You are on page 1of 295
Enlightening Parenting Mengasuh Pribadi Tangguh, Menjelang Generasi Gemilang nt Ronny Gunarto eJuliana Dewi Kartikawati e Dini Swastiana e Novi Arryadi Novita Sakundarini eYuni Kurniah e Sandra Sukriya e Sutedja E. Saputra Mira Soneta e Chita Harahap « Gita Djambek e IImia Lasmita Aifan Yudhatama e Melati M. Putri Endorsement “Benarlah yang dikatakan banyak orang bahwa menjadi orangtua adalah pekerjaan paling penting di dunia namun paling tidak dipersi- apkan. Kita mendalami sekitar 4-5 tahun di perguruan tinggi, bahkan kadang lebih, untuk memahami bagaimana menjadi arsitek, dokter, ahli hukum, dan lainnya. Namun, untuk menjadi orangtua sering kali tidak dipikirkan bagaimana mempersiapkannya, bagaimana jenjang pendidikannya. Untuk bekerja beberapa jam di kantor, kita membutuhkan pen- didikan yang cukup lama. Lalu, bagaimana dengan persiapan untuk menjalani 24 jam kehidupan kita sebagai orangtua? Jarang orang memikirkannya. Akibatnya, banyak terjadi kekeliruan dalam mendidik anak, Wajar jika kriminalitas pada remaja terus meningkat, baik da- lam kuantitas maupun kualitasnya, sebagaimana yang sering tersaji di berbagai media massa. Tidak sedikit pasangan yang mendidik anak secara terjun bebas tanpa ilmu dan persiapan. Sebagaimana saat akan membuat rumah perlu rancangan atau blue print yang disepakati oleh suami-istri, demikian juga dalam membangun anak, orangtua atau suami-istri harus memiliki konsep dan rancangan yang jelas dan kemudian mengaplikasikannya. Banyaknya orangtua yang mengalami kekhawatiran dan rasa bersalah akibat kekeliruan dalam menerapkan pola asuh, mengin- spirasi para ahli untuk merumuskan berbagai teknik pengasuhan dan pendidikan anak. Buku ini merupakan racikan seorang ahli yang telah menerapkan dan mengajarkan berbagai strategi dalam mendi- dik anak tanpa kekerasan maupun kemarahan. Kelebihan buku ini adalah disertai aplikasi langsung dari para kontributor yang telah sukses menerapkannya sehingga akan mudah dipelajari pembaca. Yang terpenting, meskipun teknik dan metode yang digunakan bera- gam, falsafahnya bersumber dari Alquran dan hadis. Dengan mem- baca buku ini, insyaallah akan mengasah kecerdasan spiritual dan emosional sehingga Anda akan menjadi orangtua yang makin bijak.” Ary Ginanjar Agustian, Founder ESQ “Buku ini benar-benar memberikan pencerahan untuk Anda para orangtua maupun calon orangtua yang ingin bersungguh-sungguh menjadi penjaga amanah-Nya. Dalam buku ini kita diajari satu hal yang sangat mendasar yaitu "for things to change, | must change first". Apabila kita ingin anak-anak kita berubah ke arah yang lebih baik, kita sebagai orangtua harus berubah terlebih dahulu. Karena anak- anak mungkin bisa salah memahami perkataan kita, tapi mereka tidak pernah salah dalam meng-copy.” Septi Peni Wulandani, Founder Institut Ibu Profesional “Banyak cara untuk membuat buah hati kita menjadi tangguh. Salah satunya adalah komunikasi yang canggih untuk berbagai karakter anak. Bacalah buku ini sehingga kita dapat memberikan stimulasi yang tepat! Enlightening Parenting membantu kita, para orangtua, agar dapat secara efektif menyampaikan ‘pesan’ dengan nada yang kalem. Buku ini menginspirasi kita untuk dapat berkomunikasi dengan nyaman dengan anak, yang pada akhirnya membuat anak Anda merespons dengan kalimat ‘manis' pula. Buku ini membentuk kita menjadi orangtua yang memiliki sikap positive parenting, sehingga bisa mene- rapkan disiplin yang efektif dan interaktif serta menyenangkan antara orangtua dan anak. Selamat membaca!” Ir. Shahnaz Haque Ramadhan, Program TVRI “Buah Hatiku Sayang” “Buku yang ditulis dan disunting oleh Okina Fitriani ini berisi pela- jaran sederhana menggunakan berbagai pendekatan psikologi dalam kehidupan sehari-hari yang penuh onak dan duri. Buku ini terutama ditujukan kepada para ayah dan ibu yang menghadapi persoalan dalam mendidik anak-anak mereka. Dalam buku ini, para ayah dan ibu memberikan testimoni bahwa beberapa teknik yang diajarkan Okina bermanfaat untuk menyelesaikan berbagai persoalan dengan anak-anak mereka. Mereka menulis apa saja yang dipelajari selama pelatihan di bawah bimbingan Okina. Dengan sendirinya buku ini la- yak dan perlu dibaca oleh orangtua, terutama para ibu untuk belajar berubah, sehingga anak-anak mereka pun pada akhirnya bersedia berubah. Kehidupan keluarga menjadi lebih sejahtera.” Prof. J.£. Prawitasari, Ph.D., Psikolog Klinis Senior osama Sas ue Enlightening Parenting Mengasuh Pribadi Tangguh, Menjelang Generasi Gemilang Okina Fitriani Ronny Gunarto eJuliana Dewi Kartikawati e Dini Swastiana e Novi Arryadi Novita Sakundarini eYuni Kurniah e Sandra Sukriya e Sutedja E. Saputra Mira Soneta e Chita Harahap e Gita Djambek e IImia Lasmita Alfan Yudhatama e Melati M. Putri © 2017, Okina Fitriani The Secret of Enlightening Parenting Mengasuh Pribadi Tangguh, Menjelang Generasi Gemilang Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang mereproduksi atau memperbanyak seluruh maupun sebagian dari buku ini dalam bentuk atau cara apa pun tanpa izin tertulis dari penerbit Editor: Tim Redaksi Proofreader: Tim Redaksi Pewajah isi: Nurhasanah Ridwan Desainer sampul: Landi Achmad PT SERAMBI ILMU SEMESTA Jin, Pertanian Ill No.58 Pasar Minggy, Jakarta Selatan 12510 www.serambi.co.id; info@serambi.co.id Cetakan V: 2020 Cetakan IV: 2019 Cetakan Ill: 2018 Cetakan Il: 2018 Cetakan |: 2017 ISBN: 978-602-290-078-8 ISBN Digital: 978-602-290-092-4, DAFTAR ISI BAGIAN PERTAMA: ENLIGHTENING PARENTING A: Anakku Tamu Istimewa dari Tuhanku 1. Prinsip Pengasuhan a. Manusia Lahir Fitrah, Yaitu Membawa Potensi baik b. Tugas Orangtua Menjadi Teladan, Mengingatkan dan Memperbaiki c. Konsisten-Kongruen, Sabar dan Kasih Sayang sebagai Jalan . Benih-Benih Pohon Ketaatan a. Bersyukur b. Meningkat c. Bermanfaat . Setiap Perkataan adalah Doa dan Perilaku Menguatkannya . Kesalahan-Kesalahan Pengasuhan a. Tidak Membiasakan Mengambil Tanggung Jawab b. Menanamkan Keyakinan yang Salah c. Berbohong d. Labeling e. Pelit Melakukan Empat Hal Ajaib 13 18 19 20 21 21 23 25 26 27 28 f 8. h. i. j. k. Fokus pada Kekurangan, Suka Mencela, Doyan Mengeluh Ancaman Kosong Suka Menakut-nakuti Disuapi Solusi Pembiaran Fokus pada Dunia B: Tiap Tahap Ada Manfaat, Tiap Langkah Perlu Optimal 1. Tahap Perkembangan Anak a. b. c d. Tahap Sensori Tahap Bahasa Tahap Logika Tahap Interaksi 2. Proses Pembentukan Karakter a. w Lingkungan b. Perilaku c. Kapabilitas d. e f. Nilai-Nilai dan Keyakinan . Identitas Spiritual . Indra, Jendela Pemprosesan Informasi C: Kekuatan Lima Pilar = a. b. . Selesaikan Emosi Mengelola Emosi sendiri Mengelola Emosi Anak 2. Fokus Pada Tujuan a. b. e we The Secret Merancang Visi-Misi Keluarga Membangun Kebiasaan Hidup dengan Niat Tujuan yang Menggerakkan Tindakan of Enlightening Parenting 31 33 35 36 37 38 40 4 43 45 45 47 48 48 49 49 49 50 51 59 60 60 7” 71 72 74 74 3. Membangun Kedekatan (Rapport) 76 a. Fokus pada Hal Baik 76 b. Ikuti Nada Suara 76 c. Ungkapkan Emosi dengan Benar aa d. Gorilla Unconditional Love 77 e. Aku Hanya Untukmu WL f. Mendengarkan dengan Tulus 78 4. Ketajaman Indra 78 5. Fleksibel Dalam Tindakan 80 D: Tujuh Kunci Komunikasi Suami Istri 81 1. Kesamaan Visi dan Misi 84 2. Komitmen (Konsisten & Kongruen) 86 a. Kepuasan 87 b. Kualitas Opsi yang Ada 88 c. Investasi (Hal yang Dimiliki Bersama) 89 3. Sinergi 90 4. Respek dan Apresiasi 93 5. Kemesraan 96 6. Tumbuh Bersama Menjadi Lebih Baik 98 7. Kepercayaan dan Keterbukaan 99 £: Strategi Pemprograman Bawah Sadar 102 1. Jenis Pemprograman 102 a. Mempersiapkan Filter 102 b. Mengisi 102 c. Mengganti dan Mengoreksi 103 2. Metode Instalasi 103 a. Jadilah Role Model 104 b. Memanfaatkan Kejadian (Moment Utilization) 104 Deftar ist wt c. Metafora 106 d. Afirmasi 107 e. Sentuhan Rasa 107 f. Menembus Bawah Sadar 107 g. Briefing dan Role Playing 108 F Komunikasi yang Mencerahkan im 1. Pola Bahasa Persuasif 111 a. Satu Tujuan Banyak Pilihan (Using “Choice” to Reach Your Goal) 112 b. Visualisasikan Hasil yang Diinginkan 113 c. Positif Alternatif 113 d. Menyisipkan “Setelah” dan “Sementara” 115 e. Bertanya, Bukan Memerintah 115 f, Letakkan Makna 116 g. Menggunakan Rujukan liz, 2. Membimbing Menuju Solusi 118 a. Proses Membimbing untuk Mengatasi Keluhan dan Masalah 119 BAGIAN KEDUA: KISAH-KISAH INSPIRATIF 131 Lebih Bijak Membina Keluarga Setelah Mengenal Enlightening Parenting 2X Juliana Dewi Kartikawati 133 Mengubah Pandangan untuk Mendapatkan Respon Anak yang Berbeda 2S Dini Swastiana 150 Konsultasi ke Dokter Jadi Bebas Hambatan S Alfan Yudhatama 161 vii The Secret of Enlightening Pareatiog Mendidik Anak adalah Mendidik Diri % Novita Sakundarini Enlightened Dad, Enlightened Family 2S Novi Arryadi Komunikasi Persuasif dengan Anak & Yuni Kurniah Romantisme Menyusui 2 Sandra Sukriya Berubah itu Mengubah A Sutedja E. Saputra 163 172 180 194 201 Berani Mengkritik Diri, Berani Menaklukkan Ego A Mira Soneta Ketika Berhijab menjadi Sebuah Pilihan Diri A Chita Harahap Bagai Tempat Pengolahan Limbah A Gita Djambek Ketika Hati Bicara A mia Lasmita Pentingnya IImu dan Menentukan Tujuan Melati M. Puteri Epilog Referensi Tentang Penulis 210 225 233 241 260 265 269 273 Daftar it PERINGATAN BAG] PEMBACA Hati-hati kecanduan ilmu! Kisah-kisah inspirasional di buku akan memberikan panduan yang memudahkan kehidupan Anda. Anda akan dibawa kepada kisah-kisah menakjubkan para ayah dan ibu yang penuh semangat memberikan pengasuhan terba- ik bagi putra-putri mereka. Para ayah dan ibu yang tidak malu mengakui bahwa siapa pun kita mungkin pernah melakukan kesalahan di masa lalu dan bersedia membuat perbaikan. Tuhan cinta kepada orang yang pernah salah namun segera menyadarinya dan memperbaiki diri. Buku ini mempunyai risiko membuat Anda kecanduan ingin belajar dan mempraktikkan lebih banyak lagi berdasarkan kisah-kisah yang dicontohkan secara terperinci. Di buku ini Anda akan menemukan dua bagian uta- ma dan epilog. Bagian Pertama menyajikan konsep dasar yang memberikan gambaran menyeluruh mengenai prin- sip-prinsip pengasuhan, metode, dan teknik. Sementara itu, Bagian Kedua berisi kumpulan kisah inspirasional, berupa pengalaman praktik para penulis beserta hasil- nya. Para pemilik kisah inspirasional ini adalah ayah dan ibu tangguh yang tersebar di berbagai kota lintas nega- ra. Jika pada buku-buku parenting lainnya Anda disuguhi teori-teori ideal yang membuat Anda terpuruk dalam rasa bersalah, buku ini tidak demikian. Buku ini tidak berhenti pada teori saja, tetapi juga menawarkan solusi yang gam- blang dan mudah diterapkan. Buku ini lahir dari kepedulian para peserta training Enlightening Parenting terhadap permasalahan pengasuhan anak. Para penulis kisah inspirasional yang merupakan jantung buku ini membagikan pengalaman mereka serta menjadi saksi bahwa berubah itu mudah, dan mereka te- lah menuai hasil dari perubahan itu. Tuhan tidak menyia- nyiakan usaha hamba-Nya. Dasar utama penulisan buku ini adalah Alquran, hadis, dan sirah yang dipadukan dengan berbagai teori serta teknik dalam psikologi yaitu Psikologi Perkembangan, Psi- kologi Kognitif, Psikologi Positif, Neuroscience dan Neuro- Linguistic Programming (NLP). Jika selama ini teknik-teknik