You are on page 1of 16

Jurnal Ilmu Manajemen Volume 9 Nomor 4

Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Negeri Surabaya 2021
PERSEPSI KONSUMEN TERHADAP MAKANAN ORGANIK DAN
PEMBENTUKAN STRATEGI BUSINESS MODEL CANVAS DALAM MEMBUKA
GERAI MAKANAN ORGANIK DI KOTA SURABAYA
Zainal Arifin
Universitas Airlangga
jjarifin@gmail.com
Nimas Aryany Pratiwi
Universitas Airlangga
nimashalim@yahoo.com
Bondan Dewa Brata
Universitas Airlangga
shogud@gmail.com

Abstract

This study aims to analyze consumer preferences for organic food in Surabaya and recommend the strategic
implications of using the Business Model Canvas to open organic food outlets. The research design was carried
out with a quantitative descriptive method approach. The sampling method was carried out by judgmental
sampling technique, with the respondents' criteria being 100 consumers of organic products. In this study, the
types of data collected were: primary data in the form of a questionnaire distributed to people who shop at organic
food restaurants in Surabaya; secondary data, as the data or information obtained through literature studies,
theories, and literature related to organic food, and the variables used are perceptions of lifestyle, perceptions of
health, perceptions of environmental impacts and perceptions of the Greens community as independent variables
and interest in buying organic products in Surabaya as the dependent variable. This research provides strategic
implications of managerial strategies in the activity of organic food outlets to increase sales using a marketing
strategy consisting of production, price, promotion, distribution and this strategy is helpful in linking consumers
in terms of quantity, quality, and balance that can provide better profits.

Keyword: business model canvas; greens community; healthy food; organic product.

PENDAHULUAN

Hidup sehat kembali merebak di masyarakat Indonesia. Salah satu usaha hidup sehat adalah dengan
konsumsi makanan organik, dengan standar kesehatan sesuai rekomendasi. Minat konsumen terhadap
makanan organik meningkat karena efek dari pestisida terhadap keamanan lingkungan dan manfaat
kesehatan serta Genetically Modified Organism (GMO) atau organisme hasil rekayasa genetika dan zat
non-alami lainnya yang digunakan untuk meningkatkan produksi pertanian (Ünal et al., 2019).
Konsumen memiliki sikap positif terhadap makanan organik karena lebih sehat, tidak berbahaya, dan
tidak terlalu merusak lingkungan (Daniells, 2014), konsentrasi antioksidan yang lebih tinggi (terutama
polifenol) pada tanaman organik (Barański et al., 2014); peningkatan kadar asam lemak omega-3 dalam
produk susu organik; dan profil asam lemak yang lebih baik dalam produk daging organik (Ribas-
Agustí et al., 2019). Kandungan mikro pada makanan organik memiliki efek pada kadar plasma nutrisi
tertentu termasuk magnesium, mikronutrien yang larut dalam lemak (α-karoten, β-karoten, lutein, dan
zeaxanthin), dan asam lemak (linoleat, palmitoleat, γ-linolenat, dan asam docosapentaenoic)
dibandingkan makanan yang ditanam secara konvensional, namun nilai gizi makro (protein, lemak,
karbohidrat dan serat makanan) tidak memiliki perbedaan yang signifikan (Baudry et al., 2019).

Pertumbuhan pasar makanan organik di Indonesia terlihat dari semakin banyaknya petani organik,
supermarket, dan restoran yang menjual produk makanan organik. Terdapat peningkatan permintaan
produk pertanian yang dihasilkan melalui proses ramah lingkungan, terutama yang berasal dari
pertanian organik. (Rahman & Aryanti 2015). Konsumen makanan organik di Kota Surabaya, rela
membayar lebih tinggi pada bahan pangan organik, termasuk sayur dan buah-buahan, meskipun

1461
Zainal Arifin, Nimas Aryany Pratiwi, & Bondan Dewa Brata. Persepsi Konsumen terhadap Makanan
Organik dan Pembentukan Strategi Business Canvas dalam Membuka Gerai Makanan Organik di Kota
Surabaya

harganya relatif lebih mahal jika dibandingkan makanan konvensional (Thio, 2012). Di tengah pandemi
COVID19, permintaan produk organik dan hidroponik semakin meningkat (Halidi, 2020). Salah
satunya dirasakan oleh Maya Stolastica, owner twelve’s organics, sebuah komunitas buah dan sayur
organik di kota Surabaya. Berdasarkan hasil wawancara awal, total transaksi perhari, twelve’s organics
mendapat tiga konsumen baru, namun saat pandemi COVID19 bisa mencapai 10 konsumen baru. Saat
ini, konsumen yang dilayani twelve's organics sebagian besar adalah konsumen dalam negeri yang
mencapai 175 orang yang berasal dari Malang, Mojokerto, Surabaya, dan Gresik di Jawa Timur.
Kenaikan permintaan di masa pandemi meningkat menjadi 200 hingga 250 persen, meskipun
pendapatan kuartal I tahun sebelumnya cenderung menurun dan juga dipengaruhi oleh musim tanam.
Selama pandemi COVID-19, permintaan sayuran organik seperti labu kuning, paku-pakuan, dan
rimpang meningkat.

Mengenai potensi pertumbuhan permintaan, beberapa penelitian sebelumnya telah mengidentifikasi


motivasi konsumen untuk membeli makanan organik dan secara umum menunjukkan gambaran positif
tentang tingginya permintaan. Pertumbuhan peningkatan permintaan makanan organik di Indonesia
mencapai 15–20%, didorong dengan adanya kemampuan daya beli (Kompas, 2019). Menurut Solomon
(2006), customer purchase behavior cukup kompleks bagi market researcher. Sederhananya, hal ini
adalah studi tentang tindakan psikologis, sosial dan fisik ketika membeli, menggunakan, dan product
dispose. Hasil penelitian sebelumnya menggunakan faktor kesehatan dan food safety untuk melihat
persepsi masyarakat terhadap produk organik (Winarto, 2015; Hamzaoui-Essoussi & Zahaf, 2012;
Shafie & Rennie, 2012; Çabuk et al., 2014; Wee et al., 2014; Pham et al., 2018; Lian & Yoong, 2019),
sifat alami, dan tampilan (Yiridoe et al., 2005). Stolz et al. (2011) menyatakan sensitivitas harga dari
sebagian konsumen organik menunjukkan bahwa rasio harga dengan performance yang dirasakan dari
produk organik perlu ditingkatkan dengan penetapan harga yang sesuai dan informasi integarated
communiaction strategy yang relevan dengan produk. Pendapatan lain oleh Chrysanthini et al. (2018)
menunjukkan variabel sikap terhadap perilaku pembelian sayuran organik tidak memberikan pengaruh
signifikan terhadap niat beli.

