali setahun (November, Februari, Mei, Agustus) dengan empat nomor merupakan satu ji disebarluaskan secara cuma-cuma kepada para pemangku amanat kepentingan (stakeholders) ‘AIPI, yaitu pranaia dan masyarakat pelaku pengetahuan, imu, teknologi, rekayasa, dan seni Alamat penyunting Sidang Penyunting Podium AI? ‘Akademi nu Pengetahan indonesia Kompleks Perkantoran Menko Polhukam Jalan Merdeka Barat 1, Jakarta Pusat 10110 Telefon/Faks:021-3442319 E-mail sipi@dne ne id Sambutan Penerbitan Perdana Podium AIPI Berdasarkan data yang dihimpun PDII-LIPI, sekarang sudah terdaftar sckitar 3600 berkala yang diterbitkan oleh pelbagai perguruan tinggi, badan penelitian dan pengembangan, serta lembaga ilmiah lainnya di Indonesia. Melihat jumlah yang secara nasional dapat dikatakan terlalu besar itu, akan diperlukan suatu penjelasan untuk membenarkan keputusan Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia buat menerbitkan sebuah berkala ilmiah baru, Has penilikan sepintas terhadap berkala-berkala ilmiah yang ada tadi menunjukkan, bahwa hampir semuanya hanya menyajikan artikel berdasarkan hasil Kegiatan penelitian dan kajian ataupun telaahan empirik untuk meningkatkan penguasaan, pengembangan, dan pemanfaatan pengetahuan, ilmu, teknologi, dan rekayasa, serta seni. Dengan demikian kupasan filsafati yang bersifat visioner, konseptual, berkearifan, serta serius menyajikan analisis dan sintesis yang berbobot dan kritis belum terwadahi secara khusus dan optimum, Untuk mengisi kekosongan yang dirasakan inilah dihadirkan Podium AIPI, dengan tujuan menampung karya ilmuwan Indonesia yang berisi hasil renungan, buah pemikiran, dan gagasan orisinil yang dapat disumbangkan dalam upaya memajukan ilmu guna meningkatkan kesejahteraan rakyat dan mencerdaskan kehidupan bangsa seperti diamanatkan oleh UUD 1945. Sesuai dengan visi dan misi Akademi IImu Pengetahuan Indonesia, Podium AIPI memang dimaksudkan untuk memuat tulisan yang dapat mencerminkan kebijakan ilmu yang tidak terikat waktu dan bukan cksckusi birokrasi yang kak, Untuk itu, fungsi Podium AIPI sebagai berkala ilmiah sedapat-dapatnya akan disesuaikan dengan kata-kata Henry Oldenburgh, sekretaris Royal Society Inggris dan editor berkala The Philosophical Transaction of the Royal Society—jurnal ilmiah pertama atau tertua di dunia yang sintas (survive) dan bertahan sampai sekarang sejak pemunculan perdananya pada tanggal 6 Maret 1665—yang dengan tegas menyatakan bahwa “. . . We must be very careful of registering . . . as well as the person and time of any new matter , .. as well as the matter itselfe; whereby the honour of ye invention will be inviolably preserved to all posterity . . .. All ingenious men will be thereby ‘encouraged /o impart their knowledge and discoveryes . ... I should not neglect the opportunity of having some of my memoirs preserv’d, by being incorporated into a collection, that is like to be as lasting as usefull . ... The Philosophical Transaction of the Royal Society shouid be licensed under the charter by the Council of the Society, being first reviewed by some of the members of the same ” [Tetjemahan bebasnya kira-kira: ‘Kita harus bersungguh hati untuk meregistrasi pengungkapan baik orang maupun waktu . . . dan juga ‘sesuatu’ itu sendiri; dengan demikian kepemilikan perekaciptaan akan dihormati tanpa dapat diganggu gugat selama-lamanya .. .. Oleh karena itu semua cerdik pandai digalakkan untuk mengumumkan pengetahuan dan