yang diajarkan di buku ini menjadi kajian eksklusif dan mahal di bidang /eaderships, marketing dan pemberdayaan diri yang hanya dimiliki pesohor dunia, olahragawan kelas dunia, psikolog, pa- kar-pakar komunikasi, pemimpin negara dan perusahaan, maka dalam buku ini, teknik-teknik ini dikemas dan disa- jikan dalam bahasa yang sederhana serta aplikatif dalam ruang lingkup parenting. Meskipun berdasarkan Alquran, buku ini tidak hanya sesuai bagi keluarga muslim, tetapi juga bagi keluarga dari berbagai latar belakang berbagai agama karena nilai-nilai yang terkandung di buku ini me- rupakan kebenaran universal. Terbukti pula bahwa peser- ta training Enlightening Parenting tidak hanya datang dari keluarga muslim, tetapi juga dari berbagai agama bahkan bangsa seperti Arab, Eropa, Amerika Latin, Filipina, dan India. Alhamdulillah, puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rida dan kasih sayang-Nya sehingga buku xi The Secret of Enlightening Parenting ini terwujud. Salawat dan salam kepada Rasulullah SAW. Melalui beliau, kami mendapatkan pelajaran dan meng- ambil hikmah yang digunakan sebagai dasar-dasar peng- asuhan dalam buku ini. Apresiasi dan terima kasih kami kepada pasangan kami, anak-anak kami, guru-guru kami atas dukungannya. Dan tidak kalah penting adalah ucapan terima kasih kepada penerbit, editor, dan seluruh pihak yang tidak bisa kami sebutkan satu per satu. Keuntungan penjualan buku ini telah diikrarkan bersa- ma oleh para penulis untuk disumbangkan kepada dunia pendidikan anak dan kaum duafa di Tanah Air sebagai tanda cinta kami kepada tanah kelahiran, meskipun saat ini para penulis sebagian tidak tinggal di Indonesia. Melalui buku ini, kami menyilakan Anda memetik man- faat dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Bagaimana proses parenting dapat dilakukan tanpa suara melengking, mendidik tidak mendadak, mengubah tujuan pengasuhan dari “nafsu untuk dituruti’ menjadi “sesuai perintah Pemilik Diri’. Dengan demikian kehidupan kelu- arga Anda akan menjadi lebih indah, mudah, dan berkah. Semoga dengan semangat pengasuhan yang bermuara pada kebenaran dari Yang Mahabenar dan berlandaskan kasih sayang dari Yang Maha Penyayang, akan tumbuh generasi-generasi yang berakhlak mulia dan menyejukkan sehingga kelak menjadi pemimpin-pemimpin penggerak kebaikan. Salam Enlightening Parenting, Okina Fitriani & para penulis Peringaton Bagi Pershace a BAGIAN PERTAMA ANAKKU TAMU ISTIMEWA DARI TUHANKU Anak .... Hampir setiap orang yang sudah memiliki anak, jika diminta membuat daftar orang-orang yang paling penting dalam hidupnya, akan memasukkan anak ke dalam daftar tersebut. Mungkin bukan yang tertinggi, tetapi termasuk dalam kategori penting. Secara normatif demikian adanya. Tetapi, apakah benar dalam kenyataannya? Mari kita cermati dan bandingkan. Jika kita mendapat tugas memimpin sebuah perusa- haan, sebuah organisasi, atau sebuah proyek penting, apa yang akan kita lakukan? Bukankah kita akan menyu- sun visi dan misi yang tertulis dengan jelas? Menentukan target-target pencapaian, mengevaluasi hasilnya dalam rapat kerja yang terjadwal? Membuat catatan evaluasi atas hal-hal yang perlu diperbaiki? Berdebar-debar menunggu hasil evaluasi kinerja dari pihak-pihak yang terlibat? Mem- persiapkan strategi komunikasi terbaik dan hal-hal penting lainnya? Semuanya dilakukan sedetail mungkin, sebaik mungkin. Bahkan jika kita merasa kurang mampu, kita ©—______ Kesungguhan tecermin dari seberapa besar daya upaya kita menyempurnakan ikhtiar, bukan sekadar seberapa sering kita memikirkannya. akan mempersiapkan serangkaian pelatihan demi menca- pai hasil yang maksimal. Lalu, apakah yang sudah kita lakukan ketika Tuhan memberikan tugas penting kepada kita sebagai pemimpin bagi anak-anak kita? Sudahkah kita memiliki visi dan misi yang jelas dan tersosialisasikan pada seluruh anggota keluarga? Adakah catatan pencapaian? Sudahkah meng- evaluasi hal-hal yang perlu diperbaiki? Apakah sudah de- ngan sungguh-sungguh mendesain strategi komunikasi yang efektif untuk menanamkan nilai-nilai baik pada anak- anak, menambah ilmu yang diperlukan atau paling tidak memiliki jadwal pertemuan keluarga untuk mendapatkan umpan balik dan membahas isu-isu yang dianggap penting oleh setiap anggota keluarga? Jika setiap tahun para ayah atau ibu yang bekerja berdebar-debar menunggu hasil evaluasi kinerja, apakah juga secara berkala menanyakan harapan dan penilaian anak terhadap dirinya? Begitu ba- nyak harapan ayah ibu kepada anak. Berharap anak tum- buh cerdas, sehat, hebat, saleh dan salihah, namun kerap kali lupa bertanya, apa harapan anak-anak terhadap kita. Tidak sedikit anak yang hanya mendapatkan sisa-sisa tenaga ayah ibunya karena mereka seharian telah sibuk dengan kegiatan mencari nafkah. Atau, peran sebagai orangtua hanya dianggap sebagai kegiatan rutin apabila ayah atau ibu tinggal di rumah. Jadi, apakah sudah sung- The Secret of Enlightening Parenting guh-sungguh selaras antara pernyataan kita bahwa anak adalah bagian dari sosok penting dalam kehidupan kita dengan perbuatan kita senyatanya? Anak hadir melalui proses diundang oleh kedua orang- tuanya, dan ketika Tuhan menghendaki, hadirlah ia, se- berapa pun keras usaha Anda untuk mendapatkannya maupun mencegahnya. Maka, selayaknya, sebagai tamu istimewa yang kehadirannya menjadi sebuah assignment dari Tuhan, perlu usaha istimewa pula untuk melaksa- nakan tugas ini. Sehingga kelak ketika kinerja kita dinilai dalam pengadilan tertinggi yang akan dipimpin langsung oleh Yang Maha Memberi Tugas, kita bisa mempertang- gungjawabkan. Apakah kita telah berusaha melaksanakan tugas ini sebaik mungkin atau tidak. jika umumnya tamu hanya tinggal di rumah Anda dalam waktu beberapa hari dan Anda kemudian dapat bernapas lega saat melepaskannya di depan pintu rumah Anda, tamu istimewa ini agak berbeda. Mereka bisa ting- gal belasan bahkan puluhan tahun bersama Anda. Berat? Bisa jadi. Lelah? Sudah tentu. Kabar baiknya, tamu inilah kelak yang bisa menjadi penolong Anda di depan pengadilan-Nya, mengaliri Anda dengan amal tak terputus, bahkan bisa menghadiahi Anda mahkota di surga seperti yang telah dijanjikan Tuhan. O—_—_—“— Anak adalah tamu istimewa yang kita undang untuk hadir dalam kehidupan kita atas kehendak dan persetujuan Tuhan. Arakka Tors istirmewa dari Tuhanka 5 1. Prinsip Pengasuhan POTENSI! BAIK (FITRAH) Leo Suis KASIH SAYANG C7 ENT Leet te - TELADAN - MENGINGATKAN - MEMPERBAIKI Gambar 4. Prinsip Dasar Pengasuhan a. Manusia Lahir Fitrah, Yaitu Membawa Potensi Baik Manusia lahir dengan fitrah, yaitu suci dan berpotensi baik. Manusia lahir bukanlah sebagai kertas putih, Tuhan telah membekali dengan potensi-potensi baik, ibarat gawai yang telah dilengkapi dengan aplikasi-aplikasi canggih. Se- lain itu, Tuhan juga telah menjadikan otak manusia dileng- kapi dengan bagian yang tidak dimiliki oleh makhluk mana pun yaitu Pre-Frontal Cortex (PFC). PFC memiliki fungsi luhur akal budi, kemampuan berbahasa, merencanakan, memecahkan masalah, pengambilan keputusan dan fungsi kontrol. Inilah lagi-lagi bukti bahwa manusia diciptakan Tuhan sebagai sebaik-baik penciptaan. Maka tugas orang- tua untuk menjaga potensi baik anak agar tetap baik atau mengupayakannya agar menjadi lebih baik ini, sesungguh- nya telah dimudahkan oleh Tuhan, tetapi malah banyak orangtua yang justru abai atau bahkan merusaknya. 6 The Secret of Enlightening Parenting Apa saja potensi baik yang perlu dijaga dan diupa- yakan untuk menjadi lebih baik? Dari berbagai rujukan, paling tidak, ada tujuh fitrah atau potensi dasar manusia. Mungkin masih ada lagi, tetapi penulis hanya berpegang pada konsep yang memiliki dalil dan rujukan riset ilmiah yang jelas. Mal BELAJAR SEKSUALITAS rae Dr oy NZ] Gambar 2. Potensi Baik Manusia a.1 Fitrah Iman Pintu utama potensi baik adalah percaya kepada Tuhan. Setiap insan lahir dengan keadaan telah bersaksi pada keesaan Tuhan. Kesaksian atas Keesaan Tuhan adalah dasar dari te- gaknya iman. Melalui iman yang sifatnya potensial inilah, anak memerlukan contoh teladan agar potensinya me- wujud menjadi nyata. Wujud nyata potensi iman adalah ketaatan hingga terjaga untuk mempertahankan sifat dan perilaku yang sesuai dengan yang diperintahkan Tuhan serta menghindari sifat dan perilaku yang dilarang Tuhan. Adak Tarn istievewa dari Tuharka 7 o—_____ Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari tulang punggung mereka dan Dia mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka, “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul, kami menjadi saksi.” Supaya di hari kiamat kamu tidak mengatakan, “Sesungguhnya kami lalai dari ini.” (Al-A’raf: 172) a.2 Bertahan Hidup Manusia dikaruniai peranti dasar untuk bertahan hidup dan respons mempertahankan diri dari kondisi yang mem- bahayakan. Inisiasi dini untuk menyusu pada bayi yang baru saja lahir adalah bukti konkret dari potensi ini. Bayi lahir dibekali Tuhan dengan berbagai macam refleks untuk bertahan hidup seperti refleks mengisap, refleks meng- genggam, refleks berenang, refleks menjerit ketika lapar dan lain-lain (Hoffman, Paris & Hall, 1994). Tidak hanya bertahan hidup, anak-anak juga memiliki sistem respons terhadap rasa cukup yang baik (Sears & Sears, 1993). Bayi dan anak-anak akan segera menutup mulut jika merasa cukup kenyang, namun sering kali alarm rasa cukup ini dirusak oleh orangtua dengan memaksanya menghabiskan makanan meskipun sudah kenyang. a.3 Belajar Hingga Piawai Setiap anak adalah pembelajar tangguh sejati yang pan- tang menyerah. Terbukti ketika anak baru belajar berjalan, meski berkali-kali jatuh dan terantuk, berkali-kali pula ia akan berusaha bangun, berdiri dan mencoba berjalan 8 The Secret of Enlightening Parenting kembali. Demikian juga ketika anak mengajukan perta- nyaan terus-menerus sampai paham dan hafal. Tidak ada anak yang tidak suka belajar kecuali ketika fitrahnya te- lah terkubur atau tersimpangkan. Annie M. Paul dalam bukunya, Origins, menuliskan bahwa proses belajar telah bermula sejak dari kandungan. Potensi belajar hingga piawai inilah yang menjadikan anak aktif bergerak dan bereksplorasi, tetapi orangtua kadang justru lebih suka melihat anak-anaknya duduk tenang dengan cara diberi gawai atau diberi hukuman hingga akhirnya menjadi ma- nusia yang apatis. Padahal, aktivitas dan pengendalian diri anak bisa dikelola dengan metode briefing dan role playing yang akan dijelaskan di dalam bab lain di buku ini. a.4 Kasih Sayang Manusia lahir dengan fitrah kasih-sayang yaitu menya- yangi dan suka disayangi. Mari kita cermati anak-anak di awal usia kehidupannya. Ketika orangtuanya bersedih, ia akan berusaha untuk menghibur atau mengelus. Bayi menunjukkan ekspresi bahagia ketika dibelai atau disapa dengan suara lembut. Sebaliknya, akan menangis dan takut ketika mendengar suara keras atau ekspresi yang tidak menyenangkan. Dr. Kristin Neff, seorang professor di University of Texas telah melakukan studi bahwa kasih sayang berkaitan erat dengan hormone oksitosin yang telah diberikan kepada manusia sejak lahir. Hormon ini mengatur rasa saling percaya, ketenangan, rasa aman, keinginan untuk menolong, keterikatan, kehangatan, kasih sayang dan perhatian. a.5 