Nguyen et al. (2020) menunjukkan bahwa harga, rasa, kepedulian lingkungan, nilai gizi, sertifikasi, dan
pelabelan serta norma subjektif berpengaruh terhadap niat konsumen Vietnam untuk membeli makanan
organik. Thio (2012) mengemukakan lima dimensi persepsi dalam pembentukan pemikiran konsumen
untuk mengonsumsi makanan organik, di antaranya kualitas, kesehatan, food safety serta ramah
lingkungan. Selaras dengan pernyataan Thio (2012), Faradiba & Astuti (2013) juga mengemukakan
bahwa harga produk menunjukkan minat beli konsumen. Selain alasan kesehatan, konsumen memilih
produk organik karena ada kelebihan produk organik dibandingkan produk non-organik, yaitu tidak
mengandung pestisida dan GMO (Genetically Modified Organism) (Ünal et al., 2019). Efek dari
merambahnya teknologi dalam bidang produksi produk pangan (pertanian dan perikanan) seperti
genetic modified (rekayasa genetik) yang mampu menghasilkan produk pertanian dengan varietas
unggul, seperti kebal hama, meningkatkan volume produksi, serta menambah umur panen (Marwan,
2016).

Health consciousness atau faktor kesehatan adalah persepsi konsumen terhadap kesehatan, yang
mendorong kehati-hatian dalam memilih makanan dan memertimbangkan faktor keamanan (Sisca et
al., 2013). Menurut Williams & Hammitt (2001), produk ramah lingkungan seperti makanan organik
semakin disukai oleh konsumen karena produk ini dianggap kurang berbahaya bagi lingkungan dan
lebih sehat daripada produk makanan yang ditanam secara konvensional. Food safety concern
menunjukkan bahwa masalah keamanan pangan adalah kekhawatiran konsumen tentang adanya bahan
kimia berbahaya dalam makanan (Michaelidou & Hassan 2008). Perceived quality atau tingkat
penerimaan terhadap kualitas produk akan memberikan rasa puas karena harapan konsumen tentang
kualitas produk dapat terpenuhi dengan tepat. Brand awareness yang baik dari pengalaman pelanggan
akan menjadi kunci bagi produk organik untuk mendapatkan loyalitas pelanggan (Subagio & Saputra
2012).

1462
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 9 Nomor 4
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Negeri Surabaya 2021
Penelitian mengenai model bisnis oleh Teece (2010) menjelaskan bahwa model bisnis sebagai metode
perusahaan dalam menyampaikan value kepada konsumen dengan membujuk konsumen untuk
mambayar value dan menjadikannya sebagai keuntungan perusahaan. Zott & Amit (2010) menyajikan
model bisnis dari perspektif sistem aktivitas, melihat model bisnis sebagai network, sehingga model
bisnis perlu dikembangkan dengan centre network dibandingkan perspektif perusahaan secara terpusat.
Short & Nielson (2018) menggunakan analisis Business Model Canvas untuk mengetahui bagaimana
pengusaha memasarkan peluang bisnis kepada para business angels dalam proses investasi. Business
Model Canvas tersebut digunakan sebagai kerangka mitigasi untuk membantu pengusaha dalam
mengkomunikasikan dan menyusun informasi yang diinginkan oleh para pelaku bisnis. Osterwalder et
al. (2010) menjelaskan elemen dari model bisnis di antaranya, value proposition, customer segments,
partnerships, key resources, key activities, channels, customer relations, revenues streams, dan cost
structure.

Berdasarkan uraian latar belakang dan identifikasi permasalahan, penelitian ini bertujuan untuk
menentukan desain strategi bisnis menggunakan metode Business Model Canvas (BMC) pada start up
Organic Market di Surabaya melalui persepsi konsumen dalam menentukan keputusan pembelian. Visi
dari Organic Market adalah pentingnya kesehatan manusia yaitu menjadi perusahaan penyedia
makanan sehat organik yang terus bertumbuh dan berkembang dan memberi manfaat sehat untuk
kehidupan manusia. Sementara misi perusahaan adalah menjadi perusahaan penyedia makanan organik
pilihan masyarakat Indonesia. Organic Market memiliki perkebunan organik sendiri dalam
mengupayakan produk sayur mayur serta buah-buahan organik, konsumen bahkan diperbolehkan untuk
melihat kawasan perkebunan dalam wawasan mandala.

Penelitian bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat Surabaya terhadap makanan organik,
dengan berbagai macam persepsi mengenai faktor yang menunjukkan konsumen dalam membeli
makanan organik. Dari hasil analisis persepsi tersebut, dipertimbangkan strategi untuk membuka gerai
makanan organik di Surabaya melalui strategi Business Model Canvas. Penggunaan metode Business
Model Canvas (BMC) dinilai sangat cocok untuk membuat strategi bisnis, karena memiliki banyak
keunggulan yang mampu memecahkan permasalahan dan tantangan perusahaan rintisan dengan
beberapa konsep solusi, membantu pengguna secara visual mewakili elemen model bisnis dan potensi
interkoneksi dan dampak pada penciptaan nilai.

Sebagai alat visual, BMC dapat memfasilitasi diskusi dan eksplorasi potensi inovasi pada model bisnis;
mengembangkan perspektif yang lebih sistemik dari suatu organisasi dan menyoroti value yang
menciptakan dampak pada perusahaan (Wallin et al., 2013); (Bocken et al., 2013) (Osterwalder et al.,
2010), dan membantu perusahaan untuk menyelaraskan operasional usaha melalui visualisasi potensi
trade-off. (Herawati et al. 2019). Penelitian ini memberikan implikasi manajerial bahwa strategi yang
diterapkan dalam membuka gerai makanan organik untuk meningkatkan penjualan dengan
menggunakan strategi pemasaran meliputi produksi, harga, promosi, strategi dan distribusi ini berguna
untuk mengikat konsumen dari segi kuantitas, kualitas dan keseimbangan, sehingga dapat membawa
manfaat lebih.

KAJIAN PUSTAKA

Persepsi
Jayanti & Arista (2019) menyatakan bahwa persepsi adalah suatu proses integrasi dalam diri individu
dengan stimulus yang diterimanya. Hamner dan Organ (1978) mengemukakan bahwa persepsi adalah
suatu proses di mana seseorang mengatur dirinya dalam pikirannya, menafsirkan, mengalami dan
memproses tanda-tanda atau dalam segala sesuatu yang terjadi di sekitar lingkungannya. Menurut
Walgito (2010), persepsi adalah suatu proses yang mendahului proses pendeteksian, yaitu proses di
mana individu menerima rangsangan melalui inderanya, disebut juga dengan proses sensorik. Namun
proses ini tidak hanya berhenti, tetapi stimulus terus berlanjut dan proses selanjutnya adalah proses
kognitif. Kotler & Armstrong (2006) mendefinisikan model perilaku konsumen pada Lampiran 1. Pada
lampiran 1 menunjukkan bahwa stimulisi eksternal akan memasuki Buyer’s Blackbox dan

1463
Zainal Arifin, Nimas Aryany Pratiwi, & Bondan Dewa Brata. Persepsi Konsumen terhadap Makanan
Organik dan Pembentukan Strategi Business Canvas dalam Membuka Gerai Makanan Organik di Kota
Surabaya

menghasilkan beberapa tanggapan bagi konsumen. Stimuli eksternal terdiriatas dua jenis, yaitu stimuli
dari pemasaran dan stimuli lain. Stimuli pemasaran meliputi bauran pemasaran 4Ps, yaitu: produk,
harga, distribusi, dan promosi. Sedangkan stimulus lainnya terdiri dari kondisi ekonomi, teknologi,
politik dan budaya. Buyer’s blackbox terdiri dari dua faktor yaitu karakteristik pembeli yang meliputi
faktor budaya, sosial, pribadi dan psikologis yang memiliki pengaruh besar pada bagaimana pembeli
menanggapi rangsangan tersebut dan bagian kedua adalah proses yang menunjukkan hasil dari
keputusan. Proses pengambilan keputusan meliputi kegiatan identifikasi masalah, pencarian informasi,
evaluasi, pengambilan keputusan, dan perilaku pasca pembelian. Dari penjelasan beberapa ahli tersebut,
persepsi merupakan suatu proses rangsangan yang diterima oleh indera manusia, kemudian dirangsang
untuk mengorganisasikan dan menafsirkan.