temuan-temuannys . . .. Saya tidak akan melewatkan kesempatan agar sebagian pengalaman kecendekiaan saya dilestarikan, dimasukkan dalam koleksi yang diperkirakan dipertahankan selama berguna The Philosophical Transaction of the Royal Society hendaklah diberi hak pengakuan berdasarkan piagam majelis perhimpunan, sesudah ditelaah oleh beberapa ilmuwan anggotanya . . ..”] Sejalan dengan itu, maka dengan menerbitkan tulisan-tulisan ilmiah dalam berkala baru ini Akademi IImu Pengetahuan Indonesia melalui Podium AIPI akan ikut berperan merekam adanya ilmuwan Indonesia yang berkarya beserta bukti hasil kecendekiaannya, menvertifikasi kelaikan terbit substansi karyanya tadi setelah diseleksi melalui sistem penelaahan olch mitra bebestari (review by peer group system), lalu mendiseminasikannya secara luas kepada masyarakat, dan kemudian mengarsipkan kesemuanya, Pada kesempatan ini kami mengundang para cerdik pandai Indonesia sebagai bagian budayawan bangsanya untuk mencrbitkan buah pemikiran kegiatan kecendekiannya dalam Podium AIPI, schingga secara nyata akan ikut berperan dan memiliki saham bermakna dalam memajukan budaya dan peradaban bangsa kita yang tercinta. Jakarta, 30 November 2010 Prof. dr. Sangkot Marzuki, A.M. Ph.D., D.Sc. Ketua Akademi IImu Pengetahuan Indonesia Pociium AIPt No, 1 (1) Novernber 2010 Bencana Alam dan Tanggung Jawab Ilmuwan John A, Katil Akademi IImu Pengetahuan Indonesia, Jakarta Abstrak John A. Katili. 2010. Bencana alam dan tanggung jawab ilmuwan. Podium AIPI 1(1): 2-8— Berdasarkan catatan sejarah, macam, kedahsyatan, dan dampak bencana alam pada kehidupan dan kesejahteraan manusia disajikan. Dalam enam dasawarsa terakhir, hampir satu setengah juta jiwa manusia melayang dankerugian ekonomi mendekati satu triliun dolar Amerika Serikattelah diakibatkan oleh pelbagai musibah alam. Penerapan ilmu dan teknologi untuk menghindari, mengurangi, atau memitigasi bencana alam sangat ditekankan, sehingga merupakan tanggung jawab ilmuwan untuk menyediakan data dan informasi serta dukungan yang diperlukan untuk memungkinkan pemerintah menggariskan kebijakan, merencanakan rencana tindak, dan mengambil keputusan yang tepat dan cepat. Disarankan agar kita meninggalkan kebijakan berdasarkan pendekatan “bantuan bagi korban bencana’ tetapi menggantinya dengan ‘penghindaran dan pengurangan bencana’ Abstract John A. Katili. 2010. Natural disaster and the responsibility of scientists. Podium AIPI \(1); 2-8.— Based on existing historical records, the kinds, magnitudes, and impacts of natural disasters all over the world are presented. It is shown that in the past six decades, close to one and a half million human lifes perished and an economic lost of about 900 billion US dollars were caused by natural disasters. The application of science and technology in avoiding, minimizing, or mitigating natural disasters is strongly recommended, so that it becomes the responsibility of scientists to provide the needed data and information as well as support to enable the Indonesian government in outlining the policy, in formulating plan of actions, and in making the appropriate timely decision. It is suggested that the approach of the problems should be shifted from ‘assisting the disasters victims’ into a strategy on how to ‘avoid and minimize or mitigate natural disasters’. Ietusan gunung-gunung api yang diikuti oleh pembentukan kaldera berupa basin yang beberapa kali lebih luas daripada kawah yang Latar