Interaksi Setiap manusia dilahirkan makhluk individual sekaligus makhluk sosial yaitu saling bergantung dengan kehidupan Adakka Tarau istimewa dari Tuhanka 9 sekitarnya. Perhatikan bayi Anda, ia akan gembira ketika diajak berinteraksi dan sebaliknya, bersedih jika tidak ada yang menemani. Maka pada dasarnya setiap manusia bisa menjalin interaksi social dengan manusia lain serta makhluk hidup lain. Dari hasil interaksi inilah perilaku anak terben- tuk yaitu dengan meniru perilaku orang-orang di sekitarnya. Anak yang menarik diri, tidak mau bergaul dan berkomuni- kasi bisa dipastikan memiliki pengalaman yang dianggapnya tidak menyenangkan dari hasil interaksi sebelumnya atau mengalami gangguan tumbuh kembang tertentu. a.6 Fitrah Seksualitas Manusia dilahirkan dengan jenis kelamin lelaki atau pe- rempuan. Kelainan fungsi alat reproduksi yang bersifat biologis yang disebut interseks atau Ambigua Genitalia ada- lah kelainan yang bisa dikoreksi secara medis. Pada anak perempuan akan mewujud dalam bentuk fungsi mempro- duksi sel telur, mengandung, menyusui dan merawat. Pada anak lelaki mewujud dalam peran membuahi, melindungi dan menafkahi. Hal ini berkaitan juga dengan fitrah tang- gung jawab. Fitrah seksualitas tumbuh sempurna bersama melalui interaksi baik dengan ayah-ibunya maupun dengan sekitarnya sejak dalam kandungan hingga usia balig. <<< “Wahai manusia, bertakwalah kamu sekalian kepada Tuhanmu yang telah menjadikan kamu satu diri, lalu la jadikan dari dirinya jodohnya, kemudian Dia kembangbiakkan menjadi laki-laki dan perempuan yang banyak sekali.” ‘An-Nisaa [4]:1) »_"———_-® 1 The Secret of Enighteniag Parenting a.7 Tanggung Jawab Masih ingatkah ketika pertama kali anak memecahkan barang? Dengan jujur ia akan bercerita sambil berusaha membenahi. Namun, amarah yang membahana menja- dikan mereka berpikir, ternyata jujur itu berbahaya dan tanggung jawab tak dihargai. Hingga kemudian mereka memilih berbohong dan menyalahkan keadaan atau orang lain karena lebih menyelamatkan hati. Fitrah manusia ada- lah bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya dan laki-laki dilebihkan tanggung jawabnya daripada perempu- an dengan diberi tugas sebagai penjaga dan pemelihara (An Nisa: 34). b. Tugas Orangtua Menjadi Teladan, Mengingatkan dan Memperbaiki Meski manusia lahir telah membawa potensi-potensi baik. Potensi adalah kondisi laten yang memerlukan pengeta- huan dan latihan untuk menjadi kompetensi. Potensi baik memerlukan sarana untuk mewujud menjadi sifat, sikap dan perilaku agar berfungsi secara optimal. Baik ayah maupun ibu memiliki peran yang sama penting. Peran penting ibu tentu sudah banyak diketahui. Keterlibatan ibu pada umumnya telah terjadi secara na- tural. Namun, keterlibatan ayah juga tidak kalah penting. Berbagai penelitian menyebutkan bahwa keterlibatan ayah yang secara benar memegang prinsip pengasuhan akan meningkatkan kemampuan anak pada aspek kognisi, emosi, dan sosial. Aspek kognisi ditandai dengan kemam- puan akademis serta kemampuan menyelesaikan masa- lah (Yogman & Garfield, 2004), aspek kematangan emosi membuat anak tidak mudah depresi dan stres (Dubowitz, 2000 & Mischel, 1994), sedangkan aspek pemahaman so- Adakku Tare istirmewa davi Tuhooku 44 sial ditandai dengan sikap konsisten terhadap peraturan dan hubungan antarmanusia yang lebih baik (Grossman, 2002 & Barber, 2005). Demikian pula, di dalam Alquran terdapat lebih dari 12 ayat menyebutkan tentang peran ayah. Maka, baik ayah maupun ibu memiliki tiga tugas pen- ting untuk mewujudkan potensi ini menjadi kompetensi yang optimal melalui: b.1 Menjadi teladan Memberikan contoh nyata dari perilaku yang mencermin- kan tujuh potensi baik tersebut dan perilaku-perilaku lain sesuai dengan yang dikehendaki Tuhan agar bisa ditiru oleh anak. b.2 Mengingatkan Mengingatkan anak untuk tetap berpegang pada jalan yang dikehendaki Tuhan dengan cara mengenal, men- cintai, dan mematuhi Tuhan. Proses mengingatkan ini tidak semata-mata karena nafsu untuk dituruti oleh anak. Mengingatkan adalah menumbuhkan kembali kesadaran atas janji pada llahi sesuai dengan fitrah iman. b.3 Memperbaiki Memperbaiki artinya ketika anak melangkah di alur yang keliru, dengan segera anak dibimbing untuk kembali ke jalan yang lurus. Menjaga potensi baik bukan tugas yang mudah, apala- gi tugas ini langsung diberikan oleh Yang Memberi Hidup. Anda memerlukan tim yang solid dan berdedikasi. Jika pekerjaan di kantor yang menilai hasilnya adalah manu- sia, berapa kali lipat usaha yang harus Anda dedikasikan untuk tugas yang dinilai langsung oleh Tuhan? Tim yang 12 The Secret of Enlightening Parenting }--—_—_____——. Pengasuhan dimulai sejak mencari pasangan hidup, bahkan lebih jauh lagi sejak usia ketika manusia bisa mempertanggungjawabkan perbuatannya sendiri. Bagaimana jika terlambat? Seperti konsekuensi keterlambatan lainnya, perlu KEMAUAN untuk berusaha LEBIH keras dan lebih banyak agar tiba TEPAT pada waktunya. solid dimulai dari mencari pasangan hidup yang memiliki visi yang sama. Oleh karena itu sesungguhnya pengasuh- an bermula sejak merencanakan untuk memiliki pasangan hidup, bahkan lebih jauh lagi sejak kita menyadari tugas kita sebagai manusia. Lalu, bagaimana jika sudah telanjur? Pasangan sudah ada di sebelah Anda dan anak-anak su- dah tumbuh besar bahkan sudah remaja. Bukankah tidak ada kata terlambat untuk membuat perbaikan? Seperti ketika Anda terlambat memulai lomba lari, Anda harus berusaha lebih keras dan lebih banyak untuk sampai ke garis akhir tepat pada waktunya. ¢. Konsisten-Kongruen, Sabar dan Kasih Sayang sebagai Jalan ¢.1 Konsisten dan Kongruen Konsisten berarti teguh dan fokus pada tujuan, sedangkan kongruen bermakna selaras dan sebangun. Penggabungan dua kata sifat ini bermakna bahwa orangtua harus berpe- gang teguh pada tujuan utama untuk menjaga potensi Anakku Tors istirnewa davi Tuhacku 13 baik anak dengan cara menjadi teladan, senantiasa meng- ingatkan serta memperbaiki. Sebagai teladan, tentu sikap dan perilaku orangtua harus kongruen dengan nilai-nilai yang ditanamkan pada anak. Ketika Anda melarang anak-anak menonton tayang- an yang tidak mendidik di televisi, tentu Anda sendiri juga tidak boleh asyik menonton sinetron yang pesan moralnya kerap kali tidak baik itu. Ketika Anda meminta anak un- tuk membaca buku, tentu Anda juga harus menunjukkan minat kepada buku dan gemar membaca. Demikian pula ketika Anda menuntut anak bersikap santun, tentu tidak kongruen jika Anda suka berteriakteriak menyuruh anak. Konsisten bukan berarti kaku dan menggunakan cara yang itu-itu saja, melainkan juga kreatif menggunakan berbagai cara untuk mencapai suatu tujuan. Contoh kon- kretnya, jika Anda keluarga muslim, Anda diberi kesem- patan untuk mengajari anak salat dalam rentang waktu 7 ——_—_—— Jika Anda berteriak menyuruh anak untuk tidak berteriak, apa yang tengah Anda ajarkan? Jika Anda meminta anak bersabar dengan nada gertakan: “Sabar, dong, ah!”, apa yang tengah Anda contohkan? Jika Anda menasihati anak untuk pantang mengeluh sambil berkata, “Sampai capek ayah ibu menasihati kamu,” apa yang tengah Anda ajarkan? Banyak orangtua ingin anaknya sempurna, sementara dirinya lupa berkaca. ? The Secret of Enlightening Pareating hingga 10 tahun, dan baru diizinkan mengingatkan dengan pukulan pada usia 10 tahun. Artinya kita mempunyai masa: 5 waktu salat wajib dikalikan 3 tahun, dikalikan 365 hari, sama dengan 5.475 kali peluang untuk menerapkan lebih dari 5.000 strategi dan cara untuk menumbuhkan rasa cinta dan ketaatan beribadah sebelum diperbolehkan menghukum. Jika Anda sungguh-sungguh menggunakan 5.000 strategi yang berbeda untuk melatih dan membia- sakan anak beribadah, Anda tak perlu memukul, bahkan mungkin Anda yang diingatkan oleh anak-anak untuk ber- ibadah. c.2. Sabar Mendidik tidak mendadak. Banyak orang mengira bahwa sabar hanyalah sekadar menahan amarah. Lebih jauh dari itu, sabar juga berarti tidak tergesa-gesa dalam menjalani proses mendidik anak. Di zaman serbainstan ini, banyak orangtua juga ingin serbacepat jadi. Baru sebentar mengajar membaca, ingin anak langsung bisa baca dalam satu minggu. Baru melihat di televisi ada anak bisa menghafal Alquran, ingin anaknya langsung mau menghafal setelah diajak nonton televisi. Baru melihat anak tetangga pandai main piano, tampil di suatu acara dan mendapatkan sambutan meriah, lalu ber- harap anaknya juga bersemangat belajar piano seketika itu juga. Anak dituntut cepat mandiri, cepat bicara, cepat besar, cepat rajin beribadah, cepat pintar, cepat dewasa, dan cepat-cepat lainnya hingga jantung rasanya mau co- pot dari dada. Tidak jarang anak menjadi bahan eksploita- si untuk kepentingan orangtua, demi nama baik orangtua, atau agar dapat dibangga-banggakan di depan umum. Ketergesa-gesaan itu pulalah yang membuat orangtua se- ring, sengaja atau tidak, memaksakan kehendaknya pada Anakka Tara istirewa dari Tuhanku 15 anak. Mengedepankan nafsu ingin dituruti dan nafsu ingin cepat tercapai keinginannya. Kadang bahkan Tuhan hanya dijadikan alasan, “Ini kan perintah Tuhan. Ini wajib,” se- bagai pembenaran melemparkan ancaman dan tindakan kekerasan untuk menutupi ketidakmampuannya mengen- dalikan emosi. Nafsu dan ketergesa-gesaan ini membuat orangtua menggunakan cara-cara yang justru menimbul- kan kebencian dan antipati dalam diri anak. Mungkin ma- sih tidak terlalu parah jika objek kebencian anak adalah pelajaran sekolah yang dijejalkan dengan cara-cara yang keras, tetapi bayangkan jika objek kebencian anak adalah Tuhan yang digambarkan secara tidak proporsional oleh Para orangtua sebagai Zat yang hanya suka menghukum dan memasukkan dalam neraka. Orangtua lupa bahwa mengancam dengan neraka kepada anak yang belum usia balig adalah sebuah kebohongan, karena anak yang belum balig belum menanggung dosa. Menanamkan betapa Tuhan Maha Pengasih dan Pe- nyayang serta menanamkan ibadah adalah sebuah bentuk kecintaan, ketaatan, dan kebersyukuran. Hal itu justru akan memupuk rasa cinta yang mendalam dan kerinduan untuk selalu dekat kepada-Nya. Pada prinsipnya, menjaga potensi baik tentulah dengan cara yang baik. Melalui kasih sayang dan kesabaran, anak akan tum- buh menjadi pribadi yang jiwanya penuh cinta sehingga mudah untuk menyayangi. Menyayangi dirinya, menya- yangi sesama, menyayangi makhluk ciptaan Tuhan, dan yang terpenting mencintai Tuhannya. Anak yang pribadi dan jiwanya kering kasih sayang, hatinya akan menjadi keras, mudah putus asa, dan mendendam, sehingga ke- pandaian dan kesuksesan justru akan berpotensi menim- 16 The Secret of Enlightening Parenting bulkan kerusakan karena digunakan sebagai pelampiasan hatinya yang keras. Lalu apakah anak tidak boleh ditegur? Tidak boleh dihukum? Dibiarkan saja berbuat salah? Tentu saja tidak. Di bagian lain buku ini Anda juga ditunjukkan bagaimana menegur yang efektif. e——____—_ Orangtua lupa bahwa mengancam dengan neraka kepada anak yang belum usia balig adalah sebuah kebohongan, karena anak yang belum balig belum menanggung dosa. c.3. Kasih-Sayang Penelitian Martin Teicher (2014), associate professor bi- dang psikiatri di Harvard Medical School, mengenai sis- tem saraf pada bayi dan anak-anak membuktikan bahwa dalam