Persepsi tentang Gaya Hidup


Menurut Kotler dan Keller (2008), gaya hidup adalah pola hidup seseorang yang terungkap pada AIO
(Activity, Interest, Opinion) yang menggambarkan interaksi seseorang dengan lingkungan sekitarnya.
Menurut Anoraga & Iriani (2014), indikator gaya hidup meliputi (1) aktivitas, merupakan kegiatan
konsumen yang berhubungan dengan kesehatan cenderung menunjukkan konsumen untuk
menentukan persepsi; (2) interest, berhubungan dengan mengemukakan minat, kesukaan,
kegemaran, dan prioritas; dan (3) opini, berkisar sekitar pandangan dan perasaan konsumen
dalam menanggapi isu-isu global, lokal oral ekonomi dan sosial.

Persepsi tentang Komunitas


Brooker (2008) mendefinisikan komunitas sebagai kelompok sosial yang ditentukan oleh ruang lingkup
geografis dan/atau nilai serta ketertarikan yang umum. Pengukuran variabel berdasarkan indikator
persepsi tentang komunitas yaitu: komunitas Greens sebagai representasi komunitas high lifestyle
dikalangan fine dining; gaya hidup organik hanya dapat diikuti oleh kalangan menengah ke atas; dan k
ebutuhan akan prinsip naturopathy berkembang seiring dengan meningkatnya gaya hidup, penghasilan,
serta prestige konsumen.

Persepsi tentang Dampak Lingkungan


Merupakan proses dalam pemahaman kondisi lingkungan sekitar yang terdampak dari proses produksi
makanan organik, hal ini sejalan dengan pernyataan Ünal et al. (2019) bahwa minat konsumen terhadap
makanan organik meningkat karena efek dari pestisida terhadap kesehatan dan lingkungan serta karena
organisme hasil rekayasa genetika (GMO), dan zat non-alami lainnya yang digunakan untuk
meningkatkan produksi pertanian dan makanan organik lebih sehat, tidak berbahaya, dan tidak terlalu
merusak lingkungan dibandingkan makanan yang ditanam secara konvensional (Daniells, 2014).
Produksi makanan organik menurunkan potensi Green House Effect (Tando, 2019). Dengan
mengonsumsi makanan organik, berarti turut menjadi bagian Green Planet Supporters.

Persepsi tentang Kesehatan


Ekelund (1996) melihat motivasi untuk membeli makanan organik adalah alasan kesehatan dan tidak
adanya kontaminasi. Pembeli makanan organik lebih sadar akan kesehatan, dan tidak memiliki
keyakinan pada makanan konvensional (Fricke & Von Alvensleben, 1997). Wandel & Bugge (1995)
menunjukkan motivasi semua pembeli dalam membeli makanan organik adalah karena alasan
kesehatan. Dalam menginterpretasikan makanan organik dilihat dari atribut kesehatan, sehingga
pengukuran variabel didasarkan pada indikator persepsi tentang kesehatan yaitu: menjaga daya tahan
tubuh (imune), dan memiliki nutrisi yang lebih banyak dari pada makanan konvensional.

Business Model Canvas (BMC)


Beberapa penelitian terdahulu menggunakan model bisnis dapat ditemukan pada literatur Betz (2002),
Allen & et al, (2005), Johnson et al. (2008), Nenonen & Storbacka (2010), Smedlund (2012), Maglio
& Spohrer (2013), dan (Ojasalo & Ojasalo 2015). Chesbrough (2007) mengemukakan model bisnis
memiliki fungsi untuk mengartikulasikan value preposition dan menjelaskan value yang diciptakan
untuk customer melalui penawaran. Hal ini dapat dilakukan dengan market identification dan

1464
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 9 Nomor 4
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Negeri Surabaya 2021
memberikan penawaran melalui market segmentation. Struktur value chain dibutuhkan perusahaan
untuk membuat dan mendistribusikan penawaran, dan menentukan complementary asset yang
diperlukan untuk mendukung posisi perusahaan dalam value chain. Selain itu, menentukan mekanisme
perolehan revenue bagi perusahaan, memerkirakan cost structure dan potential profit melalui
penawaran, berlandaskan pada value preposition dan value chain structure yang dipilih.

Bisnis model sesuai Lampiran 2 menunjukkan bagaimana perusahaan dapat menciptakan, mengirim,
dan menangkap value. Menurut Osterwalder et al. (2010), metode yang paling baik untuk
menggambarkan model bisnis dengan nine basic building blocks dengan logika bagaimana sebuah
perusahaan dapat memperoleh dan meningkatkan keuntungan. Nine bulding blocks terdiri dari
customer segments, value prepositions, channels, customer relationships, revenue streams, key
resources, key activities, key partnerships, dan cost structure, mencakup empat bidang di dalam bisnis,
yaitu: infrastruktur, konsumen, kelayakan secara finansial (financial viability), dan penawaran.
Penjelasan kesembilan kotak pada Lampiran 2 menurut Wardhanie et al. (2018) antara lain sebagai
berikut. Customer segments adalah masyarakat yang menggunakan jasa/ produk dari organisasi dan
mereka yang berkontribusi dalam memberikan penghasilan bagi organisasi. Segmentasi pelanggan
juga dapat dipilah berdasarkan perilaku, umur, profesi, penghasilan dan geografi. Value propositions
merupakan satu keunikan yang menentukan mengapa produk atau jasa tersebut pantas dipilih oleh
pelanggan. Hal ini memberi tawaran untuk memecahkan masalah pelanggan dan semaksimal mungkin
memenuhi keinginan pelanggan. Channel adalah sebuah elemen seperti komunikasi, distribusi dan
saluran penjualan yang menyatakan bagaimana cara organisasi berkomunikasi dengan pelanggan
segmennya dan menyampaikan value propositionnya. Customer relationship merupakan pembinaan
hubungan dengan pelanggan, dengan tujuan untuk mendapatkan pelanggan baru dan memertahankan
pelanggan lama. Revenue stream ialah satu aliran dana masuk yang menggambarkan bagaimana
organisasi memeroleh penghasilan berupa uang dari setiap customer segments. Aliran dana inilah yang
membuat sebuah perusahaan tetap hidup atau survive. Key resources menggambarkan aset-aset
terpenting yang menentukan keberhasilan pengoperasian model bisnis, seperti bangunan, kendaraan,
intelektual dan tenaga kerja. Key activities merupakan kegiatan utama yang menunjang keberhasilan
suatu model bisnis dalam mengirimkan value propotitions-nya kepada pelanggan. Key partnership
ialah suatu kesepakatan kerja sama bisnis yang diprakarsai secara sukarela antara dua atau lebih
perusahaan untuk menyelesaikan proyek tertentu. Kerjasama ini dapat menimbulkan penghematan
biaya, mengurangi resiko dan memeroleh sumber daya yang tidak dimiliki perusahaan. Cost structure
menggambarkan semua biaya yang muncul sebagai akibat

