You are on page 1of 18

HUBUNGAN KONDISI GEOLOGI TERHADAP ALTERASI HIDROTERMAL

DAN MINERALISASI PADA ENDAPAN EPITERMAL DAERAH BUNIKASIH,


KECAMATAN TALEGONG, KABUPATEN GARUT, PROVINSI JAWA BARAT

Saumi Rahmawati*, Hadi Nugroho*, Dian Agus Widiarso*, dan Okky Verdiansyah**
(corresponding email: saumirahma@gmail.com)

* Program Studi Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang


** PT Antam, Tbk Unit Geomin Papandayan, Garut, Jawa Barat

ABSTRACT

Hydrothermal alteration is a changed in the mineral composition of the rock as a


result of interaction of hydrothermal fluids with the wall rock involving various geological
environments like fault zones and volcanic eruptions zones. Hydrothermal alteration has a
very close relationship with the mineralization. Mineralization is a process of inclusion of
valuable rare minerals in rocks that form ore deposits. The purpose of this study is to
determine the geological conditions of the mapping area and knowing the type of alteration
and the relationship between alteration with the developing of ore mineralization.
Research methods include field observations survey and continued by analysis
methods, conducted in Bunikasih and surrounding areas, Talegong District, Garut regency,
West Java. Methods of analysis undertaken include petrology, petrography, Terraspec, and
structure analysis.
Geological conditions of the study area consists geomorphological unit of structural
steep hills and undulating hills of volcanic units (Van Zuidam, 1983). The research area is
composed by rocks from old to young volcanic breccia, Andesite Lava, and tuff. Geological
structures that are left slip fault of North Cibaliung, right slip thrust fault of South
Cibaliung, right slip normal fault of Citutugan-Cibaliung Beet. There are prophylitic
alteration (smectite, chlorite, ±illite), argillic (kaolinite, illite, smectite), advanced argillic
(kaolinite, illite, alunite, silica), and silicification (vein zone). In the study area there are
two types of epithermal, low sulfidation epithermal zone on Bunikasih mineralized was
found that quartz manganese vein, chalcedonic vein, crustiform-colloform banded vein, and
disseminated pyrite. there are 5 main vein lines with 40-100cm of thickness with a
northwest-southeast direction formed on andesite and tuff, due to the style of the extensions
that form the structure openings fault trending Northwest-Southeast. At high sulphidation
epithermal indication zone in Datarkorot is dominated by advanced argillic alteration.
Mineralization occurred is in the disseminated pyrite form and the concentrated hematite
oxide mineral, goethite, and jarosite is a condition of changing sulfide mineral acids.
Mineralization is controlled by lithology, by tuff unit which is interpreted lithocap of a
diaterme breccia generated by a dacite porphyry intrusion.
Keyword: alteration, mineralization, epithermal low sulphidation, epithermal high
sulphidation