Belakang Sejarah Dalam perjalanan sejarah umat mam yang panjang, beberapa bencana alam dahsyat yang terjadi telah meninggalkan kenangan pahit yang tak mudah terlupakan dalam ingatan orang. Dua kali dalam abad XIX orang mencatat bencana alam berskala global di Indonesia sebagai akibat letusan gunung api yang sangat hebatnya. Dunia memang — menyaksikan pengaruh merusakkan yang luar biasa dari Poctum AIP! No. 1 (1) November 2010, normal. Letusan paroksismal pertama terjadi pada tahun 1815 ketika Gunung Tambora di Sumbawa meletus serta langsung menewaskan 10 000 orang, yang disusul oleh kematian lebih dari 80 000 orang karena paceklik (famine) yang diakibatkannya kemudian, serta menghilangnya sebuah kerajaan berikut kebudayaan dan peradaban setempat di sana, Letusan mahadahsyat Gunung, Krakatau yang terjadi pada tahun 1883, yang melontarkan 18 km’ bahan volkanik dan diikuti oleh runtuhnya —sepotong-demi-sepotong —tubuh gunung ke dalam rongga magma, adalah fenomena geologi biasa tetapi merupakan kejadian sangat jarang bagi sejarah manusia, Sebagaimana diketahui, selama kataklisme 36 000 orang telah tenggelam di sepanjang pantai Lampung (Sumatra Selatan) dan Banten (Jawa Barat) Karena dihanyutkan oleh gelombang pasang atau tsunami yang terjadi sebagai akibat, ambruknya kompleks volkaniknya. Orang- orang Australia yang berada4800km dari tempat kejadian dapat mendengar letusan dahsyat itu seperti bunyi ledakan meriam. Gelombang kejutnya menggetarkan pintu dan jendela di seantero pedalaman Jawa Barat dan direkam oleh barograf di seluruh dunia, Para pakar ‘memperkirakan bahwa energi yang tersimpan dalam bahan yang terlontar oleh letusan gunung itu hampir menyamai energi 5000 megaton bom hidrogen, walaupun hanya 5% dari energi termal Krakatau yang terkonversikan ke dalam energi mekanis, sedangkan pelepasannya terlaksana sehari penuh. Sudah lebih dari seabad orang di Indonesia selalu bertanya-tanya, “Apakah ‘malapetaka serupa akan terjadi lagi, dan jika demikian halnya kapan dan di mana alam akan ‘mengulangi kedahsyatan bencananya? Apakah Gunung Tambora dan Gunung Krakatau akan meletus lagi dengan kehebatan serupa?” Dalam abad XX Gunung Merapi ti Jawa ‘Tengah dan Gunung Kelud di Jawa Timur menewaskan 10 000 orang yang diakibatkan oleh aliran piroklastik dan lumpur panas yang, dikenal orang setempat sebagai lahar. Dalam Jetusannyayang terjadi pada tahun 1963 Gunung Agung di Bali menewaskan 1500 orang karena aliran piroklastik tadi. Aliran piroklastik dan Jumpur panas serupa yang berasal dari letusan Gunung Pelee dan Gunung Ruiz di Amerika Latin telah pula menelan koran sebanyak 80 000 orang. Tidak hanya gunung api yang dapat ‘menimbulkan malapetaka dahsyat. Patahan atau sesar lawan arus pada pelataran benua yang jauh dati zona subduksi dapat pula menyebabkan terjadinya gempa bumi berdampak dahsyat. Kejadiannya dicontohkan oleh gempa besar berkekuatan 8 R.S. yang pada tahun 1976 melulublantakkan Tangshan di Cina dengan memakan korban jiwa 250 000 orang tewas. Pada tanggal 8 Oktober 2005 suatu gempa berkekuatan 7.6 R.S. menimpa daerah Kashmir yang dikelola Pakistan. Episentrumnya berkedalaman 26 km dan terletak sekitar 19\km timur laut Muzaffarabad ibu kota wilayah itu. Gempa yang kedahsyatannya menyamai gempa yang melanda Quetta di tahun 1935 itu, menyebabkan kerusakan luar biasa di daerah Juas serta langsunig menewaskan sekitar 60 000 orang. Karena daerahnya bergunung-gunung, bala bantuan sulit dikirim