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan populasi
konsumen produk organik kota Surabaya, dengan teknik judgemental sampling. Sampel penelitian ini
adalah penduduk Surabaya yang pernah berbelanja atau membeli makanan organik dari restoran yang
menawarkan makanan organik (Healthy Corner, Crunchhaus, Loving Hut dan Nature Vegetarian)
berusia 20 tahun ke atas. Sampel penelitian ini sejumlah 100 sampel. Jenis data yang digunakan adalah
data primer berupa kuesioner untuk pembeli di restoran makanan organik di Surabaya; data sekunder
berupa data atau informasi yang diperoleh melalui studi kepustakaan, teoretis dan dokumenter terkait
pangan organik.

Jenis data yang digunakan adalah data primer berupa kuesioner untuk pembeli di restoran makanan
organik di Surabaya; dan data sekunder yaitu berupa data atau informasi yang diperoleh melalui studi
literatur, teori dan dokumen yang berkaitan dengan pangan organik. Dalam penelitian ini, variabel-
variabel yang digunakan meliputi: persepsi tentang gaya hidup (X1), Persepsi tentang komunitas
Komunitas Organik Indonesia Chapter Surabaya (X2), Persepsi tentang dampak lingkungan (X3), dan
Persepsi tentang kesehatan (X4). Pada penelitian ini dilakukan perhitungan frekuensi dan mean (nilai
rata-rata) untuk memberikan gambaran atau deskripsi mengenai persepsi dan minat beli konsumen
terhadap makanan organik. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik statistik deskriptif.

1465
Zainal Arifin, Nimas Aryany Pratiwi, & Bondan Dewa Brata. Persepsi Konsumen terhadap Makanan
Organik dan Pembentukan Strategi Business Canvas dalam Membuka Gerai Makanan Organik di Kota
Surabaya

Berdasarkan analisis yang dilakukan, selanjutnya disusun strategi Business Model Canvas. Kerangka
penelitian yang digunakan tersaji pada Lampiran 3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden dengan menyebar kuesioner sebanyak 100 yang disebarkan kepada responden
yang merupakan konsumen makanan organik di Healthy Corner, Crunchaus, Loving Hut, dan Nature
Vegetarian. Responden dalam penelitian ini didominasi oleh wanita sebesar 57% dan pria 43% dengan
rentang usia di atas 20 tahun. Responden dalam penelitian ini memiliki pendapatan per bulan yakni
Rp1.500.000-Rp2.999.999 sebesar 18,76%; Rp3.000.000-Rp4.449.999 sebesar 20,57%; Rp4.500.000-
Rp6.499.999 sebesar 31,67%; dan di atas Rp6.500.000 sebesar 29%.

Tabel 1.
KARAKTERISTIK RESPONDEN

Karakteristik Responden Persentase


Mahasiswa 8,45%
Pegawai Swasta 15,22%
Pekerjaan Wiraswasta 23,76%
Profesional 39,70%
Pegawai Negeri 12,87%
Orang Lain 25,67%
Internet 60,34%
Sumber Informasi
Media Cetak 5%
Televisi 9,32%
Kurangnya informasi mengenai keberadaan makanan
25,77%
organik
Kendala Harga lebih mahal 35,64%
Terbatasnya tempat yang menjual makanan organik 10,44%
Kesulitan mencari produk tertentu yang diinginkan 29,65%
1 kali 32,76%
2-5 kali 38,65%
Frekuensi dalam satu bulan
6-10 kali 18,52%
> 10 kali 10,32%
Lebih sehat 32,65%
Gaya Hidup 45,76%
Motivasi Lebih berkualitas 7,64%
Lebih Ramah Lingkungan 10,65%
Bebas Zat Kimia 3,65%
Sayur-sayuran 45,75%
Buah-buahan 23,76%
Produk yang Sering Dibeli
Daging 18,67%
Beras Organik 12,16%
Restoran 24,55%
Marketplace 39,54%
Tempat Supermarket 20,67%
Pasar tradisional 10,67%
Distributor 4,76%
Tingkat Harga yang Dapat 10-25 % 45,75%
Ditoleransi oleh Responden 25-50 % 29,45%
Lebih Mahal Daripada 50-75 % 15,43%
Makanan Konvensional 50-100 % 10,34%
Sumber: Data diolah (2020)

Gambaran persepsi konsumen dikumpulkan melalui hasil responden dalam kuesioner dengan 8
(delapan) pertanyaan tentang persepsi konsumen terhadap makanan organik menggunakan skala likert
dari skala sangat tidak setuju hingga sangat setuju. Kemudian mencari mean dari semua variabel yang

1466
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 9 Nomor 4
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Negeri Surabaya 2021
tersedia untuk menentukan klasifikasi yang menilai persepsi responden terhadap laporan variabel
penelitian. Pernyataan responden mengenai persepsi elemen alat disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2.
NILAI MEAN PERSEPSI RESPONDEN

Variabel Persepsi Mean SD


X1 Persepsi tentang gaya hidup 4,18 0,58
Persepsi tentang komunitas organik
X2 4,02 0,64
chapter Surabaya
X3 Persepsi tentang dampak lingkungan 4,17 0,502
X4 Persepsi tentang kesehatan 4,03 0,716
Sumber: Data diolah (2020)

Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata persepsi responden yang pernah membeli makanan organik
terhadap setiap pernyataan tentang makanan organik adalah antara 4,03 sampai 4,18. Nilai mean yang
didapatkan menjelaskan persepsi responden mengenai makanan organik yang tertinggi adalah persepsi
terhadap gaya hidup di mana makanan organik meningkatkan lifestyle. Sedangkan persepsi mengenai
komunitas organik Chapter Surabaya memiliki persepsi paling rendah dibandingkan persepsi yang lain,
atau dengan kata lain, responden mengikuti lifestyle untuk hidup sehat berdasarkan tren yang beredar
pada masyarakat, namun tidak secara aktif berkontribusi pada komunitas organik Chapter Surabaya.

Menurut penelitian sebelumnya, konsumen makanan organik mayoritas adalah wanita, sadar kesehatan,
aktif secara fisik, dan dalam kelompok pendidikan dan pendapatan yang lebih tinggi daripada rekan
mereka yang mengonsumsi non-organik serta lebih cenderung memiliki rasio makanan nabati dan
hewani yang lebih tinggi, dengan hubungan yang kuat antara konsumen vegetarian/vegan dan konsumsi
organik.(Baudry et al., 2015).