otak bayi terdapat jutaan neuron yang belum ter- sambung. Suara keras serta perlakuan kasar dapat menye- babkan kerusakan sistem saraf yang setara dengan anak yang mendapatkan siksaan fisik dan pelecehan seksual. Hal yang kurang lebih sama diungkapkan oleh Rima Shore dalam bukunya yang berjudul Rethinking the Brain: New In- sights into Early Development. Luar biasanya, hal ini sudah diungkapkan empat belas abad yang lalu, bagaimana Nabi Muhammad SAW. mengingatkan seorang ibu yang secara kasar merenggut bayi dari gendongan Nabi lantaran si bayi buang air kecil dan membasahi pakaian beliau. Beliau menegur, “Pakaian yang basah ini dapat dibersihkan de- Anakka Tare istirsewa davi Tuhanka 17 ngan air. Tetapi apa yang dapat menghilangkan kekeruhan jiwa anak ini akibat renggutan yang kasar itu?” Dr. Abdullah Nashih Ulwan dalam bukunya yang ter- kenal, Tarbiyatul Aulad Fil Islam, juga menyebutkan bahwa kelembutan dan kasih sayang adalah dasar penanaman dan pembenahan akhlak anak. Banyak ayat dan hadis yang mengajarkan keutamaan kelembutan, berikut ini be- berapa di antaranya: v_ Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lembut- kanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Luqman: 19). vy Hendaklah kamu bersikap lembut, kasih sayang dan hindarilah sikap keras dan keji. (HR. Bukhari). y Sesungguhnya Rasulullah saw. berkata, “Wahai Aisyah, sesunguhnya Allah itu Maha Lembut dan mencintai kelembutan. Allah memberi kepada kelembutan hal- hal yang tidak diberikan kepada kekerasan dan sifat- sifat lainnya.” (HR. Bukhari, diriwayatkan oleh Aisyah). v Orang yang paling sempurna keimanannya adalah orang yang paling baik akhlaknya dan yang paling ramah kepada keluarganya. (HR. Ahmad). Apakah Anda menyadari bahwa kepada Firaun—ma- nusia paling zalim—saja Tuhan memerintahkan Nabi Musa as. dan Nabi Harun as. untuk menasihati dengan lemah lembut, lalu apakah pantas kepada anak, kita menasihati dengan nada tinggi dan kasar? Bukankah seburuk-buruk- nya suara adalah suara keledai? 2. Benih-Benih Pohon Ketaatan Seperti yang telah disebutkan pada bagian prinsip peng- asuhan, pintu utama potensi baik adalah percaya kepada 18 The Secret of Enlightening Parenting Tuhan atau iman. Melalui iman inilah muncul motivasi internal untuk menjaga sifat dan perilaku TAAT terhadap apa yang diperintahkan Tuhan, serta muncul kegelisahan ketika memiliki sifat dan perilaku yang dilarang Tuhan. Ibarat sebuah pohon, ketaatan perlu akar yang kokoh be- rupa rasa syukur sebagai landasan kuat dalam memaknai segala peristiwa yang dihadapi di dunia untuk terus tum- buh dan meningkat agar memberi manfaat baik bagi diri sendiri, orang lain dan alam semesta. Untuk menuju pada ketaatan yang dilandasi rasa cinta kepada Tuhan, maka benih-benih perlu disemai dan ditanamkan untuk meng- hasilkan pohon yang kuat melalui tiga nilai-nilai berikut ini: a. Bersyukur Syukur adalah kunci dari kesehatan mental, perisai dari kesombongan, dan penyelamat dari rasa rendah diri. Prof. Dr. Hamka dalam Tasfir Al-Azhar mengemukakan bahwa bersyukur adalah mempergunakan nikmat-nikmat Allah dengan sebaik-baiknya sehingga menjadi manusia yang bermanfaat. Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin berpendapat, syukur adalah derajat keempat yaitu derajat tertinggi akhlak ketika menerima kejadian yang dianggap tidak menyenangkan setelah marah, sabar, dan rida. Syu- kur adalah sumber motivasi yang memberikan harapan baik atas setiap kejadian. Bersyukur bukan hanya ketika mendapat nikmat melainkan juga ketika mengalami keja- dian-kejadian yang dianggap buruk oleh manusia. Bahkan Tuhan sendiri yang telah menjamin bahwa di balik kejadi- an yang dianggap buruk oleh manusia tersimpan kebaik- an. Di antaranya adalah v_ bersyukur ketika sakit karena di dalamnya ada dosa yang digugurkan Tuhan. Acakka Tara istirsewa dvi Tuhanku 19 v bersyukur atas perlakuan buruk orang lain karena di dalamnya ada peluang doa yang dikabulkan. Untuk pandai bersyukur diperlukan iman. Iman bahwa setiap peristiwa yang terjadi ada yang mengatur, dan da- lam mengatur setiap kejadian, Tuhan mendahulukan kasih dan sayang-Nya daripada marah-Nya. Karena itu, potensi baik terpenting yang perlu dijaga, dipelihara, dan dita- namkan kepada anak adalah iman dan kepekaan untuk selalu bersyukur. Ketika anak tumbuh dengan dibimbing untuk pandai bersyukur maka jiwanya akan kuat, tidak menjadi lemah hanya karena ejekan teman dan tidak mu- dah mengeluh. Bersyukur sekaligus menjauhkan dari rasa sombong sehingga tekun berusaha dan mudah merendah- kan kepala bersujud kepada-Nya. Meski bersyukur ketika menerima nikmat itu dianggap mudah, namun ternyata manusia sering kali mendustakan nikmat, sehingga syukur manusia sering dipertanyakan Tuhan. b. Meningkat Meningkat berarti terus bertumbuh menjadi lebih baik. Bertumbuh bukan untuk mengalahkan orang lain, melain- kan kemauan dan kemampuan untuk berbuat lebih baik daripada yang sudah pernah dilakukan dan mengalahkan kemalasan diri sendiri. Pemahaman bahwa hari ini harus diupayakan lebih baik daripada kemarin dan esok lebih baik daripada hari ini. Kemauan untuk bertumbuh dengan sendirinya akan menghasilkan pencapaian-pencapaian baik dan menumbuhkan keinginan untuk bersinergi karena tidak didasari oleh dorongan iri hati, dendam, dan nafsu untuk merendahkan orang lain. 2 The Secret of Enlightening Parenting c. Bermanfaat Inilah posisi tertinggi dari hasil pengasuhan dan pendidik- an yang berfokus pada penjagaan potensi baik. Bukankah sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain dan alam semesta? Menumbuhkan kemauan untuk berkontribusi dalam mengupayakan kebaikan dan menghilangkan keburukan ke dan dari diri manusia mau- pun alam semesta. Di sinilah fungsi manusia sebagai wakil Tuhan di atas muka bumi diwujudkan. Tentu semua itu dilakukan secara bertahap, dari sedi- kit menjadi banyak, dari kecil hingga dewasa, hingga ter- wujud pribadi-pribadi tangguh yang berkolaborasi menjadi gemilang. yarn BERMANFAAT Gambar 3. Nilai-Nilai yang Ditanamkan 3. Setiap Perkataan adalah Doa dan Perilaku Menguatkannya Kadang manusia memaknai doa secara sempit, mereka mengira doa hanyalah kata yang diucapkan saat tangan tengadah, kepala bersujud, atau kaki bersimpuh. Maka ‘Anakku Tors istienewa davi Tuhacku 24 tak heran meski di setiap awal pagi tangan tengadah dan berdoa: “Jadikanlah anakku anak yang menyejukkan,” te- tapi di sepanjang siang mengeluh, baik terucap maupun dalam hati, “Duh! Ini anak susah banget sih” atau “Kamu ngeyel banget sih, Nak” atau “Hiih! Susah deh Papa mi- kirin kamu!" Hasilnya, kesejukkan tak kunjung datang. Meski tiap malam memohon, “Ya Tuhan, jadikanlah aku orangtua yang sabar dalam mendidik anak-anak,” tetapi di sepanjang hari berkata pada diri sendiri bahkan mungkin pada orang lain, “Aku ini pemarah” atau “Aku kan nggak sabaran” atau “Susah mau jadi orang sabar”. Hasilnya, si sabar pun tak kunjung hadir. Mana yang Anda pilih: Menunggu datangnya si sabar baru kemudian tidak marah-marah, atau membiasakan berbicara lembut dan perlahan agar doa kita untuk menjadi sabar pantas dika- bulkan? Menunggu keajaiban anak berubah baru kemudian kita merasa sejuk atau memantaskan diri agar doa kita diperkenankan-Nya, yakni dengan menyejukkan hati dan membiasakan mengucapkan kalimat yang menyejukkan agar kesejukan itu ditiru anak-anak kita? Pantaskah doa diminta jika kita meyakini yang seba- liknya? Sangatlah penting menjaga keselarasan antara doa dan ucapan sehari-hari. Begitu pentingnya menjaga ucapan, dalam buku ini juga akan dijelaskan secara detail pola-pola bahasa yang memengaruhi pikiran. Kata-kata kita, baik yang kita ucap- kan pada diri sendiri maupun pada orang lain akan me- mengaruhi perilaku kita dan orang lain, dan akan mengha- silkan program bawah sadar yang berfungsi memproduksi perilaku-perilaku spontan. 22 The Secret of Enlightening Parenting O-——____—————— Kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. 4. Kesalahan-Kesalahan Pengasuhan Banyak calon orangtua tidak sungguh-sungguh belajar dan menambah ilmu untuk mempersiapkan diri menjadi ayah dan ibu. Kebanyakan hanya meniru kebiasaan-kebiasaan di sekitarnya atau bagaimana dulu orangtuanya memper- lakukan dirinya. Memang banyak hal baik yang bisa ditiru, tetapi seiring perubahan zaman, berubah pula tantangan pengasuhan kini dan masa depan. Berikut ini adalah beberapa kesalahan-kesalahan umum dalam pengasuhan yang sering kali dilakukan orangtua yang berakibat pada rusaknya fitrah anak. a. Tidak Membiasakan Mengambil Tanggung Jawab Mungkin Anda ingat, dahulu apabila seorang anak terjatuh dan menangis, ayah-ibu, kakek-nenek, atau pengasuhnya akan memukul lantai sambil berkata, “Nakal ya, lantainya! Bikin jatuh” atau “Ada kodok lewat ya, jadi jatuh.” Sekilas sepertinya ini lucu dan bisa menghibur anak agar tidak menangis, tetapi sebenarnya di dalam perkataan ini Anda sedang mengajarkan pada anak untuk TIDAK BERTANG- GUNG JAWAB atas peristiwa yang terjadi pada dirinya, mencari kambing hitam, menyalahkan orang lain, dan sekaligus berbohong. Satu peristiwa kecil yang menanam- Anakku Tarsu istienewa davi Tuhanku 23 kan banyak nilai yang salah (installing wrong beliefs). Coba lihat di sekitar kita sekarang. Inilah hasil dari kesalahan pengasuhan yang banyak terjadi di masa lalu yaitu ge- nerasi yang sulit mengakui kesalahan dan suka mencari kambing hitam. Padahal ucapan yang tepat juga bisa tidak kalah menghiburnya jika dikatakan dengan nada bicara yang ceria seperti, “Ayo, Nak, berdiri! Kita obati bagian yang sakit sambil main dokter-dokteran, yuk. Siapa dokternya? Ibu atau kamu?” Lalu setelah tangisnya reda, anak diajak mengevaluasi peristiwa tadi, “Menurutmu, apa yang perlu kamu lakukan supaya tidak jatuh seperti tadi?” Mungkin dia akan menjawab, “Aku akan berjalan pelan-pelan,” atau “Hati-hati lihat ke depan” Apa pun jawabannya, biarkan dia mengekplorasi sendiri dengan memulai dari kata “Saya/ Aku/menyebut namanya sendiri”. Dengan demikian anak terbiasa mengambil tanggung jawab atas perilakunya sen- diri. Hargai setiap jawaban sesuai dengan umurnya. Begitu juga ayah dan ibu perlu mengevaluasi diri, ketika ditegur oleh pasangannya apakah langsung bersedia mengakui dan minta maaf atau mencari alasan? Contoh lain adalah soal menghabiskan makanan. Anak harus menghabiskan makanan yang porsinya ditentukan dan diambilkan oleh orangtuanya. Seharusnya orangtua- nyalah yang menghabiskan. Anak yang dipaksa mengha- biskan makanan meskipun sudah kenyang, akan kehilang- an alarm kenyang yang dikirim tubuh ke otak, sehingga sampai dewasa terus-menerus muncul dorongan untuk menghabiskan seberapa pun makanan yang dihidangkan hingga mengalami obesitas. Anak yang alarm kenyangnya biasa diabaikan juga akan lemah pengendalian dirinya terhadap rasa cukup. Jika alarm rasa cukup ini rusak, ia The Secret of Enlightening Parenting akan tumbuh dewasa dengan sikap tamak hingga meng- inginkan hak orang lain. Ajari anak untuk menghabiskan makanan yang diambilnya sendiri; mulai dari mengambil sedikit, jika kurang baru mengambil lagi. Ini konsep yang benar untuk bertanggung jawab dan menghindari perilaku mubazir. Alih-alih mengharuskan anak bertanggung jawab