1
I. PENDAHULUAN
Alterasi hidrotermal adalah perubahan miring kearah selatan dengan kemiringan
komposisi mineral batuan sebagai akibat lapisan yang dominan landai.
dari interaksi fluida hidrotermal dengan Stratigrafi Pegunungan Selatan Jawa
batuan samping. Fluida yang membawa Barat yang disusun oleh Gafoer, dkk. (1992;
larutan metal, biasanya bersumber dalam Martadiastuti, 2011) meyebutkan
dari batuan beku terdekat atau pencucian urutan stratigrafi dari tua kemuda yang
dari batuan disekitarnya yang melibatkan menyusun daerah ini yaitu Formasi Jampang
berbagai lingkungan geologi meliputi yang berumur Miosen Awal-Tengah,
zona patahan dan letusan gunung api. Formasi Bentang berumur Miosen Akhir,
Alterasi dapat menghasilkan mineral bijih Formasi Beser yang berumur Miosen Akhir,
dan mineral penyerta. Mineralisasi Satuan Gunungapi Tua yang berumur
merupakan suatu proses masuknya mineral Pliosen, Satuan Gunungapi Muda yang
jarang yang berharga ke dalam batuan berumur Plistosen dan Endapan Aluvial
sehingga membentuk deposit bijih. Tipe yang berumur Holosen.
alterasi tertentu biasanya akan menunjukan
zonasi himpunan mineral tertentu akibat IV. TINJAUAN PUSTAKA
ubahan oleh larutan hidrotermal yang 4.1 Alterasi dan Mineralisasi Hidrotermal
melewati batuan sampingnya. Alterasi hidrotermal merupakan
peristiwa penggantian unsur mineralogi dan
II. LOKASI PENELITIAN komposisi kimia yang terjadi ketika batuan
Lokasi penelitian secara administratif berinteraksi dengan larutan hidrotermal
berada di Kecamatan Talegong, Kabupaten (White, 1996).
Garut, Jawa Barat. Lokasi penelititan Endapan-endapan hidrotermal dapat
memiliki luas 12 km (3km x 4km), dengan digolongkan dalam tipe mineralogi maupun
posisi geografis terletak pada 7o15’1” S – cara terjadinya yang menunjukkan kondisi
7o16’37” S dan 107o28’53” E – 107o31’4” asal berbeda (Lindgren, 1933), yaitu:
E. Lokasi penelitian berjarak ± 60 km di  Endapan hipotermal, terbentuk pada
selatan kota Bandung dengan jarak tempuh suhu yang cukup tinggi (300o-500o C),
± 8 jam perjalanan dari kota Bandung biasanya pada kedalaman yang cukup
menggunakan transportasi darat. dalam kerak bumi.
 Endapan mesotermal, terbentuk pada
III. GEOLOGI REGIONAL suhu sedang (200o-300o C). Endapan
Secara regional daerah penelitian epitermal, terbentuk pada suhu yang
merupakan bagian dari stratigrafi daerah rendah (50o-200o C).
Pegunungan Selatan Jawa Barat yang telah Mineralisasi adalah proses pergantian
disusun oleh Van Bemmelen (1949) dapat unsur-unsur tertentu dari mineral yang ada
dilihat pada Gambar 1. pada batuan dinding digantikan oleh unsur
Pannekoek (1946) yang mempelajari lain yang berasal dari larutan sehingga
morfologi Pegunungan Selatan Jawa Barat, menjadi lebih stabil. Proses ini berlangsung
dimana ia mencetuskan penamaan daerah dengan cara pertukaran ion dan tidak
Pegunungan selatan Jawa Barat sebagai melalui proses pelarutan total, artinya tidak
Pletau Jampang berdasarkan kenampakan semua unsur penyusun mineral yang
permukaan yang secara keseluruhan relief digantikan melainkan hanya unsur-unsur
topografi didominasi oleh kelerengan landai- tertentu saja.

2
Menurut Bateman, (1981) Secara umum vulkanisme hidro-magmatik dan diakibatkan
proses mineralisasi dipengaruhi oleh oleh erupsi phreatomagmatik. Breksi preatik
beberapa faktor pengontrol, meliputi: atau breksi hidrotermal terbentuk oleh over-
 Larutan hidrotermal yang berfungsi pressured fluida tetapi tidak berhubungan
sebagai larutan pembawa mineral. langsung dengan magmatik. Proses
 Zona lemah yang berfungsi sebagai pembentukan dari komplek breksi yang
saluran untuk lewat larutan hidrotermal. sangat efektif untuk menjebak mineralisasi
 Tersedianya ruang untuk pengendapan adalah:
larutan hidrotermal. 1. Sebagai saluran fluida
 Terjadinya reaksi kimia dari batuan 2. Dalam bentuk rekahan dan breksiasi
induk/host rock dengan larutan yang melingkupi batuan
hidrotermal yang memungkinkan 3. Sebagai pusat area dari gradien
terjadinya pengendapan mineral bijih. temperatur dan tekanan
 Adanya konsentrasi larutan yang cukup Breksi preatomagmatik terbentuk
tinggi untuk mengendapkan mineral dimana terjadi peningkatan magma pada
bijih. bagian suatu akuifer pada level yang cukup
4.2 Sistem dan Karakteristik Endapan dangkal untuk erupsi. Suatu erupsi akan
Epitermal terjadi hanya ketika Pfluid > Plitostatik, yang
Endapan bijih epitermal adalah endapan akan ada di level yang sangat dangkal.
yang terbentuk pada lingkungan hidrotermal Diatreme tumbuh berkembang kearah bawah
dekat permukaan, mempunyai temperatur dengan waktu, dalam kaitannya dengan
dan tekanan yang relatif rendah berasosiasi berkurangnya Plitostatik secara langsung di
dengan kegiatan magmatisme kalk-alkali atas kolom breksi. Diatreme akan terus
yang sering kali (tidak selalu) endapannya terbentuk sepanjang suplai yang terus
dijumpai di dalam produk vulkanik menerus dari magma dan masukan terus
(sedimen vulkanik). Menurut Hedenquist menerus dari air meteorik dangkal.
(1996), endapan epitermal mempunyai Jika suplai magma menutup kemudian
karakteristik dan klasifikasi sebagai berikut: diatreme menjadi diam dan air-saturasi
• Karakteristik sampai suplai magma berikutnya. Jika suplai
– Suhu relatif rendah (50-250°C) dengan air meteorik menurun kemudian magma
salinitas bervariasi antara 0-5 wt.% akan melanjutkan untuk naik ke dalam
– Terbentuk pada kedalaman dangkal (~1 kolom breksi atau margin sebagai dyke atau
km) dome. Ini menjelaskan asosiasi umum dari
– Jenis air: air meteorik dengan sedikit air dome (kubah) dan diatreme.
magmatik 4.4 Sistem Bukaan Urat
• Klasifikasi: Di daerah mineralisasi akan ada
– High sulphidation (acid sulfate type) hubungan spasial antara struktur mayor
– Low sulphidation (adularia-sericite dengan proses mineralisasi yang terjadi.
type) Secara regional suatu sistem struktur di
Istilah sulfidasi rendah dan sulfidasi daerah busur magmatik akan terbentuk
tinggi dalam endapan epitermal juga adanya intrusi-intrusi baik yang mengisi
dicetuskan oleh White dan Hedenquist daerah bukaan-bukaan yang ada maupun
(1995). membentuk bukaan yang baru. Sehingga
4.3 Diatreme Breccia pada daerah struktur mayor akan terjadi
Diatreme Breccia adalah suatu zona beberapa aktivitas yang berhubungan
lepasan dari erupsi tipe maar atau dengan cebakan mineral