apalagi jalan-jalan menujukesana menjadi terputus oleh banyaknya tanah longsor. Sekitar 3 juta orang terkena dampak tidak Jangsung gempa itu, sedangkan Kerugian materi yang ditimbulkannya diduga ‘mencapai milyaran dolar Amerika. Pada tanggal 26 Desember 2004 sebuah gempa berkekuatan 9.0 R.S. menghantam daerah sebelah barat Sumatra Utara yang lalu menimbulkan tsunami sangat —dahsyatnya dengan jangkauan sangat luasnya sehingga menewaskan sekitar 250 000 orang di Indonesia (terutama Aceh), Sri Lanka, Thailand, dan Malaysia, Badai juga merupakan bencana alam yang dampaknya dapat mendatangkan kematian dan kerusakan besar yang sangat merugikan, Pada tanggal 29 Agustus 2005, misalnya, badai Karina melanda pantai selatan Amerika Serikat, yang ‘menurut taksiran para pakar merupakan bencana alam paling merugikan dalam sejarah negara adidaya tersebut. Ribuan orang. dilaporkan meninggal dan taksiran kerugian materi yang diakibatkannya melebihi 100 milyar dollar Amerika, Badai Katrina memberikan pelajaran sangat berharga pada kita, Karena negara seperkasa Amerika Serikat yang sangat kuat secara ekonomi, ilmu, dan teknologi ternyata dibuat tidak berdaya sehingga tidak dapat segera mengakomodasi bencana alam yang tiba-tiba ‘melandanya tersebut Podium AIP No. 1 (1) November 2010 i Macam-Macam Bencana Alam Utama Sebagaimana diketahui bencana alam sering membawaakibat berupa malapetaka yang amat merusakkan, Penderitaan berlarut-larut dapat melanda masyarakat banyak, kerugian ekonomi berskala besar sering ditimbulkannya, dan kerusakan lingkungan tak terpulihkan adakalanya terjadi, sehingga secara langsung bencana alam dapat _mengancam sintasan (survival) atau Keberlangsungan keberadaan umat manusia di muka bumi. Secara umum perlu. pula ditambahkan bahwa pengaruh bencana alam yang sama kekuatannya dapat menimbulkan kerugian lebih besar di negara berkembang dibandingkan dengan di negara maju. Berdasarkan berbagai dampak yang diakibatkannya tadi, terdapat beberapa macam bencana alam yaitu_gempa bumi (termasuk tsunami), badai (topan, puting beliung), banjir, dan letusan gunung serta bencana geologi lainnya, Tabel 1 memperlihatkan tingginya frekuensi serta besarya kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh gempa, badai, dan banjir. Gempa dan badai merupakan bencana alam yang paling besar meminta korban jiwa yang tewas. Tabel itu juga menunjukkan bahwa gempa, badai, dan banjir merupakan tiga bencana utama yang amat menonjol akibatan dan dampaknya. “Tube! |. Macam bencana,frkunsi kcban wa, du Kerugian ekonomi yang dakibakannya Frekuensi | Kerben Jina | Kerugian Ekonomi Genpa bum 29% ae 3% Bash 385% 456 8% Bonjir 27% 1% 30% Gunung ap) 66 1% 1% Di beberapa negara, bencana yang diakibatkan oleh gunung api dapat menyamai kepentingan gempa dan badai. Di Indonesia, misalnya, terdapat 129 gunung api yang aktif sehingga bencana yang ditimbulkannya terhitung sering kejadiannya. Di Filipina, Selandia Baru, daerah-daerah Mediterania dan Karibia bencana gunung api dan gempa sering berasal dari zona subduksi. i Podium AIPI No. 1 (1) Novernber 2010 Pengumpulan beberapa angka statistika ‘menunjukkan bahwa dari tahun 1950 sampai tahun 1999korban jiwamanusiayangmeninggal sebagai akibat langsung bencana alam utama mencapai 1 400 000 orang, sedangkan kerugian ekonomi yang diakibatkannya ditaksir berjumlah US $ 760 milyar. Penerapan IImu dan Teknologi dalam Menghindari, Mengurangi dan Memitigasi Bencana Sejak