atas hasil perbuatan orangtua. b. Menanamkan Keyakinan yang Salah Menanamkan keyakinan yang salah bisa bermula dari berbagai bentuk. Mulai dari pemilihan kisah-kisah untuk diceritakan kepada anak hingga pernyataan-pernyataan yang diucapkan setiap hari. Mendongeng memang sebuah proses pembelajaran metaforis yang banyak manfaatnya; hikmah, pujian, dan teguran dapat diselipkan dalam cerita. Kemampuan ber- main intonasi, suara, dan gaya bahasa, menjadikan men- dongeng sebuah kegiatan belajar yang menyenangkan. Ke- piawaian orangtua, pengasuh dan pendidik dalam memilih cerita yang penuh hikmah sangat diperlukan. Kisah kehi- dupan tokoh-tokoh yang patut diteladani dan contoh peri- laku baik sehari-hari adalah pilihan cerita yang baik. Ting- galkan kisah kancil menipu buaya, kancil menipu anjing pak Tani, dan lain-lain. Sungguh aneh ketika keberhasilan menipu dianggap sebagai prestasi dan tanda kecerdasan (mungkin kisah kancil ini juga yang banyak ditiru beberapa oknum pejabat masa kini. Barangkali dulu mereka terlalu sering mendengar kisah si kancil.). Kisah-kisah tentang peperangan ataupun kisah kebaikan melawan keburukan sebaiknya ditunda hingga menjelang balig. Beberapa orangtua juga sering membuat pernyataan- pernyataan yang tidak didasari oleh landasan riset mau- Aaakky Tarn istirvewa dari Tuharku 25 pun dalil yang benar, misalnya, minum es membuat sakit, lari-lari membuat jatuh, hujan menyebabkan masuk angin dan sebagainya. Akhirnya anak mengalami “alergi buatan” terhadap es dan hujan, serta malas melakukan aktivitas fisik. Kadangkala tanpa disadari ayah ibu menularkan keya- kinannya yang tidak memberdayakan kepada anak. Misal- nya dengan mengatakan, “Ayo belajar! Matematika itu su- sah, lho!” Sebetulnya yang menganggap Matematika susah itu siapa? Ayah atau ibunya, bukan? Lalu kalau merasa susah, mengapa mengajak anak untuk meyakini hal yang sama? Belum tentu anak meyakini hal tersebut, tetapi ka- rena dikatakan berulang oleh orangtuanya, dia akan ikut mengakuisisi keyakinan yang sama. Mari berhitung, berapa banyak keyakinan keliru seperti ini yang tanpa sadar telah Anda tanamkan ke dalam pikiran anak-anak Anda. c. Berbohong Berbohong adalah sebuah kesalahan serius yang sering dianggap sepele. Demi tidak ingin melihat anaknya me- nangis, banyak orangtua memilih berbohong. Misalnya ketika akan pergi, ayah atau ibu mengatakan tidak akan ke mana-mana, tetapi kemudian diam-diam pergi. Me- ngatakan akan ke rumah sakit padahal pergi ke bioskop. Contoh lain, misalnya, menyuruh anak mengatakan bahwa ayah atau ibu tidak di rumah ketika ada tamu atau pang- gilan telepon yang tidak diinginkan. Berjanji tetapi diing- kari juga sebuah pelajaran kebohongan yang akan selalu diingat anak. Yang lebih parah lagi orangtua berbohong mengatasnamakan Tuhan. Seperti yang sudah dicontohkan sebelumnya di bagian konsep sabar. 26 The Secret of Enlightening Pareatiog }-——————__ Suatu hari ibu memanggilku, sementara Rasulullah saw. sedang duduk di rumah kami. Ibu berkata, “Mari sini. Aku akan memberimu sesuatu.” Rasulullah pun bertanya kepada ibuku, “Apa yang akan kauberikan padanya?” Ibuku menjawab, “Aku akan memberinya kurma.” Lalu beliau berkata kepada ibu, “Seandainya engkau tidak memberinya sesuatu, niscaya dicatat atasmu sebuah kedustaan.” (HR. Abu Dawud) d, Labeling Labeling adalah menempelkan kata sifat tertentu seba- gai identitas. Selama ini orang mengira hanya negative labeling— seperti lelet, malas, ngeyel, dan lain-lain—yang harus dihindari, padahal positive labeling—seperti anak he- bat, si pemenang, si cantik—sama berbahayanya dengan negative labeling. Catherine Scott dalam bukunya Learn to Teach: Teach to Learn menyebutkan bahwa memberi label positif menyebabkan anak menjadi sombong, terlalu fokus pada hak, dan suka menyalahkan orang lain ketika meng- alami kesulitan. Lalu bagaimana caranya jika kita ingin memuji anak? Cara memuji yang efektif akan dijelaskan pada bagian berikutnya. Label akan menjadi sebuah keyakinan yang menetap lama dalam pikiran bawah sadar. Ketika menangani klien, saya sering menemui masalah psikologis yang mengham- bat seseorang untuk berkembang akibat label yang diba- wanya sejak kanak-kanak. Anakka Tarau istirsewa dari Tuhanka 27 e. Pelit Melakukan Empat Hal Ajaib Apa saja yang dimaksud dengan empat hal ajaib? Empat hal tersebut: vy Meminta maaf: Anak yang jarang dimintai maaf juga akan sulit meminta maaf. ¥ Berterima kasih: Anak yang tidak pernah menda- patkan ucapan terima kasih akan sulit menghargai kebaikan orang lain dan bersyukur atas hal baik yang dialaminya. vy WMenunjukkan kasih sayang: Menunjukkan kasih sa- yang bisa dengan ucapan, sentuhan, atau tatapan mata. Anak yang memiliki tabungan kasih sayang yang cukup akan tumbuh dengan jiwa yang sehat, percaya diri, dan penuh empati. Berbagai hasil pene- litian menyebutkan bahwa sentuhan dan belaian sa- yang membantu stabilitas kerja saraf, meningkatkan daya tahan tubuh, dan meningkatkan fungsi hormo- nal. v Memuji: Latih telinga, mata, dan rasa, untuk men- jadi detektif kebaikan. Perhatikan anak Anda saat ia melakukan kebaikan. Meski kecil, meski sangat sederhana. Meski itu hanya berupa senyuman saat Anda berbicara dengannya, mengucapkan doa setelah makan, bermain dengan saudaranya dengan akur, berangkat sekolah tanpa mengeluh, atau sekadar menutup keran air. Sering kali orangtua abai untuk memuji hal-hal kecil yang sehari-hari dilakukan anak, menganggap hal itu “sudah seharusnya”. Padahal ber- mula dari hal-hal kecil yang sudah baik inilah muncul dorongan untuk melakukan hal-hal baik lainnya yang sama atau lebih besar, jika dihargai. 2B The Secret of Enlightening Parenting Buatlah catatan kebaikan. Kebanyakan manusia meng- hapuskan semua catatan kebaikan seseorang dalam ha- tinya hanya karena satu saja keburukannya, dan tetap mengingat keburukannya meski telah banyak kebaikan yang dilakukannya. Catatan kebaikan memudahkan kita untuk semakin bersyukur terhadap hal-hal kecil. Bukankah dengan bersyukur akan semakin bertambah nikmat-Nya? Kebanyakan konflik dalam hubungan manusia (bukan ha- nya dengan anak) disebabkan kita sibuk menuntut orang lain begini dan begitu, mengeluhkan ini dan itu, tapi sa- ngat sedikit bersyukur. Berikan apresiasi dan pujian terhadap setiap kebaikan yang dilakukannya. Meskipun pujian itu sangat penting, namun orang tua perlu memuji dengan cara yang benar. BERIKUT INI CARA MEMUjJI YANG EFEKTIF: v Puji perilaku, usaha, dan sikapnya, bukan karakteristik orangnya. v Nyatakan konsekuensi positif dari perilaku itu. vy Nyatakan dalam kalimat sederhana yang mudah di- pahami. v¥ Tanamkan keimanan untuk siapa/apa dia memelihara perilaku baik itu. Memuji perilaku, usaha, dan sikap, membuat anak me- rasa yakin bahwa ia mempunyai kendali atas perilakunya. Perilaku adalah hasil usaha, bukan sesuatu yang melekat, bersifat genetik, dan tidak bisa diubah. Menyatakan konsekuensi positif dari perilaku, usaha, dan sikap anak, berarti mengajarkan kepadanya untuk memahami sebab akibat dari sebuah perbuatan. Pilihlah konsekuensi yang kasatmata dan bukan berupa janji. Acakka Tara istirsewa dari Tuhanku 29 Pujian yang dinyatakan dengan kalimat sederhana memberikan pesan yang jelas, perilaku apa yang diharap- kan dan tidak berlebihan. Menanamkan keimanan menumbuhkan_ keyakinan bahwa perbuatan baiknya bukan sekadar untuk menye- nangkan orang lain termasuk orangtuanya sendiri, tetapi sebagai bagian dari tujuan penciptaan manusia. CONTOH MEMUjJI YANG EFEKTIF: vy “Bagus sekali Kakak sudah meletakkan sepatu di rak sepulang sekolah, rumah kita jadi rapi. Allah suka pada keindahan.” vy "Wah! Kalian berdua bermain dengan akur dan ber- bagi. Mama bahagia kalian saling menghargai dan menyayangi, Tuhan menyayangi orang yang menya- yangi sesama.” CONTOH PUJIAN YANG TIDAK EFEKTIF: vy “Duh! Hebatnya anak Ayah. Paling keren sedunia. Sudah besar, pintar merapikan kamar. Jangan seperti kemarin ya, berantakan di mana-mana, sakit mata ayah melihatnya.” ADA TIGA KESALAHAN DALAM PUJIAN DI ATAS: « Memuji karakteristik orangnya, bukan perilakunya; * Berlebihan; * Diikuti dengan kritikan dan mengungkit kesalahan yang telah lalu. Pujian yang diikuti kritikan atas perilaku yang sudah terjadi di masa lalu akan menjadikan pujian itu kehilang- an arti. Memuji karakteristik orang, seperti pintar, cantik, 3 The Secret of Enlightening Parenting hebat, sudah besar dan hal-hal lain yang sifatnya mem- bentuk konsep, akan membingungkan karena sifat-sifat tersebut relatif. Ketika suatu saat nanti Anda dihadapkan pada kondisi yang berbeda, Anda akan terjebak dalam si- kap yang tidak kongruen. Misalnya, ketika anak minta izin untuk menonton film yang bukan untuk usianya di malam hari bersama teman-temannya, Anda mungkin mengata- kan, “Masih kecil kok nonton film remaja, malam-malam pula seperti anak nakal saja.” Lho, ketika memuji kamar yang rapi, Anda bilang dia sudah besar; mengapa ketika mau nonton film Anda katakan masih kecil? Jadi sebe- tulnya dia sudah besar atau masih kecil? Ketika memuji, Anda mengatakan ia anak hebat, sekarang Anda mence- lanya seperti anak nakal. Kenapa tadi hebat dan keren sekarang jadi nakal? Bingung sendiri, kan? Dweck (2006), seorang profesor bidang psikologi di Stanford University, dalam penelitiannya mengenai efek memuji, menemukan bahwa anak yang dipuji kepintaran- nya mudah frustrasi saat mengalami kegagalan dan tidak berani mengambil risiko. Anak-anak yang dipuji usaha dan perilakunya justru cepat bangkit saat tidak berhasil me- nyelesaikan sebuah tugas dan mau berusaha lebih keras pada kesempatan berikutnya. Memuji dengan kata-kata yang berlebihan akan mendatangkan rasa sombong dan menjerumuskan, bahkan Rasulullah saw. mengumpamakan orang yang memuji berlebihan seperti memotong leher orang tersebut. f. Fokus pada Kekurangan, Suka Mencela, Doyan Mengeluh Kekeliruan ini berkaitan erat dengan bagian sebelumnya. Ayah dan ibu yang pelit melakukan empat hal ajaib di ‘Anakku Tarsu istirnewa davi Tuhacku 34 atas, kemudian menjadi cenderung berfokus pada keku- rangan dan menyampaikannya dalam bentuk celaan atau keluhan. Tidak jarang konser keluhan menjadi nyanyian favorit di rumah dengan syair sebagai berikut: Ayah: “Duh! Ayah sudah capek bekerja, tambah capek melihat rumah berantakan.” Ibu: “Memangnya Ibu tidak capek? Pekerja- an rumah banyak, seterikaan banyak, ini anakmu tidak mau membantu.” Anak: “Aku juga capek Ma, sekolah, banyak PR, Papa dan Mama marah-marah terus.” Rumah seperti ini menimbulkan rasa gerah, tidak he- ran jika seisi rumah lebih suka mencari komunitas lain di luar rumah. Kalau begitu, apakah tidak boleh menegur anak? Tentu boleh. Pada poin sebelumnya telah dijelaskan cara memuji yang efektif, berikut ini adalah cara menegur yang efektif: y Tegur PERILAKU-nya bukan karakteristik orangnya. v Katakan secara tepat apa kesalahan perilakunya. vy Katakan pada anak bahwa dia mampu membuat perubahan atau pernah bersikap lebih baik dari itu. v Tidak mengungkit kesalahan yang lalu. v Tetap cintai orangnya. CONTOH MENEGUR YANG EFEKTIF: vy “Kak, karena kamu tidak menyiapkan buku sebelum tidur, PR-mu tertinggal. Selama ini ibu mengamati bahwa kamu akan ingat membawa PR-mu jika