Strategi Businеss Modеl Cаnvаss pada Organik Market


Berdasarkan hasil identifikasi dan analisis data ditentukan desain strategi bisnis menggunakan metode
Business Model Canvas (BMC) berdasarkans segmen sebagai berikut:

Customer Segments
Target dari pelanggan B2B yaitu hotel dan resto bintang 3 ke atas dengan memertimbangkan kualitas
dan harga produk organik yang ditawarkan, serta melihat menu yang ditawarkan. Sedangkan target dari
B2C adalah pelanggan kelas menengah ke atas yang berfokus pada wanita dengan rentang usia 30 tahun
ke atas.

Value Propositions
Organic Market menerapkan prinsip fair-trade di mana perusahaan melakukan kerjasama perdagangan
berdasarkan dialog, transparansi dengan setiap rantai distribusi. Melalui perdagangan yang adil,
perusahaan akan membeli makanan dari petani dengan harga yang lebih adil dan lebih tinggi.
Selanjutnya, nilai tambah tersebut ditunjukkan oleh kesediaan konsumen untuk membayar harga yang
lebih tinggi. Produk pertanian bahan pangan organik dibeli dengan harga premium dibandingkan
dengan produk pertanian konvensional. Konsumen dapat langsung memilih dari toko offline dan
memesan sayuran melalui jejaring sosial seperti website, Instagram dan Facebook, sayuran dapat diantar
lebih cepat dan dengan minimum order Rp100.000 (belum termasuk ongkos kirim) dari pada sayuran
lain biasanya dikirim dalam 2 hari dengan pembelian minimum lebih dari 10 kg.

Channels
Pada proses komunikasi kepada pelanggan, Organic Market meringkas rantai distribusi seperti Gambar
1. Hal ini juga dapat meningkatkan nilai tukar petani. Artinya, petani makin sejahtera dan harga di
konsumen makin terjangkau. Konsumsi sehat pun makin memasyarakat.

1467
Zainal Arifin, Nimas Aryany Pratiwi, & Bondan Dewa Brata. Persepsi Konsumen terhadap Makanan
Organik dan Pembentukan Strategi Business Canvas dalam Membuka Gerai Makanan Organik di Kota
Surabaya

Gambar 1. SALURAN DISTRIBUSI ORGANIC MARKET

Efektivitas penyebaran informasi melalui daring yang relatif tinggi. Pemahaman dan penguasaan jalur
daring menjadi sangat penting, terlebih lagi Indonesia (dan juga seluruh dunia) sedang mengalami
pandemi covid 19 yang mengubah pola kehidupan, termasuk pola berjualan, pola berbelanja dan juga
konsumsi pangan. Gerai Organic Market menggunakan social network instagram dan facebook dalam
penyebaran informasi produk melalui daring, serta melayani penjualan secara online melalui
marketplace shoppee dan tokopedia. Adanya pertumbuhan secara exponential pada penggunaan
smartphone dan wireless network melalui platform berbasis aplikasi (Lu et al, 2011). Sebagai contoh,
alibaba merilis aplikasi taobao, dan aplikasi Shoppee dengan rating penggunaan tertinggi di Indonesia
(iprice, 2020). Organic Market juga menyediakan toko offline dengan fasilitas konsumen dapat melihat
perkebunan organik secara langsung.

Customer Relationships
Bagian ini menjadi titik fokus untuk mengembangkan strategi pemasaran yang tepat bagi Organic
Market. Tidak hanya di blok ini, penyusunan strategi pemasaran juga membutuhkan sejumlah blok
pendukung lainnya agar kegiatan pemasaran dapat menyeimbangkan antara kualitas dan kuantitas.
Loyalitas adalah hal yang paling penting dalam pemasaran, Organic Market dapat melakukan promosi
gratis ongkos kirim untuk minimum order 2 kg untuk jenis buah dan bahan pangan organik, tidak
termasuk sayuran organik.

Kepada pelanggan B2C yang selalu datang melihat perkebunan organik, Organic Market memberikan
penjelasan yang komprehensif mengenai makanan organik dan pentingnya gaya hidup sehat, dengan
melakukan penawaran produk secara sederhana. Kunjungan ke kebun organik tidak dipungut biaya,
tetapi Organic Market mengambil keuntungan dari pelanggan potensial dengan merenovasi taman kecil
menjadi tempat berteduh dan menawarkan berbagai produk olahan yang sehat seperti salad, jus, buah,
dan makanan olahan organik lainnya.

Revenue Streams
Organic Market didasarkan pada pendapatan dari transaksi, melalui penjualan aset, yaitu penjualan
produk fisik, tingkat pengembalian keuntungan tinggi melalui penjualan produk utama. Sumber
pendapatan dari penjualan makanan organik dilakukan dengan tiga cara yaitu penjualan langsung
dengan cara menjual langsung ke konsumen tanpa media apapun atau secara offline, penjualan belanja
online dilakukan melalui sarana online seperti facebook sebagai platform penjualan online dan sebagai
sumber informasi bagi pelanggan, serta penjualan melalui marketplace dengan traffic tinggi seperti
Tokopedia, Lazada dan Shoppee.

Pendapatan yang diterima merupakan transaksi pelanggan tersegmentasi, yaitu B2B dan B2C secara
langsung, online atau melalui marketplace. B2B adalah pelanggan hotel dan restoran, B2C adalah
pelanggan individu atau perseorangan. Data pendapatan disajikan sebagai histogram dengan melihat
data berdasarkan segmen pelanggan tiga bulan 2020, disajikan sebagai persentase dari total pendapatan

1468
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 9 Nomor 4
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Negeri Surabaya 2021
pasar organik. Selain pendapatan dari dua jenis customer di atas, juga mendapatkan data pendapatan
lebih detail yang berupa jenis item produk yang dijual dalam prosentase (keseluruhan disajikan dalam
Gambar 2).

70 120
60 100
50
80
40 Sayur Western
43 B2B 60
40 Sayur Oriental
30 37
B2C
40 Sayur Herbs
20
10 20

0 0
Jan Feb Mar Jan Feb Mar

Sumber: Data diolah (2020)


Gambar 2. PENDAPATAN BERDASARKAN SEGMEN CUSTOMER ORGANIC MARKET
DAN BERDASARKAN JENIS ITEM

Key Resources
Dalam Organic Market ini, sumber daya yang telah dimiliki dan digunakan dalam menjalankan
operasional bisnis ini yaitu: sumber daya fisik termasuk offline store serta armada pendukung saluran
distribusi, riset dan pengembangan produk, sumber daya teknologi dan database menggunakan
teknologi aplikasi yang sederhana dan memiliki database terkait dengan data pelanggan yang berisi
daftar pelanggan yang aktif maupun yang tidak aktif, sumber daya manusia dengan memiliki struktur
organisasi yang mencakup beberapa fungsi, yaitu manajer (CEO) yang bertugas melakukan pengelolaan
manajemen, tim marketing yang bertugas untuk melakukan pemasaran baik secara online digital
marketing maupun secara offline melalui kegiatan persuasif customer, tim business development dan
customer service, sumber daya finansial berupa uang tunai yang berasal dari keuntungan bisnis yang
telah berjalan selama ini, sumber daya utama adalah kebun sayur organik yang berada di kota. Sehingga,
perkebunan di kota menjadi ciri khas agar customer mudah menjangkau produk. Selain itu, juga fasilitas
produksi yang berupa peralatan, bibit, dan lain sebagainya karena fasilitas tersebut memiliki SOP yang
menjadikan hasil sayur berbeda dari kebun lain.