semula, kemajuan _penelitian dan pengembangan ilmu dan teknologi yang dihasilkan dalam berbagai disiplin ilmu telah dicoba untuk dimanfaatkan guna menghindari, mengurangi, atau memitigasi bencana. Mitigasi bencana secara ilmiah merupakan gagasan paling berhasil dalam mencoba mengelola bencana alam secara modem. Misalnya, pemantauan, peramalan, dan mitigasi bencana yang diakibatkan oleh gunung api di Indonesia ‘elah lama dilakukan secara bertaatasas. Sebagai akibatnya, antara tahun 1970 dan 2000 hanya 350 orang yang meninggal karena bencana Ietusan gunung api, berkat tersedianya data dan informasi sangat bermanfaat yang dihasilkan dari kegiatan teratur pemantauan, peramalan, dan sistem mitigasi yang dilakukan oleh Badan Vulkanologi Indonesia. Begitu pula, ratusan ribu orang telah terselamatkan jiwanya dari ancaman bahaya meletusnya gunung-gunung api nusantara seperti Gunung Una-Una, Gunung. Galunggung, Gunung Banda Api, Gunung Soputan, Gunung Awu, Gunung Karangetan, Gunung Merapi, dan Gunung Kelud. Pengalaman dari tragedi tsunami Samudra Hindia yang melanda daerah Aceh beberapa waktu yang lalu menunjukkan bahwa kekuatan atau daya hancur gempa berskala 9.0 R.S. begitu hebat sehingga umat manusia tidak berdaya untuk menghadapi bencana yang sedemikian dahsyatnya, Karena jarangnya kejadian tsunami di Samudra Hindia, sistem peringatan dini belum dipasang di daerah- daerah pesisir sepanjang pantainya, yang menyulitkan penyediaan informasi untuk mengeluarkan peringatan awal. Pada pihak lain disadari bahwa waktu untuk peringatan dini tsunami sangatlah pendek, antara 30 menit, sampai 3 jam, sehingga diperlukan sistem kontingensi yang cepat untuk menanggapi keadaan darurat yang mungkin dihadapi, Pada pihak lain kawasan yang berpotensi memicu tsunami di negara berkembang di sekeliling Samudra Hindia sangatlah luasnya. Ketiadaan rencana pengembangan penanganan yang diperlukan, berikut ketiadaan rencana tindakan pengurangan bencana di daerah rawan bencana, semakin diperparah keadaannya oleh kenyataan bahwa penduduk di negara sedang bekembang umumnya memiliki kesadaran rendah terhadap penghindaran dan pengurangan bencana, Pengalaman dari Papua Nugini dalam upaya meningkatkan kesadaran penduduk terhadap bahaya tsunami mungkin dapat dijadikan pelajaran, Pada tahun 1998 suatu gempa bumi berkekuatan 7.0 R.S. yang episentrumnya terletak 30 km dari pantai barat laut pulau melanda Papua Nugini, Segera sesudah itu, suatu tsunami besar menghantam desa-desa pantai di daerah Aitape sehingga menewaskan 2600 orang penduduk, Sebelum itu Papua Nugini sudah pernah mengalami hantaman tsunami tetapi pelajaran kejadian ini tidak diteruskan oleh orang-orang tua kepada generasi yang lebih muda. Sebagai akibatnya penduduk masa kini tidak punya pengetahuan banyak tentang ancaman gilasan gelombang besar yang berdampak jauh ke darat itu, Berdasarkan permintaan pemerintah Papua Nugini, Asian Disaster Reduction Centre bekerja sama dengan Universitas Papua ‘Nugini dan Universitas Tohoku (Jepang) mulai menyampaikan pengalaman masa lalu yang sudah dipelajari bangsa Jepang tentang tsunami kepada penduduk setempat. Poster dan pamflet berisi gambar-gambar dan foto diproduksi oleh pakar-pakar berkeahlian khusus untuk penduduk Papua Nigini, lalu disebarluaskan melalui jaringan lembaga swadaya masyarakat seperti Perhimpunan Palang Merah Papua Nugini, Penduduk di seluruh daerah segera belajar bahwa mereka harus mengungsi ke daerah yang lebih tinggi