se- belum tidur tas sekolahmu sudah disiapkan. Artinya, 32 The Secret of Ealightening Parenting kamu BISA lebih baik dari hari ini” (disertai senyuman dan tepukan di bahunya). CONTOH TEGURAN YANG TIDAK EFEKTIF ALIAS LEBAY: v “Kak, tuh kan ... PR-mu ketinggalan lagi. Masih muda jangan pelupa dong. Makanya siapkan tas sekolah se- belum tidur. Ingat nggak? Minggu lalu juga gini kan? Siapa coba yang repot? Ibu, kan?! Harus mengantar PR-mu ke sekolah. Besok-besok jangan malas dan jangan lupa siapkan ya” (Ghrrrr! mengeluarkan suara lebah terbang, menggerutu keluar kamar, dan belum sampai di luar kamar sudah kembali lagi) “Ingat |ho ya, ibu nggak mau ngantar PR-mu lagi.” O———————“— Menegur bukan karena benci, memuji tanpa menjadikan lupa diri. Menegur ada caranya, memuji ada adabnya. Mencela sebagai pelupa, pemalas, akan melukai kon- sep dirinya dan membentuk konsep diri yang buruk, seo- lah tiada harapan untuk diperbaiki. Bukankah Tuhan tidak suka kepada orang yang suka mengutuk dan memberikan gelar buruk? Menegur perilakunya dan menunjukkan bukti bahwa ia pernah bisa melakukan yang lebih baik, membe- rikan keyakinan bahwa berubah itu mudah. g. Ancaman Kosong Ancaman kosong ibarat syair lagu, “Kau yang mengancam, kau yang mengingkari.” Ini salah satu kebiasaan yang di- Anakku Tarsu istirmewa davi Tuhanku 33 anggap tidak penting tetapi menjadi sumber masalah be- sar. Tidak hanya terjadi di keluarga tetapi juga di sekolah dan di masyarakat. Apakah Anda pernah mendengar atau melakukan beberapa contoh berikut ini? vy Saat anak sibuk dengan gadget-nya, seorang ayah marah dan berkata, “Berhenti main gadget! Nanti Papa buang gadget itu ke got!” Tapi saat anak tetap main, sang ayah tidak membuang gadget seperti yang telah diancamkannya. (“Sayang dong dibuang,” mung- kin demikian pikir sang ayah). v Ketika anak-anaknya bertengkar di dalam mobil, se- orang ibu menghardik, “Berhenti atau Mama suruh kalian jalan!” Tetapi ketika mereka tetap bertengkar, sang ibu tidak berani menyuruh mereka jalan kaki, hanya omelannya saja yang bertambah panjang. Semakin sering Anda melakukan hal itu, semakin han- cur nilai Anda di mata anak. Kata-kata Anda tidak ada harganya. Mereka tumbuh menjadi anak yang abai, tidak sopan, dan suka melanggar aturan. Seperti menjamurnya kejahatan di sebuah negara karena hukumnya tidak dite- gakkan. Suka mengancam tapi tidak melakukan apa yang di- ancamkan sama parahnya dengan berjanji dan tidak me- nepatinya. Sebuah kombinasi antara berbohong, inkon- sistensi, dan lalai menegakkan hukum. Orang seperti ini akan menjadi figur yang tidak bisa dipercaya sekaligus tidak pantas disegani. Sebetulnya mengancam adalah perilaku yang tidak perlu dilakukan. Perilaku mengancam pada dasarnya me- nunjukkan diri yang lemah dalam perencanaan. Peratur- an seharusnya disepakati di depan dan menjadi bagian 3M The Secret of Enlightening Parenting dalam aturan umum keluarga. Untuk kegiatan-kegiatan yang bersifat insidental perlu dilakukan briefing dan role playing singkat sehingga secara mental seluruh keluarga siap menjalani kondisi yang akan dihadapi. Mengenai cara briefing dan role playing akan dijelaskan pada bagian lain buku ini. h. Suka Menakut-nakuti Di balik sikap orangtua yang suka menakuti-nakuti anak, sesungguhnya tersimpan rasa malas, baik malas bertin- dak maupun malas berpikir kreatif. Berikut ini beberapa contoh kasus: vy Malas memikirkan cara kreatif untuk membuat anak tertarik pada makanan sehat, orangtua lebih mudah mengancam, “Awas kalau nggak makan, nanti sakit lalu disuntik dokter.” (Kasihan sekali dokter menjadi kambing hitam) vy Malas mengikuti anak mengeksplorasi kemampuan- nya membuat ayah yang sedang asyik menonton bola memilih meneriaki buah hatinya yang sedang memanjat kursi dengan kata-kata, “Awas, jangan manjat-manjat, nanti jatuh!” Ketika si anak jatuh sungguhan, sang ayah lalu berteriak lagi, “Nah, ayah bilang juga apa. Jatuh, kan?!” (Belum lagi kalau ditam- bah dengan menyentil atau memukul). Sebenarnya ada banyak pilihan respons yang lebih mem- berdayakan, seperti: v¥ Meninggalkan aktivitas menonton dan dengan sigap menjaga sambil mengajarkan, “Ayo Nak, tangannya pegang ini, kaki kanan ke sebelah sini ya, bagus seka- Aaakka Tara istievewa dari Tuhanku 35 li. Bagaimana kalau kita memanjat monkey bar di ta- man depan rumah? Lebih asyik dan lebih aman, yuk.” v Menyingkirkan kursi-kursi yang tidak stabil dan meng- gantinya dengan tikar dan bantal. v Mengalihkan perhatian kegiatan lain yang sama me- nariknya misalnya bermain cat warna-warni dan me- nemaninya bermain cat. (Orangtua yang malas akan berdalih: Ih! Menyediakan cat? Kalau kotor, aku juga yang harus membersihkan lantai. Repot ah!). Anak yang dididik dengan cara ditakut-takuti akan tumbuh dewasa dengan rasa takut terhadap banyak hal, yang kelak akan banyak disesali oleh orang tuanya sendiri karena tidak mudah memperbaikinya. O———— Mendidik anak memang berat, karena itulah hadiahnya peluang surga. Jika tidak berat, mungkin hadiahnya hanya mini power bank. 7 i. Disuapi Solusi Lemahnya kemampuan melakukan parental coaching, yaitu kemampuan membimbing anak menemukan solusi dan melakukannya, membuat para orangtua cenderung ter- gesa-gesa memberikan solusi pada setiap permasalahan anak. Teknik Parental Coaching ini akan dijelaskan lebih lengkap di bagian E buku ini. Anak tumbuh dewasa tan- pa memiliki kemampuan memecahkan masalah. Ketika anak mengeluh gurunya galak, orangtua tergopoh-gopoh menemui kepala sekolah atau memberi nasihat singkat, 36 The Secret of Ealightening Parenting “Sabar saja. Guru memang begitu.” Saat anak mengeluh pelajarannya sulit, orangtua segera memanggil guru les privat. Ketika mencari sekolah, orangtua turun langsung mulai dari antre formulir pendaftaran sampai dengan mengamati pergerakan siswa. Bahkan ketika mulai masuk kuliah pun orangtua sibuk mencarikan tempat kos yang nyaman, menghitungkan jarak dari tempat kos ke kampus, mengira-ngira apakah sebaiknya naik bus atau dibelikan kendaraan. Memberi perhatian, mendukung, dan mengantarkan anak ketika anak mencari sekolah memang hal yang baik. Tetapi, latihlah dia untuk melakukan sendiri apa yang masih bisa dilakukannya sendiri meskipun mungkin perlu pengawasan dari Anda. Mungkin Anda berkata, “Tapi, ba- gaimana kalau belum-belum anak saya sudah mengeluh dan ragu?” Mari berkaca, kebiasaan siapa yang ditirunya? j. Pembiaran Banyak kasus perilaku tidak pantas—seperti suka menge- luarkan kata-kata kotor atau makian, merusak, mengam- bil hak orang lain, hingga penyimpangan seksual—yang semua itu bermula dari pembiaran sejak pertama kali perilaku tersebut muncul. Orangtua perlu waspada dan tidak abai ketika anak mulai mencoba-coba perilaku-peri- laku tersebut. Menegur secara tegas namun tidak perlu marah berkepanjangan. Misalnya ketika anak bersikeras membawa pulang mainan milik temannya, orangtua ha- rus dengan tegas meminta anak mengembalikan mainan tersebut meskipun si anak meraung-raung. Kadang-kadang karena merasa sungkan orangtua teman akan menga- takan: “Tidak apa-apa bawa saja.” Situasi ini mungkin membuat canggung, tetapi secara santun ucapkan apre- Anakka Tarau istirsewa dari Tuhanku 37 siasi Anda atas kebaikan mereka; dan jika mereka ingin menghadiahkannya pada anak Anda, sebaiknya hal itu dilakukan pada kesempatan lain agar tidak membentuk kebiasaan baru, yaitu meminta dengan meraung-raung. k. Fokus pada Dunia Meskipun diletakkan di bagian terakhir dari contoh-contoh kesalahan pengasuhan, bukan berarti masalah ini kurang penting dibandingkan yang lain. Justru fokus pada dunia adalah salah satu kekeliruan paling mendasar yang me- nyusup tanpa disadari. Banyak orang tahu bahwa kehi- dupan akhirat lebih penting dan utama, tetapi kebanyakan baru sampai pada tataran tahu sehingga belum menjadi bagian dari jiwa yang terpancar melalui sikap, perbuatan, dan ucapan. Berikut ini contoh kata dan perbuatan yang mencerminkan fokus pada dunia: vy “Mau jadi guru? Guru kan gajinya kecil, jadi insinyur saja, Nak.” (Kalaupun Anda ingin memotivasi anak menjadi insinyur, bukan karena gajinya lebih besar tetapi mungkin karena jumiah insinyur di kota itu masih sangat sedikit sehing- ga lebih bermanfaat bagi orang banyak). vy “Ayah sudah banting tulang untuk menghidupi kali- an.” (Lupa bahwa yang menjamin rezeki itu Tuhan, Tuhan menitipkan rezeki itu pada sang ayah. Jangan-jangan re- Zeki anak itu lebih besar dan ayahnya justru “numpang” dari rezeki anak). vy “Kamu diejek? Balas ejek saja. Itu baru adil.” (Menegakkan kebenaran dan keadilan memang baik, tetapi menitikberatkan bahwa balasan sebuah perbu- 38 The Secret of Enlightening Parenting atan harus terjadi di dunia adalah pemahaman yang keliru. Kadang balasan itu sesuai namanya, datang di hari pembalasan). y Sibuk membangunkan anak pada hari sekolah karena takut terlambat, tetapi permisif membiarkan anak tidur hingga lewat waktu subuh di hari libur dengan alasan, “Kasihan dia lelah, Allah Maha Tahu anakku lelah.” Bagaimana kita akan berhasil menjaga fitrah, jika ayah-ibunya sendiri yang justru membelokkan cara pan- dangnya dari memandang hidup sebagai jalan mencari bekal untuk kehidupan akhirat, menjadi berfokus pada dunia? Acakka Tara istirnewa dari Tuhanku 39 TIAP TAHAP ADA MANFAAT, TIAP LANGKAH PERLU OPTIMAL 1. Tahap Perkembangan Anak Dari berbagai sumber kita bisa menemukan teori-teori yang menjelaskan mengenai tahap-tahap perkembangan anak. Ada teori yang mengatakan bahwa tahapan itu di- mulai sejak pembentukan janin, ada pula yang berfokus pada tahapan sejak anak dilahirkan. Berbagai teori itu datang dari para tokoh psikologi perkembangan seperti Elizabeth B. Hurlock, Jean Piaget, Oswald Kroch, Erik H. Erikson, hingga kutipan pendapat Ali bin Abi Thalib ra. Saya tak hendak mempertentangkan mana yang paling benar karena masing-masing mempunyai kelebihan dan saling melengkapi. Dalam buku ini, saya akan merangkum tahapan-tahap- an dari berbagai sumber tersebut dan dipadukan dengan penelitian Eric Taylor dan Michael Rutter mengenai ge- lombang otak pada anak hingga remaja, sebagai berikut: Beta INTERAKSI Theta BAHASA Delta os Ie SENSORI = & Ps 3 st 27 4 0-2 Gambar 4. Tahap Perkembangan Anak a. Tahap Sensori Bermula dari usia 0 hingga kurang lebih 2 tahun, anak- anak memahami segala sesuatu dengan indra. Tidak me- ngenal rasa takut kecuali insting pertahanan hidup seperti berkedip ketika ada sesuatu yang akan mengenai mata atau menghindari lubang yang dilihatnya saat merangkak sebagai bagian dari fitrah bertahan hidup. Maka tidak mengherankan jika pada usia ini anak suka ingin me- megang api atau kabel listrik, memasukkan mainan ke lubang hidung atau mulut. Hal itu semata-mata karena ia ingin “mengenali” benda-benda di sekitarnya melalui indra. Di usia ini potensi baik anak terlihat jelas, mereka penuh semangat, penuh rasa ingin tahu akan sekitarnya, menyukai senyuman, gembira ketika melihat orang yang menyayanginya, juga tidak mengenal kata gagal. Gelombang otak anak-anak di usia ini dalam kondisi dominan Delta, yaitu kondisi yang sama ketika tidur da- lam (slow-wave sleep) sehingga apa pun yang terjadi di Tiap Tahap ida Manfast, Tap Langkah Perla Optinal tt sekitarnya, meski terekam di bawah sadar, tidak mudah diakses dalam kondisi sadar setelah dewasa. Oleh karena itu, pada usia ini anak terlihat tidak terlalu peduli dengan sekitarnya. Stimulasi luar seolah-olah tidak memberikan pengaruh kepadanya, tetapi sebenarnya terekam dengan baik dan akan ditirukan ketika kemampuan artikulasinya sudah matang. Demikian pula ingatan akan pengalaman sebelum usia 2 tahun, sebagian besar sulit dijejaki seca- ra sadar tetapi terbentuk menjadi program bawah sadar yang dapat diproduksi sebagai perilaku. Seperti dijelaskan pada bab sebelumnya, dalam otak bayi terdapat jutaan neuron yang belum tersambung, maka sangat berbahaya apabila menerima stimulus yang berlebihan (sensory overload) baik secara visual maupun audio. Oleh karena itu, pada usia ini sebaiknya anak tidak bersentuhan dengan media elektronik audio visual seperti televisi, tablet, video—meskipun berupa film anak-anak— dan media audio visual lainnya. The American Academy of Pediatrics (AAP) bahkan merekomendasikan anak usia di bawah 24 bulan sebaiknya tidak terpapar media audio visual, termasuk televisi. Kadang orangtua memilih me- dia audio visual agar anaknya punya kesibukan sehingga orangtua bisa melakukan kegiatan lain. Akibatnya, anak kurang terpapar dengan interaksi sosial-emosional secara natural. Perpaduan antara unsur genetis, unsur kimia yang meracuni tubuh, stimulasi audio visual yang berlebihan, kurangnya perhatian, dan minimnya interaksi sosial-emo- sional inilah yang oleh para ahli kerap dianggap memicu sekaligus memperburuk gangguan perkembangan dan pe- rilaku pada anak-anak berkebutuhan khusus. 