Key Activities
Kegiatan utama merupakan tindakan penting yang perlu diperhatikan untuk melakukan operasional
bisnis dan mencapai target perusahaan. Aktivitas kunci ini mencakup kegiatan untuk menciptakan dan
memberikan proposisi nilai pada pelanggan, mampu menjangkau dan memertahankan pelanggan, serta
mampu memeroleh pendapatan bagi perusahaan. Selama ini, proses aktivitas kunci yang telah di
lakukan oleh Organic Market meliputi sertifikasi BPOM, screening supplier dalam mendapatkan raw
material, riset untuk memaksimalkan product development, serta optimalisasi store baik online maupun
offline. Aktivitas utama lain yaitu cara bertanam, hidroponik serta penolahan sesuai SOP agar masalah-
masalah bertanam tidak muncul seperti banyaknya sayur mati, hama serta gagal panen dan lain-lain.
Selain itu, juga melakukan hot sales untuk produk-produk sehat, dan pengolahan sayur menjadi
makanan atau minuman yang sehat, enak, serta unik.

Key Partnerships
Bidang usaha sektor pertanian, mitra utama adalah distributor benih, rockwool dan bahan nutrisi yang
memiliki pengaruh besar pada operasional usaha yang sedang berlangsung. Dijelaskan, bahan tanam
merupakan bahan impor, sehingga produsen harus menjaga hubungan baik dengan importir untuk terus
mempercepat pasokan bahan tanaman. Selain itu, mitra adalah petani sayuran hidroponik, karena ketika
ada banyak permintaan yang tidak terduga, Organic Market dapat dengan mudah menghubungi petani
mitra tersebut untuk memenuhi dan memenuhi kebutuhan pelanggan.

1469
Zainal Arifin, Nimas Aryany Pratiwi, & Bondan Dewa Brata. Persepsi Konsumen terhadap Makanan
Organik dan Pembentukan Strategi Business Canvas dalam Membuka Gerai Makanan Organik di Kota
Surabaya

Organic Market tidak terlepas dari adanya peranan dari berbagai mitra yang telah bekerjsama dan
mendorong jalan nya model bisnis. Kegiatan kerja sama mendukung proses bisnis Organic Market
secara keseluruhan, yaitu mengelola hasil pertanian dan proses sistem penanaman sampai harvesting
dilakukan secara pribadi oleh para petani. Kedua Organic Market bekerjasama dengan para mitra tani
melalui kontrak kerjasama. Hasil panen dibeli oleh Organic Market dengan harga wajar dengan
memegang prinsip fair trade. Untuk dapat menghasilkan produk pangan organik sesuai dengan standar
Organic Market maka para mitra tani akan diberikan oleh tim Organic Market cara mengelola pertanian
organik yang benar dan menghasilkan pangan organik yang berkualitas tinggi. Setelah hasil pertanian
tersebut dipanen, kemudian dikirim ke warehouse Organic Market untuk dilakukan proses produksi
seperti sorting, trimming, washing, grading, packaging.

Cost Structure
Struktur biaya merupakan gambaran dari biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
mengoperasikan model bisnisnya. Bagian ini menjelaskan biaya terpenting yang muncul karena adanya
aktivitas utama (key activities) yang telah diuraikan sebelumnya. Komponen struktur biaya yang ada
dalam Organic Market ini meliputi fixed cost, di antaranya biaya gaji SDM, biaya pembelian produk,
biaya domain dan hosting, biaya operasional (listrik, internet, administrasi, packaging dan labeling),
biaya sewa ruko (toko offline) dan variable cost di antaranya biaya riset, biaya promosi, diskon kurir,
handling reseller, handling warehouse partnership. Secara keseluruhan strategi Business Model
Canvas dari Organik Market disajikan pada gambar 3.

Gambar 3. BUSINESS MODEL CANVAS ORGANIC MARKET

Implikasi Manajerial
Para pelaku ekonomi harus memerhatikan peluang di bidang pangan organik karena banyak konsumen
yang berpikir untuk hidup lebih sehat dan mengkonsumsi pangan yang lebih ramah lingkungan yaitu
real food produk organik. Surabaya merupakan kota dengan pangsa pasar yang signifikan di sektor
makanan organik, dilihat dari pertumbuhan yang cukup pesat pada komunitas makanan organik chapter
Surabaya. Produsen bahan pangan organik masih belum banyak di Surabaya sehingga dapat menangkap
pangsa pasar yang lebih besar dari konsumen makanan organik.

1470
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 9 Nomor 4
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Negeri Surabaya 2021
Berdasarkan data penelitian kebanyakan dari responden mengetahui tentang makanan organik adalah
dari referensi orang lain seperti referensi dari keluarga, teman, juga sahabat. Oleh karena itu, strategi
pemasaran yang paling efektif dilakukan adalah Mobile Electronic Word Of Mouth (eWOM).
Mengingat bahwa internet mobile penting dalam penyebaran informasi real-time mengenai produk
maupun layanan, eWOM dianggap sebagai instrumen pemasaran yang kuat dalam konteks jejaring
sosial, di mana pelanggan membuat keputusan berdasarkan ulasan yang telah diposting oleh konsumen
sebelumnya (Shen et al., 2013). Pelaku bisnis dapat berbagi pemikiran dan ide melalui teks, gambar,
dan video di aplikasi media sosial berbasis seluler. Aplikasi media sosial memungkinkan penyebaran
eWOM di antara banyak pengguna, yang bahkan dapat membagikan perasaan hanya dengan
meneruskan postingan yang disetujui (Yan et al., 2018).

Perlu juga mengedukasi dunia usaha dan pemerintah agar masyarakat lebih mengenal makanan organik,
sehingga masyarakat bisa lebih memahami makanan organik dan perbedaan antara makanan organik
dan makanan konvensional. Pengetahuan ini dapat dilakukan melalui media, pers, radio atau seminar.
Pemerintah juga harus merasionalkan lahan pertanian yang ada agar pangan organik dapat diproduksi
lebih optimal.

KESIMPULAN

Konsumen makanan organik di Surabaya secara umum memiliki persepsi yang baik terhadap produk
makanan organik ditinjau dari atribut kesehatan, gaya hidup, komunitas, dan ramah lingkungan.
Responden yang pernah membeli produk makanan organik memiliki tingkat persepsi yang tinggi
terhadap atribut gaya hidup. Makanan organik dianggap lebih bernutrisi dibandingkan makanan
konvensional lainnya dan makanan organik mampu meningkatkan daya tahan tubuh, sedangkan tingkat
persepsi yang lebih rendah para konsumen jatuh pada persepsi konsumen terhadap kualitas makanan
organik. Para responden menganggap bahwa kualitas makanan organik tidak lebih baik dari makanan
konvensional.