3
V. HIPOTESIS VII. PEMBAHASAN
1. Berdasarkan peta geologi regional 4.1 Geomorfologi
litologi yang terdapat pada daerah Daerah penelitian dibagi menjadi 2 satuan
penelitian berupa batuan hasil erupsi geomorfologi yaitu:
gunungapi, Formasi Batuan Gunungapi 1. Satuan Bentuklahan Struktural
Tua Tak Teruraikan (QTv) yaitu tuf, Perbukitan Terjal
breksi tuf, dan lava andesit. Lava andesit Satuan ini merupakan satuan
diperkirakan menjadi host rock dari bentuklahan struktural, karena adanya
mineralisasi endapan epitermal yang aktivitas struktural pada Sungai Citutugan
ada. dan Sungai Cibaliung serta anak Sungai
2. Terdapatnya struktur geologi regional Cibaliung. Kontrol struktur juga sangat
yaitu sesar yang dapat juga dilihat dari terlihat oleh kelurusan sungai, gawir dan
kelurusan sungai dan juga kerapatan banyaknya dijumpai tebing dan air terjun
kontur di peta yang dapat pada beberapa lokasi. Secara umum
mengakibatkankan suatu zona bukaan memiliki persen lereng sebesar 114.34% dan
yang terisi larutan hidrotermal berupa beda tinggi sekitar 450m. satuan ini
vein yang dimungkinkan terjebaknya termasuk ke dalam relief perbukitan terjal
mineralisasi bijih berharga di dalamnya. Pola sungai yang berkembang pada satuan
Sehingga dapat diduga endapan ini yaitu pola trellis, yang berbentuk seperti
epitermal sulfidasi rendah terdapat pada sungai yang patah membentuk siku-siku,
daerah penelitian. rectangular, cukup memberi bukti bahwa
3. Berdasarkan penelitian oleh Subandrio pada daerah ini sudah mengalami proses
(2010), daerah Bunikasih merupakan struktural.
endapan epitermal sulfidasi rendah 2. Satuan Bentuklahan Vulkanik
dengan tipe alterasi propilitik dan Perbukitan Landai
argilik. Himpunan mineral alterasi Satuan bentuklahan ini merupakan
propilitik dan argilik pada endapan satuan unit bentuklahan vulkanik, karena
epitermal sulfidasi rendah diperkirakan adanya aktifitas vulkanisme dan magmatik.
terbentuk pada suhu 100-300 oC dengan Secara umum memiliki persen lereng
tipe alterasi propilitik yang terbentuk pH sebesar 18,106% dan beda tinggi sekitar
netral menuju asam, alterasi argilik yang 187,5m. satuan ini termasuk ke dalam relief
terbentuk pada pH asam. perbukitan landai pada kenampakan
lapangan. Proses vulkanisme yang terjadi
VI. METODOLOGI pada satuan morfologi ini adalah berupa
Dalam Penelitian Tugas Akhir ini bentukan hasil erupsi Gunung Malabar.
dilakukan dengan dua metode yaitu metode Litologi pada daerah ini berupa Lava andesit
survei lapangan dengan cara melakukan dan Tuf. Pada satuan bentangalam ini
pemetaan geologi permukaan pada daerah terdapat pola penyaluran subdendritik dan
penelitian, mencakup: pengamatan trellis.
morfologi, litologi, alterasi dan mineralisasi, 7.2 Litologi
struktur geologi, dan potensi geologi. Litologi daerah penelitian dibagi menjadi 3
Dilanjutkan dengan metode analisis yaitu satuan litologi, dari muda ke tua, yaitu:
analisis petrologi, petrografi, mineralgrafi, 1. Satuan Breksi Vulkanik
analisis mineral lempung, analisis struktur Secara megaskopis Breksi vulkanik yang
geologi. ditemukan merupakan Breksi polimik yaitu