42 The Secret of Enlightening Parenting b. Tahap Bahasa Tahap ini berada pada kisaran usia 2 hingga 7 tahun. Pada rentang usia ini anak sudah mengerti bahasa dan simbol sehingga menunjukkan perkembangan kemampu- an berbahasa yang luar biasa. Perkembangan emosinya merupakan hasil pembelajaran dari kondisi emosi orang- orang di sekitarnya. Rasa ingin tahu dan keinginan bela- jarnya tinggi sehingga banyak bertanya. Gelombang otak anak-anak pada usia ini dominan pada kondisi Theta dan Alpha, yaitu gelombang otak yang sama dengan ketika seseorang dalam kondisi hipnosis. Mereka akan menyerap dan meniru apa pun yang mereka lihat, dengar, dan rasa- kan, baik secara langsung dari orang-orang di sekitarnya maupun dari media audio visual. Pada tahap ini anak-anak belum bisa membedakan antara imajinasi dan kenyataan. Lihatlah bagaimana anak- anak bermain mobil-mobilan, pikiran dan tubuh mereka sangat menjiwai bunyi “ngeeeng ... ngeeeng” mobil-mobilan itu. Seolah-olah mereka sungguh berada di arena balap mobil. Oleh karena itu, Anda perlu sangat berhati-hati dengan apa pun yang Anda lakukan dan katakan. Pikirkan dan rencanakan sungguh-sungguh jawaban atas perta- nyaan-pertanyaan mereka karena akan terserap masuk ke pikiran bawah sadar mereka sehingga membentuk keya- kinan dan nilai-nilai (values and beliefs) yang tertanam di sana. Dalam tahap ini pulalah kepercayaan diri anak mulai terbentuk, oleh karena itu teknik memuji dan menegur yang efektif wajib dikuasai oleh orang tua. Tahap ini merupakan tahap emas untuk menanamkan keyakinan dan nilai-nilai kehidupan. Luangkan waktu seba- nyak-banyaknya untuk menanamkan keimanan. Meskipun sudah bisa dimulai sejak dalam kandungan, tetapi pada Tiap Tahap Alda Manfast, Tap Langkah Perla Optinal 43 usia inilah saat yang paling efektif. Hubungkan segala sesuatu dengan kasih sayang Tuhan. Sambil berbaring di taman, ajak anak-anak memandang awan, “Lihatlah, Nak, awan-awan itu beraneka bentuknya, di dalamnya terkum- pul uap air yang nanti menjadi hujan, begitu cintanya Allah kepada kita, dipenuhi kebutuhan air kita melalui daur hujan.” Dengan kalimat seperti contoh tersebut Anda mengajarkan ilmu alam, kemampuan berbahasa, sekaligus ketauhidan. Kaitkan dengan seluruh aspek kehidupan secara kon- sisten dan kongruen agar tumbuh keyakinan yang berurat dan berakar dalam jiwa mereka. Kelak ketika waktunya Anda mengajarkan mereka untuk beribadah, menyembah kepada yang memberikan itu semua, mereka akan mela- kukannya dengan penuh cinta. Kadang orangtua keliru menitikberatkan persoalan ke- tauhidan justru pada rasa takut dan seram. Tak jarang orangtua mengatakan, “Awas, nanti Tuhan marah,” ketika anak melakukan hal yang tidak mereka sukai. Dengan begitu anak membangun keyakinan bahwa Tuhan suka marah-marah, padahal yang marah adalah orangtua itu sendiri. Bukankah itu sama saja dengan mengambing- hitamkan Tuhan? Anak-anak belum menanggung dosa atas perbuatannya, begitu teganya menanamkan keyakin- an bahwa Tuhan suka marah-marah pada anak-anak tak berdosa. Bagaimana bisa menumbuhkan rasa cinta pada Tuhan—sehingga kelak ia akan menjadi manusia yang beribadah karena cinta dan syukurnya atas kasih sayang Tuhan—jika orangtua justru menamakan keyakinan bahwa Tuhan adalah Zat yang menakutkan? GH The Secret of Enlightening Parenting c. Tahap Logika Tahap ini berada pada rentang usia 7 hingga kurang lebih 10 atau 11 tahun. Anak-anak mulai belajar memecahkan masalah-masalah sederhana, memahami hubungan sebab- akibat, sifat egosentrisnya semakin berkurang sehingga lebih bisa memahami perasaan orang lain, dan siap me- nerima tugas-tugas rutin secara bertahap mulai dari yang sederhana. Gelombang otak dominan di usia ini adalah pada kon- disi Alpha, yaitu pada kondisi relaks dan sugestif. Pada usia ini anak-anak sudah berinteraksi dengan orang lain di luar keluarganya. Maka nilai-nilai dan keyakinannya mulai dipengaruhi oleh sumber-sumber lain di luar kelu- arga. Oleh karena itu, ikatan dan kepercayaan anak pada orangtua yang terbentuk di tahap sebelumnya sangat menentukan, apakah anak akan lebih mengindahkan pe- ngaruh orangtuanya atau justru tertarik keluar. Orangtua masih perlu berhati-hati dengan keyakinan-keyakinan yang ditanamkan. Kesalahan menanamkan keyakinan di ren- tang usia ini biasanya berkaitan dengan akademis dan pencapaian hidup. Contoh-contoh menanamkan keyakinan yang salah telah dibahas sebelumnya di bagian kesalahan pengasuhan. d. Tahap Interaksi Pada usia 12 tahun ke atas, anak-anak sudah masuk da- lam usia remaja, sudah mampu diajak berdiskusi. Inilah saat yang tepat untuk mulai menyusun rencana masa depan, cita-cita, dan strategi pencapaiannya. Gelombang otaknya memasuki dominan Beta, yaitu gelombang yang sama dengan orang dewasa pada umumnya. Di sinilah periode awal aktualisasi diri ketika mereka mulai memba- Tiap Tahop Ade Maafaat,Tiap Langhah Perla Optinal 5 ngun citra dan membentuk mekanisme pertahanan diri. Anda akan menemui masa-masa saat terjadi argumentasi yang seru (jika tidak mau dibilang sengit), menghindar dan tidak suka lagi menceritakan semua hal kepada orangtua- nya jika ia tidak merasa aman terhadap mereka. Namun, jika Anda sudah memberikan contoh yang baik dalam berkomunikasi di tahap-tahap perkembangan sebelumnya, membangun kepercayaan dan kedekatan, maka masa ini justru menjadi masa yang menyenangkan karena akan di- penuhi dengan diskusi-diskusi yang menarik sebagaimana layaknya berdiskusi dengan teman. Anak juga sudah bisa bertanggung jawab atas tugas-tugas pribadinya bahkan menggantikan tugas-tugas Anda. Pada rentang usia 12-15 tahun, pada umumnya, baik anak laki-laki maupun perempuan sudah memasuki masa puber atau akil balig. Seharusnya pada masa ini terjadi ke- seimbangan antara kematangan fisik dengan kematangan psikologis. Oleh karena itu, pada tahap ini, selain pohon ketaatan telah semakin mengakar, anak juga sudah harus dilatih untuk ¥ memimpin baik diri sendiri maupun orang lain; vy kemampuan bertahan hidup mandiri (basic life skills) dengan mengurus seluruh keperluan dasarnya seperti menyiapkan makanan, pakaian, mampu bepergian dengan aman, dan lain-lain; yvmencari nafkah dan merawat makhluk hidup. Mes- kipun baik laki-laki maupun perempuan perlu dilatih untuk mempelajari kedua hal ini, tetapi penitikberat- an latihan mencari nafkah pada laki-laki dan merawat makhluk hidup pada perempuan; y¥ mampu fokus pada solusi, bukan hanya fokus pada masalah. 46 The Secret of Enlightening Parenting Manusia belajar dengan cara meniru atau “memodel”. Jadilah model terbaik sesuai dengan kriteria yang Anda harapan dari anak. Jika Anda menginginkan anak-anak mempunyai kebiasaan dan perilaku yang baik, go first, lakukan lebih dahulu, jadilah contoh hidup dari perilaku yang Anda harapkan itu. Bagaimana anak akan belajar bersopan santun jika orangtuanya terbiasa menyuruhnya dengan teriakan. Bagaimana bisa menginginkan anak suka beribadah jika orangtuanya tidak rajin beribadah. Bagai- mana bisa menginginkan anak menghafal Alquran jika orangtuanya hanya membaca Alquran pada saat berada di kelas pengajian. Ubah diri Anda sendiri sebelum meng- ubah anak. Anak adalah peniru ulung. Jadikan diri Anda model terbaik untuk ditiru, yang bisa dilihat, didengar, dan dirasakan langsung olehnya. —_——__» 2. Proses Pembentukan Karakter Karakter seseorang terbentuk melalui proses. Proses ini tidak selalu bertahap, bisa jadi terbentuk sekaligus di beberapa area atau bahkan di seluruh area. Manusia di- ciptakan dengan sebaik-baik penciptaan, setiap manusia mempunyai cara pembentukan karakter yang unik dan tidak bersifat mekanis matematis. Meskipun demikian se- cara umum proses ini berlangsung dalam enam area berikut, yang merupakan modifikasi dari aplikasi Neuro Logical Level dalam proses mempelajari perilaku yang di- perkenalkan oleh Robert Dilts, seorang pakar perubahan Tiap Tahap Ada Manfast, Tap Langkeh Perla Optival a7 perilaku yang banyak melakukan riset untuk menghasilkan perilaku optimal. a. Lingkungan Awal mula perilaku terbentuk dari proses observasi ling- kungan dan orang-orang yang ada di dalamnya. Proses observasi ini menghasilkan rekaman dalam pikiran. Proses ini bisa jadi berlangsung dalam hitungan detik atau ber- tahun-tahun. Manusia juga ternyata dapat menunjukkan perilaku yang berbeda pada lingkungan yang berbeda. Maka ciptakan lingkungan yang baik di dalam rumah pada masa-masa awal tumbuh kembang anak, karena pada masa ini anak hampir 24 jam berinteraksi di dalam ru- mah. b. Perilaku Anak-anak meniru perilaku serta ekspresi, dan bereaksi terhadap apa yang terjadi di sekitarnya. Hasil rekaman lingkungan mewujud menjadi perilaku. Perilaku di area ini masih mudah diubah, belum stabil. Karena itu, kemam- Puan orangtua mencermati perilaku-perilaku yang baru diadopsi anak sangat penting. Perilaku yang baru diadopsi mudah dihentikan, cukup dengan menghilangkan sumber yang menjadi contohnya dan tidak memberikan perhatian berlebihan terhadap perilaku ini. Contohnya ketika anak pertama kali meniru ucapan buruk (makian). Atasi segera dengan cara mencari sum- bernya dan jauhkan atau hilangkan sumbernya. Beri te- guran yang efektif saat anak mengatakannya, tidak perlu bereaksi berlebihan karena justru membuat anak penasar- an dan senang mengulanginya. Berikan pujian ketika anak menggunakan kata-kata yang baik. YB The Secret of Ealightening Parenting Area ini cukup krusial karena ketika orangtua terlam- bat mengenali terbentuknya perilaku, dengan segera anak akan menjadi cakap (capable) untuk melakukannya. Anak belajar dengan akselerasi