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan selain manfaat yang disebutkan. Penelitian ini hanya
berfokus pada beberapa faktor yang menunjukkan perilaku pembelian makanan organik. Pada
kenyataannya, masih banyak faktor lain yang dapat menunjukkan perilaku pembelian konsumen yang
perlu diteliti, seperti usaha atau ketersediaan pasar. Selain itu, penelitian ini terbatasnya informasi
masyarakat Surabaya mengenai makanan organik menjadi kendala terbesar responden. Akibatnya,
hasilnya mungkin tidak mewakili seluruh pasar organik di Surabaya. Penelitian lebih lanjut bisa lebih
spesifik dengan menambahkan lebih banyak faktor untuk meneliti dan menganalisis lebih lanjut faktor
demografis untuk bisa mencerminkan lebih detail tentang keseluruhan konteks makanan organik di
Surabaya. Cakupan geografis dan ukuran sampel harus diperluas untuk meminimalkan bias antara
penelitian dan pasar.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, J., Reichheld, F. F., Hamilton, B., & Markey, R. (2005). How to achieve true customer-led
growth: Closing the delivery gap. Bain & Company, 1-7.

Anoraga,BJ., dan Iriani,S. S. (2014). Pengaruh Gaya Hidup dan Kelompok Acuan Terhadap Keputusan
Pembelian Smartphone Merek Samsung Galaxy. Bisnis dan Manajemen, 7(031),139-147.

Barański, M., Średnicka-Tober, D., Volakakis, N., Seal, C., Sanderson, R., Stewart, G. B.,…& Leifert,
C. (2014). Higher antioxidant and lower cadmium concentrations and lower incidence of
pesticide residues in organically grown crops: a systematic literature review and meta-
analyses. British Journal of Nutrition, 112(5), 794-811.

Baudry, J., Ducros, V., Druesne-Pecollo, N., Galan, P., Hercberg, S., Debrauwer, L., ... & Kesse-Guyot,
E. (2019). Some differences in nutritional biomarkers are detected between consumers and

1471
Zainal Arifin, Nimas Aryany Pratiwi, & Bondan Dewa Brata. Persepsi Konsumen terhadap Makanan
Organik dan Pembentukan Strategi Business Canvas dalam Membuka Gerai Makanan Organik di Kota
Surabaya

nonconsumers of organic foods: findings from the BioNutriNet project. Current developments in
nutrition, 3(3), 1-9.

Baudry, J., Méjean, C., Péneau, S., Galan, P., Hercberg, S., Lairon, D., & Kesse-Guyot, E. (2015).
Health and dietary traits of organic food consumers: results from the NutriNet-Sante
study. British Journal of Nutrition, 114(12), 2064-2073.

Betz, F. (2002). Strategic Business Models. EMJ - Engineering Management Journal, 14(1), 21–28.

Bocken, N., Short, S., Rana, P., & Evans, S. (2013). A value mapping tool for sustainable business
modelling. Corporate Governance (Bingley), 13(5), 482–497. https://doi.org/10.1108/CG-06-
2013-0078

Chesbrough, H. (2007). Business Model Innovation: It’s Not Just About Technology Anymore. Strategy
and Leadership, 35(6), 12–17.

Chrysanthini, B., Sumarwan, U., & Rifin, A. (2017). Preferensi konsumen terhadap produk sayuran
organik (studi kasus konsumen UD Fabela-Myfarm) di Bogor Jawa Barat. Manajemen IKM:
Jurnal Manajemen Pengembangan Industri Kecil Menengah, 12(2), 151-160.

Ç Çabuk, S., Tanrikulu, C., & Gelibolu, L. (2014). Understanding organic food consumption: attitude
as a mediator. International Journal of consumer studies, 38(4), 337-345.

Daniells, S. (2014). “US Organic Food Market to Grow 14% from 2013-18”
http://www.foodnavigatorusa.com/Markets/US-organic-food-market-to-grow-14-from-2013-18
diakses 24 November 2021

Ekelund Axelson, L. (1996). Demand and supply factors on the market for organic vegetables: the case
of Sweden. In XIII International Symposium on Horticultural Economics 429 (pp. 367-376).

Faradiba, & Astuti, S. R. T. (2013). Analisis Pengaruh Kualitas Produk, Harga, Lokasi, Dan Kualitas
Pelayanan Terhadap Minat Beli Ulang Konsumen (Studi pada Warung Makan “Bebek Gendut”
Semarang). Diponegoro Journal of Management, 2(3), 1–11.

Fricke, A., & von Alvensleben, R. (1997). Verbrauchereinstellungen als Bestimmungsgründe der
Nachfrage nach Öko-Produkten–eine Längs-und Querschnittsanalyse. Proceedings “Schriften
der Gesellschaft für Wirtschafts-und Sozialwissenschaften des Landbaues eV”, 33(874-2016-
61758), 85-96.

Halidi, Risna. (2020). Pandemi Covid-19, Permintaan Produk Organik Makin Meningkat. Pandemi
Covid-19, https://www.suara.com/lifestyle/2020/10/20/192333/pandemi-covid-19-permintaan-
produk-organik-makin-meningkat, diakses 5 Maret 2021

Hamzaoui-Essoussi, L., & Zahaf, M. (2012). Canadian Organic Food Consumers’ Profile and Their
Willingness to Pay Premium Prices. Journal of International Food and Agribusiness Marketing,
24(1), 1–21.

Hamner, W. C., & Organ, D. W. (1978). Organizational behavior: An applied psychological approach.
Dallas TX: Business publications.

Herawati, N., Lindriati, T., & Suryaningrat, I. B. (2019). Penerapan Bisnis Model Kanvas Dalam
Penentuan Rencana Manajemen Usaha Kedelai Edamame Goreng. Jurnal Agroteknologi, 13(01),
42-51.

1472
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 9 Nomor 4
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Negeri Surabaya 2021
Jayanti, F., & Arista, N. T. (2019). Persepsi Mahasiswa Terhadap Pelayanan Perpustakaan Universitas
Trunojoyo Madura. Competence : Journal of Management Studies, 12(2), 205–223.

Johnson, M. W., (2008). Reinventing Your Business Model. Harvard Business Review, 86(12), 58-67.

Kotler, Philiph dan Amstrong, Gary. (2006). Prinsip-prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.

Kotler, P., & Keller, K. L. (2008). Marketing strategy. London: London Business Forum.

Lian, S. B., & Yoong, L. C. (2019). Assessing the Young Consumers’ Motives and Purchase Behavior
for Organic Food: An Empirical Evidence from a Developing Nation. International Journal of
Academic Research in Business and Social Sciences, 9(1), 69-87.

Lu, Y., Yang, S., Chau, P.Y.K. and Cao, Y. (2011), “Dynamics between the trust transfer process and
intention to use mobile payment services: a cross-environment perspective”, Information and
Management, Vol. 48 No. 8, pp. 393-403.

Luviana, Sisca & Lilik Wahyudi (2013). Persepsi Produk Organik dan Minat Beli Konsumen (Studi
pada Mahasiswa Universitas Sebelas Maret). Fokus Manajerial, 12, 58–66.