4
Breksi yang mempunyai fragmen lebih dari 10%, alunit 5%, dan dickite 5% yang
satu jenis yaitu fragmen andesitan dan merupakan penciri dari alterasi argilik
fragmen tuffan. Komposisi mineral berupa hingga argilik lanjut.
hornblenda 5%, piroksen 5%, plagioklas 7.3 Struktur Geologi
15%, dan kuarsa 10%, gelas 5%, litik 10% 7.3.1 Struktur Kekar (Joint)
serta mineral alterasi berupa zeolit 15%, Struktur kekar yang dijumpai di lokasi
klorit 20%, smektit 15%, ilit 5%, penelitian terdiri dari dua jenis kekar, yaitu
menandakan satuan batuan ini sudah kekar berpasangan dan kekar berlembar,
teralterasi propilitik. dapat dilihat pada Foto 6. Kekar
2. Satuan Lava Andesit berpasangan terjadi akibat proses tektonik
Kenampakan di lapangan berwarna abu-abu sedangkan kekar berlembar terjadi akibat
kehitaman hingga abu-abu kecoklatan, proses vulkanisme.
struktur masif, tekstur afanitik dan 7.3.2 Struktur Rekahan yang Terisi Urat
porfiroafanitik, holokristalin, inequigranular, (Fracture)
fenokris berukuran 0.1-0.5mm berupa Struktur rekahan yang terdapat di
plagioklas 20%, hornblenda 10%, biotit 5% lapangan umumnya terisi oleh urat kuarsa.
dan piroksen 10% yang tertanam pada massa Rekahan-rekahan yang terisi urat ini
dasar yang halus (afanitik) berupa mikroklin terbentuk akibat adanya larutan hidrotermal
20%. Terdapat pula mineral sekunder seperti yang mengisi celah-celah atau rekahan.
smektit 10%, klorit 15%, ilit 5% dan kuarsa Urat-urat ini merupakan hasil dari gaya
5% ditemukan berupa urat, serta mineral ekstensi (lepasan) dari tektonik kompresi
sulfida 5%. Dengan adanya himpunan yang terjadi pada daerah penelitian ditandai
mineral alterasi maka satuan batuan lava dengan keterdapatannya sesar geser dengan
andesit pada bagian barat daerah penelitian arah baratdaya-timur laut dan baratlaut-
sudah mengalami alterasi propilitik dicirikan tenggara pada Sungai Cibaliung yang
dengan kehadiran mineral alterasi memotong semua satuan batuan yang ada.
3. Satuan Tuf 7.3.3 Struktur Sesar
Tuf secara megaskopis berwarna abu-abu Sesar yang terdapat pada daerah
kehijauan hingga putih keabu-abuan, dengan penelitian merupakan sesar hasil dari
ukuran butir halus, berkomposisi kristal analisis kekar baik analisis kekar
mineral antara lain kuarsa 30%, plagioklas stereografis maupun analisis kekar ortografis
15%, gelas 5%, dan mineral alterasi seperti dan juga interpretasi dari data sekunder yaitu
smektit 10% dan ilit 20%, pada beberapa berdasarkan analisis kelurusan bukit dari
singkapan dijumpai mineral alterasi dickite kerapatan kontur dan bentuk sungai. Sesar-
5%, alunit 5%, mineral oksida seperti jarosit sesar tersebut antara lain:
2%, gutit 2%, limonit 5%. 1. Sesar Geser Mengkiri Cibaliung Utara
Warna batuan yang berwarna hijau keabuan 2. Sesar Geser Mengkanan Naik Cibaliung
dan terdapatnya mineral alterasi yaitu klorit Selatan
30%, smektit 30%, dan ilit 20%, serta 3. Sesar Geser Mengkanan Turun
mineral sulfida 5%, maka batuan ini sudah Cibaliung Beet-Citutugan
mengalami ubahan atau teralterasi tipe 7.4 Zona Alterasi Hidrotermal
propilitik dengan intesitas yang kuat. Pada Berdasarkan kehadiran mineral alterasi
satuan batuan tuf yang melampar dibagian yang menjadi suatu himpunan dan intensitas
barat daerah penelitian berwarna putih cerah alterasi, didapatkan 3 zona alterasi yaitu
dan terdapatnya mineral alterasi berupa zona alterasi propilitik, zona argilik, zona
silika 30%, smektit 30%, ilit 20%, kaolinit argilik lanjut.