yang luar biasa, menjadi cakap dalam memproduksi perilaku tidak memerlukan proses yang lama. Bahkan tidak jarang, sekali dicoba kemudian mendapatkan penguatan pada waktu yang bersamaan. c. Kapabilitas Ini adalah area ketika seseorang menjadi cakap menghasil- kan perilaku. Pada umumnya terjadi karena proses peng- ulangan, tetapi bisa juga karena mendapatkan penguatan, contohnya terbukti menghasilkan sesuatu yang diharapkan atau pembenaran dari pihak lain. d. Nilai-Nilai dan Keyakinan Ketika sebuah kecakapan menemukan alasan mengapa itu perlu dilakukan maka akan menjadi penguatan. Namun, bisa jadi justru perilaku baru terbentuk saat seseorang mengadopsi sebuah nilai atau keyakinan baru. Misalnya dari hasil membaca sebuah buku yang inspirasional atau mendengar pendapat seseorang yang dianggapnya ber- pengaruh. Hal ini terjadi pada saat seseorang sudah bisa berkomunikasi. Maka tidak mengherankan bila perilaku anak berubah seketika setelah mendengar kata-kata gu- runya atau kata-kata seorang dokter yang dianggapnya hebat. e. Identitas Area identitas ini mudah dikenali ketika seseorang menya- takan tentang dirinya. “Saya ini orang yang ...." Perilaku di level ini telah mengkristal menjadi karakter. Untuk meng- Tiap Tahap Ade Maafaat, Tap Langhah Perla Optinal 9 ubah perilaku yang bersumber dari area ini memerlukan strategi khusus. Di sinilah letak bahayanya jika orangtua suka memberi label kepada anaknya. Label ini akan meng- kristal menjadi identitas yang tertanam di bawah sadar. f. Spiritual Area ini ditandai dengan pemahaman “Untuk siapa/apa aku melakukan ini." Pemahaman spiritual ini biasanya baru terbentuk pada tingkat kematangan tertentu. Bah- kan tidak jarang manusia dewasa (sampai tua) pun belum memahami untuk apa dan siapa seluruh perilakunya. Ini adalah area puncak di mana terjadi pelepasan ego. Jika orangtua mampu membimbing anak hingga pada titik kematangannya—ia dapat mengatakan bahwa apa pun yang dilakukan adalah untuk mencapai rida dan kasih sayang Allah—maka akan terbentuk karakter yang kuat, tidak mudah tergoyahkan, dan segala perilakunya dilaku- kan dengan ikhlas. Luar biasanya, penulis sering menemui kesadaran spi- ritual ini bisa terjadi pada proses konseling, di kelas trai- ning, di suasana kajian ilmu atau sebuah hidayah spontan hasil interaksi dengan sebuah kejadian tertentu. Kuasa Tu- han sungguh tidak terbatas. Meskipun demikian, manusia adalah makhluk dinamis, pencapaian spiritual juga memer- lukan pemeliharaan. Apalagi kita semua tahu bahwa hal- hal baik membuat para setan geram ingin mengganggu dan menggugurkannya. 50 The Secret of Enlightening Parenting aR Gambar 5. Proses Pembentukan Karakter 3. Indra, Jendela Pemprosesan Informasi Pada awal buku ini telah disebutkan bahwa anak lahir dengan membawa potensi baik. Potensi adalah kondisi laten yang memerlukan pengetahuan dan latihan untuk menjadi kompetensi. Apa instrumen yang digunakan untuk menerima pengajaran? Ada tiga alat yang dikaruniakan Tuhan pada semua manusia, yaitu pendengaran, pengli- hatan, dan hati. Hal ini disebut setidaknya lima kali dalam Alquran. Hati yang diwakili dengan kata fuad menunjukkan bahwa yang dimaksud adalah fungsi dan bukan benda. Fungsi fuad kurang lebih sama dengan mind dalam bahasa Inggris, yaitu elemen yang berfungsi mengolah pengalam- an berdasarkan pikiran dan perasaan sekaligus. Sistem pengindraanlah yang berfungsi sebagai re- septor di seluruh tubuh sebagai pintu masuk informasi Tap Tohap Ada Maafaat, Tsp Laaghsh Perks Optreal 54 dari luar. Informasi visual diterima oleh instrumen peng- linatan berupa gambar. Informasi auditif diterima oleh instrumen pendengaran berupa suara, baik kata-kata dari luar maupun kata-kata yang kita katakan pada diri sendiri (self talk/auditory digital). Informasi sensasi atau kinestetik diterima dalam bentuk rasa, sensasi di kulit, di dalam tubuh, rasa berputar di dalam perut, penciuman (olfak- tori) dan pencecapan (gustatori). Kinestetik, olfaktori, dan gustatori sering kali dileburkan sebagai kinestetik karena sama-sama memunculkan sensasi. Karena itu Anda akan menemukan dua istilah lazim yang mewakili sistem peng- indraan, yaitu VAKOG atau VAK. Dalam buku ini saya akan menggunakan singkatan VAK untuk menyederhanakan- nya. Pengindraan visual, auditif, maupun kinestetik tidak selalu berupa stimulus nyata yang dilihat, didengar, atau bersentuhan langsung, tetapi bisa jadi bersifat imajinatif baik itu berasal dari ingatan kejadian yang telah berla- lu (remembering) maupun imajinasi yang dibangun untuk membayangkan sesuatu yang masih dalam perencanaan (construct). Informasi dari luar diri disebut realitas ekster- nal. Penelitian Csikszentmihalyi (1992) menyatakan bahwa manusia menerima dua juta bytes informasi dalam setiap detiknya, baik berupa visual, auditif maupun kinestetik. 6 6 Kemudian Dia menyempurnakan kejadiannya serta meniupkan padanya: Ruh ciptaan-Nya. Dan Dia mengaruniakan kepada kamu pendengaran dan penglihatan serta hati (pikiran/perasaan), tetapi amatlah sedikit kamu bersyukur. 52 The Secret of Enlightening Parenting Realitas eksternal tersaring ke dalam pikiran dan perasaan berdasarkan fokus perhatian pada saat kejadian, baha- sa yang dipahami, nilai-nilai, keyakinan, dan pengalaman masa lalu. Hall & Bodenhamer dalam bukunya The User’s Manual of Brain menyatakan bahwa keyakinan atau beliefs me- megang peranan paling utama dalam proses penyaringan informasi. barat menuangkan sup melalui sebuah saring- an, tidak semua benda dalam sup itu akan lolos melalui lubang saringan. Demikian pula informasi yang mengalir masuk ke dalam pikiran, sebagian terhapus (deletion), ber- ubah bentuk (distortion), dan digeneralisasikan (generaliza- tion), sehingga menghasilkan sebuah realitas hasil olahan yang disebut realitas internal atau persepsi (lihat Gambar 5. Model Pemprosesan Informasi). Mengapa disebut re- alitas? Karena pikiran memperlakukan persepsi kita juga sebagai sebuah realitas. Mari kita lakukan eksperimen sederhana ini. Silakan Anda bayangkan sebutir limau berwarna ku- ning segar berada di depan Anda, lalu iris limau itu de- ngan pisau. Kreees! kemudian peras airnya dan tampung di sebuah sendok besar, cium aromanya yang asam. Hmmm. Lalu perlahan-lahan Anda minum dengan cara menghirupnya dari sisi sendok. Sruuup. Apa yang Anda rasakan? Apakah air liur Anda terproduksi lebih banyak untuk menetralisasi rasa asam di mulut Anda? Tubuh dan pikiran kita terhubung (mind and body are connected). Meskipun limau itu hanya ada dalam imajina- si Anda, tubuh patuh sepenuhnya pada perintah pikiran. Pikiran memerintahkan kelenjar air liur untuk berproduksi lebih banyak guna menetralisasi rasa asam yang muncul, meskipun melalui proses imajinatif. Itu baru contoh pada Tiap Tahap Ada Monfoot, Tap Longkah Perla Optival 53 orang dewasa, apalagi pada anak-anak yang masih belum bisa membedakan antara imajinasi dan kenyataan. Misal- nya ketika ayah atau ibu mengatakan, “Awas ya, kerupuk itu bikin gatal tenggorokan, tiap kali kamu makan kerupuk pasti batuk.” Apa kira-kira reaksi tubuhnya dan keyakinan apa yang kemudian tertanam pada pikirannya? Manusia belajar dari informasi yang diterimanya me- lalui pemprosesan VAK. Oleh karena itu, fungsi saringan alias filter menjadi sangat penting. Filter yang berupa ni- lai-nilai (values) dan keyakinan-keyakinan (belief) terbentuk dari apa yang Anda tanamkan kepada anak-anak sejak usia dini hingga dewasa, lagi-lagi melalui pintu VAK. Maka sangat penting bagi orangtua untuk menguasai strategi memaksimalkan fungsi pemprosesan informasi. Informasi visual, auditif, dan kinestetik bukan hanya yang dilihat dengan mata, didengar oleh telinga, dan dirasakan oleh kulit, tetapi juga termasuk gambar, suara, dan rasa yang muncul dari dalam diri, baik berasal dari ingatan, imajinasi, maupun kata-kata yang Anda katakan pada diri sendiri (self talk). SA The Secret of Enlightening Parenting aa Pr) Dita Aah co} PERSEPSI fara Pie) Gambar = Birvenicd Suara Rasa peer ne Dec Tl Dialog dengan diri Gambar 6. Model Pemprosesan Informasi Sistem Pengindraan bisa dijabarkan secara lebih detail dengan parameter-parameter tertentu yang disebut seba- gai submodalities. Visual v_Lokasi vy Di depan mata, (Gambar) di samping, di atas, dil vy Jarak vy Jauh, dekat vy Ukuran v Besar, kecil vy Warna y Berwarna, hitam- putih, warna apa saja v Gerakan v Bergerak, diam ¥ dll Tiap Tahap Ada Monfuat, Tiap Langkah Perla Optival 55 Sistem Submodalities Parameter Pengindraan Auditif v Lokasi v_ Dari luar diri, (Suara) dari dalam, di samping, di depan, dll v Jarak vy Jauh, dekat vy Volume v Keras, pelan v dll Kinestetik v Lokasi v Di dada, perut, (Sensasi) tangan, dll v Gerakan v Berputar, berdegub, panas, dil vy Intensitas v Hilang-timbul, terus-menerus, dl v dil Setiap pengalaman terhadap suatu peristiwa mem- punyai komposisi submodalities yang berbeda. Reaksi se- seorang atas setiap submodalities berbeda-beda. Karena itu, memahami submodalities dan kemampuan mengubah- ubahnya baik secara riil maupun imajinatif akan sangat berguna untuk mengelola emosi, mengubah reaksi kita terhadap suatu peristiwa, bahkan bisa membantu dalam penyembuhan phobia dan trauma. Lebih jauh mengenai bagaimana submodalities dapat menyembuhkan phobia dan trauma, dapat dibaca di buku The Secret of Self Impro- vement: Detox Hati dan Pikiran (Gramedia, 2014). 56 The Secret of Enlightening Parenting Bagaimana submodalities dapat memengaruhi reaksi kita? Mari kita cermati ilustrasi berikut ini. Seorang anak berusia 7 tahun takut dengan guru olah raganya, karena meskipun guru itu tidak memukul, suara- nya yang nyaring melengking membuat dirinya tidak nya- man. Rasa takut terhadap gurunya ini membuat si anak ngambek setiap mau berangkat sekolah, bahkan saat tidak ada pelajaran olahraga sekalipun. Orangtuanya yang tidak memahami masalah submodalities merasa kesal dengan kondisi ini. “Apa-apaan sih kamu ini?! Kan hari ini tidak ada olahraga, kenapa harus takut? Tidak logis!" (Ya iyalah, Pak, Bu! Anak usia 7 tahun logikanya tentu belum seperti Anda.) Mengapa dia takut? Karena suara itu terngiang-ngi- ang terus secara auditif dalam pikirannya. Lalu bagaimana solusinya? Mudah saja, minta anak itu mengingat-ingat suara gurunya, lalu minta dia mengubah intonasinya menjadi intonasi suara tokoh kartun yang me- nurut dia paling lucu, Goofy misalnya, sambil Anda tirukan suara Goofy tadi. Perhatikan perubahan reaksinya. Anda boleh juga mencoba sendiri dengan mengingat-ingat suara seseorang yang menyebalkan menurut Anda, lalu ganti nada atau warna suaranya menjadi suara Donald Duck. Kwek! Kwek! Kwek! Kwek! Hehe. Menggelikan, bukan? Pe- riksa reaksi emosi Anda, apakah ada penurunan intensitas rasa yang tadi Anda anggap mengesalkan? Nah, daripada Anda membuang waktu untuk mema- rahi anak Anda yang sedang ketakutan, yang sama seka- li tidak membantu mengurangi ketakutannya dan justru membuatnya semakin takut sekaligus membuat Anda se- makin kesal, lebih baik Anda berlatih agar piawai meng- ganti-ganti submodilities anak-anak Anda untuk mengubah situasi tidak menyenangkan menjadi berkurang intensitas Tiap Tahop Ada Monfaat, Tiap Longkoh Perks Optival 57

You might also like