Maglio, P. P., & Spohrer, J. (2013). A Service Science Perspective On Business Model Innovation.
Industrial Marketing Management, 42(5), 665–670.

Marwan, F. B. (2016). Politik Pangan: Hegemoni Komoditas Pertanian. Journal of International


Relations, 2(4), 189–200.

Michaelidou, N., & Hassan, L. M. (2008). The Role Of Health Consciousness, Food Safety Concern
And Ethical Identity On Attitudes And Intentions Towards Organic Food. International Journal
of Consumer Studies, 32(2), 163–170.

Nenonen, S., & Storbacka, K. (2010). Business Model Design: Conceptualizing Networked Value Co-
Creation. International Journal of Quality and Service Sciences, 2(1), 43–59.

Nguyena, C., Nguyenb, Y., & Quyc, T. (2020). Organic Foods: What Are the Driving Factors of
Purchase Intention?. Depression, 13(11), 400-418.

Osterwalder, A., & Pigneur, Y. (2010). Business model generation: a handbook for visionaries, game
changers, and challengers (Vol. 1). New Jersey: John Wiley & Sons.

Pham, T. H., Nguyen, T. N., Phan, T. T. H., & Nguyen, N. T. (2018). Evaluating the purchase behaviour
of organic food by young consumers in an emerging market economy. Journal of Strategic
Marketing, 27(6), 540–556. https://doi.org/10.1080/0965254X.2018.1447984

Rahman, Syamsul., Aryanti, Ekalestari.,Ruhumuddin, Ruhumuddin. (2015). Ibm Kelompok Tani


Sayuran Organik Di Kota Makassar ( Ibm Farmer Groups Of Organic Vegetable In Makassar ).
Majalah Aplikasi IPTEKS Ngayah.6(1), 9-19.

Ribas‐Agustí, A., Díaz, I., Sárraga, C., García‐Regueiro, J. A., & Castellari, M. (2019). Nutritional
properties of organic and conventional beef meat at retail. Journal of the Science of Food and
Agriculture, 99(9), 4218-4225.

Shafie, F. A., & Rennie, D. (2012). Consumer Perceptions Towards Organic Food. Procedia - Social
and Behavioral Sciences, 49, 360–367.

Shen, X. L., Wang, N., Sun, Y., & Xiang, L. (2013). Unleash The Power Of Mobile Word-Of-Mouth:

1473
Zainal Arifin, Nimas Aryany Pratiwi, & Bondan Dewa Brata. Persepsi Konsumen terhadap Makanan
Organik dan Pembentukan Strategi Business Canvas dalam Membuka Gerai Makanan Organik di Kota
Surabaya

An Empirical Study Of System And Information Characteristics In Ubiquitous Decision Making.


Online Information Review, 37(1), 42–60.

Sort, J.C. and Nielsen, C. (2018), "Using the business model canvas to improve investment
processes", Journal of Research in Marketing and Entrepreneurship, 20 (1), 10-
33. https://doi.org/10.1108/JRME-11-2016-0048

Smedlund, A. (2012). Value Cocreation in Service Platform Business Models. Service Science, 4(1),
79–88.

Solomon, M., Bamossy, G., Askegaard, S., Hogg, K.M. (2006), Consumer Behaviour: A European
Perspective. Essex: Pearson Education Limited.

Stolz, H., Stolze, M., Hamm, U., Janssen, M., & Ruto, E (2011). Consumer Attitudes Towards Organic
Versus Conventional Food With Specific Quality Attributes. NJAS - Wageningen Journal of Life
Sciences, 58(3–4), 67–72.

Subagio, H., & Saputra, R. (2012). The Effect Of Perceived Service Quality, Perceived Value,
Satisfaction And Image On Customer Loyalty (Garuda Indonesia Case Study). Marketing
Managemenr Journal, 7(1), 42–52.

Tando, E. (2019). Review: Pemanfaatan Teknologi Greenhouse Dalam Budidaya Tanaman


Hortikultura. Buana Sains, 19(1), 91–102.

Teece, D. J. (2010). Business Models, Business Strategy and Innovation. Long Range Planning, 43(2–
3), 172–194.

Thio, S. (2012). Persepsi Konsumen terhadap Makanan Organik di Surabaya. Jurnal Manajemen
Perhotelan, 4(1), 18–27.

Sevtap, Ü. N. A. L., Deveci, F. G., & Yildiz, T. (2019). Do We Know Organic Food Consumers? The
Personal and Social Determinants of Organic Food Consumption. In Istanbul Business Research.
48(1),1-35.

Walgito, B. (2010). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: ANDI.

Wallin, J., Chirumalla, K., & Thompson, A. (2013). Developing PSS Concepts from Traditional Product
Sales Situation: The Use of Business Model Canvas BT. Product-Service Integration for
Sustainable Solutions, Chapter 23, 263–274.

Wardhanie, A. P., & Kumalawati, D. (2018). Analisis Business Model Canvas pada Perpustakaan
Institut Bisnis dan Informatika Stikom Surabaya dalam Meningkatkan Kualitas Perguruan
Tinggi. Berkala Ilmu Perpustakaan dan Informasi, 14(2), 124-132.

Wee, C. S., Ariff, M. S. B. M., Zakuan, N., Tajudin, M. N. M., Ismail, K., & Ishak, N. (2014).
Consumers Perception, Purchase Intention and Actual Purchase Behavior of Organic Food
Products. Review of Integrative Business and Economics Research, 3(2), 378–397.

Wandel, M. and Bugge, A. (1996). Environmental concern in consumer evaluation of food quality.
Food Quality and Preference, Vol. 8 (1), 19-26

Williams, P. R. D., & Hammitt, J. K. (2001). Perceived Risks Of Conventional And Organic Produce:
Pesticides, Pathogens, And Natural Toxins. Risk Analysis, 21(2), 319–330.

1474
Jurnal Ilmu Manajemen Volume 9 Nomor 4
Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Negeri Surabaya 2021
Winarto, O. (2015). Analisa Persepsi Masyarakat Surabaya terhadap Makanan Organik. Jurnal
Hospitality dan Manajemen Jasa, 3(2), 260-273.

Yan, X., Shah, A. M., Zhai, L., Khan, S., & Shah, S. A. A. (2018). Impact Of Mobile Electronic Word
Of Mouth (EWOM) On Consumers Purchase Intentions In The Fast-Causal Restaurant Industry
In Indonesia. Proceedings of the Annual Hawaii International Conference on System Sciences,
2018, 3801–3810.

Lampiran 1. CONSUMER BEHAVIOR

Sumber: Kotler & Armstrong (2006).

Lampiran 2. BUSINESS MODEL CANVAS

Sumber: Osterwalder & Pigneur (2010).

1475
Zainal Arifin, Nimas Aryany Pratiwi, & Bondan Dewa Brata. Persepsi Konsumen terhadap Makanan
Organik dan Pembentukan Strategi Business Canvas dalam Membuka Gerai Makanan Organik di Kota
Surabaya

Lampiran 3. KERANGKA PENELITIAN

1476

You might also like