begitu ada gempa yang mungkin diikuti oleh tsunami. Pada tahun 2000 memang terjadi gempa berkekuatan 8.0 R.S. i daerah tersebut. Sekalipun tsunami yang mengikutinya menghancurkan ribuan rumah, tak seorang pun penduduk yang meninggal dunia, Kali ini, berbeda dengan peristiwa Tsunami Aitape 1998, tak seorang pun yang berani berdiri di pantai untuk menyaksikan gejolak aneh air laut sesudah terjadinya gempa. Ini merupakan contoh keberhasilan kampanye untuk meningkatkan kesadaran rakyat banyak akan bahaya ancaman tsunami. Amat disayangkan bahwa — sampai sekarang belum ada sistem pemantauan seismik yang efektif di Indonesia untuk secara tepat menentukan letak, kedalaman, dan kedahsyatan gempa bumi. Sebenarnya sistem pemantauan gempa yang banyak dan tersebar luas sangat dibutuhkan untuk peringatan dini, terutama untuk mencakup daerah berpenduduk padat. Sebagai perbandingan, di kawasan Kalifornia selatan, misalnya, orang memasang 150 seismograf berpita lebar bersama sejumlah sama seismograf bergerak kuat untuk meningkatkan keamanan kota-kota besar di kawasan pantai sekitar Zona Sesar San Andreas tersebut. Jika peringatan dini gagal dan suatu bencana berlangsung, maka masalah penting yang harus dipecahkan adalah pendistribusian secara ilmiah sumber daya__penolong dan penyelamat untuk memungkinkan terlaksananya peringanan penderitaan akibat bencana. Menentukan lokasi, asal, waktu, dan kehebatan gempa secepat-cepatnya dapat memberikan informasi dasar untuk penelaahan risiko seismik (seperti pengaruh amplifikasi tanah, dan daya tahan gempa gedung-gedung) untuk menaksir persebaran bencana. Jaringan seismograf bergerak kuat dapat memberikan informasi tentang luas persebaran guncangan tanah sebagai data dasar yang bermanfaat bagi pengelola bencana gempa. Podium API No. 1(1)November 2010 EI Tanggung Jawab Ilmuwan, Lembaga Ilmiah, dan Pranata Pendidikan Sebagai bagian dari pembuat budaya dan peradabanbangsanya, ilmuwan(besertalembaga ilmiah dan pranata pendidikan) memikul tanggung jawab untuk selalu. menghasilkan ilmu yang kemudian dikembangkan menjadi teknologi yang dapat dimanfaatkan untuk mengurangi bencana alam secara_ ilmiah, sehingga memungkinkan _tersusunnya pegangan praktis untuk memitigasi bencana. Perkembangan cepat ilmu dan teknologi modern memang telah menyediakan sarana ‘guna penanganan kegiatan untuk menghindari dan mengurangi dampak bencana alam. Amat disayangkan bahwa beberapa hasil yang dicapai ilmu dan teknologi yang seharusnya sudah diterapkan dalam mengelola bencana belum ditransformasi_ menjadi kemampuan untuk peningkatan pengurangan bencana, Lagipula, beberapa pendekatan ilmu dan teknologi yang telah berhasil diterapkan secara Iuas di negara maju jarang sekali dipergunakan di negara berkembang. Penggalakan penerapan ilmu dan teknologi modern yang telah tersedia—seperti Global Positioning System (GPS), Geographical Information System (GIS), jaringan komputer, dan sistem informasi berkecepatan tinggi— akan menduakalikan hasil untuk setengah usaha yang dilakukan, Secara bertingkat tanggung _jawab ilmuwan dan lembaga ilmiah dapat diperinci ke dalam beberapa tahap. Tahap_persiapan ‘merupakan tanggung jawab pertama, antara lain meliputi pendekatan kepada kalangan tinggi eksekutif dan legislatif untuk menyiapkan undang-undang bencana, dan memastikan tersusunnya peraturan terkait penanganan penghindaran dan pengurangan bencana, beserta evaluasi risiko bencana. Menjadi tanggung jawab