5
7.4.1 Zona Propilitik tersebut telah terjadi proses ubahan mineral
Pengamatan lapangan ketiga satuan primer menjadi silika sehingga batuan
batuan tersebut dijumpai zona ubahan ini tersebut sangat keras. Zona alterasi ini
berwarna abu-abu kehijauan, mengubah kuat dicirikan dengan himpunan mineral silika
hingga lemah, kehadiran mineral alterasi 40%, kaolinit 20%, alunit 10%, smektit
ditandai dengan hadirnya mineral klorit 10%, ilit 20%, dicktite 5%. Merupakan salah
40%, smektit 30%, ilit 10%, zeolite 10%, satu penciri endapan epitermal sulfidasi
biotit sekunder 10%. tinggi.
Mineral klorit hadir sebagi mineral Zona alterasi argilik lanjut ini memiliki
ubahan dari mineral plagioklas dan piroksen, temperatur antara 200 o – 250o dengan
dan hadir juga sebagai ubahan dari kisaran pH asam, menurut White (1995) dari
hornblenda, smektit-ilit hadir sebagai model zona kisaran suhu pembentukan,
ubahan mineral sekunder dari batuan dapat dilihat pada Tabel 3.
vulkanik yaitu menggantikan mineral yang 7.4.4 Zona Silisifikasi
berukuran halus dan mempunyai komposisi Zona ini merupakan alterasi yang
kimia yang lebih tidak stabil yaitu terbentuk dekat dengan tubuh urat, yang
mikroklin, plagioklas, gelas vulkanik. dicirikan dengan adanya penambahan silika
Kehadiran mineral himpunan alterasi pada mencapai 80% pada batuan, dan tetap diikuti
zona propilitik ini yaitu mineral klorit, oleh mineral lempung, seperti kaolinit, ilit,
smektit, zeolite dan ilit terbentuk pada pH dan smektit. Hostrock batuan berupa lava
netral yang dipengaruhi oleh air meteorik. andesit dan Tuf. Pada alterasi ini dijumpai
Zona alterasi propilitik ini memiliki disseminated pyrite, mangan, dan
temperatur antara 200 o – 250o dengan kemungkinan besar ditemukan emas yang
kisaran pH netral yang dipengaruhi oleh air terjebak.
meteorik, menurut White (1995) dari model Dari hasil penentuan zona alterasi yang
zona kisaran suhu pembentukan, dapat terdiri dari alterasi silisifikasi, alterasi argilik
dilihat pada Tabel 1. lanjut, alterasi argilik, dan alterasi propilitik
7.4.2 Zona Argilik serta keseluruhan kumpulan mineral ubahan
Pada kenampakan di lapangan batuan secara umum dapat dikategorikan bahawa
yang mengalami alterasi argilik ini berwarna fluida yang berperan dalam proses alterasi di
putih kecoklatan, umumnya lunak, liat lokasi penelitian memiliki sifat reduksi, pH
(plastis), terdapat mineral lempung hasil netral sampai asam dengan perkiraan
alterasi antara lain smektit 30%, illit 40%, temperatur pembentukan mineral alterasi
dan kaolinit 20%, terdapat pula mineral tersebut antara 100 oC-300 oC. Menurut
oksidasi sebanyak 10% berupa limonit, konsep pada tabel alterasi Terry Leach,
hematit, dan jarosit, Foto 9. alterasi pada daerah Bunikasih dapat dilihat
Zona alterasi argilik ini memiliki pada Gambar 3.
temperatur antara 200 o – 230o dengan Bagian pertama dari proses
kisaran pH netral menuju asam, menurut hidrotermal dimulai dengan proses naiknya
White (1995) dari model zona kisaran suhu larutan hidrotermal di sekitar pusat erupsi.
pembentukan, dapat dilihat pada Tabel 2. Larutan hidrotermal yang naik ke atas
Zona Argilik Lanjut menyebabkan akuifer bebas yang ada
Pada pengamatan lapangan satuan menerima uap dan gas. Selanjutnya
batuan tersebut dijumpai zona ubahan ini terbentuk zona propilitik yang terbentuk
berwarna putih keunguan hingga pada bagian luar dari conduit dengan
kekuningan, Foto 10. Pada satuan batuan temperatur yang tinggi dan pH mendekati

6
netral. Hal ini menunjukkan rasio/interaksi (klorit – clay). Hostrock mineralisasi berada
air dengan batuan atau belum tercampur air pada satuan lava andesit, yang diinterpretasi
meteorik. Proses berikutnya adalah berumur Pliosen sedangkan sekitar 200 m
bergeraknya larutan asam sulfat secara pada elevasi dibawahnya dijumpai Tuf yang
lateral mengakibatkan adanya interaksi kemungkinan dapat menerus dan tentunya
antara larutan dengan batuan samping dan akan memiliki zona bukaan lebih baik,
menghasilkan ubahan mineral lempung yaitu sebagai perangkap mineralisasi.
smektit, ilit, kaolinit yang diikuti proses 7.5.2 Mineralisasi Daerah Datarkorot
pendidihan dan pelepasan gas CO2 setelah Pada daerah Datarkorot merupakan
zona ubahan argilik terbentuk, larutan daerah indikasi endapan epitermal sulfidasi
hidrotermal terus bergerak naik di dalam tinggi. Mineralisasi yang terdapat berupa
zona rekahan yang terbentuk oleh sesar disseminated pyrite dan melimpahnya
seiring dengan penurunan temperatur, mineral oksida hematit dan jarosit yang
bereaksi dengan batuan samping kemudian merupakan ubahan hasil oksidasi dari
tercampur dengan air meteorik terjadi proses mineral asam. Keberadaan mineral asam ini
silisifikasi di lokasi penelitian. juga ditunjukkan oleh adanya mineral-
7.5 Mineralisasi mineral alterasi asam seperti dickite, alunit,
7.5.1 Mineralisasi Daerah Bunikasih dan kaolinit yang terhimpun pada zona
Pada sistem epitermal sulfidasi rendah alterasi argilik lanjut. Tidak ditemukan
Bunikasih, mineralisasi yang terdapat mineral logam maupun mineral sulfida
berupa urat dan disseminated pyrite. selain pirit. Hal ini dikarenakan sistem
Terdapat 5 vein utama yang berarah endapan epitermal sulfidasi tinggi
baratlaut-tenggara. Karakteristik urat mempunyai perangkap mineralisasi berupa
Bunikasih, mempunyai tekstur Saccaroidal, diatreme breccia, yaitu suatu zona lepasan
kalsedonik – microcrystallin quartz, masif – atau lubang dari erupsi tipe maar atau
crustiform-colloform banding quartz dan vulkanisme hidromagmatik hasil dari erupsi
terdapat manganese. Pada urat mempunyai preatomagmatik, berupa komplek Breksi
komposisi silika (kuarsa), mineralisasi hidrotermal hasil dari intrusi dangkal
sulfida yang terlihat berupa pirit, dan dimana wall rock yang terkena intrusi
oksidasi gutit dan limonit, mangan, mineral menjadi Breksi. Mineralisasi ekonomis
lempung (smektit, ilit, dan kaolinit). biasanya terjebak pada Breksi hidrotemal
Karakteristik urat kuarsa dapat menujukkan hasil intrusi dangkal yang berada di bawah
zona dan kondisi pembentukkan urat permukaan.
tersebut, hal ini dapat dilihat dari pemodelan Penelitian ini merupakan pemetaan
menurut model Zona Boiling Level (After geologi permukaan, maka hanya ditemukan
Buchanan, 1981; Morison, 1990; dan lithocap berupa tuf laminasi hasil dari
Corbett & Leach,1996). Berdasarkan mekanisme erupsi preatomagmatik dari
pemodelan tersebut maka mineralisasi adanya intrusi dibawahnya. Keberadaan tuf
endapan epitermal sulfidasi rendah laminasi (Layered Tuff) yang merupakan
Bunikasih termasuk ke dalam level yang batuan penutup dapat dilihat pada
tinggi atau uppermost level dan boiling pemodelan menurut Sillitoe (1995), pada
level, Gambar 4. Gambar 5.
Hostrock mineralisasi terdapat pada
batuan andesit dan tuf. Alterasi yang VIII. KESIMPULAN
berkembang berupa silisifikasi (silika – Berdasarkan hasil pengamatan dan
klorit), argilik (clay – silika), dan propilitik analisis maka dapat diambil beberapa
kesimpulan, antara lain:

7
1. Kondisi geologi daerah penelitian terdiri pada daerah Datarkorot dikontrol oleh
dari satuan geomorfologi bentulahan litologi.
struktural perbukitan terjal dan satuan
bentuklahan vulkanik perbukitan landai
(Van Zuidam, 1985). Daerah penelitian IX. UCAPAN TERIMA KASIH
tersusun oleh satuan batuan: Breksi Terima kasih saya sampaikan kepada
Vulkanik berumur Miosen Akhir, Lava PT Antam, Tbk Unit Geomin yang telah
Andesit berumur Pliosen, dan Tuf memberikan ijin penelitian di IUP
berumur Pleistosen. Struktur geologi Papandayan, para Geologist PT Antam, Tbk
yang terdapat yaitu sesar geser Unit Geomin yang telah memberikan
mengkanan Cibaliung Utara, sesar geser banyak ilmu baru, terutama Mas Okky
mengkiri Cibaliung Selatan, Right Slip Verdiansyah selaku pembimbing lapangan
Normal Fault Citutugan-Cibaliung Beet. saya, Bapak Hadi Nugroho dan Pak Dian
2. Alterasi yang terdapat yaitu propilitik Agus Widiarso selaku pembimbing saya di
dengan mineral penciri smektit, klorit, kampus yang telah memberikan masukan
ilit, argilik dengan mineral penciri dan arahan dalam penulisan hasil penelitian
alterasi antara lain kaolinit, ilit, smektit, ini, dan kepada seluruh pihak yang telah
argilik lanjut dengan mineral penciri mendukung saya selama melaksanakan
alterasi yaitu kaolinit, ilit, alunit, silika, penelitian hingga selesai.
dan silisifikasi berupa zona urat.
3. Pada daerah penelitian terdapat dua tipe DAFTAR PUSTAKA
epitermal, yaitu epitermal sulfidasi Bateman, A.M., 1981, Mineral Deposit 3rd
rendah pada daerah bunikasih, dan edition, Jhon Wiley and Sons: New
indikasi epitermal sulfidasi tinggi pada York.
daerah Datarkorot. Pada zona epitermal Corbett G. J., dan Leach T. M., 1996, SW
sulfidasi rendah bunikasih mineralisasi Pacific Gold-Copper System
yang ditemukan yaitu urat-urat quartz (Structure, Alteration, and
manganese, vein chalcedonic, dan Mineralization), A Workshop
disseminated pyrite. Ditemukan 5 jalur Presented at the Pacrim Conference
vein besar dengan tebal 40-100cm Aukland, New Zealand.
dengan arah baratlaut-tenggara Hedenquist, J. W,. 1996. Epithermal Gold
terbentuk pada batuan andesit. Urat Deposit: Styles, Characteristics, and
kuarsa terbentuk akibat gaya ekstensi Exploration. Resources Geology
membentuk struktur bukaan berarah Special Publication Number 1, hal.
NW-SE. alterasi dan mineralisasi yang 165-182.
terdapat pada daerah Bunikasih dikontrol Lindgren, W., 1933. Mineral deposits, 4th
oleh struktur. Pada zona indikasi ed., McGraw-Hill: New York.
epitermal sulfidasi tinggi Datarkorot Martadiastuti, Vanadia. 2010. Studi Alterasi
didominasi oleh alterasi argilik lanjut dan Mineralisasi Endapan Emas
dengan mineral alunit, kaolinit, silika. Epitermal Daerah Arinem, Kecamatan
Mineralisasi yang terdapat berupa Pakenjeng, Garut. Universitas
disseminated pyrite dan melimpahnya Diponegoro: Semarang (tidak
mineral oksida hematit dan jarosit yang diterbitkan)
merupakan ubahan dari mineral asam. Pannekoek, A.J., 1946, Geomorphologische
Alterasi dan mineralisasi yang terdapat Waarnemingen op het Djampang
Plateau in West Java : Genootschap,
Vol. LXIII, pt. 3, p. 340 - 367.