ilmuwan pula untuk terus-menerus mengembangkan teknologi dan metode baru untuk meramal dan memprakirakan bencana, serta pada waktunya menawarkan peramalan dan prakiraan bencana secara tepat. Untuk itu EB ocium AIPI No. 1 (1) Novernber 2010 akan diperlukan penyusunan sistem ilmiah ‘modern mitigasi bencana. [muwan harus pula terus menyusun kriteria penaksiran bencana dan ikut aktif dalam kegiatan penaksiran bencana, serta berperan nyata dalam memformulasi rencana darurat penanganan bencana Terkait dengan pelaksanaan —tahap persiapan ini adalah pemahaman_ tentang kegiatan penelitian dasar terpadu yang dicakup oleh penghindaran dan mitigasi bencana alam, antara lain: mekanisme dan evolusi risiko/ bencana yang disebutkan dalam ilmu-iimu tradisional terkait; penelitian bencana alam yang terkait pada ilmu-ilmu sistem kebumian; bencana alam dan pembangunan; bencana alam, ekologi, dan lingkungan; projek pengurangan bencana alam dan penelitian pengurangan bencana keinsinyuran; rencana pengurangan bencana alam dan penelitian segi hukumnya; penelitian asuransi bencana alam. ‘Tanggung jawab ilmuwan kedua meliputi Kegiatan dalam tahap tanggapan’ terhadap penghindaran dan pengurangan bencana. Untuk itu dengan menggunakan sistem ilmiah modern tentang penghindaran dan pengurangan bencana alam, ilmuwan mengikuti jejak, memantau, memperingatkan, menganalisis, dan menaksir kecondongan serta perkembangan situasi bencana. Imuwan harus pula menyediakan data, informasi, dan dukungan bagi pemerintah untuk memungkinkannya menggariskan kebijakan, memformulasikan rencana, dan mengambil keputusan tepat yang diperlukan. Iimuwan juga dimintai_—_tanggung jawabnya dalam tahap pemulihan dan pembangunan kembali setiap —_kegiatan penghindaran dan pengurangan bencana alam. Untuk itu ilmuwan diharapkan menyediakan landasan ilmiah bagi kegiatan program pemulihan dan pembangunan —_kembali, membantu pengembangan rancana pemulihan dan pembangunan kembali, memperkenalkan teknologi baru dan menawarkan bimbingan teknologi bagi pelaksanaan —pemulihan dan pembangunan kembali yang sedang dikerjakan. Saran Kepada Pemerintah dalam Menangani Penghindaran dan Mitigasi Bencana Alam Tentunya semua pihak sepakat bahwa sangat diperlukan adanya satu unit penghindaran dan mitigasi bencana alam yang” berwibawa dan berwewenang penuh yang didukung oleh sistem ilmiah dan teknologi. Penghindaran dan pengurangan bencana yang terintegrasi harus digalakkan. Jika memungkinkan rupanya perlu dibentuk suatu panitia ilmuwan terkemuka pakar bencana alam yang langsung berkiprah di bawah pejabat tertinggi pemerintahan. Kesadaran untuk hidup bersama secara harmonis antara alam dan manusia_perlu digalakkan, sehingga akan memungkinkan tumbuhnya kemauan melestarikan lingkungan, melindungi keanekaragaman segala macam dan bentuk makhluk hidup dan lingkungannya, dan Keinginan memperkecil kejadian atau dampak bencana alam. Kebijakan pembangunan ekonomi dan sosiologi yang berkelanjutan perlu dipegang eguh, schingga dalam memecahkan masalah akan selalu dilakukan dengan berpandangan jauh ke depan untuk menghidari bencana lebih was. Dengan demikian dalam menangani kegiatan penghindaran dan mitigasi bencana akan lebih banyak perhatian yang diberikan kepada masyarakat minoritas seperti orang miskin, kaum tua, wanita, anak-anak, dan penyandang cacat. Pemerintah —pusat_ dan daerah harus memiliki rencana __penghindaran dan pengurangan bencana alam, dan mengkoordinasinya dengan ——_rencana pembangunan ekonomi dan sosial yang disesuaikan dengan keadaan alam dan sosial setempat. Untuk itu satuan dan organisasi penanganan bencana alam yang —mapan perlu dibentuk, dan adanya investasi dalam penghindaran dan pengurangan beneana harus dipastikan, Pemerintah pusat dan daerah harus menyiapkan rencanapenghindaran dan pengurangan bencana yang disesuaikan dengan keadaan tahap penguasaan ilmiahnya serta Kemampuannya untuk memitigasi_bencana, dan bilamana mungkin selalu memperkuat dan menyempurnakannya dari waktu ke waktu. Peraturan perundang-undangan pengu- rangan bencana yang ada perlu diperkuat, Iengkap dengan perangkat petunjuk pelak- sanaannya, Pejabat_pemerintah hendaklah meng- hindari kegiatan untuk menyampaikan ramalan dan prakiraan spesifik bencana alam kepada Khalayak ramai, untuk menghindari kepanikan umum. Informasi seperti itu hanya layak disampaikan kepada pihak-pihak tertentu (seperti rumah sakit, pemadam kebakaran, petugas keamanan) untuk mengoptimumkan persiapan pelayanan mereka dalam menghadapi keadaan darurat. Pada pihak lain, Karena masyarakat umum merupakan kelompok yang paling vital dalam setiap penanganan —bencana alam, maka pemerintah berkewajiban untuk: menggalang keikutsertaan aktif penduduk demi keberhasilan setiap upaya penghindaran dan Pengurangan bencana; menyadarkan rakyat untuk selalu menaati peraturan dan perundang- undangan terkait dengan penghindaran dan pengurangan bencana; mengajak masyarakat untuk giat mengikuti pelatihan dan pendidikan umum Jainnya dalam upaya penghindaran dan Pengurangan bencana; mengajak rakyat banyak agar menjauhi daerah bahaya, ikut menjaga keselamatan jiwadan harta benda, dan sebisanya ikut membantu upaya pemberian pertolongan pada korban bencana; menyadarkan rakyat akan keperluannya untuk ikut berperan dalam kegiatan pemulihan dan pembangunan kembali daerah sesudah terjadinya bencana. Kata-Kata Penutup Agaknyasudah tiba saatnyabagi Indonesia untuk meninggalkan kebijakan yang selama ini diberlakukan berdasarkan pendekatan “bantuan, bagi korban bencana’ dan menggantinya dengan strategi ‘penghindaran dan pengurangan beneana’. Disadari bahwa ini akan memerlukan kemauan politik dari pemerintah, Mungkin sudah waktunya pula untuk ‘membentuk suatu organisasi penghindaran dan Podium AIPI No. 1(1) November 2010, 9 surveilan bencana yang kuat dan berwibawa di setiap daerah rawan bencana. Untuk Indonesia, adanya suatu panitia pakar terkemuka tentang bencana alam yang berkiprah langsung di bawah kepala negara dirasakan sangat diperlukan, Negara-negara sedang berkembang perlu melengkapi stasiun pemantauan bencananya dengan peralatan seismograf modem yang ‘mampu menentukan episentrum gempa. Untuk daerah Indonesia yang luasnya menyamai Eropa akan diperlukan 3 — 5 seismograf berpita lebar dengan 3 komponen sistem seismik yang mampu mengukur kisaran frekuensi dari 0 sampai 10 - 100 Hz. Peramalan gempa bumi umumnya belum dijadikan prioritas karena mekanisme timbulnya gempa dalam waktu, tempat, dan kedahsyatan yang merupakan inti permasalahan prediksi gempa belum sepenuhnya dimengerti secara ilmiah. Sekalipun demikian, untuk memitigasi gempa diperlukan kerja sama yang intensif antara lembaga pemerintah, perencana lingkungan, arsitek, insinyur sipil, ahli-ahli geologi, seismologi, sosiologi dan pakar ekonomi. Untuk menjamin terlaksananya tindakan preventif, investasi sumber daya manusia dan sektor finansial —sangatlah

You might also like