8
Sillitoe, R.H., 2010, Porphyry Copper System, Dalam Society of economic
Geologist Inc. Economic Geology vol 103, hal 3 – 41.
Van Bemmelen, R.W. 1949. The Geology of Indonesia, Martinus Nijhoff, The
Hague
White, N.C., and Hedenquist, J.W., 1995, Epithermal Gold Deposits: Styles,
Characteristics And Exploration: Society of Economic Geologists
Newsletter 23, hal. 1-13.
White, N.C., and Hedenquist, J.W., 1995, Epithermal Gold Deposits: Styles,
Characteristics And Exploration: Society of Economic Geologists
Newsletter 23, hal. 1-13.

LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 1. Fisiografi Jawa Barat (Van Bemmelen, 1949)

Gambar 2. Kolom Stratigrafi Daerah Bunikasih dan Sekitarnya

9
Gambar 3. Zona Alterasi Daerah Bunikasih Berada dalam Kotak Warna Hijau
untuk Zona Alterasi Propilitik, Kotak Warna Jingga untuk Zona Alterasi Argilik,
dan Kotak Warna Coklat untuk Zona Alterasi Argilik Lanjut pada Tabel Alterasi
Menurut Terry Leach (Corbet dan Leach, 1996)

Gambar 4. Pemodelan Mineralisasi Urat pada Endapan Epitermal Sulfidasi


Rendah Bunikasih menurut Model Zona Boiling Level (After Buchanan, 1981;
Morison et al., 1990; dan Corbett & Leach,1996) Daerah Penelitian berada pada
Kotak Hijau

10
Gambar 5. Pemodelan Endapan Mineralisasi Hidrotermal menurut Sillitoe (1995).
Daerah Penelitian berada pada Kotak Hijau

11
Gambar 4.1 Peta Geomorfologi Daerah Bunikasih

12
Gambar 4.2 Peta Geologi Daerah Bunikasih dan Sekitarnya (Skala diperkecil)

13
Gambar 4.11 Peta Endapan Mineralisasi Daerah Bunikasih dan Sekitarnya

14
LAMPIRAN FOTO

Foto 1 Breksi Vulkanik STA 86 daerah Selatan Sungai Cibaliung

clay
opak
cpx

Pl
chl

Foto 2 Kenampakan Breksi Vulkanik (Sayatan Fragmen) STA 86 pada Nikol Bersilang

Foto 3 Lava Andesit pada STA 60 pada Bagian Tepi Barat Sungai Citatah

15
opak
bio
chl
Pl
Qz
Mg hbl

mikroklin

Foto 4 Kenampakan Sayatan Tipis Lava Andesit STA 44


pada Nikol Bersilang

Foto 5 a. Tuf pada STA 39 pada Hulu Sungai Citatah; b. Tuf pada STA 20 pada Tebing bagian
Timur Datarkorot

clay opak

Qz

chl

Foto 6 Kenampakan Tuf STA 35 pada Sayatan Tipis Nikol Bersilang

16
Qz
A B

Foto 7 a. Kekar Berlembar pada STA 33 pada Sungai F ; b. Kekar Berpasangan pada STA 31 pada
Hulu Sungai Cibaliung dekat dengan Sungai A

LAMPIRAN TABEL

Tabel 1 Suhu Kisaran Zona Alterasi Propilitik

Tabel 2 Suhu Kisaran Zona Alterasi Argilik

17
Tabel 3 Suhu Kisaran Zona Alterasi Argilik Lanjut

18

You might also like